• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATANOPENENDED.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATANOPENENDED."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari SyaratuntukMemperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

WIWIN IRIANI 1204650

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Oleh Wiwin Iriani

S.Pd Universitas Pasundan Bandung, 1995

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiPendidikanMatematika

© Wiwin Iriani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BABI PENDAHULUAN A.LatarBelakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

1. Identifikasi Masalah ... ... ... 9

2. Rumusan masalah ... ... 9

C.TujuanPenelitian ... 10

D.ManfaatPenelitian ... 10

E.Struktur Organisasi ... 11

BABIIKAJIAN PUSTAKA A.Berpikir Logis Matematis ... 13

B.Kemandirian Belajar ... 16

C.Pembelajaran Kooperatif Tipe Team AssistedIndividualization ... 20

D.Pendekatan Open Ended ... 23

E.Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 27

(5)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H.Rumusan Hipotesis... .... . 34

BAB III METODEPENELITIAN A.Desain Penelitian ... 35

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

C.Metode ... 37

D.Definisi Operasional ... 38

E.Instrumen Penelitian ... 39

1. Soal TesKemampuanBerpikir LogisMatematis ... 40

2.Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 41

3. Observasi ... 42

4. Wawancara ... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 43

1. Soal TesKemampuanBerpikir LogisMatematis ... 43

2. Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 53

3. Proses Pengembangan Bahan Ajar ... 55

G.Teknik Pengumpulan Data ... 56

H.Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Analisis dan Hasil Penelitian... 71

1. Kemampuan Berpikir logis… ... 73

2. Kemandirian Belajar Siswa ... 86

3. Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dengan Pendekatan Open Ended ... 95

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

(6)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Open Endeddan Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa .. ... 112

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

A. InstrumenPenelitian ... 126

B. AnalisisHasilUjiCoba ... 232

C. Analisis Data HasilPenelitian ... 255

D. Analisis Angket Sikap Siswa Terhadap Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan

Pendekatan Open Ended ... 302

(7)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Strategi Pembelajaran dengan Berbagai Teknik/Metode Pembelajaran.. 28

3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 41

3.2 Data Hasil Validasi Panelis untuk Soal Kemampuan Berpikir Logis Matematis 44

3.3 KlasifikasiKoefisienValiditas ... 46

3.4 DataHasilUjiValiditas TesKemampuanBerpikir

LogisMatematis ... 47

3.5 KlasifikasiKoefisienReliabilitas ... 48

3.6 KlasifikasiKoefisienDayaPembeda ... 49

3.7 Data Hasil Uji DayaPembedaButir SoalTes Kemampuan

Logis Matematis ... 50

3.8KlasifikasiKoefisien TingkatKesukaran ... 51

3.9 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan

Berpikir Logis Matematis ... 52

3.10Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 52

3.11Rekapitulasi Hasil Penilaian Panelis Kesesuaian Aspek yang

Diukur dengan Indikator kemandirian Belajar Siswa ... 53

3.12Rekapitulasi Jawaban Siswa Tentang Kejelasan Pernyataan Angket

Kemandirian Belajar Siswa ... 54

3.13Hasil Revisi Pernyataan Kemandirian Belajar Siswa ... 55

(8)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.16 Kriteria Kecenderungan Sikap Siswa ... 68

4.1Rekapitulasi Uji Korelasi Pemeriksa 1 dan Pemeriksa 2 ... 72

4.2 Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 73

4.3 Data Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis Matematis Bardasarkan

Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 75

4.4Data Hasil Uji Normalisasi Pretest Kemampuan

Berpikir Logis Matematis ... 77

4.5Data Hasil Uji Mann-Whitney dari DataPretestKemampuan

Berpikir Logis Matemati ... 78

4.6Klasifikasi Perolehan Rata-Rata N-Gain Kemampuan

BerpikirLogis Matematis ... 79

4.7Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan

BerpikirLogis Matematis ... 80

4.8Data Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Berpikir

Logis Matematis ... 81

4.9Data Hasil Uji Beda Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir

Logis Matematis ... 82

4.10DataHasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Berpikir

Logis Matematis Berdasarkan KAM ... 83

4.11DataHasil Uji Kruskal-Wallis Terhadap N-Gain Kemampuan

Berpikir Logis Matematis Berdasarkan KAM ... 84

4.12DataHasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data N-Gain Kemampuan

Berpikir Logis Matematis Berdasarkan KAM ... 85

4.13DataDeskripsi Kemandirian Belajar Siswa ... 87

4.14Rekapitulasi Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa ... 87

4.15Deskripsi Kecenderungan Sikap Kemandirian Belajar Siswa

Berdasarkan Aspek yang Diukur ... 89

4.16 Deskripsi Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa

(9)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.18Rekapitulasi Sikap Siswa untuk Pertanyaan Tertutup tentang

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan

Open Ended ... 96

4.19Rekapitulasi Sikap Siswa untuk Pertanyaan Terbuka tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 97

DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 3.1 Prosedur Penelitian... 58

3.2 Alur Uji Statistik Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 65

4.1Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kemampuan BerpikirLogis Matematis ... 74

4.2Hasil Pretest dan PosttestKemandirian Belajar Siswa... 88

4.3 Kegiatan Siswa Saat Melakukan Tutor Sebaya ... 104

4.4 Ungkapan Siswa yang Berkaitan dengan Tutor Sebaya ... 104

4.5Kegiatan Siswa Saat Saling Mengoreksi dan Konfirmasi Jawaban Soal Latihan ... 105

4.6Pendapat Siswa yang Berkaitan dengan Rasa Penasaran ... 106

4.7 Kegiatan Siswa Menemukan Jaring-Jaring Tabung (Ada yang Berbentuk Persegipanjang dan Ada yang Berbentuk Jajarangenjang) ... 107

4.8Kegiatan Siswa Menemukan Volume Kerucut (Ada yang Menuangkan Beras dari Kerucut ke Tabung dan Ada yangSebaliknya) ... 107

4.9 Kegiatan Siswa Saat Mempresentasikan Hasil DiskusiKelompok ... 108

4.10Pendapat Siswa Berkaitan dengan Presentasi di Depan Kelas ... 109

(10)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(11)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran Hal

1. INSTRUMEN PENELITIAN

1.1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 127

1.2Lembar Kegiatan dan Latihan Siswa . ... 187

1.3Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Logis Matematis,

Kunci Jawaban dan Pedoman Pemberian Skor . ... 204

1.4 Kisi-KisiAngket kemandirian Belajar Siswa dan Pedoman

Pemberian Skor ... 220

1.5Angket Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 226

1.6Lembar Observasi ... 228

1.7Pedoman Wawancara ... 229

2. ANALISIS HASIL UJI COBA

2.1Hasil Uji Validitas Muka dan Isi Tes Kemampuan

Berpikir Logis Matematis ... 233

2.2Analisis Data Hasil Uji Coba Tes kemampuan berpikir

Logis Matematis ... 239

2.3Hasil Uji Kesesuaian Aspek yang Diukur dengan Indikator

dan Keterbacaan Skala Kemandirian Belajar Siswa ... 247

3. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

3.1 Data Hasil Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Berpikir

Logis Matematis Siswa Kelas Eksperimen . ... 256

3.2 Data Hasil Pretest,Posttest, dan N-Gain Kemampuan Berpikir

Logis Matematis Siswa Kelas Kontrol . ... 259

3.3Pengolahan Data dan Uji Statistik Hasil Tes Kemampuan

Berpikir LogisMatematisSiswa . ... 262

(12)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa . ... 277

3.6Pengolahan Data danHasil Angket Kemandirian Belajar Siswa . ... 293

4. DATA SIKAP SISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED 4.1 Data Sikap Siswa untuk Pertanyaan Tertutup Mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 303

4.2 Data Sikap Siswa untuk Pertanyaan Terbuka Mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 305

5. SURAT-SURAT 5.1Surat Pengantar Penelitian ... 330

5.2Surat Izin Melaksanakan Uji Coba Instrumen ... 331

5.3Surat Keterangan Telah Melaksanaka Uji Coba Instrumen ... 332

5.4Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 333

(13)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dengan Pendekatan Open Ended

Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir logis matematis siswa kita masih rendah. Tujuan dari penelitian adalah untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar siswa.Jenis penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas IXsalah satu SMP Negeri di Cianjur.Sampel penelitian dipilih sebanyak 2 kelas. Kelas eksperimen, belajar dengan menggunakanmodel kooperatif tipe team assisted individualization dengan pendekatan open ended, dan kelas kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Instrumen penelitian meliputi tes kemampuan berpikir logis matematis, angketkemandirian belajar dan sikap siswa terhadap model pembelajaran yang didukung dengan observasi serta wawancara. Pengolahan data menggunakan uji Mann-Whitney, uji t, uji Kruskal-Wallis dan uji proporsi. Hasil analisis menunjukkan: (1) peningkatan kemampuan berpikir logis matematis secara signifikan terjadi pada siswa kelompok tinggiyang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualizationdengan pendekatan open ended;(2) peningkatan kemandirian belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open endedlebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung; (3) siswa menunjukkan sikap positif terhadap model pembelajaran kooparatif tipe team assisted individualizationdengan pendekantan open ended. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization dengan pendekatan open endeddapat dijadikan model alternatif untukmeningkatkan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar siswa kelompok tinggi.

(14)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah merupakan bagian dari

proses pendidikan. Tujuan pembelajaran yang dilakukan di kelas tidak terlepas

dari tujuan pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa, tujuan dari Pendidikan

Nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Artinya ketika melaksanakan proses pembelajaran, tujuan

utamanya adalah mengoptimalkan potensi siswa agar menjadi manusia yang

handal dan tangguh serta siap meneruskan kelangsungan hidup berbangsa dan

bernegara yang beradab dan bermartabat, dengan tidak mengesampingkan nilai

budaya, etika dan moral.

Pemerintah telah mengeluarkanPeraturan Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, yang diikuti oleh Peraturan Nomor 32 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Dari peraturan pemerintah tersebut, lahirlah

kurikulum sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Kurikulum yang berlaku mulai tahun ajaran 2013/2014 dikenal dengan nama

kurikulum 2013.

Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berpedoman pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),sebagai kurikulum operasional.

Penyusunan dan pengembangan KTSP itu sendiri, menurut Peraturan Pemerintah

No 32 tahun 2013 pasal 77M mengacu pada Standar Nasional Pendidikan,

(15)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurikulum.Menurut kurikulum ini, salah satu mata pelajaran yang harus diberikan

pada jenjangpendidikan dasar dan menengah adalah matematika.

Pembelajaran matematika di sekolah,memiliki tujuan tertentu. Beberapa

pendapat yang sejalan tentang tujuan dari pembelajaran matematika diantaranya

Cockroft (1982: 2), yang berpendapat bahwamatematika diajarkan dalam rangka

mengembangkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kepekaan spasial.

Cornelius (1982: 38-39) juga mengungkapkan hal yang hampir sama, bahwa

tujuan pembelajaran matematika di sekolah menengah diantaranya untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, komunikasi dan penalaran logis.

Selanjutnya Hardini dan Puspitasari (2012: 159) menjelaskan bahwa, matematika

memiliki nilai strategis untuk membekali siswa dalam menumbuhkembangkan

cara berpikir logis, bersikap kritis, bertindak rasional dan kreatif, serta

kemampuan bekerja sama. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No.

64 Tahun 2013, lebih tegas menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang

diharapkan dapat dimiliki siswa SMP dalam belajar matematika adalah mampu

menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, bertanggung

jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Jika

kita cermati dari pendapat tentang tujuan pembelajaran matematika di atas,

berpikir logis merupakan salah satu dari kemampuan esensial yang harus dimiliki

dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika.

Kemampuan berpikir logis atau berpikir runut penting untuk dimiliki oleh

siswa. Hal ini dikarenakan dengan kemampuan berpikir logis siswa dapat

memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi.

Selain itu, dengan berpikir logis siswa dilatih untuk berpikir ilmiah agar dapat

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan semakin

kompetitif. Kemampuan berpikir logis memberikan siswa kemampuan untuk

memahami apa yang mereka baca atau pelajari. Berpikir logis mendorong siswa

untuk berpikir, mengajukan hipotesis, mengembangkan hipotesis alternatif, dan

menguji hipotesis mereka berdasarkan fakta-fakta yang diketahui, hingga menarik

(16)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TOLT (Test of Logical Thinking) yang disusun oleh Tobin, K.G dan Capie, W.

(Trifone,1987: 411), di mana pada setiap jawaban yang dikemukakan ada alasan

yang menyertainya.

Alasan lain yang menjadikan kemampuan berpikir logis penting untuk

dimiliki siswa dalam belajar matematika adalah pernyataan Grow (2013) yang

menyatakan bahwa berpikir logis dalam matematika sangat erat kaitannya dengan

pemecahan masalah. Sementara Shadiq (2008: 2), menyatakan bahwa puncak

keberhasilan pembelajaran matematika adalah ketika siswa mampu memecahkan

masalah yang mereka hadapi. Hal ini cukup beralasan, karena pada proses

pemecahan masalah para siswa harus menggunakan pengetahuan matematika

yang telah mereka miliki, kemampuan bernalar dan berkomunikasi, serta memiliki

sikap yang baik terhadap matematika. Artinya dengan berpikir logis, diharapkan

siswa dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan

baik. Baik masalah dalam pelajaran matematika, lebih jauh pada masalah dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan berpikir logis yang

baik, seorang siswa terhindar dari jawaban cepat seperti "Saya tidak bisa," atau

"ini terlalu sulit,”(Albrecht, 2010). Karena dengan berpikir logis siswa dituntut untuk berpikir langkah demi langkah. Selain itu, dengan berpikir logis siswa

dituntut untuk mengemukakan alasan dari jawaban yang mereka berikan.

Tujuan pembelajaran bukan hanya penguasaan terhadap kemampuan dasar

tertentu, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar,

penelitian, penemuan serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri

(Nasution, 2010: 4). Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam setiap proses

pembelajaran, di dalamnya harus termuat kegiatan-kegiatan yang dapat

menumbuhkan sikap positif yang diharapkan dapat menunjang prestasi siswa.

Sikap-sikap yang positif tersebut kelak akan menjadi bekal yang berguna bagi

siswa dalam mengarungi kehidupannya. Begitu pun dalam pembelajaran

matematika, disamping bertujuan untuk mengembangkan kemampuan matematis,

(17)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematika. Salah satu sikap positif yang diharapkan dapat dimiliki siswa dengan

belajar matematika adalah kemandirian belajar.

Menurut Sumarmo (2006: 6) kemandirian belajar perlu dikembangkan

pada siswa yang belajar matematika, karena ada keterkaitan antara tujuan dengan

hakekat pembelajaran matematika. Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa

karakteristik utama dari kemandirian belajar, yaitu: (1) menganalisis kebutuhan

belajar matematika, merumuskan tujuan dan merancang program belajar; (2)

memilih dan menerapkan strategi belajar; (3) memantau dan mengevaluasi diri

apakah staregi yang telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil proses dan

produk), serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik.

Hasil beberapa penelitian membuktikan bahwa kemandirian belajar sangat

berpengaruh pada prestasi siswa. Penelitian Yang (Hargis, 2000) melaporkan

bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi (1) cenderungbelajar

lebih baikdi bawah kendalinya sendiri daripada dalam pengawasan program; (2)

dapat memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; (3)

menghemat waktu dalam menyelesaikantugasnya, dan (4) mengatur waktu dan

belajar secara efisien. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

Hargis (2000) yang menyimpulkan bahwa semakin mandiri seorang siswa dalam

mengatur pembelajarannya, semakin tinggi peluang mereka untuk sukses.

Literatur sebelumnya juga mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan

hubungan yang positif antara individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur

pembelajaran mereka sendiri dengan penguasaan pengetahuan atau prestasi.

Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Shen, Lee dan Tsai (2007: 155),

yang menyimpulkan bahwa PBL (Problem Based learning) dan SRL (Self

Regulatedlearning) yang dilakukan secara bersamaan mampu meningkatkan

keterampilan komputasi siswa SMK.

Uraian di atas menjelaskan bagaimana pentingnya memiliki kemampuan

berpikir logis dan kemandirian belajar bagi siswa. Kenyataan yang ada belumlah

menggambarkan hal yang diinginkan. Kemampuan berpikir logis siswa belum

(18)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang telah dilakukan. Salah satu temuan hasil penelitian Suryadi (2005:

149) terhadap siswa SMP kelas II di kota dan kabupaten Bandung menyatakan

bahwa terdapat kemampuan matematik yang menjadi sumber kesulitan bagi

sebagian siswa yaitu pengajuan argumentasi serta penemuan pola dan pengajuan

bentuk umumnya. Begitu pun hasil penelitian Syaiful (2011: 289) terhadap siswa

SMP kelas VII kota Bekasi, salah satu hasilnya adalah siswa mengalami kesulitan

dalam berpikir logis terutama pada kemampuan berpikir induktif (aspek

generalisasi, dan aspek analogi) dan kemampuan berpikir deduktif (aspek

silogisma, aspek kondisional).Lebih jauh lagi, hasil laporan survey PISA dan

TIMMS oleh Puspendik (Wardani dan Rumiati 2011: 53) yang menyatakan

bahwa siswa kita masih lemah dalam menyelesaikan soal yang menuntut

kemampuan penalaran, pemecahan masalah dan berargumen. Inilah kenyataan

yang menjadi tantangan untuk segera diatasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah yang menuntut kemampuan berpikir dan pengajuan argumentasi. Salah

satunya, siswa belum terbiasa menghadapi soal yang menuntut kemampuan

tersebut. Setidaknya ini bisa kita lihat dari contoh instrumen penilaian yang

terdapat pada model pengembangan silabus yang diterbitkan oleh BNSP tahun

2007. Wardani dan Rumiati (2011: 2) menyatakan bahwa instrumen penilaian

hasil belajar yang terdapat pada model silabus tersebut, substansinya kurang

dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan kurang

memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan proses berpikir dan berargumentasi.

Sementara itu hampir sebagian besar guru kita, mencontoh silabus tersebut.

Akibatnya instrumen penilaian yang dikembangkan guru pun tidak akan jauh dari

contoh yang disajikan.

Sulitnya siswa dalam memecahkan masalah yang menuntut kemampuan

berpikir dan pengajuan argumentasi, adalah suatu hal yang wajar pula jika dilihat

dari aktivitas pembelajaran di kelas pada umumnya. Wardani dan Rumiati (2011:

57), dalam laporan hasil analisanya terhadap prestasi siswa kita di TIMSS dan

(19)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpikir”. Siswa masih cenderung “menerima” informasi kemudian melupakannya, akibatnya pelajaran matematika belum mampu membuat siswa

cerdik, cerdas dan cekatan. Artinya pada proses pembelajaran matematika di

kelas, peran guru masih dominan. Akibatnya, kemampuan berpikir siswa kurang

berkembang dengan optimal.

Hasil analisa tersebut, tentu saja harus segera ditindaklanjuti. Salah

satunya dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Bagian penting dari upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah

mengembangkan model-model pembelajaran yang mampu menjadikan

matematika menjadi kenyataan dari yang diharapkan. Perubahan dan

pembaharuan kurikulum yang berlaku di sekolah, merupakan upaya pemerintah

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal mendasar dari perubahan

kurikulum sekarang adalah bergesernya paradigma dari bagaimana guru mengajar

menjadi bagaimana siswa belajar (Herman, 2007: 48). Kurikulum 2013 secara

eksplisit mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran harus mampu

mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,

kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup

siswa guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat

bangsa. Prinsip pembelajaran pun berubah, dari bagaimanana siswa diberi tahu

menjadi bagaimana siswa menjadi tahu, dari pembelajaran yang menekankan

jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi

dimensi. Artinya proses pembelajaran yang terjadi haruslah berpusat kepada

siswa, termasuk dalam pembelajaran matematika.

Pemerintah telah memberikan rambu-rambu bagaimana seharusnya proses

pembelajaran dilaksanakan. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia

No. 65 Tahun 2013 menyatakan bahwa proses pembelajaran sebaiknya

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

(20)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran, hendaknya melibatkan peran aktif siswa dengan memperhatikan

perbedaan individual agar potensi mereka dapat berkembang secara optimal. Perlu

pemikiran dan perencanaan pembelajaran yang baik untuk dapat melaksanakan

proses pembelajaran yang demikian. Hal ini berkaitan erat dengan pemilihan

model pembelajaran yang akan dilakukan.

Model dan strategi yang dipilih untuk melaksanakan pembelajaran,

sebaiknya yang dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya

sendiri dan untuk mampu belajar mandiri. Hal ini sejalan dengan munculnya teori

pembelajaran konstruktivisme dan semakin dibutuhkannya kemampuan

memecahkan masalah dan berivestigasi. Guru harus dapat memilih dan

menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran.Banyak model dan

strategi mengajar yang dapat dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 133-134) ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan

dalam memilih model pembelajaran yaitu: (1) tujuan yang ingin dicapai; (2)

bahan atau materi yang akan disampaikan; (3) siswa; (4) pertimbangan lainnya

yang bersifat non teknis. Dengan memperhatikan pertimbangkan tersebut,

diharapkan pilihan model pembelajaran yang diambil sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan aliran kostruktivisme

adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (Rusman, 2012: 201)

pembelajaran kooperatif menggalakan siswa secara aktif dan positif dalam

kelompok. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat melatih siswa untuk

mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau

temuan-temuan dalam bentuk tulisan (Suherman et al, 2003: 259). Artinya,dalam

model ini siswa dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya, bersama anggota

kelompoknya atau kelompok lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdulhak

(Rusman, 2012:203) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

dilaksanakan melalui proses saling berbagi antar siswa, sehingga dapat

mewujudkan pemahaman bersama diantara siswa itu sendiri. Tujuan dari model

(21)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tiga tujuan penting, yaitu: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap

keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Banyak tipe pembelajaran kooperatif yang telah dan sedang

dikembangkan. Salah satunya adalah tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Dasar pemikiran pembelajaran tipe TAI, menurut Slavin (2005: 187) adalah

untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan

dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Selain itu masih

menurut Slavin (2005: 190), tipe TAI dirancang salah satunya untuk

meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan latihan soal dan pengelolaan

rutin. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada tipe ini, anggota kelompok haruslah

terdiri dari siswa yang kemampuannya heterogen. Di samping itu, setiap

kelompok harus memiliki leader yang merupakan siswa dengan kemampuan yang

menonjol dibandingkan dengan anggota lainnya. Sehingga proses pembelajaran

dalam kelompok lebih efektif, karena di dalamnya akan terjadi proses saling

bertukar pikiran, beradu argumen dan menghargai perbedaan individual demi

mencapai prestasi optimal. Selain itu tugas guru lebih ringan, karena hanya akan

membahas masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompok atau masalah

yang secara umum dirasakan sulit oleh siswa.

Model pembelajaran lain yang dianggap berpusat pada siswa adalah model

pembelajaran dengan pendekatanopen ended. Dalam model ini, pembelajaran

dimulai dengan masalah open ended yang harus diselesaikan. Dengan masalah

open ended menurut Suherman at al (2003: 124), menjanjikan suatu kesempatan

kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini

sesuai dengan kemampuannya dalam mengelaborasi parmasalahan. Artinya,

secara konseptual masalah open ended dalam pembelajaran metematika adalah,

masalah atau soal yang dirumuskan sedemikian hingga memiliki beberapa solusi

yang benar atau terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu. Model ini sesuai

dengan salah satu prinsip pembelajaran yang tertuang dalam standar proses

kurikulum 2013, yaitu dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

(22)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberikan masalah open ended, diharapkan siswa mampu mengkomunikasikan

pendapat dan berargumentasi sesuai dengan kemampuannya. Sementara itu, bagi

siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah,Scaffolding dapat

diberikan oleh teman atau guru sesuai dengan kebutuhan..

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatanopen ended

merupakan salah satu upaya untuk mengubah pandangan proses pembelajaran dari

guru mengajar ke siswa belajar. Pada prosesnya siswa yang kemampuannya

heterogen, dituntut untuk bekerja secara kooperatif dalam menyelesaikan masalah

open ended sesuai dengan kemampuan. Hasil penelitian Carlan, Rubin, dan

Morgan (2005: 8) dalam salah satu kesimpulannya menyatakan“Students became

more actively engaged in mathematical problem solving through cooperative

learning. Reluctant learners, who previously did not do their work, began to

participate in the problem solving process”. Pembelajaran kooperatif dengan pendekatanopen ended, diharapkan mampu mencapai kompetensi matematis

tingkat tinggi siswa yang optimal, terutama dalam mengemukakan alasan logis

dalam berargumentasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis, kemandirian belajar, model

pembelajaran kooperatif tipeTeam AssistedIndividualization(TAI) dan

pendekatanopen ended. Atas dasar itu pulalah penulis memberikan judul

penelitian ini dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis

dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

AssistedIndividualization dengan Pendekatan Open Ended”.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

a. Mencari usaha yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis

(23)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mencari usaha yang tepat untuk meningkatakan kemandirian belajar siswa.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

a) Apakah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswayang belajar

dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TAIdengan

pendekatanopenended, lebih baik dibandingkan dengansiswa yang belajar

dengan menggunakan model pembelajaran langsung?

b) Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa

berdasarkan kemampuan awal matematikanya, antara siswa yang belajar

dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TAIdengan

pendekatanopenended, dansiswa yang belajar dengan menggunakan model

pembelajaran langsung?

c) Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang belajar

denganmenggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TAIdengan

pendekatanopen ended lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar

dengan menggunakan model pembelajaran langsung?

d) Bagaimana sikap siswa terhadapmodel pembelajaran kooperatif tipe TAI

dengan pendekatanopen ended ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang

belajar denganmenggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan

pendekatan openended,dan yang belajar dengan model pembelajaran langsung.

2. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa

berdasarkan kemampuan awal matematikanya, baik pada siswa yang belajar

denganmodel pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open

(24)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menganalisis peningkatan kemandirian belajar siswa yang belajar dengan

modelpembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended, dan

yang belajar denganmodel pembelajaran langsung.

4. Memperoleh gambaran mengenai sikap siswa terhadapmodel pembelajaran

kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended.

D.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Di

samping itu secara khusus penelitian inidiharapkan dapat memberikan masukan

diantaranya:

1. Bagi siswa

Melalui hasil penelitian ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan

kemampuan berpikir logis matematis dan mampu meningkatkan kemandirian

belajarnya.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

dengan pendekatan open ended, sebagai salah satu model alternatif yang dapat

diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis dan

kemandirian belajar siswa.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan dan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan openended

di kelas lain.

E. Struktur Organisasi

Untuk mempermudahmembuat laporanhasil penelitian yang sudah

dilaksanakan, penulis menyusun tesis ini menjadi lima bab dengan struktur

(25)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab I, Pendahuluan. Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan tentang apa

yang menjadi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, serta

tujuan dan manfaat dari penelitian yang telah dilaksanakan.

Bab II, Kajian Pustaka. Kajian pustaka berisi tentang kajian teori yang

berkaitan dengan variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti. Selain itu,

diuraikan pula hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

yang dilakukan penulis, kerangkan berpikir dan diakhiri dengan hipotesis

penelitian.

Bab III, Metodologi Penelitian. Pada bab ini, dijelaskan tentang segala

sesuatu yang berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan. Hal ini

meliputi: desain penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian,

definisi operasional dari variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian yang

digunakan, proses pengembangan instrumen dan bahan ajar penelitian, teknik

pengumpulan data serta langkah–langkah yang dilakukan untuk menganalisis data

yang diperoleh.

Bab IV, Analisis dan Pembahasan. Proses dan hasil analisis data secara statistik diuraikan pada bab ini, dilanjutkan dengan pembahasan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan. Proses dan hasil analisis statistik yang diuraikan

pada bab ini, bermuara pada penerimaan atau penolakan dari hipotesis penelitian

yang telah dirumuskan. Selanjutnya pada bagian pembahasan, diuraikan hasil

analisis penulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama penelitian

dilapangan berlangsung. Pada bagian ini dibahas pula mengenai hal-hal yang

diduga mempengaruhi penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian. Bagian

akhir bab ini, membahas temuan yang dianggap penulis menarik, yang terjadi

selama penelitian berlangsung.

Bab V, Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari

penelitian yang sudah dilaksanakan, berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.

Selanjutnya, penulis pun menyampaikan saran yang berkaitan dengan hasil

(26)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen.

Menurut Russeffendi (2010: 52), desain ini tidak berbeda dengan desain

kelompok pretest-posttest. Alasan penulis memilih desain ini karena: pertama,

sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu ingin mengetahui bagaimana

peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar siswa

antara yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

dengan pendekatan open ended, dan yang belajar dengan menggunakan model

pembelajaran langsung. Artinya yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah

peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajarnya.

Kedua, subyek penelitian atau siswa tidak dikelompokkan secara acak. Artinya,

penulis menerima apa adanya kelas yang akan dijadikan sampel pada penelitian

ini.Adapun diagram desain eksperimennya, menurut Ruseffendi (2010: 53)

adalah sebagai berikut:

OX O

OO

Keterangan:

O : Pretest= posttest

X : Pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatanopen ended

--- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Desain ini, menggambarkan bahwa kedua kelas diberikan pretest,

perlakuan dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan pada kedua kelas ini

sama, dengan alasan materi bangun ruang sisi lengkung yang akan disampaikan

pada penelitian ini bukan materi yang benar-benar baru dikenal oleh siswa.

(27)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlakukan berupa pembelajaran dengan model kooperatif tipe TAI dengan

pendekatan open ended, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa

model pembelajaran langsung.

Ada syarat yang harus dipenuhi dengan memilih desain ini, yaitu kedua

kelas atau kelompok harus seserupa mungkin (Ruseffendi, 2010:53). Dengan kata

lain kedua kelas harus homogen atau setara kemampuan awalnya. Sebenarnya

penulis sudah yakin bahwa kemampuan kedua kelas yang akan dijadikan subyek

penelitian relatif sama. Hal ini didasarkan pada pengalaman penulis ketika

mengajar mereka di kelas VII dan juga hasil penilaian guru yang mengajar mereka

saat ini. Namun untuk membuktikannya, hasil pretest kedua kelas akan diuji

kehomogenannya dengan uji statistik.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX salah satu SMP

Negeri di kota Cianjur Provinsi Jawa Barat,dan siswa SMP lain yang memiliki

karakteristik yang sama. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Ajaran

2013/2014. Pemilihan siswa SMP sebagai subyek penelitian didasarkan pada

pertimbangan bahwa,siswa SMP kelas IX dianggap sudah dapat berinteraksi

dengan lingkungan kelas. Sehingga lebih memungkinkan terjadinya interaksi

sosial yang baik seperti yang diharapkan terjadi pada kegiatan pembelajaran

kooperatif. Alasan pemilihan sekolah yang dipilih sebagai subyek penelitian,

karena sekolah ini merupakan tempat penulis mengabdi sebagai tenaga pendidik

saat ini. Dengan demikian, kendala di luar penelitian yang mungkin dapat

menghambat jalannya penelitian bisa dihindari.

Siswa kelas IX SMP Negeri ini terdiri dari 6 kelas dengan kemampuan

yang merata disetiap kelas. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan jumlah NEM

SD ketika mereka masuk berkisar antara 27,64 sampai dengan 28,30.Dengan

lokasi yang sangat strategis, ditunjang dengan prestasi siswanya selama ini,

menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah pavorit di kota Cianjur. Ini

(28)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah di sekolah ini. Setiap tahun, rata-rata hanya 3 1

nya saja yang diterima dari

seluruh pendaftar. Lokasi sekolah yang berada di kota, ditunjang dengan

kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kemampuan ekonomi yang memadai,

menjadikan banyak siswa sekolah ini, terutama kelas 8 dan 9 yang mengikuti

belajar tambahan di beberapa pusat bimbingan belajar. Hal ini tentu saja sangat

membantu pemahaman siswa, terutama untuk materi yang belum mereka kuasai

dengan baik di sekolah.

Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan, dari 6 kelas yang ada

akan diambil dua kelas sebagai sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas

eksprimen (treatment group) dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol (control

group). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk teknik

kelompok atau rumpun. Ini dikarenakan populasi yang tersedia berupa unit atau

rumpun, dan tidak mungkin bila dilakukan teknik acak atau random (Setyosari,

2012: 191). Untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelas eksprimen

dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian, ditentukan secara random, yaitu suatu

pemilihan dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih

(Weirma dalam Sevilla at al, 2006:163). Teknik yang digunakan untuk

menentukannya yaitu dengan teknik diundi.Dari hasil pengundian, diperoleh kelas

IX F sebagai kelas eksperimen dan kelas IX D sebagai kelas kontrol. Jumlah

siswa di kedua kelas tidak sama, kelas IX F terdiri dari 42 orang siswa dan IX D

terdiri dari 40 orang siswa.

C.Metode

Sesuai dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini, maka metode

dalam penelitian ini termasuk kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Hal ini

dikarenakan peneliti tidak memilih secara acak subyek kelas penelitian,

melainkanmenerima subyek kelassecara utuh sesuai dengan kebijakan sekolah.

Menurut Stanley dan Campbell (Setyosari, 2012: 176) penelitian yang subyek

(29)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode seperti ini sangat lazim digunakan dalam penelitian pendidikan, karena

sangat tidak mungkin untuk menempatkan subyek secara acak.

D.Definisi Operasional

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis

matematis dan kemandirian belajar siswa, sedangkan variabel bebasnya adalah

pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatanopen ended. Adapun definisi

opersional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peningkatan adalah suatu kondisi yang menggambarkan perubahan ke arah

yang lebih baik. Pada penelitian ini, peningkatan terjadi jika perolehan skor

posttest lebih tinggi daripada skor pretest.

2. Kemampuan berpikir logis matematis adalah kemampuan menggunakan

aturan, sifat-sifat atau logika matematika (berpikir induktif atau deduktif)

sebagai alasan, dalam memecahkan masalah matematika atau menarik

kesimpulan. Adapun, indikator dari kemampuan berpikir logis pada penelitian

ini meliputi:

a) Kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan proporsi yang sesuai

(penalaran proporsional).

b) Kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan data yang yang diberikan

(penalaran logis).

c) Kemampuan menarik kesimpulan secara umum dari contoh yang yang

diberikan (generalisasi).

d) Kemampuan menetapkan kombinasi beberapa variabel (penalaran

kombinasi).

3. Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang

dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh

motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki. Indikator dari

kemandirian belajar siswa menurut meliputi:

(30)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Mempunyai inisiatif yang tinggi.

c) Mempunyai rasa percaya diri yangtinggi.

d) Mempunyai motivasi yang tinggi.

e) Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.

f) Mampu mengontrol dan mengevaluasi diri

4. Pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah suatu model pembelajaran

berkelompok yang lebih menekankan pada pengajaran individual. Siswa secara

individual berusaha menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuannya.

Selanjutnya ide atau hasil pekerjaannya diperiksa dan dibahas bersama dengan

teman sekelompoknya. Bila menghadapi kesulitan, siswa didorong untuk

meminta bantuan dari teman satu kelompoknya sebelum bertanya langsung

pada guru.

5. Masalah open ended adalah masalah/soal matematika yang memiliki ragam

penyelesaian atau ragam strategi penyelesaian.

6. Pembelajaran langsung (direct instruction) adalah sebuah model pembelajaran

yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru berperan dominan dalam

mentransfer pengetahuan dan keterampilan pada siswa. Pada pelaksanaannya

guru tidak selalu berceramah namun bisa dipadukan dengan metode lain dan

dengan penggunaan media pembelajaran yang memadai.

7. Kemampuan awal matematika (KAM) adalah kemampuan matematis yang

dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Data mengenai KAM diperoleh

dari nilai rata-rata ulangan harian yang sudah diperoleh siswa.

E.Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan dua macam

instrumen, yaitu instrumen tes berupa soal tes untuk mengukur kemampuan

berpikir logis matematis, dan instrumen non tes berupa angket yang digunakan

untuk mengetahui kemandirian belajar siswa.

Selain kedua instrumen diatas, penulis juga memberikan angket untuk

(31)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan open ended. Angket ini hanya diberikan pada siswa kelas eksperimen.

Berikut penjelasan dari masing-masing instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini.

1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis

Tes kemampuan berpikir logis matematis disusun dalam bentuk uraian

sebanyak 6 buah soal. Untuk soal no 3, 4, dan 6 masing masing terdiri dari 2

bagian yaitu bagian a dan b. Dengan demikian, seluruh soal ada 9 buah butir soal.

Alasan dipilihnya soal berbentuk uraian agar terlihat jelas proses berpikir siswa

yang bisa dilihat dari alasan serta pola jawaban yang mereka berikan. Selain itu,

karena berpikir logis matematis merupakan salah satu kemampuan matematika

tingkat tinggi maka jenis tes yang paling sesuai adalah tes berbentuk uraian

(Fraenkel dan Wallen dalam Suryadi, 2005:77).

Tes ini dibuat untuk mengukur kemampuan berpikir logis matematis siswa

kelas IX dengan materi bangun ruang sisi lengkung.Adapuntahapan penyusunan

soal tes kemampuan berpikir logis matematis sebagai berikut:

a) Menyusun kisi-kisi soal.

b) Menyusun soal dengan alternatif jawaban dari masing-masing soal disertai

dengan rubrik pedoman pemberian skor atas jawaban siswa.

c) Menguji validitas muka dan isi pada ahli.

d) Mengujicobakan soal pada siswa yang telah mempelajari materi yang sama.

e) Menganalisis hasil uji coba soal, untuk menilai layak tidaknya soal dijadikan

instrumen penelitian.

Hal penting dalam proses memperoleh data pada penelitian ini adalah

penilaian hasil tes siswa. Karena tes berbentuk uraian, maka diperlukan pedoman

penskoran atau rubrik penskoran. Pedoman penskoran ini diperlukan, agar

penilaian bisa diberikan secara adil untuk semua siswa. Pada penelitian ini,

(32)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Carolina Departement Public Instruction (Prabawa dalam Rahmatudin, 2013: 33)

yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis

No Respon Siswa Terhadap Soal Skor

1. Tidak ada jawaban 0

2. Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaa atau tidak ada yang

benar. 1

3. Hanya sebagaian aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar. 2 4. Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 3 5. Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengap, jelas dan benar 4

Skor Maksimum 4

Kisi-kisi soal lengkap dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang

lebih rinci untuk masing-masing butir soal, dapat dilihat pada lampiran 1

halaman204.

2. Angket Kemandirian Belajar Siswa

Pada penelitian ini, untuk mengukur kemandirian belajar siswa penulis

menggunakan angket. Angket yang dibuat menggunakan skala Likert 4. Disebut

skala Likert 4karena terdiri dari empat pilihan jawaban (Sevilla at al., 2006:

189).Angket ini terdiri dari 30 pernyataan, dengan empat pilihan jawaban yaitu

Sering Sekali (SS), Sering (S), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Komposisi

pernyataan, terdiri dari 17 pernyataan positif dan 13 buah pernyataan negatif. Skor

untuk pernyataan positif SS = 4, S = 3, J = 2 dan TP = 1. Sementara itu skor untuk

pernyataan negatif SS = 1, S = 2, J = 3 dan TP = 4.

Angket ini diberikan pada kedua kelas.Adapun langkah-langkah

(33)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Merumuskan aspek yang akan diukur.

b) Menyatakan definisi operasional dalam bentuk indikator.

c) Menyusun butir-butir pernyataan atau kegiatan positif atau negatif berdasarkan

indikator tersebut dengan merujuk pedoman penyusunan pernyataan.

d) Menyusun.kembali butir-butir pernyataandalam bentuk skala.

e) Etimasi validitasi isi skala melalui kesesuaian butir-butir skala dengan kisi-kisi.

f) Mengujicobakan skala kepada subyek yang relevan, untuk mengukur

keterbacaan dari pernyataan.

g) Menganalisa hasil uji coba, untuk menentukan butir pernyataan yang layak

untuk dijadikan instrumen penelitian.

Uraian lebih rinci tentang kisi-kisi lengkap dengan pedoman pemberian

skor mengenai angket kemandirian belajar siswa, bisa dilihat pada lampiran 1

halaman 220.

Selain kedua instrumen yang telah dijelaskan di atas, penulis juga

memberikan angket lain. Angket ini dibuat untuk menggali sikap siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended. Angket yang

dibuat,berupa sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Ada dua jenis

pertanyaan dalam angket ini. Jenis yang pertama, berupa pertanyaan tertutup

dengan pilihan jawaban ya atau tidak, sedangkan jenis pertanyaan kedua

berupapertanyaan terbuka berbentuk uraian. Disebut pertanyaan tertutup karena

siswa memilih respon(jawaban) yang sudah disediakan, dan disebut terbuka

karena siswa menjawab sesuai dengan yang mereka inginkan (McMillan dan

Schumacher, 2001: 361). Sesuai dengan tujuannya, angket ini hanya diberikan

pada siswa kelas eksperimen. Bentuk angket untuk mengetahui sikap siswa

terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended,

bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 226.

3. Observasi

Observasi ditujukan kepada kelas yangsiswanya belajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open

(34)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran berlangsung. Menurut Ruseffendi(2010:133), pada hal-hal tertentu

observasi lebih baik dari cara lapor diri (skala sikap) karena observasi melihat

aktivitas dalam keadaan wajar.

Instrumen observasi yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar

observasi, yangharus diisi oleh pengamat atau observer. Observasi dilakukan

sebanyak 4 kali dari 8 kali pertemuan. Cara ini menurut Ruseffendi (2010:125),

disebut cara penjegalan. Hal ini dilakukan karena penulis tidak mau terlalu

mengganggu aktivitas pengamat yang juga sebagai guru. Hasil observasi yang

diperoleh, akan melengkapi data hasil angket dan wawancara siswa yang

berkaitan dengan kemandirian belajar dan sikap siswa terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended. Format

mengenai lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada

lampiran 1 halaman 228.

4. Wawancara

Wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bila dengan cara

angket atau observasi belum terungkap dengan jelas atau ada hal penting lain yang

ingin diketahui (Ruseffendi, 2010: 123). Ada dua tujuan dari wawancara yang

dilakukan pada penelitian ini. Pertama, untuk mengetahui sinkron tidaknya

jawaban siswa dengan jawaban angket yang mereka diberikan. Kedua, untuk

menggali lebih dalam pendapat siswa mengenai model pembelajaran kooperatif

tipe TAI dengan pendekatan open ended.Wawancara dilakukan hanya pada siswa

kelas eksprimen. Daftar pertanyaan atau pedoman wawancara yang digunakan

pada penelitian ini, dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 229.

F. Proses PengembanganInstrumen

1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis

Sebelum instrumen yang berupa soal tes dipergunakan dalam penelitian,

soal tes diujicobakan terlebih dahulu pada siswa lain yang telah menerima materi

yang diujikan. Tujuan dari ujicoba intrumen adalah “agar instrumen itu baik,

(35)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsisten, dan luput dari kesalahan-kesalahan”(Ruseffendi, 2010: 177). Artinya

instrumen harus dianalisis apakah sudah memenuhi standar soal yang baik atau

belum, sehingga keampuhan untuk mengungkap apa yang kita inginkan

keabsahanya tidak diragukan lagi. Langkah ini penting untuk dilakukan.

Menganalisis instrumen berarti kita akan melihat validita, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran dari intrumen yang kita buat.Proses penghitungan

dalam menganalisis hasil ujicoba instrumen dalam penelitian ini, dibantu dengan

program Microsoft Excel. Berikut penjelasan dari proses dan hasil uji coba

intrumen berupa tes kemampuan berpikir logis matematis yang sudah dilakukan.

a. Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang

hendak diukur (Setyosari, 2012). Artinya instrumen itu dapat mengungkap data

dari variabel yang dikaji secara tepat.Crocker dan Algina (Ahiri dan Hafid, 2011:

249) membedakan tiga jenis validitas, yaitu 1) validitas isi, yang mengkaji

kepadanan sampel yang terdapat dalam suatu instrumen, 2) validitas konstruk,

yang mengkaji sifat-sifat psikologis yang menjelaskan keragaman skor yang yang

dicapai siswa dalam merespon suatu instrumen tertentu, 3) validitan kaitan

kriteria, yaitu membandingkan skor responden dengan satu atau lebih variabel

eksternal. Adapun tahapan validitas instrumen pada penelitian ini, dilakukan

dengan 2 tahap. Tahap pertama validitas teoritis dan tahap kedua validita empiris.

1) Validitas Teoritis

Validitas teoritis merupakan tahap awal untuk untuk mengkaji validitas isi

dan validitas konstruk dari instrumen, yang dilakukan oleh ahli. Artinya,

instrumen yang sudah dibuat dikaji secara teoritis untuk menilai kesesuaian setiap

butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukur.Pada

penelitian ini, selain dinilai oleh pembimbing, penulis juga meminta bantuan 2

orang guru senior sebagai panelis untuk menilai validitas isi dan konstruk dari

instrumen yang sudah dibuat. Tabel 3.2 berikut, merupakan rangkuman dari hasil

penilaian panelis.

(36)

Wiwin Iriani, 2014

Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data Hasil Validasi Panelis

Untuk Soal Kemampuan Berpikir Logis Matematis

No Soal Penilaian Keputusan

1, 2, 3a, 3b, 4a, dan 6a Sesuai Diterima

4b, 5a dan 6b Cukup sesuai Diterima dengan revisi

5b Tidak sesuai Dibuang

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, dapat disimpulkan dari 10 butir soal yang

dibuat, satu butir soal dibuang. Hal ini dikarenakan panelis menyimpulkan butir

soal 5b tidak perlu diberikan karena sudah tercermin dalam pertanyaan no 5a.

Selain itu, menurut pertimbangan mereka waktu yang diberikan diduga tidak akan

cukup bagi siswa untuk menyelesaikan soal sebanyak itu. Mengingat, soal yang

diberikan bukanlah soal rutin yang biasa siswa hadapi sahari-hari. Sehingga soal

yang akan diuji coba lebih lanjut ada 9 butir soal. Uraian rinci tentang hasil

validitas teoritis dapat dilihat pada lampiran 2 halaman234.

Setelah instrumen dinyatakan telah memenuhi validitas isi dan konstruk

oleh panelis,secara terbatas instrumen diujicobakan kepada tiga orang siswa.Uji

coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan kejelasan bahasa.

Dengan kata lain, ingin mengetahui apakah setiap butir soal dapat dipahami

dengan baik oleh siswa atau tidak. Dari hasil uji coba terbatas, diperoleh

gambaran bahwa semua butir soal tes dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

2) Validitas Empiris

Penilaian validitas isi dan konstruk secara empiris dilakukan melalui

ujicoba instrumen kepada responden. Responden yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah siswa yang memiliki karakteristik yang sama dengan siswa yang akan

diteliti nanti. Pada penelitian ini, ujicoba instrumen penelitian dilakukan pada 40

orang siswa kelas IX di sekolah yang sama yang sudah menerima materi yang

diujicobakan.

Validitas empiris dilakukan untuk menilai validitas tiap butir soal tes.

Validitas tiap butirditinjau dengan menggunakan kriteria tertentu. Langkah yang

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas
Tabel  3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi Sumatera Utara Memiliki Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yang salah satu kewenangannya adalah penerbitan izin lingkungan sebagai syarat untuk mendapatkan

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa siswa masih sangat kurang menerapkan kesehatan keselamatan kerja pada aspek lingkungan fisik dapur, penempatan peralatan dan

Penerapan Hasil Belajar Kesehatan Keselamatan Kerja Pada Pelaksanaan Praktikum Jasa Boga Siswa SMKN 3 Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Model PjBL dapat meningkatkan keaktifan peserta didik terbukti dengan nilai afektif kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol.. Nilai psikomotor peserta didik yang

Rambe,Soffi D.F., 2009, Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRP MM),

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Peserta Didik Pada Standar Kompetensi Memelihara Transmisi Di SMK Negeri 8 Bandung..

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Universitas