Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari SyaratuntukMemperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
WIWIN IRIANI 1204650
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh Wiwin Iriani
S.Pd Universitas Pasundan Bandung, 1995
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiPendidikanMatematika
© Wiwin Iriani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BABI PENDAHULUAN A.LatarBelakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9
1. Identifikasi Masalah ... ... ... 9
2. Rumusan masalah ... ... 9
C.TujuanPenelitian ... 10
D.ManfaatPenelitian ... 10
E.Struktur Organisasi ... 11
BABIIKAJIAN PUSTAKA A.Berpikir Logis Matematis ... 13
B.Kemandirian Belajar ... 16
C.Pembelajaran Kooperatif Tipe Team AssistedIndividualization ... 20
D.Pendekatan Open Ended ... 23
E.Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 27
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H.Rumusan Hipotesis... .... . 34
BAB III METODEPENELITIAN A.Desain Penelitian ... 35
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
C.Metode ... 37
D.Definisi Operasional ... 38
E.Instrumen Penelitian ... 39
1. Soal TesKemampuanBerpikir LogisMatematis ... 40
2.Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 41
3. Observasi ... 42
4. Wawancara ... 43
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 43
1. Soal TesKemampuanBerpikir LogisMatematis ... 43
2. Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 53
3. Proses Pengembangan Bahan Ajar ... 55
G.Teknik Pengumpulan Data ... 56
H.Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Analisis dan Hasil Penelitian... 71
1. Kemampuan Berpikir logis… ... 73
2. Kemandirian Belajar Siswa ... 86
3. Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dengan Pendekatan Open Ended ... 95
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 98
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Open Endeddan Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa .. ... 112
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
A. InstrumenPenelitian ... 126
B. AnalisisHasilUjiCoba ... 232
C. Analisis Data HasilPenelitian ... 255
D. Analisis Angket Sikap Siswa Terhadap Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan
Pendekatan Open Ended ... 302
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Strategi Pembelajaran dengan Berbagai Teknik/Metode Pembelajaran.. 28
3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 41
3.2 Data Hasil Validasi Panelis untuk Soal Kemampuan Berpikir Logis Matematis 44
3.3 KlasifikasiKoefisienValiditas ... 46
3.4 DataHasilUjiValiditas TesKemampuanBerpikir
LogisMatematis ... 47
3.5 KlasifikasiKoefisienReliabilitas ... 48
3.6 KlasifikasiKoefisienDayaPembeda ... 49
3.7 Data Hasil Uji DayaPembedaButir SoalTes Kemampuan
Logis Matematis ... 50
3.8KlasifikasiKoefisien TingkatKesukaran ... 51
3.9 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan
Berpikir Logis Matematis ... 52
3.10Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 52
3.11Rekapitulasi Hasil Penilaian Panelis Kesesuaian Aspek yang
Diukur dengan Indikator kemandirian Belajar Siswa ... 53
3.12Rekapitulasi Jawaban Siswa Tentang Kejelasan Pernyataan Angket
Kemandirian Belajar Siswa ... 54
3.13Hasil Revisi Pernyataan Kemandirian Belajar Siswa ... 55
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.16 Kriteria Kecenderungan Sikap Siswa ... 68
4.1Rekapitulasi Uji Korelasi Pemeriksa 1 dan Pemeriksa 2 ... 72
4.2 Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 73
4.3 Data Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis Matematis Bardasarkan
Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 75
4.4Data Hasil Uji Normalisasi Pretest Kemampuan
Berpikir Logis Matematis ... 77
4.5Data Hasil Uji Mann-Whitney dari DataPretestKemampuan
Berpikir Logis Matemati ... 78
4.6Klasifikasi Perolehan Rata-Rata N-Gain Kemampuan
BerpikirLogis Matematis ... 79
4.7Data Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan
BerpikirLogis Matematis ... 80
4.8Data Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Berpikir
Logis Matematis ... 81
4.9Data Hasil Uji Beda Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir
Logis Matematis ... 82
4.10DataHasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Berpikir
Logis Matematis Berdasarkan KAM ... 83
4.11DataHasil Uji Kruskal-Wallis Terhadap N-Gain Kemampuan
Berpikir Logis Matematis Berdasarkan KAM ... 84
4.12DataHasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data N-Gain Kemampuan
Berpikir Logis Matematis Berdasarkan KAM ... 85
4.13DataDeskripsi Kemandirian Belajar Siswa ... 87
4.14Rekapitulasi Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa ... 87
4.15Deskripsi Kecenderungan Sikap Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan Aspek yang Diukur ... 89
4.16 Deskripsi Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.18Rekapitulasi Sikap Siswa untuk Pertanyaan Tertutup tentang
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan
Open Ended ... 96
4.19Rekapitulasi Sikap Siswa untuk Pertanyaan Terbuka tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 97
DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 3.1 Prosedur Penelitian... 58
3.2 Alur Uji Statistik Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... 65
4.1Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kemampuan BerpikirLogis Matematis ... 74
4.2Hasil Pretest dan PosttestKemandirian Belajar Siswa... 88
4.3 Kegiatan Siswa Saat Melakukan Tutor Sebaya ... 104
4.4 Ungkapan Siswa yang Berkaitan dengan Tutor Sebaya ... 104
4.5Kegiatan Siswa Saat Saling Mengoreksi dan Konfirmasi Jawaban Soal Latihan ... 105
4.6Pendapat Siswa yang Berkaitan dengan Rasa Penasaran ... 106
4.7 Kegiatan Siswa Menemukan Jaring-Jaring Tabung (Ada yang Berbentuk Persegipanjang dan Ada yang Berbentuk Jajarangenjang) ... 107
4.8Kegiatan Siswa Menemukan Volume Kerucut (Ada yang Menuangkan Beras dari Kerucut ke Tabung dan Ada yangSebaliknya) ... 107
4.9 Kegiatan Siswa Saat Mempresentasikan Hasil DiskusiKelompok ... 108
4.10Pendapat Siswa Berkaitan dengan Presentasi di Depan Kelas ... 109
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran Hal
1. INSTRUMEN PENELITIAN
1.1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 127
1.2Lembar Kegiatan dan Latihan Siswa . ... 187
1.3Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Logis Matematis,
Kunci Jawaban dan Pedoman Pemberian Skor . ... 204
1.4 Kisi-KisiAngket kemandirian Belajar Siswa dan Pedoman
Pemberian Skor ... 220
1.5Angket Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif
Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 226
1.6Lembar Observasi ... 228
1.7Pedoman Wawancara ... 229
2. ANALISIS HASIL UJI COBA
2.1Hasil Uji Validitas Muka dan Isi Tes Kemampuan
Berpikir Logis Matematis ... 233
2.2Analisis Data Hasil Uji Coba Tes kemampuan berpikir
Logis Matematis ... 239
2.3Hasil Uji Kesesuaian Aspek yang Diukur dengan Indikator
dan Keterbacaan Skala Kemandirian Belajar Siswa ... 247
3. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
3.1 Data Hasil Pretest, Posttest, dan N-Gain Kemampuan Berpikir
Logis Matematis Siswa Kelas Eksperimen . ... 256
3.2 Data Hasil Pretest,Posttest, dan N-Gain Kemampuan Berpikir
Logis Matematis Siswa Kelas Kontrol . ... 259
3.3Pengolahan Data dan Uji Statistik Hasil Tes Kemampuan
Berpikir LogisMatematisSiswa . ... 262
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa . ... 277
3.6Pengolahan Data danHasil Angket Kemandirian Belajar Siswa . ... 293
4. DATA SIKAP SISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED 4.1 Data Sikap Siswa untuk Pertanyaan Tertutup Mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 303
4.2 Data Sikap Siswa untuk Pertanyaan Terbuka Mengenai Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Open Ended ... 305
5. SURAT-SURAT 5.1Surat Pengantar Penelitian ... 330
5.2Surat Izin Melaksanakan Uji Coba Instrumen ... 331
5.3Surat Keterangan Telah Melaksanaka Uji Coba Instrumen ... 332
5.4Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 333
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dengan Pendekatan Open Ended
Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir logis matematis siswa kita masih rendah. Tujuan dari penelitian adalah untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar siswa.Jenis penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas IXsalah satu SMP Negeri di Cianjur.Sampel penelitian dipilih sebanyak 2 kelas. Kelas eksperimen, belajar dengan menggunakanmodel kooperatif tipe team assisted individualization dengan pendekatan open ended, dan kelas kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Instrumen penelitian meliputi tes kemampuan berpikir logis matematis, angketkemandirian belajar dan sikap siswa terhadap model pembelajaran yang didukung dengan observasi serta wawancara. Pengolahan data menggunakan uji Mann-Whitney, uji t, uji Kruskal-Wallis dan uji proporsi. Hasil analisis menunjukkan: (1) peningkatan kemampuan berpikir logis matematis secara signifikan terjadi pada siswa kelompok tinggiyang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualizationdengan pendekatan open ended;(2) peningkatan kemandirian belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open endedlebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung; (3) siswa menunjukkan sikap positif terhadap model pembelajaran kooparatif tipe team assisted individualizationdengan pendekantan open ended. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization dengan pendekatan open endeddapat dijadikan model alternatif untukmeningkatkan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar siswa kelompok tinggi.
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah merupakan bagian dari
proses pendidikan. Tujuan pembelajaran yang dilakukan di kelas tidak terlepas
dari tujuan pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa, tujuan dari Pendidikan
Nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Artinya ketika melaksanakan proses pembelajaran, tujuan
utamanya adalah mengoptimalkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
handal dan tangguh serta siap meneruskan kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara yang beradab dan bermartabat, dengan tidak mengesampingkan nilai
budaya, etika dan moral.
Pemerintah telah mengeluarkanPeraturan Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, yang diikuti oleh Peraturan Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Dari peraturan pemerintah tersebut, lahirlah
kurikulum sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum yang berlaku mulai tahun ajaran 2013/2014 dikenal dengan nama
kurikulum 2013.
Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berpedoman pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),sebagai kurikulum operasional.
Penyusunan dan pengembangan KTSP itu sendiri, menurut Peraturan Pemerintah
No 32 tahun 2013 pasal 77M mengacu pada Standar Nasional Pendidikan,
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurikulum.Menurut kurikulum ini, salah satu mata pelajaran yang harus diberikan
pada jenjangpendidikan dasar dan menengah adalah matematika.
Pembelajaran matematika di sekolah,memiliki tujuan tertentu. Beberapa
pendapat yang sejalan tentang tujuan dari pembelajaran matematika diantaranya
Cockroft (1982: 2), yang berpendapat bahwamatematika diajarkan dalam rangka
mengembangkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kepekaan spasial.
Cornelius (1982: 38-39) juga mengungkapkan hal yang hampir sama, bahwa
tujuan pembelajaran matematika di sekolah menengah diantaranya untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, komunikasi dan penalaran logis.
Selanjutnya Hardini dan Puspitasari (2012: 159) menjelaskan bahwa, matematika
memiliki nilai strategis untuk membekali siswa dalam menumbuhkembangkan
cara berpikir logis, bersikap kritis, bertindak rasional dan kreatif, serta
kemampuan bekerja sama. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No.
64 Tahun 2013, lebih tegas menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang
diharapkan dapat dimiliki siswa SMP dalam belajar matematika adalah mampu
menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, bertanggung
jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Jika
kita cermati dari pendapat tentang tujuan pembelajaran matematika di atas,
berpikir logis merupakan salah satu dari kemampuan esensial yang harus dimiliki
dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika.
Kemampuan berpikir logis atau berpikir runut penting untuk dimiliki oleh
siswa. Hal ini dikarenakan dengan kemampuan berpikir logis siswa dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi.
Selain itu, dengan berpikir logis siswa dilatih untuk berpikir ilmiah agar dapat
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan semakin
kompetitif. Kemampuan berpikir logis memberikan siswa kemampuan untuk
memahami apa yang mereka baca atau pelajari. Berpikir logis mendorong siswa
untuk berpikir, mengajukan hipotesis, mengembangkan hipotesis alternatif, dan
menguji hipotesis mereka berdasarkan fakta-fakta yang diketahui, hingga menarik
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TOLT (Test of Logical Thinking) yang disusun oleh Tobin, K.G dan Capie, W.
(Trifone,1987: 411), di mana pada setiap jawaban yang dikemukakan ada alasan
yang menyertainya.
Alasan lain yang menjadikan kemampuan berpikir logis penting untuk
dimiliki siswa dalam belajar matematika adalah pernyataan Grow (2013) yang
menyatakan bahwa berpikir logis dalam matematika sangat erat kaitannya dengan
pemecahan masalah. Sementara Shadiq (2008: 2), menyatakan bahwa puncak
keberhasilan pembelajaran matematika adalah ketika siswa mampu memecahkan
masalah yang mereka hadapi. Hal ini cukup beralasan, karena pada proses
pemecahan masalah para siswa harus menggunakan pengetahuan matematika
yang telah mereka miliki, kemampuan bernalar dan berkomunikasi, serta memiliki
sikap yang baik terhadap matematika. Artinya dengan berpikir logis, diharapkan
siswa dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan
baik. Baik masalah dalam pelajaran matematika, lebih jauh pada masalah dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan berpikir logis yang
baik, seorang siswa terhindar dari jawaban cepat seperti "Saya tidak bisa," atau
"ini terlalu sulit,”(Albrecht, 2010). Karena dengan berpikir logis siswa dituntut untuk berpikir langkah demi langkah. Selain itu, dengan berpikir logis siswa
dituntut untuk mengemukakan alasan dari jawaban yang mereka berikan.
Tujuan pembelajaran bukan hanya penguasaan terhadap kemampuan dasar
tertentu, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar,
penelitian, penemuan serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri
(Nasution, 2010: 4). Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam setiap proses
pembelajaran, di dalamnya harus termuat kegiatan-kegiatan yang dapat
menumbuhkan sikap positif yang diharapkan dapat menunjang prestasi siswa.
Sikap-sikap yang positif tersebut kelak akan menjadi bekal yang berguna bagi
siswa dalam mengarungi kehidupannya. Begitu pun dalam pembelajaran
matematika, disamping bertujuan untuk mengembangkan kemampuan matematis,
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematika. Salah satu sikap positif yang diharapkan dapat dimiliki siswa dengan
belajar matematika adalah kemandirian belajar.
Menurut Sumarmo (2006: 6) kemandirian belajar perlu dikembangkan
pada siswa yang belajar matematika, karena ada keterkaitan antara tujuan dengan
hakekat pembelajaran matematika. Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa
karakteristik utama dari kemandirian belajar, yaitu: (1) menganalisis kebutuhan
belajar matematika, merumuskan tujuan dan merancang program belajar; (2)
memilih dan menerapkan strategi belajar; (3) memantau dan mengevaluasi diri
apakah staregi yang telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil proses dan
produk), serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik.
Hasil beberapa penelitian membuktikan bahwa kemandirian belajar sangat
berpengaruh pada prestasi siswa. Penelitian Yang (Hargis, 2000) melaporkan
bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi (1) cenderungbelajar
lebih baikdi bawah kendalinya sendiri daripada dalam pengawasan program; (2)
dapat memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; (3)
menghemat waktu dalam menyelesaikantugasnya, dan (4) mengatur waktu dan
belajar secara efisien. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
Hargis (2000) yang menyimpulkan bahwa semakin mandiri seorang siswa dalam
mengatur pembelajarannya, semakin tinggi peluang mereka untuk sukses.
Literatur sebelumnya juga mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan
hubungan yang positif antara individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur
pembelajaran mereka sendiri dengan penguasaan pengetahuan atau prestasi.
Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Shen, Lee dan Tsai (2007: 155),
yang menyimpulkan bahwa PBL (Problem Based learning) dan SRL (Self
Regulatedlearning) yang dilakukan secara bersamaan mampu meningkatkan
keterampilan komputasi siswa SMK.
Uraian di atas menjelaskan bagaimana pentingnya memiliki kemampuan
berpikir logis dan kemandirian belajar bagi siswa. Kenyataan yang ada belumlah
menggambarkan hal yang diinginkan. Kemampuan berpikir logis siswa belum
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian yang telah dilakukan. Salah satu temuan hasil penelitian Suryadi (2005:
149) terhadap siswa SMP kelas II di kota dan kabupaten Bandung menyatakan
bahwa terdapat kemampuan matematik yang menjadi sumber kesulitan bagi
sebagian siswa yaitu pengajuan argumentasi serta penemuan pola dan pengajuan
bentuk umumnya. Begitu pun hasil penelitian Syaiful (2011: 289) terhadap siswa
SMP kelas VII kota Bekasi, salah satu hasilnya adalah siswa mengalami kesulitan
dalam berpikir logis terutama pada kemampuan berpikir induktif (aspek
generalisasi, dan aspek analogi) dan kemampuan berpikir deduktif (aspek
silogisma, aspek kondisional).Lebih jauh lagi, hasil laporan survey PISA dan
TIMMS oleh Puspendik (Wardani dan Rumiati 2011: 53) yang menyatakan
bahwa siswa kita masih lemah dalam menyelesaikan soal yang menuntut
kemampuan penalaran, pemecahan masalah dan berargumen. Inilah kenyataan
yang menjadi tantangan untuk segera diatasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah yang menuntut kemampuan berpikir dan pengajuan argumentasi. Salah
satunya, siswa belum terbiasa menghadapi soal yang menuntut kemampuan
tersebut. Setidaknya ini bisa kita lihat dari contoh instrumen penilaian yang
terdapat pada model pengembangan silabus yang diterbitkan oleh BNSP tahun
2007. Wardani dan Rumiati (2011: 2) menyatakan bahwa instrumen penilaian
hasil belajar yang terdapat pada model silabus tersebut, substansinya kurang
dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan kurang
memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan proses berpikir dan berargumentasi.
Sementara itu hampir sebagian besar guru kita, mencontoh silabus tersebut.
Akibatnya instrumen penilaian yang dikembangkan guru pun tidak akan jauh dari
contoh yang disajikan.
Sulitnya siswa dalam memecahkan masalah yang menuntut kemampuan
berpikir dan pengajuan argumentasi, adalah suatu hal yang wajar pula jika dilihat
dari aktivitas pembelajaran di kelas pada umumnya. Wardani dan Rumiati (2011:
57), dalam laporan hasil analisanya terhadap prestasi siswa kita di TIMSS dan
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpikir”. Siswa masih cenderung “menerima” informasi kemudian melupakannya, akibatnya pelajaran matematika belum mampu membuat siswa
cerdik, cerdas dan cekatan. Artinya pada proses pembelajaran matematika di
kelas, peran guru masih dominan. Akibatnya, kemampuan berpikir siswa kurang
berkembang dengan optimal.
Hasil analisa tersebut, tentu saja harus segera ditindaklanjuti. Salah
satunya dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Bagian penting dari upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
mengembangkan model-model pembelajaran yang mampu menjadikan
matematika menjadi kenyataan dari yang diharapkan. Perubahan dan
pembaharuan kurikulum yang berlaku di sekolah, merupakan upaya pemerintah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal mendasar dari perubahan
kurikulum sekarang adalah bergesernya paradigma dari bagaimana guru mengajar
menjadi bagaimana siswa belajar (Herman, 2007: 48). Kurikulum 2013 secara
eksplisit mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran harus mampu
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian,
kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup
siswa guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat
bangsa. Prinsip pembelajaran pun berubah, dari bagaimanana siswa diberi tahu
menjadi bagaimana siswa menjadi tahu, dari pembelajaran yang menekankan
jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi
dimensi. Artinya proses pembelajaran yang terjadi haruslah berpusat kepada
siswa, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Pemerintah telah memberikan rambu-rambu bagaimana seharusnya proses
pembelajaran dilaksanakan. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia
No. 65 Tahun 2013 menyatakan bahwa proses pembelajaran sebaiknya
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran, hendaknya melibatkan peran aktif siswa dengan memperhatikan
perbedaan individual agar potensi mereka dapat berkembang secara optimal. Perlu
pemikiran dan perencanaan pembelajaran yang baik untuk dapat melaksanakan
proses pembelajaran yang demikian. Hal ini berkaitan erat dengan pemilihan
model pembelajaran yang akan dilakukan.
Model dan strategi yang dipilih untuk melaksanakan pembelajaran,
sebaiknya yang dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri dan untuk mampu belajar mandiri. Hal ini sejalan dengan munculnya teori
pembelajaran konstruktivisme dan semakin dibutuhkannya kemampuan
memecahkan masalah dan berivestigasi. Guru harus dapat memilih dan
menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran.Banyak model dan
strategi mengajar yang dapat dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran.
Menurut Rusman (2012: 133-134) ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam memilih model pembelajaran yaitu: (1) tujuan yang ingin dicapai; (2)
bahan atau materi yang akan disampaikan; (3) siswa; (4) pertimbangan lainnya
yang bersifat non teknis. Dengan memperhatikan pertimbangkan tersebut,
diharapkan pilihan model pembelajaran yang diambil sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan aliran kostruktivisme
adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (Rusman, 2012: 201)
pembelajaran kooperatif menggalakan siswa secara aktif dan positif dalam
kelompok. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat melatih siswa untuk
mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau
temuan-temuan dalam bentuk tulisan (Suherman et al, 2003: 259). Artinya,dalam
model ini siswa dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya, bersama anggota
kelompoknya atau kelompok lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdulhak
(Rusman, 2012:203) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan melalui proses saling berbagi antar siswa, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara siswa itu sendiri. Tujuan dari model
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tiga tujuan penting, yaitu: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap
keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Banyak tipe pembelajaran kooperatif yang telah dan sedang
dikembangkan. Salah satunya adalah tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Dasar pemikiran pembelajaran tipe TAI, menurut Slavin (2005: 187) adalah
untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan
dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Selain itu masih
menurut Slavin (2005: 190), tipe TAI dirancang salah satunya untuk
meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan latihan soal dan pengelolaan
rutin. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada tipe ini, anggota kelompok haruslah
terdiri dari siswa yang kemampuannya heterogen. Di samping itu, setiap
kelompok harus memiliki leader yang merupakan siswa dengan kemampuan yang
menonjol dibandingkan dengan anggota lainnya. Sehingga proses pembelajaran
dalam kelompok lebih efektif, karena di dalamnya akan terjadi proses saling
bertukar pikiran, beradu argumen dan menghargai perbedaan individual demi
mencapai prestasi optimal. Selain itu tugas guru lebih ringan, karena hanya akan
membahas masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompok atau masalah
yang secara umum dirasakan sulit oleh siswa.
Model pembelajaran lain yang dianggap berpusat pada siswa adalah model
pembelajaran dengan pendekatanopen ended. Dalam model ini, pembelajaran
dimulai dengan masalah open ended yang harus diselesaikan. Dengan masalah
open ended menurut Suherman at al (2003: 124), menjanjikan suatu kesempatan
kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini
sesuai dengan kemampuannya dalam mengelaborasi parmasalahan. Artinya,
secara konseptual masalah open ended dalam pembelajaran metematika adalah,
masalah atau soal yang dirumuskan sedemikian hingga memiliki beberapa solusi
yang benar atau terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu. Model ini sesuai
dengan salah satu prinsip pembelajaran yang tertuang dalam standar proses
kurikulum 2013, yaitu dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diberikan masalah open ended, diharapkan siswa mampu mengkomunikasikan
pendapat dan berargumentasi sesuai dengan kemampuannya. Sementara itu, bagi
siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah,Scaffolding dapat
diberikan oleh teman atau guru sesuai dengan kebutuhan..
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatanopen ended
merupakan salah satu upaya untuk mengubah pandangan proses pembelajaran dari
guru mengajar ke siswa belajar. Pada prosesnya siswa yang kemampuannya
heterogen, dituntut untuk bekerja secara kooperatif dalam menyelesaikan masalah
open ended sesuai dengan kemampuan. Hasil penelitian Carlan, Rubin, dan
Morgan (2005: 8) dalam salah satu kesimpulannya menyatakan“Students became
more actively engaged in mathematical problem solving through cooperative
learning. Reluctant learners, who previously did not do their work, began to
participate in the problem solving process”. Pembelajaran kooperatif dengan pendekatanopen ended, diharapkan mampu mencapai kompetensi matematis
tingkat tinggi siswa yang optimal, terutama dalam mengemukakan alasan logis
dalam berargumentasi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis, kemandirian belajar, model
pembelajaran kooperatif tipeTeam AssistedIndividualization(TAI) dan
pendekatanopen ended. Atas dasar itu pulalah penulis memberikan judul
penelitian ini dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis
dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
AssistedIndividualization dengan Pendekatan Open Ended”.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
a. Mencari usaha yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Mencari usaha yang tepat untuk meningkatakan kemandirian belajar siswa.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
a) Apakah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswayang belajar
dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TAIdengan
pendekatanopenended, lebih baik dibandingkan dengansiswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran langsung?
b) Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa
berdasarkan kemampuan awal matematikanya, antara siswa yang belajar
dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TAIdengan
pendekatanopenended, dansiswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran langsung?
c) Apakah peningkatan kemandirian belajar siswa yang belajar
denganmenggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TAIdengan
pendekatanopen ended lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran langsung?
d) Bagaimana sikap siswa terhadapmodel pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan pendekatanopen ended ?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang
belajar denganmenggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan
pendekatan openended,dan yang belajar dengan model pembelajaran langsung.
2. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa
berdasarkan kemampuan awal matematikanya, baik pada siswa yang belajar
denganmodel pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Menganalisis peningkatan kemandirian belajar siswa yang belajar dengan
modelpembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended, dan
yang belajar denganmodel pembelajaran langsung.
4. Memperoleh gambaran mengenai sikap siswa terhadapmodel pembelajaran
kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended.
D.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Di
samping itu secara khusus penelitian inidiharapkan dapat memberikan masukan
diantaranya:
1. Bagi siswa
Melalui hasil penelitian ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan berpikir logis matematis dan mampu meningkatkan kemandirian
belajarnya.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan pendekatan open ended, sebagai salah satu model alternatif yang dapat
diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis dan
kemandirian belajar siswa.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan dan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan openended
di kelas lain.
E. Struktur Organisasi
Untuk mempermudahmembuat laporanhasil penelitian yang sudah
dilaksanakan, penulis menyusun tesis ini menjadi lima bab dengan struktur
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab I, Pendahuluan. Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan tentang apa
yang menjadi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, serta
tujuan dan manfaat dari penelitian yang telah dilaksanakan.
Bab II, Kajian Pustaka. Kajian pustaka berisi tentang kajian teori yang
berkaitan dengan variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti. Selain itu,
diuraikan pula hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian
yang dilakukan penulis, kerangkan berpikir dan diakhiri dengan hipotesis
penelitian.
Bab III, Metodologi Penelitian. Pada bab ini, dijelaskan tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan. Hal ini
meliputi: desain penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian,
definisi operasional dari variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian yang
digunakan, proses pengembangan instrumen dan bahan ajar penelitian, teknik
pengumpulan data serta langkah–langkah yang dilakukan untuk menganalisis data
yang diperoleh.
Bab IV, Analisis dan Pembahasan. Proses dan hasil analisis data secara statistik diuraikan pada bab ini, dilanjutkan dengan pembahasan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan. Proses dan hasil analisis statistik yang diuraikan
pada bab ini, bermuara pada penerimaan atau penolakan dari hipotesis penelitian
yang telah dirumuskan. Selanjutnya pada bagian pembahasan, diuraikan hasil
analisis penulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama penelitian
dilapangan berlangsung. Pada bagian ini dibahas pula mengenai hal-hal yang
diduga mempengaruhi penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian. Bagian
akhir bab ini, membahas temuan yang dianggap penulis menarik, yang terjadi
selama penelitian berlangsung.
Bab V, Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari
penelitian yang sudah dilaksanakan, berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.
Selanjutnya, penulis pun menyampaikan saran yang berkaitan dengan hasil
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen.
Menurut Russeffendi (2010: 52), desain ini tidak berbeda dengan desain
kelompok pretest-posttest. Alasan penulis memilih desain ini karena: pertama,
sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu ingin mengetahui bagaimana
peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar siswa
antara yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan pendekatan open ended, dan yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran langsung. Artinya yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajarnya.
Kedua, subyek penelitian atau siswa tidak dikelompokkan secara acak. Artinya,
penulis menerima apa adanya kelas yang akan dijadikan sampel pada penelitian
ini.Adapun diagram desain eksperimennya, menurut Ruseffendi (2010: 53)
adalah sebagai berikut:
OX O
OO
Keterangan:
O : Pretest= posttest
X : Pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatanopen ended
--- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Desain ini, menggambarkan bahwa kedua kelas diberikan pretest,
perlakuan dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan pada kedua kelas ini
sama, dengan alasan materi bangun ruang sisi lengkung yang akan disampaikan
pada penelitian ini bukan materi yang benar-benar baru dikenal oleh siswa.
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlakukan berupa pembelajaran dengan model kooperatif tipe TAI dengan
pendekatan open ended, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa
model pembelajaran langsung.
Ada syarat yang harus dipenuhi dengan memilih desain ini, yaitu kedua
kelas atau kelompok harus seserupa mungkin (Ruseffendi, 2010:53). Dengan kata
lain kedua kelas harus homogen atau setara kemampuan awalnya. Sebenarnya
penulis sudah yakin bahwa kemampuan kedua kelas yang akan dijadikan subyek
penelitian relatif sama. Hal ini didasarkan pada pengalaman penulis ketika
mengajar mereka di kelas VII dan juga hasil penilaian guru yang mengajar mereka
saat ini. Namun untuk membuktikannya, hasil pretest kedua kelas akan diuji
kehomogenannya dengan uji statistik.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX salah satu SMP
Negeri di kota Cianjur Provinsi Jawa Barat,dan siswa SMP lain yang memiliki
karakteristik yang sama. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Ajaran
2013/2014. Pemilihan siswa SMP sebagai subyek penelitian didasarkan pada
pertimbangan bahwa,siswa SMP kelas IX dianggap sudah dapat berinteraksi
dengan lingkungan kelas. Sehingga lebih memungkinkan terjadinya interaksi
sosial yang baik seperti yang diharapkan terjadi pada kegiatan pembelajaran
kooperatif. Alasan pemilihan sekolah yang dipilih sebagai subyek penelitian,
karena sekolah ini merupakan tempat penulis mengabdi sebagai tenaga pendidik
saat ini. Dengan demikian, kendala di luar penelitian yang mungkin dapat
menghambat jalannya penelitian bisa dihindari.
Siswa kelas IX SMP Negeri ini terdiri dari 6 kelas dengan kemampuan
yang merata disetiap kelas. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan jumlah NEM
SD ketika mereka masuk berkisar antara 27,64 sampai dengan 28,30.Dengan
lokasi yang sangat strategis, ditunjang dengan prestasi siswanya selama ini,
menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah pavorit di kota Cianjur. Ini
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah di sekolah ini. Setiap tahun, rata-rata hanya 3 1
nya saja yang diterima dari
seluruh pendaftar. Lokasi sekolah yang berada di kota, ditunjang dengan
kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kemampuan ekonomi yang memadai,
menjadikan banyak siswa sekolah ini, terutama kelas 8 dan 9 yang mengikuti
belajar tambahan di beberapa pusat bimbingan belajar. Hal ini tentu saja sangat
membantu pemahaman siswa, terutama untuk materi yang belum mereka kuasai
dengan baik di sekolah.
Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan, dari 6 kelas yang ada
akan diambil dua kelas sebagai sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas
eksprimen (treatment group) dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol (control
group). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk teknik
kelompok atau rumpun. Ini dikarenakan populasi yang tersedia berupa unit atau
rumpun, dan tidak mungkin bila dilakukan teknik acak atau random (Setyosari,
2012: 191). Untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelas eksprimen
dan kelas kontrol sebagai sampel penelitian, ditentukan secara random, yaitu suatu
pemilihan dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih
(Weirma dalam Sevilla at al, 2006:163). Teknik yang digunakan untuk
menentukannya yaitu dengan teknik diundi.Dari hasil pengundian, diperoleh kelas
IX F sebagai kelas eksperimen dan kelas IX D sebagai kelas kontrol. Jumlah
siswa di kedua kelas tidak sama, kelas IX F terdiri dari 42 orang siswa dan IX D
terdiri dari 40 orang siswa.
C.Metode
Sesuai dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini, maka metode
dalam penelitian ini termasuk kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Hal ini
dikarenakan peneliti tidak memilih secara acak subyek kelas penelitian,
melainkanmenerima subyek kelassecara utuh sesuai dengan kebijakan sekolah.
Menurut Stanley dan Campbell (Setyosari, 2012: 176) penelitian yang subyek
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode seperti ini sangat lazim digunakan dalam penelitian pendidikan, karena
sangat tidak mungkin untuk menempatkan subyek secara acak.
D.Definisi Operasional
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis
matematis dan kemandirian belajar siswa, sedangkan variabel bebasnya adalah
pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatanopen ended. Adapun definisi
opersional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan adalah suatu kondisi yang menggambarkan perubahan ke arah
yang lebih baik. Pada penelitian ini, peningkatan terjadi jika perolehan skor
posttest lebih tinggi daripada skor pretest.
2. Kemampuan berpikir logis matematis adalah kemampuan menggunakan
aturan, sifat-sifat atau logika matematika (berpikir induktif atau deduktif)
sebagai alasan, dalam memecahkan masalah matematika atau menarik
kesimpulan. Adapun, indikator dari kemampuan berpikir logis pada penelitian
ini meliputi:
a) Kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan proporsi yang sesuai
(penalaran proporsional).
b) Kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan data yang yang diberikan
(penalaran logis).
c) Kemampuan menarik kesimpulan secara umum dari contoh yang yang
diberikan (generalisasi).
d) Kemampuan menetapkan kombinasi beberapa variabel (penalaran
kombinasi).
3. Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang
dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh
motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki. Indikator dari
kemandirian belajar siswa menurut meliputi:
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Mempunyai inisiatif yang tinggi.
c) Mempunyai rasa percaya diri yangtinggi.
d) Mempunyai motivasi yang tinggi.
e) Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
f) Mampu mengontrol dan mengevaluasi diri
4. Pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah suatu model pembelajaran
berkelompok yang lebih menekankan pada pengajaran individual. Siswa secara
individual berusaha menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuannya.
Selanjutnya ide atau hasil pekerjaannya diperiksa dan dibahas bersama dengan
teman sekelompoknya. Bila menghadapi kesulitan, siswa didorong untuk
meminta bantuan dari teman satu kelompoknya sebelum bertanya langsung
pada guru.
5. Masalah open ended adalah masalah/soal matematika yang memiliki ragam
penyelesaian atau ragam strategi penyelesaian.
6. Pembelajaran langsung (direct instruction) adalah sebuah model pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru berperan dominan dalam
mentransfer pengetahuan dan keterampilan pada siswa. Pada pelaksanaannya
guru tidak selalu berceramah namun bisa dipadukan dengan metode lain dan
dengan penggunaan media pembelajaran yang memadai.
7. Kemampuan awal matematika (KAM) adalah kemampuan matematis yang
dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Data mengenai KAM diperoleh
dari nilai rata-rata ulangan harian yang sudah diperoleh siswa.
E.Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan dua macam
instrumen, yaitu instrumen tes berupa soal tes untuk mengukur kemampuan
berpikir logis matematis, dan instrumen non tes berupa angket yang digunakan
untuk mengetahui kemandirian belajar siswa.
Selain kedua instrumen diatas, penulis juga memberikan angket untuk
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan open ended. Angket ini hanya diberikan pada siswa kelas eksperimen.
Berikut penjelasan dari masing-masing instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Tes kemampuan berpikir logis matematis disusun dalam bentuk uraian
sebanyak 6 buah soal. Untuk soal no 3, 4, dan 6 masing masing terdiri dari 2
bagian yaitu bagian a dan b. Dengan demikian, seluruh soal ada 9 buah butir soal.
Alasan dipilihnya soal berbentuk uraian agar terlihat jelas proses berpikir siswa
yang bisa dilihat dari alasan serta pola jawaban yang mereka berikan. Selain itu,
karena berpikir logis matematis merupakan salah satu kemampuan matematika
tingkat tinggi maka jenis tes yang paling sesuai adalah tes berbentuk uraian
(Fraenkel dan Wallen dalam Suryadi, 2005:77).
Tes ini dibuat untuk mengukur kemampuan berpikir logis matematis siswa
kelas IX dengan materi bangun ruang sisi lengkung.Adapuntahapan penyusunan
soal tes kemampuan berpikir logis matematis sebagai berikut:
a) Menyusun kisi-kisi soal.
b) Menyusun soal dengan alternatif jawaban dari masing-masing soal disertai
dengan rubrik pedoman pemberian skor atas jawaban siswa.
c) Menguji validitas muka dan isi pada ahli.
d) Mengujicobakan soal pada siswa yang telah mempelajari materi yang sama.
e) Menganalisis hasil uji coba soal, untuk menilai layak tidaknya soal dijadikan
instrumen penelitian.
Hal penting dalam proses memperoleh data pada penelitian ini adalah
penilaian hasil tes siswa. Karena tes berbentuk uraian, maka diperlukan pedoman
penskoran atau rubrik penskoran. Pedoman penskoran ini diperlukan, agar
penilaian bisa diberikan secara adil untuk semua siswa. Pada penelitian ini,
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Carolina Departement Public Instruction (Prabawa dalam Rahmatudin, 2013: 33)
yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis
No Respon Siswa Terhadap Soal Skor
1. Tidak ada jawaban 0
2. Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaa atau tidak ada yang
benar. 1
3. Hanya sebagaian aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar. 2 4. Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar 3 5. Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengap, jelas dan benar 4
Skor Maksimum 4
Kisi-kisi soal lengkap dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang
lebih rinci untuk masing-masing butir soal, dapat dilihat pada lampiran 1
halaman204.
2. Angket Kemandirian Belajar Siswa
Pada penelitian ini, untuk mengukur kemandirian belajar siswa penulis
menggunakan angket. Angket yang dibuat menggunakan skala Likert 4. Disebut
skala Likert 4karena terdiri dari empat pilihan jawaban (Sevilla at al., 2006:
189).Angket ini terdiri dari 30 pernyataan, dengan empat pilihan jawaban yaitu
Sering Sekali (SS), Sering (S), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Komposisi
pernyataan, terdiri dari 17 pernyataan positif dan 13 buah pernyataan negatif. Skor
untuk pernyataan positif SS = 4, S = 3, J = 2 dan TP = 1. Sementara itu skor untuk
pernyataan negatif SS = 1, S = 2, J = 3 dan TP = 4.
Angket ini diberikan pada kedua kelas.Adapun langkah-langkah
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Merumuskan aspek yang akan diukur.
b) Menyatakan definisi operasional dalam bentuk indikator.
c) Menyusun butir-butir pernyataan atau kegiatan positif atau negatif berdasarkan
indikator tersebut dengan merujuk pedoman penyusunan pernyataan.
d) Menyusun.kembali butir-butir pernyataandalam bentuk skala.
e) Etimasi validitasi isi skala melalui kesesuaian butir-butir skala dengan kisi-kisi.
f) Mengujicobakan skala kepada subyek yang relevan, untuk mengukur
keterbacaan dari pernyataan.
g) Menganalisa hasil uji coba, untuk menentukan butir pernyataan yang layak
untuk dijadikan instrumen penelitian.
Uraian lebih rinci tentang kisi-kisi lengkap dengan pedoman pemberian
skor mengenai angket kemandirian belajar siswa, bisa dilihat pada lampiran 1
halaman 220.
Selain kedua instrumen yang telah dijelaskan di atas, penulis juga
memberikan angket lain. Angket ini dibuat untuk menggali sikap siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended. Angket yang
dibuat,berupa sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Ada dua jenis
pertanyaan dalam angket ini. Jenis yang pertama, berupa pertanyaan tertutup
dengan pilihan jawaban ya atau tidak, sedangkan jenis pertanyaan kedua
berupapertanyaan terbuka berbentuk uraian. Disebut pertanyaan tertutup karena
siswa memilih respon(jawaban) yang sudah disediakan, dan disebut terbuka
karena siswa menjawab sesuai dengan yang mereka inginkan (McMillan dan
Schumacher, 2001: 361). Sesuai dengan tujuannya, angket ini hanya diberikan
pada siswa kelas eksperimen. Bentuk angket untuk mengetahui sikap siswa
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended,
bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 226.
3. Observasi
Observasi ditujukan kepada kelas yangsiswanya belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran berlangsung. Menurut Ruseffendi(2010:133), pada hal-hal tertentu
observasi lebih baik dari cara lapor diri (skala sikap) karena observasi melihat
aktivitas dalam keadaan wajar.
Instrumen observasi yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar
observasi, yangharus diisi oleh pengamat atau observer. Observasi dilakukan
sebanyak 4 kali dari 8 kali pertemuan. Cara ini menurut Ruseffendi (2010:125),
disebut cara penjegalan. Hal ini dilakukan karena penulis tidak mau terlalu
mengganggu aktivitas pengamat yang juga sebagai guru. Hasil observasi yang
diperoleh, akan melengkapi data hasil angket dan wawancara siswa yang
berkaitan dengan kemandirian belajar dan sikap siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan pendekatan open ended. Format
mengenai lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 1 halaman 228.
4. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bila dengan cara
angket atau observasi belum terungkap dengan jelas atau ada hal penting lain yang
ingin diketahui (Ruseffendi, 2010: 123). Ada dua tujuan dari wawancara yang
dilakukan pada penelitian ini. Pertama, untuk mengetahui sinkron tidaknya
jawaban siswa dengan jawaban angket yang mereka diberikan. Kedua, untuk
menggali lebih dalam pendapat siswa mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe TAI dengan pendekatan open ended.Wawancara dilakukan hanya pada siswa
kelas eksprimen. Daftar pertanyaan atau pedoman wawancara yang digunakan
pada penelitian ini, dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 229.
F. Proses PengembanganInstrumen
1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Sebelum instrumen yang berupa soal tes dipergunakan dalam penelitian,
soal tes diujicobakan terlebih dahulu pada siswa lain yang telah menerima materi
yang diujikan. Tujuan dari ujicoba intrumen adalah “agar instrumen itu baik,
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsisten, dan luput dari kesalahan-kesalahan”(Ruseffendi, 2010: 177). Artinya
instrumen harus dianalisis apakah sudah memenuhi standar soal yang baik atau
belum, sehingga keampuhan untuk mengungkap apa yang kita inginkan
keabsahanya tidak diragukan lagi. Langkah ini penting untuk dilakukan.
Menganalisis instrumen berarti kita akan melihat validita, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran dari intrumen yang kita buat.Proses penghitungan
dalam menganalisis hasil ujicoba instrumen dalam penelitian ini, dibantu dengan
program Microsoft Excel. Berikut penjelasan dari proses dan hasil uji coba
intrumen berupa tes kemampuan berpikir logis matematis yang sudah dilakukan.
a. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang
hendak diukur (Setyosari, 2012). Artinya instrumen itu dapat mengungkap data
dari variabel yang dikaji secara tepat.Crocker dan Algina (Ahiri dan Hafid, 2011:
249) membedakan tiga jenis validitas, yaitu 1) validitas isi, yang mengkaji
kepadanan sampel yang terdapat dalam suatu instrumen, 2) validitas konstruk,
yang mengkaji sifat-sifat psikologis yang menjelaskan keragaman skor yang yang
dicapai siswa dalam merespon suatu instrumen tertentu, 3) validitan kaitan
kriteria, yaitu membandingkan skor responden dengan satu atau lebih variabel
eksternal. Adapun tahapan validitas instrumen pada penelitian ini, dilakukan
dengan 2 tahap. Tahap pertama validitas teoritis dan tahap kedua validita empiris.
1) Validitas Teoritis
Validitas teoritis merupakan tahap awal untuk untuk mengkaji validitas isi
dan validitas konstruk dari instrumen, yang dilakukan oleh ahli. Artinya,
instrumen yang sudah dibuat dikaji secara teoritis untuk menilai kesesuaian setiap
butir instrumen dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang diukur.Pada
penelitian ini, selain dinilai oleh pembimbing, penulis juga meminta bantuan 2
orang guru senior sebagai panelis untuk menilai validitas isi dan konstruk dari
instrumen yang sudah dibuat. Tabel 3.2 berikut, merupakan rangkuman dari hasil
penilaian panelis.
Wiwin Iriani, 2014
Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dengan Pendekatan Openended
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data Hasil Validasi Panelis
Untuk Soal Kemampuan Berpikir Logis Matematis
No Soal Penilaian Keputusan
1, 2, 3a, 3b, 4a, dan 6a Sesuai Diterima
4b, 5a dan 6b Cukup sesuai Diterima dengan revisi
5b Tidak sesuai Dibuang
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, dapat disimpulkan dari 10 butir soal yang
dibuat, satu butir soal dibuang. Hal ini dikarenakan panelis menyimpulkan butir
soal 5b tidak perlu diberikan karena sudah tercermin dalam pertanyaan no 5a.
Selain itu, menurut pertimbangan mereka waktu yang diberikan diduga tidak akan
cukup bagi siswa untuk menyelesaikan soal sebanyak itu. Mengingat, soal yang
diberikan bukanlah soal rutin yang biasa siswa hadapi sahari-hari. Sehingga soal
yang akan diuji coba lebih lanjut ada 9 butir soal. Uraian rinci tentang hasil
validitas teoritis dapat dilihat pada lampiran 2 halaman234.
Setelah instrumen dinyatakan telah memenuhi validitas isi dan konstruk
oleh panelis,secara terbatas instrumen diujicobakan kepada tiga orang siswa.Uji
coba ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan kejelasan bahasa.
Dengan kata lain, ingin mengetahui apakah setiap butir soal dapat dipahami
dengan baik oleh siswa atau tidak. Dari hasil uji coba terbatas, diperoleh
gambaran bahwa semua butir soal tes dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
2) Validitas Empiris
Penilaian validitas isi dan konstruk secara empiris dilakukan melalui
ujicoba instrumen kepada responden. Responden yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah siswa yang memiliki karakteristik yang sama dengan siswa yang akan
diteliti nanti. Pada penelitian ini, ujicoba instrumen penelitian dilakukan pada 40
orang siswa kelas IX di sekolah yang sama yang sudah menerima materi yang
diujicobakan.
Validitas empiris dilakukan untuk menilai validitas tiap butir soal tes.
Validitas tiap butirditinjau dengan menggunakan kriteria tertentu. Langkah yang