• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK DAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN PURWAKARTA : Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK DAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN PURWAKARTA : Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK DAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN

PURWAKARTA

(Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

R.Dewi Syifa Fauziah

0801059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)

Oleh:

R.Dewi Syifa Fauziah

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© R.Dewi Syifa Fauziah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN PURWAKARTA

(Survey pada sentra industry simping kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kusnendi, M.S. NIP. 19600122 198403 1 003

Navik Istikomah, SE, M.Si. NIP. 19751110 200501 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

(4)

ABSTRAK

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta (Survey Pada Sentra Industry

Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)”

di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS dan Navik Istikomah, SE., MSi

oleh

R.Dewi Syifa Fauziah 0801059

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu laba pengusaha home industry pada subsektor simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta dalam sepuluh bulan laba terakhir di Tahun 2013 berada dalam kondisi fluktuasi .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping kaum Kabupaten Purwakarta. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplanatory yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jumlah sampel yang diambil sebanyak empat puluh enam responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara,observasi dan teknik analisis data yang digunakan metode dummy variabel.

Hasil penelitian menunjukan bahwa diferensiasi produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada home industry simping kaum, sedangkan modal kerja berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap laba pada home industry simping kaum.

(5)

ABSTRACT

The Effect of Products Differenciations and Working Capital on the Profit of Simping Kaum Home Industry in Purwakarta (Survey at Centra Industry Simping

Kaum Cipaisan, Purwakarta District, Purwakarta) under the guidances of Dr. Kusnendi, MS and Navik Istikomah, SE., Msi.

by

R.Dewi Syifa Fauziah 0801059

The problem in this sstudy was the profit earnings of Simping Kaum

subsector home industry entrepreneurs at Cipaisan, Purwakarta within 10 months

in 2013 which in fluctuated conditions.

The purpose of this study was to determine the effect of product

differentiation and working capital to profits in the home industry Purwakarta.

The research method used was an explanatory survey which is a research method

that takes a sample of the population and use questionnaires as a data collection

tool. The number of sample had taken fourty-six respondents. Data collection is

done by distributing questionnaires, interview, observation and data analysis

techniques are used dummy variables method.

The results showed that product differentiation does not significantly

effect on profit earnings in Simping kaum home Industry, while working capital

significantly influence the direction of positive earnings in Simping Kaum home

industry.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka………... 11

2.1.5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja... 34

2.1.5.7 Fungsi Modal Kerja ... 36

2.1.5.8 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 36

2.1.5 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian... 38

2.1Kerangka Pemikiran... 39

2.3 Hipotesis ... 43

(7)

3.2 Metode Penelitian... 44

3.8 Pengujian Statistik... 50

3.8.1 Uji Statistik t... 50

3.9.2 Karakteristik Heterokedastisitas... 55

3.9.3 Karakteristik Autokorelasi... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 60

(8)

4.6.2 Heterokedastisitas... 79

4.6.3 Autokorelasi... 80

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian... 81

4.7.1 Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pengusaha Simping... 81

4.7.2 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Simping ... 81

4.7.3 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Pengusaha Simping... 84

4.8 Implikasi Pendidikan... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 89

5.2 Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... 92

LAMPIRAN Lampiran A... 95

Lampiran B... 104

Lampiran C... 106

Lampiran D... 109

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang

cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

bertahan dimasa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini

merupakan bagian dari industri yang kuat. Keberhasilan pembangunan ditunjukan

oleh nilai tambah, kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha,

sehingga industri makin efektif menjadi penggerak utama dalam pembangunan.

Saat ini UMKM menjadi satu fenomena perekonomian tersendiri ketikan

terjadi kenaikan harga pangan dan bahan bakar sehingga banyak usaha besar

mengalami kesulitan dalam usahanya, UMKM mampu mempertahankan

usahannya di tengah krisis ekonomi. Peranan UMKM juga sering di kaitkan

dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi

kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Oleh karena itu, kebijakan

pengembangan UMKM di Indonesia sering dianggap sebagai kebijakan pencipta

kesempatan kerja.

Pada saat terjadinya krisis moneter yang melanda, dan disertai kondisi

ekonomi yang kurang mendukung, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

tampil sebagai penolong perekonomian rakyat kecil. UKM mampu bertahan

dalam menghadapi gejolak perekonomian. Hal ini terbukti pada saat krisis

ekonomi melanda, dimana dalam kondisi tersebut banyak perusahaan yang gulung

tikar karena tidak mamapu menghadapi tekanan krisis. Akibatnya terjadi

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan angka pengagguran

semakin banyak. Dengan terjadinya PHK banyak masyarakat yang kehilangan

pekerjaan sedangkan kebutuhan hidupnya semakin menghimpit. Dengan kondisi

tersebut para pengusaha kecil menengah justru lebih mampu bertahan menghadapi

(10)

Tabel 1.1

Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar di Indonesia 2007-2011

No Skala Usaha Tahun Jumlah

2007 2008 2009 2010 2011

1 Usaha Mikro 84.452.022 87.810.366 90.012.694 93.014.759 94.957.797 450.247.638 2 Usaha Kecil 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 3.919.992 17.866.865 3 Usaha

Menengah 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 2.844.669 13.737.290 4 UMKM 90.491.950 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458 481.851.793 5 Usaha Besar 2.535.411 2.756.205 2.674.671 2.839.711 2.891.224 13.697.222 Jumlah 93.027.361 96.780.483 98.886.003 102.241.486 104.613.682 495.549.015 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa perkembangan UMKM dari tahun

2007 ke tahun 2011 mengalami peningkatkan. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya unit usaha yang ada dibandingkan dengan usaha berskala besar. Pada

tahun 2007 UMKM di Indonesia menunjukan jumlah 90.491.950 unit usaha.

Kontribusi usaha mikro 84.452.022 usaha, usaha kecil 3.278.793unit dan usaha

menengah 2.761.135 unit. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan jumlah

unit usaha besar yang ada di Indonesia yaitu sebesar 2.535.411 unit usaha.

Selanjutnya tahun 2008 jumlah UMKM terus meningkat menjadi 94.024.278 unit

usaha yaitu usaha mikro sebesar 87.810.366 unit, usaha kecil 3.519.843 unit dan

usaha menengah 2.694.069 unit. Pada tahun 2009 jumlah UMKM terus meningkat

menjadi 96.211.332 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 90.012.694 unit, usaha

kecil 3.521.073 unit dan usaha menengah 2.677.565 unit. Selanjutnya tahun 2010

dan 2011 jumlah UMKM terus meningkat menacapai 99.401.775 dan

101.722.458 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 93.014.759 dan 94.957.797

unit, usaha kecil 3.919.992 dan 3.919.992 unit dan usaha menengah 2.759.852 dan

2.844.669 unit. Dari jumlah tersebut maka usaha mikro memang layak disebut

tulang punggung perekonomian Indonesia.

Keberadaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) selain untuk

memperkuat struktur perekonomian, kegiatan ini juga dapat mengurangi jumlah

pengangguran, memerangi kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja,

(11)

berwirausaha. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan penciptaan kesempatan

kerja atau kebijakan anti kemiskinan (Tulus Tambunan, 2002:16).

Perkembangan UMKM yang sangat pesat dapat membantu pembangunan

ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi ini ditunjang dengan pembangunan

industri baik industry manufaktur, industri minyak dan gas, industri jasa

transportasi, industri perdagangan, dan berbagai industri lain sesuai dengan

potensi daerah masing-masing. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

kecil memiliki banyak kelemahan.

Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam industri kecil tersebut

dapat dikategorikan kedalam dua aspek :

1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya

kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam

pengndalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi,

tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak memiliki

ketrampilan.

2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan

lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan,

pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara

memasarkan produk.

Kelemahan yang dimiliki industri kecil tersebut haruslah diantisipasi

dengan solusi kongkrit tidak hanya oleh pelaku industri tersebut namun didukung

juga dengan pemerintah serta masyarakatnya. Jika industri kecil terpuruk maka

akan mengakibatkan tergangunya stabilitas perekonomian nasional.

Walaupun pengaruhnya tidak sebesar industri menegah atau industri besar

namun dikarenakan kegiatan dari industri kecil menyentuh langsung pada

kegiatan ekonomi masyarakat maka sudah barang tentu akan berpengaruh

langsung pada masyarakat terutama masyarakat bawah dan menengah.

Masyarakat haruslah mencintai serta menghargai produk dalam negeri.

Dimulai dengan semangat tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam

(12)

Pemerintah pun tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan

industri kecil. Pemerintah dengan program-programnya sudah semestinya

melakukan bantuan baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun

materil seperti JPS (Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya

industri kecil dapat berkembang dengan baik.

Melalui pengembangan industri kecil akan memberikan suatu peranan

penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Selain itu,

industri kecil mampu memainkan peran yang strategis dalam perekonomian

nasional. Sumbangannya dalam berbagai sektor pembangunan nasional adalah

wujud nyata yang tidak perlu disangsikan lagi, seperti banyaknya menyerap

tenaga kerja, memperluas lapangan usaha dan kontribusinya terhadap penerimaan

negara. Terlebih lagi operasional usaha industri kecil langsung menyentuh lapisan

masyarakat, dan bisa pula dilakukan secara home industry ( industri rumahan)

yang tidak terlalu memerlukan modal yang besar untuk memulainya.

Pertumbuhan sektor industri kecil banyak dan tersebar luas diseluruh wilayah

tanah air yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing

daerah. Potensi yang dimiliki industri kecil ini cukup besar untuk dapat lebih

berkembang dan memiliki posisi di masyarakat.

Oleh karena itu, industri kecil memiliki andil yang sangat besar terhadap

pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat potensi yang terkandung dari industri

kecil yaitu :

1. Menciptakan lapangan kerja.

2. Memelihara dan membentuk modal sektor usaha.

3. Penyebaran kekuatan ekonomi, pertahanan dan keamanan. 4. Peningkatkan keterampilan dan kesadaran dan keamanan. 5. Penggunaan sumber daya alam bagi produksi.

Potensi dan beberapa kelebihan dari karakteristik industri kecil tersebut

merupakan suatu alasan bagi industri kecil untuk layak dikembangkan dan tidak

seharunya berada dalam keterbatasan. Dengan alasan jenis-jenis industri kecil

banyak sekali jenisnya, dan mengacu pada potensi daerah yang seharusnya

diberdayakan maka pada penelitian ini akan membahas salah satu jenis dari

(13)

disekitar Kabupaten Purwakarta, khususnya di Kelurahan Cipaisan Kecamatan

Purwakarta Kabupaten Purwakarta, tumbuh usaha pembuatan simping yang

merupakan khas Indonesia yang berasal dari Provinsi Jawa Barat yang potensi

industrinya berada di Kabupaten Purwakarta.

Simping merupakan salah satu jenis makanan ringan yang bahan utamanya

terbuat dari campuran tepung terigu, tepung tapoika, garam, kelapa dan kencur

yang dibuat berbentuk bulat tipis, dan kemudian dibakar. Simping merupakan

komoditas industri yang merupakan salah satu produk unggulan usaha kecil dan

menengah di Kabupaten Purwakarta. Simping sendiri masuk kedalam jajaran

usaha mikro kecil menengah (UMKM) karena karakteristik usahanya yang padat

modal dan padat karya.

Hal tersebut bisa dilihat melalui tabel 1.2 yang memperlihatkan produk

unggulan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Purwakarta :

Tabel 1.2

Tabel Produk Unggulan UMKM Kabupaten Purwakarta Tahun 2010-2013

Nama Produk Jumlah Unit

Usaha

Tenaga Kerja Investasi (Rp. 000)

Genteng Press 153 3.067 Orang 5.674.000 8.262.000

Wayang Golek 19 60 Orang 41.200 360.000

(14)

Berdasarkan tabel 1.2, dapat kita lihat bahwa home industry simping ini

termasuk salah satu industry unggulan di Kabupaten Purwakarta yang memiliki

kapasitas produksinya mencapai 5.328.000. Kapasitas produksi pada industry

simping di Kabupaten Purwakarta sendiri termasuk besar dibandingkan dengan

kapasitas produksi pada produk unggulan UMKM lain yang ada di Kabupaten

Purwakarta. Kapasitas produksi industry simping ini merupakan kapasitas

produksi terbesar ke-4 diantara produk unggulan UMKM lain yang kapasitas

produksi di Kabupaten Purwakarta yaitu terbesar setelah industry kramik, topi dan

genteng press. Dengan besarnya kapasitas produksi tersebut, industry simping

sebagai salah satu usaha home industry yang telah memberikan penghasilan yang

cukup besar bagi para pengusahanya dan telah mampu menyerap tenaga kerja di

wilayah Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Wanayasa.

Pada tahun 2010, industry simping telah mampu menyerap sebanyak 208

orang pekerja yang merupakan penyerapan angka tenaga kerja terbesar ke-6

setelah genteng press, kramik, tape singkong, topi dan aneka kue kering di

Kabupaten Purwakarta. Penyerapan tenaga kerja ini sedikit banyak telah

menunjang kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Salah satu indikator dari keberhasilan usaha adalah laba, apabila laba atau

keuntungan perusahaan terus menerus menurun maka keberhasilan usaha tidak

akan tercapai. Melalui data yang diperoleh dari industry simping yang di ambil

dari 46 pengusaha di wilayah Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta

Kabupaten Purwakarta pada bulan Maret - Agustus 2013 yang menggambarkan

tingkat keberhasilan usaha pada industry simping di Kelurahan Cipaisan

Kecamatan Purwakarta yang diukur dengan perolehan laba atau keuntungan

(15)

Tabel 1.3

Rata-Rata Perkembangan Laba Home Industry Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten

Purwakarta (Periode Bulan Maret – Desember 2013)

Bulan Laba (Rp) Pertumbuhan (%)

Maret 13.882.609 -

April 11.505.435 -17,12

Mei 11.128.261 -3,278

Juni 10.376.304 -6,757

July 10.403.478 0,262

Agustus 15.525.000 49,23

September 14.239.130 -8,283

Oktober 12.988.043 -8,786

November 13.472.826 3,733

Desember 16.310.870 21,06

Sumber : Pengusaha Simping Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta

Berdasarkan survey yang dilakukan penulis, pada umumnya para

pengusaha simping menyatakan adanya fluktuasi pada laba/keuntungan yang

mereka peroleh. Dari data tabel 1.3 terlihat bahwa dari bulan Maret sampai

dengan bulan Desember 2013, laba para pengusaha simping mengalami

naik-turun (Fluktuasi). Pada bulan Maret 2013 diketahui jumlah laba sebesar

Rp.13.882.609 sedangkan pada bulan April, Mei dan Juni menagalami penurunan

yaitu menjadi Rp.11.505.435, Rp.11.128.261 dan Rp.10.376.304 sedangkan pada

bulan July 2013 laba mengalami kenaika menjadi Rp.10.403.478 dan pada bulan

Agustus 2013 laba mengalami kenaikan sebesar Rp.15.525.000 dan mengalami

penurunan kembali pada bulan September dan Oktober 2013 menjadi

Rp14.239.130 dan Rp. 12.988.043 sedangkan pada bulan November sampai Desember

laba mengalami kenaikan kembali pda bulan November 2013 sebesar Rp. 13.472.826 dan

bulan Desember 2013 sebesar Rp. 16.310.870. Menurut hasil wawancara dengan para

pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta

(16)

pengusaha simping disebabkan oleh waktu-waktu tertentu, pada bulan Agustus

dan Desember pengusaha simping mengalami kenaikan laba yang cukup tinggi

karena banyaknya pemesanan simping untuk dibawa sebagai oleh-oleh pada saat

Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pada bulan-bulan lain pengusaha

simping mengalami penurunan karena permintaan simping tidak sebanyak bulan

Agustus dan Desember.

