PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK DAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN
PURWAKARTA
(Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh
R.Dewi Syifa Fauziah
0801059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)
Oleh:
R.Dewi Syifa Fauziah
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© R.Dewi Syifa Fauziah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN PURWAKARTA
(Survey pada sentra industry simping kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kusnendi, M.S. NIP. 19600122 198403 1 003
Navik Istikomah, SE, M.Si. NIP. 19751110 200501 2 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
ABSTRAK
“Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta (Survey Pada Sentra Industry
Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)”
di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS dan Navik Istikomah, SE., MSi
oleh
R.Dewi Syifa Fauziah 0801059
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu laba pengusaha home industry pada subsektor simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta dalam sepuluh bulan laba terakhir di Tahun 2013 berada dalam kondisi fluktuasi .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping kaum Kabupaten Purwakarta. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplanatory yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jumlah sampel yang diambil sebanyak empat puluh enam responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara,observasi dan teknik analisis data yang digunakan metode dummy variabel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa diferensiasi produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada home industry simping kaum, sedangkan modal kerja berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap laba pada home industry simping kaum.
ABSTRACT
The Effect of Products Differenciations and Working Capital on the Profit of Simping Kaum Home Industry in Purwakarta (Survey at Centra Industry Simping
Kaum Cipaisan, Purwakarta District, Purwakarta) under the guidances of Dr. Kusnendi, MS and Navik Istikomah, SE., Msi.
by
R.Dewi Syifa Fauziah 0801059
The problem in this sstudy was the profit earnings of Simping Kaum
subsector home industry entrepreneurs at Cipaisan, Purwakarta within 10 months
in 2013 which in fluctuated conditions.
The purpose of this study was to determine the effect of product
differentiation and working capital to profits in the home industry Purwakarta.
The research method used was an explanatory survey which is a research method
that takes a sample of the population and use questionnaires as a data collection
tool. The number of sample had taken fourty-six respondents. Data collection is
done by distributing questionnaires, interview, observation and data analysis
techniques are used dummy variables method.
The results showed that product differentiation does not significantly
effect on profit earnings in Simping kaum home Industry, while working capital
significantly influence the direction of positive earnings in Simping Kaum home
industry.
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka………... 11
2.1.5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja... 34
2.1.5.7 Fungsi Modal Kerja ... 36
2.1.5.8 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 36
2.1.5 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian... 38
2.1Kerangka Pemikiran... 39
2.3 Hipotesis ... 43
3.2 Metode Penelitian... 44
3.8 Pengujian Statistik... 50
3.8.1 Uji Statistik t... 50
3.9.2 Karakteristik Heterokedastisitas... 55
3.9.3 Karakteristik Autokorelasi... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 60
4.6.2 Heterokedastisitas... 79
4.6.3 Autokorelasi... 80
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian... 81
4.7.1 Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pengusaha Simping... 81
4.7.2 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Simping ... 81
4.7.3 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Pengusaha Simping... 84
4.8 Implikasi Pendidikan... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 89
5.2 Saran... 90
DAFTAR PUSTAKA... 92
LAMPIRAN Lampiran A... 95
Lampiran B... 104
Lampiran C... 106
Lampiran D... 109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang
cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap
bertahan dimasa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini
merupakan bagian dari industri yang kuat. Keberhasilan pembangunan ditunjukan
oleh nilai tambah, kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha,
sehingga industri makin efektif menjadi penggerak utama dalam pembangunan.
Saat ini UMKM menjadi satu fenomena perekonomian tersendiri ketikan
terjadi kenaikan harga pangan dan bahan bakar sehingga banyak usaha besar
mengalami kesulitan dalam usahanya, UMKM mampu mempertahankan
usahannya di tengah krisis ekonomi. Peranan UMKM juga sering di kaitkan
dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi
kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Oleh karena itu, kebijakan
pengembangan UMKM di Indonesia sering dianggap sebagai kebijakan pencipta
kesempatan kerja.
Pada saat terjadinya krisis moneter yang melanda, dan disertai kondisi
ekonomi yang kurang mendukung, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
tampil sebagai penolong perekonomian rakyat kecil. UKM mampu bertahan
dalam menghadapi gejolak perekonomian. Hal ini terbukti pada saat krisis
ekonomi melanda, dimana dalam kondisi tersebut banyak perusahaan yang gulung
tikar karena tidak mamapu menghadapi tekanan krisis. Akibatnya terjadi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan angka pengagguran
semakin banyak. Dengan terjadinya PHK banyak masyarakat yang kehilangan
pekerjaan sedangkan kebutuhan hidupnya semakin menghimpit. Dengan kondisi
tersebut para pengusaha kecil menengah justru lebih mampu bertahan menghadapi
Tabel 1.1
Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar di Indonesia 2007-2011
No Skala Usaha Tahun Jumlah
2007 2008 2009 2010 2011
1 Usaha Mikro 84.452.022 87.810.366 90.012.694 93.014.759 94.957.797 450.247.638 2 Usaha Kecil 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 3.919.992 17.866.865 3 Usaha
Menengah 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 2.844.669 13.737.290 4 UMKM 90.491.950 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458 481.851.793 5 Usaha Besar 2.535.411 2.756.205 2.674.671 2.839.711 2.891.224 13.697.222 Jumlah 93.027.361 96.780.483 98.886.003 102.241.486 104.613.682 495.549.015 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa perkembangan UMKM dari tahun
2007 ke tahun 2011 mengalami peningkatkan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya unit usaha yang ada dibandingkan dengan usaha berskala besar. Pada
tahun 2007 UMKM di Indonesia menunjukan jumlah 90.491.950 unit usaha.
Kontribusi usaha mikro 84.452.022 usaha, usaha kecil 3.278.793unit dan usaha
menengah 2.761.135 unit. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan jumlah
unit usaha besar yang ada di Indonesia yaitu sebesar 2.535.411 unit usaha.
Selanjutnya tahun 2008 jumlah UMKM terus meningkat menjadi 94.024.278 unit
usaha yaitu usaha mikro sebesar 87.810.366 unit, usaha kecil 3.519.843 unit dan
usaha menengah 2.694.069 unit. Pada tahun 2009 jumlah UMKM terus meningkat
menjadi 96.211.332 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 90.012.694 unit, usaha
kecil 3.521.073 unit dan usaha menengah 2.677.565 unit. Selanjutnya tahun 2010
dan 2011 jumlah UMKM terus meningkat menacapai 99.401.775 dan
101.722.458 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 93.014.759 dan 94.957.797
unit, usaha kecil 3.919.992 dan 3.919.992 unit dan usaha menengah 2.759.852 dan
2.844.669 unit. Dari jumlah tersebut maka usaha mikro memang layak disebut
tulang punggung perekonomian Indonesia.
Keberadaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) selain untuk
memperkuat struktur perekonomian, kegiatan ini juga dapat mengurangi jumlah
pengangguran, memerangi kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja,
berwirausaha. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan penciptaan kesempatan
kerja atau kebijakan anti kemiskinan (Tulus Tambunan, 2002:16).
Perkembangan UMKM yang sangat pesat dapat membantu pembangunan
ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi ini ditunjang dengan pembangunan
industri baik industry manufaktur, industri minyak dan gas, industri jasa
transportasi, industri perdagangan, dan berbagai industri lain sesuai dengan
potensi daerah masing-masing. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri
kecil memiliki banyak kelemahan.
Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam industri kecil tersebut
dapat dikategorikan kedalam dua aspek :
1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya
kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam
pengndalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi,
tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak memiliki
ketrampilan.
2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan,
pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara
memasarkan produk.
Kelemahan yang dimiliki industri kecil tersebut haruslah diantisipasi
dengan solusi kongkrit tidak hanya oleh pelaku industri tersebut namun didukung
juga dengan pemerintah serta masyarakatnya. Jika industri kecil terpuruk maka
akan mengakibatkan tergangunya stabilitas perekonomian nasional.
Walaupun pengaruhnya tidak sebesar industri menegah atau industri besar
namun dikarenakan kegiatan dari industri kecil menyentuh langsung pada
kegiatan ekonomi masyarakat maka sudah barang tentu akan berpengaruh
langsung pada masyarakat terutama masyarakat bawah dan menengah.
Masyarakat haruslah mencintai serta menghargai produk dalam negeri.
Dimulai dengan semangat tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam
Pemerintah pun tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan
industri kecil. Pemerintah dengan program-programnya sudah semestinya
melakukan bantuan baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun
materil seperti JPS (Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya
industri kecil dapat berkembang dengan baik.
Melalui pengembangan industri kecil akan memberikan suatu peranan
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Selain itu,
industri kecil mampu memainkan peran yang strategis dalam perekonomian
nasional. Sumbangannya dalam berbagai sektor pembangunan nasional adalah
wujud nyata yang tidak perlu disangsikan lagi, seperti banyaknya menyerap
tenaga kerja, memperluas lapangan usaha dan kontribusinya terhadap penerimaan
negara. Terlebih lagi operasional usaha industri kecil langsung menyentuh lapisan
masyarakat, dan bisa pula dilakukan secara home industry ( industri rumahan)
yang tidak terlalu memerlukan modal yang besar untuk memulainya.
Pertumbuhan sektor industri kecil banyak dan tersebar luas diseluruh wilayah
tanah air yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing
daerah. Potensi yang dimiliki industri kecil ini cukup besar untuk dapat lebih
berkembang dan memiliki posisi di masyarakat.
Oleh karena itu, industri kecil memiliki andil yang sangat besar terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat potensi yang terkandung dari industri
kecil yaitu :
1. Menciptakan lapangan kerja.
2. Memelihara dan membentuk modal sektor usaha.
3. Penyebaran kekuatan ekonomi, pertahanan dan keamanan. 4. Peningkatkan keterampilan dan kesadaran dan keamanan. 5. Penggunaan sumber daya alam bagi produksi.
Potensi dan beberapa kelebihan dari karakteristik industri kecil tersebut
merupakan suatu alasan bagi industri kecil untuk layak dikembangkan dan tidak
seharunya berada dalam keterbatasan. Dengan alasan jenis-jenis industri kecil
banyak sekali jenisnya, dan mengacu pada potensi daerah yang seharusnya
diberdayakan maka pada penelitian ini akan membahas salah satu jenis dari
disekitar Kabupaten Purwakarta, khususnya di Kelurahan Cipaisan Kecamatan
Purwakarta Kabupaten Purwakarta, tumbuh usaha pembuatan simping yang
merupakan khas Indonesia yang berasal dari Provinsi Jawa Barat yang potensi
industrinya berada di Kabupaten Purwakarta.
Simping merupakan salah satu jenis makanan ringan yang bahan utamanya
terbuat dari campuran tepung terigu, tepung tapoika, garam, kelapa dan kencur
yang dibuat berbentuk bulat tipis, dan kemudian dibakar. Simping merupakan
komoditas industri yang merupakan salah satu produk unggulan usaha kecil dan
menengah di Kabupaten Purwakarta. Simping sendiri masuk kedalam jajaran
usaha mikro kecil menengah (UMKM) karena karakteristik usahanya yang padat
modal dan padat karya.
Hal tersebut bisa dilihat melalui tabel 1.2 yang memperlihatkan produk
unggulan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Purwakarta :
Tabel 1.2
Tabel Produk Unggulan UMKM Kabupaten Purwakarta Tahun 2010-2013
Nama Produk Jumlah Unit
Usaha
Tenaga Kerja Investasi (Rp. 000)
Genteng Press 153 3.067 Orang 5.674.000 8.262.000
Wayang Golek 19 60 Orang 41.200 360.000
Berdasarkan tabel 1.2, dapat kita lihat bahwa home industry simping ini
termasuk salah satu industry unggulan di Kabupaten Purwakarta yang memiliki
kapasitas produksinya mencapai 5.328.000. Kapasitas produksi pada industry
simping di Kabupaten Purwakarta sendiri termasuk besar dibandingkan dengan
kapasitas produksi pada produk unggulan UMKM lain yang ada di Kabupaten
Purwakarta. Kapasitas produksi industry simping ini merupakan kapasitas
produksi terbesar ke-4 diantara produk unggulan UMKM lain yang kapasitas
produksi di Kabupaten Purwakarta yaitu terbesar setelah industry kramik, topi dan
genteng press. Dengan besarnya kapasitas produksi tersebut, industry simping
sebagai salah satu usaha home industry yang telah memberikan penghasilan yang
cukup besar bagi para pengusahanya dan telah mampu menyerap tenaga kerja di
wilayah Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Wanayasa.
Pada tahun 2010, industry simping telah mampu menyerap sebanyak 208
orang pekerja yang merupakan penyerapan angka tenaga kerja terbesar ke-6
setelah genteng press, kramik, tape singkong, topi dan aneka kue kering di
Kabupaten Purwakarta. Penyerapan tenaga kerja ini sedikit banyak telah
menunjang kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Salah satu indikator dari keberhasilan usaha adalah laba, apabila laba atau
keuntungan perusahaan terus menerus menurun maka keberhasilan usaha tidak
akan tercapai. Melalui data yang diperoleh dari industry simping yang di ambil
dari 46 pengusaha di wilayah Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta
Kabupaten Purwakarta pada bulan Maret - Agustus 2013 yang menggambarkan
tingkat keberhasilan usaha pada industry simping di Kelurahan Cipaisan
Kecamatan Purwakarta yang diukur dengan perolehan laba atau keuntungan
Tabel 1.3
Rata-Rata Perkembangan Laba Home Industry Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten
Purwakarta (Periode Bulan Maret – Desember 2013)
Bulan Laba (Rp) Pertumbuhan (%)
Maret 13.882.609 -
April 11.505.435 -17,12
Mei 11.128.261 -3,278
Juni 10.376.304 -6,757
July 10.403.478 0,262
Agustus 15.525.000 49,23
September 14.239.130 -8,283
Oktober 12.988.043 -8,786
November 13.472.826 3,733
Desember 16.310.870 21,06
Sumber : Pengusaha Simping Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta
Berdasarkan survey yang dilakukan penulis, pada umumnya para
pengusaha simping menyatakan adanya fluktuasi pada laba/keuntungan yang
mereka peroleh. Dari data tabel 1.3 terlihat bahwa dari bulan Maret sampai
dengan bulan Desember 2013, laba para pengusaha simping mengalami
naik-turun (Fluktuasi). Pada bulan Maret 2013 diketahui jumlah laba sebesar
Rp.13.882.609 sedangkan pada bulan April, Mei dan Juni menagalami penurunan
yaitu menjadi Rp.11.505.435, Rp.11.128.261 dan Rp.10.376.304 sedangkan pada
bulan July 2013 laba mengalami kenaika menjadi Rp.10.403.478 dan pada bulan
Agustus 2013 laba mengalami kenaikan sebesar Rp.15.525.000 dan mengalami
penurunan kembali pada bulan September dan Oktober 2013 menjadi
Rp14.239.130 dan Rp. 12.988.043 sedangkan pada bulan November sampai Desember
laba mengalami kenaikan kembali pda bulan November 2013 sebesar Rp. 13.472.826 dan
bulan Desember 2013 sebesar Rp. 16.310.870. Menurut hasil wawancara dengan para
pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta
pengusaha simping disebabkan oleh waktu-waktu tertentu, pada bulan Agustus
dan Desember pengusaha simping mengalami kenaikan laba yang cukup tinggi
karena banyaknya pemesanan simping untuk dibawa sebagai oleh-oleh pada saat
Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pada bulan-bulan lain pengusaha
simping mengalami penurunan karena permintaan simping tidak sebanyak bulan
Agustus dan Desember.
