• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Luar Sekolah

.

Oleh Dewi Nur Rohmat

1101087

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2015

(2)

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Oleh

Dewi Nur Rohmat 1101087

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

© Dewi Nur Rohmat 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN DEWI NUR ROHMAT

NIM. 1101087 Judul :

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003

Pembimbing II

Nike Kamarubiani, M.Pd. NIP. 19750702 20081 2 006

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dewi Nur Rohmat (2015), Persepsi Alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung.

Penelitian ini berlatar belakang atas banyaknya permasalahan sosial yang terjadi pada anak, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pengasuhan anak, maka diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pengelola LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) agar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dalam keluarga mengenai pengasuhan anak dan dapat mengurangi permasalahan sosial yang saat ini sedang marak terjadi kepada anak. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial berdasarkan aspek: materi pelatihan, metode pembelajaran, pelatih, peserta pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan, dan evaluasi pelatihan, 2) Untuk mengetahui persepsi alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung berdasarkan jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, jabatan dan asal provinsi wilayah kerja. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah konsep persepsi dan konsep pelatihan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah alumni peserta pelatihan manajemen kesejahteraan sosial di BBPPKS Bandung yang berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menentukan bahwa Persepsi alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung berdasarkan aspek materi pelatihan, metode pembelajaran, pelatih, peserta pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan, dan evaluasi pelatihan masuk dalam kategori “tinggi” yang menunjukkan bahwa Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial yang telah diselenggarakan oleh BBPPKS Bandung sudah cukup baik karena ada pada kategori “tinggi”. Berdasarkan hasil presentase skor yang di peroleh, jenis kelamin laki-laki, usia antara 19-26 tahun, latar belakang pendidikan Diploma, jabatan pengurus dan alumni yang berasal dari Provinsi Jawa Barat memiliki hasil presentase skor yang paling tinggi.

(5)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Dewi Nur Rohmat (2015), Alumni Perception toward Management Training of Social Wellfare in BBPPKS Bandung.

This research has a background because there so much social problems that happen to children, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) has a duty and function as an organizer of the childcare, then expected to improve management competence of LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) In order to overcome the problem in family about childcare and can reduce social problems that are currently being widespread among childrens. The purpose of this research is as follows: 1) To obtain the implementation of training in management social welfare: based on the aspect of training material, a method of learning, coach, the participants, training facilities and infrastructure, and training evaluation, 2) To know alumni perception toward Training in Management Social Welfare in BBPPKS Bandung based on gender, age, educational background, office and the origin of provincial working area. Theory advocates in this research is the concept of perception and the concept of training. Methods used is the method descriptive with the quantitative approach. Data collection techniques used is the survey and documentation. Population in this research is alumni from the participants of social welfare in management in BBPPKS Bandung which consisted of 30 people. The results of the study determine that Alumni Perception toward Management Training of Social Wellfare in BBPPKS Bandung based on the aspect of training materials, the learning methods, coach, training participants, facilities and training infrastructure, and evaluation training included in the "high" category which indicates that Management Training of Social Wellfare which has been organized by BBPPKS Bandung has been good enough because is in the "high" category. Based on the results of the percentage from the obtained score, the male category, aged between 19-26 years, educational background is Diploma, office manager and alumni derived from West Java Province has the highest percentage score.

(6)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN MOTO

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Persepsi ... 7

1. Pengertian Persepsi ... 7

2. Syarat Terjadinya Persepsi ... 7

3. Faktor-faktor yang berperan dalam Persepsi... 8

4. Proses terjadinya Persepsi ... 8

B. Konsep Pelatihan ... 9

1. Pengertian Pelatihan ... 9

2. Tujuan Pelatihan... 10

(7)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

4. Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 11

5. Landasan-landasan Pelatihan ... 12

6. Strategi Manajemen Pelatihan... 14

7. Efektivitas Pelatihan... 16

C. Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Desain Penelitian ... 23

B. Definisi Operasional... 24

1. Persepsi ... 24

2. Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Instrumen Penelitian... 24

1. Angket ... 24

2. Dokumentasi ... 25

E. Prosedur Penelitian... 31

F. Analisis Data ... 32

1. Teknik Pengolahan Data ... 33

2. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Profil Lembaga ... 34

1. Sejarah Perkembangan Lembaga ... 34

2. Lokasi/ Denah Lembaga/ Administrasi Lembaga ... 36

3. Keadaan Fasilitas Personal dan Kelengkapan Lingkungan Kerja Lembaga ... 37

4. Keadaan Fasilitas Personal (Karyawan dan Warga Belajar) ... 40

5. Kelengkapan Lingkungan Kerja di BBPPKS Lembang ... 42

B. Pedoman Penyelenggaraan Diklat Manajemen Kesejahteraan Sosial Bagi Pengelola LKSA Tahun 2014 ... 42

(8)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

D. Analisis Deskriptif Data Penelitian ... 50

E. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 95

A. Simpulan ... 95

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 97 DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN

(9)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Variabel, Aspek dan Indikator ... 26

Tabel 3.2 Variabel Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial (X) ... 28

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas Variabel X ... 31

Tabel 4.1 Data Karyawan berdasarkan Golongan... 40

Tabel 4.2 Data Karyawan berdasarkan Pendidikan Formal ... 40

Tabel 4.3 Data Karyawan berdasarkan Jabatan ... 41

Tabel 4.4 Materi Diklat Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial ... 44

Tabel 4.5 Jumlah Peserta Pelatihan Menurut Kelompok Usia ... 49

Tabel 4.6 Jumlah Peserta Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial Menurut Tingkat Pendidikan ... 50

Tabel 4.7 Gambaran Keseluruhan Variabel Penelitian ... 50

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Berdasarkan Materi Pelatihan... 51

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Berdasarkan Metode Pembelajaran ... 53

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Berdasarkan Pelatih ... 55

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Berdasarkan Peserta Pelatihan ... 56

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana Pelatihan 57 Tabel 4.13 Tanggapan Responden Berdasarkan Evaluasi Pelatihan ... 60

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki ... 61

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan ... 63

Tabel 4.16 Tanggapan Responden Berdasarkan Usia 19-26 ... 64

Tabel 4.17 Tanggapan Responden Berdasarkan Usia 27-34 ... 65

Tabel 4.18 Tanggapan Responden Berdasarkan Usia 35-42 ... 66

(10)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

Tabel 4.20 Tanggapan Responden Berdasarkan Usia 51-58 ... 68

Tabel 4.21 Tanggapan Responden Berdasarkan Usia 59-67 ... 69

Tabel 4.22 Tanggapan Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan SMA & SMK ... 70

Tabel 4.23 Tanggapan Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Diploma ... 72

Tabel 4.24 Tanggapan Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan S1 . 73 Tabel 4.25 Tanggapan Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan S2 . 74 Tabel 4.26 Tanggapan Responden Berdasarkan Provinsi Kalimantan Barat ... 75

Tabel 4.27 Tanggapan Responden Berdasarkan Provinsi Kep. Bangka Belitung 76 Tabel 4.28 Tanggapan Responden Berdasarkan Provinsi Lampung ... 77

Tabel 4.29 Tanggapan Responden Berdasarkan Provinsi Banten ... 78

Tabel 4.30 Tanggapan Responden Berdasarkan Provinsi Jawa Barat ... 79

Tabel 4.31 Tanggapan Responden Berdasarkan Provinsi DKI Jakarta ... 80

Tabel 4.32 Data Peserta Pelatihan berdasarkan Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Asal Daerah ... 81

Tabel 4.33 Rata-rata Tanggapan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial ... 82

Tabel 4.34 Rata-rata Tanggapan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial ... 83

(11)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 4.1 Lokasi/ Denah Lembaga Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung ... 36

Gambar 4.2 Presentase Materi Pelatihan ... 52

Gambar 4.3 Presentase Metode Pembelajaran ... 54

Gambar 4.4 Presentase Pelatih ... 55

Gambar 4.5 Presentase Peserta Pelatihan... 57

Gambar 4.6 Presentase Sarana dan Prasarana Pelatihan ... 59

Gambar 4.7 Presentase Evaluasi Pelatihan ... 60

Gambar 4.8 Presentase Jenis Kelamin Laki-laki... 62

Gambar 4.9 Presentase Jenis Kelamin Perempuan ... 64

Gambar 4.10 Presentase Usia 19-26 ... 65

Gambar 4.11 Presentase Usia 27-34 ... 66

Gambar 4.12 Presentase Usia 35-42 ... 67

Gambar 4.13 Presentase Usia 43-50 ... 68

Gambar 4.14 Presentase Usia 51-58 ... 69

Gambar 4.15 Presentase Usia 59-67 ... 70

Gambar 4.16 Presentase Latar Belakang Pendidikan SMA & SMK ... 71

Gambar 4.17 Presentase Latar Belakang Pendidikan Diploma ... 72

Gambar 4.18 Presentase Latar Belakang Pendidikan S1 ... 74

(12)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xii

Gambar 4.20 Presentase Provinsi Kalimantan Barat ... 76

Gambar 4.21 Presentase Provinsi Kep. Bangka Belitung ... 77

Gambar 4.22 Presentase Provinsi Lampung ... 78

Gambar 4.23 Presentase Provinsi Banten ... 79

Gambar 4.24 Presentase Provinsi Jawa Barat ... 80

Gambar 4.25 Presentase Provinsi DKI Jakarta ... 81 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pengangkatan Pembimbing Penyusunan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian di BBPPKS Bandung Lampiran 4 Permohonan kesediaan memberikan “Expert Judgement

Lampiran 5 Pernyataan Tenaga Ahli

Lampiran 6 Catatan Pembimbing Expert Judgement

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 8 Permohonan Pengisian Angket/Kuesioner Lampiran 9 Daftar Nama Responden

Lampiran 10 Hasil Perhitungan SPSS Lampiran 11 Frekuensi Bimbingan Skripsi Lampiran 12 Surat Keterangan Revisi Skripsi Lampiran 13 Lembar Perbaikan Skripsi Lampiran 14 Surat Keterangan Uji Plagiat Lampiran 15 Dokumentasi Penyebaran Angket

(13)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi ini, kebutuhan serta tantangan untuk bertahan hidup menjadi semakin berat. Kebutuhan yang semakin bertambah banyak berbanding terbalik dengan kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, karena Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang terbatas. Hal ini tidak hanya berdampak pada orang dewasa, tetapi usia kanak-kanak pun mendapatkan dampak sosial yang menyebabkan permasalahan sosial yang terjadi pada saat ini.

Terdapat beberapa permasalahan sosial yang berkaitan dengan anak yaitu seperti anak terlantar, anak yang kurang mampu sehingga sulit mendapatkan pendidikan, anak yang sudah tidak mempunyai orang tua dan sebagainya. Dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat (1a), “kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial”.

Dijelaskan bahwa seharusnya anak mendapatkan kesejahteraan dalam pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar dalam segala aspek. Sedangkan menurut Suharto (2006) dalam dr-sihnanto.blogspot.com, “kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial”.

(14)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan organisasi sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang berfokus pada kesejahteraan sosial anak. Dalam Peraturan Menteri Sosial No. 30 tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Pasal 1 ayat (2), “Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat dalam menyelenggarakan pengasuhan anak”.

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dapat melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan fungsi dan tugasnya melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dengan pelatihan, pengelola dapat mengelola lembaganya dengan baik sehingga fungsi dan tugasnya sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial dapat terpenuhi.

Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (5), “Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.

Sudjana (2007, hlm. 4) mengemukakan bahwa, “Pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi”. Sedangkan menurut Robinson (dalam Marzuki, 2010, hlm. 174) menyatakan “training adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan”.

(15)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013 dalam nasyiah.or.id). Hal ini sangat memprihatinkan mengingat seharusnya rumah dan sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi anak, tetapi justru saat ini rumah dan sekolah menjadi salah satu tempat terjadinya permasalahan sosial bagi anak.

Indonesia juga masih memiliki problema penaganangan anak berhadapan dengan hukum (ABH). Dari 7300 ABH, 1615 anak ada di Lapas dewasa, dan tempat tahanan lainnya. Tentu hal ini sangat memprihatinkan mengingat bahwa ABH memerlukan perlindungan khusus (KPAI, 2013 dalam nasyiah.or.id). Permasalahan sosial pada anak di Indonesia yang lainnya adalah perdagangan anak yang menyebabkan anak putus sekolah.

Angka putus sekolah anak perempuan tinggi hal ini dapat dilihat dari angka pendidikan anak perempuan hanya 7,1 tahun sedangkan anak laki-laki 7,9 tahun. Padahal negara sudah seharusnya menyediakan wajib belajar 9 tahun bagi semua anak Indonesia (UU PA, pasal 48). Memasuki dunia kerja dan putus sekolah rentan sekali menjadi penyebab utama anak terjerumus menjadi korban perdagangan anak. Komitmen penegak hukum dalam kasus perdagangan anak juga masih perlu ditingkatkan mengingat hanya 10% dari kasus perdagangan anak yang sampai di pengadilan (KPAI, 2013 dalam nasyiah.or.id).

Dengan banyaknya permasalahan sosial yang terjadi pada anak, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pengasuhan anak, maka diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pengelola LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) agar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dalam keluarga mengenai pengasuhan anak dan dapat mengurangi permasalahan sosial yang saat ini sedang marak terjadi kepada anak.

(16)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan sosial pada anak yang sering terjadi saat ini semakin marak sehingga membutuhkan pelayanan yang sangat baik dari Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dalam mengentaskan permasalahan sosial yang terjadi pada anak.

Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial Bagi Pengelola LKSA yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) Bandung merupakan Pelatihan yang ditujukan bagi pengelola agar dapat mengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan lebih baik. Pelatihan ini dilaksanakan pada tahun 2014 sebagai pelatihan reguler yaitu pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dengan jumlah peserta 30 orang (1 Angkatan) berasal dari 6 (enam) provinsi wilayah kerja BBPPKS Regional Bandung yaitu Provinsi Jawa Barat, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten yang menjadi pengurus panti sosial anak, organisasi sosial, yayasan maupun LSM yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial anak.

Tujuan penyelenggaraan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, sikap dan keterampilan pengelola dalam mengelola serta meningkatkan pelayanan LKSA. Namun sebagian peserta yang mengikuti Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA bukan pengelola LKSA. Beberapa peserta yang mengikuti pelatihan adalah peserta yang menggantikan pengelola yang sedang memiliki keperluan lain sehingga tidak dapat mengikuti pelatihan.

Davidoff dan Rogers dalam (Walgito, 2010, hlm. 100) mengemukakan bahwa “persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman -pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual”.

(17)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengelola LKSA yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pendikan dan Pelatihan Kesejahteraan Bandung (BPPKS) Bandung.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial berdasarkan aspek-aspek: materi pelatihan, metode pembelajaran, pelatih, peserta pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan, dan evaluasi pelatihan ? 2. Bagaimana persepsi alumni peserta Pelatihan Manajemen Kesejahteraan

Sosial di BBPPKS Bandung? C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial berdasarkan aspek-aspek: materi pelatihan, metode pembelajaran, pelatih, peserta pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan, dan evaluasi pelatihan.

2. Untuk mengetahui persepsi alumni peserta Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi para mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah dalam mempelajari mengenai pelatihan pada suatu pelatihan yang dilaksanakan dalam lembaga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pengembangan ilmu mengenai pengetahuan persepsi alumni pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga.

2. Manfaat Praktis

(18)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diselenggarakan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bandung maupun di tempat penelitian yang hampir sama, yaitu tempat untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur Organisasi dalam penelitian ini merujuk pada pedoman karya ilmiah UPI (2014, hlm. 23-39) adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang didalamnya berisi tentang latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian Pustaka, memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah konsep persepsi dan konsep pelatihan.

BAB III Metode Penelitian, pada pendekatan kuantitatif membahas tentang desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian serta analisis data. BAB IV Temuan dan Pembahasan, menyampaikan dua hal utama, yakni

(1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

(19)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian merupakan rancangan penelitian yang menggambarkan pendekatan dan metode yang akan dipilih dalam penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian Persepsi Alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung yang diselenggarakan oleh BBPPKS Bandung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2010, hlm. 8) mengungkapkan bahwa “dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa

variabel saja.”

Deni Darmawan (2014, hlm. 127) mengungkapkan bahwa “metode penelitian

adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbaai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.” Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ex post facto. Nazir (dalam Deni

Darmawan, 2014, hlm. 40) mengemukakan bahwa “penelitian ex post facto

merupakan penyelidikan secara empiris yang sistematik. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mempunyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas (independent variable) karena manifestasi fenomena telah terjadi atau karena

fenomena sukar dimanipulasikan.”

Penelitian ini menggunakan metode ex post facto karena meneliti sesuatu yang telah terjadi. Seperti yang diungkapkan Sukardi (dalam Deni Darmawan, 2014, hlm. 40-41) “penelitian ex post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan

(20)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Definisi Operasional

1. Persepsi

Davidoff dan Rogers dalam (Walgito, 2010, hlm. 100) mengemukakan bahwa

“persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman -pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.

Persepsi itu bersifat individual”.

Persepsi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat alumni mengenai Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA yang telah diselenggarakan oleh BBPPKS Bandung.

2. Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial

Sudjana (2007, hlm. 4) mengemukakan bahwa “pelatihan adalah upaya

pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi

kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi.”

Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA yang telah diselenggarakan oleh BBPPKS Bandung.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah alumni peserta pelatihan manajemen Kesejahteraan Sosial bagi pengelola LKSA di BBPPKS Bandung yang berjumlah 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari 6 provinsi wilayah kerja BBPPKS Bandung yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel total, yaitu alumni peserta pelatihan BBPPKS Bandung yang berjumlah 30 (tiga puluh) orang.

D. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi.

1. Angket

(21)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelatihan yang diikuti oleh peserta dan peningkatan kompetensi setelah mengikuti pelatihan manajemen Kesejahteraan Sosial bagi pengelola LKSA. Nurul Zuriah

(2009, hlm. 182) menyatakan bahwa “kuesioner adalah suatu alat pengumpul

informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab

secara tertulis pula oleh responden.”

2. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang ketiga dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi dalam mencari data tentang Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA. Sugiyono (2014, hlm.

82) mengemukakan bahwa “ dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang.”

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 59) mengemukakan bahwa “dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan realibilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan cara-cara

yang digunakan untuk mengumpulkan data.” Hal senada juga diungkapkan oleh S.

Margono (dalam Nurul Zuriah, 2009, hlm. 168) yang menyatakan bahwa “pada

umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah penelitian) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.”

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Deni

Darmawan (2014, hlm. 169) mengemukakan bahwa “skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.” Dalam penelitian ini, fenomena sosial yang ditetapkan secara spesifik adalah variabel penelitian yaitu pelatihan manajemen kesejahteraan sosial anak dan kompetensi pengelola LKSA. Untuk keperluan analisis kuantitatif, skor jawaban pertanyaan pada kuesioner (angket) sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS), diberi skor 4 b. Setuju (S), diberi skor 3

(22)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut instrumen penelitian dalam penelitin ini yang dijelaskan melalui tabel kisi-kisi penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel, Aspek dan Indikator

Variabel Aspek Indikator

1. Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA

a. Materi Pelatihan 1)Kesesuaian tujuan pelatihan dengan materi pelatihan

2)Kesesuaian tujuan dengan lamanya waktu pelatihan

3)Urutan/sekuen materi pelatihan

b.Metode Pembelajaran 1)Variasi metode pembelajaran

2)Kesesuaian materi dengan metode yang digunakan

3)Dinamika dan suasana pembelajaran

c. Pelatih 1)Kesesuaian pelatih dengan materi pelatihan

2)Interaksi pelatih dengan peserta

d.Peserta Pelatihan 1)Kesesuaian peserta yang di undang untuk mengikuti pelatihan e. Sarana dan Prasarana

Pelatihan

1)Ketersediaan bahan ajar

(23)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bahan ajar

4)Ketersediaan alat dan bahan praktek belajar 5)Kualitas alat dan bahan

praktek belajar

f. Evaluasi Pelatihan 1)Alat evaluasi yang digunakan

2)Aspek yang di evaluasi Sebelum dilakukan pengumpulan data yang sebenarnya, maka alat pengumpul data dalam hal ini adalah angket harus layak pakai, oleh karena itu sebelumnya angket harus di uji cobakan terlebih dahulu kepada responden di luar subjek penelitian.

a. Uji Validitas

Bila suatu instrumen yang diteliti valid dan sahih maka tingkat validitas instrumen tersebut tinggi. Sebaliknya bila instrumen tersebut kurang valid, maka validitas instrumen tersebut rendah. Jadi, uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid tidaknya kuesioner yang disebar. Menghitung validitas suatu instrumen bertujuan untuk menilai ketepatan dari kuesioner atau angket tersebut dalam mengukur Persepsi Alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung.

Formula yang digunakan untuk tujuan ini adalah dengan menggunakan rumus

Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

= � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ } {� ∑ − ∑ }

Sumber : Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 213) Keterangan:

rxy = Koefesien validitas item yang dicari (koefisien korelasi). X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item

Y = Skor total

(24)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010, hlm. 26-30), adalah sebagai berikut:

1. Menyebar instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu .

6. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir/item angket dari skor-skor yang diperoleh.

7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = N-2, dimana N merupakan jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas, dan tingkat signifikasnsi 95% atau ∝ = 5%.

8. Membuat kesimpulan, yaitu dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika r n ≥ r el , maka instrumen dinyatakan valid.

2) Jika r n ≤r el , maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Adapun hasil perhitungan validitas dalam penelitian ini menggunakan microsoft excel 2007 yang dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.2

Variabel Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial (X)

No r hitung r hitung > r tabel (0,361) No r hitung r hitung > r tabel (0,361)

1 0,515 Valid 22 0,533 Valid

2 0,476 Valid 23 0,380 Valid

(25)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 0,413 Valid 25 0,402 Valid

5 0,407 Valid 26 0,269 Tidak Valid

6 0,500 Valid 27 0,400 Valid

7 0,381 Valid 28 0,420 Valid

8 0,463 Valid 29 0,418 Valid

9 0,472 Valid 30 0,424 Valid

10 0,490 Valid 31 0,392 Valid

11 0,483 Valid 32 0,467 Valid

12 0,489 Valid 33 0,424 Valid

13 0,408 Valid 34 0,425 Valid

14 0,382 Valid 35 0,388 Valid

15 0,375 Valid 36 0,483 Valid

16 0,432 Valid 37 0,425 Valid

17 0,381 Valid 38 0,411 Valid

18 0,310 Tidak Valid 39 0,410 Valid

19 0,411 Valid 40 0,391 Valid

20 0,412 Valid 41 0,462 Valid

21 0,449 Valid 42 0,416 Valid

Sumber : Data diolah, 2015

Berdasarkan hasil pengujian di atas diketahui bahwa validitas instrumen dilakukan untuk mengukur variabel pelatihan manajemen kesejahteraan sosial, terhadap 30 responden untuk 42 item dari instrumen penelitian, diperoleh 40 item yang dinyatakan valid dan 2 item yang dinyatakan tidak valid. Item dinyatakan valid jika r hitung > r tabel. Diketahui nilai r tabel dengan tingkat kesalahan 5%, dk = 30-2=28, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Maka hasil perhitungan dari 42 item, dinyatakan valid sebanyak 40 item dan 2 item dinyatakan tidak valid. 40 item tersebut dapat mewakili setiap indikator penelitian.

b. Uji Reliabilitas

(26)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur yaitu instrumen, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Instrumen penelitian yang dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini realtif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam

penelitian ini adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (1995), sebagai berikut:

r11=[ �

�− ] . [ ∑ �

� ]

Dimana:

Rumus varians: � =∑ − ∑ �

(Suharsimi Arikunto, 2010, hlm. 239) Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan ∑ � : jumlah varians butir

� : varians total N : jumlah responden ∑ � : Jumlah Skor

Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus diatas yakni sebagai berikut:

1) Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan-keutuhan kuesioner sehingga data siap diproses.

2) Untuk mempermudah pengolahan data, buat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor item yang diperoleh.

3) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. 4) Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing

responden.

(27)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6) Menghitung varians total.

7) Menghitung nilai koefisien alfa.

8) Menentukan titik kritis atau nilai tabel r, pada derajat (db= N-2) dan tingkat

signifikansi 95% atau α = 0,05.

9) Membandingkan nilai koefisien alfa dengan nilai koefisien korelasi Poduct Moment yang terdapat dalam tabel.

10) Membuat kesimpulan dengan membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r, dengan tingkat signifikansi 0,05.

a) Jika rhitung ≥ rtabel,maka reliabel b) Jika rhitung ≤ rtabel, maka tidak reliabel.

Perhitungan reliabilitas instrumen dilakukan dengan program SPSS 20, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Uji Reliabilitas Variabel X

(Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,887 42

Sumber : SPSS 20

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas variabel pelatihan manajemen kesejahteraan sosial (X) diperoleh r hitung = 0,887, dengan tingkat kepercayaan 95%. Diketahui nilai r tabel dengan tingkat signifikansi 0,05, yaitu sebesar 0,361 maka ketentuan instrumen dianggap reliabel apabila harga r hitung > r tabel. Dengan perhitungan variabel x diperoleh r hitung > r tabel, maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini reliabel atau konsisten.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mempunyai empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan penelitian, tahap pengolahan data dan tahap pelaporan. Dijelaskan sebagai berikut:

(28)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap perencanaan merupakan sebuah tahapan awal yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendesain tujuan yang akan dicapai baik dalam pelaksanaan penelitian, pengolahan data, maupun pelaporan data.

Pada tahap perencanaan, peneliti memilih dan menentukan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian yang akan diteliti. Fokus masalah yang dipilh dalam penelitian ini adalah Persepsi Alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial di BBPPKS Bandung. Selain melakukan identifikasi awal dalam pengenalan masalah yang akan diteliti, peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap penyelenggara pelatihan, yaitu BBPPKS Bandung, dan melakukan kajian terhadap permasalahan yang terkait dengan fokus penelitian melalui buku. Kemudian masalah dirumuskan kedalam proposal penelian yang dikembangkan menjadi skripsi penelitian sebagai pelaporan akhir dari masalah dan rekomendasi yang dianjurkan melalui skripsi yang dilakukan oleh peneliti.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan adalah tahap peneliti melaksanakan penelitian dengan tujuan mendapatkan data dan fakta dilapangan terkait masalah penelitian yang akan diteliti. Pada tahap pelaksanaan pengumpulan data, peneliti menyebar angket kepada sasaran dan melakukan beberapa wawancara untuk menguatkan data dilapangan, peneliti juga melakukan dokumentasi terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA.

3. Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan data adalah tahap semua data yang ditemukan di lapangan dikumpulkan dan hasil data yang ditemukan tersebut akan diolah kedalam pengolahan data yang bersifat kuantitatif dengan tahapan pengolahan data statistik.

4. Tahap Pelaporan

(29)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Analisis Data

Variabel yang diteliti adalah Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial (X) yang terdiri dari indikatornya : materi atau isi latihan, metode pelatihan, pelatih (instruktur), peserta pelatihan, sarana pelatihan, dan evaluasi yang digunakan dalam pelatihan.

1. Teknik Pengolahan Data

Kegiatan yang penting dalam suatu penelitian adalah mengolah data. Mengolah data ini bertujuan untuk mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti berdasarkan pada data yang terkumpul.

Pengolahan data menurut Burhan Bungin (2010, hlm. 164) adalah “kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembebeberan (tabulating).

2. Teknik Analisis Data

Perhitungan statistik yang digunakan dalam mengolah dan mendeskripsikan data adalah statistik deskriptif, dengan menghitung persentase setiap variabel dan aspek. Umi Narimawati (2007) mengungkapkan bahwa dalam menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini :

Sumber : Umi Narimawati (2007) Keterangan:

1) Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.

2) Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Contoh asumsikan untuk jumlah responden 31 orang, dan nilai skala pengukuran terbesar adalah 4, serta skala terkecil adalah 1, sehingga diperoleh jumlah kumulatif terbesar X x 4 = 4X dan jumlah kumulatif terkecil X x 1 = X.

(30)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(31)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Gambaran Pelaksanaan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial Perumusan materi yang dibuat oleh panitia pelatihan manajemen kesejahteraan sosial BBPPKS Bandung melalui tahapan identifikasi kebutuhan, sehingga materi yang diberikan saat pelatihan manajemen kesejahteraan sosial telah sesuai dengan tujuan pelatihan dan topik pelatihan yang diselenggarakan serta urutan materi yang diberikan pada pelatihan manajemen kesejahteraan sosial dirancang dari pemberian materi dasar agar peserta pelatihan lebih mudah memahami materi yang diberikan saat pelatihan.

Pada metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan manajemen kesejahteraan sosial adalah metode ceramah/tanya jawab, curah pendapat, diskusi, studi kasus dan praktik belajar lapangan. Metode Pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan manajemen kesejahteraan sosial disesuaikan dengan materi yang diberikan saat pelatihan, agar materi yang diberikan dapat membantu peserta dalam memahami materi yang diberikan saat pelatihan.

Mengenai fasilitator dan narasumber (pelatih) dalam pelatihan manajemen kesejahteraan sosial adalah Pejabat Struktural Kementrian Sosial RI, Widyaiswara di lingkungan BBPPKS Regional II Bandung, dan Praktisi. Pelatih yang menyampaikan materi dalam pelatihan manajemen kesejahteraan sosial adalah pelatih yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan mempunyai keterampilan dalam mengikut sertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi serta merupakan pelatih yang mempunyai banyak pengalaman yang dapat dibagikan kepada peserta pelatihan sehingga dapat membantu peserta pelatihan dalam memahami materi pelatihan.

(32)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemanggilan peserta melakukan kerjasama dengan pemerintah kota atau wilayah kerja peserta pelatihan yang diundang untuk mengikuti pelatihan manajemen kesejahteraan sosial.

Sarana dan prasarana yang dapat digunakan selama Pelatihan Manajemen Kesejahteraan adalah Ruang kelas, Ruang aula, Perpustakaan, Wisma, Ruang makan, Masjid, Ruang koperasi, Laboratorium komputer dengan kelengkapannya termasuk internet., Ruang fitness dan Outbound. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan selama pelatihan di BBPPKS Bandung mendukung keberhasilan pelatihan yang diselenggarakan.

Evaluasi pelatihan senantiasa dilakukan pada setiap materi pelatihan dan evaluasi akhir dilakukan secara khusus melalui suatu instrument yang telah disusun. Evaluasi yang dilakukan oleh BBPPKS Bandung digunakan sebagai pengukur sejauh mana tujuan telah tercapai dan digunakan pula untuk mengambil keputusan mengenai pelatihan manajemen kesejahteraan sosial.

2. Persepsi Alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial Persepsi alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Kota Bandung berdasarkan jenis kelamin, hasil presentase skor laki-laki lebih besar daripada hasil skor perempuan yaitu 76.63% > 69.42%, dapat disimpulkan bahwa pelatihan manajemen kesejahteraan sosial lebih tepat diterapkan untuk jenis kelamin laki-laki.

Persepsi alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Kota Bandung berdasarkan usia, hasil presentase skor yang paling tinggi adalah usia 19-26 tahun yaitu 78,75% yang yang termasuk dalam kategori “Tinggi”, sedangkan hasil presentase skor yang paling rendah adalah usia 59-67 tahun yaitu 44,17% yang termasuk dalam kategori “Rendah”, dapat diterapkan bahwa pelatihan manajemen kesejahteraan sosial lebih tepat diterapkan untuk usia 19-26 tahun.

(33)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil presentase skor berdasarkan latar belakang pendidikan SMA/ SMK, Diploma, S1 dan S2 termasuk dalam kategori “Tinggi”, dapat diartikan bahwa latar belakang pendidikan SMA/ SMK, Diploma, S1 dan S2 dapat mengikuti pelatihan kesejahteraan sosial dengan baik.

Persepsi alumni terhadap Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Kota Bandung berdasarkan Provinsi Wilayah Kerja, hasil presentase skor dari alumni peserta pelatihan yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten dan DKI Jakarta termasuk dalam kategori “Tinggi” dan Provinsi Jawa Barat memperoleh hasil presentase skor tertinggi yaitu 81.69% yang masuk dalam kategori “Sangat Tinggi”, dapat diartikan bahwa alumni peserta pelatihan yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, dan DKI Jakarta dapat mengikuti pelatihan manajemen kesejahteraan sosial dengan baik, terutama untuk Provinsi Jawa Barat dengan perolehan hasil presentase skor yang paling tinggi.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Rekomendasi hasil penelitian persepsi alumni terhadap pelatihan kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penyelenggara

(34)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Pelatih

Pelatih dalam Pelatihan Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi pengelola LKSA, sebab materi, metode pembelajaran yang diberikan oleh pelatih berpengaruh dalam peningkatan kompetensi pengelola LKSA, sehingga akan lebih baik jika pelatih dapat memberikan materi secara optimal kepada peserta pelatihan sehingga penyerapan materi peserta pelatihan dapat lebih baik lagi. 3. Bagi Peserta Pelatihan

Diharapkan peserta pelatihan yang mengikuti Pelatihan Kesejahteraan Sosial bagi Pengelola LKSA dapat mengikuti pelatihan sesuai dengan arahan penyelenggara, karena pelatihan yang berhasil bukan hanya ditentukan oleh penyelenggara atau pelatih, melainkan kerjasama antara peserta yang mengikuti pelatihan tersebut. Sehingga sebaiknya peserta pelatihan dapat fokus mengikuti pelatihan sehingga penyerapan materi dapat lebih optimal dan dapat meningkatkan kompetensinya dengan lebih baik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(35)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR RUJUKAN

Sumber Buku

Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta.

_________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang Wahyudi. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Sulita.

Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Darmawan, Deni. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. (2005). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).

Bandung : Alfabeta.

Kartika, Ikka. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung : CV Alfabeta. Marzuki, Saleh. (2010). Pendidikan Nonformal. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Miftah Toha. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Grafindo Persada.

Muhidin, Sambas A. (2010). Statistika 2 Pengantar Untuk Peneltian. Bandung: Karya Adhika Utama.

Rivai, Veithzal. (2004). Performance Appraisal (Sistem yang tepat untuk Menilai Kinerja Pegawai dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan). Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Sarwono, W. Sarlito. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.

Sudjana, D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi.

(36)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. ________. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Umi Narimawati. (2007). Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.

Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Umum Psikologi. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Sumber Internet

KPAI. (2013). Problematika Perlindungan Anak di Indonesia. [Online]. Tersedia di http://nasyiah.or.id/nasyiahpusat/?p=467 [8 Maret 2015].

Menkokesra. (2013). Problematika Perlindungan Anak di Indonesia. [Online]. Tersedia di http://nasyiah.or.id/nasyiahpusat/?p=467 [8 Maret 2015].

Rachmawati, Ryna. (2008). Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Model

Kirkpatrick. [Online]. Tersedia di

http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=890 [18 September 2015].

Suharto. (2006). Pengertian atau Definisi Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial. [Online]. Tersedia di

http://dr-sihnanto.blogspot.com/2013/04/definisi-kesejahteraan-sosial-dan.html [8 Maret 2015].

Ayu, Dhita, dkk. Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan dalam meningkatkan Kinerja Pegawai. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 3, hlm. 193. Peraturan Menteri Sosial No. 30 tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan

Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(37)

Dewi Nur Rohmat, 2015

PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber Lainnya

Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2014 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan penulis terhadap latihan yang dilakukan tiga kali seminggu oleh Taekwondoin winner club maka masih perlu dilakukan evaluasi

Saya senang jika dapat mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda dari teman

Skripsi dengan judul “Pengaruh Konseling Behavior Dengan Teknik Time Out Terhadap Peningkatan Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VII Di Madrasah Tsanawiyah Negeri

Masalah lain yang ditemukan oleh Dinas Pendapatan Kota Blitar, pada sektor Pajak Hiburan dengan self assessment system dilapangan yaitu kurangnya pemahaman dan

Adapun implikasi bahts al-masâil terhadap nalar kritis santri Pondok Pesantren Gedangan adalah: Pertama, santri kritis dalam menganalisa setiap pendapat dan

From the result of the data analysis, the writer makes the conclusion that generally, the ability of the third year students of English Department of FKIP UIR to

Aktivitas antimikroba terhadap E.coli Indikator waktu inkubasi optimum adalah waktu dimana senyawa antimikroba bakteriosin diproduksi optimal yang ditandai dengan

Beberapa hambatan yang dialami kebanyakan konselor di kecamatan Gajahmungkur ialah permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan melakukan penelitian tindakan