Perolehan laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor

tersebut antara lain besarnya modal, kebiasaan berpikir kreatif termasuk

kemampuan manajerial, strategi biaya rendah, diferensiasi produk, tingkat resiko

yang harus dihadapi perusahaan dan inovasi yang dilakukan perusahaan. Dengan

adanya perkembangan produk yang bervariatif akan membuat harapan terhadap

minat konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang bervariatif

pengusaha dalam diferensiasi produknya menyebabkan industri ini lemah dalam

variasi produk yang ditawarkannya. Selain itu modal menjadi faktor yang sangat

cukup penting bagi wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Banyak indutri

kecil yang tidak maju karena terbetur oleh permasalahan modal, mereka hanya

mengandalkan modal pribadi karena sulitnya mendapatkan pinjaman dari modal

dari pihak luar. Bagi sebagian industri, terbatasnya modal kerja akan

menghasilkan proses produksi yang tidak efisien karena membawa pengaruh

terhadap daya saing sehingga harga produk yang ditawarkan menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas penulis memandang penting untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja

Terhadap Laba Home Industry Simping.” (Survey pada Home Industry

Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten

(17)

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini penulis

membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu diferensiasi produk,

modal kerja. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba

pengusaha simping ?

2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha

simping ?

3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan masalah yang telah

dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja

terhadap laba pengusaha simping.

2. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap laba

pengusaha simping.

3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha

simping.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

ekonomi mikro terkait dengan laba pengusaha.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat

memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh diferensiasi

produk dan modal kerja terhadap laba home industry simping di Kabupaten

(18)

pengusaha yang meningkatkan diharapkan akan memberikan keuntungan

yang lebih terhadap pengusaha juga dapat meningkatkan kesejahteraan

(19)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry simping di Kabupaten

Purwakarta Kecamatan Cipaisan Kaum Kidul. Sedangkan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas meliputi diferensiasi produk

(X1), dan modal kerja (X2), sedangkan variabel terkait yaitu laba (Y).

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian dapat memberikan gambaran kepada para peneliti mengenai

langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Kerlinger

(Sugiyono, 2008:7) mengemukakan bahwa :

Metode penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi

besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang

diambil dari populasi tersebut sehingga ditentukan kejadian- kejadian relative,

distribusi, dan hubungan- hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Selain itu juga digunakan metode eksplanatory atau penjelasan yaitu suatu metode

menyoroti adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka

kemudian dirumuskan suatu hipotesis. Masri Singarimbun (Vena Putri, 2011:79).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Populasi yang dimaksud dalam suatu penelitian adalah

sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian, dapat berupa

benda-benda, manusia, gejala, peristiwa, atau hal-hal lain yang memiliki karakteristik

(20)

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah pengusaha simping

yang ada di Sentra Industri Simping Kaum Kabupaten Purwakarta sebanyak 46

home industry.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyino (2006: 90), sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan sampel dengan teknik

sampling jenuh. Teknik ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Riduwan

(2007: 248), sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua

populasi digunakan sebagai sampel. Karena populasi kurang dari 100 maka teknik

sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 46 orang

pengusaha dan biasa disebut dengan sampling jenuh dan sensus.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Pada dasarnya variabel yang akan diteliti dikelompokan dalam konsep

teoritis, empiris dan analitis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang yang

yang bersifat umum. Konsep empiris merupakan konsep yang bersifat operasional

dan terjabar dari konsep teoritis. Konsep analitis adalah penjabaran dari konsep

teoritis dimana data itu diperoleh. Adapun bentuk operasionalnya dapat dilihat

(21)

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran

Data diperoleh dari jawaban responden mengenai jumlah laba home industry simping selama Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah)

Data diperoleh dari responden tentang banyaknya jenis

produksi yang dihasilkan selama

bulan Maret 2013-Desember 2013 Berdasarkan Rasa dan Warna :

a. Rasa Kencur berwarna putih b. Rasa Keju berwarna kuning muda c. Rasa Nangka berwarna kuning d. Rasa Coklat berwarna coklat e. Rasa Pandan berwarna hijau f. Rasa Susu berwarna putih g. Rasa Pedas berwarna merah h. Rasa Strawbery

berwarna merah muda

i. Rasa Bawang berwarna putih ada sedikit taburan bawang

1. Berdasarkan Produk Ukuran simping :

a. Ukuran kecil di buat sedikit tebal. b. Ukuran besar di buat tipis. 2. Berdasarkan Jenis Kemasan

simping : a. Kemasan Sedang b. Kemasan Besar

3. Berdasarkan Jenis Kualitas Kemasan :

a. Kemasan sedang dengan ukuran simping kecil menggunakan kualitas plastik tebal dan direkata menggunakan alat press mesin.

(22)

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran

b. Kemasan sedang dengan ukuran simping besar menggunakan plastik tipis dan di ikat menggunakan karet.

c. Kemasan besar dengan ukuran simping besar menggunakan black toples kedap udara dan harus tersedia untuk membiayai kegiatan

Data diperoleh dari jawaban responden mengenai :

1. Kas perusahaan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah).

2. Piutang perusahaan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah):

a. Piutang Dagang : tagihan kepada pihak lain (langganan) karena penjualan secara kredit.

b. Persediaan Barang : semua barang yang sampai tanggal neraca masih berupa persediaan di gudang

3.Persediaan Bahan Baku selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah) :

melalui penyebaran angket kepada pengusaha simping yang menjadi sampel

dalam penelitian. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari laporan

(23)

Perdagangan Kabupaten Purwakarta (DISKOPPERINDAG), Kecamatan

Purwakarta, Kelurahan di Kecamatan Purwakarta dan artikel dalam internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:

1. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha

simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten

Purwakarta.

2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung

dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai

pelengkap data.

3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat

pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi

sampel dalam penelitian.

4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh

data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi dengan variabel

independen kualitatif melalui model Dummy Variable. Menurut Yana Rohmana

(2010:105) Dummy Variable adalah regresi dimana variabel bebasnya

(independen) selain ada variabel-variabel yang bersifat kuantitatif juga ditambah

dengan variabel bersifat kualitatif (dummy variable) . Dalam analisis ini dilakukan

dengan bantuan program Eviews 5.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh

variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya.

Fungsi persamaan umum yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada

Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta = ƒ (Diferensiasi Produk dan Modal Kerja)

Secara pengertian ekonomi, penjelasan fungsi matematis tersebut adalah

(24)

Hubungan tersebut dapat dijabarkan kedalam bentuk model regresi sebagai

berikut :

Keterangan :

Dimana :

Y = Laba

X1 = Diferensiasi Produk (dummy variable)

X2 = Modal Kerja

3.7.1 Karakteristik dari Variabel Boneka (Dummy Variable)

Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif biasanya

menunjukkan ada tidaknya suatu “ quality” atau “ atribute”. Pernyataan

berikutnya adalah bagaimana atribute yang bersifat kualitatif ini diperlukan

menjadi kuantitatif sehingga metode regresi bisa diaplikasikan.

Salah satu metode untuk mengkuantitatifkan atribut yang bersifat kualitatif

tersebut adalah dengan cara membentuk variabel yang sifatnya artificial (dummy)

kedalam model persamaan regresi dengan mengambil nilai 1 (satu) atau 0 (nol).

Ketentuan pemberian angka 1 atau 0 bisa kita pahami bahwa :

• Beri angka 1 untuk menunjukan adanya atribut

• Beri angka 0 untuk menunjukan tidak adanya atribut

Variabel dummy ini dapat dengan mudah kita pergunakan sama seperti

halnya pada variabel kuantitatif. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan

bahwa :

• Suatu model regresi mungkin variabel bebasnya hanya terdiri dari atas variabel

dummy saja tanpa variabel kuantitatif, maka model ini disebut model analisis

varian (ANAVAR).

Contoh :

Yi = β0 + β1Di + ei

Dimana :

(25)

Y = Laba

Di = 1, jika perusahaan melakukan diferensiasi produk (yang memiliki skor

>74)

Di = 0, jika perusahaan tidak melakukan diferensiasi produk (yang memiliki

skor < 74).

Dimana Skor 74 diperoleh dari :

( Sumber: Diadaptasi dari www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian ) •Suatu model regresi dimana variabel bebasnya bukan hanya terdiri dari atas

variabel dummy saja tapi juga variabel kuantitatif, maka model ini disebut model

analisis kovarian (ANAKOV).

Contoh :

Yi= β0+ β1 Di+ β2 Xi + ei

Dimana :

Y = Laba (perbulan)

Di = 1, jika perusahaan melakukan diferensiasi produk (yang memiliki skor

>74)

Di = 0, jika perusahaan tidak melakukan diferensiasi produk (yang memiliki

skor < 74)

X = Modal Kerja (perbulan)

Dalam banyak kasus, model analisis kovarian yang sering muncul di pembahasan

ekonomi. Yana Rohmana (2010:107).

3.8 Pengujian Statistik

3.8.1 Uji Statistik t

Untuk menghitung nilai t hitung digunakan rumus :

(26)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh dari

masingmasing variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan. Mula-mula

ditentukan hipotesis nol atau null hypotesis (Ho) yang menyatakan bahwa

masing-masing variabel penjelas berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan secara

individu.

Hipotesis yang diuji pada uji statistik t adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis untuk X1

H0 : 1 = 0 tidak ada pengaruh antara Diferensiasi Produk (X1)

terhadap Laba(Y).

Hα : 1 < 0 ada pengaruh negatif antara Diferensiasi Produk (X1)

terhadap Laba (Y).

b. Hipotesis untuk X2

H0 : 2 = 0 tidak ada pengaruh antara Modal Kerja (X2) terhadap

Laba (Y).

Hα : 2 > 0 ada pengaruh positif antara Modal Kerja (X2) terhadap

Laba (Y).

Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. H0 diterima dan Hα ditolak apabila thitung < ttabel atau jika

probabilitas thitung > tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah

satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan.

2. H0 ditolak dan Hα diterima apabila thitung > ttabel, atau jika

probabilitas thitung < tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah

satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara

(27)

3.8.2 Uji Statistik F

Untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang di gunakan dalam

model regresi secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

yang dijelaskan, digunakan uji statistik F, hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : α1, α2, α3 = 0 semua variabel independen tidak mempengaruhi

variabel dependen secara bersama-sama

Hα: α1, α2, α3 ≠ 0 semua variabel independen mempengaruhi variabel

dependen secara bersama-sama

Nilai F hitung dicari dengan rumus :

(Yana Rohmana, 2010:80)

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

N = Jumlah observasi

k = Jumlah variabel

Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang

digunakan sebagai berikut :

1. H0 diterima dan Hα ditolak apabila Fhitung < Ftabel, atau jika

probabilitas Fhitung > tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak,

artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.

2. H0 ditolak dan Hα diterima apabila Fhitung > Ftabel, atau jika

probabilitas Fhitung < tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak,

artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama

(28)

3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi diperoleh

dengan menggunakan formula :

∑ ∑ ∑

Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu ( 0 < R2 < 1).

Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Sebaliknya nilai R2 yang

mendekati satu berarti variabel independen memberikan semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

3.8.4 Uji Normalitas

Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam regresi adalah variabel e

berdistribusi normal. Hal ini untuk memenuhi asumsi zero mean. Jika variabel e

berdistribusi normal maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal. Uji

normalitas dilakukan dengan formula Jarque Berra atau dikenal dengan JB-test.

Hipotesis:

H 0 : error term terdistribusi normal

H α : error term tidak terdistribusi normal

Jika Jarque Bera (J-B) > Χ 2 df = k atau Probability (P-Value) < α (taraf

nyata yang digunakan) maka tolak H 0 , artinya error term tidak terdistribusi

normal. Jika Jarque Bera (J-B) < Χ 2 df = k atau Probability (P-Value) > α maka

terima H0 , artinya error term terdistribusi normal.

3.9 Uji Asumsi Klasik

3.9.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan antarvariabel

independen karena melibatkan beberapa variabel independen, maka

(29)

terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen

(Yana Rohmana, 2010:140).

Konsekuensi sebuah model yang terkena multikolinearitas adalah

variannya akan terus naik dan membesar. Dengan varian yang semakin naik atau

membesar maka standar eror β1 dan β2 juga naik. Oleh karena itu, dampak adanya

multikolinearitas di dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi

dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah :

1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh dan masih dikatakan

BLUE, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan

meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel sehingga sulit

mendapatkan penaksir yang tepat.

2. Karena besarnya kesalahan standar, selang atau interval keyakinan untuk

parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar dan nilai t hitung

akan kecil sehingga variabel independen secara statistik tidak signifikan.

3. Dalam kasus multikolinearitas yang tinggi data sampel mungkin sesuai

dengan sekelompok hipotesis yang berbeda-beda jadi probabilitas untuk

menerima hipotesis salah.

4. Selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi

adalah mungkin tetapi taksiran kesalahan standarnya menjadi sangat

sensitif terhadap sedikit perubahan data.

5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin terjadi R2 yang tinggi tetapi tidak

satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting secara

statistik.

Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam

model regresi OLS yaitu:

a. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang

signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.

b. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila

(30)

koefisien antarvariabel independen koefisiennya tinggi (0,8 – 1,0) maka

diduga terdapat multikolinearitas.

c. Dengan melakukan regresi auxiliary, dapat digunakan untuk mengetahui

hubungan antar dua atau lebih variabel independen yang secara

bersama-sama.

d. Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF)

(Yana Rohmana,2007:142-149)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara korelasi parsial

antarvariabel independen untuk mendeteksi ada atau tidak adanya

multikolinearitas.

Apabila terjadi multikolinearitas menurut Gujarati (1978:168) maka harus

melakukan :

1) Tindakan perbaikan dengan cara informasi apriori, menghubungkan data

cross sectional dan data urutan waktu, mengeluarkan satu variabel atau

variabel-variabel dan bias spesifikasi atau dengan penambahan data baru.

2) Tidak dengan tindakan perbaikan karena ketika data terkena

multikolinearitas data masih BLUE, multikolinearitas hanya menyebabkan

peneliti kesulitan memperoleh estimator dengan standar error yang kecil.

3.9.2 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak

memiliki varian yang sama (Gujarati,1978:178). Heteroskedastisitas merupakan

suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien

(semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika

(31)

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :

1. Metode informal (grafik). Metode ini merupakan cara yang paling mudah

dan cepat karena menampilkan grafik sebar dari variabel residual kuadrat

dan variabel independen. Kriterianya adalah :

a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan

lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada

model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan

keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran

absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien

korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

5. Metode Breusch-Pagan-Godfrey. Metode ini mengembangkan model yang

tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data sebagai

alternatif dari metode Golgfeld-Quandt.

6. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara

(32)

dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dan χ2

tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa

terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2hitung < χ2tabel

maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.

(Yana Rohmana, 2010 : 161-170)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan

Software Eviews 5,1. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White

Heteroscedasticity Test

Apabila model penelitian terkena heterokedastisitas maka data wajib untuk

disembuhkan dikarenakan sifat data tidak BLUE melainkan LUE. Adapun cara

penyembuhannya adalah sebagai berikut:

a. Metode WLS (Weighted Least Square) atau kuadrat terkecil tertimbang.

Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan OLS dengan σ.

b. Metode white. Metode ini dikenal dengan varian heterokedastisitas

terkoreksi.

3.9.3 Autokolerasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antar anggota observasi

satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi

metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan

dengan variabel gangguan yang lain (Yana Rohmana,2010:192). Jadi autokorelasi

adalah hubungan antar residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.

Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu

karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada

masa-masa sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena kelembaban (inertia), terjadi bias

spesifikasi bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat, penomena sarang

laba-laba, beda keliru, kekeliruan manipulasi data dan data yang dianalisis tidak

bersifat stasioner. Apabila data didalam penelitian terkena autokorelasi maka

(33)

Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun

metode-metodenya adalah sebagai berikut:

1. Uji Durbin Watson (D-W)

Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui

ada tidaknya autokorelasi. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada

tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan

terlihat seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1

software Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai X2tabel dengan

X2hitung (Obs* R-squared). Kalau X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan

model estimasi berada pada hipotesa nol atau tidak ditemukan korelasi.

2. Uji Breusch-Godfrey (uji BG)

Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan

dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai

probabilitas lebih besar dari (>) σ= 5% berarti tidak terkena autokorelasi.

(34)

sebaliknya ketika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (<)

dari σ= 5% berarti terdapat autokorelasi.

(Yana Rohmana,2010:200)

Apabila data terkena autokorelasi, maka data harus segera diperbaiki agar

model masih tetap bisa digunakan. Terdapat beberapa alternatif untuk masalah

menghilangkan autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan melakukan

transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering disebut generalized

difference equation.

b. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui maka bisa dilakukan beberapa

pilihan yaitu:

1) Bila autokorelasi tinggi menggunakan metode diferensiasi tingkat

pertama.

2) Estimasi autokorelasi didasarkan pada statisik d Durbin- Watson.

3) Estimasi autokorelasi dengan metode dua langkah durbin.

4) Bila autokorelasi tidak diketahui dengan metode Cochrane-Orcutt.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan

software Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai probabilitasnya.

Ketika nilai probalitas lebih dari (>) = 5% maka dapat disimpulkan model

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh

diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping

kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi

produk terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan

Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta tidak berpengaruh

signifikan. Disimpulakan jika diferensiasi produk mengalami perubahan

tidak akan mempengaruhi laba yang diperoleh pengsaha simping kaum di

Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh modal kerja

terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan

Purwakarta Kabupaten Purwakarta berpengaruh signifikan dengan arah

positif. Disimpulkan jika modal kerja tinggi maka mengakibatkan laba

semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika modal kerja rendah maka laba

yang diperoleh pun rendah.

3. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi

produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping kaum di

Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta secara

(36)

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai

berikut :

1. Diferensiasi produk merupakan faktor yang paling penting bagi

para konsumen dalam menentukan pembelian barang. Oleh karena itu

untuk meningkatkan laba pengusaha simping harus lebih aktif dalam

memahami keinginan konsumen atau mengetahui selera konsumen dengan

cara pengusaha membuat produk simping dengan rasa yang berbeda tidak

hanya original(kencur),keju,pedas,nangka saja tetapi pengusaha dapat

membuat produk dengan rasa yang berbeda dari pengusaha simping

lainnya dan pengusaha dapat membuat produk simping dalam satu

kemasan tidak hanya satu rasa saja pengusaha bisa membuat produk

simping dalam satu kemasan bebagai macam rasa. Dari aspek ukuran

kemasan pun pengusaha tidak hanya membuat produk dengan dua ukuran

saja yaitu Ukuran kemasan sedang dan Ukuran kemasan besar pengusaha

bisa membuat produk dengan ukuran kemasan kecil Dalam aspek kualitas

kemasan, sebaiknya pengusaha dapat menciptakan produk dengan

kemasan beraneka ragam misalnya Plastik yang digunakan tebal,

almunium foil transparan atau almunium foil silver, kedap udara di beri

gel pengawet makanan, direkatkan menggunakan atal press, diberikan

label nama produk simping, tanggal kadaluarsa, berat kemasan simping,

label halal dari MUI , no P-IRT. Agar produk tersebut bisa dijual keluar

daerah, supermarket, kemasan tidak mudah rusak, tahan lama, lebih

menarik dilihat konsumen dan harga jualpun tinggi. Maka akan

meningkatkan laba pengusaha simping.

2. Modal kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap laba pengusaha

simping, maka dari itu untuk memperoleh laba / keuntungan maksimum

pengusaha harus meningkatkan dan mengelola modal kerja yang dimiliki,

agar tercapai efesiensi produksi sehingga keberhasilan usaha dapat

(37)

Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba pengusha dalam memenuhi

kebutuhan modalnya yaitu :

a. Pengusaha bisa mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang

disediakan oleh pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan

bantuan dana atau modal guna mengembangkan usahanya, pinjaman

ini bisa diperoleh di lembaga keuangan seperti BRI, Bank Mandiri dan

Bank Bukopin.

b. Para pengusaha bisa mengajukan proposal ke DIKOPERINDAG untuk

mengajukan pemberian dana hibah guna meningkatkan modal dan

kesejahteraan para pengusaha.

c. Bagi masyarakat masyarakat di Kelurahan Cipaisan Kecamatan

Purwakarta yang sebagian besar menekuni usaha simping ini dapat

mengajukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri sehingga seluruh masyarakat dapat meningkatkan

(38)

Ahmad, Kamaruddin. (1997). Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja.

Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Alma, Buchari. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

...(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Case, Karl E. & Fair, Ray C. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro.

Jakarta: PT Prenhallindo.

...(2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: PT

Prenhallindo.

Eeng Ahman & Yana Rohmana. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro.

Bandung:Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Gujarati,Domador dan Zain S.(1978). Ekonometrika Dasar. Jakarta:

Erlangga.

Jaya, Kirana Wihana. (2001). Ekonomi Industri. BPPE: Yogyakarta edisi

kedua.

Kartajaya, Hermawan. (2004). Positioning Differentiation Brand. Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama.

Komarudin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran analisis, Perencanaan,

Implementasin dan Kontrol. Jakarta : Prenhallindo

Porter, Michael. E. (2008). Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan

Mempertahankan Kinerja Unggulan. Jakarta :Bina Aksara.

Pratama Raharja & Manurung Mandala. (2008). Teori Ekonomi Mikro.

Jakarta : FEUI

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

...(2007). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Riyanto, Bambang. (1993). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

(39)

...(1995). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM

Sadono, Sukirno. (2002). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta :

RajaGrafindo Persada.

... (2005). Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Ketiga.

Jakarta: Rajawali Pers.

Salvatore, Dominick. (2005). Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga.

Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. (1999). Mikro Ekonomi.

Jakarta:Erlangga

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta

... (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta

Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju

Sukses.Jakarta: Salemba Empat

Tulus Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat

Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews.

Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.

SKRIPSI

Hot BR, Santi.2012. Pengaruh Perilaku Kewirusahaan, Modal Kerja dan

Upah Tenaga Kerja Terhadap Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok

di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Skripsi FPEB UPI.

Widya Rahmawati Indira.2010. Pengaruh Modal Kerja, Diferensiasi

Produk dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha

Meubel di Kecamatan Magarsih Kabupaten Bandung. Skripsi

FPEB UPI.

Indra Budi Wijaya (2010) Pengaruh Variasi Produk dan Biaya Promosi

Terhadap Volume Penjualan Sepatu LEAGUE Pada Showroom

Sportindo Tunjangan Plaza 2 Surabaya : Tidak diterbitkan.

Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian

(40)

Riska Pasha Sulistio. (2009). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan

Persaiingan Terhadap Pengusaha Cafe se-Kota Bandung. Skripsi

Sarjana pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.

Vena Putri (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Jasa Pariwisata. Bandung: Skripsi UPI. Tidak

diterbitkan.

Yunus, Hadori . (2005). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia .

Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di Propinsi

Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan Ukm Nomor 1.

Sumber Lain

BPS – Profil Industri Kecil Kerajinan dan Rumah Tangga. (Online),

(http//:www.bps.go.id)

Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Purwakarta, Tahun 2010.

dian39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id

http://www.scribd.com/doc/127552378/Strategi-Keunggulan-Bersaing-Melalui-Pendekatan-Diferensiasi-Produk

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah .

Syahyunan.(2003). Analisis Modal Kerja. [Online]. Tersedia di:

http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-syahyunan3.pdf

SK Menteri Keuangan No.40KMK.06/2003

www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian

Gambar

Tabel 1.2 Tabel Produk Unggulan UMKM Kabupaten Purwakarta Tahun 2010-2013
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Statistika Gambar 3.1 d Durbin- Watson

Referensi

Dokumen terkait

Kejanggalan, kepincangan dan ketidakadilan menjadi semakin dirasa tatkala mereka berhadapan dengan kasus kewarisan yang ahli warisnya terdiri dari dzawil arham semuanya seperti

Adapun faktor yang paling berpengaruh signifikan berdasarkan hasil ANOVA untuk nilai rata-rata dan SNR didapatkan setting level optimal dari faktor-faktor

Masukan username dan password jika anda sudah terdaftar pada ina-geoportal, jika anda belum terdaftar di ina-geoportal klik link Daftar Sekarang seperti pada gambar 1.0.2, maka

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dengan Program Khusus

Bapak Helli Ihsan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama

Pembiayaan tersebut diperoleh dari lembaga keuangan yang kegiatan usahanya memberikan jaminan, bahwa manfaat pemberian jaminan sebagai salah satu cara memperoleh pinjaman

Situs ini berisikan tentang penjualan sprei dan bedcover, yang diharapkan dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan pembelian sprei dan bedcover secara on-line tanpa harus

[r]