Perolehan laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor
tersebut antara lain besarnya modal, kebiasaan berpikir kreatif termasuk
kemampuan manajerial, strategi biaya rendah, diferensiasi produk, tingkat resiko
yang harus dihadapi perusahaan dan inovasi yang dilakukan perusahaan. Dengan
adanya perkembangan produk yang bervariatif akan membuat harapan terhadap
minat konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang bervariatif
pengusaha dalam diferensiasi produknya menyebabkan industri ini lemah dalam
variasi produk yang ditawarkannya. Selain itu modal menjadi faktor yang sangat
cukup penting bagi wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Banyak indutri
kecil yang tidak maju karena terbetur oleh permasalahan modal, mereka hanya
mengandalkan modal pribadi karena sulitnya mendapatkan pinjaman dari modal
dari pihak luar. Bagi sebagian industri, terbatasnya modal kerja akan
menghasilkan proses produksi yang tidak efisien karena membawa pengaruh
terhadap daya saing sehingga harga produk yang ditawarkan menjadi lebih tinggi.
Berdasarkan uraian diatas penulis memandang penting untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja
Terhadap Laba Home Industry Simping.” (Survey pada Home Industry
Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini penulis
membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu diferensiasi produk,
modal kerja. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba
pengusaha simping ?
2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha
simping ?
3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja
terhadap laba pengusaha simping.
2. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap laba
pengusaha simping.
3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha
simping.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
ekonomi mikro terkait dengan laba pengusaha.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat
memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh diferensiasi
produk dan modal kerja terhadap laba home industry simping di Kabupaten
pengusaha yang meningkatkan diharapkan akan memberikan keuntungan
yang lebih terhadap pengusaha juga dapat meningkatkan kesejahteraan
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry simping di Kabupaten
Purwakarta Kecamatan Cipaisan Kaum Kidul. Sedangkan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas meliputi diferensiasi produk
(X1), dan modal kerja (X2), sedangkan variabel terkait yaitu laba (Y).
3.2Metode Penelitian
Metode penelitian dapat memberikan gambaran kepada para peneliti mengenai
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Kerlinger
(Sugiyono, 2008:7) mengemukakan bahwa :
Metode penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang
diambil dari populasi tersebut sehingga ditentukan kejadian- kejadian relative,
distribusi, dan hubungan- hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Selain itu juga digunakan metode eksplanatory atau penjelasan yaitu suatu metode
menyoroti adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka
kemudian dirumuskan suatu hipotesis. Masri Singarimbun (Vena Putri, 2011:79).
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi yang dimaksud dalam suatu penelitian adalah
sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian, dapat berupa
benda-benda, manusia, gejala, peristiwa, atau hal-hal lain yang memiliki karakteristik
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah pengusaha simping
yang ada di Sentra Industri Simping Kaum Kabupaten Purwakarta sebanyak 46
home industry.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyino (2006: 90), sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan sampel dengan teknik
sampling jenuh. Teknik ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Riduwan
(2007: 248), sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua
populasi digunakan sebagai sampel. Karena populasi kurang dari 100 maka teknik
sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 46 orang
pengusaha dan biasa disebut dengan sampling jenuh dan sensus.
3.4 Operasionalisasi Variabel
Pada dasarnya variabel yang akan diteliti dikelompokan dalam konsep
teoritis, empiris dan analitis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang yang
yang bersifat umum. Konsep empiris merupakan konsep yang bersifat operasional
dan terjabar dari konsep teoritis. Konsep analitis adalah penjabaran dari konsep
teoritis dimana data itu diperoleh. Adapun bentuk operasionalnya dapat dilihat
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran
Data diperoleh dari jawaban responden mengenai jumlah laba home industry simping selama Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah)
Data diperoleh dari responden tentang banyaknya jenis
produksi yang dihasilkan selama
bulan Maret 2013-Desember 2013 Berdasarkan Rasa dan Warna :
a. Rasa Kencur berwarna putih b. Rasa Keju berwarna kuning muda c. Rasa Nangka berwarna kuning d. Rasa Coklat berwarna coklat e. Rasa Pandan berwarna hijau f. Rasa Susu berwarna putih g. Rasa Pedas berwarna merah h. Rasa Strawbery
berwarna merah muda
i. Rasa Bawang berwarna putih ada sedikit taburan bawang
1. Berdasarkan Produk Ukuran simping :
a. Ukuran kecil di buat sedikit tebal. b. Ukuran besar di buat tipis. 2. Berdasarkan Jenis Kemasan
simping : a. Kemasan Sedang b. Kemasan Besar
3. Berdasarkan Jenis Kualitas Kemasan :
a. Kemasan sedang dengan ukuran simping kecil menggunakan kualitas plastik tebal dan direkata menggunakan alat press mesin.
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran
b. Kemasan sedang dengan ukuran simping besar menggunakan plastik tipis dan di ikat menggunakan karet.
c. Kemasan besar dengan ukuran simping besar menggunakan black toples kedap udara dan harus tersedia untuk membiayai kegiatan
Data diperoleh dari jawaban responden mengenai :
1. Kas perusahaan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah).
2. Piutang perusahaan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah):
a. Piutang Dagang : tagihan kepada pihak lain (langganan) karena penjualan secara kredit.
b. Persediaan Barang : semua barang yang sampai tanggal neraca masih berupa persediaan di gudang
3.Persediaan Bahan Baku selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah) :
melalui penyebaran angket kepada pengusaha simping yang menjadi sampel
dalam penelitian. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari laporan
Perdagangan Kabupaten Purwakarta (DISKOPPERINDAG), Kecamatan
Purwakarta, Kelurahan di Kecamatan Purwakarta dan artikel dalam internet.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:
1. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha
simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten
Purwakarta.
2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung
dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai
pelengkap data.
3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat
pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi
sampel dalam penelitian.
4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh
data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi dengan variabel
independen kualitatif melalui model Dummy Variable. Menurut Yana Rohmana
(2010:105) Dummy Variable adalah regresi dimana variabel bebasnya
(independen) selain ada variabel-variabel yang bersifat kuantitatif juga ditambah
dengan variabel bersifat kualitatif (dummy variable) . Dalam analisis ini dilakukan
dengan bantuan program Eviews 5.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya.
Fungsi persamaan umum yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :
Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada
Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta = ƒ (Diferensiasi Produk dan Modal Kerja)
Secara pengertian ekonomi, penjelasan fungsi matematis tersebut adalah
Hubungan tersebut dapat dijabarkan kedalam bentuk model regresi sebagai
berikut :
Keterangan :
Dimana :
Y = Laba
X1 = Diferensiasi Produk (dummy variable)
X2 = Modal Kerja
3.7.1 Karakteristik dari Variabel Boneka (Dummy Variable)
Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif biasanya
menunjukkan ada tidaknya suatu “ quality” atau “ atribute”. Pernyataan
berikutnya adalah bagaimana atribute yang bersifat kualitatif ini diperlukan
menjadi kuantitatif sehingga metode regresi bisa diaplikasikan.
Salah satu metode untuk mengkuantitatifkan atribut yang bersifat kualitatif
tersebut adalah dengan cara membentuk variabel yang sifatnya artificial (dummy)
kedalam model persamaan regresi dengan mengambil nilai 1 (satu) atau 0 (nol).
Ketentuan pemberian angka 1 atau 0 bisa kita pahami bahwa :
• Beri angka 1 untuk menunjukan adanya atribut
• Beri angka 0 untuk menunjukan tidak adanya atribut
Variabel dummy ini dapat dengan mudah kita pergunakan sama seperti
halnya pada variabel kuantitatif. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan
bahwa :
• Suatu model regresi mungkin variabel bebasnya hanya terdiri dari atas variabel
dummy saja tanpa variabel kuantitatif, maka model ini disebut model analisis
varian (ANAVAR).
Contoh :
Yi = β0 + β1Di + ei
Dimana :
Y = Laba
Di = 1, jika perusahaan melakukan diferensiasi produk (yang memiliki skor
>74)
Di = 0, jika perusahaan tidak melakukan diferensiasi produk (yang memiliki
skor < 74).
Dimana Skor 74 diperoleh dari :
( Sumber: Diadaptasi dari www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian ) •Suatu model regresi dimana variabel bebasnya bukan hanya terdiri dari atas
variabel dummy saja tapi juga variabel kuantitatif, maka model ini disebut model
analisis kovarian (ANAKOV).
Contoh :
Yi= β0+ β1 Di+ β2 Xi + ei
Dimana :
Y = Laba (perbulan)
Di = 1, jika perusahaan melakukan diferensiasi produk (yang memiliki skor
>74)
Di = 0, jika perusahaan tidak melakukan diferensiasi produk (yang memiliki
skor < 74)
X = Modal Kerja (perbulan)
Dalam banyak kasus, model analisis kovarian yang sering muncul di pembahasan
ekonomi. Yana Rohmana (2010:107).
3.8 Pengujian Statistik
3.8.1 Uji Statistik t
Untuk menghitung nilai t hitung digunakan rumus :
Pengujian ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh dari
masingmasing variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan. Mula-mula
ditentukan hipotesis nol atau null hypotesis (Ho) yang menyatakan bahwa
masing-masing variabel penjelas berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan secara
individu.
Hipotesis yang diuji pada uji statistik t adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis untuk X1
H0 : 1 = 0 tidak ada pengaruh antara Diferensiasi Produk (X1)
terhadap Laba(Y).
Hα : 1 < 0 ada pengaruh negatif antara Diferensiasi Produk (X1)
terhadap Laba (Y).
b. Hipotesis untuk X2
H0 : 2 = 0 tidak ada pengaruh antara Modal Kerja (X2) terhadap
Laba (Y).
Hα : 2 > 0 ada pengaruh positif antara Modal Kerja (X2) terhadap
Laba (Y).
Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. H0 diterima dan Hα ditolak apabila thitung < ttabel atau jika
probabilitas thitung > tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah
satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
2. H0 ditolak dan Hα diterima apabila thitung > ttabel, atau jika
probabilitas thitung < tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah
satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara
3.8.2 Uji Statistik F
Untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang di gunakan dalam
model regresi secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
yang dijelaskan, digunakan uji statistik F, hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : α1, α2, α3 = 0 semua variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara bersama-sama
Hα: α1, α2, α3 ≠ 0 semua variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara bersama-sama
Nilai F hitung dicari dengan rumus :
(Yana Rohmana, 2010:80)
Dimana:
R2 = Koefisien determinasi
N = Jumlah observasi
k = Jumlah variabel
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut :
1. H0 diterima dan Hα ditolak apabila Fhitung < Ftabel, atau jika
probabilitas Fhitung > tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak,
artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2. H0 ditolak dan Hα diterima apabila Fhitung > Ftabel, atau jika
probabilitas Fhitung < tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak,
artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama
3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi diperoleh
dengan menggunakan formula :
∑ ∑ ∑
Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu ( 0 < R2 < 1).
Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Sebaliknya nilai R2 yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
3.8.4 Uji Normalitas
Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam regresi adalah variabel e
berdistribusi normal. Hal ini untuk memenuhi asumsi zero mean. Jika variabel e
berdistribusi normal maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal. Uji
normalitas dilakukan dengan formula Jarque Berra atau dikenal dengan JB-test.
Hipotesis:
H 0 : error term terdistribusi normal
H α : error term tidak terdistribusi normal
Jika Jarque Bera (J-B) > Χ 2 df = k atau Probability (P-Value) < α (taraf
nyata yang digunakan) maka tolak H 0 , artinya error term tidak terdistribusi
normal. Jika Jarque Bera (J-B) < Χ 2 df = k atau Probability (P-Value) > α maka
terima H0 , artinya error term terdistribusi normal.
3.9 Uji Asumsi Klasik
3.9.1 Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan antarvariabel
independen karena melibatkan beberapa variabel independen, maka
terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen
(Yana Rohmana, 2010:140).
Konsekuensi sebuah model yang terkena multikolinearitas adalah
variannya akan terus naik dan membesar. Dengan varian yang semakin naik atau
membesar maka standar eror β1 dan β2 juga naik. Oleh karena itu, dampak adanya
multikolinearitas di dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi
dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah :
1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh dan masih dikatakan
BLUE, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan
meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel sehingga sulit
mendapatkan penaksir yang tepat.
2. Karena besarnya kesalahan standar, selang atau interval keyakinan untuk
parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar dan nilai t hitung
akan kecil sehingga variabel independen secara statistik tidak signifikan.
3. Dalam kasus multikolinearitas yang tinggi data sampel mungkin sesuai
dengan sekelompok hipotesis yang berbeda-beda jadi probabilitas untuk
menerima hipotesis salah.
4. Selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi
adalah mungkin tetapi taksiran kesalahan standarnya menjadi sangat
sensitif terhadap sedikit perubahan data.
5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin terjadi R2 yang tinggi tetapi tidak
satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting secara
statistik.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam
model regresi OLS yaitu:
a. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
b. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila
koefisien antarvariabel independen koefisiennya tinggi (0,8 – 1,0) maka
diduga terdapat multikolinearitas.
c. Dengan melakukan regresi auxiliary, dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan antar dua atau lebih variabel independen yang secara
bersama-sama.
d. Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF)
(Yana Rohmana,2007:142-149)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara korelasi parsial
antarvariabel independen untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
multikolinearitas.
Apabila terjadi multikolinearitas menurut Gujarati (1978:168) maka harus
melakukan :
1) Tindakan perbaikan dengan cara informasi apriori, menghubungkan data
cross sectional dan data urutan waktu, mengeluarkan satu variabel atau
variabel-variabel dan bias spesifikasi atau dengan penambahan data baru.
2) Tidak dengan tindakan perbaikan karena ketika data terkena
multikolinearitas data masih BLUE, multikolinearitas hanya menyebabkan
peneliti kesulitan memperoleh estimator dengan standar error yang kecil.
3.9.2 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak
memiliki varian yang sama (Gujarati,1978:178). Heteroskedastisitas merupakan
suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien
(semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :
1. Metode informal (grafik). Metode ini merupakan cara yang paling mudah
dan cepat karena menampilkan grafik sebar dari variabel residual kuadrat
dan variabel independen. Kriterianya adalah :
a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan
lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada
model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran
absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
5. Metode Breusch-Pagan-Godfrey. Metode ini mengembangkan model yang
tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data sebagai
alternatif dari metode Golgfeld-Quandt.
6. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara
dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dan χ2
tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa
terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2hitung < χ2tabel
maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.
(Yana Rohmana, 2010 : 161-170)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan
Software Eviews 5,1. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White
Heteroscedasticity Test
Apabila model penelitian terkena heterokedastisitas maka data wajib untuk
disembuhkan dikarenakan sifat data tidak BLUE melainkan LUE. Adapun cara
penyembuhannya adalah sebagai berikut:
a. Metode WLS (Weighted Least Square) atau kuadrat terkecil tertimbang.
Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan OLS dengan σ.
b. Metode white. Metode ini dikenal dengan varian heterokedastisitas
terkoreksi.
3.9.3 Autokolerasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antar anggota observasi
satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi
metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan
dengan variabel gangguan yang lain (Yana Rohmana,2010:192). Jadi autokorelasi
adalah hubungan antar residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.
Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu
karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada
masa-masa sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena kelembaban (inertia), terjadi bias
spesifikasi bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat, penomena sarang
laba-laba, beda keliru, kekeliruan manipulasi data dan data yang dianalisis tidak
bersifat stasioner. Apabila data didalam penelitian terkena autokorelasi maka
Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun
metode-metodenya adalah sebagai berikut:
1. Uji Durbin Watson (D-W)
Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui
ada tidaknya autokorelasi. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada
tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan
terlihat seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
software Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai X2tabel dengan
X2hitung (Obs* R-squared). Kalau X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan
model estimasi berada pada hipotesa nol atau tidak ditemukan korelasi.
2. Uji Breusch-Godfrey (uji BG)
Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan
dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai
probabilitas lebih besar dari (>) σ= 5% berarti tidak terkena autokorelasi.
sebaliknya ketika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (<)
dari σ= 5% berarti terdapat autokorelasi.
(Yana Rohmana,2010:200)
Apabila data terkena autokorelasi, maka data harus segera diperbaiki agar
model masih tetap bisa digunakan. Terdapat beberapa alternatif untuk masalah
menghilangkan autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan melakukan
transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering disebut generalized
difference equation.
b. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui maka bisa dilakukan beberapa
pilihan yaitu:
1) Bila autokorelasi tinggi menggunakan metode diferensiasi tingkat
pertama.
2) Estimasi autokorelasi didasarkan pada statisik d Durbin- Watson.
3) Estimasi autokorelasi dengan metode dua langkah durbin.
4) Bila autokorelasi tidak diketahui dengan metode Cochrane-Orcutt.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan
software Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai probabilitasnya.
Ketika nilai probalitas lebih dari (>) = 5% maka dapat disimpulkan model
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh
diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping
kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi
produk terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan
Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta tidak berpengaruh
signifikan. Disimpulakan jika diferensiasi produk mengalami perubahan
tidak akan mempengaruhi laba yang diperoleh pengsaha simping kaum di
Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh modal kerja
terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan
Purwakarta Kabupaten Purwakarta berpengaruh signifikan dengan arah
positif. Disimpulkan jika modal kerja tinggi maka mengakibatkan laba
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika modal kerja rendah maka laba
yang diperoleh pun rendah.
3. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi
produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping kaum di
Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta secara
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai
berikut :
1. Diferensiasi produk merupakan faktor yang paling penting bagi
para konsumen dalam menentukan pembelian barang. Oleh karena itu
untuk meningkatkan laba pengusaha simping harus lebih aktif dalam
memahami keinginan konsumen atau mengetahui selera konsumen dengan
cara pengusaha membuat produk simping dengan rasa yang berbeda tidak
hanya original(kencur),keju,pedas,nangka saja tetapi pengusaha dapat
membuat produk dengan rasa yang berbeda dari pengusaha simping
lainnya dan pengusaha dapat membuat produk simping dalam satu
kemasan tidak hanya satu rasa saja pengusaha bisa membuat produk
simping dalam satu kemasan bebagai macam rasa. Dari aspek ukuran
kemasan pun pengusaha tidak hanya membuat produk dengan dua ukuran
saja yaitu Ukuran kemasan sedang dan Ukuran kemasan besar pengusaha
bisa membuat produk dengan ukuran kemasan kecil Dalam aspek kualitas
kemasan, sebaiknya pengusaha dapat menciptakan produk dengan
kemasan beraneka ragam misalnya Plastik yang digunakan tebal,
almunium foil transparan atau almunium foil silver, kedap udara di beri
gel pengawet makanan, direkatkan menggunakan atal press, diberikan
label nama produk simping, tanggal kadaluarsa, berat kemasan simping,
label halal dari MUI , no P-IRT. Agar produk tersebut bisa dijual keluar
daerah, supermarket, kemasan tidak mudah rusak, tahan lama, lebih
menarik dilihat konsumen dan harga jualpun tinggi. Maka akan
meningkatkan laba pengusaha simping.
