• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa : studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPS Kelas IV dalam pencapaian materi teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa : studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPS Kelas IV dalam pencapaian materi teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di Sekolah Dasar."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembangan potensi yang dimiliki oleh siswa dan erat kaitannya dengan memperbaiki kepribadiannya. Kepribadian tersebut meliputi segala tingkah laku dalam kemandirian, kreatif, inovatif, cakap, dan bertanggung jawab yang ada di dalam diri siswa tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi siswa dalam menguasai lingkup ilmu pegetahuan dan teknologi dengan lingkungan sosial untuk dapat bersaing dengan berbagai

perubahan perkembangan di dunia.

Proses perkembangan dan pertumbuhan sebagai hasil interaksi ini secara

tidak langsung dapat memunculkan keterampilan sosial siswa. Sesuai dengan pendapatnya Tim Broad-Based Education (dalam Maryani, 2011, hlm. 18) yang menafsirkan bahwa keterampilan sosial siswa sebagai keterampilan berkomunikasi dengan empati dan keterampilan bekerja sama. Dalam berkomunikasi bukan hanya menyampaikan pesan, tetapi di dalamnya ada keinginan menimbulkan kesan baik untuk menumbuhkan keharmonisan maupun keseimbangan hubungan, serta solusi terhadap suatu permasalahan.

Pada dasarnya keterampilan sosial ini jika tidak terlatih dengan baik sesuai dengan karakter yang dimiliki maka akan menimbulkan berbagai macam masalah baik yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor pada diri siswa. Permasalahan ini akan menjadi kompleks jika dibiarkan begitu saja. Sehingga pendidikan antara karakter dan keterampilan sosial merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pembelajaran.

(2)

2

pembelajaran dengan berbagai keterampilan dan teknik-teknik dalam penguasaan pendekatan agar menciptakan suasana pembelajaran yang kian menarik dengan penggunaan metode dan alat peraga yang variatif. Cara guru menerapkan model pembelajaran adalah kegiatan proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa dalam memahami pengetahuan untuk mengembangkan potensi yang telah mereka miliki.

Berkaitan dengan hal di atas, menurut Somantri (dalam Sapriya, 2012, hlm. 14) bahwa pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran strategis dalam usaha pembentukan warga negara yang baik dan handal sesuai tujuan pembangunan nasional, dan merupakan satu program pendidikan yang baik dan memasyarakat. Hal ini tidak terlepas dari sikap individu (siswa)

dalam menghadapi tantangan zaman saat kini maupun nanti, tentu saja skill (keterampilan) harus dimiliki oleh setiap individu tersebut, sehingga siap

menghadapi segala permasalahan yang ada dalam hidupnya.

Keterampilan sosial yaitu kemampuan unuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang dapat diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan serta dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain. (Combs & Slaby dalam Cartedle & Milburn, 1992, hlm. 7)

Fenomena yang terjadi pada saat ini, khususnya di daerah yang akan dijadikan tempat penelitian yakni dilihat berdasarkan lokasi daerah yang termasuk pada urban frige. Sebagai daerah transisi, daerah ini merupakan lokasi yang berada dalam tekanan-tekanan perkotaan yang meningkat. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang muncul secara pesat, menjadi kendala awal yang sangat berpengaruh bagi masyarakat, khususnya bagi para siswa yang memanfaatkan hal tersebut. Selain itu, permasalahan yang cenderung muncul berkaitan dengan keterampilan sosial siswa di lingkungan sekolah berhubungan dengan pertemanan yang tidak seimbang sehingga bisa memunculkan berbagai permasalahan sosial seperti perkelahian.

(3)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

sehari-hari siswa yang lebih cenderung individual, egoistis, acuh tak acuh, dan kurang berkomunikasi. Karenanya, siswa memerlukan pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilannya khususnya dalam memanfaatkan media sosial internet. Mereka harus mampu memilih dan memilah mana yang lebih penting dan berguna berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya.

Sejalan dengan Hurlock (1980, hlm. 111) awal masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu. Dengan demikian, apabila anak tidak diberikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan tertentu, maka ia tidak akan memiliki dasar dan keinginan untuk bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu.

Pendidikan IPS harus mampu mengantisipasi segala perubahan yang terjadi

di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan perilaku yang baik dalam melakoni kehidupan di masyarakat. Salah satu tujuan IPS adalah

mengembangkan aspek kehidupan siswa-siswi dalam sikap (attitude), nilai (value) dan keterampilan sosial (social skill) dimana anak didik mampu memadai, mengembangkan keterampilan, dan menilai diri sendiri dalam hubungannya dengan kehidupannya masyarakat sekitar (Isjoni, 2007, hlm. 34).

Sapriya (2009, hlm. 3), agar para siswa dapat hidup di masyarakat dengan baik, dapat memecahkan masalah-masalah pribadi maupun masalah-masalah sosial, maka siswa perlu dibekali dengan konwledge, skills, attitudes and values, bahkan bagaimana cara bertindak (action).

Selain itu dalam BSNP (2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. (hml.575)

(4)

4

bersifat kaku dan terpusat pada satu arah tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif, tanpa dibekali keterampilan-keterampilan siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain yang dapat digali dan dikembangkan berdasarkan konsep sendiri melalui pengalaman nyata di lingkungannya masing-masing.

Berdasarkan hasil studi kasus, sekian banyak permasalah yang muncul saat ini setidaknya ada beberapa hal yang menonjol dalam pembelajaran IPS. Pertama, pembelajaran IPS masih sangat dipengaruhi oleh paradigma pendidikan yang terdahulu, yaitu guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center) dan siswa hanya sebagai ”gelas kosong” yang harus diisi oleh guru. Kedua, pembelajaran IPS yang cenderung akan banyak teori dan atau materi, sehingga menjadikan guru

berpandangan bahwa siswa harus hafal akan teori-teori tersebut tanpa mempertimbangkan cara pengaplikasian ketika berada dalam kehidupan

sehari-hari untuk memiliki keterampilan yang baik. Ketiga, kecenderungan sikap siswa yang kurang tepat dalam memanfaatkan media sosial dalam kehidupannya, kurang menghargai teman sebaya dan lingkungannya bahkan gurunya sendiri, berbicara kasar, pilih-pilih teman dan bersifat individualis.

Sesuai dengan hal tersebut Al Muchtar (2007, hlm. 2-7) juga menyatakan bahwa pada realitanya pendidikan IPS cukup memprihatinkan sebab:

Keadaan proses pendidikan khususnya dalam pendidikan IPS secara umum dari mulai budaya belajar, ternyata proses pendidikan IPS lebih banyak diwarnai oleh orientasi yang sangat kuat pada pencapaian target kurikulum, sehingga proses pendidikan dilaksanakan dalam interaksi yang lebih kuat pada pola satu arah proses belajar, diwarnai pula oleh dominasi guru, sehingga aktivitas peserta didik tampak kurang aktif. Proses pendidikan IPS tampak sebagai proses pengalihan dan penyerapan informasi berupa bahan pelajaran sebagai muatan kurikulum. Disajikan dalam pelajaran klasikal, sehingga metode ceramah lebih banyak digunakan dan dipandang efektif untuk mencapai target kurikulum.

(5)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

pembelajaran ini lebih menekankan pada kelompok-kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin. Esensinya terletak pada tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara positif. (Hanafiah, 2010, hlm. 246).

Salah satu model dari Cooperative Learning adalah tipe Jigsaw sebagai model pembelajaran yang inovatif. Fokus pembelajaran ini terletak pada bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dengan kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. (Rusman, 2012, hlm. 202)

Model Cooperatif Learning tipe Jigsaw dapat mendorong siswa aktif dan

saling berinteraksi satu sama lain, saling memiliki rasa tanggung jawab, mengolah keterampilan, serta bersosialisasi dalam lingkungannya. Kemudian, dalam proses

pembelajarannya siswa dapat membangun abstraksinya melalui proses interaksi dengan yang siswa lain dan benda konkrit lainnya.

Sesuai dengan upaya yang dilakukan sebelumnya, maka tindakan yang dilakukan tersebut merupakan upaya pemecahan masalah yang ditetapkan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa khususnya pada kemampuan berinteraksi dan bekerja sama serta berkomunikasi yang baik bagi siswa kelas IV Kecamatan Baleendah. Sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengupayakan pecapaian kompetensi individual masing-masing siswa.

Dari uraian di atas, penulis mengajukan sebuah studi dengan judul

“PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV dalam Pencapaian Materi Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di Sekolah Dasar)”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(6)

6

atau teori yang hanya pada tingkat ingatan. Padahal, pembelajaran IPS seharusnya dapat melatih siswa dari segi keterampilan sosial, perilaku sosial, memunculkan kemampuan logis dan kritis, memecahkan masalah, menumbuhkan kepedulian, rasa ingin tahu, kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam berkompetisi di masyarakat nasional dan global.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi dalam latar belakang penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar melalui penerapan Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah : “Apakah keterampilan sosial siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ?”.

Dari rumusan masalah umum di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa sub rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw?

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial siswa pada kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode konvensional?

3. Apakah terdapat peningkatan keterampilan sosial pada siswa yang menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara objektif dan ilmiah berkaitan dengan peningkatan perilaku sosial siswa sekolah dasar melalui pembelajaran IPS dengan menggunakan Cooperative Learning tipe Jigsaw. Sedangkan secara lebih rinci tujuan penelitian adalah

(7)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan sosial siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan sosial siswa pada kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode konvensional.

3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial pada siswa yang menggunakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan yang berarti dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar

terutama untuk mengembangkan pembelajaran, yaitu dengan perbaikan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS. Adapun hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

1. Bagi guru, hasil penelitian dapat memberikan alternatif model pembelajaran IPS di sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan sosial.

2. Bagi siswa, melalui penggunaan Cooperative Learning tipe Jigsaw ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama belajar, memperbaiki keterampilan sosial siswa lebih baik lagi.

3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penerapan Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam proses belajar mengajar IPS. Selain

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen yang dimaksudkan untuk menguji sebuah perlakuan yakni pembelajaran IPS dengan menggunakan Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif eksperimen murni, karena dianggap paling tepat untuk melihat hubungan sebab akibat. Karena sangat sulit melakukan pengacakan sampel untuk membuat kelompok siswa yang baru, maka metode yang digunakan adalah eksperimen

semu dengan desain penelitian kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 1994, hlm.83).

Creswell (2008, hlm. 299) juga mengemukakan pendapatnya bahwa penelitian eksperimen dilakukan ketika anda ingin membangun kemungkinan penyebab dan akibat antara variabel bebas dan terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran IPS dengan Cooperative Learning dengan tipe Jigsaw dan variabel terikatnya adalah keterampilan sosial siswa.

B.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain non-equivalent group pretest-posttest design. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa, yaitu kelas

eksperimen dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan kelas kontrol menggunakan model Konvensional (ceramah). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih tidak secara random, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Kedua kelas tersebut diberi pretest kemudian diberikan perlakuan selama proses pembelajaran dan setelah proses pembelajaran kemudian diberi posttest.

(9)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Non-equivalent Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel and Wallen, 2007, hlm. 278)

Keterangan:

O1 = Pretest/ tes awal sebelum perlakuan O2 = Posttest/ tes akhir sesudah perlakuan

X1 = Pembelajaran dengan perlakuan (model Cooperative Learning tipe Jigsaw) untuk kelas eksperimen

X2 = Pembelajaran dengan perlakuan (model Konvensional/ ceramah) untuk kelas kontrol

Pengelompokkan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan

kelas yang ada. Ciri utama dari eksperimental adalah adanya pengongtrolan variabel dan pemberian treatment terhadap kelompok eksperimen. Peneliti

menggunakan nilai rata-rata harian yang mewakili kemampuan kognitif siswa dan pretest sebagai dasar kesamaan karakteristik atau yang disamakan.

C.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ranca Panjang kampung Babakan Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung arah terusan Cibaduyut. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan alasan:

a. Daerah sekitar sekolah termasuk lingkungan yang memasuki masa transisi. Sehingga lingkungan tersebut dengan cepat memengaruhi pola hidup masyarakatnya, termasuk para siswa yang tinggal disekitar lingkungan tersebut.

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

(10)

39

b. Dukungan sarana dan prasarana untuk kegiatan penelitian tersedia secara memadai.

c. Adanya persetujuan dari pihak Kepala Sekolah dan guru bersangkutan dalam mengizinkan dilaksanakannya kegiatan penelitian.

d. Studi pendahuluan yang menunjukkan masih terdapatnya sejumlah permasalahan dalam meningkatkankan keterampilan sosial siswa melalui mata pelajaran IPS.

e. Di sekolah ini penelitian dengan menggunakan model Cooperatie Learning tipe Jigsaw dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa belum pernah dilakukan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Ranca Panjang

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, dengan kelas IV C sebagai kelas eksperimen dan juga siswa kelas IV A sebagai kelas kontrol. Subjek penelitian ini dipilih dengan alasan:

a. Kelas IV merupakan massa dimana siswa melakukan transisi ego, sehingga keterampilan sosial harus mulai diarahkan kembali untuk memperkuat keterampilan para siswa.

b. Adanya masalah berkaitan dengan keterampilan sosial di kelas IV, seperti kecenderungan siswa memilih-milih teman sebangkunya dan tidak mau bermain dengan teman yang menurutnya prestasinya kurang.

c. Pemilihan Kelas IV A dan IV C didasarkan pada hasil rata-rata ulangan harian sebelumnya.

D.Populasi dan Sampel 1. Populasi

(11)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan hal demikian, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SD Negeri kelas IV A, IV B, IV C dan IV D pada tahun ajaran 2014/ 2015. Penentuan di kelas IV ini dengan alasan bahwa:

a. Masalah keterampilan sosial harus mulai dibenahi kembali dari jenjang SD, khususnya di kelas IV. Karena dengan memerhatikan siswa kelas IV sudah memiliki rasa ego.

b. Berkaitan dengan pencapaian materi ajar yang sesuai dengan peningkatan keterampilan sosial terhadap sub pokok bahasan dalam memanfaatkan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi pada zaman IPTEK sekarang.

c. Lingkungan sekolah yang mulai dipengaruhi oleh keadaan modern (urban).

2. Sampel

Penentuan sampel penelitian penting guna mendapatkan data. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu objek penelitian yang telah ditentukan populasi dari objek yang akan diteliti. Langkah selanjutnya yaitu mencari sampel yang bertujuan memudahkan dalam meneliti objek penelitian. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 118), yang dimaksud sampel adalah “bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu.”

Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam penelitian sampel penelitian dilakukan terhadap dua kelas yang mempunyai karakteristik yang sama dengan berdasarkan skor nilai ulangan yang telah dilakukan sebelumnya. Beikut adalah skor nilai rata-rata ulangan yang dijadikan dasar sebagai penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini sebagaimana tabel.

Tabel 3.1 Data Nilai Rata-rata Hasil Ulangan Kelas IV A-D Semester Ganjil Tahun 2014-2015

No Kelas Jumlah

Siswa

Nilai

Rata-rata

1. IV A 36 72,25

2. IV B 35 70,33

(12)

41

Lanjutan Tabel 3.1 Data Nilai Rata-rata Hasil Ulangan Kelas IV A-D Semester Ganjil Tahun 2014-2015

No Kelas Jumlah

Siswa

Nilai

Rata-rata

4. IV D 35 71,15

Sumber: Guru Kelas IV A – IV D

Berdasarkan niai ulangan yang telah dilakukan sebelumnya, maka didapat nilai rata-rata ulangan pada setiap kelas dan diperbandingkan untuk mencari kelas yang memiliki hasil belajar yang sama walaupun guru berbeda. Setelah didapat data ulangan, maka penentuan sampel dilakukan pada kelas yang mempunyai nilai rata-rata kelas sama, yaitu kelas IV A dan kelas IV C dengan nilai rata-rata sebesar 72,25. Sehingga yang digunakan yaitu 36 orang siswa kelas IV C sebagai kelas yang mendapat perlakuan dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan 36 orang siswa kelas IV A dengan penerapan model konvensional (ceramah).

Penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik “purposive sampling” tujuannya adalah agar penelitian dapat dilaksanakan permasalahan yang ada terutama dalam hal kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan.

E. Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional yang berkaitan dengan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran sehingga makna dan interpretasi terhadap istilah tersebut sesuai dengan yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

(13)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok asal dan bergantian mengajarkan teman satu tim, mempresentasikan hasil diskusi, memberi evaluasi, dan penutup.

2. Keterampilan sosial adalah kemampuan perilaku/ tindakan individu dalam berteman dengan siapapun, seperti tidak memilih-milih teman; berbagi informasi, seperti menawarkan bantuan kepada teman; lancar berbahasa, seperti menyapa dengan bahasa yang sopan dan ramah; berbicara bergiliran, seperti tidak menyela orang lain; bekerja sama, seperti membantu teman yang mengalami kesusahan; saling memerhatikan keadaan kelompok, seperti menampug semua pendapat anggota kelompok; ahli berdiskusi, seperti mendengarkan pendapat orang lain; dan mengkomunikasikan kembali hasil diskusi, seperti membacakan kembali hasil diskusi dengan teliti.

F.Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan minimal sebanyak 6 kali pertemuan dengan masing-masing 2 x 35 menit, ditambah 2 kali pertemuan untuk tes pretest dan posttest, 2 kali pertemuan untuk pembiasaan dan 1 kali observasi awal. Pembelajaran akan dilaksanakan untuk satu Standar Kompetensi. Oleh karena itu, jumlah pertemuan ini akan disesuaikan dengan alokasi waktu sesuai dengan kebijakan pelaksanaan kurikulum di Sekolah Dasar.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan komponen-komponen pembelajaran dan instrumen-instrumen penelitian; (2) tahap pelaksanaan pembelajaran (pretest, pembelajaran, postest); (3) tahap pengolahan dan analisis data serta penulisan laporan penelitian.

G.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument, yaitu instrument tes dan non tes. Instrument tes terdiri dari seperangkat soal untuk mengukur pencapaian materi ajar siswa dengan penerapan model. Sedangkan instrument non tes adalah angket keterampilan sosial siswa dan lembar observasi serta wawancara hanya sebagai lembar pelengkap.

(14)

43

awal siswa memahami materi dengan sebelum diberikan perlakuan dan posttest (tes akhir) diberikan dengan tujuan untuk melihat kemajuan atau peningkatan pencapaian materi ajar berkatan dengan keterampilan sosial siswa setelah diberikannya perlakuan kepada dua kelas,.

Namun, untuk mengetahui kelayakan instrumen yang telah disiapkan maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda dari instrumen tersebut. Tes pencapaian materi ajar ini dirancang dalam bentuk isian agar dapat terlihat keterampilan menjawab siswa dalam menyelesaikan soal tersebut.

Sementara instrumen kedua adalah angket yang dirancang dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan Skala Likert. Adapun pedoman observasi dan

wawancara dirancang dalam bentuk terbuka yang berfungsi sebagai catatan lapangan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

1. Tes

Instrumen ini disajikan dalam bentuk tes objektif berupa soal-soal isian singkat dengan jawaban mutlak yang berhubungan dengan materi ajar. Adapun tes yang digunakan adalah pretet dan posttest. Pretest adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang akan diberikan, sedangkan posttest adalah tes yang diberikan sesudah proses pembelajaran diselesaikan, yang bertujuan untuk sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan.

Setelah kisi-kisi yang mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaian selesai disusun, selanjutnya akan disusun soal serta kunci jawaban untuk masing-masing soal. Kemudian soal diujicobakan terlebih dahulu.

(15)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menentukan Validitas Butir Soal

Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) atau tingkat keabsahan. Validitas butir soal ini dihitung dengan cara menginput data hasil uji coba tes pada program SPSS versi 20.0 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Berikut adalah tabel interpretasi besarnya koefisien korelasi.

Tabel 3.2. Kriteria Validitas Item Instrumen Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,200-0,399 Rendah

0,400-0,599 Sedang

0,600-0,799 Kuat

0,800-1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2013)

Berikut adalah hasil validitas butir soal dari uji coba instrumen tentang materi ajar “Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi”.

Tabel 3.3. Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba No.

Soal

Koefisien (rxy)

(r tabel)

Klasifikasi (tingkat hubungan)

1 0,395 0,361 Rendah

2 0,425 0,361 Sedang

3 0,488 0,361 Sedang

4 0,416 0,361 Sedang

5 0,452 0,361 Sedang

6 0,293 0,361 Rendah

7 0,414 0,361 Sedang

8 0,071 0,361 Sangat Rendah

9 0,412 0,361 Sedang

10 0,350 0,361 Rendah

11 0,104 0,361 Sangat Rendah

12 0,534 0,361 Sedang

13 0,386 0,361 Rendah

(16)

45

Lanjutan Tabel 3.3. Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba No.

Soal

Koefisien (rxy)

(r tabel)

Klasifikasi (tingkat hubungan)

15 0,122 0,361 Sangat Rendah

16 0,364 0,361 Rendah

17 0,465 0,361 Sedang

18 0,384 0,361 Rendah

19 0,297 0,361 Rendah

20 0,371 0,361 Rendah

(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Aplikasi SPSS v.20.0)

b. Menentukan Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 2003). Jadi, pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan siswa dalam menjawab tes tersebut. Semakin tinggi reliabilitas suatu tes, semakin baik tes tersebut. Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini juga dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. Berikut adalah tabel yang menunjukkan interpretasi besarnya koefisien korelasi untuk menentukan tingkat reliabilitas suatu instrumen.

Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas Tes

Koefisien Kolerasi Interpretasi

0,00-0,200 Sangat Rendah

0,200-0,400 Rendah

0,400-0,600 Sedang

0,600-0,800 Tinggi

0,800-1,00 Sangat Tinggi

(Sugiyono, 2009)

(17)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5. Analisis Reliabilitas Butir Uji Coba Soal

No. Soal rhitung Kriteria

1 0.604 Tinggi

2 0,600 Tinggi

3 0,591 Sedang

4 0,601 Tinggi

5 0,596 Sedang

6 0,618 Tinggi

7 0,602 Tinggi

8 0,666 Tinggi

9 0,602 Tinggi

10 0,612 Tinggi

11 0,633 Tinggi

12 0,583 Sedang

13 0,605 Tinggi

14 0,608 Tinggi

15 0,640 Tinggi

16 0,610 Tinggi

17 0,594 Sedang

18 0,607 Tinggi

19 0,613 Tinggi

20 0,609 Tinggi

(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Aplikasi SPSS v.20.0)

c. Menentukan Daya Pembeda Butir Soal

Analisis ini diadakan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang

kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Daya

pembeda soal uji coba instrumen dalam penelitian ini juga dihitung dengan menggunakan program Anates versi 4..

(18)

47

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Item Keterangan

0 – 0,20 item soal memiliki daya pembeda lemah

0,21 – 0,40 item soal memiliki daya pembeda sedang

0,41 – 0,70 item soal memiliki daya pembeda baik

0,71 – 1,00 item soal memiliki daya pembeda sangat kuat

Bertanda negatif item soal memiliki daya pembeda sangat jelek

(Arikunto, 2003 hlm. 213- 218)

Setelah menginput data hasil uji coba soal pada program Anates versi 4. untuk menghitung daya pembeda maka diperoleh mean. Jika dilihat pada tabel

interpretasi, instrumen memenuhi kriteria reliabilitas “sedang” dengan kata lain

instrumen yang telah disusun untuk penelitian ini memenuhi syarat. Berikut adalah tabel rhitung dari setiap soal berdasarka hasil perhitungan.

Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal DP (Daya

Pembeda) Interpretasi

1 0,63 Baik

2 0,50 Baik

3 0,38 Sedang

4 0,50 Baik

5 0,50 Baik

6 0,38 Sedang

7 0,50 Baik

8 0,63 Baik

9 -2 Sangat Jelek

10 0,50 Baik

11 0,38 Sedang

12 0,13 Lemah

13 0,75 Kuat

14 0,50 Baik

15 0,50 Baik

(19)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lanjutan Tabel 3.5. Analisis Daya Pembeda Butir Uji Coba Soal

No. Soal DP (Daya

Pembeda) Interpretasi

17 0,50 Baik

18 0,63 Baik

19 0,25 Sedang

20 0,38 Sedang

(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Aplikasi SPSS v.20.0)

d. Menentukan Indeks kesukaran Butir Soal

Indeks kesukaran menunjukan apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung indeks kesukaran dalam penelitian ini dengan menggunakan program SPSS versi 20.0.

Adapun klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan Suherman (2003, hlm.170) dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.8.Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1,00

IK = 1,00

Soal terlalu sukar Soal sukar Soal sedang Soal mudah Soal terlalu mudah

Setelah menginput data hasil uji coba soal pada program SPSS versi 20.0 untuk menghitung tingkat (indeks) kesukaran maka diperoleh mean dari perhitungan. Jika dilihat pada tabel interpretasi, instrumen sudah memenuhi kriteria indeks kesukaran “sedang”. Hasil analisis uji instrumen mengenai indeks kesukaran tiap butir soal seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 3.9. Analisis Indeks Kesukaran

No Nomor Soal

Siswa Menjawab

Benar

Indeks

Kesukaran Kriteria

1 SOAL 1 19 0,63 Sedang

(20)

49

Lanjutan Tabel 3.9. Analisis Indeks Kesukaran

No

Nomor Soal

Siswa Menjawab

Benar

Indeks

Kesukaran Kriteria

3 SOAL 3 22 0,73 Mudah

4 SOAL 4 19 0,63 Sedang

5 SOAL 5 17 0,57 Sedang

6 SOAL 6 20 0,67 Sedang

7 SOAL 7 15 0,50 Sedang

8 SOAL 8 15 0,50 Sedang

9 SOAL 9 16 0,53 Sedang

10 SOAL 10 17 0,57 Sedang

11 SOAL 11 25 0,83 Mudah

12 SOAL 12 17 0,57 Sedang

13 SOAL 13 21 0.71 Sedang

14 SOAL 14 19 0,63 Sedang

15 SOAL 15 20 0,67 Sedang

16 SOAL 16 13 0,43 Sedang

17 SOAL 17 20 0,67 Sedang

18 SOAL 18 13 0,43 Sedang

19 SOAL 19 28 0,98 Mudah

20 SOAL 20 16 0,53 Sedang

(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Aplikasi SPSS v.20.0)

Berdasarkan rekapitulasi data hasil uji coba, secara umum hasil pemeriksaan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran setiap butir soal dapat dirangkum seperti tersaji pada tabel berikut.

Tabel 3.10. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen No

soal

Validitas Reliabilitas DP IK

Ket. Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,395 Rendah

0,623 Tinggi

0,63 Rendah 0,63 Sedang Dipakai

2 0,425 Sedang 0,50 Sedang 0,43 Sedang Dipakai

(21)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lanjutan Tabel 3.10. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen No

soal

Validitas Reliabilitas DP IK

Ket. Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

4 0,416 Sedang

0,623 Tinggi

0,50 Baik 0,63 Sedang Dipakai

5 0,452 Sedang 0,50 Baik 0,57 Sedang Dipakai

6 0,293 Rendah 0,38 Sedang 0,67 Sedang Dipakai

7 0,414 Sedang 0,50 Baik 0,50 Sedang Dipakai

8 0,071 Sangat

Rendah 0,63 Baik

0,50

Sedang Dipakai

9 0,412 Sedang -2 Sangat

Jelek

0,53

Sedang Dipakai

10 0,350 Rendah 0,50 Baik 0,57 Sedang Dipakai

11 0,104 Sangat

Rendah 0,38 Sedang

0,83

Mudah Dipakai

12 0,534 Sedang 0,13 Lemah 0,57 Sedang Dipakai

13 0,386 Rendah 0,75 Kuat 0.71 Sedang Dipakai

14 0,374 Rendah 0,50 Baik 0,63 Sedang Dipakai

15 0,122 Sangat

Rendah 0,50 Baik

0,67

Sedang Dipakai

16 0,364 Rendah 0,00 Lemah 0,43 Sedang Revisi / pakai

17 0,465 Sedang 0,50 Baik 0,67 Sedang Dipakai

18 0,384 Rendah 0,63 Baik 0,43 Sedang Revisi/ pakai

19 0,297 Rendah 0,25 Sedang 0,98 Mudah Dipakai

20 0,371 Rendah 0,38 Sedang 0,53 Sedang Dipakai

(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Aplikasi SPSS v.20.0)

2. Angket

Lembar angket digunakan untuk mengetahui keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS dengan melalui metode Cooperative Learning tipe Jigsaw. Skala yang digunakan pada angket ini yaitu Skala Likert dengan teknik

(22)

51

Sering (Sr), Kadang-kadang (Kd), dan Tidak Pernah (TP). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.11. Kreiteria Penilaian Angket Keterampilan Sosial Siswa

Alternatif Jawaban

Bobot Penilaian

Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Selalu (Sl) 4 1

Sering (Sr) 3 2

Kadang-kadang (Kd) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

H.Prosedur dan Tahapan Penelitian

Adapun prosedur dan tahapan penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan observasi pendahuluan melalui wawancara dengan guru yang mengajar IPS untuk memperoleh informasi tentang (a) pelaksanaan keterampilan sosial siswa di Kelas IV SDN Ranca Panjang, (b) hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS serta cara mengatasinya. b. Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran IPS dengan

menerapkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw pada kelas eksperimen, yaitu peneliti melaksanakan proses pembelajarannya sedangkan guru berperan sebagai observer. Pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan.

c. Melakukan uji instrument, yaitu dengan cara memintapertimbangan pembimibing sebagai penilai (judgement) instrument yang akan digunakan.

d. Memberikan preetest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Pemberian perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan metode

Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam penguasaan materi dan pencapaian

keterampilan sosial siswa.

(23)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Menggunakan uji beda setelah sebelumnya dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas variabel data yang ada untuk menguji apakah perbedaan keterampilan sosial siswa terhadap materi antara hasil pretest dan posttest signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan saja;

h. Melakukan analisis data hasil observasi; i. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

2. Tahapan Penelitian

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap penarikan kesimpulan. Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah dengan studi literature terhadap standar isi mata pelajaran IPS dengan menganalisis tujuan pembelajaran IPS yang berupa kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, disusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw yang dikembangkan terhadap keterampian sosial siswa terhadap materi ajar. Kemudian,

dilakukan studi menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis untuk menentukan indikator-indikator yang akan dikembangkan dalam model Cooperative Learning

tipe Jigsaw.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan dilakukan penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran. Dalam penerapan model Cooperative Learning

(24)

53

guru yang melihat dan memerhatikan dalam pelaksanaan penerapkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan tujuan untuk meminta tanggapan

mengenai penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran pada kelas eksperimen.

c. Tahap Penarikan Kesimpulan

Setelah pelaksanaan penelitian terhadap pembelajaran dengan selesai dilaksanakan, kegiatan berikutnya adalah mengolah data secara statistik untuk data kuantitatif. Analisis data hasil penelitian ini meliputi pengujian dengan menggunakan Program SPSS versi 20.0. Untuk memperkuat kesimpulan yang dibuat maka dilakukan perhitungan indeks gain dan untuk uji hipotesis menggunakan Uji-t dari pretest dan posttest.

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian, maka diperluan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Tes

Teknik tes merupakan sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap

aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Widoyoko, 2012, hlm. 57).

Dalam penelitian ini, data didapat dengan cara pemberian tes. Tes digunakan untuk mengetahui pencapaian materi ajar IPS berkaitan dengan keterampilan sosial siswa sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran IPS. Tes ini mencakup tes awal (pretest) yang dilakukan untuk menjawab soal IPS sebelum perlakuan, dan sementara untuk mengetahui peningkatan pencapaian materi sebagai posttest setelah mendapat perlakuan.

(25)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui keterampilan sosial siswa terhadap pembelajaran IPS dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw yang diisi setelah dilaksanakan postest.

3. Observasi dan Wawancara

Sementara dalam memenuhi teknik pengumpulan data penelitian untuk mengetahui aktivitas keterampilan siswa dan guru digunakan lembar observasi yang diisi selama proses pembelajaran berlangsung oleh observer (peneliti) dan dibantu oleh seorang guru.

Teknik wawancara dilakukan untuk memberikan tanggapan atau respon

guru terhadap pembelajar berkaitan dengan keterampilan sosial siswa dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Teknik pengumpulan

data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.12. Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instumen

1. Siswa Pencapaian materi ajar sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Tes (pretest-posttest)

Tes (Isian )

2. Siswa Penguasaan keterampilan sosial siswa setelah mendapatkan perlakuan

Angket Non Tes (Butir

Pernyataan)

Data Pelengkap

3. Siswa dan Guru

Aktivitas pembelajaran berkaitan dengan

keterampilan sosial siswa dengan model model Cooperative Learning tipe Jigsaw

Observasi Non Tes (Lembar observasi

aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran.)

4. Guru Tanngapan guru terhadap pembelajaran dengan menerapkan model model Cooperative Learning tipe Jigsaw

Wawancara Non Tes

(Pedoman

(26)

55

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t (uji beda). Sebelum uji t dipergunakan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Apabila prasyarat terpenuhi maka Uji-T dapat dilaksanakan, namun jika tidak terpenuhi maka akan digunakan Uji Non Parametrik (Mann Whitney/ Uji Wilxocon.

Untuk mempermudah analisis data yang telah terkumpul dalam pengolahan data peneliti, maka digunakan bantuan program SPSS versi 20.0.

1. Teknik Pengolahan Data a. Tes

Pencapaian materi ajar siswa juga dapat diidentifikasi berdasarkan

indikator-indikator pada pokok bahasan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi (lampiran B.1) dan dapat diolah berdasarkan:

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel yang berisikan skor tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gains)

– (Hake dalam Meltzer, 2002)

Keterangan:

Spost = skor posttest

Spre = skor kemampuan awal Smaks = skor maksimum

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:

Tabel 3.13. Klasifikasi Gain

Besar Gain Interpetasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

(27)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Angket

Angket ini dimaksudkan untuk mengukur respon siswa berkaitan dengan keterampilan sosial siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Adapun keterampilan sosial siswa ini memuat

beberapa indikatr: (1) Mudah berteman dengan siapapun (laki-laki/ perempuan); (2) Berbagi informasi; (3) Lancar dalam berbahasa; (4) Mendengarkan/ berbicara bergiliran; (5) Bekerja sama; (6) Saling memperhatikan keadaan kelompok; (7) Berdiskusi; dan (8) Mengkomunikasikan/ menarik kesimpulan. Identifikasi keterampilan sosial siswa ini dapat terlihat pada tabel lampiran A.5.

2. Analisis Data

Adapun prosedur untuk pengolahan datanya sebagai berikut:

a. Analisis Data Tes Awal dan Tes Akhir (Pretest dan Posttest)

1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi adalah distribusi normal dan jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal (Santoso, 2010 hlm. 169).

2) Menggunakan homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji levene. Jika signifikansi atau nilai probabilitas >

0,05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama (Santoso, 2010 hlm. 196)

3) Malakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t) Uji Kesamaan Dua Rerata

(28)

57

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2009):

1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

̅ ̅

√( )

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2

( )

dimana: nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not assumed):

̅ ̅

√( )

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0. sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial),

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa kedua kelas. Dalam penelitian uji normalitas data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

kesamaan varians kedua kelas . Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata.

Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipote is statistik (uji dua pihak) sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2

(29)

Neni Nadiroti Muslihah, 2015

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

H0 : kemampuan pada tes awal siswa tidak berbeda secara signifikan. H1: kemampuan pada tes awal siswa berbeda secara signifikan.

Dengan kriteria uji diterima H0, jika probabilitas > 0,05 sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Santoso, 2010 hlm. 245).

b. Pengolahan Data Analisis Angket

Kelas eksperimen diberikan angket untuk mengetahui keterampilan sosial siawa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Data angket yang terkumpul, dihitung dan dicari prosentase

dari masing-masing pernyataan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa alternatif jawaban pada angket dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert.

Teknik pengolahan data angket yaitu dengan cara menghitung prosentase dari tiap jawaban per pernyataan dengan rumus sebagai berikut:

(Sugiyono, 2009)

Keterangan

p = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban n = Banyaknya responden

K.Alur Penelitian

(30)

59

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Kelas CL Tipe Jigsaw Kelas Konvensional

Data Data

Uji Normalitas

Pretes Postes Pretes

N-gain

N-gain

Postes

Normal

Tidak Normal

Uji Homogenitas

Uji Non Parametrik Uji Mann Whitney

Uji Parametrik (Uji t)

Homogen Tidak Homogen

Uji Parametrik (Uji t’)

Gambar

Tabel 3.1 Data Nilai Rata-rata Hasil Ulangan Kelas IV A-D
Tabel 3.3. Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba
Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas Tes
Tabel 3.5. Analisis Reliabilitas Butir Uji Coba Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai TOEFL diperoleh darilembaga bahasa Educational Testing Service atau lembaga yang ditunjuknya di Indonesia, Nilai IELTS diperoleh dari lembaga kerja sama University

Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 HKO pada usahatani tembakau di daerah penelitian sebenarnya mendapatkan upah sebesar Rp 252.880 per luas lahan petani atau Rp 214.861

Mengingat  kami  tidak  mempunyai  kantor  cabang  di  daerah,  maka  kami  mohon  bantuan  bapak/ibu  untuk  dapat  mendistribusikan  informasi  dan  formulir 

antara data terakhir dan data pertama pada setiap sesi. Perubahan level dari hasil penelitian ini dapat dilihat. dalam tabel di bawah ini.

Pada penulisan ini dibahas mengenai cara pembuatan rangkaian lampu kedip telephone dan cara pengoperasian alat atau cara kerja lampu kedip telephone yang dapat membantu seseorang

Dreamweaver adalah program desain web yang memberi banyak kemudahan dalam pembuatan aplikasi, salah satunya dapat mengkoneksi desain web dengan koneksi database dan memasukkan

[r]

Sedangkan Indikator PDRB perkapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan manusia (IPM) memiliki perbedaan yang nyata pada Kinerja Ekonomi Daerah kabupaten Dharmasraya