• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kebijakan Modal Kerja dalam Menangani Masalah Solvabilitas pada Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus "Prisma Studio Meubel").

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Kebijakan Modal Kerja dalam Menangani Masalah Solvabilitas pada Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus "Prisma Studio Meubel")."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Besarnya kontribusi yang diberikan UKM terhadap perekonomian Indonesia, membuatnya memerlukan pengelolaan modal kerja yang baik demi perkembangan perekonomian dimasa yang akan datang. Penelitian ini mencoba menggambarkan peranan manajemen modal kerja dalam menangani masalah solvabilitas usaha kecil dan menengah. Adapun variabel yang digunakan meliputi kebijakan modal kerja dan rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas yang digunakan meliputi Debt Ratio, Debt To

Equity Ratio, Time Interest Earned, dan Equity Multiplayer. Data yang digunakan

adalah data primer yang didapat melalui wawancara dan pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan modal kerja berperan dalam naik turunnya tingkat solvabilitas perusahaan. Solvabilitas perusahaan meningkat saat perusahaan menggunakan strategi aktiva lancar konservatif dan strategi pendanaan konservatif, sedangkan solvabilitas perusahaan memburuk saat perusahaan menggunakan strategi aktiva lancar Agresif dan strategi pendanaan konservatif.

Kata-kata kunci : kebijakan modal kerja, Debt Ratio, Debt To Equity Ratio, time

Interest Earned, dan Equity Multiplayer.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1. Modal kerja ... 9

2.2. Klasifikasi Modal Kerja ... 10

2.3. Fungsi Modal Kerja ... 12

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja ... 13

2.4.1. Faktor yang Mempengaruhi Aktiva Lancar ... 13

2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Utang Lancar ... 14

2.5. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 16

2.6. Strategi Modal Kerja ... 19

2.6.1. Strategi Aktiva Lancar ... 19

2.6.2. Strategi Pendanaan ... 19

2.7. Manajemen Modal Kerja ... 21

2.7.1 Manajemen Kas ... 22

2.7.1.1. Mempercepat Pemasukan Kas ... 25

2.7.1.2. Memperlambat Pengeluaran Kas ... 26

2.7.1.3. Menentukan Saldo Kas Optimal ... 27

2.7.2. Manajemen Piutang ... 29

2.7.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang ... 31

(3)

iii

Universitas Kristen Maranatha

2.7.2.3. Pengendalian Piutang ... 34

2.7.3. Manajemen Persediaan ... 36

2.7.3.1. Tipe persediaan ... 37

2.7.3.2. Penentuan tingkat persediaan yang optimal ... 38

2.7.3.3. Sistem Pengendalian Persediaan ... 39

2.8. Menghitung Kebutuhan & Perputaran Modal Kerja ... 40

2.8.1. Metode Perputaran Aset ... 40

2.8.2. Metode Keterikatan dana ... 41

2.9. Hubungan Modal Kerja dengan Sovabilitas ... 42

2.10.Kerangka Pemikiran ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1. Objek Penelitian ... 47

3.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 47

3.2. Metode Penelitian ... 50

3.2.1. Jenis Penelitian ... 50

3.2.2. Definisi Operasional ... 51

3.2.3. Populasi & Sampel ... 51

3.2.4. Jenis Data ... 52

3.2.5. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.2.6. Analisis Data ... 53

BAB IV PEMBAHASAN ... 54

4.1. Analisis Kebijakan Modal kerja Perusahaan ... 54

4.2. Penilaian Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Solvabilitas . 66 4.2.1. Debt Ratio ... 66

4.2.2. Debt To Equity Ratio ... 67

4.2.3. Time Interest Earned (TIE) ... 68

4.2.4. Equity Multiplayer (EM) ... 69

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2004 ... 54

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel

Per 31 Desember 2004 ... 55

Tabel 4.3 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2005 ... 57

Tabel 4.4 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel

Per 31 Desember 2005 ... 58

Tabel 4.5 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Prisma Studio

Meubel Tahun 2004-2005 ... 58

Tabel 4.6 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2006 ... 60

Tabel 4.7 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel

Per 31 Desember 2006 ... 61 Tabel 4.8 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Prisma Studio

Meubel Tahun 2005-2006 ... 61 Tabel 4.9 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2007 ... 63 Tabel 4.10 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel

Per 31 Desember 2007 ... 64 Tabel 4.11 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Prisma Studio

Meubel Tahun 2006-2007 ... 64 Tabel 4.12 Perkembangan Debt Ratio Prisma Studio Meubel

Tahun 2004 – 2007 ... 66 Tabel 4.13 Perkembangan Debt To Equity Ratio Prisma Studio Meubel

Tahun 2004 – 2007 ... 67 Tabel 4.14 Perkembangan Time Interest Earned Prisma Studio Meubel

Tahun 2004 – 2007 ... 68 Tabel 4.15 Perkembangan Equity Multiplayer Prisma Studio Meubel

Tahun 2004 – 2007 ... 69 Tabel 4.16 Penerapan Strategi Modal Kerja Prisma Studio Meubel

(5)

v

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus kas ... 24 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 45

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Neraca Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007 ... 76

Lampiran B Laba Rugi Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007 ... 77

Lampiran C Harga Pokok Penjualan Prisma Studio Meubel

Periode 2004-2007 ... 78

Lampiran D Rekapitulasi Persediaan Prisma Studio Meubel

Periode 2004-2007 ... 79

Lampiran E Rincian Pendapatan & Biaya Prisma Studio Meubel

Periode 2004-2007 ... 80

Lampiran F Kertas Kerja Laporan Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja

Prisma Studio Meubel Tahun 2004-2005 ... 82

Lampiran G Kertas Kerja Laporan Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja

Prisma Studio Meubel Tahun 2005-2006 ... 83

Lampiran H Kertas Kerja Laporan Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja

(7)

Bab I Pendahuluan

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Telah lebih dari satu dekade krisis ekonomi melanda Indonesia, keterpurukan

ekonomi mengakibatkan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan,

mulai dari sektor informal yang pada umumnya berdiri dengan kapitalisasi seadanya,

hingga sektor formal yang didukung dengan kapitalisasi yang memadai.

Namun demikian, upaya restrukturisasi juga banyak dilakukan oleh

perusahaan dengan tujuan untuk bangkit dari kebangkrutan. Namun, lagi-lagi upaya

ini dihadapkan pada permasalahan yang cukup besar, tidak tercapainya skala

ekonomi (economic scale) karena terbentur dengan keterbatasan teknologi, inflasi

yang tinggi, serta faktor eksternal lainnya. Akibatnya para pelaku industri tidak

memiliki daya saing yang kuat. Dalam menangani masalah tersebut, para pelaku

usaha membuat kebijakan untuk mengurangi sumber daya, seperti mengurangi

jumlah tenaga kerja (PHK-pemutusan hubungan kerja), menjual sebagian aktiva

tetap yang dimilliki, dll.

Walupun dalam kenyataannya kebijakan tersebut memberikan efek negatif

yaitu makin meningkatnya pengangguran, dilain pihak kondisi tersebut memicu

timbulnya ide-ide kreatif dari para pelaku usaha yang menjadi bibit dari munculnya

UKM (usaha kecil dan menengah).

(8)

dirinci menurut skala usaha, pertumbuhan UKM mencapai 6,4 persen dan usaha besar tumbuh 6,2 persen. Jadi dibandingkan 2006, pertumbuhan PDB UKM hanya 5,7 persen dan PDB usaha besar hanya 5,2 persen.

Sementara itu pertumbuhan PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 9,3 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 7,8 persen. Jumlah populasi UKM pada 2007 mencapai 49.8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.

Sedangkan hasil ekspor produksi UKM selama 2007 mencapai Rp142,8 triliun atau 20 persen terhadap ekspor nonmigas nasional sebesar Rp713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKMB yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada 2007 mencapai Rp462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia.”

(www.hariansib.com, 08/09/08)

Namun, dalam kenyataannya selama ini UKM kurang mendapatkan

perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya UKM dapat dikatakan

barulah muncul belakangan ini saja.

Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang

belakangan ini memandang penting keberadaan UKM (Berry, dkk, 2001). “Alasan

pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan

tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering

mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.

Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal

fleksibilitas ketimbang usaha besar.”

Kuncoro (2000a) juga menyebutkan bahwa “usaha kecil dan usaha rumah

tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja,

meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.”

Dengan semakin berkembangnya UKM dewasa ini, maka persaingan antar

(9)

3 Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat

tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang

dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Pihak manajemen, dituntut untuk

dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan secara efisien dan efektif terutama pada modal kerja, dan juga dituntut

untuk dapat menghasilkan keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan

perusahaan di masa yang akan datang.

Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan. Adanya modal kerja

yang cukup menjamin kelancaran suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas

rutinnya. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak

produktif ( dana menganggur) dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang

tersedia tidak di pergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya,

kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam

menjalankan aktivitasnya, pada kondisi ini perusahaan sulit untuk memenuhi

kebutuhan jangka pendeknya.

“Modal kerja kotor biasanya mengacu pada aktiva lancar, yang biasanya meliputi Kas, Piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja bersih biasanya diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja bersih operasional biasanya diartikan sebagai aktiva lancar operasional dikurangi utang lancar operasional. Biasanya aktiva lancar operasional mencakup Kas, Piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan utang lancar operasional mencakup Utang dagang dan Utang akrual (misal utang gaji dan utang pajak).”

(Mamduh, 2004 : 519)

Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda,

salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu

sendiri. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis sehingga harus

disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. pengelolaan modal kerja yang baik

(10)

akan memperlancar aktivitas perusahaan dalam meningkatkan usaha untuk mencapai

keuntungan yang diharapkan.

Hampir disetiap pembahasannya (Mamduh 2004 ; Munawir 2002; Nafarin

2007) Manajemen Modal kerja selalu dikaitkan dengan tingkat Likuiditas suatu

perusahaan. Dalam pembahasan kali ini penulis mencoba untuk mengaitkannya

dengan tingkat Solvabilitas suatu perusahaan.

“Solvabilitas/rasio utang/leverage, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini memfokuskan pada sisi kanan perusahaan atau kewajiban perusahaan.” (Mamduh, 2004 : 40)

Kreditur jangka pendek sangat berminat terhadap kemampuan perusahaan

untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek, namun kreditur jangka panjang

justru lebih tertarik pada kondisi jangka panjang, karena betapapun baiknya kondisi

jangka pendek tidaklah selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang.

Artinya kondisi keuangan jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan

yang baik juga dalam jangka panjang.

Menurut Munawir (2002 : 81), terdapat hal-hal yang menguntungkan dalam

jangka pendek yang mudah digoyahkan dengan pos-pos jangka panjang, misalnya :

1. Adanya Understated (dicatat terlalu kecil) terhadap depresiasi,

mengakibatkan keuntungan perusahaan dalam tahun-tahun pertama

terlihat baik karena biaya depresiasi yang kecil, income overstated, ada

kemungkinan dibayarkan deviden. Tetapi dalam jangka panjang

perusahaan tidak dapat memperoleh kembali aktiva tetapnya, hingga ini

(11)

5 Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha kelangsungan usaha, karena aktiva belum habis disusut, tetapi sudah tidak

dapat digunakan lagi.

2. Jatuh tempo dari hutang jangka panjang yang tidak diperkirakan dengan

baik, sehingga pada saat jatuh temponya perusahaan mengalami kesulitan

keuangan.

3. Struktur modal yang tidak baik. Misalnya jumlah hutang lebih besar dari

modal sendiri.

4. Pada waktu terjadi tendensi inflasi dan perusahaan menggunakan

perhitungan harga pokok historis (dengan metode FIFO) – sehingga harga

pokok terlihat sangat rendah – padahal harga jual meningkat sehingga

mengakibatkan profit margin kelihatan tinggi, hal ini menyebabkan aktiva

lancar terutama persediaan semakin turun karena dengan jumlah uang

yang sama tidak dapat memperoleh jumlah kuantitas persediaan yang

sama seperti jumlah sebelumnya.

Dalam menghitung rasio solvabilitas ini, ada beberapa macam rasio yang dapat

dihitung yaitu Debt to Equity ratio, Debt to Asset Ratio, Time Interest Earn, Equity

Multiplayer, dan Fixed Charge Coverage.

Prisma Studio Meubel merupakan suatu perusahaan skala menengah yang

bergerak dalam bidang Furniture & Elektroplating, dimana produk yang dihasilkan

diataranya Meja Tamu, Meja makan, Console, Kamar Set, Air Mancur, Patung

Relief, Deskwar, dan Voyer. Dimana 80% dari produknya berbahan dasar Fiber

Glass (Serat Kaca).

Banyaknya pesaing baru yang terjun dalam industri sejenis, serta ancaman

produk-produk impor, menuntut perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga

(12)

dapat mencapai keunggulan kompetitif. Namun buruknya pengelolaan modal kerja,

kredit macet, serta meningkatnya harga bahan baku menjadi penghalang utama

perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Atas dasar pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Peranan Kebijakan Modal Kerja dalam Menangani Masalah

Solvabilitas Pada Usaha Kecil Menengah, Studi Kasus : Prisma Studio

Meubel”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis ingin

mengetahui dan memahami lebih lanjut secara mendalam mengenai Peranan

Kebijakan Modal kerja dalam menangani permasalahan solvabilitas pada

perusahaan Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007 . Perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kebijakan Manajemen Modal Kerja yang diterapkan Prisma

Studio Meubel Periode 2004-2007 ?

2. Bagaimana kinerja keuangan Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007

berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis rasio

Solvabilitas ?

3. Bagaimana Peran Kebijakan Modal Kerja yang diterapkan pada Prisma

Studio Meubel dalam menangani permasalahan solvabilitas perusahaan,

(13)

7 Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

• Maksud penelitian : Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan

diperoleh data dan fakta yang memberikan pengaruh positif terhadap

usaha perusahaan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi modal

kerjanya sehingga dapat menangani masalah slovabilitas perusahaan.

• Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Kebijakan Manajemen Modal Kerja yang

diterapkan Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007.

2. Untuk mengetahui kinerja keuangan Prisma Studio Meubel. Periode

2004-2007 menggunakan analisis rasio Solvabilitas.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran Manajemen Modal Kerja yang

diterapkan pada Prisma Studio Meubel dalam menangani

permasalahan solvabilitas perusahaan, periode 2004 – 2007.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis

Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana di Fakultas

Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha. Serta dapat

menambah pengetahuan yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang

dipelajari.

(14)

2. Bagi perusahaan yang diteliti

Agar memperoleh masukan yang positif mengenai penglolaan modal

kerja perusahaan sehingga dapat menangani masalah slovabilitas

perusahaan.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi maupun

bahan kajian bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai peranan

Manajemen Modal Kerja dalam menangani masalah slovabilitas

(15)

Bab V Simpulan dan Saran

73

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis peranan kebijakan Modal Kerja dalam

Menangani Masalah Solvabilitas Usaha Kecil Menengah, Studi Kasus :

Prisma Studi Meubel. Maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

• Perusahaan menggunakan dua kelompok kebijakan modal kerja

selama 4 tahun, yaitu Strategi Aktiva Lancar Konservatif dan Strategi

Pendanaan Konservatif untuk tahun 2004 s/d 2005. Sedangkan tahun

2006 s/d 2007 perusahaan menggunakan Strategi Aktiva Lancar Agresif

dan Strategi Pendanaan Konservatif.

• Berdasarkan analisis rasio solvabilitas, dapat diketahui bahwa tingkat

solvabilitas perusahaan dari tahun 2004 s/d 2006 cenderung membaik,

walaupun pada tahun 2006 nilai TIE menurun, namun masih berada pada

titik positif. Sedangkan untuk tahun 2007 tingkat solvabilitas perusahaan

memburuk, karena perubahan negatif terjadi pada Debt Ratio , Debt To

Equity Ratio, Time Interest Earned, dan Equity Multiplayer.

• Dengan kedua pernyataan diatas, maka dapat diketahui bahwa dengan

menerapkan Strategi Aktiva Lancar Konservatif dan Strategi Pendanaan

Konservatif ternyata dapat meningkatkan tingkat solvabilitas perusahaan,

sedangkan apabila perusahaan menggunakan Strategi Aktiva Lancar

(16)

Konservatif dan Strategi Pendanaan Agresif, peningkatan tingkat

solvabilitas sangatlah kecil, bahkan dapat memperburuk tingkat

solvabilitas perusahaan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan agar hendaknya

dimasa yang akan datang Prisma Studio Meubel menggunakan kebijakan

modal kerja dengan Strategi Aktiva Lancar Konservatif dan Strategi

Pendanaan Konservatif, terkait dengan kondisi perekonomian Indonesia saat

ini.

Namun apabila manajemen perusahaan ingin merubah kebijakan

modal kerjanya dengan tujuan meningkatkan profitabilitas hendaknya

manajemen lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan jangka panjang

serta memperhatikan masalah waktu perubahan kebijakan modal kerja dan

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Berry, A., Rodriguez, E., Sandee, H. (2001), “Small and Medium Enterprise

Dynamics in Indonesia”, Buletin Studi Perekonomian Indonesia, Vol. 37, No. 3,

2001: 363-84. Carfax Publishing.

Gitman Lawrence. J., 2006. Principle of Financial, Eleventh Edition. Pearson Addison Wesley.

Indriyo Gitosudarmo. (2002). Manajemen Keuangan , edisi 4. BPFE. Yogyakarta.

Kuncoro, M., 2002a, Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster

Industri Indonesia. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Mamduh, M., Hanafi. (2004). Manajemen Keuangan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta

M. Nafarin. (2007). Anggaran Perusahaan, Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta

Napa J., Awat. (1999). Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

S. Munawir. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta

Supriyanto. (2008). UKM Kontribusi 53,6% Terhadap PDB Indonesia. Harian Sinar

Indonesia Baru. 31 Mei 2008. Diakses pada tanggal 8 September 2008 dari

http://www.hariansib.com/ekonomidankeuangan/kontribusiukm.mht.

Referensi

Dokumen terkait

Pihak yang kontra mengemukakan, dari pada membuat aturan yang menyusahkan masyarakat dan pengenaan denda disituasi di mana masyarakat sedang berada hidup susah

Dimana semua perlakuan pemberian ekstrak biji ganitri berdampak terhadap penurunan kadar gula darah mencit, namun perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan

personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, demikian juga dengan dalam pemilihan dan pengangkatan

Penelitian tentang prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan perbandingan dari beberapa model sekaligus telah banyak dilakukan, namun jika membandingkan model prediksi

Bank sebagai Lembaga Keuangan dan Lembaga Intermediasi, berperan sebagai perantara keuangan masyarakat, yaitu berupa kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat

Peningkatan SDM Anggota Manggala Agni melalui pembinaan cara mendownload data Hotspot dari website sipongi, Pemantauan data cuaca dari BMKG, Pengamatan dan

Penelitian ini bertujuan agar adanya peningkatan yang terjadi dalam prestasi siswa dan kemampuan kerja sama pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit