STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA
IRWAN A
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA
IRWAN A
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006. Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tampa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
ABSTRAK
IRWAN A. Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan SUPRIHATIN.
Sungai Cakung Drain bermuara di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing. Sungai tersebut merupakan salah tempat pembuangan sampah domestik masyarakat dan industri, yang secara akumulatif menambah jumlah beban pencemar di Pelabuhan Perikanan Cilincing. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung beban pencemaran dan kapasitas asimilasi serta memformulasi strategi pengelolan perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing. Pengambilan sample dan survey dilaksanakan mulai dari September 2005 sampai Mei 2006. Untuk strategi pengelolaan kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing di pergunakan analisis SWOT. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jenis dan beban pencemar dari sungai di dapatkan secara berturut-turut (masing-masing dalam ton/bulan): BOD5 365,85, NO3 10,66, NH3 17,27, PO4 10,82, Pb 20,11 and COD
10.235. Kapasitas asimilasi masing-masing parameter yang diamati dari 500m dan 1000 m dari pantai adalah sebagai berikut, (masing-masing dalam ton/bulan) BOD5 (1.997,72 dan 3.11,52), NO3 (-0.57 dan -6,92), NH3 (22,65 dan 19,94), PO4
(15,43 dan 13,59), Pb (9,73 dan 8,86), and COD (-22.150 dan 434,31). Berdasarkan hasil SWOT analisis strategi untuk pengelolaan Pelabuhan Perikanan Cilincing adalah: (1) Meningkatkan kepedulian stakeholder yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perairan yang di dukung sumberdaya manusia yang berkualitas supaya tercipta sanitasi lingkungan yang baik. (2) Pemerintah Kota menata kembali kawasan dengan membuat pemukiman nelayan yang komprenhensif dan terintegrasi agar kawasan wilayah mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, bersih, indah dan lestari.
ABSTRACT
IRWAN A. Strategy for managing of Cilincing Fisheries Port North Jakarta. Under the direction of ETTY RIANI and SUPRIHATIN.
The Cakung Drain river ends at the water system of Cilincing Fisheries Port. As the river is highly polluted by domestics and industrial waste, it contributes significantly to the pollution of Cilincing fisheries port. The aim of this research is to estimate the pollution load and the assimilation capacity of the Cilincing Fisheries Port and to formulate a strategy for management of Cilincing Fisheries Port. Sample analysis and fied survey dery were conducted September 2005 uatil Mei 2006. SWOT analysis was used for formulating an effective strategy for management of the Cilincing Fisheries. Results from a research showed that the estimed pollution load from the river are as follow (each in ton/month) are BOD5 365,85, NO3 10,66, NH3 17,27, PO4 10,82, Pb 20,11 and
COD 10.235. The assimilation capacities of each parameter observed for 500 m and 1.000 m from the coastal are as follow (each in ton/month) BOD5 (1.997,72
and 3.11,52), NO3 (-0.57 and -6,92), NH3 (22,65 and 19,94), PO4 (15,43 and
13,59), Pb (9,73 and 8,86), and COD (-22.150 and 434,31). Based on the result of SWOT analysis, the main strategies for management Cilincing Fisheries port, are namely : (1) To increase stakeholder attention relating to the management and utilization of marine resources that is supported by qualified human resources in order to get good sanitary; and (2) Rearrange of fisheries area and improve fisheries society by developing a comprehensive and integrated of Cakung Drain create high economy value.
Judul Tesis : Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara
Nama Mahasiswa : Irwan A. Nomor Pokok (NRP) : P052040011
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Etty Riani, MS. Dr.Ir. Suprihatin, Dipl. Eng.
K e t u a Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bentuk teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2006
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan Di Kabupaten Tanah-Datar pada tanggal 27 Maret 1967 dari Bapak H. Anas Jumin dan Ibu Hj. Rosda Darwis dan merupakan anak pertama dari delapan bersaudara.
Pada tahun 1983 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN Kumango kabupaten Tanah-Datar, kemudian penulis melanjutkan ke sekolah SMAN- 1 Bukit-tinggi tamat tahun 1986. penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian dalam bidang Teknologi Pertanian tahun 1991.
Pada tahun 1994 penulis diangkat sebagai tenaga pengajar pada jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, program Pascasarjana IPB tahun 2004.
iii
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulisan dapat menyelesaikan tesis penelitian yang berjudul “Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara” ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam rangka penyelesaian studi pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS sebagai Ketua program studi Pengelolaan Sumberdaya Alan dan Lingkungan sekolah Pascasarjana IPB, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan yang tak terhingga dalam upaya penyelesaian penelitian ini. Kepada Dr. Ir. Etty Riani, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Eng sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk sejak menyusun rencana penelitian sampai dengan penulisan tesis.
Penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Pimpinan program Pascasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti program S2 pada program Pascasarjana IPB.
2. Bapak Rektor Universitas Andalas dan Direktur Politeknik Pertanian, yang telah memberikan izin dan rekomendasi untuk dapat mengikuti program S2 pada program
Pascasarjana IPB Bogor.
3. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Depertemen pendidikan Nasional yang telah memberikan Beasiswa Pendidikan Pascasarajan {BPPS}.
4. Papanda H. Anas Jumin, mamanda HJ. Rosda Darwis dan Papa/Mama mertua, serta adik-adik yang selalu mendoakan dan mendorong untuk selalu maju dan berhasil, penulis menyampaikan hormat dan rasa terima kasih yang tak terhingga.
5. Istri dan Anakku tercinta atas semua pengorbanan, pengertian serta perhatian yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa program studi PSL yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian yang sangat berarti,
iv
Disadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan tesis ini, untuk itu masukan, saran dan informasi sangat diharapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian, sebagai tambahan literatur bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Bogor, Agustus 2006
STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA
IRWAN A
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
STRATEGI PENGELOLAAN KUALITAS PERAIRAN PELABUHAN PERIKANAN CILINCING JAKARTA UTARA
IRWAN A
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006. Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tampa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
ABSTRAK
IRWAN A. Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan SUPRIHATIN.
Sungai Cakung Drain bermuara di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing. Sungai tersebut merupakan salah tempat pembuangan sampah domestik masyarakat dan industri, yang secara akumulatif menambah jumlah beban pencemar di Pelabuhan Perikanan Cilincing. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung beban pencemaran dan kapasitas asimilasi serta memformulasi strategi pengelolan perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing. Pengambilan sample dan survey dilaksanakan mulai dari September 2005 sampai Mei 2006. Untuk strategi pengelolaan kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing di pergunakan analisis SWOT. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jenis dan beban pencemar dari sungai di dapatkan secara berturut-turut (masing-masing dalam ton/bulan): BOD5 365,85, NO3 10,66, NH3 17,27, PO4 10,82, Pb 20,11 and COD
10.235. Kapasitas asimilasi masing-masing parameter yang diamati dari 500m dan 1000 m dari pantai adalah sebagai berikut, (masing-masing dalam ton/bulan) BOD5 (1.997,72 dan 3.11,52), NO3 (-0.57 dan -6,92), NH3 (22,65 dan 19,94), PO4
(15,43 dan 13,59), Pb (9,73 dan 8,86), and COD (-22.150 dan 434,31). Berdasarkan hasil SWOT analisis strategi untuk pengelolaan Pelabuhan Perikanan Cilincing adalah: (1) Meningkatkan kepedulian stakeholder yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perairan yang di dukung sumberdaya manusia yang berkualitas supaya tercipta sanitasi lingkungan yang baik. (2) Pemerintah Kota menata kembali kawasan dengan membuat pemukiman nelayan yang komprenhensif dan terintegrasi agar kawasan wilayah mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, bersih, indah dan lestari.
ABSTRACT
IRWAN A. Strategy for managing of Cilincing Fisheries Port North Jakarta. Under the direction of ETTY RIANI and SUPRIHATIN.
The Cakung Drain river ends at the water system of Cilincing Fisheries Port. As the river is highly polluted by domestics and industrial waste, it contributes significantly to the pollution of Cilincing fisheries port. The aim of this research is to estimate the pollution load and the assimilation capacity of the Cilincing Fisheries Port and to formulate a strategy for management of Cilincing Fisheries Port. Sample analysis and fied survey dery were conducted September 2005 uatil Mei 2006. SWOT analysis was used for formulating an effective strategy for management of the Cilincing Fisheries. Results from a research showed that the estimed pollution load from the river are as follow (each in ton/month) are BOD5 365,85, NO3 10,66, NH3 17,27, PO4 10,82, Pb 20,11 and
COD 10.235. The assimilation capacities of each parameter observed for 500 m and 1.000 m from the coastal are as follow (each in ton/month) BOD5 (1.997,72
and 3.11,52), NO3 (-0.57 and -6,92), NH3 (22,65 and 19,94), PO4 (15,43 and
13,59), Pb (9,73 and 8,86), and COD (-22.150 and 434,31). Based on the result of SWOT analysis, the main strategies for management Cilincing Fisheries port, are namely : (1) To increase stakeholder attention relating to the management and utilization of marine resources that is supported by qualified human resources in order to get good sanitary; and (2) Rearrange of fisheries area and improve fisheries society by developing a comprehensive and integrated of Cakung Drain create high economy value.
Judul Tesis : Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara
Nama Mahasiswa : Irwan A. Nomor Pokok (NRP) : P052040011
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Etty Riani, MS. Dr.Ir. Suprihatin, Dipl. Eng.
K e t u a Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS.
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bentuk teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2006
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan Di Kabupaten Tanah-Datar pada tanggal 27 Maret 1967 dari Bapak H. Anas Jumin dan Ibu Hj. Rosda Darwis dan merupakan anak pertama dari delapan bersaudara.
Pada tahun 1983 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN Kumango kabupaten Tanah-Datar, kemudian penulis melanjutkan ke sekolah SMAN- 1 Bukit-tinggi tamat tahun 1986. penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian dalam bidang Teknologi Pertanian tahun 1991.
Pada tahun 1994 penulis diangkat sebagai tenaga pengajar pada jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Kemudian melanjutkan Pendidikan S2 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, program Pascasarjana IPB tahun 2004.
iii
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulisan dapat menyelesaikan tesis penelitian yang berjudul “Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara” ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam rangka penyelesaian studi pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS sebagai Ketua program studi Pengelolaan Sumberdaya Alan dan Lingkungan sekolah Pascasarjana IPB, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan yang tak terhingga dalam upaya penyelesaian penelitian ini. Kepada Dr. Ir. Etty Riani, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Eng sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk sejak menyusun rencana penelitian sampai dengan penulisan tesis.
Penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Pimpinan program Pascasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti program S2 pada program Pascasarjana IPB.
2. Bapak Rektor Universitas Andalas dan Direktur Politeknik Pertanian, yang telah memberikan izin dan rekomendasi untuk dapat mengikuti program S2 pada program
Pascasarjana IPB Bogor.
3. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Depertemen pendidikan Nasional yang telah memberikan Beasiswa Pendidikan Pascasarajan {BPPS}.
4. Papanda H. Anas Jumin, mamanda HJ. Rosda Darwis dan Papa/Mama mertua, serta adik-adik yang selalu mendoakan dan mendorong untuk selalu maju dan berhasil, penulis menyampaikan hormat dan rasa terima kasih yang tak terhingga.
5. Istri dan Anakku tercinta atas semua pengorbanan, pengertian serta perhatian yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa program studi PSL yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian yang sangat berarti,
iv
Disadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan tesis ini, untuk itu masukan, saran dan informasi sangat diharapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian, sebagai tambahan literatur bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Bogor, Agustus 2006
v DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN...i
Bogor, Agustus 2006 ...i
Irwan A ...i
RIWAYAT HIDUP ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR GAMBAR ...vii
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian....Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. Parameter-parameter kualitas air dan sedimen yang diukur...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. Matriks strategi faktor eksternal ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. Matriks strategi faktor internal...Error! Bookmark not defined.
Tabel 5. Matriks hasil analisis SWOT ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 6. Rangking alternatif kebijakan ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 7. Luas dan jumlah kepala keluarga (KK) di masing-masing kelurahan di wilayah kecamatan cilincing...Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing kelurahan di Kecamatan Cilincing...Error! Bookmark not defined.
Tabel 9. Kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing...Error! Bookmark not defined.
Tabel 10. Beban pencemaran (BP) muara sungai yang masuk ke perairan ..Error! Bookmark not defined.
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara...Error! Bookmark not defined.
Tabel 11. Fungsi hubungan beban pencemaran sungai dan perairan ...Error! Bookmark not defined.
Pelabuhan Perikanan Cilincing ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 12. Matriks strategi faktor eksternal ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 13. Matriks strategi faktor internal...Error! Bookmark not defined.
Tabel 14. Matrik SWOT untuk strategi pengelolaan perairan Pelabuhan ....Error! Bookmark not defined.
Perikanan Cilincing. ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 15. Penentuan prioritas strategi pengelolaan perairan Pelabuhan...Error! Bookmark not defined.
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Kerangka pemikiran strategi pengelolaan kualitas perairan
PelabuhanError! Bookmark not defined.Perikanan Cilincing Jakarta Utara ...Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Lokasi kawasan penelitian (Sumber Ditjen Perikanan, 1999) ....Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Grafik hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi polutan ...Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Diagram Alir analisis SWOT (Sumarjono, 1998) ....Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. Matrik dampak pengaruh menyilang. ..Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Analisis regresi antara beban pencemar BOD5 di muara sungai dengan
konsentrasi BOD5 di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada
bulan September 2005 – November 2005...Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Analisis regresi antara beban pencemar NO3 di muara sungai dengan
konsentrasi NO3 di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan
September 2005 – November 2005. ....Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Analisis regresi antara beban pencemar NH3 di muara sungai dengan
konsentrasi NH3 di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan
September 2005 – November 2005. ....Error! Bookmark not defined.
Gambar 9 Analisis regresi antara beban pencemar PO4 di muara sungai dengan
konsentrasi PO4 di Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincingpada bulan
September 2005 – November 2005. ....Error! Bookmark not defined.
Gambar 1. Analisis regresi antara beban pencemar Pb di muara sungai dengan konsentrasi Pb di Perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada bulan September 2005 – November 2005. ....Error! Bookmark not defined.
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing.. 59 Lampiran 2. Daftar kegiatan dunia industri dan dunia usaha yang
memungkinkan peningkatan pencemaran melalui
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Tetapi dalam melakukan pembangunan, manusia umumnya hanya
memikirkan keuntungan dari segi ekonomi tanpa memperhatikan kondisi
lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya tekanan-tekanan terhadap
lingkungan berupa pencemaran, baik pencemaran pada ekosistem darat, udara
maupun perairan.
Ekosistem perairan sering dijadikan tempat buangan limbah, baik limbah
domestik maupun non domestik seperti limbah industri. Perhitungan besarnya
beban pencemaran yang masuk ke perairan tergantung pada kegiatan yang ada di
sekitar perairan tersebut. Untuk daerah pemukiman beban pencemaran biasanya
diperhitungkan melalui kepadatan penduduk dan rata-rata membuang limbah
perorang.
Menurut Sutjahjo et al. (2005) rata-rata limbah per kapita penduduk di
Jakarta Utara adalah 2,51 liter per hari, sedangkan yang terangkut 2,24 liter per hari,
yang tidak terangkut 0,27 liter per hari. Limbah yang tidak terangkut ini akan
terbuang melalui sungai, salah satunya melalui Sungai Cakung Drain yang
bermuara di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Ada berbagai
jenis limbah yang masuk ke dalam sungai, diantaranya adalah limbah cair yang
dihasilkan dari industri. Hal ini dapat dilihat dari jenis dan ukuran industri, derajat
penggunaan air dan derajat pengolahan limbah air yang ada. Selain itu dunia
industri maupun dunia usaha yang membuang limbahnya ke Sungai Cakung Drain
yang terdata pun cukup banyak jumlahnya, saat ini terdata sebanyak 71 unit dengan
berbagai kegiatan industri dan dunia usaha (Sutjahjo et al. 2005).
Salah satu perairan laut yang kualitas perairannya sudah melewati ambang
baku mutu peruntukan perairan budidaya (KepMen LH. No. 2 tahun 1988) adalah
Perairan Teluk Jakarta. Rendahnya kualitas perairan Teluk Jakarta ini disebabkan
oleh banyaknya limbah yang masuk ke perairan Teluk Jakarta yang dibawa 13
sungai, dan salah satu sungai tersebut adalah Sungai Cakung Drain yang bermuara
2
masuk ke perairan Teluk Jakarta adalah limbah dari kegiatan industri (97,82%
yakni 1.632.896,47 ribu m3/tahun), limbah domestik (2,17% yakni 36.229.90 ribu
m3/tahun), limbah industri pertanian (0,01% yakni 232,25 m3/tahun) dan
sebagainya (PKSPL, 1997).
Pelabuhan Perikanan Cilincing saat ini memanfaatkan badan Sungai Cakung
Drain sebagai dermaganya dan tempat pelelangan ikan (TPI) yang bangunannya
semi permanen, sedangkan fasilitas lain sebagai Pelabuhan Perikanan belum
tersedia. Tingginya tingkat pencemaran di wilayah Pelabuhan Perikanan Cilincing
mengharuskan pengembangan kebijakan lingkungan yang mampu mengatasi
pencemaran tersebut, serta mampu meningkatkan kualitas lingkungannya. Sebagai
langkah awal dalam menentukan pengembangan kebijakan pengelolaan perairan
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara, perlu diketahui beban limbah
pencemaran yang masuk ke perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara
melalui Sungai Cakung Drain dan kapasitas asimilasi perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing. Untuk maksud ini data kualitas perairan dan pengelolaan
dampak kegiatan di sekitarnya secara terus menerus sangat diperlukan, sehingga
dari sini akan dapat diketahui : a) bahan yang masuk ke dalam lingkungan; b)
pengaruh bahan terhadap lingkungan; c) kecenderungan konsentrasi dan
pengaruhnya, serta seberapa jauh pengaruh tersebut dapat dimodifikasi. Sampai
saat ini dalam penentuan kualitas perairan, masyarakat sebagai objek yang terkena
dampak kebijakan pengelolaan kualitas perairan belum diminta pendapatnya
mengenai kondisi pengelolaan kualitas perairan yang diinginkan. Untuk itu studi
mengenai persepsi masyarakat tentang kondisi pelayanan, kebersihan perairan
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara perlu segera dilakukan.
Selain hal tersebut di atas, Kota Jakarta Utara juga merencanakan untuk
mengembangkan wilayah di lokasi penelitian menjadi pemukiman nelayan di
wilayah Jakarta Utara, yang direncanakan dalam satu perencanaan yang
komprehensif dan integrasi sehingga pembangunan akan merupakan satu kesatuan
blok yang di dalamnya mencakup pembangunan yang berupa: a) pembangunan
rumah susun nelayan; b) bangunan penunjang dermaga, tempat pelelangan ikan,
pemasaran ikan dan tempat pembelanjaan. Untuk itu diperlukan strategi kebijakan
3
Dalam mencari alternatif kebijakan untuk mengelola kualitas perairan perlu
melibatkan pendapat berbagai stakeholders yang terkait dengan penyusunan
strategi pengelolaan kualitas perairan. Hal ini penting dilakukan guna mendapatkan
pandangan yang komprehensif mengenai strategi kebijakan pengelolaan yang baik
menjadi prioritas untuk diterapkan di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
Jakarta Utara. Dengan demikian maka selain memperhatikan persepsi masyarakat,
juga perlu studi yang dapat menangkap padangan berbagai stakeholder untuk
mengelola kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, Jakarta Utara.
1.2. Kerangka Pemikiran
Suatu perairan dikatakan tercemar apabila beban pencemar lebih besar dari
kapasitas asimilasi perairan yang diindikasikan oleh tingginya konsentrasi bahan
pencemar dibandingkan dengan konsentrasi ambang batas baku mutu yang berlaku.
Perairan tercemar apabila tidak segera dikelola dengan baik, sudah barang tentu
akan menimbulkan dampak yang sangat besar pada kondisi ekologi, ekonomi
maupun sosial.
Pencemaran yang terjadi dari Muara Cakung Drain pada umumnya
bersumber dari dunia industri yang membuang limbahnya ke Sungai Cakung Drain,
pada saat ini tecatat sebanyak 71 buah industri dengan berbagai kegiatan usaha
(Sutjahjo et al. 2005). Dan juga limbah domestik yang tidak terangkut masuk
melalui Sungai Cakung Drain yang nantinya akan bermuara di perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing Jakarta Utara, serta dari aktivitas Pelabuhan Perikanan
Cilincing itu sendiri. Hal tersebut memungkinkan terjadinya penurunan kualitas
perairan yang semakin hari semakin tinggi dengan semakin tingginya pertumbuhan
industri dan ekonomi. Hal ini disebabkan selain karena tidak dapat menghindar dari
pencemaran sebagai akibat dari pembangunan, juga disebabkan salah satu fungsi
perairan pesisir dan laut yang merupakan tempat menerima limbah dari daratan.
Selain itu walau pada dasarnya perairan pesisir dan laut memiliki kapasitas
asimilasi, namun banyaknya limbah yang masuk ke Cakung Drain/perairan pesisir
mengakibatkan perairan tersebut tetap tercemar.
Apabila pencemaran dibiarkan sampai pada taraf dimana beban pencemar
lebih besar nilainya dari kapasitas asimilasi, maka akibatnya bagi sistem kehidupan
4
pencemar langsung dari sumber pencemar. Namun demikian untuk sampai pada
kebijakan seperti itu, tentu saja terlebih dahulu perlu diketahui secara kuantitatif
berapa sebenarnya nilai beban pencemaran dan kapasitas asimilasi suatu wilayah
perairan.
Untuk mengukur beban limbah pencemaran dapat dilakukan dengan dua cara,
yang pertama dengan cara penilaian cepat (rapid pollution assessment) yang
dilakukan dengan memanfaatkan data yang ada mengenai sumber-sumber
pencemar dan jumlah penduduk, setelah itu dilakukan perhitungan total dari beban
pencemaran yang masuk melalui sungai. Cara kedua, dilakukan dengan langsung
melakukan pengukuran beban pencemar pada muara sungai yang masuk ke wilayah
perairan pesisir. Untuk menghitung kapasitas asimilasi dilakukan dengan
pendekatan hubungan antara kualitas air dan beban limbah.
Setelah nilai beban pencemaran dan kapasitas asimilasi diketahui, untuk
sampai pada perumusan kebijakan pengembangan dan pengendalian lingkungan
serta informasi tentang nilai ekonomi yang terkorbankan oleh kerusakan
lingkungan yang terjadi, diperlukan suatu strategi dalam upaya peningkatan mutu
pengelolaan kualitas perairan.
Penyusunan strategi pengelolaan kualitas perairan dilakukan dengan
pendekatan analisis strengths, weakness, opportunities, threat (SWOT). Analisis
SWOT akan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi pengelolaan kualitas perairan. Analisis ini di dasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan atau strength (S) dan peluang atau opportunities
(O) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan atau weakness (W)
dan ancaman atau threats (T) (Rangkuti, 2000). Penggunaan SWOT dimaksudkan
untuk mencari formulasi strategi pengelolaan kualitas perairan dalam pengendalian
dampak lingkungan yang dapat menurunkan kualitas perairan. Berdasarkan
implementasi SWOT, maka dapat dihimpun persepsi dan preferensi para
stakeholder seperti kalangan pemerintahan, pihak akademisi, industri serta
masyarakat yang dianggap mengerti tentang dampak lingkungan yang dapat
menurunkan kualitas perairan. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat dilihat
5
1.3. Perumusan Masalah
Pada dasarnya Sungai Cakung Drain merupakan bisa dikatakan
sebagai ”tempat pembuangan limbah” industri, rumah tangga serta rumah sakit.
Sungai Cakung Drain bermuara ke perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta
Utara. Namun dengan semakin tingginya tingkat pertumbuhan dunia industri,
pertambahan penduduk, dan pemanfaatan sumberdaya yang menunjang berbagai
kepentingan pembangunan di wilayah daerah aliran Sungai Cakung Drain, akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap beban pencemaran yang masuk
melalui Sungai Cakung Drain dan perairannya.
Besarnya pencemaran perairan di Sungai Cakung Drain mengindikasikan
bahwa dari waktu ke waktu bertambah tinggi, baik disebabkan oleh aktivitas
manusia maupun alam. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya dunia industri,
yang secara otomatis akan membuang limbahnya ke Sungai Cakung Drain secara
agregat sehingga menambah semakin kompleks permasalahan pencemaran yang
terjadi di perairan tersebut. Selain hal tersebut, limbah rumah tangga yang tidak
sempat terkelola oleh Dinas Kebersihan Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak
kalah pentingnya dalam memberikan kotribusi penurunan kualitas perairan.
Buruknya kondisi kualitas perairan ini telah mempengaruhi keberdayaan
sumberdaya alam hayati di perairan yang diindikasikan dengan semakin
berkurangnya produktivitas sumberdaya hayati seperti perikanan.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu strategi pengelolaan kualitas perairan
yang komprehensif dengan melibatkan semua stakeholder, sehingga dapat
dirumuskan suatu strategi pengelolaan kualitas perairan yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Langkah yang sebaiknya dilakukan untuk sampai
pada penentuan strategi prioritas pengelolaan perairan yang tepat adalah
mengidentifikasi kondisi perairan, yakni dengan mengetahui beban limbah
pencemaran yang masuk ke perairan melalui Sungai Cakung Drain dan limbah dari
aktivitas Pelabuhan Perikanan itu sendiri, sehingga data dan informasi yang ada
dapat dijadikan bahan acuan untuk menyusun strategi pengelolaan kualitas air
perairan Sungai Cakung Drain.
6
Gambar 1. Kerangka pemikiran strategi pengelolaan kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara
Keterangan:
KBP = Konsentrasi Bahan Pencemar KBM = Konsentrasi Baku Mutu
- Perakitan mobil dan sepeda motor
- Kayu lapis dan kertas
Limbah domestik/ rumah tangga dan rumah sakit:
- Bahan organic dan anorganik
7
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kondisi pencemaran di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
Jakarta Utara.
2. Mengetahui beban pencemar di Muara Cakung Drain yang masuk ke perairan
Pelabuhan Perikanan Jakarta Utara.
3. Mengetahui kapasitas asimilasi di perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
Jakarta Utara.
4. Menyusun strategi pengelolaan kualitas perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
Jakarta Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengelolaan perairan
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara,
2. Sebagai bahan informasi bagi komponen masyarakat yang terlibat langsung
pada penggunaan perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara, dan
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya di perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing Jakarta Utara.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Perairan
Pencemaran air adalah suatu perubahan kualitas fisik, kimia dan biologi air
yang tidak diinginkan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen dan
organisme perairan (Odum, 1971). Menurut keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.51/MENKLH/I/2004, yang dimaksud
dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk dan dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau
berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air/udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Masalah pencemaran air menimbulkan kerugian, karena mempengaruhi
sistem kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa jenis
pencemaran air yang dikenal adalah: a) pencemaran fisik (warna, karena zat
organik dan anorganik, turbiditas dan zat tersuspensi, suhu, buih atau busa), b)
pencemaran fisiologi (rasa dan bau), c) pencemaran biologi (pertumbuhan
ganggang dan bakteri termasuk bakteri patogen), d) pencemaran kimia, baik oleh
zat organik maupun anorganik (Siregar, 1987).
Sumber pencemaran laut dan pantai secara umum berasal dari berbagai
kegiatan baik di darat maupun dari laut itu sendiri (Wardoyo, 1981). Namun
demikian sumber pencemaran laut dapat berasal dari : a) Limbah indutri, b) limbah
pemukiman, c) limbah pertanian, dan d) limbah alami.
Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan saja. Pada
sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah bahan pencemar akan
mengalami pengenceran, sehingga tingkat pencemaran rendah. Dengan semakin
meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian, maupun
industri non migas lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran
pada perairan yang disebabkan oleh buangan industri-industri tersebut (Fardiaz,
9
2.2. Analisis Beban Pencemaran
Salah satu masalah utama dalam menganalisa kuantintas bahan pencemar
yang masuk ke perairan pesisir dan laut adalah metodologi yang digunakan.
Kurangnya teknik-teknik yang tepat untuk membedakan antara bahan kimia
pencemar dan bukan pencemar. Metodologi yang digunakan tergantung dari
kondisi lingkungan seperti proses pencampuran, tingkat pembilasan, volume
pengenceran, penggunaan lahan, keberadaan spesies yang terancam punah dan
waktu pembuangan limbah. Limbah yang dibuang dapat diklasifikasikan sebagai
pencemar dan juga sumber daya (UNEP, 1993).
Selanjutnya UNEP (1993) menyatakan bahwa pengembangan dan pemilihan
metode analisis pencemar tergantung dari maksud dan tujuan penelitian. Jika tujuan
utama dimaksudkan untuk menarik perhatian media dan menciptakan kesadaran
atau kepanikan dari masyarakat, maka metode analisis yang dipakai adalah
berdasarkan asumsi bahwa seluruh limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia
adalah pencemar.
Pendekatan kedua adalah dengan mengasumsikan seluruh limbah yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia sebagai bahan pencemar, sedangkan limbah yang
dihasilkan oleh proses-proses alam seperti erosi tanah, aktivitas gunung berapi,
sebagai rona awal (background level).
Pendekatan ketiga adalah pendekatan yang lebih akurat dan realistik dari dua
pendekatan sebelumnya. Pada metode ini laut yang diteliti dibagi menjadi beberapa
bagian kecil, pada setiap bagian lokasi kecil ini dihitung jumlah limbah yang masuk,
kapasitas asimilasi dan status pencemarannya. Metode ini berguna bagi
perencanaan lingkungan regional, urban dan lokal, seperti untuk perencanaan
industrial estates.
Pendekatan keempat dalam menganalisa beban limbah ini adalah untuk
mengetahui nilai limbah dan berkurangnya kapasitas asimilasi dari bahan limbah
kimia yang berbeda. Metode ini hampir sama dengan metode ketiga, dan
mempunyai keuntungan dan kerugian yang sama pula. Tingkat yang lebih
10
2.3. Kapasitas Asimilasi
Limbah pada dasarnya dapat menjadi sumber daya (resource) dan menjadi
pencemar. Gunnerson (1987) meneliti bahwa banyak kasus dari pembuangan
bahan limbah cair buangan ke laut, dengan rancangan yang sesuai untuk saluran
pembuangan, ternyata lebih banyak keuntungan yang didapat dari pada
kerugiannya terhadap lingkungan. Perbedaan utama dari sumberdaya dan pencemar
tersebut meliputi karakteristik dari lingkungan penerima limbah, kualitas dari
limbah yang dibuang, dan waktu limbah dibuang (UNEP, 1993).
Limbah (waste) yang dihasilkan dari aktivitas manusia tidak seluruhnya
berupa pencemar. Walaupun setiap tahun proporsi dari limbah yang dapat
diklasifikasikan sebagai bahan pencemar meningkat dalam proporsinya dari tingkat
total limbah yang dihasilkan (UNEP, 1993). Peningkatan proporsi limbah yang
dihasilkan dari aktivitas manusia yang diklasifikasikan sebagai pencemar ini
disebabkan oleh adanya peningkatan penggunaan bahan-bahan kimia sintetis yang
tidak ditemukan di alam, padahal pada proses alami tidak terdapat enzim yang
dibutuhkan untuk menguraikan limbah itu, sehingga limbah tersebut akan menjadi
pencemar yang merugikan.
Limbah yang mengandung nutrien esensial yang diperlukan alam
digolongkan sebagai sumberdaya (resource). Limbah yang mempunyai efek netral
terhadap alam dapat digolongkan sebagai gangguan biasa, sedangkan yang
merusak lingkungan digolongkan sebagai pencemar. Sejumlah limbah yang dapat
di buang ke alam tanpa mencemari, dikenal sebagai kapasitas asimilasi.
Kapasitas asimilasi didefinisikan oleh Quano (1993) sebagai kemampuan air
atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya. Sementara
itu kosentrasi dari partikel polutan yang masuk ke perairan akan melalui tiga
macam fenomena, yaitu pengenceran (dilution), penyebaran (dispersion) dan reaksi
pengurai (decay or reaction) (UNEP, 1993). Selanjutnya Quano (1993)
menguraikan beberapa metode yang biasa digunakan untuk menentukan nilai
11
1. Metode penghitungan limbah awal, dispersi dan penguraian.
Metode ini dapat ditentukan nilai kapasitas asimilasi melalui penggabungan
nilai pengurangan limbah awal, nilai dispersi, dan nilai pengurangan limbah.
Limbah awal dapat ditentukan dengan beberapa faktor antara lain : kecepatan
percampuran antara limbah dan air sungai, kedalaman air limbah yang mengalir di
badan air dan lebar penyebaran limbah serta debit air limbah. Selanjutnya untuk
penentuan pengurai limbah perlu dihitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
nilai 90% bakteri mati, kecepatan percampuran dan jarak aliran limbah. Adapun
persamaanya sebagai berikut :
a. Penentuaan nilai penguran limbah awal (DI)
Q VYb DI=
Keterangan:
DI = Nilai pengurangan limbah awal
V = Kecepatan percampuran
Y = Kedalaman air limbah
b = Lebar efektif dari sistem penyebaran
Q = Debit limbah
b. Penentuan nilai dispersi (D2)
12
c. Penentuan nilai penguraian limbah (D3):
D3 = Exp [0,38 x / (TV)]
Keterangan:
D3 = Nilai pengurangan limbah
Exp = Konstanta
X = Jarak penyebaran
T = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 90% bakteri mati
V = Kecepatan percampuran
Nilai kapasitas asimilasi didapat dengan menjumlahkan nilai-nilai DI, D2,
dan D3.
Kelebihan dari metode ini adalah penghitungan lebih ditekankan pada
faktor-faktor fisik sehingga ketepatan perhitungannya tinggi. Adapun
kelemahannya kurang memperhitungkan faktor-faktor kimia.
2. Metode arus bermuatan partikel.
Nilai kapasitas asimilasi pada metode ini ditentukan dengan cara
membandingkan kosentrasi air sungai yang menerima limbah. Hal-hal yang
diperhitungkan antara lain; kecepatan aliran, perbedaan konsentrasi, dan debit air
sungai. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut ;
2
Kelebihan metode ini adalah adanya pembandingan antara kosentrasi limbah
dan air sungai yang sangat penting bagi penentuan kapasitas asimilasi.
Kelemahannya adalah kesulitan dalam penghitungan kosentrasi limbah berupa
13
3. Metode penurunan oksigen dari Streeter dan Phelps
Kapasitas asimilasi pada metode ini dapat ditentukan dengan cara mengamati
pengurangan nilai oksigen terlarut. Faktor yang diperhitungkan antara lain waktu
perjalanan limbah di sungai dan kosentrasi asam karbonat yang tetap pada saat
perjalanan limbah. Adapun rumus persamaannya sebagai berikut :
D
k1 & k2 = Konstanta tingkat reaerasi
Kelebihan dari metode ini adalah penghitungan akan lebih teliti karena
dilakukan penghitungan waktu perjalanan limbah. Kelemahan metode ini adalah
penghitungan dilakukan terus-menerus secara rutin sehingga membutuhkan waktu
yang lama.
2.4. Kualitas Perairan dan Baku Mutu Air Laut
Kualitas suatu perairan pantai sangat ditentukan oleh aktifitas manusia dan
alam dari wilayah di sekitarnya. Bahan-bahan pencemar masuk ke perairan pantai
selalu mengikuti arus pasang surut bolak-balik yang terjadi dua kali sehari.
Bahan-bahan ini seolah-olah terperangkap dalam suatu jarak tertentu di perairan
pantai dan terakumulasi, yang dapat mengakibatkan terlampauinya daya pulih diri
(self purification) perairan pantai (Clarck, 1978). Apabila hal ini terjadi, maka
terjadinya penurunan kualitas perairan, karena penggunaan suatu badan air harus
sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperlukan bagi suatu peruntukan.
Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain, dimilikinya ukuran-ukuran minimum
bagi senyawa-senyawa yang membahayakan (Anonim, 1968).
Kualitas air perlu dijaga dengan mengadakan pemantauan secara intensif.
Untuk dapat mengetahui kualitas air laut yang baik, maka perlu dilakukan Program
14
dimonitor setiap saat, agar tidak menimbulkan dampak pada sistem ekologi,
ekonomi dan sosial.
Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur yang ditenggang
keberadaannya di dalam air laut (Kepmen RI KLH No. 51 tahun 2004). Tujuan dari
pengembangan baku mutu air laut adalah melindungi laut dari berbagai kegiatan
yang dapat menimbulkan pencemaran melalui kajian baku mutu air laut sehingga
dapat diterapkan dalam upaya pemantauan serta penegakan hukum.
2.5. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Kebijakan adalah arahan untuk mengambil suatu tindakan atau bertindak
yang dipilih oleh individu atau lembaga untuk menangani suatu masalah tetentu
atau rangkaian masalah yang saling berkaitan. Sedangkan pengelolaan lingkungan
didefinisikan sebagai suatu proses pemeliharaan dan peningkatan lingkungan alam,
dan pencegahan kerusakan lingkungan alam, sementara pada saat yang sama
mempertahankan kehidupan manusia dan pembangunan ekonomi. Dengan
demikian maka suatu proses merupakan pemeliharaan, peningkatan lingkungan
pesisir, pencegahan kerusakan sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir serta
memanfaatkannya untuk kepentingan manusia.
Menurut Dahuri (2000) pengelolaan wilayah pesisir pada dasarnya diarahkan
untuk mencapai 2 (dua) tujuan yaitu :
1. Pendayagunaan potensi pesisir dan laut untuk meningkatkan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi nasional khususnya kesejahteraan pelaku
pembangunan keluatan khususnya;
2. Untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya kelautan, khususnya sumberdaya
dapat pulih dan kelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi dari
pembangunan wilayah pesisir Indonesia, yaitu ”wilayah pesisir dan lautan
beserta segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di
dalamnya merupakan sumber pembangunan ekonomi dan sosial budaya bangsa
Indonesia yang harus dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat menuju terwujudnya bangsa yang
15
Menurut Dahuri (2000) dua tujuan di atas dapat dicapai melalui perencanaan
dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Perencanaan dan pengelolaan
terpadu wilayah pesisir dibutuhkan mengingat adanya berbagai konflik
pemanfaatan ruang pesisir, dan adanya konflik kepentingan antara berbagai
institusi pemerintah.
Untuk mencapai pembangunan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara
optimal dan berkelanjutan, maka diperlukan arahan kebijakan pembangunan
wilayah pesisir dan lautan yang meliputi 4 (empat) aspek utama yaitu : (1) aspek
teknis dan ekologis, (2) aspek sosial ekonomi budaya, (3) aspek sosial politik dan
(4) aspek hukum dan kelembagaan.
2.6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta
Sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta no. 6 tahun 1999 tentang
rencana tata ruang wilayah (RTRW) DKI Jakarta antara lain berisi :
1. Rencana pengembangan kawasan hijau di Jakarta Utara, salah satunya adalah
mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis pantai yang dipadukan
dengan budidaya perikanan;
2. Rencana pengembangan kawasan pemukiman baru terutama di Kecamatan
Cilincing dan Penjaringan, mengembangkan pemukiman nelayan yang
bernuansa wisata dan berwawasan lingkungan hidup di kawasan pantai lama
dan pulau-pulau yang dihuni di Kepulauan Seribu;
3. Rencana pengembangan kawasan industri dan pergudangan, untuk Jakarta
Utara: (1) membatasi kegiatan industri pada kawasan yang sudah ada di
Penjaringan, Kelapa Gading dan Cilincing; (2) mengembangkan industri
selektif di Marunda dan Cilincing;
4. Arahan kebijakan tata guna laut meliputi: konservasi kawasan-kawasan hijau
lindung, rehabilitasi, mempertahankan kualitas air laut, dan mendayagunakan
pemanfaatan penggunaan ruang lautan;
5. Arahan pengembangan tata guna laut adalah sebagai berikut : (1) konservasi
bagi kawasan-kawasan hijau lindung sesuai ekosistemnya, khususnya di
wilayah pesisir Pantai Teluk Jakarta; (2) rehabilitasi untuk memulihkan tatanan
ekosistem yang telah mengalami kerusakan dan atau pencemaran, khususnya
16
mempertahankan kualitas air laut yang memenuhi baku mutu untuk pelestarian
sumberdaya terumbu karang berserta ekosistemnya; (4) mendayagunakan
pemanfaatan penggunaan ruang lautan secara terpadu untuk berbagai
kepentingan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungannya.
6. Pemanfaatan ruang kawasan industri dan pergudangan untuk Jakarta Utara
penataan industri kecil termasuk penyediaan tempat pengelolaan limbah di
Cilincing dan Kalibaru, relokasi industri menengah dan besar yang berpolusi
dari Ancol Barat, Marunda dan Cilincing;
7. Pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir di Jakarta
Utara adalah dengan cara meningkatkan kapasitas Kali Cakung Drain, Kali
Cakung Lama, Kali Ciliwung dan Kali Kramat.
2.7. Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT Analysis)
Strengths-weaknesses-opportunities-threats (SWOT analysis) adalah
indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan atau
strength (S) dan peluang atau opportunities (O), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan atau weakness (W) dan ancaman atau thearts (T)
(Rangkuti, 2000). Apabila telah diketahui kekuatan dan kelemahan dan diketahui
kekuatan dan kelemahan, maka dapat diperkirakan cara pengelolaan wilayah
perairan.
Matrik SWOT terdiri dari sembilan sel, dimana ada empat sel untuk key
factor, empat sel untuk sel strategi dan satu sel yang kosong. Keempat sel strategi
berlabel SO, WO, ST dan WT, yang dikembangkan setelah melengkapi keempat sel
untuk key factor yang berlabel S,W,O dan T. Analisis SWOT menggabungkan
lingkungan di luar organisasi yang mencerminkan peluang serta ancaman dengan
faktor internal di dalam organisasi, yang mengambarkan kekuatan dan kelemahan
organisasi. Analisis SWOT merupakan suatu alat yang untuk meringkas
faktor-faktor strategis organisasi/perusahaan. Analisis ini akan akan menghasilkan
empat alternatif strategi yaitu : a) SO yaitu mengunakan kekuatan yang dimiliki
untuk mengambil peluang yang ada, b) ST, yaitu mengunakan kekuatan-kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk menghindari dan mengatasi ancaman-ancaman,
17
kelemahan yang dimiliki, d) WT, yaitu pertahanan dalam persaingan sehingga
kegiatan utama adalah meminimunkan kelemahan dan menghindari ancaman
(Rangkuti, 2000).
Langkah-langkah dalam membentuk matrik SWOT adalah membuat daftar
peluang kunci eksternal organisasi, membuat daftar ancaman kunci eksternal
organisasi, membuat daftar kunci internal organisasi, membuat daftar
kelemahan-kelemahan kunci internal organisasi, mencocokkan kekuatan-kekuatan
internal dan peluang-peluang dan mencatat hasilnya dalam sel strategi SO,
mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal dan
mencatat hasilnya dalam strategi WO, mencocokkan kekuatan-kekuatan internal
dan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi ST,
memcocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan
mencatat hasilnya dalam sel strategi WT, memilih alternatif strategi terbaik.
Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, organisasi
harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik, yang cocok
18
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
Jakarta Utara, letak lokasi penelitian dapat di lihat pada Gambar 2. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September 2005 sampai Mei 2006. .
Gambar 2. Lokasi kawasan penelitian (Sumber Ditjen Perikanan, 1999)
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air dari
setiap stasiun pengamatan, air destilasi, dan bahan kimia, baik untuk analisis logam
berat, analisis kualitas air, maupun untuk keperluan pengawetan. Untuk lebih
jelasnya, bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
19
1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Bahan Alat
Air contoh Van Dorn Sampler
Sedimen contoh Botol polyethylene
Asam klorida Timbangan analitik
Asam nitrat Pipet tetes
Aquadest DO-meter
Es Spektrometer
Asam sulfat Petersen Grab
Na-thiosulfat PH-meter
Formalin Termometer
Indikator amilum Saringan bertingkat
Lugol GPS
Stopwatch Kompas
3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.1. Penentuan titik pengambilan sampel
Pelaksanaan penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel
yang dilakukan dengan pertimbangan/diperkirakan dapat mewakili luasan wilayah
perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing pada jarak 50 m, 500 m, dan 1000 m,
sebanyak 3 stasiun pengamatan, 2 stasiun di wilayah perairan laut dan 1 stasiun di
muara Sungai Cakung Drain.
3.3.2. Pengambilan sampel air
Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan alat Van Dorn
Sampler. Selanjutnya contoh air dimasukkan dalam botol dan dilakukan pemberian
label. Kemudian sampel air dimasukkan ke dalam cool box untuk dibawa ke
laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan IPB untuk di analisis. Waktu
pengambilan contoh air serta dilakukan pengukuran parameter pendukung seperti
suhu, pH dan kecerahan yang dilakukan secara in situ.
3.4. Parameter yang diukur
Parameter kualitas air yang diukur serta alat yang digunakan pada penelitian
20
Tabel 2. Parameter-parameter kualitas air dan sedimen yang diukur
No Parameter Satuan Peralatan Keterangan
1.
instansi terkait, diantaranya: BPLHD DKI Jakarta, Kantor Pengkajian Perkotaan
dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, LON LIPI, Dinas Perikanan dan Kelautan
DKI Jakarta, DPMA-Dep Pekerjaan Umum, Balai Penelitian Perikanan Laut
(Balitkanlut), dan lain-lain.
3.5. Analisis Data
3.5.1. Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung,
baik kualitas air sungai yang menuju perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing
maupun kualitas perairan Cilincing. Cara penghitungan beban pencemaran ini
didasarkan atas pengukuran langsung debit sungai dan konsentrasi limbah di muara
Sungai Cakung Drain yang menuju perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing,
berdasarkan model berikut:
BP = Qi x Ci (1 x 10-6 x 30 x 24 x 3600) ... (1)
Keterangan :
BP = Beban pencemar yang berasal dari suatu sumber (ton/bulan) Qi = Debit sungai sekitar lokasi Cilincing (m3/detik)
Ci = Konsentrasi parameter ke-i(mg/l)
Total beban pencemar dari suatu sumber yang bermuara ke Pelabuhan Perikanan
21
Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan
antara konsentrasi masing-masing parameter limbah di perairan pesisir dengan total
beban limbah pencemaran parameter tersebut di muara sungai dan selanjutnya
dianalisa dengan cara memotongkannya dengan garis baku mutu air yang
diperuntukkan bagi biota dan budidaya. Gambar 3 pola hubungan antara
konsentrasi limbah dengan beban pencemaran direferensikan terhadap standar baku
mutu berdasarkan Keputusan Menteri KLH No. 51/Men-KLH/2004. Nilai
kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan dengan nilai baku mutu untuk
parameter yang diuji.
Gambar 3. Grafik hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi polutan
Nilai kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan dengan nilai baku
mutu yang berlaku untuk setiap parameter. Selanjutnya dianalisis seberapa besar
peran masing-masing parameter terhadap beban pencemarannya. Dengan asumsi
dasar yakni:
1. Nilai kapasitas asimilasi hanya berlaku di wilayah pesisir pada batas yang telah
ditetapkan dalam penelitian.
2. Nilai hasil pengamatan baik di perairan pesisir maupun di muara sungai
22
3. Perhitungan beban pencemaran dilakukan baik berasal dari land based,
pencemaran dari kegiatan di perairan Pelabuhan Perikanan maupun dari lautnya
sendiri.
Data yang diamati merupakan data pencemaran yang mempengaruhi kualitas
air muara sungai dan perairan. Hubungan yang ingin dilihat adalah nilai parameter
tersebut yang ada di Pelabuhan Perikanan dan analisis yang digunakan adalah
regresi linear.
bx a
Y = + ...(3)
Keterangan :
x = nilai beban pencemaran setiap parameter di muara sungai (ton/bulan) y = nilai parameter di perairan (mg/l)
a = nilai tengah/rataan umum
b = koefisien regresi untuk parameter di sungai.
Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk
parameter tertentu dan y merupakan nilai parameter Pelabuhan Perikanan dianggap
tepat untuk mewakili seluruh nilai parameter yang ada di perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing.
3.5.2. Formulasi, Strategi Pengelolaan Kualitas Air Perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing dengan Analisis SWOT
Analisis formulasi strategi pengelolaan kualitas air perairan di Pelabuhan
Perikanan Cilincing Jakarta Utara dilakukan dengan metode KeKePAn atau
analisis SWOT (strength, weakness, opportunity and threat). Pada analisis SWOT
dilakukan analisis situasi pada empat unsurnya. Dalam menelaah unsur-unsur
tersebut, perlu ditentukan sejumlah kriteria. Setiap kriteria yang ditelaah ditentukan
nilai bobot dan rating. Kemudian ditentukan nilai terbobot yang merupakan
perkalian nilai bobot dengan nilai rating tiap peubah. Pilihan strategi merupakan
posisi dari peubah yang merupakan penjumlahan dari nilai terbobot. Alur dalam
23
Gambar 4. Diagram alir analisis SWOT (Sumarjono, 1998)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis KeKePAn (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) atau SWOT (strenght, weakness, opportunity ,
and threat) adalah:
(1) Identifikasi kekuatan/ kelemahan dan peluang/ ancaman
Pada tahap ini dilakukan penelaahan kondisi faktual lapangan dan
kecenderungan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan air perairan Pelabuhan
Perikanan Cilincing Jakarta Utara. Hasil penelaahan ini digunakan untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan
air perairan Pelabuhan Perikanan Cilincing, Jakarta Utara.
(2) Analisis SWOT
Dalam menentukan strategi yang baik, dilakukan pemberian bobot (nilai)
terhadap unsur-unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi kawasan
Pelabuhan Perikanan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan matrik faktor strategi Y
N Studi pustaka
Pengumpulan data dan Informasi
Identifikasi unsur internal dan eksternal (SWOT)
Agregasi penentuan bobot Agregasi penentuan rating
Penentuan matrik
pendapat tiap responden OK Revisi matrik
Penentuan matrik gabungan
Penentuan bobot peubah
Penentuan nilai Penentuan
rating
Diagram SWOT
24
eksternal (EFAS), untuk menentukannya di lakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menyusun peluang dan ancaman pada kolom 1.
b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
c. Menghitung skor (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 sampai 1, berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi perairan. Pemberian nilai skor untuk faktor
peluang bersifat positif (peluang yang sangat besar di beri skor 4,
peluangnya kecil di beri skor 1. Pemberian nilai skor untuk faktor
ancaman (Ancaman yang sangat besar di beri skor 1, ancamannya sedikit
di beri skor 4.
d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan skor pada kolom 3, untuk
memperoleh jumlah skor pembobotan pada kolom 4.
Untuk lebih jelasnya untuk menentukan matrik faktor strategi eksternal
dapat dilihat pada Tabel 3.
1. Matriks strategi faktor eksternal
Faktor-faktor strategi eksternal (EFAS) Bobot Skor Nilai
Peluang (opportunities) : O1
Evaluasi faktor eksternal (O) – (T)
Keterangan :
25
Membuat matrik faktor strategi internal (IFAS), untuk menentukannya di lakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada
kolom 1.
b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
c. Menghitung skor (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 sampai 1, berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi perairan. Pemberian nilai skor untuk faktor
kekuatan bersifat positif (kekuatan yang sangat baik di beri skor 4,
kekuatanya kurang. Pemberian nilai skor untuk faktor ancaman
(kelemahan yang sangat besar di beri skor 1, kelemahannya sedikit di
beri skor 4.
d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan skor pada kolom 3, untuk
memperoleh jumlah skor pembobotan pada kolom 4.
Untuk lebih jelasnya untuk menentukan matrik faktor strategi eksternal
dapat dilihat pada Tabel 4.
1. Matriks strategi faktor internal
Faktor-faktor strategi internal (IFAS) Bobot Skor Nilai
Kekuatan (strength) : S1.
S2. Sn
Kelemahan (weaknesses) : W1.
W2. Wn.
Total
Evaluasi faktor internal (S) – (W) Keterangan :
26
Untuk menentukan strategi pengelolaan perairan di lakukan dengan cara
membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuatan ( strengths) dan kelemahan (weaknesses),
kemudian diplotkan pada matrik dampak pengaruh menyilang (cross impact
matrix). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat gambar matrik dampak pengaruh
2) Gambar 5. Matrik dampak pengaruh menyilang.
(3) Alternatif Kebijakan Hasil Analisis SWOT
Alternatif kebijakan pada matriks hasil analisis SWOT (Tabel 5) dihasilkan
dari penggunaan unsur-unsur kekuatan kawasan untuk mendapatkan peluang yang
ada (SO), penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan
datang (ST), pengurangan kelemahan kawasan yang ada dengan memanfaatkan
peluang yang ada (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi
27
Tabel 5. Matriks hasil analisis SWOT
Peluang Ancaman
Kebijakan yang dihasilkan terdiri atas beberapa alternatif kebijakan. Untuk
menentukan prioritas kebijakan yang harus dilakukan, maka dilakukan
penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antara unsur-unsur SWOT yang
terdapat dalam suatu alternatif kebijakan. Jumlah bobot akan menentukan ranking
prioritas alternatif kebijakan pengelolaan kawasan (Tabel 6).
Tabel 6. Rangking alternatif kebijakan
No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah
28
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum
Geografis
Pelabuhan Perikanan Cilincing Jakarta Utara terletak di wilayah Kecamatan
Cilincing Jakarta Utara, Secara geografis terletak pada 060 04’ 00” – 06 0 05 ‘ 00”
LS dan 1060 50’ 19” – 1060 56’ 23” BT. Ketinggian dari permukaan laut 0 -2 meter,
namun tempat tertentu ada yang berada dibawah permukaan laut yang sebagian
besar terdiri dari rawa-rawa atau empang air payau.
Kecamatan Cilincing merupakan salah satu kecamatan yang berada di
wilayah Kotamadya Jakarta Utara dengan luas wilayah 39,70 km2, yang terdiri atas
55.069 kepala keluarga yang tersebar pada 7 (tujuh) kelurahan. Untuk lebih
jelasnya luas masing-masing kelurahan dan jumlah kepala keluarga dapat dilhat
pada tabel 7.
Tabel 7. Luas dan jumlah kepala keluarga (KK) di masing-masing kelurahan di wilayah Kecamatan Cilincing
No Kelurahan Luas Area km2 Jumlah Kepala Keluarga
1
Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta Utara, 2004
Lokasi penelitian berada di kawasan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara,
sebelah utara di batasi oleh laut Jawa, dii bagian selatan di batasi oleh wilayah
Kecamatan Cakung Jakarta Timur, sebelah timur di batasi wilayah Kecamatan
Taruba Jaya Kabupaten Bekasi, dan sebelah barat dibatasi wilayah Kecamatan
29
Penduduk
Penduduk Kecamatan Cilincing pada tahun 2004 tercatat 237.484 jiwa yang
terdiri dari 11.122 laki-laki (50,16%) dan perempuan 118.362 jiwa (49,48%). Luas
wilayah Kecamatan Cilincing 39,70 km2 dengan kepadatan penduduk pada tahun
2004 sebesar 5.982 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk Jakarta Utara pada tahun
2004 tinggal di Kecamatan Tanjung Priok (26,53%) dan yang ke 2 (dua) di
Kecamatan Cilincing (20,08%). Dari 7 (tujuh) kelurahan yang ada di Kecamatan
Cilincing kepadatan tertinggi pada tahun 2004 dicapai oleh Kelurahan Sempar
Barat yaitu 38913 jiwa/km2, sedangkan kepadatan yang terendah Kelurahan
Marunda yaitu 1.822 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya kepadatan penduduk pada
masing-masing kelurahan di wilayah Kecamatan Cilincing dapat dilihat pada Tabel
8.
Tabel 8. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing kelurahan di Kecamatan Cilincing
Jumlah penduduk
Laki-laki Perempuan Total
1
Sumber. Badan Pusat Statistik Jakarta Utara. 2004
Penggunaan Lahan
Prosentase penggunaan lahan di Kecamatan Cilincing tahun 2004 adalah
(1) Perumahan : 32,51 % ; (2) Industri : 25,29 % ; (3) Kantor dan Gudang : 4,79 %;
Lahan Pertanian : 15,28 % ; (4) Taman : 0,00 % ; (5) Lahan Tidur : 0,00 % ; (6)