2. Modal kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap laba pengusaha
simping, maka dari itu untuk memperoleh laba / keuntungan maksimum
pengusaha harus meningkatkan dan mengelola modal kerja yang dimiliki,
agar tercapai efesiensi produksi sehingga keberhasilan usaha dapat
Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba pengusha dalam memenuhi
kebutuhan modalnya yaitu :
a. Pengusaha bisa mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
disediakan oleh pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan
bantuan dana atau modal guna mengembangkan usahanya, pinjaman
ini bisa diperoleh di lembaga keuangan seperti BRI, Bank Mandiri dan
Bank Bukopin.
b. Para pengusaha bisa mengajukan proposal ke DIKOPERINDAG untuk
mengajukan pemberian dana hibah guna meningkatkan modal dan
kesejahteraan para pengusaha.
c. Bagi masyarakat masyarakat di Kelurahan Cipaisan Kecamatan
Purwakarta yang sebagian besar menekuni usaha simping ini dapat
mengajukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri sehingga seluruh masyarakat dapat meningkatkan
Ahmad, Kamaruddin. (1997). Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Alma, Buchari. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
...(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Case, Karl E. & Fair, Ray C. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro.
Jakarta: PT Prenhallindo.
...(2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: PT
Prenhallindo.
Eeng Ahman & Yana Rohmana. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro.
Bandung:Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.
Gujarati,Domador dan Zain S.(1978). Ekonometrika Dasar. Jakarta:
Erlangga.
Jaya, Kirana Wihana. (2001). Ekonomi Industri. BPPE: Yogyakarta edisi
kedua.
Kartajaya, Hermawan. (2004). Positioning Differentiation Brand. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Komarudin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran analisis, Perencanaan,
Implementasin dan Kontrol. Jakarta : Prenhallindo
Porter, Michael. E. (2008). Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan
Mempertahankan Kinerja Unggulan. Jakarta :Bina Aksara.
Pratama Raharja & Manurung Mandala. (2008). Teori Ekonomi Mikro.
Jakarta : FEUI
Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
...(2007). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Riyanto, Bambang. (1993). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
...(1995). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM
Sadono, Sukirno. (2002). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta :
RajaGrafindo Persada.
... (2005). Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Ketiga.
Jakarta: Rajawali Pers.
Salvatore, Dominick. (2005). Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga.
Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. (1999). Mikro Ekonomi.
Jakarta:Erlangga
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta
... (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta
Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses.Jakarta: Salemba Empat
Tulus Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia
Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat
Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews.
Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.
SKRIPSI
Hot BR, Santi.2012. Pengaruh Perilaku Kewirusahaan, Modal Kerja dan
Upah Tenaga Kerja Terhadap Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok
di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Skripsi FPEB UPI.
Widya Rahmawati Indira.2010. Pengaruh Modal Kerja, Diferensiasi
Produk dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha
Meubel di Kecamatan Magarsih Kabupaten Bandung. Skripsi
FPEB UPI.
Indra Budi Wijaya (2010) Pengaruh Variasi Produk dan Biaya Promosi
Terhadap Volume Penjualan Sepatu LEAGUE Pada Showroom
Sportindo Tunjangan Plaza 2 Surabaya : Tidak diterbitkan.
Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian
Riska Pasha Sulistio. (2009). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan
Persaiingan Terhadap Pengusaha Cafe se-Kota Bandung. Skripsi
Sarjana pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.
Vena Putri (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Jasa Pariwisata. Bandung: Skripsi UPI. Tidak
diterbitkan.
Yunus, Hadori . (2005). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia .
Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di Propinsi
Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan Ukm Nomor 1.
Sumber Lain
BPS – Profil Industri Kecil Kerajinan dan Rumah Tangga. (Online),
(http//:www.bps.go.id)
Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Purwakarta, Tahun 2010.
dian39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id
http://www.scribd.com/doc/127552378/Strategi-Keunggulan-Bersaing-Melalui-Pendekatan-Diferensiasi-Produk
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah .
Syahyunan.(2003). Analisis Modal Kerja. [Online]. Tersedia di:
http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-syahyunan3.pdf
SK Menteri Keuangan No.40KMK.06/2003
www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian