Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Besarnya kontribusi yang diberikan UKM terhadap perekonomian Indonesia, membuatnya memerlukan pengelolaan modal kerja yang baik demi perkembangan perekonomian dimasa yang akan datang. Penelitian ini mencoba menggambarkan peranan manajemen modal kerja dalam menangani masalah solvabilitas usaha kecil dan menengah. Adapun variabel yang digunakan meliputi kebijakan modal kerja dan rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas yang digunakan meliputi Debt Ratio, Debt To
Equity Ratio, Time Interest Earned, dan Equity Multiplayer. Data yang digunakan
adalah data primer yang didapat melalui wawancara dan pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan modal kerja berperan dalam naik turunnya tingkat solvabilitas perusahaan. Solvabilitas perusahaan meningkat saat perusahaan menggunakan strategi aktiva lancar konservatif dan strategi pendanaan konservatif, sedangkan solvabilitas perusahaan memburuk saat perusahaan menggunakan strategi aktiva lancar Agresif dan strategi pendanaan konservatif.
Kata-kata kunci : kebijakan modal kerja, Debt Ratio, Debt To Equity Ratio, time
Interest Earned, dan Equity Multiplayer.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
2.1. Modal kerja ... 9
2.2. Klasifikasi Modal Kerja ... 10
2.3. Fungsi Modal Kerja ... 12
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja ... 13
2.4.1. Faktor yang Mempengaruhi Aktiva Lancar ... 13
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Utang Lancar ... 14
2.5. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 16
2.6. Strategi Modal Kerja ... 19
2.6.1. Strategi Aktiva Lancar ... 19
2.6.2. Strategi Pendanaan ... 19
2.7. Manajemen Modal Kerja ... 21
2.7.1 Manajemen Kas ... 22
2.7.1.1. Mempercepat Pemasukan Kas ... 25
2.7.1.2. Memperlambat Pengeluaran Kas ... 26
2.7.1.3. Menentukan Saldo Kas Optimal ... 27
2.7.2. Manajemen Piutang ... 29
2.7.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang ... 31
iii
Universitas Kristen Maranatha
2.7.2.3. Pengendalian Piutang ... 34
2.7.3. Manajemen Persediaan ... 36
2.7.3.1. Tipe persediaan ... 37
2.7.3.2. Penentuan tingkat persediaan yang optimal ... 38
2.7.3.3. Sistem Pengendalian Persediaan ... 39
2.8. Menghitung Kebutuhan & Perputaran Modal Kerja ... 40
2.8.1. Metode Perputaran Aset ... 40
2.8.2. Metode Keterikatan dana ... 41
2.9. Hubungan Modal Kerja dengan Sovabilitas ... 42
2.10.Kerangka Pemikiran ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
3.1. Objek Penelitian ... 47
3.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 47
3.2. Metode Penelitian ... 50
3.2.1. Jenis Penelitian ... 50
3.2.2. Definisi Operasional ... 51
3.2.3. Populasi & Sampel ... 51
3.2.4. Jenis Data ... 52
3.2.5. Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.2.6. Analisis Data ... 53
BAB IV PEMBAHASAN ... 54
4.1. Analisis Kebijakan Modal kerja Perusahaan ... 54
4.2. Penilaian Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Solvabilitas . 66 4.2.1. Debt Ratio ... 66
4.2.2. Debt To Equity Ratio ... 67
4.2.3. Time Interest Earned (TIE) ... 68
4.2.4. Equity Multiplayer (EM) ... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2004 ... 54
Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel
Per 31 Desember 2004 ... 55
Tabel 4.3 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2005 ... 57
Tabel 4.4 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel
Per 31 Desember 2005 ... 58
Tabel 4.5 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Prisma Studio
Meubel Tahun 2004-2005 ... 58
Tabel 4.6 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2006 ... 60
Tabel 4.7 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel
Per 31 Desember 2006 ... 61 Tabel 4.8 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Prisma Studio
Meubel Tahun 2005-2006 ... 61 Tabel 4.9 Neraca Prisma Studio Meubel Per 31 Desember 2007 ... 63 Tabel 4.10 Laporan Laba Rugi Prisma Studio Meubel
Per 31 Desember 2007 ... 64 Tabel 4.11 Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Prisma Studio
Meubel Tahun 2006-2007 ... 64 Tabel 4.12 Perkembangan Debt Ratio Prisma Studio Meubel
Tahun 2004 – 2007 ... 66 Tabel 4.13 Perkembangan Debt To Equity Ratio Prisma Studio Meubel
Tahun 2004 – 2007 ... 67 Tabel 4.14 Perkembangan Time Interest Earned Prisma Studio Meubel
Tahun 2004 – 2007 ... 68 Tabel 4.15 Perkembangan Equity Multiplayer Prisma Studio Meubel
Tahun 2004 – 2007 ... 69 Tabel 4.16 Penerapan Strategi Modal Kerja Prisma Studio Meubel
v
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus kas ... 24 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Neraca Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007 ... 76
Lampiran B Laba Rugi Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007 ... 77
Lampiran C Harga Pokok Penjualan Prisma Studio Meubel
Periode 2004-2007 ... 78
Lampiran D Rekapitulasi Persediaan Prisma Studio Meubel
Periode 2004-2007 ... 79
Lampiran E Rincian Pendapatan & Biaya Prisma Studio Meubel
Periode 2004-2007 ... 80
Lampiran F Kertas Kerja Laporan Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja
Prisma Studio Meubel Tahun 2004-2005 ... 82
Lampiran G Kertas Kerja Laporan Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja
Prisma Studio Meubel Tahun 2005-2006 ... 83
Lampiran H Kertas Kerja Laporan Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja
Bab I Pendahuluan
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Telah lebih dari satu dekade krisis ekonomi melanda Indonesia, keterpurukan
ekonomi mengakibatkan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan,
mulai dari sektor informal yang pada umumnya berdiri dengan kapitalisasi seadanya,
hingga sektor formal yang didukung dengan kapitalisasi yang memadai.
Namun demikian, upaya restrukturisasi juga banyak dilakukan oleh
perusahaan dengan tujuan untuk bangkit dari kebangkrutan. Namun, lagi-lagi upaya
ini dihadapkan pada permasalahan yang cukup besar, tidak tercapainya skala
ekonomi (economic scale) karena terbentur dengan keterbatasan teknologi, inflasi
yang tinggi, serta faktor eksternal lainnya. Akibatnya para pelaku industri tidak
memiliki daya saing yang kuat. Dalam menangani masalah tersebut, para pelaku
usaha membuat kebijakan untuk mengurangi sumber daya, seperti mengurangi
jumlah tenaga kerja (PHK-pemutusan hubungan kerja), menjual sebagian aktiva
tetap yang dimilliki, dll.
Walupun dalam kenyataannya kebijakan tersebut memberikan efek negatif
yaitu makin meningkatnya pengangguran, dilain pihak kondisi tersebut memicu
timbulnya ide-ide kreatif dari para pelaku usaha yang menjadi bibit dari munculnya
UKM (usaha kecil dan menengah).
dirinci menurut skala usaha, pertumbuhan UKM mencapai 6,4 persen dan usaha besar tumbuh 6,2 persen. Jadi dibandingkan 2006, pertumbuhan PDB UKM hanya 5,7 persen dan PDB usaha besar hanya 5,2 persen.
Sementara itu pertumbuhan PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 9,3 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 7,8 persen. Jumlah populasi UKM pada 2007 mencapai 49.8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.
Sedangkan hasil ekspor produksi UKM selama 2007 mencapai Rp142,8 triliun atau 20 persen terhadap ekspor nonmigas nasional sebesar Rp713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKMB yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada 2007 mencapai Rp462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia.”
(www.hariansib.com, 08/09/08)
Namun, dalam kenyataannya selama ini UKM kurang mendapatkan
perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya UKM dapat dikatakan
barulah muncul belakangan ini saja.
Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang
belakangan ini memandang penting keberadaan UKM (Berry, dkk, 2001). “Alasan
pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan
tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering
mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.
Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal
fleksibilitas ketimbang usaha besar.”
Kuncoro (2000a) juga menyebutkan bahwa “usaha kecil dan usaha rumah
tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja,
meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.”
Dengan semakin berkembangnya UKM dewasa ini, maka persaingan antar
3 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat
tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang
dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Pihak manajemen, dituntut untuk
dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan secara efisien dan efektif terutama pada modal kerja, dan juga dituntut
untuk dapat menghasilkan keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan
perusahaan di masa yang akan datang.
Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan. Adanya modal kerja
yang cukup menjamin kelancaran suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
rutinnya. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak
produktif ( dana menganggur) dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang
tersedia tidak di pergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya,
kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya, pada kondisi ini perusahaan sulit untuk memenuhi
kebutuhan jangka pendeknya.
“Modal kerja kotor biasanya mengacu pada aktiva lancar, yang biasanya meliputi Kas, Piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja bersih biasanya diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja bersih operasional biasanya diartikan sebagai aktiva lancar operasional dikurangi utang lancar operasional. Biasanya aktiva lancar operasional mencakup Kas, Piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan utang lancar operasional mencakup Utang dagang dan Utang akrual (misal utang gaji dan utang pajak).”
(Mamduh, 2004 : 519)
Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda,
salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu
sendiri. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifat dinamis sehingga harus
disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. pengelolaan modal kerja yang baik
akan memperlancar aktivitas perusahaan dalam meningkatkan usaha untuk mencapai
keuntungan yang diharapkan.
Hampir disetiap pembahasannya (Mamduh 2004 ; Munawir 2002; Nafarin
2007) Manajemen Modal kerja selalu dikaitkan dengan tingkat Likuiditas suatu
perusahaan. Dalam pembahasan kali ini penulis mencoba untuk mengaitkannya
dengan tingkat Solvabilitas suatu perusahaan.
“Solvabilitas/rasio utang/leverage, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini memfokuskan pada sisi kanan perusahaan atau kewajiban perusahaan.” (Mamduh, 2004 : 40)
Kreditur jangka pendek sangat berminat terhadap kemampuan perusahaan
untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek, namun kreditur jangka panjang
justru lebih tertarik pada kondisi jangka panjang, karena betapapun baiknya kondisi
jangka pendek tidaklah selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang.
Artinya kondisi keuangan jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan
yang baik juga dalam jangka panjang.
Menurut Munawir (2002 : 81), terdapat hal-hal yang menguntungkan dalam
jangka pendek yang mudah digoyahkan dengan pos-pos jangka panjang, misalnya :
1. Adanya Understated (dicatat terlalu kecil) terhadap depresiasi,
mengakibatkan keuntungan perusahaan dalam tahun-tahun pertama
terlihat baik karena biaya depresiasi yang kecil, income overstated, ada
kemungkinan dibayarkan deviden. Tetapi dalam jangka panjang
perusahaan tidak dapat memperoleh kembali aktiva tetapnya, hingga ini
5 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha kelangsungan usaha, karena aktiva belum habis disusut, tetapi sudah tidak
dapat digunakan lagi.
2. Jatuh tempo dari hutang jangka panjang yang tidak diperkirakan dengan
baik, sehingga pada saat jatuh temponya perusahaan mengalami kesulitan
keuangan.
3. Struktur modal yang tidak baik. Misalnya jumlah hutang lebih besar dari
modal sendiri.
4. Pada waktu terjadi tendensi inflasi dan perusahaan menggunakan
perhitungan harga pokok historis (dengan metode FIFO) – sehingga harga
pokok terlihat sangat rendah – padahal harga jual meningkat sehingga
mengakibatkan profit margin kelihatan tinggi, hal ini menyebabkan aktiva
lancar terutama persediaan semakin turun karena dengan jumlah uang
yang sama tidak dapat memperoleh jumlah kuantitas persediaan yang
sama seperti jumlah sebelumnya.
Dalam menghitung rasio solvabilitas ini, ada beberapa macam rasio yang dapat
dihitung yaitu Debt to Equity ratio, Debt to Asset Ratio, Time Interest Earn, Equity
Multiplayer, dan Fixed Charge Coverage.
Prisma Studio Meubel merupakan suatu perusahaan skala menengah yang
bergerak dalam bidang Furniture & Elektroplating, dimana produk yang dihasilkan
diataranya Meja Tamu, Meja makan, Console, Kamar Set, Air Mancur, Patung
Relief, Deskwar, dan Voyer. Dimana 80% dari produknya berbahan dasar Fiber
Glass (Serat Kaca).
Banyaknya pesaing baru yang terjun dalam industri sejenis, serta ancaman
produk-produk impor, menuntut perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga
dapat mencapai keunggulan kompetitif. Namun buruknya pengelolaan modal kerja,
kredit macet, serta meningkatnya harga bahan baku menjadi penghalang utama
perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Atas dasar pemikiran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Peranan Kebijakan Modal Kerja dalam Menangani Masalah
Solvabilitas Pada Usaha Kecil Menengah, Studi Kasus : Prisma Studio
Meubel”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis ingin
mengetahui dan memahami lebih lanjut secara mendalam mengenai Peranan
Kebijakan Modal kerja dalam menangani permasalahan solvabilitas pada
perusahaan Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007 . Perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebijakan Manajemen Modal Kerja yang diterapkan Prisma
Studio Meubel Periode 2004-2007 ?
2. Bagaimana kinerja keuangan Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007
berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis rasio
Solvabilitas ?
3. Bagaimana Peran Kebijakan Modal Kerja yang diterapkan pada Prisma
Studio Meubel dalam menangani permasalahan solvabilitas perusahaan,
7 Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
• Maksud penelitian : Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan
diperoleh data dan fakta yang memberikan pengaruh positif terhadap
usaha perusahaan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi modal
kerjanya sehingga dapat menangani masalah slovabilitas perusahaan.
• Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Kebijakan Manajemen Modal Kerja yang
diterapkan Prisma Studio Meubel Periode 2004-2007.
2. Untuk mengetahui kinerja keuangan Prisma Studio Meubel. Periode
2004-2007 menggunakan analisis rasio Solvabilitas.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran Manajemen Modal Kerja yang
diterapkan pada Prisma Studio Meubel dalam menangani
permasalahan solvabilitas perusahaan, periode 2004 – 2007.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis
Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana di Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha. Serta dapat
menambah pengetahuan yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang
dipelajari.
2. Bagi perusahaan yang diteliti
Agar memperoleh masukan yang positif mengenai penglolaan modal
kerja perusahaan sehingga dapat menangani masalah slovabilitas
perusahaan.
3. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi maupun
bahan kajian bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai peranan
Manajemen Modal Kerja dalam menangani masalah slovabilitas
Bab V Simpulan dan Saran
73
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis peranan kebijakan Modal Kerja dalam
Menangani Masalah Solvabilitas Usaha Kecil Menengah, Studi Kasus :
Prisma Studi Meubel. Maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
• Perusahaan menggunakan dua kelompok kebijakan modal kerja
selama 4 tahun, yaitu Strategi Aktiva Lancar Konservatif dan Strategi
Pendanaan Konservatif untuk tahun 2004 s/d 2005. Sedangkan tahun
2006 s/d 2007 perusahaan menggunakan Strategi Aktiva Lancar Agresif
dan Strategi Pendanaan Konservatif.
• Berdasarkan analisis rasio solvabilitas, dapat diketahui bahwa tingkat
solvabilitas perusahaan dari tahun 2004 s/d 2006 cenderung membaik,
walaupun pada tahun 2006 nilai TIE menurun, namun masih berada pada
titik positif. Sedangkan untuk tahun 2007 tingkat solvabilitas perusahaan
memburuk, karena perubahan negatif terjadi pada Debt Ratio , Debt To
Equity Ratio, Time Interest Earned, dan Equity Multiplayer.
• Dengan kedua pernyataan diatas, maka dapat diketahui bahwa dengan
menerapkan Strategi Aktiva Lancar Konservatif dan Strategi Pendanaan
Konservatif ternyata dapat meningkatkan tingkat solvabilitas perusahaan,
sedangkan apabila perusahaan menggunakan Strategi Aktiva Lancar
Konservatif dan Strategi Pendanaan Agresif, peningkatan tingkat
solvabilitas sangatlah kecil, bahkan dapat memperburuk tingkat
solvabilitas perusahaan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan agar hendaknya
dimasa yang akan datang Prisma Studio Meubel menggunakan kebijakan
modal kerja dengan Strategi Aktiva Lancar Konservatif dan Strategi
Pendanaan Konservatif, terkait dengan kondisi perekonomian Indonesia saat
ini.
Namun apabila manajemen perusahaan ingin merubah kebijakan
modal kerjanya dengan tujuan meningkatkan profitabilitas hendaknya
manajemen lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan jangka panjang
serta memperhatikan masalah waktu perubahan kebijakan modal kerja dan
DAFTAR PUSTAKA
Berry, A., Rodriguez, E., Sandee, H. (2001), “Small and Medium Enterprise
Dynamics in Indonesia”, Buletin Studi Perekonomian Indonesia, Vol. 37, No. 3,
2001: 363-84. Carfax Publishing.
Gitman Lawrence. J., 2006. Principle of Financial, Eleventh Edition. Pearson Addison Wesley.
Indriyo Gitosudarmo. (2002). Manajemen Keuangan , edisi 4. BPFE. Yogyakarta.
Kuncoro, M., 2002a, Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mamduh, M., Hanafi. (2004). Manajemen Keuangan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta
M. Nafarin. (2007). Anggaran Perusahaan, Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta
Napa J., Awat. (1999). Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
S. Munawir. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta
Supriyanto. (2008). UKM Kontribusi 53,6% Terhadap PDB Indonesia. Harian Sinar
Indonesia Baru. 31 Mei 2008. Diakses pada tanggal 8 September 2008 dari
http://www.hariansib.com/ekonomidankeuangan/kontribusiukm.mht.