• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAF JUKNIS BOS 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DRAF JUKNIS BOS 2017"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 (tujuh sampai dengan lima belas) tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat (3) menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh siswa pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta sekolah lain yang sederajat.

Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar 9 (sembilan) tahun telah tuntas 7 (tujuh) tahun lebih awal dari target deklarasi

Education For All (EFA) di Dakar.

(2)

Namun kondisi yang ada saat ini, partisipasi pendidikan masyarakat cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka partisipasi masyarakat pada jenjang pendidikan dasar lebih tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan menengah. Demikian pula angka partisipasi masyarakat pada pendidikan tinggi lebih rendah dibandingkan dengan partisipasi pendidikan menengah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan rintisan program wajib belajar 12 tahun. Salah satu tujuan program tersebut adalah memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi untuk mendapatkan layanan pendidikan jenjang menengah.

Untuk mencapai tujuan di atas, Pemerintah telah menyiapkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan ke sekolah negeri dan swasta pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.

B. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi sekolah.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang boleh dibiayai dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOS dibahas pada bab selanjutnya.

C. Tujuan BOS

(3)

Tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan dasar adalah:

1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa di sekolah negeri terhadap biaya operasi sekolah;

2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;

3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

Sementara tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan menengah adalah:

1. Membantu biaya operasional sekolah non personalia; 2. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK);

3. Mengurangi angka putus sekolah;

4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa miskin dengan membebaskan (fee waive) dan/atau membantu

(discount fee) tagihan biaya sekolah dan biaya lainnya di sekolah;

5. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu;

6. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

D. Aturan Pelaksanaan BOS

Pelaksanaan program BOS diatur dengan beberapa peraturan, yaitu:

1. Peraturan Presiden yang mengatur Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2. Peraturan dari Kementerian Keuangan yang mengatur mekanisme penyaluran dana BOS dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah dan perpajakan.

3. Peraturan dari Kementerian Dalam Negeri yang mengatur mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah dan mekanisme pengelolaan (perencanaan dan pelaporan) dana BOS di daerah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk teknis Bantuan Operasional Sekolah.

(4)

BAB II

KETENTUAN UMUM

A. Sasaran Program

1. Sekolah negeri

a. Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/ SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) berhak menerima dana BOS;

b. Sekolah negeri yang telah masuk dalam kriteria penerima dana BOS tidak diperkenankan untuk menolak dana BOS yang telah dialokasikan.

2. Sekolah swasta

a. Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/ SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) dan sudah memiliki izin operasional berhak menerima dana BOS;

a. Sekolah swasta yang telah memenuhi kriteria sebagai penerima dana BOS, berhak menolak dana BOS. Akan tetapi penolakan tersebut harus memperoleh persetujuan orang tua siswa melalui Komite Sekolah, dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.

B. Besar Bantuan

Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa yang ada di sekolah. Data jumlah siswa yang digunakan dalam perhitungan besar dana BOS bagi sekolah adalah data dari Dapodikdasmen dengan kriteria tertentu yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

Adapun satuan biaya untuk perhitungan besar dana BOS yang diberikan ke sekolah adalah:

(5)

C. Waktu Penyaluran

Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 (tiga) bulanan, yaitu periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.

Bagi wilayah yang secara geografis sangat sulit sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, atas usulan pemerintah daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penyaluran dana BOS kepada sekolah dilakukan setiap semester, yaitu Januari- Juni dan Juli-Desember.

D. Ketentuan Bagi Sekolah Penerima BOS

1. Semua sekolah yang menerima dana BOS harus mengikuti petunjuk teknis BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

2. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMP Satap harus memenuhi ketentuan pungutan sebagai berikut:

a. Semua sekolah negeri dilarang melakukan pungutan kepada orang tua/wali siswa;

b. Sekolah swasta yang memungut biaya pendidikan harus mengikuti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Sekolah Dasar;

c. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya yang diperlukan oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uang dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka waktu pemberiannya;

3. Semua sekolah SMA/SMALB/SMK harus memenuhi ketentuan pungutan sebagai berikut:

a. Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pengalokasian dana BOS, sekolah diwajibkan untuk membebaskan

(fee waive) dan atau meringankan (discount fee) siswa miskin dari

(6)

tidak meninggalkan anak dari kelompok masyarakat yang kurang beruntung di sisi ekonomi, namun sebaliknya membawa mereka masuk ke dalam sistem pendidikan dalam rangka menyukseskan program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun.

b. Khusus bagi sekolah yang berada di provinsi yang telah menerapkan kebijakan lokal terkait pendidikan gratis/tidak boleh menghimpun partisipasi pembiayaan dari masyarakat, sekolah tidak diwajibkan memberikan pembebasan (fee waive) dan atau meringankan (discount fee) biaya pendidikan bagi siswa miskin; c. Agar kebijakan pembebasan atau pemberian keringanan biaya

sekolah bagi siswa miskin di jenjang menengah ini tepat dalam implementasinya, maka mekanismenya mengikuti langkah sebagai berikut:

i. Kepala Sekolah mengadakan rapat di tingkat sekolah bersama dengan Komite Sekolah dan atau perwakilan orang tua, guru pembimbing/bimbingan konseling, wali kelas dan bagian Tata Usaha sekolah untuk menentukan sasaran siswa yang diberikan manfaat pembebasan dan atau pemberian keringanan biaya sekolah. Penentuan sasaran siswa penerima manfaat sepenuhnya menjadi kebijakan sekolah sesuai konsep MBS;

ii. Pertimbangan penetapan sasaran siswa miskin penerima manfaat didasarkan pada kondisi antara lain:

1) Siswa yang termasuk penerima Program Indonesia Pintar (PIP) dan Program Keluarga Harapan (PKH);

2) Siswa yang terancam putus sekolah karena tidak mampu membayar tagihan biaya sekolah dan atau;

3) Siswa yang tingkat kemampuan ekonomi orangtuanya paling rendah di sekolah.

iii. Selanjutnya Kepala Sekolah menetapkan daftar siswa penerima manfaat pembebasan dan atau pemberian keringanan biaya sekolah.

(7)

dan anggaran sekolah per tahun, besar dana BOS yang diterima sekolah dan dana dari sumber lainnya.

d. Untuk mencapai tujuan Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun pada jenjang pendidikan menengah, khususnya untuk mengurangi siswa putus sekolah pada saat transisi dari jenjang pendidikan dasar, sekolah negeri berupaya menerapkan program ramah sosial dengan cara melakukan identifikasi dan merekrut siswa miskin lulusan SMP yang memiliki minat bersekolah dan berpotensi baik dalam bidang akademik/non akademik dan membebaskan biaya pendidikannya di sekolah;

e. Sekolah penerima BOS menerapkan mekanisme subsidi silang dan/atau mencari sumber dana sejenis dari pemerintah daerah, masyarakat, dan sumber lain yang tidak mengikat dan sukarela bagi siswa miskin untuk memenuhi tagihan biaya sekolah lainnya yang belum bisa dipenuhi melalui program BOS;

f. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya yang diperlukan oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uang dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka waktu pemberiannya;

4. Pemerintah daerah harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan sumbangan yang diterima dari masyarakat/orang tua/wali siswa tersebut mengikuti prinsip nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparan dan akuntabel;

5. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan oleh sekolah apabila sekolah melanggar peraturan perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.

E. Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu

Melalui program BOS SD dan SMP yang terkait pendidikan dasar 9 tahun, setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut:

(8)

2. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapat melanjutkan ke tingkat SMP;

3. Kepala Sekolah SD/SDLB menjamin semua siswa yang akan lulus dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;

4. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;

5. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel;

6. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah. Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak mendiskriminasikan mereka yang tidak memberikan sumbangan.

F. Program BOS dan Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun

Program BOS merupakan salah satu program utama pemerintah yang bertujuan mendukung Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun. Oleh karena itu seluruh pemangku kepentingan pendidikan wajib memperhatikan pentingnya program BOS yaitu:

1. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu;

2. Merupakan sarana penting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu;

3. Mempersempit kesenjangan angka partisipasi sekolah antar kelompok penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa);

(9)

5. Mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah serta masyarakat yang mampu, untuk memberikan subsidi pembiayaan kepada siswa miskin (subsidi silang);

6. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;

7. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel;

8. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah. Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak menimbulkan adanya diskriminasi bagi mereka yang tidak memberikan sumbangan.

G. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Program BOS memberikan dukungan kepada sekolah dalam menerapkan konsep MBS, yaitu kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan dan pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah. Penggunaan dana semata-mata ditujukan hanya untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada intervensi atau pemotongan dana dari pihak manapun dan untuk kepentingan apapun.

Pengelolaan program BOS menjadi kewenangan sekolah secara mandiri dengan mengikutsertakan Dewan Guru dan Komite Sekolah dengan menerapkan MBS sebagai berikut:

1. Sekolah mengelola dana secara profesional dengan menerapkan prinsip efisien, efektif, akuntabel dan transparan;

2. Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah secara rutin;

3. Sekolah harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang disusun 4 (empat) tahunan;

(10)

Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian integral dari RKAS tersebut;

5. RKJM, RKT dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah;

6. RKJM, RKT dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai dengan kewenangan daerah) untuk sekolah negeri atau yayasan untuk sekolah swasta.

H. Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya pendidikan sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah mengalokasikan dana BOS untuk membantu sekolah memenuhi biaya operasionalnya. Sampai dengan saat ini kemampuan pemerintah untuk menyediakan pembiayaan pendidikan secara keseluruhan belum dapat direalisasikan, sehingga masih diperlukan peran serta pemerintah daerah dan masyarakat untuk memenuhi kekurangan biaya pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah.

Jenis biaya operasional aktual yang dibelanjakan oleh sekolah sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan biaya operasional tiap sekolah. Sementara itu, jenis peruntukan yang diakomodasi dalam BOS saat ini belum seluruhnya dapat dipenuhi.

(11)

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI

A. Tim BOS Pusat

1. Tim Pengarah

a. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

b. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas; c. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;

d. Menteri Keuangan; e. Menteri Dalam Negeri.

2. Penanggung Jawab Umum

a. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud (Ketua);

b. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Anggota);

c. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas (Anggota);

d. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko Bidang PMK (Anggota);

e. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemdagri (Anggota); f. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu (Anggota).

3. Penanggung Jawab Program BOS

a. Direktur Pembinaan SMP, Kemdikbud (Ketua); b. Direktur Pembinaan SD, Kemdikbud (Anggota); c. Direktur Pembinaan SMA, Kemdikbud (Anggota); d. Direktur Pembinaan SMK, Kemdikbud (Anggota); e. Direktur Dana Perimbangan, Kemenkeu (Anggota);

f. Direktur Fasilitas Dana Perimbangan, Kemdagri (Anggota); g. Direktur Pendidikan, Bappenas (Anggota);

h. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kemdikbud (Anggota);

(12)

j. Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, Kemdikbud (Anggota).

4. Tim Pelaksana Program BOS

a. Ketua Tim Pelaksana;

i. Ketua tim pelaksana SD; ii. Ketua tim pelaksana SMP; iii. Ketua tim pelaksana SMA; iv. Ketua tim pelaksana SMK. b. Sekretaris Tim Pelaksana

i. Sekretaris tim pelaksana SD; ii. Sekretaris tim pelaksana SMP; iii. Sekretaris tim pelaksana SMA; iv. Sekretaris tim pelaksana SMK. c. Penanggung Jawab Sekretariat

i. Penanggung jawab sekretariat SD; ii. Penanggung jawab sekretariat SMP; iii. Penanggung jawab sekretariat SMA; iv. Penanggung jawab sekretariat SMK; d. Bendahara

i. Bendahara SD; ii. Bendahara SMP; iii. Bendahara SMA; iv. Bendahara SMK; e. Penanggung Jawab Data

i. Penanggung jawab data SD; ii. Penanggung jawab data SMP; iii. Penanggung jawab data SMA; iv. Penanggung jawab data SMK;

f. Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah

g. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat

i. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SD;

(13)

iii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SMA;

iv. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat SMK;

v. Unit Layanan Terpadu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

h. Unit Publikasi/Humas

B. Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Pusat

Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Pusat adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan program;

2. Melakukan kompilasi data jumlah siswa tiap sekolah dari data yang diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;

3. Menyusun dan menyiapkan peraturan yang terkait dengan pelaksanaan program BOS;

4. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program;

5. Melatih dan memberikan sosialisasi kepada Tim BOS Provinsi/ Kabupaten/Kota;

6. Menyalurkan dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku;

7. Menyediakan media informasi BOS melalui situs resmi Kemdikbud; 8. Merencanakan dan melaksanakan monitoring sesuai dengan

ketentutan yang diatur pada bab selanjutnya;

9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

10.Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota;

11.Memantau laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke sekolah;

12.Menyusun laporan pelaksanaan BOS.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Tim BOS Pusat harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:

1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota/Sekolah;

(14)

3. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer dalam proses pembelian/pengadaan buku/barang.

Tim BOS Pusat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

C. Tim BOS Provinsi

1. Tim Pengarah

Gubernur.

2. Penanggung Jawab

a. Sekretaris Daerah Provinsi (Ketua);

b. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi (anggota);

c. Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan Daerah (anggota).

3. Tim Pelaksana Program BOS

a. Ketua Tim Pelaksana; b. Sekretaris Tim Pelaksana; c. Bendahara;

d. Penanggung Jawab Data;

i. Penanggung Jawab data BOS Dikdas; ii. Penanggung Jawab data BOS Dikmen;

e. Tim Dapodikdasmen dari unsur SKPD pendidikan;

f. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat;

i. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikdas;

ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikmen;

g. Unit Publikasi/Humas (dari unsur Dinas Pendidikan).

D. Tugas Dan Tanggung Jawab Tim BOS Provinsi

Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Provinsi adalah sebagai berikut:

(15)

2. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan lembaga penyalur dana BOS yang telah ditunjuk dengan mencantumkan hak dan kewajiban masing-masing pihak;

3. Melakukan koordinasi/sosialisasi/pelatihan kepada Tim BOS Kabupaten/Kota;

4. Melakukan kompilasi data jumlah siswa di tiap sekolah dari data yang diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;

5. Mempersiapkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) antara provinsi dengan sekolah yang dilampiri dengan alokasi dana BOS tiap sekolah berdasarkan Dapodikdasmen;

6. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sebagai penanggung jawab Tim BOS Provinsi menandatangani NPH atas nama gubernur;

7. Melakukan pencairan dan penyaluran dana BOS ke sekolah tepat waktu sesuai dengan jumlah siswa di tiap sekolah;

8. Menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim BOS Pusat yang terdiri atas soft copy SP2D, soft copy rincian dana per jenjang tiap kabupaten/kota, dan soft copy data pencairan tiap sekolah;

9. Memerintah lembaga penyalur yang ditunjuk untuk melaporkan hasil penyaluran dana ke laman BOS Kemdikbud secara online;

10.Memonitor laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke sekolah yang dikirim ke laman BOS Kemdikbud;

11.Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;

12.Melakukan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

13.Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota;

14.Mengupayakan penambahan dana dari APBD untuk operasional sekolah dan operasional Tim BOS Provinsi;

15.Membuat dan menyampaikan laporan rekapitulasi pencairan dan penggunaan dana ke Tim BOS Pusat sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya.

(16)

terkait dengan pelaksanaan BOS di sekolah-sekolah yang menjadi kewenangannya ini, yaitu:

1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah untuk memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem pendataan yang telah disediakan oleh Kemdikbud;

2. Memonitor perkembangan pemasukan/updating data yang dilakukan oleh sekolah secara online;

3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di sekolah yang diragukan tingkat akurasinya. Selanjutnya meminta sekolah untuk melakukan perbaikan data melalui sistem Dapodikdasmen;

4. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah, Komite Sekolah dan masyarakat tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan pengawas sekolah;

5. Melakukan pembinaan terhadap sekolah dalam pengelolaan dan pelaporan dana BOS;

6. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS dari sekolah, baik yang disampaikan secara offline maupun online;

7. Menegur dan memerintahkan sekolah yang belum membuat laporan; 8. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan

dana BOS dari sekolah untuk disampaikan ke Tim BOS Pusat sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;

9. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan memberdayakan pengawas sekolah sebagai tim monitoring provinsi;

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Provinsi harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:

1. Tidak diperkenankan menggunakan dana BOS yang telah ditransfer dari RKUN ke RKUD untuk kepentingan selain BOS;

2. Dilarang dengan sengaja melakukan penundaan pencairan dana BOS ke sekolah, kecuali dalam rangka pemberian sanksi kepada sekolah yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan BOS;

3. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Tim BOS Kabupaten/Kota/Sekolah;

(17)

5. Tidak diperkenankan mendorong sekolah untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;

6. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer dalam proses pembelian/pengadaan buku/barang.

Struktur Tim BOS Provinsi di atas dapat disesuaikan di daerah masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di provinsi. Tim BOS Provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur. Sekretariat Tim BOS Provinsi berada di kantor SKPD Pendidikan Provinsi.

E. Tim BOS Kabupaten/Kota

1. Tim Pengarah

Bupati/Walikota.

2. Penanggung Jawab

Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota.

3. Tim Pelaksana (dari SKPD Pendidikan)

a. Ketua Tim Pelaksana;

b. Penanggung jawab data SD; c. Penanggung jawab data SMP; d. Tim Dapodikdas;

e. Unit monitoring dan evaluasi dan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

F. Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Kabupaten/Kota

Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah jenjang pendidikan dasar untuk memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem pendataan yang telah disediakan oleh Kemdikbud;

2. Melakukan monitoring perkembangan pemasukan/updating data yang dilakukan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara online;

(18)

Selanjutnya meminta sekolah untuk melakukan perbaikan data melalui sistem Dapodikdasmen;

4. Memverifikasi sekolah kecil yang memenuhi syarat/kriteria yang telah ditetapkan untuk diusulkan ke Tim BOS Provinsi agar memperoleh alokasi dana BOS minimal;

5. Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Tim BOS Kabupaten/Kota menandatangani Naskah Perjanjian Hibah (NPH) mewakili sekolah jenjang pendidikan dasar;

6. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah jenjang pendidikan dasar, Komite Sekolah dan masyarakat tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan pengawas sekolah;

7. Mengupayakan penambahan dana dari APBD Kabupaten/Kota untuk operasional sekolah jenjang pendidikan dasar dan untuk operasional Tim BOS Kabupaten/Kota;

8. Melakukan pembinaan terhadap sekolah jenjang pendidikan dasar dalam pengelolaan dan pelaporan dana BOS;

9. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS yang disampaikan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara offline

maupun secara online;

10.Menegur dan memerintahkan sekolah jenjang pendidikan dasar yang belum membuat laporan;

11.Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan dana BOS dari sekolah jenjang pendidikan dasar untuk disampaikan kepada Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;

12.Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan memberdayakan pengawas sekolah sebagai tim monitoring kabupaten/kota;

13.Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Kabupaten/ Kota harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:

1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap sekolah;

(19)

3. Tidak diperkenankan mendorong sekolah untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;

4. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer dalam proses pembelian/pengadaan buku/barang.

Struktur Tim BOS Kabupaten/Kota di atas dapat disesuaikan di daerah masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di kabupaten/kota. Tim BOS Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/ Walikota. Sekretariat Tim BOS Kabupaten/Kota berada di kantor SKPD pendidikan kabupaten/kota.

G. Tim BOS Sekolah

1. Penanggung Jawab

Kepala Sekolah

2. Anggota

a. Pemegang Kas Sekolah;

b. Satu orang dari unsur orang tua siswa di luar Komite Sekolah yang dipilih oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya konflik kepentingan;

c. Penanggung jawab pendataan.

H. Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Sekolah

Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Mengisi, mengirim dan meng-update data pokok pendidikan secara lengkap ke dalam sistem Dapodikdasmen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

2. Memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sesuai dengan kondisi riil di sekolah;

3. Memverifikasi kesesuaian jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada;

(20)

5. Memenuhi ketentuan transparansi pengelolaan dan penggunaan dana BOS sebagaimana diatur pada bab selanjutnya;

6. Menyusun dan menyampaikan laporan secara lengkap sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;

7. Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana BOS yang diterima;

8. Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS;

9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; 10.Untuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar, memasang spanduk di

sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan, menjelang dan selama masa penerimaan siswa baru;

11.Perwakilan orang tua dalam Tim BOS Sekolah memiliki fungsi kontrol, pengawasan, dan memberi masukan dalam pelaksanaan tanggung jawab Tim BOS Sekolah.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Sekolah harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:

1. Bersedia diaudit oleh lembaga yang memiliki kewenangan melakukan audit sesuai peraturan perundangan yang belaku terhadap seluruh dana yang dikelola sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumber lain;

2. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer pembelian buku kepada siswa di sekolah yang bersangkutan.

(21)

BAB IV

PENETAPAN ALOKASI

A. Pendataan

Tahapan pendataan melalui sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) merupakan langkah awal dalam proses pengalokasian dan penyaluran dana BOS. Tahapan pendataan Dapodikdasmen adalah sebagai berikut:

1. Sekolah menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan sesuai dengan kebutuhan;

2. Sekolah melakukan sosialisasi ke seluruh siswa, pendidik dan tenaga kependidikan tentang cara pengisian formulir pendataan;

3. Sekolah membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;

4. Sekolah memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data profil sekolah, rombongan belajar, individu siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana;

5. Sekolah memasukkan/meng-update data ke dalam aplikasi Dapodikdasmen secara offline yang telah disiapkan oleh Kemdikbud, kemudian mengirim ke server Kemdikbud secara online;

6. Sekolah harus mem-backup seluruh data yang telah di-entry;

7. Formulir yang telah diisi secara manual oleh siswa/pendidik/tenaga kependidikan/sekolah harus disimpan di sekolah masing-masing untuk keperluan monitoring dan audit;

8. Melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data, minimal satu kali dalam satu semester;

9. Sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat mengenai penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan data yang

di-input sudah masuk ke dalam server Kemdikbud;

(22)

11.Tim BOS Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap proses pendataan bagi sekolah jenjang pendidikan dasar yang memiliki keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri. Sementara di jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa tanggung jawab ini ada pada Tim BOS Provinsi.

B. Penetapan Alokasi BOS Tiap Provinsi/Kabupaten/Kota

1. Sebagai langkah awal, pada setiap awal tahun pelajaran baru, Tim BOS Kabupaten/Kota bersama Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Pusat melakukan rekonsiliasi perkembangan update data jumlah siswa di tiap sekolah yang ada pada Dapodikdasmen sebagai persiapan pengambilan data untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran mendatang;

2. Sebagai tindak lanjutnya Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/ Kota melakukan kontrol terhadap data jumlah siswa di tiap sekolah sesuai jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan masing-masing;

3. Apabila terdapat perbedaan dengan data riil di sekolah, maka Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan masing-masing meminta kepada sekolah untuk memperbaiki data yang ada pada sistem Dapodikdasmen;

4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengambilan data jumlah siswa pada Dapodikdasmen untuk membuat usulan alokasi dana BOS tiap provinsi/kabupaten/kota yang akan dikirim ke Kementerian Keuangan untuk dijadikan dasar penetapan alokasi dana BOS tiap provinsi/kabupaten/kota pada tahun anggaran berikutnya;

5. Alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota tersebut dihitung sebagai hasil rekapitulasi dari data jumlah siswa di tiap sekolah yang ada di Dapodikdasmen pada tahun pelajaran yang sedang berjalan ditambah dengan perkiraan pertambahan jumlah siswa tahun pelajaran baru;

(23)

C. Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah

1. Provinsi mengunduh data jumlah siswa di tiap sekolah dari Dapodikdasmen, yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan alokasi dana BOS tiap sekolah. Data yang diunduh provinsi ini adalah data dari Dapodikdasmen yang telah diambil (cut-off) oleh Tim Dapodikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

2. Alokasi BOS untuk sekolah ditetapkan dengan ketentuan berikut:

a. Data yang dijadikan sebagai acuan adalah:

i. Data hasil cut off sebelum triwulan/semester berjalan, yang digunakan sebagai dasar penyaluran awal. Penggunaan data ini dengan mempertimbangkan agar proses pencairan dana BOS sudah dapat dilakukan sebelum masuk triwulan/semester sehingga sekolah dapat menerima dana BOS di awal triwulan/semester;

ii. Data hasil cut off pada triwulan/semester berjalan, yang digunakan untuk informasi pelengkap dalam perhitungan kelebihan atau kekurangan penyaluran dana BOS di triwulan/ semester berjalan yang sudah dilakukan menggunakan data sebelum triwulan/semester berjalan.

b. Cut off data dilaksanakan dalam rangka pengembilan data untuk

penetapan alokasi di sekolah adalah sebagai berikut:

i. Cut-off tanggal 15 Desember. Data yang diambil adalah data

jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;

ii. Cut-off tanggal 30 Januari. Data yang diambil adalah data

jumlah siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Namun apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017, maka data jumlah siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;

iii. Cut-off tanggal 30 April. Data yang diambil adalah data jumlah

siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017;

iv. Cut-off tanggal 21 September. Data yang diambil adalah data

(24)

siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017;

v. Cut-off tanggal 30 Oktober. Data yang diambil adalah data

jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.

c. Untuk penyaluran dana BOS triwulanan, perhitungan alokasi tiap sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

i. Triwulan I

1) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk penyaluran dana BOS triwulan I menggunakan data jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15 Desember, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

2) Perhitungan alokasi final triwulan I untuk tiap sekolah dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off tanggal 30 Januari.

Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off

tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30 Januari, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang akan digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan I.

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung alokasi sekolah di triwulan I sesuai dengan ketentuan/ kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

ii. Triwulan II

(25)

2) Perhitungan alokasi final triwulan II untuk tiap sekolah dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.

Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off

tanggal 30 Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan II.

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung alokasi sekolah di triwulan II sesuai dengan ketentuan/ kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

iii. Triwulan III

1) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk penyaluran dana BOS triwulan III menggunakan data jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

2) Perhitungan alokasi final triwulan III untuk tiap sekolah dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.

Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off

(26)

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung alokasi sekolah di triwulan III sesuai dengan ketentuan/ kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

iv. Triwulan IV

1) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk penyaluran dana BOS triwulan IV menggunakan data jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 21 September, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

2) Perhitungan alokasi final triwulan IV untuk tiap sekolah dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 21 September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.

Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off

tanggal 21 September dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan IV.

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung alokasi sekolah di triwulan IV sesuai dengan ketentuan/ kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku.

d. Untuk penyaluran dana BOS semesteran, perhitungan alokasi tiap sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

i. Semester I

(27)

2) Perhitungan alokasi final semester I untuk tiap sekolah tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu dengan menggabungkan alokasi final triwulan I dan alokasi final triwulan II. Alokasi final triwulan I dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off

tanggal 30 Januari. Sedangkan alokasi final triwulan II dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.

Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off

tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30 Januari untuk triwulan I, dan antara hasil cut off tanggal 30 Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April untuk triwulan II, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off pada masing-masing triwulan di atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan I dan triwulan II.

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung alokasi sekolah di triwulan I dan triwulan II sesuai dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku. Adapun alokasi dana final semester I adalah dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan I dan triwulan II.

ii. Semester II

1) Perhitungan alokasi sementara tiap sekolah untuk penyaluran dana BOS semester II menggunakan data jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;

(28)

dengan menggabungkan alokasi final triwulan III dan alokasi final triwulan IV. Alokasi final triwulan III dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April dan hasil cut off tanggal 30 Oktober. Sedangkan alokasi final triwulan IV dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off

tanggal 21 September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.

Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off

tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober untuk triwulan III, dan antara hasil cut off tanggal 21 September dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober untuk triwulan IV, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off

pada masing-masing triwulan di atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan III dan triwulan IV.

Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung alokasi sekolah di triwulan III dan triwulan IV sesuai dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku. Adapun alokasi dana final semester II adalah dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan III dan triwulan IV.

e. Pada kasus-kasus tertentu dimana terjadi perbedaan yang signifikan antara data yang sudah diinput/disinkron sekolah dengan data hasil cut off dari Dapodikdasmen, sekolah dapat melakukan klarifikasi kepada pengelola Dapodikdasmen.

(29)

Surat keterangan ini untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada Tim BOS Provinsi untuk melakukan revisi terhadap data hasil cut off Dapodikdasmen yang sudah diunduh oleh Tim BOS Provinsi.

Secara ringkas tahap pengambilan data Dapodikdasmen yang akan dilakukan pada pelaksanaan BOS tahun 2016 dapat dilihat dalam Gambar 1 di bawah.

Gambar 1

Tahap Pendataan Untuk Pencairan Dana BOS

Keterangan:

D-1 : cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara penyaluran triwulan I (tanggal 15 Desember);

D-2 : cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang penyaluran triwulan I dan untuk penetapan alokasi sementara penyaluran triwulan II (tanggal 30 Januari);

D-3 : cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang penyaluran triwulan II dan untuk penetapan alokasi sementara penyaluran triwulan III (tanggal 30 April);

D-4 : cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara penyaluran triwulan IV (tanggal 21 September);

D-5 : cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang penyaluran triwulan III dan triwulan IV (tanggal 30 Oktober); ST-1 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan I;

ST-2 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan II; ST-3 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan III; ST-4 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan IV; BT-1 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan I;

Jan

Feb Mar Apr Mei Jun

Jul

Ags Sep Okt Nop Des

Des

Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

(30)

BT-2 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan II; BT-3 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan III; BT-4 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan IV.

Data Dapodikdasmen yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan alokasi BOS tiap sekolah adalah data individu siswa yang telah diinputkan ke dalam aplikasi Dapodikdasmen secara valid, yaitu yang telah terisi lengkap variabel inputnya dan difinalkan oleh Tim Dapodikdasmen Pusat dalam bentuk data hasil cut-off. Khusus untuk SMA, data jumlah siswa yang diperhitungkan dalam alokasi BOS bersumber dari isian data individu siswa yang telah dilengkapi dengan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan lolos proses verifikasi dan validasi di basis data Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Untuk sekolah jenjang pendidikan dasar dan sekolah luar biasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai kebijakan khusus terkait perhitungan alokasi BOS bagi sekolah-sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 60 siswa, yaitu kebijakan dana BOS untuk sekolah kecil dengan memberikan alokasi dana BOS minimal sebanyak 60 siswa. Kebijakan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa beberapa komponen biaya tetap (fix cost) dari biaya operasi sekolah tidak tergantung pada jumlah siswa saja.

Sekolah yang menerima kebijakan alokasi minimal 60 siswa adalah: a. SMP Satap, SLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB;

b. SD/SMP reguler yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

i. Pendiriannya telah didasarkan pada ketentuan dan syarat yang ditetapkan oleh pemerintah, dan berada di daerah sangat tertinggal dengan skala satuan daerah adalah desa. Klasifikasi ketertinggalan setiap desa mengacu pada hasil klasifikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;

ii. Sekolah di daerah kumuh atau daerah pinggiran yang siswanya tidak dapat tertampung di sekolah lain di sekitarnya;

(31)

Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memunculkan sekolah kecil yang baru. Kebijakan ini tidak berlaku bagi sekolah dengan kriteria sebagai berikut:

a. Sekolah swasta yang menetapkan standar iuran/pungutan mahal; b. Sekolah swasta yang izin operasionalnya belum mencapai 3 tahun; c. Sekolah yang tidak diminati oleh masyarakat sekitar karena tidak berkembang, sehingga jumlah siswanya sedikit dan masih terdapat alternatif sekolah lain di sekitarnya yang masih dapat menampung siswa;

d. Sekolah yang terbukti dengan sengaja membatasi jumlah siswa dengan tujuan untuk memperoleh dana BOS dengan kebijakan khusus tersebut;

e. Sekolah swasta yang tidak bersedia menerima kebijakan alokasi minimal.

Agar kebijakan khusus ini tidak salah sasaran, maka mekanisme pemberian perlakuan khusus ini mengikuti langkah sebagai berikut: a. SMP Satap, SLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB secara otomatis

mendapatkan alokasi minimal tanpa harus direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan daerah setempat;

b. Tim BOS Kabupaten/Kota memverifikasi SD/SMP yang akan mendapatkan kebijakan khusus tersebut sesuai dengan kriteria yang sudah disebutkan di atas;

c. Tim BOS Kabupaten/Kota merekomendasikan SD/SMP kecil penerima kebijakan khusus dan mengusulkannya kepada Tim BOS Provinsi dengan dilampiri daftar sekolah dan jumlah siswa berdasarkan Dapodikdasmen;

d. Tim BOS Provinsi menetapkan alokasi bagi SD/SMP kecil berdasarkan surat rekomendasi dari Tim BOS Kabupaten/Kota. Tim BOS Provinsi berhak menolak rekomendasi dari Tim BOS Kabupaten/Kota apabila ditemukan fakta/informasi bahwa rekomendasi tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

(32)

a. Harus menyampaikan informasi jumlah dana BOS yang diterima sekolah secara tertulis kepada orang tua siswa dan di papan pengumuman;

b. Mempertanggungjawabkan dana BOS sesuai jumlah yang diterima; c. Membebaskan iuran/pungutan dari orang tua siswa.

4. Perhitungan jumlah dana BOS untuk sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sekolah dengan jumlah siswa 60 atau lebih, dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung sebagai berikut:

i. SD/SDLB

Dana BOS = jumlah siswa x Rp 800.000,- ii. SMP/SMPLB/SMP Satap

Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.000.000,- iii. SMA/SMALB

Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,- iv. SMK

Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,- v. SLB

Dana BOS = (jumlah siswa tingkat SD x Rp 800.000,-) + (jumlah siswa tingkat SMP x Rp 1.000.000,-) + (jumlah siswa tingkat SMA x Rp 1.400.000,-) Bila hasil perhitungan jumlah dana kurang dari Rp 84.000.000,-, maka jumlah dana minimal yang diterima SLB tersebut adalah sebesar Rp 84.000.000,-

b. Sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 60 (sekolah kecil), dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung sebagai berikut:

i. SD

Dana BOS = 60 x Rp 800.000,- ii. SMP/SMP Satap

Dana BOS = 60 x Rp 1.000.000,- iii. SMA/SMA Satap

Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,- iv. SMK

Dana BOS = jumlah siswa x Rp 1.400.000,-

(33)

Dana BOS = 60 x Rp 800.000,-

vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMALB)

Dana BOS = 60 x Rp 1.000.000,-

vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMPLB)

Dana BOS = 60 x Rp 1.400.000,-

viii.SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB

Dana BOS = 60 x Rp 1.400.000,-

(34)

BAB V

PENYALURAN DANA

A. Persiapan Penyaluran Dana BOS di Daerah

Proses penyaluran dana BOS dari tingkat pusat sampai dengan tingkat sekolah dilakukan 2 (dua) tahap sebagai berikut:

1. Tahap 1 : Penyaluran dana dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Mekanisme penyaluran dana dan pelaporannya diatur dalam peraturan dari Kementerian Keuangan.

2. Tahap 2 : Penyaluran dana dari RKUD ke rekening sekolah. Mekanisme penyaluran dan pelaporannya akan diatur dalam peraturan dari Kementerian Dalam Negeri.

Untuk kelancaran penyaluran dana BOS, ada beberapa tahapan/langkah persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sekolah yang belum memiliki rekening, misalnya sekolah baru, harus segera membuka rekening bank atas nama sekolah (bukan atas nama pribadi) dan segera mengirim ke Tim BOS Kabupaten/Kota (sekolah jenjang pendidikan dasar) atau Tim BOS Provinsi (sekolah jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa);

2. Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota memeriksa akurasi nomor rekening sekolah sesuai dengan jenjang sekolah yang menjadi kewenangannya. Daftar rekening sekolah jenjang pendidikan dasar yang sudah diverifikasi oleh Tim BOS Kabupaten/Kota dikirim ke Tim BOS Provinsi;

3. SKPD pendidikan provinsi dan SKPD pendidikan kabupaten/kota menandatangani naskah hibah, yang prosedurnya diatur dalam peraturan dari Kementerian Dalam Negeri;

(35)

B. Penyaluran Dana BOS

Dana BOS disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap triwulan pada waktu yang ditentukan melalui peraturan dari Kementerian Keuangan. Adapun dana BOS untuk wilayah yang secara geografis sangat sulit (wilayah terpencil) disalurkan dari RKUN ke RKUD 6 bulanan (semesteran) pada waktu yang juga ditentukan melalui peraturan dari Kementerian Keuangan.

Proporsi penyaluran dana di tiap triwulan/semester dari RKUN ke RKUD diatur dengan ketentuan persentase sebagai berikut, atau sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh peraturan dari Kementerian Keuangan:

1. Penyaluran triwulanan

a. Triwulan I : 20% dari alokasi satu tahun; b. Triwulan II : 40% dari alokasi satu tahun; c. Triwulan III : 20% dari alokasi satu tahun; d. Triwulan IV : 20% dari alokasi satu tahun.

2. Penyaluran semesteran

a. Semester I : 60% dari alokasi satu tahun; b. Semester II : 40% dari alokasi satu tahun.

Selanjutnya BUD harus menyalurkan dana BOS secara langsung ke rekening sekolah menggunakan mekanisme hibah sesuai dengan ketetentuan yang ditetapkan dalam peraturan dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri.

Proporsi penyaluran dana di tiap triwulan/semester dari RKUD ke rekening sekolah disesuaikan dengan persentase penyaluran dana BOS dari RKUN ke RKUD sebagaimana yang telah dijelaskan di atas yaitu:

1. Penyaluran triwulanan

a. Triwulan I, III, dan IV (proporsi 20% dari alokasi satu tahun)

i. SD

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 160.000,-

ii. SMP/SMP Satap

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 200.000,-

iii. SMA/SMA Satap

(36)

iv. SMK

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,-

v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 160.000,-

vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 200.000,-

vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMPLB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,-

viii.SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 280.000,-

b. Triwulan II (proporsi 40% dari alokasi satu tahun)

i. SD

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,-

ii. SMP/SMP Satap

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,-

iii. SMA/SMA Satap

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

iv. SMK

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,-

vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,-

vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMPLB)

(37)

viii.SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan separuh dari dana BOS triwulan II (20% dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus dibeli sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan pada bab selanjutnya. Dana BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku sesuai ketentuan yang ditetapkan pada bab penggunaan dana.

Bila kebutuhan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari 20% dana BOS yang dicadangkan tersebut, sekolah dapat menambahkan dana tersebut dari dana yang ada. Akan tetapi bila dana kebutuhan dana pembelian buku teks lebih kecil dari 20% dana BOS yang dicadangkan tersebut, sisa dana dapat digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya sebagaimana diatur pada bab selanjutnya.

2. Penyaluran semesteran

a. Semester I (proporsi 60% dari alokasi satu tahun)

i. SD

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 480.000,-

ii. SMP/SMP Satap

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 600.000,-

iii. SMA/SMA Satap

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,-

iv. SMK

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,-

v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/ SMALB)

(38)

vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 600.000,-

vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMPLB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,-

viii.SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 840.000,-

Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan sepertiga dari dana BOS semester I (20% dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus dibeli sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan pada bab selanjutnya. Dana BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku sesuai ketentuan yang ditetapkan pada bab penggunaan dana.

Bila kebutuhan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari 20% dana BOS yang dicadangkan tersebut, sekolah dapat menambahkan dana tersebut dari dana yang ada. Akan tetapi bila dana kebutuhan dana pembelian buku teks lebih kecil dari 20% dana BOS yang dicadangkan tersebut, sisa dana dapat digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya sebagaimana diatur pada bab selanjutnya.

b. Semester II (proporsi 40% dari alokasi satu tahun)

i. SD

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,-

ii. SMP/SMP Satap

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,-

iii. SMA/SMA Satap

(39)

iv. SMK

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

v. SDLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SMPLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 320.000,-

vi. SMPLB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMALB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 400.000,-

vii. SMALB yang berdiri sendiri (tidak menjadi satu dengan SDLB/ SMPLB)

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

viii.SLB yang memiliki siswa lintas jenjang, atau sekolah luar biasa dengan satu manajemen antara SDLB, dan/atau SMPLB, dan/atau SMALB

Dana BOS = alokasi jumlah siswa x Rp 560.000,-

Beberapa ketentuan tambahan terkait dengan masalah penyaluran dana BOS yang sering terjadi di daerah dan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Jika terdapat siswa pindah/mutasi dari sekolah tertentu ke sekolah lain setelah pencairan dana di triwulan/semester berjalan, maka dana BOS siswa tersebut pada triwulan/semester berjalan tetap menjadi hak sekolah lama. Revisi jumlah siswa pada sekolah yang ditinggalkan/menerima siswa pindahan tersebut baru diberlakukan untuk pencairan triwulan/semester berikutnya dengan terlebih dahulu melakukan revisi/update data Dapodikdasmen sebelum batas waktu cut off data penyaluran awal;

(40)

periode penyaluran berikutnya. Sementara kelebihan yang tidak tercatat dalam Dapodikdasmen harus dikembalikan oleh sekolah ke rekening KUD;

3. Jika terjadi kelebihan salur pada triwulan IV atau semester II maka sekolah harus mengembalikan kelebihan dana tersebut ke rekening KUD Provinsi;

4. Jika terjadi kekurangan salur yang dilakukan oleh BUD ke sekolah, maka sekolah harus melakukan revisi/update data pada Dapodikdasmen agar sesuai dengan jumlah siswa riil di sekolah sebelum batas waktu cut off data perhitungan lebih kurang salur. Apabila dana BOS di BUD masih mencukupi, kekurangan salur di sekolah dapat langsung diselesaikan. Namun apabila dana di BUD tidak mencukupi, maka Tim BOS Provinsi mengajukan laporan kekurangan kepada Tim BOS Pusat melalui laporan penyaluran untuk disampaikan ke Kemenkeu sebagai dasar pencairan dana cadangan;

5. Bilamana terdapat sisa dana BOS di sekolah pada akhir tahun anggaran, maka dana tersebut tetap milik sekolah dan harus digunakan untuk kepentingan sekolah sesuai dengan RKAS dan mengacu kepada juknis BOS tahun berjalan yang berlaku;

C. Ketentuan Pemberian Dana

1. Dana BOS harus diterima secara utuh oleh sekolah melalui rekening atas nama sekolah dan tidak diperkenankan adanya pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak manapun;

2. Pengambilan dana BOS dilakukan oleh Pemegang Kas Sekolah atas persetujuan Kepala Sekolah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dengan menyisakan saldo minimum sesuai peraturan yang berlaku. Saldo minimum ini bukan termasuk pemotongan;

(41)

BAB VI

PENGGUNAAN DANA

A. Ketentuan Penggunaan Dana di Sekolah

1. Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim BOS Sekolah, Dewan Guru dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan di atas harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat. Kesepakatan penggunaan dana BOS harus didasarkan skala prioritas kebutuhan sekolah, khususnya untuk membantu mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan/atau Standar Nasional Pendidikan (SNP);

2. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional sekolah;

3. Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama. Sebaliknya jika dana BOS tidak mencukupi untuk pembelanjaan yang diperbolehkan, maka sekolah dapat mempertimbangkan penambahannya dari sumber pendapatan lain yang diterima oleh sekolah dengan tetap memperhatikan peraturan terkait;

4. Biaya transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar kewajiban jam mengajar harus mengikuti batas kewajaran yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;

5. Bunga bank/jasa giro akibat adanya dana di rekening sekolah menjadi milik sekolah dan digunakan untuk keperluan sekolah (SE Ditjen Perbendaharaan Nomor: S-5965/PB/2010 tanggal 10 Agustus 2010 perihal Pemanfaatan Bunga Bank yang berasal dari Dana BOS di rekening sekolah).

B. Komponen Pembiayaan BOS Jenjang SD dan SMP

(42)

Buku teks tersebut harus sudah dibeli oleh (tersedia di) sekolah sebelum Tahun Pelajaran Baru dimulai. Dengan demikian, sekolah dapat menggunakan dana BOS triwulan II (bagi sekolah yang menerima penyaluran triwulanan) atau semester I (bagi sekolah yang menerima penyaluran semesteran) untuk membiayai pembelian buku teks.

Sekolah harus mencadangkan separuh dana BOS yang diterima di triwulan II (untuk sekolah yang menerima penyaluran triwulanan) atau sepertiga dari dana BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang menerima penyaluran semesteran), atau 20% dari alokasi sekolah dalam satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus dibeli sekolah dengan ketentuan jumlah yang ditetapkan di bawah. Dana BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pemesanan buku teks yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku sesuai ketentuan yang ditetapkan di bawah.

Apabila penggunaan dana untuk pembelian buku teks lebih besar dari 20% dana BOS yang telah dicadangkan, sekolah dapat menambahkan dana tersebut dari dana yang ada. Sebaliknya apabila dana yang dicadangkan tersebut masih tersisa setelah sekolah memenuhi kebutuhan buku teks yang telah ditentukan, maka sisa dana tersebut dapat digunakan untuk pembelian buku lainnya atau pembiayaan kegiatan lainnya sebagaimana ditentukan pada ketentuan di bawah.

Ketentuan pembelian buku teks dijabarkan lebih rinci pada penjelasan mengenai komponen pembiayaan di bawah.

1. Pengembangan Perpustakaan

a. Sekolah wajib membeli/menyediakan buku teks pelajaran untuk siswa dan buku pegangan guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Buku teks pelajaran yang dibeli mencakup pembelian buku teks pelajaran baru, mengganti buku yang rusak, dan membeli kekurangan buku agar tercukupi rasio satu siswa satu buku untuk tiap mata pelajaran atau tema. Ketentuan pembelian/penyediaan buku dari dana BOS adalah sebagai berikut:

i. Jenjang Sekolah Dasar

(43)

a) Sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013, buku yang harus dibeli sekolah adalah buku untuk setiap tema pada Kelas I dan Kelas IV semester II dan Kelas II dan Kelas V semester I;

b) Sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013, buku yang harus dibeli oleh sekolah adalah buku untuk setiap tema pada Kelas I dan Kelas IV semester I;

c) Sekolah pelaksana sebagaimana tersebut pada butir a) dan b) di atas, khusus Kelas IV harus membeli buku untuk Mata Pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) yang telah ditetapkan oleh Kemdikbud;

d) Buku teks yang harus dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.

e) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan buku teks dari Kemdikbud.

2) Penyelenggara Kurikulum 2006

a) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah buku untuk setiap mata pelajaran pada semua tingkat kelas. Jumlah buku yang dibeli adalah untuk mencukupi kekurangan akibat adanya penambahan jumlah siswa dan akibat adanya buku lama yang rusak.

b) Buku teks pelajaran yang dibeli adalah buku teks pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.

c) Buku yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan buku teks dari Kemdikbud.

(44)

a) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada kelas 8 dan kelas 9 sejumlah siswa dan buku pegangan guru untuk setiap mata pelajaran pada kelas 8 dan kelas 9 sejumlah guru mata pelajaran. Untuk kelas 7, jumlah buku yang dibeli adalah untuk mencukupi kekurangan akibat adanya penambahan jumlah siswa dan akibat adanya buku lama yang rusak.

b) Bagi sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 di tahun ini, buku yang harus dibeli adalah buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada kelas 7 sejumlah siswa dan buku pegangan guru untuk setiap mata pelajaran pada kelas 7 sejumlah guru mata pelajaran;

c) Buku yang harus dibeli sekolah adalah buku teks pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.

d) Buku teks pelajaran yang dibeli ini harus dijadikan pegangan oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku ini digunakan sebagai buku teks pelajaran sepanjang tidak ada perubahan ketentuan buku teks dari Kemdikbud.

2) Penyelenggara Kurikulum 2006

a) Buku teks pelajaran yang harus dibeli sekolah adalah buku untuk setiap mata pelajaran pada semua tingkat kelas. Jumlah buku yang dibeli adalah untuk mencukupi kekurangan akibat adanya penambahan jumlah siswa dan akibat adanya buku lama yang rusak.

b) Buku teks pelajaran yang dibeli adalah buku teks pelajaran yang telah dinilai dan telah ditetapkan Harga Eceran Tertingginya oleh Kemdikbud.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Seluruh berkas asli yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas (Khusus Ijazah, cukup menunjukan fotocopy

Hal ini dapat dilihat dari mulai merebaknya usaha dalam skala kecil yang memberikan peluang bagi banyak orang untuk memulai usaha.. Dengan adanya pemikiran seperti ini,

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah teori politik multikultural dari Will Kymlica, untuk melihat secara lebih luas tentang hak-hak minoritas dalam

Metode Certainty Factor paralel merupakan salah satu metode sistem pakar untuk menentukan nilai keyakinan berdasarkan nilai elemen keyakinan dimasukkan oleh seorang

Sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa para pihak jual beli dalam pandangan madzhab Asy- Syafi’i disyaratkan dewasa dalam umur dan pikiran, berkehendak untuk

Batuan Sedimen Nonklastik adalah batuan sedimen yang bahannya terdiri dari bahan non- klastik, yakni bahan yang bukan berasal dari rombakan batuan-asal tetapi berasal dari reaksi

Hasil analisis pirolisis rock-eval menunjukkan bahwa sampel TT-1 dengan nilai S1 1,09 mg/g, sedangkan kandungan kerogen (S2) > 0,25 mg/g batuan, merupakan nilai-nilai yang