• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita TBC Paru BTA (+) Terhadap Pelaksanaan Program Dots di Wilayah Kerja PKM Cipageran Kota Cimahi Pada Tahun 2005.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penderita TBC Paru BTA (+) Terhadap Pelaksanaan Program Dots di Wilayah Kerja PKM Cipageran Kota Cimahi Pada Tahun 2005."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN PENDERITA TBC PARU BTA (+)

TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DOTS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PKM CIPAGERAN KOTA CIMAHI

PADA TAHUN 2005

Arry Soryadharma, 2005 Pembimbing: Felix Kasim,dr.,M.Kes

Latar belakang: Penyakit TBC masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Jawa Barat, Kota Cimahi khususnya di PKM Cipageran pencapaian angka temuan kasus TB masih jauh dari target karena Program DOTS belum terlaksana dengan baik.

Tujuan: Melakukan tinjauan pelaksanaan program DOTS di PKM pada penderita TBC Basil Tahan Asam positif di wilayah kerja PKM Cipageran dan Memperoleh data-data tentang pelaksanaan program DOTS di PKM Cipageran.

Metode penelitian : penelitian bersifat survei dengan wawancara terhadap penderita TBC BTA(+) di Wilayah kerja PKM Cipageran.

Hasil: Diagnosis TBC pada 47,62% responden dengan anamesis dilanjutkan pemeriksaan dahak, pada 52,48% responden dengan anamesis, pemeriksaan dahak dan rontgen. 80,95% responden dimonitor oleh PMO. Seluruh responden selalu memperoleh Obat Anti TBC sesuai jadwal. Hanya 85,71% responden yang memiliki kartu TB02.

Kesimpulan: penegakkan diagnosis dan ketersediaan OAT di PKM Cipageran sudah sesuai dengan program DOTS. Pengawasan menelan OAT dan pencatatan masih kurang sesuai dengan program DOTS yang definitif.

Saran: Pada PKM, meningkatkan pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi dan juga mengoptimalkan pencatatan.Dinas kesehatan, melakukan kajian terhadap hambatan-hambatan program DOTS dan pelatihan pada petugas PKM.

(2)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF AFB (+) LUNG TB PATIENT TO THE

IMPLEMENTATION OF DOTS PROGRAM AT CIPAGERAN COMMUNITY HEALTH CENTER CIMAHI CITY ON THE YEAR OF 2005

Arry Soryadharma, 2005 Tutor: Felix Kasim,dr.,M.Kes

Background: TB is still major public health problem in Indonesia. In West Java, Cimahi city particularly at Cipageran community health center, the achivement of case detection rate is still out of target because the implementation of DOTS program has not been fully implemented yet.

Objectives: To make observation and to collect data about DOTS program implementation to the acid fast bacilli positive TB patients at Cipageraqn comunity health center.

Methods: By survei research study by interviewing Acid Fast Bacilli Positive TB patients at the job area of Cipageran community health center.

Result: Diagnosis TB at 47.62% respondents by anamese continued by sputum smear examination, at 52.48% respondents by anamese, sputum smear examination and rontgen. 80,95% respondents are monitored by TB direct obsever. All respondents received the anti tuberculosis drugs on schedule. Only 85,71% respondents hold the TB02 card.

Conclusion: diagnosis method and drugs availability at Cipageran community health center are suitable with DOTS program. However monitoring and recording system still inappropriate with defnitive DOTS program.

Recomendations: To community health center, promoting the implementation of communication, information and education and also to optimalize recording. To health departement, to analyze the barriers of DOTS program implementation and also to provide training to the Comunity health center officers.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran... 4

1.6. Metodologi Penelitian ... 5

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Tuberkulosis ... 6

2.2. Epidemiologi Tuberkulosis ... 6

(4)

2.3.6.Merokok ... 12

2.3.7. Penyakit HIV dan AIDS ... 13

2.3.8. Lingkungan dalam Rumah ... 13

2.3.9. Lingkungan Pemukiman ... 14

2.4. Manifestasi Klinis ... 14

2.5. Pemeriksaan Fisik ... 15

2.6. Pemeriksaan Radiologi ... 16

2.7. Pemeriksaan Bakteriologis... 17

2.7.1. Pemeriksaan Mikroskopik... 17

2.7.2. Pemeriksaan Biakan Kuman ... 18

2.7.3. Pemeriksaan Bakteriologis Lainnya... 18

2.8. Diagnosis Tuberkulosis Paru ... 18

2.9. Menentukan Tipe Penderita ... 21

2.10.Pengobatan TBC ... 21

2.10.1. Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis ... 21

2.10.1.1. Isoniazid (H) ... 21

2.10.1.2. Rifampisin (R)... 22

2.10.1.3. Pirasinamid (Z)... 22

2.10.1.4. Streptomisin (S) ... 22

2.10.1.5. Ethambutol (E) ... 22

2.10.2. Prinsip Pengobatan... 22

2.10.3.Panduan OAT di Indonesia ... 23

2.10.3.1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)... 24

2.10.3.2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) ... 24

2.10.3.3. Kategori-3 (2HRZ/4H3R3) ... 24

2.10.3.4. OAT Sisipan (HRZE)... 24

2.10.4.Pemantauan Kemajuan Hasil Pengobatan TBC pada Orang Dewasa ... 25

2.10.4.1. Akhir Tahap Intensif ... 25

2.10.4.2. Sebulan Sebelum Akhir Pengobatan... 26

2.10.4.3. Akhir Pengobatan... 26

(5)

2.10.5.Tatalaksana Penderita yang Berobat Tidak Teratur ... 28

2.10.6.Pengawas Menelan Obat (PMO)... 28

2.10.6.1. Persyaratan PMO ... 28

2.10.6.2. Siapa Yang Bisa Jadi PMO ... 28

2.10.6.3. Tugas Seorang PMO ... 29

2.10.6.4. Informasi Penting yang Perlu Dipahami PMO Untuk Disampaikan... 29

2.10.7.Pengobatan TBC pada Anak ... 29

2.10.8.Pengobatan Pencegahan untuk Anak ... 30

2.10.9.Pengobatan TBC pada Keadaan Khusus... 30

2.10.9.1. Wanita Hamil ... 30

2.10.9.2. Ibu Menyusui dan Bayinya ... 31

2.10.9.3. Wanita Penderita TBC Pengguna Kontrasepsi ... 31

2.9.10.4. Penderita TBC dengan Infeksi HIV/AIDS... 31

2.9.10.5. Penderita TBC dengan Hepatitis Akut... 32

2.9.10.6. Penderita TBC dengan Kelainan Hati Kronik... 32

2.9.10.7. Penderita TBC dengan Gangguan Ginjal... 32

2.9.10.8. Penderita TBC dengan DM... 32

2.9.10.9. Penderita TBC yang Membutuhkan Tambahan Kortikosteroid ... 33

2.9.10.10. Indikasi Operasi ... 33

2.10.10. Efek Samping OAT... 33

2.10.10.1. Isoniazid (H)... 33

2.10.10.2. Rifampisin (R)... 34

2.10.10.3. Pirasinamid (Z) ... 34

2.10.10.4. Streptomisin (S) ... 35

2.10.10.5. Ethambutol (E) ... 35

2.11. Kebijakan Penanggulangan TBC Nasional... 35

2.12. Penyuluhan pada Penderita ... 36

2.13. Directly Observed Treatment Short Course ( dots ) ... 37

(6)

2.13.1.Asal Kata... 37

2.13.2.Lima Komponen DOTS ... 38

2.13.3.Keberhasilan DOTS ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Rancangan Penelitian ... 42

3.3. Instrumen Penelitian ... 42

3.4. Pengumpulan Data... 42

3.4.1. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.2. Populasi ... 43

3.4.3. Penentuan Sampel ... 43

3.5. Teknik Pengolahan Data ... 43

3.6. Definisi Operasional ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Keadaan Responden ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN... 69

RIWAYAT HIDUP ... 81

(7)

DAFTAR TABEL

1. Tabel II.1. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Dahak... 27

2. Tabel II.2. Pengobatan TBC pada Anak ... 30

3. Tabel IV.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 46

4. Tabel IV.2. Distribusi Pekerjaan Responden ... 46

5. Tabel IV.3. Distribusi Pendapatan Responden... 47

6. Tabel IV.4. Distribusi Latar Belakang Pendidikan Responden... 47

7. Tabel IV.5. Distribusi Pernah Tidaknya Anggota Keluarga Responden Mengikuti Kegiatan Kesehatan atau Kemasyarakatan ... 48

8. Tabel IV.6. Distribusi Kegiatan Kemasyarakatan yang Pernah Diikuti Anggota Keluarga Responden ... 48

9. Tabel IV.7. Ada Tidaknya Anggota Keluarga Pasien yang Berlatar Pendidikan Kesehatan ... 49

10. Tabel IV.8. Distribusi Latar Pendidikan Kesehatan Anggota Keluarga Pasien... 49

11. Tabel IV.9. Distribusi Apakah Responden Mengenal Penyakit TBC ... 50

12. Tabel IV.10. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Penyakit TBC ... 50

13. Tabel IV.11. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Ada Tidaknya OAT ... 51

14. Tabel IV.12. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai OAT yang dibiayai pemerintah ... 51

15. Tabel IV.13. Distribusi pengetahuan responden mengenai apakah TBC memerlukan pengawasan yang teratur teratur atau Disiplin ... 51

16. Tabel IV.14. Distribusi pengetahuan responden mengenai siapa PMO TB ... 52

(8)

17. Tabel IV.15. Distribusi apakah responden mengetahui cara

Penularan TBC ... 52 18. Tabel IV.16. Distribusi pengetahuan responden mengenai cara

penularan TBC ... 53 19. Tabel IV.17. Distribusi pengetahuan apakah responden mengetahui

gejala penyakit TBC... 53 20. Tabel IV.18. Distribusi pengetahuan responden mengenai gejala

TB paru ... 54 21. Tabel IV.19. Distribusi pengetahuan responden mengenai

penyebab kematian akibat TB paru... 55 22. Tabel IV.20. Distribusi apakah responden mengetahui bahaya

bila pengeobatan TB Paru tidak tuntas ... 55 23. Tabel IV.21. Distribusi jawaban responden mengenai akibat

tidak disiplinnya pengobatan TB paru ... 56 24. Tabel IV.22. Distribusi perilaku responden apabila ada anggota

keluarga yang sakit... 56 25. Tabel IV.23. Distribusi ada tidaknya alat transportasi responden

untuk mencapai PKM atau UPK terdekat ... 57 26. Tabel IV.24. Distribusi alat transportasi yang dipakai untuk mencapai

PKM atau UPK terdekat ... 57 27. Tabel IV.25. Distribusi biaya transportasi responden menuju PKM atau

UPK terdekat... 57 28. Tabel IV.26. Distribusi rata-rata waktu yang dibutuhkan responden

untuk perjalanan ke PKM atau UPK terdekat ... 58 29. Tabel IV.27. Distribusi sistem ventilasi di tempat tinggal responden... 59 30. Tabel IV.28. Distribusi penanggulangan responden terhadap

anggota keluarga yang sakit batuk tak kunjung sembuh.... 59 31. Tabel IV.29. Distribusi anggota keluarga responden yang mengidap

atau pernah mengidap TB paru ... 60 32. Tabel IV.30. Distribusi frekwensi responden diperiksa ke PKM... 60 33. Tabel IV.31. Distribusi apakah responden mengikuti program DOTS

(9)

yang dilaksanakan pemerintah atau tidak ... 61 34. Tabel IV.32. Distribusi status responden pada program pengobatan

penyakit TBC ... 61 35. Tabel IV.33. Distribusi kepemilikan responden atas kartu pengobatan

TBC di PKM ... 61 36. Tabel IV.34. Distribusi cara pengambilan OAT dari PKM... 62 37. Tabel IV.35. Distribusi ketersediaan OAT setiap rsponden mengambil

OAT di PKM... 62 38. Tabel IV.36. Distribusi cara penelanan OAT oleh responden... 63 39. Tabel IV.37. Distribusi cara diagnosis sebelum responden

divonis TBC ... 63

(10)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram I.1. Kerangka pemikiran ... 4 Diagram II.1. Alur diagnosis TBC paru pada orang dewasa ... 20

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.1. Kuesioner apresiasi penderita TB paru BTA (+) ... 69 Lampiran.2. Hasil kuesioner apresiasi penderita TB paru BTA (+)... 79 Lampiran.3. Peta wilayah kerja PKM Cipageran ... 80

(12)

69

LAMPIRAN 1

KUESIONER APRESIASI PENDERITA TB PARU BTA (+)

I. BIODATA

1. Nama Saudara : Umur :

2. Status Saudara :

a. Menikah b. Tidak Menikah

3. Berapakah Jumlah anggota keluarga Saudara?

a. Putra :1. Umur :

2. Umur :

3. Umur :

b. Putri :1. Umur :

2. Umur :

(13)

70

4. Apakah Pekerjaan Saudara?

a. Pegawai negeri sipil / TNI/POLRI b. Petani

c. Karyawan Swasta / Buruh d. Wiraswasta

e. Pelajar

f. Pensiunan / pengangguran / IRT 5. Berapa pendapatan saudara perbulan ?

a. Kurang dari 1.000.000 b. 1.000.000 – 3.000.000 c. Lebih dari 3.000.000 II. Latar Belakang Pendidikan

6. Pendidikan Terakhir Saudara ?

a. Tidak Tamat SD / Buta Huruf b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA / SMK e. Akademi / D1 / D3 f. S1

7. Apakah di antara anggota keluarga saudara ada yang pernah mengikuti kegiatan yang bersifat kesehatan atau kemasyarakatan ?

(14)

71

b. Tidak

8. Bila ya... Apakah bentuk kegiatan kemasyarakatan atau kesehatan tersebut ? (Jawaban dapat lebih dari satu)

a. Pramuka b. Dokter kecil

c. Karang Taruna / kader PKM d. PMR

e. Keperawatan / Posyandu

9. Apakah diantara anggota keluarga saudara ada yang berlatar pendidikan kesehatan ?

a. Ya b. Tidak

10.Bila ya...Apa bentuk latar pendidikan tersebut ? (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Akademi / Sekolah Keperawatan b. Akademi kebidanan

c. Analisis kesehatan d. Kedokteran

e. Lain-lain

III. Pengetahuan tentang penyakit TB

11.Apakah Saudara mengenal penyakit TB paru ?

(15)

72

b. Tidak

12.Bila ya... Menurut Saudara penyakit TBC adalah... ( jawaban dapat lebih dari satu )

a. Penyakit Kutukan

b. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan

c. Penyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur d. Penyakit paru yang ditandai oleh batuk yang terus menerus & nyeri

dada serta dapat disertai batuk darah

e. Penyakit paru yang disebabkan oleh kuman

13.Apakah saudara mengenal penyakit TB paru itu ada obatnya ?

a. Ya b. Tidak

14.Apakah saudara mengetahui bahwa pengobatan TB paru itu di puskesmas adalah gratis / Cuma-Cuma / dibiayai pemerintah ?

a. Ya b. Tidak

15.Apakah saudara mengetahui pengobatan TBC memerlukan pengawasan serta dilaksanakan secara teratur dan disiplin ?

a. Ya b. Tidak

16.Bila ya...Oleh siapakah penelanan obat dalam pengobatan TB diawasi ? (jawaban dapat lebih dari satu )

(16)

73

b. Kader TB

c. Suami / Istri / Anak d. Dokter

e. Instruksi tertulis dari petugas kesehatan

17.Apakah saudara mengetahui cara penularan penyakit TB paru ?

a. Ya b. Tidak

18.Bila ya... Menurut saudara penyakit TB paru dapat menular melalui... (jawaban dapat lebih dari satu )

a. Percikan ludah penderita TB b. Air kencing

c. Kotoran / Faeces d. Hubungan seksual

e. Dahak penderita TB yang mengering dan terbawa udara 19.Apakah saudara mengetahui gejala penyakit TB paru?

a. Ya b. Tidak

20.Bila ya...Penyakit TB paru terlihat jelas melalui gejala... (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Batuk darah

(17)

74

d. Lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, kurang enak badan

e. Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam meriagn lebih dari satu bulan.

21.TBC dapat menyebabkan kematian bila...(jawaban dapat lebih dari satu)(untuk semua responden)

a. Tanpa pengobatan

b. Pengobatan tidak teratur dan disiplin

c. Menolak untuk diperiksa di puskesmas walaupun telah timbul perdarahan dan muntah hebat.

d. Hidup tidak memperhatikan kesehatan e. Lebih percaya dukun dalam pengobatannya

22.Apakah saudara mengetahui bahaya yang terjadi bila pengobatan TB paru tidak tuntas ?

a. Ya b. Tidak

23.Bila ya...Bila pengobatan TBC tidak dilakukan atau tidak dilakukan secara teratur dan tidak disiplin maka akan mengakibatkan...(jawaban dapat lebih dari satu)

a. Menambah dan memperparah sesak napas dan nyeri dada. b. Batuk darah

c. Badan lemah, Nafsu makan menurun, Berat badan menurun d. Demam berkepanjangan

(18)

75

IV. Perilaku Sehat

24.Kemana saudara berobat biala ada anggota keluarga yang sakit?

a. Dukun

b. Mantri / dokter swsta / puskesmas / RS

25.Adakah alat transportasi yang menuju puskesmas atau unit pelayanan kesehatan terdekat ?

a. Ya b. Tidak

26.alat tersportasi tersebut adalah...

a. Ojeg b. Becak

c. Angkutan kota d. Kendaraan pribadi e. Hanya jalan kaki

27.Berapa rata-rata biaya transportasi pulang-pergi ke puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lain?

a. Kurang dari 1000 b. 1000-5000 c. 5001-10.000 d. lebih dari 10.000

28.Berapa rata-rata waktu yang diperlukan dalam perjalanan ke puskesmas ?

(19)

76

b. 10 – 30 menit c. 31 – 60 menit d. lebih dari 1 jam

29.Bagaimana sistem ventilasi ( Jendela ) di tempat tinggal saudara ?

a. Setiap ruangan b. Hanya ruangan depan c. Hanya di kamar tidur

d. Tidak ada ventilasi atau jendela e. Hanya di ruang belakang / dapur

30.Bagaimana saudara menanggulangi anggota keluarga yang sakit dengan batuk-batuk yang tidak kunjung sembuh ?

a. Obat Warung

b. Obat sesuai iklan TV c. Periksa ke Mantri d. Ke dukun

e. Ke dokter

V. Tertutup dan rahasia ( identitas dan hasil kuesioner ini dirahasiakan )

31.Apa diantara anggota keluarga saudara ada atau pernah mengidap TB paru ? (pertanyaan konfirmasi)

a. Ya b. Tidak

(20)

77

a. Tidak pernah b. Satu kali perbulan c. Dua kali perbulan

d. Lebih dari dua kali perbulan e. Lain – lain:...

33.Apakah saudara mengikuti program DOTS yang dilaksanakan pemerintah untuk memberantas penyakit TBC ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

34.Bagaimana status saudara pada program pengobatan penyakit TBC tersebut ?

a. Aktif b. Tidak aktif

35.Apakah anda memiliki kartu pengobatan TBC dari puskesmas ?

a. Ya b. Tidak

36.Bagaimana cara pengambilan OAT dari puskesmas ?

(21)

78

37.Bagaimana ketersediaan OAT tersebut ?

a. Selalu tersedia

b. Kadang – kadang tidak tersedia c. Jarang tersedia

38.Bagaimana cara penelanan OAT tersebut ?

a. Dalam pengawasan pengawas menelan OAT b. Tanpa pengawasan pengawas menelan OAT 39.Bagaimana cara diagnosis sebelum anda divonis TBC ?

a. Anamesis saja

b. Anamesis diikuti pemeriksaan dahak S.P.S c. Anamesis, Pemeriksaan dahak S.P.S, rontgen d. Anamesis dan Rontgen saja

(22)

LAMPIRAN 2

Jawaban Kuesioner Gambaran Apresiasi Penderita TBC Paru BTA (+)

KUESIONER/NO 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

Rekapitulasi Kuesioner Gambaran Apresiasi Penderita TBC Paru BTA (+)

(23)
(24)

80

(25)

81

RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

• Nama : Arry Soryadharma

• NRP : 0210062

• Tempat dan Tanggal Lahir : Soroako, 13 Juni 1984

• Alamat : Komp. Perumahan Texmaco No 2,

Desa Kiara Payung, Klari, Karawang Timur

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

• 1990 – 1995 : SD Yayasan Pendidikan Soroako Singkole, Soroako,Sulawesi Selatan

• 1995 – 1996 : SD Kristen Karya Iman, Cikarang, Jawa Barat

• 1996 – 1998 : SMP Kristen Karya Iman, Cikarang

• 1998 – 1999 : SMP Katholik Yos Sudarso, Karawang, Jawa Barat

(26)

82

III. RIWAYAT LAIN - LAIN

• 2005 – Sekarang : Staf Ahli Departemen Eksterna Sema FKUKM

• 2005 – Sekarang : Wakil Ketua Unit Kegiatan Olah Raga UKM

• 2005 – Sekarang : Pengurus Harian Nasional

(Eks Officio BSO) Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

• 2004 – 2005 : Ketua II Bidang Eksterna Sema FK UKM

• 2004 – 2005 : Staf Departemen Eksterna TBM Avicenna Aesculapius Sema FK UKM

• 19 Desember 2005 : Peserta Seminar Nasional “Youth Against AIDS” di Makassar

• 4 Juni 2005 : Peserta Seminar Karya Tulis Ilmiah Sema FK UKM “Diabetes Mellitus : Penanganan, Komplikasi, dan Terapi Herbal”

• 5 – 26 Januari 2005 : Tim Relawan Bencana Tsunami ”Maranatha Peduli Aceh”

• 28 Desember 2004 : Peserta Seminar Nasional ISMKI 2004

”Standarisasi Pendidikan Kedokteran Menjawab Tantangan Indonesia Sehat 2010” di Banda Aceh

• 2004 : Calon Ketua Sema FK UKM.

(27)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

TBC yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia adalah pembunuh

menular yang paling banyak membunuh orang muda dan orang dewasa di dunia.

TBC membunuh 8000 orang setiap harinya, atau 2 – 3 juta orang setiap tahunnya.

Delapan juta orang menderita TBC setiap tahunnya, dimana 80 persennya berada

di 22 negara dengan masalah TBC paling besar yaitu India, Cina, Indonesia,

Pakistan, Filipina, Rusia, Africa Selatan, Tanzania, Uganda, Vietnam, Zimbabwe,

nigeria, Myanmar, Mozambik, Kenya, Ethiopia, Korea, Kongo, Kamboja, Brazil,

Banglades, Afganistan. Delapan puluh persen dari penderita TBC adalah mereka

yang berada dalam usia produktif secara ekonomis, oleh karena itu TBC

menyebabkan banyak keluarga yang mandiri jatuh miskin. TBC juga pembunuh

nomor satu dari orang-orang yang menderita HIV/AIDS, mereka menjadi

tigapuluh kali lebih rentan. Lebih dari 100.000 anak – anak akan mati sia-sia

karena TBC, sementara ratusan dari ribuan anak-anak akan menjadi yatim piatu

karena TBC. Lebih dari 17.000 pengungsi menderita TBC setiap tahunnya.

Kurang lebih 50 juta orang diperkirakan terinfeksi TBC dengan MDR.

Empatpuluh persen dari kasus TBC di Dunia ditemukan di Asia Tenggara dan

setidaknya 1 juta kematian setiap tahunnya terjadi di asia tenggara. Situasi ini

diperumit lagi dengan penyebaran HIV yang sangat cepat dan munculnya jenis

TBC yang kebal terhadap pengobatan di wilayah tersebut. Hampir 60 persen dari

kasus TBC yang menyusul kasus AIDS menunjukkan bahwa TBC adalah

kemungkinan infeksi yang paling membahanyakan hidup terkait dengan HIV.

Di Indonesia penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia setelah

China dan India.Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

menunjukan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga

(28)

2

kelompok usia , dan nomor satu dari seluruh penyakit infeksi. Tahun 1999, WHO

memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian

karena TBC sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk

Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru BTA positif.

Hasil pencatatan dan pelaporan tahun 2003 di Jawa Barat yang terdiri dari 30

kabupaten/kota, pencapaian cakupan penemuan penderita / case detection rate

(CDR) hanya sebesar 38% dari target sebesar 50% dari sasaran penderita sebesar

115/100.000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2004 pencapaiannya hanya sebesar

49.9% dari target 60% sasaran penderita sebesar 107/100.000 penduduk. Dan

pada tahun 2004 kasus baru penderita TBC paru BTA (+) sebesar 53,95% dari

seluruh penderita TBC di Jawa Barat, dan dari jumlah ini hanya 71% yang

berhasil dievaluasi dan hanya 60,8% yang dinyatakan sembuh.

Di Kotamadya Cimahi tahun 2003 lebih parah lagi, pencapaian CDR ini

hanya 18% dari target sebesar 50% dari sasaran penderita sebesar 115/100.000

penduduk. Walaupun pencapaian pada tahun 2004 meningkat tajam sebesar

45.23% akan tetapi target sudah meningkat menjadi 60% dari sasaran

107/100.000 penduduk. Pada tahun 2004, 56% dari seluruh penderita TBC di

Kota Cimahi merupakan kasus baru TBC paru BTA (+), dan dari jumlah ini hanya

38% yang berhasil dievaluasi dan hanya 31% yang dinyatakan sembuh.

Di Puskesmas Cipageran tahun 2003 pencapaian CDR hanya 7% dari target

sebear 50% sasaran penderita 115/100.000 penduduk walaupun angka

kesembuhan pada tahun ini mencapai 85%. Pencapaian 2004 hanya 26,15% dari

target 60% dari 107/100.000 penduduk dengan angka kesembuhan menurun

drastis menjadi 41,17%.

World health organization (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan

program penanggulangan TBC adalah dengan menerapkan strategi DOTS dan

bank dunia menyatakan bahwa strategi DOTS merupakan strategi kesehatan

paling cost effective.

Sejak tahun 1995, program pemberantasan Tuberkulosis paru yang sekarang

menjadi program penanggulangan TBC telah dilaksanakan dengan strategi DOTS

(29)

3

oleh WHO. Lima langkah DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua

orang yang batuk selama tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat

yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan

oleh pengawas minum obat (PMO), dan ada suatu sistem pencatatan/pelaporan.

Akan tetapi program DOTS tersebut belum dapat menjangkau seluruh

Puskesmas. Demikian juga rumah sakit pemerintah, swasta, dan unit pelayanan

kesehatan lainnya. Tahun 1995 – 1998, cakupan penderita TBC dengan strategi

DOTS baru mencapai 10 persen dan error rate pemeriksaan laboratorium belum

dihitung dengan baik meskipun cure rate lebih besar dari 85 persen.

Penatalaksanaan penderita dan sistem pencatatan pelaporan belum seragam

disemua unit pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Pengobatan

yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap dimasa lalu, diduga

telah menimbulkan kekebalan ganda atau Multi Drug Resistance (MDR) kuman

TBC terhadap obat anti tuberkulosis (OAT).

Dengan latar belakang diatas, penulis melakukan penelitian mengenai

Gambaran penderita TBC paru BTA (+) terhadap pelaksanaan program DOTS di

wilayah kerja PKM Cipageran Kota Cimahi tahun 2005.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut diatas maka

dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana pandangan penderita terhadap pelaksanaan program DOTS di

PKM Cipageran sebagai lingkup terkecil usaha pelayanan kesehatan pemerintah

di Kecamatan Cipageran.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud: Melakukan tinjauan pelaksanaan program DOTS di PKM menurut

penderita TBC BTA(+) di wilayah kerja PKM Cipageran.

(30)

4

• Diagnosis dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

• Penelanan obat diawasi PMO • Kesinambungan ketersediaan OAT • Pencatatan dan pelaporan

• Memperoleh data metode yang dilakukan dalam penegakan diagnosis.

• Memperoleh data pengawasan menelan OAT oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

• Memperoleh data kesinambungan penderita dalam memperoleh OAT. • Memperoleh data pencatatan penderita TBC di PKM

1.4. Manfaat Penelitian

1. Membantu pemerintah dalam mengontrol penderita dalam menyukseskan

pelaksanaan program DOTS.

2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan PKM Cipageran terutama pada

pelaksanaan program DOTS.

3. Sebagai sumbangan bagi civitas akademika FK UKM, terutama mengenai

program DOTS dan pelaksanaannnya

4. untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menulis suatu karya tulis

dan menambah pengetahuan penulis dalam bidang kedokteran terutama dalam

ruang lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.5. Kerangka Pemikiran

Î

Program DOTS

terlaksana dengan

(31)

5

1.6. Metodologi Penelitian

• Metode penelitian : Deskriptif • Rancangan penelitian : Cross sectional • Metode pengumpulan data : Survei

• Teknik pengumpulan data : Wawancara terpimpin • Instrumen penelitian : Kuesioner

• Responden : Penderita TBC Paru BTA (+) tahun 2005

• Cara sampling : whole sample

1.7. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi :

• Puskesmas Cipageran, kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi • Kampus Universitas Kristen Maranatha

Waktu :

(32)

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah :

• Metode penegakan diagnosis sesuai dengan pelaksanaan DOTS poin ke-2. • Pengawasan menelan OAT oleh PMO belum berfungsi optimal dan sesuai

dengan program DOTS poin ke-3.

• Ketersediaan OAT pada responden di PKM Cipageran sudah

berkesinambungan, pelaksanaan program DOTS poin ke 4 terlaksana dengan

baik.

• pencatatan penderita TB di PKM Cipageran tahun 2005 belum sesuai dengan program DOTS poin ke-5.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu diajukan beberapa saran kepada pihak

terkait yaitu :

1. Puskesmas

• Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan promosi kesehatan dan kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi, agar masyarakat

dapat mengerti dan mengetahui program DOTS. Sesuai dengan keadaan

sosial budaya masyarakat, misalnya penyluhan TBC dengan DOTS

dengan pendekatan Agama atau dengan pendekatan kesenian tradisional

setempat.

• Membuat penyuluhan kelompok atau bahkan pelatihan pada PMO agar PMO dapat menjalankan fungsi PMO secara lebih definitif.

• Mengoptimalkan pencatatan penderita TBC, terutama pencatatan pada kartu TB02 agar Kemanapun penderita TBC pergi dia bisa menggunakan

(33)

66

sampai tercatat dua kali. Misalnya dengan melakukan pelatihan

bersertifikasi kepada petugas pencatat penderita TB di PKM atas

standarisasi yang sudah ditetapkan oleh Dinas kesehatan.

2. Dinas Kesehatan

• Melakukan kajian data P2TB terhadap keberhasilan program dan kendala yang dihadapi termasuk penanggulangan faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian TB paru. Misalnya mengkaji data pelaksanaan program

DOTS dilapangan secara langsung sehingga kendala-kendala PKM dalam

melaksanakan program dapat dicarikan solusinya.

• Mengadakan pelatihan petugas P2TB dan petugas laboratorium agar proses diagnosis TBC dapat lebih akurat lagi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan program DOTS

dalam ruang lingkup yang lebih luas dari penelitian ini dengan desain berbeda

sehingga bahan pengkajian pemerintah tentang program DOTS lebih akurat.

Misalnya dalam ruang lingkup seluruh Indonesia, Propinsi, atau Daerah

Tingkat II, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas literatur dan penelitian

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Atmosukarto.1992. Pengaruh lingkungan pemukiman dalam penyebaran penyakit tuberkulosis.Jakarta: FKUI.p.48-92

Eko Budiarto.2003. Metodologi penelitian kedokteran sebuah pengantar. Jakarta: EGC.p.1-57

Depkes RI.2002. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Cetakan ke-8. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.p.13-57

_______.2001.Pedoman teknis penilaian rumah sehat. Jakarta: Ditjen PPM&PL.p.1-65

Gerdunas. 2003. sekali lagi TBC dan kemiskinan. Warta gerdunas TBC.1(2): 55-75

Hood alsagaff. 1995. Dasar - dasar ilmu penyakit paru. Edisi I. Surabaya: Airlangga university press.p. 73-109

Pudjiastuti.1998. Kualitas udara dalam ruangan. Jakarta: Depdikbud.p.1-64

Tjandra Yoga Aditama.2002. Tuberkulosis diagnosis terapi & masalahnya. Edisi IV. Jakarta: Yayasan penerbit IDI.p.3-142

_______.2003. Sepuluh masalah tuberkulosis dan penanggulangannya. Jurnal respirologi Indonesia.1(20): 8-12

WHO.1998. Report on Tuberculosis epidemic.geneva http://www.who.int/epidemic.html., 24 Agustus 2005

WHO.2005.DOTS.

http://www.who.int/dots.html., 30 Desember 2005

WHO.2002.an expanded DOTS framework for effective tuberculosis control.geneva http://www.who.int/cds/tb/2002/297.pdf., 30 Desember 2005

(35)

Zubaedah Tabrani. 2003. Directly observed treatment short course (DOTS). Jurnal respirologi Indonesia.2(23):64-66

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga didapatkan akurasi terbaik sebesar 82.35% dengan menggunakan metode GLCM ( Grey Level Co-occurrence Matrix) dengan parameter orde dua kontras,

Kampung Ilmu Jl.Semarang Surabaya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan perdagangan buku adalah nama pengarang buku tersebut. Dengan demikian maka pengarang

Dalam pelaksanaan kegiatan PPL (praktik pengajar lapangan), mahasiswa diberikan tugas untuk mengajar yang disesuaikan dengan bidang keahlian masing- masing yang telah

Biasanya untuk menyelesaikan permasalahan subyek dan istrinya tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, menurutnya ketika sedang mengalami masalah dengan istri paling lama dua hari

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan peramalan curah hujan di Stasiun Pabelan Sukoharjo menggunakan metode runtun waktu fuzzy musiman.. Penelitian ini merupakan penelitian

Flowchart cara mengoperasikan cara kerja keseluruhan rancangan yang terhubung ke arduino mega yang di tunjukan dalam Gambar 3.9 yaitu untuk proses monitoring kadar pH pada

Peneliti menyarankan kepada petugas panti untuk membantu secara penuh lansia yang sudah kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan