Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial Dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
(Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Negeri 1 Kuningan Kelas VIII-A)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Ray Widy Anjarsari
0903977
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial Dalam Pembelajaran IPS Melalui
Model Pembelajaran Reflektif (Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Negeri 1
Kuningan Kelas VIII A)
Oleh
Ray Widy Anjarsari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Ray Widy Anjarsari 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kuningan, penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktifitas pembelajaran di kelas yang tidak diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terdapat rendahnya rasa kepedulian siswa terhadap sosialisasi dengan teman-teman di kelasnya yang terkadang terdapat konflik yang terjadi di kelas. Dengan hasil observasi tersebut peneliti merasa perlu untuk mengembangkan rasa peduli social terhadap teman dan orang lain dengan strategi pembelajaran dengan menggunakan dasar model pembelajaran Reflektif. Penelitian ini dilaksanakan dengan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam proses pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus, yang dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan tahapan pengumpulan data melalui observasi, buku jurnal siswa dan catatan lapangan sederhana. Untuk subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kuningan. Berdasarkan hasil dari penelitian ini pada siklus I ketercapaian penelitian berada pada skor 38.75% dan berada pada kategori cukup. Pada siklus II hasil dari penelitian berada pada skor 61.25% yang berada pada kategori baik. Pada siklus III hasil dari penelitian berada pada skor 78.75% yang berada pada kategori sangat baik. Perubahan yang terjadi dari siklus I sampai dengan siklus III ini cukup signifikan dimana perubahan pada sikap siswa didukung oleh prilaku siswa ketika berada di luar kelas dan terlihat lebih peduli terhadap teman sekelasnya maupun yang bukan sekelasnya dengan kesadaran diri siswa tersebut.
ABSTRACT
From the observations that have been implemented in SMP Negeri 1 Kuningan, this research is motivated by the learning activities in the classroom that are not implemented by the students in their daily lives. So there is a lack of a sense of concern for the students to socialize with friends in the class that sometimes there are conflicts in the classroom. With the observation of the researcher felt the need to develop a sense of social care to friends and other people with a learning strategy by using a basic Reflective learning model. This study was conducted with a Class Action research (PTK). In the implementation process of this research is done by 3 cycles, where in every cycle consists of four stages of learning, including planning, implementation, observation and reflection. In the data collected in this study is the phases of data collection through observation, student journals and field notes simple. For the subjects of this study were eighth grade students of SMP Negeri 1-A Brass. Based on the results of this study in the first cycle of research achievement scores were 38.75% and is in the category pretty. In the second cycle of research results in a score of 61.25% are located in either category. In the third cycle of the research results in a score of 78.75% are located in the very good category. Changes that occur from the first cycle up to the third cycle in which significant changes in the attitudes of students supported by the behavior of students when outside the classroom and look better care for their classmates and are not decorated with the students' self-awareness.
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
BAB II PENDAHULUAN ... 7
2.1 Teori Belajar ……….. 7
2.1.1.Pengertian Pembelajaran ………... 7
2.1.2.Prinsip Belajar ………... 10
2.2Model Pembelajaran Reflektif ………... 12
2.2.1.Pengertian Model Pembelajaran reflektif ... 12
2.2.2.Langkah-langkah Model Pembelajaran reflektif ……... 14
2.2.3.Peran Pendidik dalam Model Pembelajaran Reflektif ... 19
2.2.4.Evaluasi ………... 20
2.2.5.Metode Pembelajaran Kooperatif ………. 20
2.3 Karakter Peduli Sosial ………... 21
2.3.1.Pengertian Karakter ... 21
2.3.2.Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran ... 23
2.3.3.Karakter Peduli Sosial ... 24
2.4.1. Hakikat Pembelajaran IPS ... 28
2.4.2. Tujuan Pembelajaran IPS ………. 28
2.4.3. Model Pembelajaran IPS Terpadu ……… 31
2.5 Penelitian Terdahulu …………... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 33
3.1.1.Pendekatan Penelitian ... 33
3.1.2.Metode Penelitian ... 34
3.2.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38
3.2.1.Lokasi Penelitian ... 38
3.2.2.Subjek Penelitian ... 39
3.3.Definisi Oprasional ... 39
3.3.1.Model Pembelajaran ……… 39
3.3.2.Peduli Sosial ……… 40
3.3.3.Ilmu Pengetahuan Sosial ………. 40
3.4.Teknsik Pengumpulan Data ... 41
3.5.Teknik Analisis Data ... 49
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1.Profil SMP Negeri 1 Kuningan ... 52
4.2.Deskripsi Awal Observasi di Kelas VIII-A ... 53
4.2.1.Refleksi dan Rencana Penerapan Pembelajaran ... 54
4.2.2.Program Rencana Siklus I... 55
4.3.Penelitian Siklus I ………... 55
4.3.1. Perencanaan Siklus I ...………... 57
4.3.2. Pelaksanaan Siklus I ..……….. 57
4.3.3. Observasi Siklus I ..……….. 57
4.3.4. Refleksi Siklus I ...……… 57
4.3.5. Deskripsi Tindakan Siklus I ………. 57
4.4. Hasil dari Penelitian Siklus I ... 59
4.4.1.Hasil Observasi Siklus I ... 59
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4.3.Persepsi Siswa Usai Pembelajaran ………... 80
4.6.4. Temuan Penelitian Sebagai tindakan Perbaikan pada Siklus II ………... 100
4.10.Kendala Yang Dialami Dalam Penerapan Model Pembelajaran Reflektif ……… 125
4.11.Upaya Mengatasi Kendala Yang Dihadapi ……….. 127
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 128
5.1.Kesimpulan ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 131 LAMPIRAN
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Tabel
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Di Kelas ………...
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Di Luar Kelas………
Tabel 3.3 Standar Keberhasilan Penelitian Di Kelas …………...
Tabel 3.4 Standar Keberhasilan Penelitian Di Luar Kelas……... Tabel 4.1.1 Kemampuan Siswa Bekerjasama Dengan Baik Di Dalam
Kelompok ... Tabel 4.1.3 Kemampuan Memperkecil Konflik Yang Terjadi Didalam
Kelompok …….………...………... 60
Tabel 4.1.4 Kemampuan Siswa Untuk Menerima Saran Dari Teman
Sekelompok ………...………..………... 61
Tabel 4.1.5 Kemampuan Siswa Untuk Menerima Perbedaan
Pandangan Dengan Orang Lain ……..….…….…..……… 61 Tabel 4.1.6 Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Bahasa Yang
Baik Dan Sopan Kepada Teman Dan Guru …... 62
Tabel 4.1.7 Kemampuan Siswa Dalam Menegur Teman Yang
Salah……… 62
Tabel 4.1.8 Kemampuan Siswa Untuk Memberikan Argumentasi
Yang Membangun ………... 63
Tabel 4.1.9 Kemampuan Siswa Mengevaluasi Perilaku Mereka Di
Dalam Kelas Pada Saat Proses Pembelajaran ……... 63
Tabel 4.1.10 Siswa Mampu Mengevaluasi Perilaku Teman Lainnya
Dalam Kelas …………... 64
Tabel 4.1.11 Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Bahasa Yang
Baik Dan Sopan Di Luar Kelas ……….. 64
Tabel 4.1.12 Kemampuan Siswa Untuk Tidak Membeda-Bedakan
Teman ………...………….. 65
Lisan Maupun Perbuatan ……… 65
Tabel 4.1.14 Kemampuan Siswa Memberikan Bantuan Ketika Berada
Di Luar Kelas ………. 66
Tabel 4.1.15 Kemampuan Siswa Untuk Menghargai Orang
Lain………..……… 66
Tabel 4.1.16 Kemampuan Siswa Menegur Teman Lainnya Ketika
Melakukan Kesalahan Atau Pelanggaran Di Luar Kelas …... 67
Tabel 4.1.17 Kemampuan Siswa Dapat Memberikan Contoh Yang
Baik Kepada Teman ………... 67
Tabel 4.1.18 Kemampuan Siswa Dapat Berbaur Dengan
Teman-Teman Satu Kelas ……….. 68
Tabel 4.1.19 Kemampuan Siswa Dapat Saling Memaafkan Ketika
Terdapat Teman Yang Melakukan Kesalahan ………... 68
Tabel 4.1.20 Kemampuan Siswa Bersikap Sopan Dan Santun Kepada
Warga Di Sekolah ………... 69
Tabel 4.2 Hasil Persentase Nilai Karakter Peduli Sosial ………... 69 Tabel 4.3 Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
Pada Siklus I ……….. 73 Tabel 4.4.1 Kemampuan Siswa Bekerjasama Dengan Baik Di Dalam
Kelompok ... 87
Tabel 4.4.2 Kemampuan Siswa Menerima Tiap Anggota
Kelompoknya ………... 87
Tabel 4.4.3 Kemampuan Memperkecil Konflik Yang Terjadi Didalam
Kelompok …….……….………. 88
Tabel 4.4.4 Kemampuan Siswa Untuk Menerima Saran Dari Teman
Sekelompok ………..…………...………..…... 88 Tabel 4.4.5 Kemampuan Siswa Untuk Menerima Perbedaan
Pandangan Dengan Orang Lain ……….…….……… 89 Tabel 4.4.6 Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Bahasa Yang
Baik Dan Sopan Kepada Teman Dan Guru ……… 89
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.4.8 Kemampuan Siswa Untuk Memberikan Argumentasi
Yang Membangun ……… 90
Tabel 4.4.9 Kemampuan Siswa Mengevaluasi Perilaku Mereka Di
Dalam Kelas Pada Saat Proses Pembelajaran ……… 90
Tabel 4.4.10 Siswa Mampu Mengevaluasi Perilaku Teman Lainnya
Dalam Kelas ……… 91
Tabel 4.4.11 Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Bahasa Yang
Baik Dan Sopan Di Luar Kelas ……….. 91
Tabel 4.4.12 Kemampuan Siswa Untuk Tidak Membeda-Bedakan
Teman ………... 92
Tabel 4.4.13 Kemampuan Siswa Tidak Melakukan Kekerasan Secara
Lisan Maupun Perbuatan ……… 92
Tabel 4.4.14 Kemampuan Siswa Memberikan Bantuan Ketika Berada
Di Luar Kelas ………... 92
Tabel 4.4.15 Kemampuan Siswa Untuk Menghargai Orang Lain…….. 93
Tabel 4.4.16 Kemampuan Siswa Menegur Teman Lainnya Ketika
Melakukan Kesalahan Atau Pelanggaran Di Luar Kelas……… 93
Tabel 4.4.17 Kemampuan Siswa Dapat Memberikan Contoh Yang
Baik Kepada Teman ……….. 94
Tabel 4.4.18 Kemampuan Siswa Dapat Berbaur Dengan
Teman-Teman Satu Kelas ………. 94
Tabel 4.4.19 Kemampuan Siswa Dapat Saling Memaafkan Ketika
Terdapat Teman Yang Melakukan Kesalahan ……….. 95
Tabel 4.4.20 Kemampuan Siswa Bersikap Sopan Dan Santun Kepada
Warga Di Sekolah ……….. 95
Tabel 4.5 Hasil Persentase Nilai Karakter Peduli Sosial ……….. 96 Tabel 4.6 Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
Pada Siklus II …..………... 99
Tabel 4.7.1 Kemampuan Siswa Bekerjasama Dengan Baik Di Dalam
Kelompok ... 112
Kelompoknya ………... Tabel 4.7.3 Kemampuan Memperkecil Konflik Yang Terjadi Didalam
Kelompok …….……….……….………… 113
Tabel 4.7.4 Kemampuan Siswa Untuk Menerima Saran Dari Teman
Sekelompok ………..………...……….. 113
Tabel 4.7.5 Kemampuan Siswa Untuk Menerima Perbedaan
Pandangan Dengan Orang Lain ……….…….……… 114 Tabel 4.7.6 Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Bahasa Yang
Baik Dan Sopan Kepada Teman Dan Guru ……… 114
Tabel 4.7.7 Kemampuan Siswa Dalam Menegur Teman Yang Salah… 115
Tabel 4.7.8 Kemampuan Siswa Untuk Memberikan Argumentasi
Yang Membangun ……….. 115
Tabel 4.7.9 Kemampuan Siswa Mengevaluasi Perilaku Mereka Di
Dalam Kelas Pada Saat Proses Pembelajaran ……… 116
Tabel 4.7.10 Siswa Mampu Mengevaluasi Perilaku Teman Lainnya
Dalam Kelas ……….……….. 116
Tabel 4.7.11 Kemampuan Siswa Dalam Menggunakan Bahasa Yang
Baik Dan Sopan Di Luar Kelas ……….. 116
Tabel 4.7.12 Kemampuan Siswa Untuk Tidak Membeda-Bedakan
Teman ………... 117
Tabel 4.7.13 Kemampuan Siswa Tidak Melakukan Kekerasan Secara
Lisan Maupun Perbuatan ……… 117
Tabel 4.7.14 Kemampuan Siswa Memberikan Bantuan Ketika Berada
Di Luar Kelas ……….…… 118
Tabel 4.7.15 Kemampuan Siswa Untuk Menghargai Orang Lain…..… 118
Tabel 4.7.16 Kemampuan Siswa Menegur Teman Lainnya Ketika
Melakukan Kesalahan Atau Pelanggaran Di Luar Kelas……… 119
Tabel 4.7.17 Kemampuan Siswa Dapat Memberikan Contoh Yang
Baik Kepada Teman ………. 119
Tabel 4.7.18 Kemampuan Siswa Dapat Berbaur Dengan
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.7.19 Kemampuan Siswa Dapat Saling Memaafkan Ketika
Terdapat Teman Yang Melakukan Kesalahan ……….. 120
Tabel 4.7.20 Kemampuan Siswa Bersikap Sopan Dan Santun Kepada
Warga Di Sekolah ………... 120
Tabel 4.8 Hasil Persentase Nilai Karakter Peduli Sosial …………... 121 Tabel 4.9 Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran Reflektif
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Alur Ptk (Bagian Siklus Alur Ptk) ... 36
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Persentase Pada Siklus I Dan II ... 98
Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Persentase Observasi Guru Dalam
Penerapan Model Reflektif Pada Siklus I, II Dan III …… 105 Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Persentase Pada Siklus I, II Dan III.. 123
Gambar 4.4 Perbandingan Hasil Persentase Observasi Guru Dalam
1
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pada observasi pra penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di
kelas dalam pembelajaran IPS terungkap bahwa peserta didik kurang
memiliki rasa peduli terhadap kehidupan sosial dan lingkungannya. Hal ini
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang berkelompok dan tidak
memperdulikan orang lain selain dari kelompoknya.
Peduli terhadap teman sendiri dapat dilihat melalui berbagai hal
yang dapat dilakukan oleh siswa salah satunya adalah dengan menjenguk
teman ketika sedang sakit atau membantu teman yang terkena bencana
alam. Banyak dari peserta didik yang merasa lebih baik dari teman-teman
mereka, baik itu secara fisik maupun psikologis. Terlebih ketika mereka
bertemu dengan yang memiliki kekurangan, mereka lebih sering
mem-bully sebagai rasa bangga dan merasa lebih dari orang tersebut. Hal ini
dapat mengakibatkan timbuhnya sikap cuek atau tidak peduli dari peserta
didik terhadap kehidupan sosialnya. Sedangkan, prilaku peduli merupakan
prilaku yang dibutuhkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Karena
dalam bermasyarakat sikap peduli menjadi hal penting yang dibutuhkan
untuk menjaga keselarasan hubungan.
Setiap orang diharapkan dapat menjadi seseorang yang cerdas
dalam segala hal, termasuk setiap peserta didik yang diharapkan dapat
berprilaku baik dan memiliki karakter yang baik pula. Dalam hal ini setiap
orang memiliki karakter yang berbeda dan perlu diarahkan agar
karakter-karakter tersebut dapat menjadi lebih baik di lingkungan sosial
bermasyarakat. Beberapa karakter anak yang perlu diketahui oleh pendidik
sebagai pendidik yang baik agar mampu mengarahkan menurut Aqib
2
1. Mengenal Anak Dominance (Pengatur). Sesuai namanya, kita
bisa lihat pengertiannya dari kata dominance. Itu dapat
diartikan sebagai anak yang senang mendominasi dan mengatur
teman-temannya. Anak yang dominance ini lebih senang
dengan tantangan dan situasi yang berubah-ubah. Karena
menurut anak yang dominance sangat menuntut keadaan dan
hal yang sesuai dengan keinginannya.
2. Mengenal Anak Influence (Gaul). Anak yang influence adalah
anak yang mudah dipengaruhi dan dapat berpengaruh terhadap
orang lain. Dalam hal ini dapat berarti anak influence adalah
anak yang senang menciptakan hal baru dan mendapatkan
banyak teman. Dimana mereka mudah akrab dan menjalin
komunikasi dengan yang lainnya.
3. Mengenal Anak Steadiness (Tenang). Sesuai dengan namanya,
anak yang steadiness cenderung lebih menyukai hal-hal yang
stabil. Ciri lain dari mereka adalah cenderung memiliki sifat
yang baik hati, tenggang rasa, dan suka mengalah. Namun
terkadang mereka lebih sering menjadi
4. Mengenal Anak Counscientiousness (Teliti). Anak yang
memiliki karakter individualistis, dimana dia lebih senang
menyendiri daripada bersama dengan teman-temannya.
Anak-anak yang memiliki karakter seperti ini cenderung lebih mudah
diarahkan dan perfectsionis (kaku).
Degan begitu, karakter-karakter anak perlu diperhatikan oleh orang
tua maupun pendidik agar peserta didik dapat lebih peduli dengan
lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Perilaku peduli sendiri berawal
atau muncul dari hati nurani seseorang. Hati nurani merupakan suatu dasar
berprilaku untuk dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Peduli
merupakan suatu tindakan yang dihasilkan oleh hati nurani manusia. Hati
3
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lickona menyatakan secara tersirat bahwa hati nurani adalah apa
yang benar dan yang salah yang ada dalam pikiran seseorang yang
digunakan untuk membuat keputusan. Cerminan hati nurani seseorang
dapat dilihat dari pola kehidupannya. Kebanyakan manusia selalu
beranggapan bahwa dirinyalah yang paling sempurna dan yang paling
berharga. Rasa kepedulian ini dilihat dari empati dan simpati yang muncul
dari seseorang ketika dihadapkan pada suatu kejadian yang dapat
menggugah hati nuraninya. Sehingga hati nurani sangat dibutuhkan dalam
pengembangan kepedulian peserta didik terhadap sesamanya baik itu
teman sendiri maupun orang lain.
Dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di kahalayak
umum yang dimana terdapat remaja-remaja yang bunuh diri karena prilaku
teman-temannya yang kurang peduli bahkan mengakibatkan prilaku
penindasan baik melalui kata-kata ataupun sikap. karena banyaknya
anak-anak yang kurang peduli dengan lingkungan ataupun teman ini
membuktikan sikap peduli sosial anak perlu dikembangkan lagi sejak dini.
Tetapi pada kenyataanya anak-anak kurang peduli terhadap lingkungan
sekitarnya. Sehingga banyak anak yang selalu merasa kurang serta minder
dari teman-teman sebayanya. Hal itu menyebabkan peneliti ingin
mengembangkan dan menanamkan sikap peduli sosial terhadap peserta
didik agar lebih peduli terhadap orang lain baik itu orang yang dikenal
maupun tidak.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rosmawati,
Yulianti (2012) dalam skripsi yang berjudul “Implementasi Permainan
Gobag Sodor Terhadap Kerjasama Dan Kepedulian Sosial Dalam
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar”: Penelitian Tindakan
Kelas Pada Peserta didik Kelas IV SDN Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu
Kota Bandung”. Dalam penelitian ini, ditunjukkan bahwa dengan menggunakan permainan dapat meningkatkan kepedulian sosial peserta
4
% pada siklus dua, dan 78 % pada siklus tiga. Dari hasil penelitian
terdahulu diatas, peneliti memutuskan untuk meneliti meningkatkan
kepedulian sosial peserta didik menggunakan Model Reflektif sebagai
model pemecahan masalah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
pembelajaran perlu digunakan Model Reflektif untuk dapat meningkatkan
kepedulian peserta didik baik di lingkungan maupun kehidupan bersosial.
Pembelajaran reflektif menurut Kesuma (2011: 119) adalah model
pembelajaran pendidikan karakter yang diarahkan pada pemahaman
terhadap makna dan nilai yang terkandung di balik teori, fakta, fenomena,
informasi atau benda yang menjadi bahan ajar dalam suatu mata pelajaran.
Sedangkan, Menurut Nasution (2009: 97) pembelajaran reflektif adalah
mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam
situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah.
Pembelajaran reflektif ini diambil karena kebutuhan peserta didik untuk merefleksi nilai dan moral merupakan suatu yang penting untuk mengembangkan sisi kognitif dari suatu karakter-bagian penting dari moral kita sendiri yang mampu membantu kita membuat penilaian moral tentang sikap kita sendiri dan lainnya (Lickona, 2012 :335).
Diambil dari teori Lickona mengenai pembelajaran reflektif dapat
dikatakan bahwa peserta didik dapat dipengaruhi oleh internal diri dan
external dari kehidupan dan lingkungannya. Pada pembentukan diri ini
dibutuhkan refleksi dari setiap pembelajaran. Refleksi ini diharapkan dapat
membangun nilai diri peserta didik menjadi lebih peduli dan dapat hidup
berdampingan dengan masyarakat ditengah-tengah perkembangan dan
perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan teknologi.
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, bahwa dalam
meningkatkan kepedulian peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran reflektif dapat memberikan pemahaman terhadap makna dan
kemampuan merefleksikan nilai kepedulian sosial terhadap pembentukan
5
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial Dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif (Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Negeri 1 Kuningan Kelas VIII A)”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Model Reflektif dalam
pembelajaran IPS untuk meningkatkan kepedulian peserta didik?
2. Apakah terdapat peningkatan dalam kepedulian peserta didik dalam
pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Model Reflektif?
3. Kendala apa yang dialami dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan Model Reflektif untuk meningkatkan kepedulian peserta
didik?
4. Bagaimana upaya mengatasi kendala dalam proses pembelajaran IPS
melalui Model Reflektif?
1.3
Tujuan
Tujuan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah :
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan Model Reflektif
dalam meningkatkan kepedulian peserta didik.
2. Mendeskripsikan dampak pelaksanaan Model Reflektif terhadap
pembelajaran IPS dalam meningkatkan kepedulian peserta didik.
3. Mendeskripsikan kendala dan solusi yang ada dalam pembelajaran
IPS melalui Model Reflektif.
4. Untuk dapat mengatasi kendala yang muncul dalam pelaksanaan
Model Reflektif yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
1.4
Manfaat Penelitian
6
a. Bagi peserta didik.
1. Memberi gambaran peserta didik mengenai upaya peningkatan
karakter peduli sosial dan toleransi terhadap sesama manusia dalam
pembelajaran IPS.
2. Diharapkan dapat mengembangkan dan menanamkan sikap peduli
terhadap sesama maupun lingkungan sosial peserta didik.
3. Peserta didik mampu mengaplikasikan hasil dari materi ajar yang
telah dipelajari menggunakan pembelajaran Model Reflektif.
b. Bagi Pendidik
1. Membantu pendidik dalam usaha mencari tehnik pembelajaran
yang tepat dan memberi pertimbangan untuk memberikan
pemahaman melalui nilai-nilai berkarakter.
2. Diharapkan dapat lebih mudah dalam memberikan pemahaman dan
penerapan sikap peduli melalui Model Reflektif di pembelajaran
IPS.
3. Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para pendidik dalam
proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS agar pelajaran IPS
dapat lebih dipahami dan bernilai moral.
c. Bagi Sekolah
1. Untuk menjadi salah satu model yang dapat dijadikan sebagai
model pembelajaran di kelas.
2. Sebagai salah satu acuan dalam variasi model pembelajaran di
kelas.
3. Sebagai salah satu contoh penelitian tindakan kelas.
d. Bagi Peneliti
1. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
sehingga berguna dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan
khususnya dibidang IPS.
2. Diharapkan memberikan pemahaman yang lebih kepada peneliti
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Pendekatan Dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian dalam dunia pendidikan merupakan suatu alat yang
digunakan untuk menyempurnakan suatu penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini manusia berusaha untuk mencari
kebenaran suatu teori yang ada. Untuk mencari kebenaran ini manusia
memerlukan proses untuk menemukan kebenaran. Pencarian
kebenaran ini dilakukan dengan meneliti suatu masalah yang ada di
suatu lembaga masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Metode ini digunakan untuk memecahkan suatu
masalah, yang akan dicoba dalam situasi pembelajaran IPS untuk
meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap sesama manusia baik
yang normal maupun yang berkekurangan. Upaya perbaikan ini
dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan karakter yang kurang memuaskan dalam kepedulian
terhadap sesama. Penelitian ini merupakan upaya secara kolaboratif
antara pendidik dan peserta didik, penelitian ini juga merupakan
kerjasama kolaboratif antara tim peneliti dengan guru pembimbing
yang ada di kelas tersebut.
Metode pengumpulan data dengan cara observasi kelas dan
menerapkan model pembelajaran reflektif, evaluasi diri, serta
dokumentasi. Analisis data yang kemungkinan akan digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis data ini digunakan
34
yang digunakan dalam kegiatan penelitian. Sedangkan untuk
mengetahui sejauh mana model pembelajaran reflektif dalam
meningkatkan kepedulian peserta didik terhadap sesama.
3.1.2 Metode Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Hopkins dalam Muslich (2009: 8)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan pelaku tindakan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam permahaman terhadap kondisi
dalam praktik pembelajaran. Dari sinilah peneliti menganggap bahwa
penelitian haruslah membangun pembelajaran lebih dipahami dan lebih
dimengerti oleh siswa.
Dalam setiap penelitian tindakan ini dilakukan dengan sifat
partisipatif dan kolaboratif. Dikatakan partisipatif karena penelitian
dilaksanakan oleh peneliti sendiri, dimulai dari pra penelitian, pelaksanaan
penelitian hingga pelaporan. Dikatakan kolaboratif karena dalam
penelitian tindakan, peneliti membutuhkan observer atau mitra yang
dibutuhkan untuk membantu mengamati jalannya penelitian. Hal ini pun
berlaku ketika penelitian tindakan kelas berlangsung. Peneliti tentu
membutuhkan observer atau mitra yang mampu mengobservasi
tindakan-tindakan ketika berada di kelas dan mengevaluasi tindakan-tindakan tersebut
sehingga dapat membantu untuk memunculkan berbagai alternatif solusi
inovatif yang akan memperbaiki system pembelajaran di kelas.
a) Karakteristik PTK
Dalam melaksanakan PTK, pendidik hendaknya diharapkan untuk
mengetahui dan memahami beberapa karakteristik dari PTK
35
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Adanya masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri
pendidik bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas
mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkatan lain
pendidik merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam
praktik pembelajaran yang dilakukannya.
2) PTK dilakukan oleh pendidik sendiri. Permasalahan yang terjadi di
kelas tentu akan lebih dipahami oleh pendidik itu sendiri.
Sehingga, treatment dapat disesuaikan dengan permasalahan,
kultur dan budaya kelas.
3) Penelitian melalui refleksi diri. Berbeda dengan penelitian biasa
yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain
sebagai responden. PTK dilakukan tidak hanya dengan merefleksi
hasil dari peserta didik, akan tetapi melihat juga bagaimana
pendidik cara pendidik melakukan treatment.
4) Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga
proses penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku
pendidik dan peserta didik dalam melakukan interaksi
5) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran. Treatment dilakukan secara bertahap dan terus
menerus. Ini juga yang membedakan penelitian eksperimen dengan
PTK.
b) Langkah-langkah PTK
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilakukan dalam
PTK, yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) Trianto (2011: 30).
Di dalam alur kegiatannya, tahap pelaksanaan dan pengamatan ini
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Berikut ini merupakan gambar alur PTK model Kemmis dan
36
Gambar 3.1
Alur PTK (Bagian Siklus Alur PTK)
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan dengan tiga siklus, akan
tetapi hal ini bukanlah menjadi patokan utama dalam pelaksanaan
siklus penelitian. Jika hasil dari siklus yang telah dilaksanakan kurang,
maka siklus akan berlangsung lebih dari yang telah direncanakan
sebelumnya. Adapun beberapa tahap yang dilakukan ketika
pelaksanaan penelitian (siklus). :
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini, peneliti yang sekaligus sebagai pendidik
melakukan persiapan sebagai berikut :
a) Menyusun Pengembangan Silabus dan Penilaian khususnya
pada Pokok Bahasan Kehidupan Sosial Masyarakat.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
memuat tentang standar kompetensi, kompetensi dasar,
tujuan pembelajaran dan instrumen untuk mengukur
indikator pencapaian kompetensi, dan Kunci Jawaban
Instrumen .
Plan
Act Reflect
Observe Revised Plan
Act Observe
37
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Menyusun instrumen latihan kerja peserta didik
berdasarkan teks sederhana mengenai “Kehidupan Sosial
Masyarakat”, baik untuk kelompok maupun individual.
2) Tahap Palaksanaan
Pada tahap pelaksanan, peneliti yang sekaligus sebagai
pendidik dan pengajar melakukan tahapan berikut ini :
a. Mengadakan pre-test.
b. Menyampaikan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran
dan indikator yang ingin dicapai serta proses penilaian.
c. Membagi peserta didik menjadi 10 kelompok dengan
masing-masing anggota kelompok berkemampuan yang
beragam.
d. Pendidik bertindak sebagai fasilitator yang
mengkondisikan situasi kelas agar dapat terjadinya kerja
kelompok yang kondusif.
e. Memotivasi peserta didik agar secara individual dapat
lebih peduli terhadap lingkungan sosialnya.
Dalam tahap ini pembelajaran dan penelitian yang dilakukan
dikelas dengan alokasi waktu selama 90 menit (2jam pelajaran)
dan akan dilaksanakan dengan 3 tahap oprasional, yaitu : 1)
kegiatan pendahuluan dimana pendidik mengawali pembelajaran
dengan kegiatan apersepsi dan memotivasi peserta didik untuk
memulai pembelajaran, 2) kegiatan inti dimana proses
pembelajaran berlangsung, 3) penutup merupakan kegiatan akhir
pembelajaran yang menyimpulkan, merefleksikan dan mengakhiri
38
3) Tahap Pengamatan
Untuk memaksimalkan pelaksanaan model pembelajaran
reflektif ini, maka dilakukan hal sebagai berikut :
a. Turut serta mendampingi observasi peserta didik atau
kelompok.
b. peserta didik membahas hasil dari kegiatan kelompok, dan
saling memberikan kritik dan saran kepada tiap kelompok.
c. Setiap peserta didik atau kelompok merefleksikan kegiatan
kelompok dengan materi yang didapatkan peserta didik
sesuai pembelajaran.
d. Pendidik memberikan kesimpulan terhadap peserta didik
dari hasil pembelajaran kelompok yang telah dilakukan.
e. Pendidik memberikan instrumen pertanyaan berkenaan
dengan materi yang telah dibahas dan juga meminta
peserta didik untuk mengerjakan sesuai pemahamannya
terhadap materi “Kehidupan Sosial Masyarakat”. 4) Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti bertindak sekaligus sebagai pendidik dalam
melakukan analisis, sintesis, dan interpretasi terhadap semua informasi yang
diperoleh dalam pelaksanan penelitian tindakan kelas ini. Berkaitan dengan
siklus yang dilakukan, pada tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat
kekurangan maupun kelebihan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
reflektif. Hasil dari ditahap pembelajaran ini digunakan untuk
menyempurnakan pelaksanaan siklus yang telah dilakukan di dalam kelas.
39
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilaksankan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kuningan. SMP ini terletak di Jln. Siliwangi no.75 Kuningan. Peneliti
melakukan penelitian kepada peserta didik kelas VIII-A. Pengambilan
sampel sekolah ini didasari atas pra observasi penelitian yang telah
dilaksanakan beberapa waktu sebelum penelitian dilakukan. Selain itu,
beberapa temuan ketika sedang observasi mendukung peneliti untuk
memilih SMP tersebut. Dari beberapa kali observasi, banyak sekali
permasalahan yang penanganannya belum baik. Salah satunya adalah
permasalahan yang dijadikan peneliti sebagai bahan dalam penelitian ini.
3.2.2 Subjek Penelitian
Peneliti mengambil sampel secara langsung pada kelas VIII-A. Hal
ini dikarenakan alasan dari pendidik mata pelajaran IPS maupun guru-guru
yang bertugas di kelas tersebut. Sebelum mengambil sampel kelas VIII-A,
peneliti menyempatkan diri untuk berbincang-bincang mengenai
kendala-kendala yang ada di sekolah terutama di kelas. Dari perbincangan singkat
antara peneliti dengan pendidik yang bertugas mengajar kelas tersebut
membuat peneliti mengutarakan maksud untuk melakukan penelitian dan
pendidik mengusulkan untuk mengambil sampel di kelas VIII-A. Hal itu
karena menurut pendidik, siswa-siswi di kelas VIII-A sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti. Setelah itu, peneliti melakukan beberapa
observasi kembali dikelas tersebut dan beberapa kelas lainnya yang
kemudian peneliti menarik kesimpulan dari hasil observasi tersebut dan
memutuskan untuk mengambil sampel kelas VIII-A.
3.3Definisi Operasional 3.3.1 Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
40
Dengan kata lain model pembelajaran merupakan cara bagaimana seorang
guru melakasanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
Dalam proses kegiatan pembelajaran seorang guru sebelumnya
akan mempersiapkan lebih dahulu apa yang akan disampaikan pada
peserta didik dengan menyusun persiapan mengajar atau rencana
pembelajaran. Rencana pembelajaran memuat topik yang dibahas, tujuan
pembelajaran, alat-alat yang perlu digunakan, langkah-langkah
pembelajaran atau skenario pembelajaran, dan penilaian yang akan
dilakukan.
Model Reflektif adalah pembelajaran berbasis karakter dimana
model ini diharapkan untuk meningkatkan kepedulian sosial peserta didik
dimana pembelajarannya menekankan pada pemaknaan suatu pengalaman
yang telah dialami peserta didik sebelumnya.
Model ini dilakukan dengan evaluasi penilaian diri. Dimana peserta
didik menjabarkan pengalamannya, kegiatan pembelajaran, nialai yang
dapat dipetik dari pembelajaran dan rencana untuk masa yang akan datang.
3.3.2 Peduli Sosial
Sikap baik dan peduli diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
itu dikarenakan manusia tidak hanya hidup sendiri. Perkembangan fisik
maupun mental manusia tidak sama. Meskipun melihat pola
perkembangan pada umumnya, manusia akan memiliki karakter yang
berbeda dan perkembangan fisik yang berbeda pula.
Motivasi merupakan suatu dorongan penggerak terjadinya suatu
keinginan untuk melakukan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari
dalam diri individu sendiri (intrinsik) atau dari luar individu (motivasi
ekstrinsik). Dengan adanya motivasi berbuat baik atau peduli pada orang
lain dapat membuat karakter peduli anak lebih dipahami dan diterapkan
oleh peserta didik.
41
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Depdiknas (2010) IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan suatu sumber data yang sangat diperlukan dalam sebuah
penelitian. Data juga merupakan hal esensi yang akan menjadi sumber analisis
guna mendapatkan sebuah kesimpulan dari penelitian tersebut. Dalam
pengumpulan data, pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan triangulasi “teknik” yang menurut Sugiyono (2012: 327) menyatakan
bahwa triangulasi “teknik” dapat diartikan sebagai pengumpulan data dengan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan sampel yang sama.
Dalam pengumpulan data dengan teknik triangulasi ini peneliti dapat
memperhatikan focus penelitian yang dilaksanakan di lokasi penelitian.
Menurut Patton (1980) dalam Sugiyono (2012: 329) mengatakan bahwa
melalui triangulasi “can build the strengths of each type of data collection
while minimizing the weakness in any single approach” yang berarti triangulasi dapat memberikan kekuatan melalui tipe-tipe data yang telah
didapatkan apabila dibandingkan dengan satu pendekatan penelitian. Dengan
begitu pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini, yaitu:
a. Observasi
Menurut Margono dalam Zuriah (2009: 173) bahwa observasi
merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
42
dilakukan oleh secara langsung dan bersetting alami ketika sedang
melaksanakan penelitian. Metode observasi juga dikatakan sebagai
metode yang berfungsi ganda, sederhana dan tanpa biaya.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti karena mengingat pentingnya
seorang peneliti untuk memahami permasalahan yang sedang diteliti,
tahap observasi ini di lakukan karena tahap observasi ini memiliki
beberapa keunggulan seperti yang telah dikemukakan dalam paragraf
sebelumnya. Hal ini dikarenakan selain untuk mengambil data, metode
observasi juga menjadi salah satu ajang pengembangan perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Dikatakan sederhana
karena peneliti hanya duduk di dalam kelas dan hanya bermodalkan
catatan berisi instrumen penelitian ketika pelaksanaan observasi
berlangsung. Dalam penelitian ini, instrumen observasi yang digunakan
oleh peneliti yaitu observasi fokus pada siswa ketika sedang dalam
kegiatan belajar mengajar maupun setelah pembelajaran selesai.
a. Instrumen observasi fokus siswa di kelas dan di luar kelas
Observasi focus siswa ini dilakukan dengan melihat
perkembangan siswa di kelas maupun di luar kelas. Observasi yang
dilakukan pun dengan mengumpulkan data siswa sebagai berikut :
Instrumen observasi fokus siswa di kelas
Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini ada dua yaitu
data saat pelaksanaan pembelajaran dan bagaimana
perkembangan kemampuan siswa dalam bertindak dan
berkomunikasi dengan teman-temannya ketika sedang dalam
masa pembelajaran.
Instrumen observasi fokus siswa di luar kelas
Data yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah prilaku
43
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dan penggunaan bahasa yang dilakukan siswa
ketika berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga terlihat jelas
siswa yang mengevaluasi dirinya dan menerapkan hasil dari
pembelajaran dengan menggunakan model reflektif.
Lembar observasi siswa mengenai pelaksanaan model
pembelajaran reflektif baik di kelas maupun di luar kelas ini memuat
empat indikator yang telah peneliti kembangkan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam sebuah
kelompok, siswa mampu bekerja sama dengan lingkungan
social siswa tersebut dengan baik hal ini dapat dilihat dari
kegiatan yang dilakukan siswa baik di luar kelas maupun di
dalam kelas ketika pembelajaran IPS sedang berlangsung.
2. Siswa mampu menghargai pendapat orang lain, indicator ini
menjelaskan bahwa siswa mampu memberikan pendapatnya
serta mau menerima pendapat orang lain dengan baik tanpa
menyebabkan pertikaian meskipun pendapat tersebut kurang
sesuai dengan pendapatnya sendiri.
3. Siswa mampu berkomunikasi dengan baik, dalam hal ini
indicator penilaian siswa dilihat dari bahasa yang digunakan
ketika sedang berkomunikasi dengan teman maupun orang
lain, selain itu siswa dapat berprilaku yang baik, sopan dan
santun terhadap teman maupun orang lain.
4. Siswa mampu mengevaluasi diri sendiri, dimana siswa
mampu menilai diri sendiri dari prilaku yang kurang baik dan
memperbaiki prilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang ada di lingkungan masyarakat.
Untuk kebutuhan penentuan keberhasilan penelitian, peneliti
44
observasi. Standar ini terbagi ke dalam empat kategori, yaitu : 1 =
Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik dan 4 = Sangat Baik. Untuk
menentukan masuk pada kategori manakah sebuah indikator, peneliti
juga menyiapkan rentang nilai dari setiap kategori, yaitu : 1 = kurang
(0% - 40%), 2= cukup (< 40% - 60%), 3= baik (< 60% - 75%) dan 4
= sangat baik (< 75%). Angka ini dibentuk secara mandiri oleh
peneliti dengan didasari oleh data ordinal. Data ordinal adalah data
yang penomoran objek atau kategorinya disusun menurut besarnya
bisa dari nilai tertinggi sampai terendah maupun sebaliknya. Untuk
rentangan nilainya sendiri, data ordinal dapat dengan bebas dibentuk
dan tidak harus sama dengan rentang sebelumnya (Hasan, 2003: 34).
Selain dengan rentangan angka yang dibentuk, peneliti juga
memberikan batasan-batasan pada setiap penilaian. Batasan-batasan
tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 :
Pedoman Penilaian di Kelas
ASPEK YANG
Seluruh anggota kelompok bertanggung
jawab dan disiplin dalam pengerjaan tugas
kelompok
Seluruh anggota mempersilahkan siapapun
untuk masuk dan bergabung dengan
kelompoknya
Siswa mampu
memperkecil konflik
Setidaknya terdapat satu orang yang
45
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ASPEK YANG
DIAMATI KRITERIA PENILAIAN
yang terjadi di dalam
kelompok
terjadi konflik dalam pengerjaan tugas atau
diskusi kelompok
lain misal anggota kelompok
Siswa mampu
menerima perbedaan pandangan dengan orang lain
Siswa tidak lagi menganggap dirinya paling benar dan konflik yang terjadi tidak lagi seputar perbedaan pendapat. Jika ada, maka perbedaan tersebut tidak dijadikan konflik yang berkepanjangan
Siswa menggunakan bahasa yang baik meskipun tidak baku dan kedaerahan serta tidak lagi berbicara dengan bahasa yang tidak pantas meskipun dalam bahasa daerah
Setidaknya beberapa siswa memberikan teguran nyata kepada temannya saat berbicara dengan bahasa yang kasar
Siswa mampu
memberikan
argumentasi yang membangun
Argumentasi yang diberikan berdasarkan teori atau materi yang nyata dan atau hasil pemikiran yang berlandaskan materi dan pegetahuan yang dimiliki sehingga dapat mengembangkan keilmuannya
Siswa menyadari bagaimana perilaku mereka dan menilai apakah perilaku tersebut patut mereka lakukan atau tidak dan mampu mengubah perilakunya.
46
menilai bagaimana sikap seorang atau beberapa teman lainnya dan memberikan rekomendasi agar perilaku buruk dapat diubah.
Tabel 3.2 :
Pedoman Penilaian di Luar Kelas
ASPEK YANG mengaplikasikan karakter baik di luar kelas terutama dalam penggunaan bahasa
Siswa tidak lagi membedakan teman saat berada di luar kelas
Siswa mampu beradaptasi dan menerima orang lain lebih baik lagi
Siswa tidak lagi melakukan kekerasan terhadap siswa lainnya yang dianggap lebih lemah
47
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ASPEK YANG
Siswa mengaplikasikan karakter yang dipelajari dan ikut mengajak teman lainnya untuk melakukan bersama-sama
Siswa mampu memaafkan kesalahan teman meskipun bukan dari satu klub.
menunjukkan gestur secara baik terhadap seluruh warga sekolah
Berikut standar keberhasilan (SK) yang diberlakukan
penulis pada penelitian ini :
Tabel 3.3 :
Standar Keberhasilan Penelitian di Kelas
NO ASPEK YANG DIAMATI SK
mengembangkan ide-ide baru 3
5 Siswa mampu menerima perbedaan pandangan
dengan orang lain 3
6 Siswa mampu menggunakan bahasa yang baik dan
sopan kepada teman dan guru 2
48
8 Siswa mampu memberikan argumentasi yang
membangun 3
9 Siswa mampu mengevaluasi perilaku mereka di dalam
kelas pada proses pembelajaran 2
10 Siswa mampu mengevaluasi perilaku teman lainnya
dalam kelas 2
Tabel 3.4 :
Standar Keberhasilan Penelitian di Luar Kelas
NO ASPEK YANG DIAMATI SK mereka melakukan kesalahan atau pelanggaran di luar kelas.
Untuk menunjang pengambilan data-data lain yang berkembang
selama pelaksanaan tindakan penelitian dapat menggunakan catatan
lapangan untuk mencatat kemajuan, mencatat persoalan-persoalan yang
dihadapi dan solusinya, mencatat hasil-hasil refleksi dan hasil-hasil
pembelajaran siswa. Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat
49
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iklim sekolah, berbagai interaksi dan hal lainnya yang dianggap perlu
oleh peneliti yang kemudian dilanjutkan ke dalam catatan lengkap oleh
siswa itu sendiri. Hal ini dilakukan peneliti sebagai data konkrit
penelitian dan penunjang derajat kepercayaan dalam keabsahan data.
c. Buku Jurnal Siswa
Untuk menunjang penelitian yang dilakukan siswa diberikan buku
jurnal yang akan digunakan untuk melihat perkembangan prilaku siswa
ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini dilakukan agar
siswa dapat secara langsung mengemukakan apa yang seharusnya ia
lakukan baik diluar kelas maupun di dalam kelas. Selain dari itu siswa
dapat memberikan kritik terhadap tindakan teman yang kurang sesuai
dengan nilai ataupun norma yang berlaku. Dengan begitu siswa
berpartisipasi secara aktif dalam penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011: 336) menyatakan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh.
Aktifitas dalam menganalisis data ini dengan reduksi data, kategorisasi,
validasi data, dan interpretasi data.
1) Reduksi data
Data yang diperoleh peneliti dari lapangan akan sangat banyak dan
tidak beraturan. Agar lebih mudah untuk dapat menganalisis data, peneliti
melakukan tahap pertama, yaitu reduksi data. Dalam tahap ini data yang
diperoleh dari lapangan direduksi, dirangkum, dipilih dan di fokuskan
kepada aspek-aspek yang penting yang ingin dicapai oleh peneliti.
Sehingga, tujuan yang diinginkan peneliti dapat dicapai dengan optimal.
50
Dalam tahap ini, data-data yang telah di reduksi kemudian
digolongkan kedalam beberapa kategori. Kategorisasi ini dilakukan agar
data tidak tercampur dan analisis data dapat dilakukan secara optimal.
Karena, dengan kategorisasi ini peneliti dapat melihat secara langsung
apakah data dalam aspek tersebut sudah memenuhi aspek yang diharapkan
oleh peneliti. Dalam penelitian ini, kategori yang dibuat adalah : (1) Latar
dan situasi kelas yang berisi informasi umum dan khusus mengenai
kondisi fisik kelas dan pelaku pembelajaran. (2) proses pembelajaran yang
berisi bagaimana model pembelajaran reflektif dengan menggunakan
metode kooperatif diterapkan di dalam kelas dan bagaimana kinerja guru
ketika dalam kegiatan pembelajaran. (3) Aktifitas di kelas yang berisi
kegiatan siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan rasa peduli
mereka.
3) Validasi data
Pada tahap ini, validasi data ddigunakan sebagai pembukti kesesuaian
antara yang telah diamati peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi.
