• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Publikasi Sisilia Biologi 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Naskah Publikasi Sisilia Biologi 2011"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

EFFECT OF VARIATION AND CONCENTRATION OF AUXIN TOWARD STEM CUTTINGS OF NONI (Morinda citrifolia L.)

Sisilia Purnama Sari

Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University

Surakarta

ABSTRACT

Noni (Morinda citrifolia L.) is a plant from family Rubiaceae which until now has been widely used as an antibacterial and analgesic. Noni plant has begun intensively cultivated by farmers in Indonesia vegetatively, that is by cuttings. However, propagation by cuttings is not done optimally. The purpose of this study was to determine the effect of variations in the type and concentration of auxin on stem cuttings noni.This research used a Completely Randomized Design (CRD) with nine of treatments. This study used three types of auxin which were IAA, NAA, and IBA, each with three levels of concentration; 25 ppm, 50 ppm and 75 ppm. There were three replications for each treatment, so there were 30 experimental units. The variables measured were the number of roots, root length, root fresh weight, root dry weight, while emerging shoots, shoot number, leaf number, and leaf length. The data were analyzed with statistical test Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multiple Range Test (DMRT) was conducted with significance level of 5%. The results showed that variations in the type and concentration of auxin were not induce the formation and growth of roots on stem cuttings of noni. Application of variations and concentration of auxin give no significant effect on the time to appear shoots, but significantly affected the growth and development of shoots on the number of shoots and number of leaves parameters. The application of IAA has significant effect due to the leaf length of stem cuttings of noni.

(2)

EFEK PEMBERIAN VARIASI JENIS DAN KONSENTRASI AUKSIN TERHADAP STEK BATANG MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

Sisilia Purnama Sari

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret

Surakarta

ABSTRAK

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman dari familia Rubiaceae yang sampai sekarang ini telah banyak digunakan sebagai zat antibakteri dan analgetik. Tanaman mengkudu sudah mulai dibudidayakan secara intensif oleh petani di Indonesia secara vegetatif, yaitu dengan cara stek. Perbanyakan dengan cara stek belum dilakukan secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin terhadap stek batang mengkudu. Penelitian ini menggunakan variasi jenis auksin yaitu IAA, NAA, dan IBA, masing-masing jenis auksin dengan tiga konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 9 macam perlakuan dan tanpa perlakuan (0 ppm) sebagai kontrol. Terdapat 3 ulangan untuk setiap perlakuan, sehingga terdapat 30 unit percobaan. Variabel penelitian yang diamati adalah waktu muncul akar, jumlah akar, panjang akar, waktu muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun, dan panjang daun. Data yang diperoleh dianalisis dengan

Analysis of Variance (ANOVA). Bila menunjukkan beda nyata diantara

kelompok perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT) dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin tidak mendorong adanya pembentukan dan pertumbuhan akar. Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap waktu muncul tunas, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas yaitu untuk parameter jumlah tunas dan jumlah daun. Pemberian auksin jenis IAA berpengaruh nyata terhadap panjang daun stek batang mengkudu.

(3)

PENDAHULUAN

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman dari familia

Rubiaceae yang sampai sekarang ini telah banyak digunakan sebagai zat

antibakteri dan analgesik (Rahmayani, 2013). Kemampuan tanaman mengkudu

sebagai antibakteri dilihat pada kemampuannya dalam menekan pertumbuhan

Blood Disease Bacterium (BDB) pada buah pisang (Baroroh, 2014). Kegunaan

lain tanaman mengkudu sebagai antibakteri selain terhadap buah pisang, tanaman

ini juga mampu melawan bakteri menular seperti Pseudomonas aeruginosa,

Proteus morgaii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli,

Salmonella sp. dan Shigella sp. (Mohtar et al., 1998; Jayasinghe et al., 2002).

Zat-zat antibakteri yang terkandung dalam buah mengkudu berperan dalam

pengobatan infeksi kulit, pilek, demam, dan masalah kesehatan lain yang

disebabkan oleh bakteri (Atkinson, 1956). Younos et al. (1990) menguji efek

analgesik dan obat penenang dari ekstrak buah mengkudu terhadap tikus. Ekstrak

buah mengkudu memiliki khasiat sebagai analgesik 70% lebih baik daripada

morfin.

Tanaman mengkudu sudah mulai dibudidayakan secara intensif oleh

petani di Indonesia sejak awal perkembangan industri obat tradisional di

Indonesia pada tahun 1999, terutama disekitar Jawa Tengah, pembudidayaan ini

kemudian menyebar ke beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa

Timur, dan Banten. Pembudidayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan buah

mengkudu yang semakin meningkat, selain itu dengan membudidayakan

mengkudu dianggap dapat memberikan hasil yang menguntungkan (Djauhariya et

al., 2006). Menurut Djauhariya et al. (2006), teknologi pembudidayaan yang

selama ini dilakukan oleh para petani umumnya masih sangat sederhana dan

belum memenuhi standar Good Agricultural Practice (GAP). Cara perbanyakan

mengkudu yang umum dilakukan petani adalah dengan menggunakan biji dari

buah mengkudu. Cara ini tidak dapat mempertahankan sifat genetis yang dimiliki

oleh induknya. Petani kemudian melakukan perbanyakan mengkudu secara

vegetatif untuk tetap mempertahankan sifat genetis mengkudu agar sama dengan

(4)

mampu meningkatkan pembentukan akar. Auksin merupakan hormon yang

berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan akar. Indole-3-Acetic Acid (IAA),

α–Naphthalene Acetic Acid (NAA), Indole Butyric Acid (IBA) merupakan golongan auksin yang saat ini sudah banyak digunakan dalam pembentukan dan

perkembangan akar. IBA dipercaya memiliki kemampuan lebih dalam

pembentukan akar pada stek dibandingkan IAA maupun zat pengatur tumbuh

lainnya (Wudianto, 1993). Kemampuan IBA dalam pembentukan akar dibuktikan

oleh Djauhariya dan Rahardjo (2004) pada stek batang mengkudu. IBA dengan

konsentrasi 59 ppm mampu meningkatkan panjang akar pada stek batang

mengkudu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian variasi

jenis dan konsentrasi auksin terhadap stek batang mengkudu.

METODE PENELITIAN

A. Alat

Beker gelas, mistar, kertas label, gelas pengaduk, gelas ukur, pisau,

gunting, timbangan elektrik, alumunium foil, botol gelap.

B.Bahan

Stek batang tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang diambil

di Ngoresan, Surakarta dengan diameter cabang 2-3 cm, larutan hidroponik

yang dicampur dengan aquades, Indole Butyric Acid (IBA), Indole-3-Acetic

Acid (IAA), α–Naphthalene Acetic Acid (NAA), etanol absolut, aquades.

C. Cara kerja

a. Persiapan stek batang mengkudu

Persiapan stek batang mengkudu diambil dari batang yang berwarna

coklat dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Batang diambil

dari indukan yang dipotong miring dengan panjang 20 cm dengan 2-3 mata

tunas aksiler dan diameter 2-3 cm dengan meninggalkan 2-3 helai daun.

b. Pembuatan media dasar

Pembuatan media dasar dilakukan dengan membuat larutan nutrisi

(5)

Pembuatan media air dibuat dengan perbandingan 90 % air, 5 % pekatan A,

dan 5 % pekatan B. Setiap 1 l media dibuat dengan mencampurkan 900 ml

air dengan 50 ml pekatan A dan 50 ml pekatan B.

c. Pembuatan stok ZPT

Pembuatan lautan stok IAA, IBA, NAA dengan masing-masing

taraf konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm. Untuk membuat larutan zat

pengatur tumbuh dengan konsentrasi 75 ppm, yaitu dengan menimbang 75

mg IAA yang dilarutkan dalam etanol absolut tetes demi tetes sampai zat

pengatur tumbuh larut sempurna kemudian ditambahkan 1.000 ml aquades.

Pembuatan larutan dilakukan cara yang sama pada IBA dan NAA. Stok zat

pengatur tumbuh disimpan dalam elenmeyer 1.000 ml dan ditutup dengan

alumunium foil serta diberi label. Semua larutan stok yang sudah dibuat

disimpan dalam lemari pendingin (Trisna et al., 2013; Waziri et al., 2015).

Penghitungan volume larutan stok menggunakan rumus :

Vstok.Mstok = Vmedia.Media

(Hendaryono dan Wijayani, 1994)

Keterangan :

Vstok = volume larutan stok yang dicari

Mstok = konsentrasi larutan stok yang tersedia

Vmedia = volume larutan stok yang akan dibuat

Mmedia = konsentrasi larutan stok yang akan dibuat

d. Pembuatan media perlakuan

Media perlakuan adalah media dasar yang ditambahan dengan zat

pengatur tumbuh. Pembuatan media perlakuan dengan cara melarutkan

media dasar dengan penambahan zat pengatur tumbuh dari larutan stok

IAA, NAA, IBA sesuai dengan taraf konsentrasi sesuai rancangan

penelitian. Media perlakuan dimasukkan ke dalam botol gelap

masing-masing 150 ml kemudian ditutup dengan plastik (Muhamad, 2014).

e. Tahap penanaman stek batang

Batang mengkudu yang sudah dipotong direndam dalam media

(6)

pengatur tumbuh dalam botol gelap kemudian stek yang sudah ditanam

ditutup kembali dengan plastik untuk mengurangi penguapan. Selanjutnya

pemeliharaan dilakukan selama 23 hari. Selama pemeliharaan, stek batang

disimpan dalam green house dengan suhu ruangan 26-27 oC (Hasanah dan

Setiari, 2007; Trisna et al., 2013; Waziri et al., 2015).

f. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada stek batang mengkudu berumur 23 hari

setelah tanam (HST). Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

waktu muncul akar, jumlah akar adventif, panjang akar adventif, waktu

muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun, panjang daun.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Analysis of Variance

(ANOVA). Apabila menunjukkan beda nyata diantara kelompok perlakuan,

kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)

dengan tingkat signifikansi 5% (Gehlot et al., 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembentukan dan pertumbuhan akar

Hasil pengamatan selama 23 hari pada stek batang mengkudu

menunjukkan bahwa pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin terhadap stek

batang mengkudu tidak menunjukkan adanya pembentukan dan pertumbuhan

akar, akan tetapi berpengaruh pada pembentukan dan pertumbuhan pertunasan

saja. Hingga akhir pengamatan tidak ada satupun akar yang muncul pada stek

batang mengkudu. Stek yang direndam dalam larutan auksin mengalami

pembusukan dan akhirnya mati. Pembusukan pangkal batang pada stek batang

mengkudu terjadi sebelum stek membentuk akar akan tetapi terbentuk tunas.

Pembusukan pangkal batang diduga disebabkan karena faktor fisologis tanaman

yang digunakan. Faktor fisiologis ini berperan dalam keberhasilan stek. Faktor

fisiologis yang mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman

yang digunakan, ada tidaknya tunas dan daun muda pada bahan stek, persediaan

(7)

bahan stek yang digunakan dalam penelitian ini masih tergolong sangat muda.

Umur bahan yang digunakan berhubungan dengan kadar karbohidrat dan nitosgen

pada tanaman. Karbohidrat merupakan salah satu hasil proses fotosintesis yang

berlangsung di daun dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman. Cadangan makanan

tersebut akan digunakan pada saat tanaman mengalami kondisi tidak

menguntungkan atau untuk pembentukan sel atau organ baru. Stek batang

yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan rendahnya kandungan

nitogen tidak mampu menghasilkan akar akan tetapi akan terbentuk tunas. Stek

dengan kandungan nitrogen tinggi akan menghasilkan akar yang banyak dan kuat.

Stek yang masih terlalu muda menandakan kandungan karbohidrat rendah dan

nitrogen yang tinggi, hal ini menyebabkan stek mengalami pembusukan

(Hartmann dan Kester, 1983)

Hal ini diduga karena konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan

tidak sesuai dengan konsentrasi optimal yang dapat menginduksi perakaran pada

stek batang mengkudu. Konsentrasi masing-masing auksin yang digunakan masih

bertaraf rendah yaitu 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm. Ternyata pada konsentrasi

tersebut belum mampu menghasikan akar pada stek batang mengkudu.

Kebanyakan pada konsentrasi auksin yang tinggi mampu menghasilkan akar pada

stek batang. Sevik dan Guney (2013) menjelaskan IAA pada konsentrasi 1.000

ppm mampu menghasilkan persentase stek berakar pada stek batang lemon balm

(Melissa officinalis L.) lebih banyak. Akar merupakan pusat penyerapan nustrisi

yang dibutuhkan tanaman. Peranan akar adventif pada stek batang sangat

diperlukan untuk penyerapan nustrisi dari media tanam. Terbentuknya tunas pada

stek batang mengkudu diduga karena adanya hormon sitokinin yang terdapat pada

stek batang mengkudu. Perbandingan kombinasi sitokinin dan auksin pada stek

batang menyebabkan terjadinya pembelahan sel yang menstimulasi pembentukan

tunas pada stek. Sitokinin yang lebih tinggi bila dibandingkan konsentrasi auksin

akan mendorong pembentukan tunas, hal ini mengakibatkan tidak terjadinya

(8)

B. Pembentukan dan pertumbuhan tunas

Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh nyata

terhadap waktu muncul tunas, akan tetapi pemberian variasi jenis dan konsentrasi

auksin berpengaruh nyata terhadap pembentukan dan pertumbuhan tunas pada

variabel jumlah tunas, jumlah daun, dan panjang daun. Variasi jenis dan

konsentrasi auksin yang diberikan pada stek batang mengkudu dapat memberikan

respon yang berbeda terhadap tunas yang diamati..

1. Waktu muncul tunas

Kemunculan tunas pada stek batang mengkudu ditandai dengan pecahnya

nodus yang ditandai dengan munculnya tonjolan pada nodus batang. Rata-rata

[image:8.595.113.508.373.546.2]

waktu muncul tunas pada stek batang mengkudu disajikan pada Tabel 3:

Tabel 3. Rata-rata waktu kemunculan tunas pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin

Perlakuan Konsentrasi (ppm) X waktu muncul tunas (HST)

Kontrol 0 2

IAA

25 2

50 2

75 2

NAA

25 2

50 2

75 2

IBA

25 2

50 2

75 3

Keteranganri : HST : hari setelah tanam

X : rata-rata

Waktu muncul tunas pada penelitian menunjukkan sebagian besar pada

hari ke-2 pada setiap perlakuan kecuali pada perlakuan IBA dengan taraf

konsentrasi 75 ppm waktu munculnya tunas pada hari ke-3 setelah tanam.

Kemunculan tunas terjadi pada setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan pemberian

variasi jenis dan konsentrasi auksin terhadap stek batang mengkudu tidak

berpengaruh besar dalam kemunculan tunas. Danu dan Tampubolon (1993)

menunjukkan bahwa pemberian IBA pada stek batang sungkai (Peronema

canescens Jack) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas.

(9)

IBA dengan konsentrasi yang semakin tinggi pada stek damar (Agathis

loranthifolia Salisb.) justru mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan

tunas. Akan tetapi pernyataan ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Apriliani et

al. (2015) terhadap stek pucuk bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) dengan

pemberian IBA 100 ppm dan 200 ppm memberikan nilai rata-rata kemunculan

tunas lebih cepat dibandingkan pemberian IAA dan NAA pada taraf konsentrasi

yang sama. IBA dengan konsentrasi rendah tidak akan mempengaruhi

pertumbuhan tunas akan tetapi pemberian IBA dengan konsentrasi yang tinggi

akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tunas. Leopold dan

Kriedemann (1975) menjelaskan bahwa IBA berperan dalam pembelahan sel,

sehingga mengakibatkan terjadinya perpanjangan sel pada organ-organ vegetatif

sehingga mampu membentuk tunas.

Tumbuhnya tunas lateral pada stek batang terjadi karena adanya

pematahan dominansi apikal akibat adanya pemangkasan pucuk. Pemangkasan

pucuk mengakibatkan suplai auksin yang berasal dari tunas apikal terhenti,

sehingga kadar auksin yang berada di bawah pemangkasan berkurang. Dengan

adanya pemangkasan pucuk, tanaman akan mempercepat pertumbuhan tunas

lateral. Kondisi ini dinamakan pematahan dominansi apikal. Dominansi apikal

adalah pertumbuhan ujung pucuk tumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan

tunas lateral terhambat. Dominansi apikal pada stek batang mengkudu terjadi

karena adanya zat pengatur tumbuh yang berada pada tunas apikal. Menurut

Heddy (1989) auksin berperan dalam peristiwa dominansi apical yaitu dalam

penghambatan tunas lateral.

Kemunculan tunas pada setiap perlakuan diduga disebabkan karena

adanya hormon endogen yang terkandung pada tanaman itu sendiri. Tanaman

mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh secara endogen dalam jumlah yang

sedikit. Zat pengatur tumbuh yang dihasilkan ini mampu mempengaruhi sel yang

mampu mengekspresikan suatu gen untuk memunculkan tunas. Astuti (2014)

menyatakan pada penelitiannya terhadap bambu kuning (Bambusa vulgaris)

secara in vitro bahwa tanaman secara alami menghasilkan hormon sitokinin yang

(10)

2. Jumlah muncul tunas

Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin memberikan hasil yang

beragam terhadap jumlah tunas pada stek batang mengkudu (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata jumlah tunas pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin

Perlakuan Konsentrasi (ppm) X Jumlah Tunas ± SD

Kontrol 0 0,4457a ± 0,74663

IAA

25 1,3478cd ± 1,13326

50 2,5217e ± 2,23104

75 0,8696ab ± 0,8696

NAA

25 0,6739ab ± 0,93889

50 1,5978d ± 2,20917

75 1,0109bc ± 1,37876

IBA

25 1,4674d ± 1,85432

50 0,6739ab ± 0,87842

75 0,8696ab ± 0,96195

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan beda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%.

SD : Standar Deviasi

HST : hari setelah tanam

X : rata-rata

Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin pada stek batang

mengkudu memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah tunas pada stek

batang mengkudu setelah diuji dengan ANOVA (Lampiran 2a). Pemberian variasi

jenis auksin yang diberikan pada stek batang mengkudu memberikan hasil optimal

yang berbeda pada setiap konsentrasinya. Pemberian auksin IAA memberikan

hasil optimal terhadap jumlah tunas pada stek batang mengkudu pada konsentrasi

50 ppm, NAA yang optimal terhadap jumlah tunas pada konsentrasi 50 ppm,

sedangkan IBA yang optimal terhadap pembentukan jumlah tunas pada taraf

konsentrasi 25 ppm. Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin yang optimal

terhadap pembentukan dan pertumbuhan jumlah tunas terdapat pada IAA pada

konsentrasi 50 ppm karena memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar 2,5217.

Jumlah munculnya tunas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu zat

pengatur tumbuh yang digunakan, konsentrasi yang digunakan, interval waktu,

cara pemberian, serta faktor dari dalam tanaman itu sendiri (Adinugraha et al.,

[image:10.595.106.510.204.368.2]
(11)

pertumbuhan tunas, sedangkan konsentrasi yang rendah tidak efektif dalam

memacu pertumuhan tunas. Dari hasil pengamatan IAA menunjukkan jumlah

tunas yang lebih baik bila dibandingkan dengan auksin yang lain. Adinugraha et

al. (2006) juga menjelaskan bahwa IAA mampu meningkatkan jumlah tunas,

panjang tunas dan berat kering tunas pada tanaman sukun yang dipangkas pada

pucuknya.

3. Jumlah daun

Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin memberikan hasil yang

[image:11.595.107.509.328.491.2]

beragam terhadap jumlah daun pada stek batang mengkudu (Tabel 5).

Tabel 5. Rata- rata jumlah daun pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin

Perlakuan Konsentrasi (ppm) X Jumlah Daun ± SD

Kontrol 0 0,4022a ± 0,78530

IAA

25 1,1685d ± 1,41553

50 0,9076cd ± 1,02601

75 0,8804bcd ± 1,34632

NAA

25 0,6120abc ± 1,29851

50 0,5897abc ± 1,24399

75 0,7880bc ± 1,03638

IBA

25 0,8071bc ± 1,16207

50 0,5217ab ± 0,85778

75 0,3228a ± 0,62566

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan beda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%.

SD : Standar Deviasi

HST : hari setelah tanam

X : rata-rata

Hasil uji ANOVA menunjukkan pemberian variasi jenis dan konsentrasi

auksin memberikan pengaruh nyata terhadap kontrol (Lampiran 2b) Pemberian

auksin IAA memberikan hasil optimal terhadap jumlah daun pada stek batang

mengkudu pada konsentrasi 25 ppm, hormon NAA yang optimal terhadap jumlah

daun pada konsentrasi 75 ppm, sedangkan IBA yang optimal terhadap

pembentukan jumlah daun pada taraf konsentrasi 25 ppm. Pemberian variasi jenis

dan konsentrasi auksin yang optimal terhadap pembentukan dan pertumbuhan

jumlah daun terdapat pada auksin IAA pada konsentrasi 25 ppm karena memiliki

(12)

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian variasi jenis dan

konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada stek mengkudu.

Panjang tunas dan jumlah daun berhubungan satu sama lain, apabila panjang tunas

meningkat maka jumlah daun juga meningkat. IAA menghasilkan jumlah daun

lebih banyak dibandingkan jenis auksin yang lain. Konsentrasi yang mampu

menghasilkan jumlah daun juga relatif rendah yaitu 25 ppm. Yeshiwas et al.

(2015) dalam penelitiannya terhadap stek batang mawar membutuhkan

konsentrasi yang tinggi untuk memperoleh jumlah daun yang lebih banyak yaitu

dengan penambahan IBA 2.500 ppm. Pertumbuhan daun pada stek mengkudu

disebabkan karena tersedianya zat pengatur tumbuh yang mampu mendorong

terbentuknya daun. Jumlah daun yang muncul pada setiap nodus pada stek batang

mengkudu menunjukkan pada stek mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang lebih baik. Daun yang tumbuh berperan dalam proses fotosintesis yang

kemudian menghasilkan fotosintat yang diperlukan tanaman sebagai sumber

energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.

4. Panjang daun

Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin memberikan hasil yang

[image:12.595.107.510.515.677.2]

beragam terhadap panjang daun pada stek batang mengkudu (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata panjang daun pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin

Perlakuan Konsentrasi (ppm) X Panjang Daun (mm) ± SD

Kontrol 0 1,9239a ± 3,34215

IAA

25 7,5859c ± 9,34192

50 6,7929bc ± 0,44393

75 5,8641b ± 8,62651

NAA

25 1,7098a ± 2,59467

50 3,2196a ± 4,74342

75 3,5500a ± 4,30436

IBA

25 2,8321a ± 3,40129

50 2,4402a ± 3,76496

75 2,2391a ± 3,39942

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan beda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%.

SD : Standar Deviasi

HST : hari setelah tanam

(13)

Hasil uji ANOVA menunjukkan pemberian variasi konsentrasi IAA

terhadap stek batang mengkudu memberikan pengaruh nyata terhadap kontrol dan

perlakuan lain (Lampiran 2c). Pemberian variasi jenis auksin ternyata

memberikan hasil yang berbeda terhadap panjang daun pada stek batang

mengkudu pada konsentrasi yang berbeda. Auksin IAA optimal pada konsentrasi

25 ppm, auksin NAA optimal terhadap panjang daun pada konsentrasi 75 ppm,

sedangkan auksin IBA yang optimal terhadap pembentukan panjang daun pada

taraf konsentrasi 25 ppm. Pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin yang

optimal terhadap pembentukan dan pertumbuhan panjang daun terdapat pada IAA

pada konsentrasi 25 ppm karena memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar

7,5859 mm.

IAA pada konsentrasi rendah mampu menghasilkan panjang daun yang

lebih panjang bila dibandingkan dengan IAA konsentrasi yang tinggi. Pada stek

batang lemon balm (Melissa officinalis L.) yang dilakukan oleh Sevik dan Guney

(2013) memperlihatkan dengan konsentrasi IAA 1.000 ppm mampu menghasilkan

panjang daun yang lebih baik dibandingkan IAA 5.000 ppm. Menurut Gardner et

al. (1991), panjang tunas pada stek batang mengkudu merupakan hasil

pemanjangan tunas yang terjadi karena adanya proses pembelahan dan

pembesaran sel pada meristem ujung.

Keberhasilan stek dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari

dalam tanaman maupun faktor dari luar tanaman itu sendiri (Hartmann dan

Kester, 1983). Faktor dalam yang mempengaruhi keberhasilan stek yaitu

kemampuan tumbuhan untuk mengubah zat pengatur tumbuh menjadi aktif atau

kurang aktif. Faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah faktor

lingkungan yaitu suhu dan kelembapan. Suhu udara yang optimal yaitu pada suhu

29oC, pada suhu ini dapat merangsang pembelahan sel perakaran. Suhu yang

(14)

KESIMPULAN

Variasi jenis dan konsentrasi auksin tidak mendorong pembentukan dan

pertumbuhan akar pada stek batang mengkudu (Morinda citrifolia L.). Pemberian

variasi jenis dan konsentrasi auksin memberikan pengaruh yang tidak nyata

terhadap waktu muncul tunas, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tunas stek batang mengkudu (Morinda citrifolia L.) utamanya pada

parameter jumlah tunas dan jumlah daun. Pemberian auksin jenis IAA

berpengaruh nyata terhadap panjang daun stek batang mengkudu.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H.A., D. Setiadi dan M.N. Ambari. 2006. Kemampuan Bertunas Tanaman Sukun di Kebun Pangkas dari Enam Populasi dengan Aplikasi Hormon IAA. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 3 (1) : 265 – 273.

Apriliani, A., Z.A. Noli dan Suwirmen. 2015. Pemberian Beberapa Jenis dan Konsentrasi Auksin untuk Menginduksi Perakaran pada Stek Pucuk Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) dalam Upaya Perbanyakan Tanaman Revegetasi. Jurnal Biologi Universitas Andalas 4 (3) : 178-187.

Atkinson, N. 1956. Antibacterial Substance from Flowering Plants. Antibacterial Activity of Dried Australian Plant by A Rapid Direct Plate Test.

Australian J. Exp. Biol. 34 : 17-26.

Baroroh, F.H., L.Q. Aini, dan A.L. Abadi. 2014. Uji Efektivitas Antibakteri

Ekstrak Daun dan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Blood

Disease Bacterium. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan 2(2):87-97. Danu, D. 1993. Pengaruh Bahan Stek dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap

Pertumbuhan Sungkai (Peronema canescens Jack). Laporan Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Teknologi Pembenihan. Departemen Kehutanan Bogor, Bogor.

Danu, D.,A. Subiato, dan K.P. Putri. 2011. Uji Stek Pucuk Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) pada Berbagai Media dan Zat Pengatur Tumbuh.

Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8(3):245-252.

Djauhariya, E. dan M. Rahardjo. 2004. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Mengkudu dengan Stek Batang.

Prosiding Seminar Nasional XXV Tumbuhan Obat Indonesia . Kelompok Kerja Nasional Tanaman Obat Indonesia, Tawangmangu 24-28 April 2004, hal. 79-86.Djauhariya, E., M. Rahardjo, dan Ma’mun. 2006. Karakterisasi Morfologi Dan Mutu Buah Mengkudu. Bul. Plasma Nutfah

12 (I) : 1-8.

(15)

Gehlot, A., R.K. Gupta, A. Tripathi, I.D. Arya, and S. Arya. 2014. Vegetative Propagation of Azadirachta indica: Effect of Auxin and Rooting Media on Adventitious Root Induction in Mini-cuttings. Advances in Forestry Science 1(1) : 1-9.

Hartmann H. T. and Kester D. E.. 1983. Plant Propagation : Principles and Practices. 4th Editions. Englewood Cliffs, New Jersey.

Hasanah, F.N. dan N. Setiari. 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Setelah Direndam IBA (Indol Butyric Acid) pada Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 15(2):1-6.

Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta.

Hendaryono, D.P.S., dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Jayasinghe, U.L.B., C.P. Jayasooriya, B.M.R. Bandara, S.P. Ekanayake, L. Merlini, and G. Assante. 2002. Antimicrobial Activity of Some Srilanka Rubiaceae and Meliaceae. Fitoterapia 73(5) : 424-427.

Kramer, D.J. dan T.T. Kozlowski. 1960. Physiology of Tress. Mc Graw Hill Book Co, New York

Leopold, A. C. dan P. E. Kriedmann. 1975. Plant Growth and Development.

McGraw– Hill, New York.

Mohtar, M., K. Shaari, N.A.M. Ali, and A.M. Ali. 1998. Antimicrobial Activity of Selected Malaysian Plants Against Micro-organisms Related to Skin Infection. Journal of Tropical Forest Products 4(2) : 199-206.

Muhamad, M. 2014. Membuat Pupuk Alternatif untuk Hidroponik.

http://www.academia.edu/8340509/Membuat_Pupuk_Alternatif_untuk_Hi droponik. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015.

Rahmayani, I. P., A. M. Maskoen, dan B. S. Hernowo. 2013. Peran Ekstrak Etanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada Penyembuhan Luka Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen pada Tikus Galur Wistar.

Bandung Medical Journal 45(4) : 226-233.

Sevik, H. and K. Guney. 2013. Effects of IAA, IBA, NAA, and GA3 on Rooting and Morphological Features of Melissa officinalis L. Stem Cuttings. The Scientific World Journal 2013 : 1 – 5.

Trisna, N., H. Umar, dan Irmasari. 2013. Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona grandis L.f.). Warta Rimba 1(1) : 1-9.

Waziri, M.S., M. Ibrahim, M.A. Ibrahim, and M. Bulama. 2015. Effect of Various IBA Concentrations on The Rooting and Growth of Delonix regia Stem Cuttings in Maiduguri. Donnish Journal of Agricultural Research 2(1) : 10-15.

(16)

Gambar

Tabel 3. Rata-rata waktu kemunculan tunas pada stek batang mengkudu setelah 23   HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin
Tabel 4. Rata-rata jumlah tunas pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin
Tabel 5. Rata- rata jumlah daun pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin
Tabel 6. Rata-rata panjang daun pada stek batang mengkudu setelah 23 HST dengan pemberian variasi jenis dan konsentrasi auksin

Referensi

Dokumen terkait

Tahap perencanaan di puskesmas andalas sudah mengacu kepada sistem baku perencanaan tahunan puskesmas yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dimana pada puskesmas andalas

pada mahasiswa Pendidikan Fisika Reguler 2014 digunakan untuk menentukan reliabilitas angket, sedangkan hasil uji coba pada mahasiswa Pendidikan Fisika Reguler

Salah satu faktor yang menunjang pengakuan pendapatan adalah perlu adanya metode pengakuan pendapatan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23

Pratiwi (2017) sejak periode 2005-2015 mengenai pembiayaan penyaluran rahn yang dipengaruhi oleh pendapatan yang di dapatkan oleh pegadaian Syariah, harga jua emas dan tingkat

Hasil uji validitas nilai KMO dan loading factor variabel dimensi relasional modal sosial, dimensi kognitif modal sosial, budaya klan, dan kinerja peran ekstra sebagai

melakukan uji warna bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya merkuri dalam sampel krim pemutih wajah yaitu digunakan larutan KI 0,5 N, dan hasil

terjadinya penyakit menular seksual di dapatkan hasil disebabkan karena bergonta-ganti pasangan, gantian jarum suntik, berhubungan dengan penderita, tidak memakai

Penerapan Hukum Lotka dapat digunakan pada Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JSP) Universitas Gadjah Mada pada tahun 2016 hingga 2018 di mana tiap volume/tahun