Hopkins dalam Wiriaatmadja (2010: 168) memberikan beberapa validasi
yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu member
check, triangulasi, audit trail, expert opinion, dan key respondent review.
a. Member Check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan
atau informasi data yang diperoleh selama observasi apakah
keterangan atau informasi yang didapat, atau penjelasan ini tetap
sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya,
dan data itu terperiksa kebenarnnya.
b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau
analisis yang ada dengan membandingkan hasil dari orang lain,
misalnya mitra peneliti, yang hadir dan menyaksikan situasi yang
sama. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni
sudut pandang guru, siswa dan yang melakukan pengamatan atau
51
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran hasil penelitian beserta
prosedur dan metode pengumpulan data dengan
mengkonfirmasikan buku-buku temuan yang diperiksa dan dicek
kesahihannya kepada sumber data pertama guru dan siswa
d. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir dilakukan terhadap
temuan-temuan penelitian oleh pakar yang professional dibidang
ini, yakni dosen pembimbing. Pada tahapan akhir ini dapat
dilakukan perbaikan, modifiaksi, atau penghalusan berdasarkan
arahan atau opini pakar (pembimbing), selanjutnya analisis yang
dilakukan akan meningkatkan derajat kepercayaan penelitian yang
telah dilaksanakan.
e. Key respondent review, yaitu meminta salah seorang atau beberapa
mitra peneliti atau orang yang banyak mengetahui tentang
penelitian tindakan kelas, untuk membaca draft awal laporan
penelitian dan meminta pendapatnya.
4) Interpretasi data
Tahap ini bertujuan untuk memberikan makna atas data-data yang
telah diperoleh peneliti. Sehingga masalah yang ada ketika penelitian
dapat dipecahkan atau dijawab. Tahap ini juga dilakukan untuk
menafsirkan keseluruhan temuan dalam penelitian. Dalam interpretasi
data ini, terdapat beberapa hal yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu:
a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus
c. Mendeskripsikan hasil observasi aktifitas guru
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini peneliti akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian
tindakan kelasyang telah dilaksanakan mulai dari pengamatan pra penelitian,
pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilakukan pada siklus ke-I sampai
dengan siklus ke-III di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kuningan. Selain kesimpulan,
bab ini pun berisi mengenai saran untuk peneliti yang melakukan penelitian
dengan permasalahan yang sama.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran melalui model Reflektif dengan penggunaan metode
yang berbeda dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan kerja
sama antar siswa, kepedulian antar siswa dan sikap-sikap siswa yang mulai
berubah menjadi lebih baik terhadap teman-teman di lingkungan kelas mapun di
luar kelas di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Kuningan. Adapun kesimpulan lain yang
telah peneliti rumuskan yaitu:
1. Rancangan pembelajaran dengan menggunakan model Reflektif yang
peneliti buat antara lain membuat rencana pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, silabus, serta media pembelajaran yang akan dipergunakan
ketika pembelajaran dilaksanakan. Peneliti pun membuat instrumen yang
dijadikan sebagai alat pengumpulan data hasil penelitian berupa lembar
observasi guru dan siswa, buku jurnal sederhana, dokumentasi, dan catatan
lapangan.
2. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model Reflektif melalui metode
kooperatif berbasis nilai yaitu dengan membagi siswa ke dalam 6
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Masing- masing
kelompok ditugaskan menyiapkan materi yang nantinya siswa diberi tugas
untuk menganalisis nilai melalui media yang diberikan oleh guru (peneliti).
Masing- masing kelompok diminta untuk merealisasikan hasil dari
127
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan kegiatan tersebut akan tumbuh rasa dimana siswa mengetahui
mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang buruk selain itu siswa
dapat mengetahui sikap apa saja yang telah mereka lakukan terhadap
teman ataupun orang lain. Dalam kegiatan pembelajaran ini seluruh siswa
ikut berkontribusi terhadap pembelajaran karena dalam pembelajaran ini
siswa berperan langsung dalam pembelajaran ini dan guru hanya sebagai
pendamping dalam pembelajaran.
3. Kegiatan refleksi dilakukan peneliti berkaitan dengan bagaimana peneliti
dalam merencanakan dan melakukan perbaikan dari kekurangan
pelaksanaan penelitian dan dampak yang dirasakan pada setiap siklusnya.
Peneliti menggunakan lembar observasi guru dan siswa, buku jurnal
sederhana, dokumentasi, dan catatan lapangan untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam perbaikan pembelajaran di kelas. Kegiatan
refleksi didiskusikan oleh peneliti dan observer untuk pelaksanaan
tindakan selanjutnya. Seperti terdapat beberapa kekurangan yang terjadi
ketika pelaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus ke-I siswa masih
belum memahami makna dari kegiatan pembelajaran, guru yang masih
belum mampu mengelola kelas dengan baik, terdapat siswa yang tidak
serius melakukan kegiatan pembelajaran. Sehingga
permasalahan-permasalahan tersebut dapat teratasi pada pelaksanaan siklus ke-II dan
seterusnya.
4. Dilihat dari ketercapaian seluruh indikator pembelajaran siswa, model
pembelajaran Reflektif dapat meningkatkan kepedulian siswa dan
keterampilan siswa dalam bersikap dan berprilaku antar siswa di kelas
VIII-A. Perubahan sikap dan prilaku antar siswa diperoleh dari hasil
pengamatan yang dituangkan melalui lembar observasi yang dibuat oleh
observer dan peneliti. Seperti pada siklus ke-I kepedulian siswa hanya
mendapat penilaian cukup, pada siklus ke-II terdapat peningkatan namun
hanya saja masih dalam ruang lingkup kategori penilaian cukup. Untuk
128
demikian hasil penelitian siklus ke-I sampai siklus ke-III juga terjadi
peningkatan namun tidak terlalu besar.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitan ini, peneliti memberikan saran agar
kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi sebagai berikut:
1. Guru harus tegas. Karena kegiatan pembelajaran menggunakan model
Reflektif membuat suasana kelas cukup gaduh terutama pada saat
kegiatan mencari informasi, oleh sebab itu diperlukan ketegasan dari
guru agar siswa tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk bercanda
atau mengobrol.
2. Membutuhkan pengelolaan waktu yang baik. Model pembelajaran
Reflektif ini membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu guru
harus mampu memperkirakan kebutuhan waktu yang diperlukan dalam
pengerjaan tugas dan pemahaman materi.
3. Penerapan model Reflektif telah membuat kegiatan pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan, lebih bermakna, melatih siswa untuk
bartanggung jawab, hubungan antar siswa lebih erat, serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti menyarankan
agar para pengajar mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran
yang berbasis model reflektif dimana siswa diharapkan mencari tahu
makna dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran seperti dapat dijadikan
sebagi salah satu alternatif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
disemua mata pelajaran.
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melanjutkan penelitian ini dalam
Ray Widy Anjarsari, 2014
Mengembangkan Nilai Karakter Peduli Sosial D alam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Reflektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung:
Yrama Widya.
Baharuddin. 2012. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Depdiknas, 2010. Model Pembelajaran IPS, Malang: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Hamachek, D. 1977. Human Dynamics in Psychology and Education: Selected Readings. TX:
Harcourt Brave Jovanovich.
Hasan, M.I (2003). Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta : Bumi Aksara
Kesuma, D. et al, 2011. Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Koesoema, D. 2010. Pendidikan Karakter :Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Lickona, T. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter Bagaimana Sekolah dapat Memberikan
Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Jakarta: Bumi Aksara.
Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitin Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research): Pedoman
Praktis Bagi Pendidik Profesional. Jakarta : Bumi Aksara
Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta