• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK SUSU FORMULA BAYI

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Subjek dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki anak usia 0-2 tahun. Selain itu, para ibu tersebut pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya. Jumlah subjek yaitu sebesar 76 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala kepercayaan konsumen dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,969 dan skala niat membeli ulang dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,959. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi

Spearman’s Rho dalam program SPSS for windowsversi 16.0 karena sebaran data dari variabel kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang tidak normal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan (r: 0,588; p: 0.000 < 0,05) antara kepercayaan konsumen (M: 86,3947; SD: 8,96821) dengan niat membeli ulang (M: 78,1053; SD: 10,44168) produk susu formula bayi. Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan konsumen maka semakin tinggi juga niat membeli ulang dan begitu juga sebaliknya.

(2)

THE RELATION BETWEEN CONSUMER TRUST AND REPURCHASE INTENTION OF INFANT FORMULA PRODUCT

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRACT

This research aim to known the positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The hypothesis in this research there was a positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The subjects in this research were moms that have baby with age about 0-2 years old. The subjects also had given or still give infant formula product to their children. The amount of subjects were

76 participants. Data collected by fill consumer trust scale with reliability score (α)=0,969 and repurchase intentions scale with reliability score (α)= 0,959. Data analysed by Spearman’s Rho

correlational testing in SPSS for windows versi 16.0 because the distribution of data from consumer trust variable and repurchase intention were abnormal. The result showed that there was a positive and significant relationship(r: 0,588; p: 0.000 < 0,05)between consumer trust(M: 86,3947; SD: 8,96821)and repurchase intention (M: 78,1053; SD: 10,44168) of infant formula product. That result means if customer trust get risen so repurchase intention get risen too and also on the contrary.

(3)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK SUSU FORMULA BAYI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari 109114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tetapi cobalah menjadi seseorang yang berharga. (Albert Einstein)

Engkau memang tidak mungkin menjadi manusia yang terbaik, tetapi

engkau bisa berupaya menjadi dirimu yang terbaik

(Mario Teguh)

Melihat ke atas sebagai motivasi bukan untuk menjadi rendah diri, dan melihat ke bawah agar lebih bersyukur bukan untuk menjadi sombong (Anonim)

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu,

Engkau lihat,

akhirnya ini adalah urusan antara engkau dengan Tuhanmu,

Bagaimanapun ini bukan urusan antara engkau dan mereka

(Bunda Teresa)

Ucapkanlah syukur dalam segala hal

(1 Tesalonika 5:18)

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang

senantiasa memberikan berkat melimpah,

penyertaan, dan anugerah dalam setiap

perjalanan hidupku

Papa, Mama, dan Adikku tercinta yang selalu

memberikan cinta kasih serta menjadi semangat

dalam hidupku

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN NIAT MEMBELI ULANG PRODUK SUSU FORMULA BAYI

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula bayi. Subjek dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki anak usia 0-2 tahun. Selain itu, para ibu tersebut pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya. Jumlah subjek yaitu sebesar 76 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala kepercayaan konsumen dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,969 dan skala niat membeli ulang dengan skor reliabilitas sebesar (α)=0,959. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pengujian korelasi

Spearman’s Rho dalam program SPSS for windowsversi 16.0 karena sebaran data dari variabel kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang tidak normal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan (r: 0,588; p: 0.000 < 0,05) antara kepercayaan konsumen (M: 86,3947; SD: 8,96821) dengan niat membeli ulang (M: 78,1053; SD: 10,44168) produk susu formula bayi. Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan konsumen maka semakin tinggi juga niat membeli ulang dan begitu juga sebaliknya.

(10)

viii

THE RELATION BETWEEN CONSUMER TRUST AND REPURCHASE INTENTION OF INFANT FORMULA PRODUCT

Chatarina Puspa Anindya Yeriantari ABSTRACT

This research aim to known the positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The hypothesis in this research there was a positive relationship between consumer trust and repurchase intention of infant formula product. The subjects in this research were moms that have baby with age about 0-2 years old. The subjects also had given or still give infant formula product to their children. The amount of subjects were

76 participants. Data collected by fill consumer trust scale with reliability score (α)=0,969 and repurchase intentions scale with reliability score (α)= 0,959. Data analysed by Spearman’s Rho

correlational testing in SPSS for windows versi 16.0 because the distribution of data from consumer trust variable and repurchase intention were abnormal. The result showed that there was a positive and significant relationship(r: 0,588; p: 0.000 < 0,05)between consumer trust(M: 86,3947; SD: 8,96821)and repurchase intention (M: 78,1053; SD: 10,44168) of infant formula product. That result means if customer trust get risen so repurchase intention get risen too and also on the contrary.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah senantiasa memberikan penyertaan dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M, Si selaku Kepala Program Studi Psikologi.

3. Ibu P.Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi.

Terimakasih banyak atas waktu, motivasi, bimbingan dan kesabaran yang

telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.S selaku dosen pembimbing akademik

yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna bagi penulis.

6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas

Muji, dan Mas Donny terimakasih atas keramahan dan kesabarannya dalam

memberikan pelayanan yang sangat menyenangkan.

7. Papa, mama dan adikku yang senantiasa selalu setia mendoakan,

mendampingi, memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan

(13)

xi

8. Eyang Uti tercinta dan Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat,

doa dan mengingatkanku untuk tekun dalam mengerjakan skripsi agar tetap

fokus pada tugas akhir ini.

9. Sahabat-sahabatku, Dian, Keket, Helen, terimakasih atas segala dukungan,

semangat, kegembiraan, pengalaman berharga dan senantiasa bersedia

mendengarkan keluh kesah.

10. Teman-teman seperjuangan Psikologi 2010, Agnes, Fiona’simbah’, Yovidia, Engger, Sandi, Anin, Puji, Ntonk, Daning, Tista, Vienna, Pino, Lola, Vica,

Bibin, Luna, Nana Klaten, Nana Bali, Hoyi, Vira, Mbak Mel dan teman-teman

yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terimakasih atas

kebersamaan, bantuan, diskusi, dan pengalaman yang menyenangkan bersama

kalian.

11. Keluarga “Hazel Industries” (Inna, Dinda, Mas Didik, Mbak Enny, Mbak Ita, Mas Bo, Naresh, Hazel) yang telah memberikan banyak pengalaman yang

sangat menyenangkan, senantiasa memberikan semangat dan keceriaan.

12. Teman-teman seperjuangan “bimbingan Mbak Etta” yang selalu memberikan semangat dan saling menguatkan. Semangat guysss!!

13. Para ibu dengan adik-adik lucu menggemaskan yang menjadi subjek dalam

skripsi saya, terimakasih sudah mau direpotkan dan berpartisipasi dalam

penelitian ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas

bantuannya baik itu langsung maupun tidak langsung sehingga saya dapat

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I: PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

(16)

xiv

BAB II: LANDASAN TEORI ... 13

A. Niat Membeli Ulang (Repurchase Intention)...13

1. Definisi Niat ... 13

2. Elemen Niat...14

3. Definisi Niat Membeli Ulang (Repurchase Intention) ... 15

4. Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula ... 16

5. Indikator Niat Membeli Ulang ... 17

6. Faktor-faktor Niat Membeli Ulang ... 19

B. Kepercayaan Konsumen ... 20

1. Definisi Kepercayaan Konsumen ... 20

2. Komponen Kepercayaan Konsumen... 21

3. Dampak Kepercayaan Konsumen ... 23

4. Fungsi Kepercayaan Konsumen... 25

C. Dinamika Hubungan antara Kepercayaan Konsumen dengan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi ... 26

D. Skema Penelitian... 31

E. Hipotesis... 32

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

1. Kepercayaan Konsumen... 33

(17)

xv

D. Subjek Penelitian ... 35

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 36

1. Skala Kepercayaan Konsumen ... 36

2. Skala Niat Membeli Ulang ... 37

F. Validitas dan Reliabilitas ... 39

1. Validitas ... 39

2. Seleksi Aitem ... 40

3. Reliabilitas ... 43

G. Metode Analisis Data ... 44

1. Uji Asumsi ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Linearitas... 45

2. Uji Hipotesis ... 45

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 48

C. Deskripsi Data Penelitian ... 53

D. Hasil Penelitian ... 55

1. Uji Asumsi ... 55

a. Uji Normalitas... 55

b. Uji Linearitas ... 57

2. Uji Hipotesis ... 59

(18)

xvi

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Kepercayaan Konsumen... 37

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen... 37

Tabel 3. Blueprint Skala Niat Membeli Ulang... 38

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang ... 39

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen Setelah Penyusunan Ulang………... 42

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang Setelah Seleksi Item 43 Tabel 7. Karakteristik Subjek... 48

Tabel 8. Data Kategori Jumlah Anak, Usia Bayi, dan Pemberian Susu Formula………49

Tabel 9. Data Kategori Usia awal pemberian susu formula dan Intensitas pemberian susu formula... 51

Tabel 10. Data Kategori Sumber informasi dan Pihak Yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula ... 52

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian... 53

Tabel 12. One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Kepercayaan Konsumen ... 54

Tabel 13. One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Niat Membeli Ulang ... 55

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas ... 58

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Hubungan antara Kepercayaan Konsumen dengan

Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi ... .31

Gambar 2. Histogram Kepercayaan Konsumen ... 56

Gambar 3. Histogram Niat Membeli Ulang ... 57

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Tryout ... 72

Lampiran 2. Reliabilitas Skala Kepercayaan Konsumen...87

Lampiran 3. Reliabilitas Skala Niat Membeli Ulang ... 90

Lampiran 4. Skala Penelitian...95

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 109

Lampiran 6. Uji Linearitas ... 111

Lampiran 7. Statistik Deskriptif dan One Sample T-test ... 113

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Susu adalah hal yang penting bagi anak. Susu merupakan

kebutuhan nutrisi yang utama dalam memenuhi kebutuhan gizi anak

terutama pada bayi dan balita (http://www.ibudanbalita.com). Hal ini juga

sesuai dengan yang disampaikan oleh Dr. Soedjatmika, SpA(K), Msi.

(http://www.ibudanbalita.com), dalam seminar yang berjudul Nutrisi dan

Stimulasi untuk Kecerdasan Anak. Terdapat beberapa kebutuhan pokok

bagi bayi dan balita yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan tersebut

yaitu kebutuhan fisik-biologis yang meliputi gizi, imunisasi, kebersihan

badan, gerak serta permainan, dan sebagainya. Susu termasuk dalam

kebutuhan fisik-biologis pada aspek gizi yang sangat penting bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak.

Pada masa sebelum abad 20, seorang bayi yang tidak dapat disusui

oleh ibunya dikarenakan ibu meninggal atau bayi tersebut ditelantarkan,

maka bayi akan dicarikan “ibu susu”, yaitu seorang wanita yang sedang

berada dalam fase menyusui bayinya. Apabila bayi-bayi tersebut tidak

mendapat ibu susu, maka akan diberi susu hewan dan biasanya yang

dipilih adalah susu sapi. Dalam mengatasi kemungkinan kurangnya

kesempatan bayi memperoleh ASI, maka dibuatlah susu formula sebagai

(23)

pembelian susu formula juga menjadi pilihan atau alternatif lain bagi para

ibu yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Semakin tingginya

partisipasi wanita yang juga sebagai ibu rumah tangga dalam angkatan

kerja mengakibatkan semakin minimnya kesempatan untuk memberikan

ASI eksklusif bagi anak (http://www.vemale.com). Dengan adanya

keterbatasan pemberian ASI eksklusif tersebut, maka sebagian besar ibu

mempercayakan pemberian susu formula sebagai pengganti ASI untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi anak. (http://female.kompas.com).

Di sisi lain, penggunaan susu formula juga dapat mengakibatkan

gangguan beberapa fungsi dan organ tubuh seperti diare, batuk, sesak

napas, dan sebagainya (http://health.kompas.com). Gangguan sistem tubuh

tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Pada tahun 2008 terdapat isu mengenai susu formula yang

tercemar oleh bakteri enterobacteri sakazakii. Bakteri ini dapat

menyebabkan beberapa penyakit seperti diare, gangguan pencernaan, dll

(www.jpnn.com/read/LIPI). Masalah susu formula yang tercemar bakteri

tersebut diuji dan dirundingkan oleh beberapa pihak yaitu Komisi IX DPR

dengan Menteri Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Kepala Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Setelah melakukan penelitian atau pengujian terkait bakteri yang

(24)

masing-masing pihak menolak mengumumkan merek susu yang dapat

menyebabkan diare pada bayi. Hal tersebut dikarenakan apabila merek

diumumkan maka akan menimbulkan ketidakadilan terhadap pasar

terutama bagi merek susu yang diumumkan tersebut, padahal merek lain

yang tidak diteliti belum tentu hasilnya negatif dari bakteri

(www.jpnn.com/read/ Merek-Susu-Berbakteri). Selain itu, Dekan Fakultas

Kedokteran Hewan IPB, I Wayan T Wibawan juga menolak

mengumumkan informasi susu formula yang mengandung bakteri dengan

alasan belum menerima surat asli keputusan dari Mahkamah Agung

(http://www.bbc.co.uk/beritaindonesia/2011).

Pada bulan Juli tahun 2011, pemerintah Indonesia berusaha

menjamin kelayakan susu formula bayi yang diteliti oleh Badan

Pengawasan Obat dan Makanan. Dari 47 merek susu bayi yang diteliti,

Badan Pengawasan Obat dan Makanan tak menemukan satu pun yang

mengandung bakteri sakazaki. Hasil ini diumumkan oleh Kementrian

Kesehatan, BPOM dan Kementrian Komunikasi dan Informasi setelah

muncul perintah Mahkamah Agung agar mengumumkan hasil penelitian

untuk mengungkap apakah benar ada bakteri dalam susu formula kemasan

yang dijual bebas di Indonesia

(http://www.bbc.co.uk/beritaindonesia/2011). Namun, di lain pihak, Hesti

Kristina P. Tobing selaku Wakil Ketua Ikatan Konselor Menyusui

Indonesia (IKMI) menyampaikan bahwa tidak ada susu formula yang

(25)

formula tidak steril secara sepenuhnya dan beresiko terkena bakteri

sakazakii (http://kesehatan.kompasiana.com).

Hal tersebut sempat membuat panik orang tua bayi di Indonesia

khususnya para ibu. Kepanikan tersebut dapat dilihat dari banyaknya

pertanyaan dari para konsumen kepada Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) terkait isu bakteri tersebut (www.kabarbisnis.com).

Padahal para ibu membeli produk susu formula dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi yang utama dalam memenuhi kebutuhan gizi

anak terutama pada bayi dan balita (http://www.ibudanbalita.com).

Apalagi bagi bayi yang belum dapat mengkonsumsi makanan padat, susu

merupakan salah satu makanan atau asupan yang sangat penting bagi

pertumbuhan. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak dapat dipungkiri jika

bayi dan balita tetap membutuhkan susu formula sebagai alternatif lain

ketika sudah lepas ataupun tidak dapat memperoleh ASI eksklusif lagi.

Pemberitaan terkait isu bakteri sakazaki dan tidak diumumkannya

merek mana saja yang terkena bakteri menimbulkan kekhawatiran ataupun

kecemasan bagi masyarakat khususnya para ibu dalam membeli atau

mengkonsumsi produk susu formula. Para ibu yang khawatir dan cemas

cenderung merasa tidak puas karena sebagai konsumen yang berhak tahu

mengenai kejelasan isu tersebut tetapi kenyataannya mereka tidak

mendapat pemberitahuan atau pemberitaan secara jelas

(www.kesehatan-kompasiana.com). Selain itu, para ibu juga ragu untuk membeli susu

(26)

menyatakan bahwa konsumen yang merasa puas dengan produk dapat

mendorong keinginannya untuk melakukan pembelian produk tersebut.

Tetapi, Howard (dalam Sandra & Haryanto, 2010) mengemukakan bahwa

semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan

menyebabkan menurunnya intensi beli konsumen.

Ajzen mengatakan bahwa prediktor pokok dari perilaku adalah niat

atau intensi. Seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan intensi

mereka yang diikutsertakan dalam suatu perilaku. Intensi atau niat dapat

dilihat sebagai suatu motivasi untuk membawa sebagian perilaku dan

mewakili harapan seseorang mengenai perilaku mereka dalam suatu

keadaan (1991, dalam Tuu et al, 2010). Niat (intentions) dapat

digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu

tindakan (overt action), yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi

perilaku atau tindakan tersebut (Ardhanari, 2008).

Kecemasan dan keraguan yang dimiliki para ibu dapat berpengaruh

terhadap niat para ibu untuk membeli ulang produk susu formula. Hal ini

tampak pada penjualan susu formula yang menurun di beberapa daerah di

Indonesia. Dalam pemberitaan tersebut disampaikan bahwa semenjak

tidakadanya pengumuman yang jelas mengenai susu mana yang terkena

bakteri, para pedagang mengalami penurunan penjualan hingga 25 persen

pada tahun 2008 dan 2011 (www.detik.com/news). Penurunan penjualan

tersebut menunjukkan bahwa konsumen tidak berkeinginan untuk membeli

(27)

Namun, selang beberapa waktu dan seiring meredupnya

pemberitaan mengenai susu formula yang tercemar bakteri sakazakii,

terdapat adanya peningkatan penjualan susu formula. Hal ini sesuai dengan

pemberitaan yang menyebutkan bahwa terdapat adanya peningkatan

penjualan susu formula pada tahun 2013 sekitar 37 %

(www.health.detik.com). Hal ini menunjukkan bahwa ketika ada

pemberitaan yang kurang menyenangkan membuat konsumen tidak

berkeinginan untuk membeli kembali produk susu formula, tetapi setelah

meredupnya pemberitaan susu formula yang tercemar, konsumen mulai

bersedia untuk kembali membeli produk susu formula.

Pemberitaan yang kurang menyenangkan mengenai produk susu

formula membuat para ibu merasa takut dan resah untuk membeli kembali

(www.liputan6.com/news). Sutisna (dalam Ardhanari, 2008)

menyampaikan bahwa ketika seorang konsumen memperoleh respon atau

hal positif atas tindakan masa lalu, dari situ akan terjadi penguatan, dengan

dimilikinya pemikiran positif atas apa yang diterimanya memungkinkan

individu untuk melakukan pembelian secara berulang. Menurut

Anoraga(2000), niat membeli ulang (repurchase intentions) merupakan

suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen

sesudah mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang

dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Selain itu, menurut Kotler (dalam

Ratih, 2009) Repurchase Intentions atau niat pembelian ulang merupakan

(28)

Perilaku konsumen dalam pembelian akan dipengaruhi oleh

beberapa faktor (Ardhanari, 2008). Faktor-faktor tersebut meliputi faktor

kebudayaan (budaya, sub-budaya, dan kelas sosial), faktor sosial

(kelompok referensi, keluarga, peranan dan status), faktor pribadi (usia,

dan tahap perjalanan hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan

kepribadian serta konsep diri), dan yang terakhir yaitu faktor psikologis

(motivasi, persepsi, belajar, dan kepercayaan serta sikap) (Kotler, 1988).

Terdapat beberapa penelitian mengenai faktor-faktor tersebut di

atas, salah satunya yaitu kepercayaan. Beberapa penelitian tersebut

membahas mengenai kepercayaan konsumen terutama pengaruhnya

terhadap niat membeli ulang. Salah satu penelitian yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Trisnawati, dkk (2012) mengenai “Analisis Faktor-Faktor Kunci dari Niat Pembelian Kembali Secara Online (Study Kasus Pada

Konsumen Fesh Online Shop)”, memperoleh hasil bahwa Perceived Usefullnes, Satisfaction, Perceived Enjoyment, Privacy, dan Trust

merupakan beberapa faktor yang berpengaruh positif terhadap online

repurchase intention.

Dalam penelitian lainnya juga terdapat beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap niat membeli ulang (repurchase intention).

Penelitian dengan judul “An investigation of the effect of online consumer trust on expectation, satisfaction, and post-expectation” yang dilakukan

oleh Kim (2012), menunjukkan hasil bahwatrustmemiliki hubungan yang

(29)

konsumen tersebut memberikan efek di masa mendatang yaitu adanya niat

membeli ulang (Kim, 2012).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zboja dan Voorhees (2006)

menemukan bahwa kepuasan dan trust atau kepercayaan berpengaruh

secara positif terhadap retailer repurchase intentions. Ketika perusahaan

atau penjual dapat secara berkelanjutan membuktikan dengan

menyediakan produk dan pelayanan yang berkualitas, konsumen akan

kembali mengunjungi perusahaan atau membeli kembali berdasarkan pada

pengalaman pertama mereka (Kim, 2012).

Plank et al (dalam Kim, 2012) mengungkapkan definisi dari trust

atau kepercayaan menuju pada banyak objek yaitu pedagang/penjual,

produk, dan perusahaan. Mereka mendefinisikan kepercayaan sebagai

kepercayaan yang global yaitu pada penjual, produk, dan perusahaan.

Selain itu, Lau dan Lee (dalam Zboja dan Voorhees, 2006) mengatakan

bahwa dalam studi saat ini kepercayaan pada produk atau perusahaan dan

merek dapat memiliki arti yang sama.

Perasaan percaya yang dimiliki konsumen menawarkan sebuah

janji bahwa perusahaan/produsen dapat konsisten dan kompeten, sehingga

meyakinkan bahwa konsumen akan melanjutkan kegiatan transaksinya

dengan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang

(Santos & Fernandes, 2008). Kegagalan terbesar dalam membina

hubungan antara penjual dan konsumen adalah kurangnya kepercayaan,

(30)

dalam persaingan dan dapat mengurangi biaya dalam memperoleh

konsumen (Sherman, dalam Morgan, 1994).

Menurut Howard (dalam Sandra dan Haryanto, 2010) kepercayaan

konsumen meliputi dua hal. Pertama yaitu keyakinan pembeli akan

keputusan mereka terhadap produk tertentu. Kedua yaitu terkait dengan

tingkat kepuasan pembeli terhadap produk. Kuatnya rasa percaya yang

telah terbangun dalam diri konsumen akan semakin memperkuat

keyakinannya untuk menyatakan rasa puas terhadap produk yang

dipercayainya (Susilowati dan Sumarto, 2010).

Terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan setelah pembelian terhadap

suatu merek atau produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler,

1995). Selama konsumen mendapatkan kepuasan dari produk yang

dikonsumsi, maka konsumen akan melanjutkan untuk membeli dan

mengkonsumsi produk tersebut (Keller, 2003, dalam Susilowati, 2010).

Konsumen yang percaya pada produk menunjukkan bahwa konsumen

tersebut merasa puas dengan produk, sehingga mendorong keinginan

untuk membeli (Sandra & Haryanto, 2010). Hal tersebut tidak hanya

mendorong keinginan untuk membeli saja tetapi juga dapat menimbulkan

niat di masa mendatang yaitu niat untuk melakukan pembelian ulang

(Kim, 2012).

Salah satu penelitian yang mendukung pernyataan Kim (2012)

tersebut di atas yaitu penelitian yang dilakukan Santos dan Fernandes

(31)

Konsumen Pada Konteks Pemulihan Jasa/Pelayanan” menunjukkan bahwa

kepercayaan konsumen pada perusahaan muncul sebagai faktor yang

cukup berpengaruh pada repurchase intention atau niat pembelian ulang.

Hasil menunjukkan bahwa efek terbesar dari kepercayaan pada perusahaan

adalah pada repurchase intention. Dalamjurnal penelitian milik Zboja dan

Voorhees (2006), disebutkan beberapa peneliti lain seperti Doney dan

Cannon (1997) yang mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah sebab

awal/anteseden dominan dari repurchase intention atau niat pembelian

ulang.

Menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan merupakan satu

variabel kunci untuk memelihara hubungan jangka panjang pada sebuah

produk atau merek. Niat membeli ulang sendiri berkaitan dengan

pembelian produk tertentu yang sama secara berulang kali atau secara

terus menerus (Tjiptono, dalam Trisnawati, 2012). Penelitian-penelitian

yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa kepercayaan

konsumen sebagai faktor yang berpengaruh pada niat membeli ulang,

maka dari hal itu penting untuk melihat hubungan antara kedua variabel

tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kaitan antara

kepercayaan konsumen terhadap produk susu formula dan niat membeli

(32)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara kepercayaan

konsumen dengan niat membeli ulang terhadap produk susu formula bayi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu

formula bayi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Memberi sumbangan informasi dan wawasan untuk mengembangkan

ilmu Psikologi bidang Industri dan Organisasi khususnya Psikologi

Konsumen mengenai hubungan antara kepercayaan konsumen dengan

niat membeli ulang produk susu formula bayi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Membantu memberikan pertimbangan dan evaluasi kepada para

produsen terkait kepercayaan konsumen dan niat pembelian ulang

(33)

b. Bagi Subjek Penelitian

Membantu memberikan pertimbangan dan bahan evaluasi bagi

konsumen dalam bentuk penilaian atau refleksi diri berkaitan

dengan kepercayaan konsumen dan niat membeli ulang terhadap

produk yang selama ini mereka beli khususnya produk susu

(34)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Niat Membeli Ulang (Repurchase Intentions) 1. Definisi Niat

Niat (intentions) dapat digambarkan sebagai suatu situasi

seseorang sebelum melakukan suatu tindakan (overt action), yang

dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan

tersebut (Ardhanari, 2008). Dalam Kamus Psikologi (2010), niat

adalah tujuan atau maksud untuk berbuat sesuatu.

Selain itu, Ajzen (1991) mengatakan bahwa prediktor pokok

dari perilaku adalah niat atau intensi. Seseorang cenderung

berperilaku sesuai dengan intensi mereka yang diikutsertakan dalam

suatu perilaku. Intensi atau niat dapat dilihat sebagai suatu motivasi

untuk membawa sebagian perilaku dan mewakili harapan seseorang

mengenai perilaku mereka dalam suatu keadaan. Intensi dipengaruhi

oleh sikap, norma subjektif, dan persepsi dari pengendalian perilaku.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000, dalam Veno dan Subagio,

2013) niat merupakan faktor internal individu yang mempengaruhi

suatu perilaku.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa niat merupakan tujuan atau maksud yang dimiliki

(35)

2. Elemen Niat

Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi

merupakan kemungkinan untuk bertindak. Menurut kedua tokoh

tersebut, niat melibatkan empat elemen yang berbeda yaitu perilaku

(behavior), target objek (target object), situasi (situation), dan waktu

(time).

a. Perilaku (behavior)

Perilaku biasanya untuk membedakan antara niat berperilaku

yang khusus dan niat berperilaku secara umum.

b. Target objek (target object)

Niat ditampilkan pada objek yang khusus, golongan atau jenis

tertentu pada banyak objek, dan juga pada bermacam-macam

objek.

c. Situasi (situation)

Seseorang mungkin memiliki tujuan dalam menunjukkan suatu

perilaku melalui situasi atau lokasi, golongan atau jenis tertentu

pada lokasi objek, dan bermacam-macam lokasi.

d. Waktu (time)

Niat ditampilkan pada waktu yang khusus atau tertentu, periode

(36)

3. Definisi Niat Membeli Ulang (Repurchase Intentions)

Secara khusus dalam pembelian, niat beli merupakan suatu

bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana untuk membeli

beberapa unit dalam jumlah tertentu dari suatu produk dalam periode

waktu tertentu yang dalam hal ini secara khusus dialami oleh seorang

konsumen (Schiffman dan Kanuk, dalam Veno dan Subagio, 2013)).

Dalam proses pembelian, niat beli konsumen berkaitan erat

dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli

produk tertentu. Ardhanari (2008) menjelaskan bahwa niat membeli

ulang atau repurchase intentions adalah niat yang menunjukkan

keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.

Selain itu, Hellier, dkk (2003) menyatakan bahwa repurchase

intentions merupakan keputusan individu mengenai pembelian

kembali jasa atau pelayanan dari perusahaan yang sama dengan

mempertimbangkan situasi yang terjadi dan tingkat kesukaan. Senada

dengan Hellier dkk, Anoraga (2000) menyatakan repurchase

intentions merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh konsumen sesudah mengadakan pembelian atas produk

yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut.

Menurut Kotler (1995), repurchase intentions merupakan

bagian dari tindakan konsumen pasca pembelian. Terjadinya kepuasan

dan ketidakpuasan pasca pembelian konsumen terhadap suatu produk

(37)

akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli

kembali produk tersebut. Sedangkan menurut Collier and Bienstock

(2006, dalam Huang et al, 2014) repurchase intentions tidak hanya

kecenderungan untuk membeli produk tertentu, tetapi juga meliputi

intensi untuk merekomendasikan produk tersebut kepada teman atau

konsumen lain.

Di lain pihak, Customers behavioral repurchase intentions

dapat dilihat sebagai indikator yang menunjukkan tanda apakah

konsumen akan tetap bertahan atau berpindah dari suatu perusahaan

atau produk tertentu. (Zeithmal, Berry, and Parasuraman, 199; Hult,

Boyer, and Ketchen, JR., 2007). Tuu et all (2010) mengemukakan

bahwa niat membeli ulang merupakan komitmen dan kemungkinan

untuk membeli kembali suatu produk.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa niat membeli ulang (repurchase intentions)

merupakan keinginan yang muncul sebagai respon konsumen untuk

bertahan dengan produk dan melakukan pembelian kembali atas

produk yang sebelumnya telah dibeli.

4. Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula

Niat membeli ulang (repurchase intentions) merupakan

keinginan yang muncul sebagai respon konsumen untuk bertahan

(38)

sebelumnya telah dibeli. Susu formula bayi merupakan susu yang

dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang komposisinya diubah

menyerupai kandungan Air Susu Ibu (ASI) sehingga dapat dipakai

sebagai pengganti ASI. Susu formula juga diproduksi khusus tidak

hanya bagi bayi namun juga untuk konsumsi khusus lainnya seperti

susu untuk anak, susu ibu hamil dan menyusui dan juga susu bagi

orang dewasa lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing konsumen (Triana, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

niat membeli ulang produk susu formula bayi merupakan keinginan

yang muncul sebagai respon konsumen untuk bertahan dengan produk

dan melakukan pembelian kembali atas produk produk susu formula

bayi atau susu buatan yang komposisinya menyerupai kandungan ASI

yang sebelumnya telah dibeli.

5. Indikator Niat Membeli Ulang

Zeithmal, Berry, and Parasuraman (1996) mengembangkan

beberapa hal mengenai Customers behavioral repurchase intentions.

Customers behavioral repurchase intentions dapat dilihat sebagai

indikator apakah konsumen akan bertahan atau meninggalkan

perusahaan atau produk. Beberapa indikator tersebut meliputi :

a. Menyampaikan hal-hal positif mengenai perusahaan atau

(39)

b. Merekomendasikan perusahaan atau produk kepada konsumen

lain (recommend them to other consumers)

c. Tetap loyal terhadap perusahaan atau produk (remain loyal to

them)

d. Menghabiskan banyak hal dengan perusahaan atau produk

(spend more with them)

e. Bersedia membayar biaya premi (pay price premiums)

Berdasarkan penjelasan tersebut, niat beli ulang dapat

diidentifikasi melalui beberapa indikator yang meliputi 5 hal, yaitu 1).

menyampaikan hal positif tentang perusahaan atau produk; 2).

merekomendasikannya kepada konsumen lain; 3). tetap loyal; 4.)

menghabiskan banyak hal dengan perusahaan atau produk serta 5).

bersedia membayar biaya premi yang ada. Namun, tidak semua

indikator tersebut digunakan dalam penelitian. Hanya indikator

pertama hingga ketiga saja yang digunakan dalam penelitian, yaitu

menyampaikan hal positif tentang perusahaan atau produk,

merekomendasikan perusahaan atau produk kepada konsumen lain,

dan tetap loyal terhadap perusahaan atau produk. Hal ini dikarenakan

pemilihan indikator disesuaikan dengan fakta dan kondisi penelitian.

Selain itu, ada satu indikator tambahan yang diambil dari

definisi variabel penelitian. Hal ini dikarenakan dari ketiga indikator

yang digunakan tidak mengarahkan secara langsung pada keinginan

(40)

definisi. Indikator tersebut yaitu keinginan atau niat membeli kembali.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa indikator

dalam penelitian meliputi, menyampaikan hal positif tentang

perusahaan atau produk, merekomendasikan perusahaan atau produk

kepada konsumen lain, tetap loyal terhadap perusahaan atau produk,

dan keinginan atau niat membeli kembali.

6. Faktor-Faktor Niat Membeli Ulang (Repurchase Intentons)

Faktor-faktor yang mempengaruhi niat membeli kembali

(Trisnawati dkk, 2012), yaitu :

a. Perceived usefulness

Faktor ini merujuk pada adanya manfaat yang dapat diterima oleh

konsumen dalam melakukan proses pembelian dan penggunaan

suatu produk.

b. Satisfaction

Satisfaction atau kepuasan merupakan keadaan di mana konsumen

memperoleh rasa puas ketika melakukan proses pembelian dan

menggunakan suatu produk. Kepuasan merupakan evaluasi atau

penilaian dari pelanggan menyangkut kinerja dari suatu produk

apakah sebanding antara kenyataan dan harapan yang diterima dari

(41)

c. Trust

Kepercayaan memiliki peran dalam sebuah hubungan yang terjalin

antara beberapa pihak, dalam hal ini khususnya antara produsen

dan konsumen. Kepercayaan merupakan kunci dalam

perkembangan hubungan jangka panjang dengan konsumen.

d. Perceived Enjoyment

Percieved enjoyment atau kenikmatan sebagai sikap positif

terhadap proses pembelian dan penggunaan yang dilakukan oleh

konsumen.

Berdasarkan penjelasan tersebut, niat membeli ulang terdiri

dari empat faktor. Keempat faktor tersebut meliputi perceived

usefulness, satisfaction, trust, perceived enjoyment.

B. Kepercayaan Konsumen

1. Definisi Kepercayaan Konsumen

Menurut Mayer, dkk (1995), kepercayaan didefinisikan

sebagai kesediaan satu pihak untuk mempercayai pihak lain

didasarkan pada harapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan

tindakan tertentu yang penting bagi pihak yang mempercayainya.

Sedangkan menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan

merupakan satu variabel kunci untuk memelihara hubungan jangka

panjang pada sebuah produk. Morgan dan Hunt (1994) juga

(42)

mempercayakan diri ataubergantung pada pertukaran dengan pihak

lain yang memiliki reliabilitas dan integritas.

Sudut pandang lain menurut Luarn dan Lin (dalam

Ferinnadewi, 2008) kepercayaan adalah sejumlah keyakinan

spesifik terhadap integritas (kejujuran dan kemampuan menepati

janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk

bertindak), competency (kemampuan untuk melaksanakan

kebutuhan), dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang

dipercaya).

Secara lebih spesifik, Firdayanti (2012) menyatakan bahwa

kepercayaan konsumen merupakan persepsi dari sudut pandang

konsumen akan keandalanpenjual dalam pengalaman dan

terpenuhinya harapan dan kepuasan konsumen.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen merupakan kesediaan

konsumen untuk mempercayai pihak lain yaitu suatu produk atau

perusahaan, di mana konsumen dapat merasa yakin bahwa pihak

yang dipercayai mampu menepati janji, memenuhi kebutuhan

konsumen serta dapat konsisten dalam sebuah proses pertukaran.

2. Komponen Kepercayaan Konsumen

Metzger (2006) mengembangkan komponen kepercayaan

(43)

et al., 1995; Doney & Cannon, 1997; Jarvenpaa & Tractinsky, 1999;

McKnight & Chervany, 2001; Jarvenpaa et al., 2000) sebagai

kepercayaan dalam konteks organisasi, marketing, dan juga

ecommerce. Komponen tersebut meliuti :

a. Ability (kemampuan), yaitu sekelompok keahlian, kompetensi,

dan karakteristik yang memungkinkan satu pihak memiliki

pengaruh pada beberapa domain spesifik. Domain dari ability

spesifik karenaTrustee (orang yang dipercayai) memiliki

kompetensi pada beberapa area yang mampu memberikan suatu

kepercayaan dalam diri seseorang. Kemampuan di sini lebih dari

sekedar pelayanan terhadap individu atau konsumen, tetapi juga

pada semua aspek yang berkaitan dengan bisnis.

b. Benevolence (kebaikan hati), yaitu sejauh mana orang yang

dipercaya (trustee) ingin melakukan dan memberikan sesuatu

yang terbaik untuk orang yang mempercayainya (trustor),

terlepas dari motif keuntungan yang sifatnya egosentris.

Benevolencejugaberkaitan dengan perhatian dan motivasi untuk

bertindak sesuai dengan kepentingan konsumen yang dilakukan

oleh penyedia barang dan jasa dengan memberikan kepuasan

yang saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen.

c. Integrity (integritas), yaitu persepsi dari Trustor bahwa Trustee

akan bertahan pada seperangkat prinsip yang telah diberikan

(44)

kejujuran dan kemampuan menepati janji dari pihak yang

dipercaya (penjual). Apa yang telah diucapkan oleh Trustee

kepada Trustor harus sesuaidengan tindakan yang akan Trustee

lakukan dan konsumen yang di sini sebagai Trustor memiliki

keingintahuan apakah Trustee dapat melakukan hal yang sama

seperti yang telah dijanjikannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan memiliki

tiga komponen yaitu kemampuan, kebaikan hati, dan integritas. Di

mana, ketiga komponen tersebut merupakan hal yang penting

dalam kepercayaan.

3. Dampak Kepercayaan Konsumen

Adanya kepercayaan akan menciptakan rasa aman dan

kredibel serta dapat mengurangi persepsi konsumen akan resiko dari

proses pertukaran (Selnes, 1988 dalam Bennet dan Gabriel, 2003,

dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan juga memiliki kontribusi

untuk memberikan relasi dan hubungan yang terjalin secara terus

menerus serta menciptakan perasaan loyal (Santos & Fernandes,

2008). Hal ini dibuktikan oleh Saputro (2010) dalam penelitiannya

yang menunjukkan hasil bahwa kepercayaan pelanggan terhadap

perusahaan akan dapatmenciptakan loyalitas pelanggan. Seorang

konsumen yang loyal tidak akan mudah berpindah ke produk atau

(45)

ancaman atau serangan produk lain dapat dikurangi (Marthin dan

Semual, 2007).

Dasar terciptanya hubungan jangka panjang yang meliputi

adanya loyalitas konsumen terletak pada kepercayaan konsumen

terhadap produsen (Lubis, 2011). Hal yang sama juga disampaikan

oleh beberapa peneliti bahwa kepercayaan merupakan dasar

dalampembentukan dan pengembangan loyalitas konsumen

(Moorman, Deshpane, & Zaltman, 1993; Morgan & Hunt, 1994,

dalam Akbar & Parvez, 2009).

Selain itu, kepercayaan juga akan berdampak pada kepuasan

yang dirasakan oleh konsumen. Hal ini juga diperkuat dengan

adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bahwa

kepercayaan mempengaruhi kepuasan secara langsung. Salah satu

contoh penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kim (2012).

Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa kepercayaan

konsumen mempengaruhi kepuasan konsumen. Selain itu, terdapat

juga penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto (2010)

yang menyatakan bahwa kepercayaan yang timbul mempengaruhi

kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Kuatnya rasa percaya

yang telah terbangun dalam diri konsumen akan semakin

memperkuat keyakinannya untuk menyatakan rasa puas terhadap

(46)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dampak atau pengaruh dari

kepercayaan yaitu adanya rasa aman, kredibel dan dapat

mengurangi persepsi konsumen akan resiko. Selain itu, terciptanya

loyalitas dan kepuasan dari konsumen.

4. Fungsi Kepercayaan Konsumen

Menurut Morgan dan Hunt (1994) ada beberapa fungsi dari

adanya kepercayaan, antara lain :

1. Kepercayaan dapat menjaga dan memelihara hubungan dengan

konsumen.

2. Kepercayaan dapat menahan dari berbagai pilihan sehingga

konsumen tetap bertahan pada produk atau perusahaan.

3. Kepercayaan dapat membuat konsumen untuk lebih berhati-hati

dalam mengambil tindakan yang berpotensi menimbulkan resiko

yang tinggi jika berpindah ke produk atau perusahaan lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan memiliki

fungsi atau manfaat yang dapat menjaga dan mempertahankan

(47)

C. Dinamika Hubungan Antara Kepercayaan Konsumen dan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi

Beberapa penelitian terakhir menemukan bahwa

kepercayaan merupakan prediktor yang signifikan dalam kekuatan

suatu hubungan (Kennedy et al, 2001). Kepercayaan konsumen

merupakan kesediaan konsumen untuk mempercayai pihak lain

yaitu suatu produk atau perusahaan, di mana konsumen dapat

merasa yakin bahwa pihak yang dipercayai mampu menepati janji,

memenuhi kebutuhan konsumen serta dapat konsisten dalam

sebuah proses pertukaran. Lau dan Lee (dalam Akbar & Parvez,

2009) menyatakan bahwa kepercayaan adalah ketika satu pihak

mempercayai pihak lain yang nantinya dapat membawa atau

menimbulkan intensi perilaku yang positif. Pihak lain atau di sini

merupakan produsen harus memiliki kemampuan untuk menjaga

keberlangsungan atau meneruskan keuntungan dari hubungan yang

terjalin dengan konsumen, sehingga konsumen tidak hanya

mendapat hasil yang positif tetapi juga percaya bahwa hasil positif

dapat terus berlangsung dan berlanjut di masa depan (Doney dan

Cannon, 1997, dalam Akbar & Parves, 2009).

Unsur penting dalam pencapaian hubungan jangka panjang

adalah pembentukan dan pemeliharaan kepercayaan (Kennedy et

al, 2001). Menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan

(48)

panjang pada sebuah produk. Dengan adanya kepercayaan akan

mengurangi kegelisahaan konsumen terhadap pelayanan yang

diterima, sehingga merupakan penghalang dalam mempengaruhi

konsumen untuk mengambil atau mengganti pilihan lain (Morgant

dan Hunt, 1994).

Kepercayaan pada konsumen akan menciptakan rasa aman

dan kredibel serta dapat mengurangi persepsi akan risiko dari

proses pertukaran (Selnes, 1988 dalam Bennet dan Gabriel, 2003,

dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan juga memiliki kontribusi

untuk memberikan relasi dan hubungan yang terjalin secara terus

menerus serta menciptakan perasaan loyal (Santos & Fernandes,

2008). Seorang konsumen yang loyal tidak akan mudah berpindah

ke produk atau merek lain. Apabila loyalitas meningkat,

kerentanan konsumen dari ancaman atau serangan produk lain

dapat dikurangi (Marthin dan Semuel, 2007). Oliver (dalam Ishak

dan Luthfi, 2011) menyatakan bahwa loyalitas merupakansuatu

komitmen yang kuat yang mendorong untuk terjadinya pembelian

kembali.

Selain itu, kepercayaan akan berdampak pada kepuasan

yang dirasakan oleh konsumen. Hal ini diperkuat dengan adanya

beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bahwa kepercayaan

mempengaruhi kepuasan secara langsung. Salah satu contoh

(49)

pembelian online yang dilakukan oleh Kim (2012). Selain itu,

terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan

Sumarto (2010) yang menyatakan bahwa kepercayaan yang timbul

mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap suatu produk.

Kuatnya rasa percaya yang telah terbangun dalam diri konsumen

akan semakin memperkuat keyakinannya untuk menyatakan rasa

puas terhadap produk yang dipercayainya.

Kepercayaan terhadap elemen-elemen yang berkaitan

dengan perusahaan seperti misalnya kepercayaan pada perusahaan

itu sendiri atau kepercayaan pada karyawan dan pada produk juga

membawa dampak positif pada intensi perilaku dalam pembelian

berulang suatu produk (Kennedy et al, 2001). Sutisna (dalam

Ardhiana, 2008) berpendapat bahwa ketika seorang konsumen

memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu, dari situ akan

terjadi penguatan, dengan dimilikinya pemikiran positif atas apa

yang diterimanya memungkinkan individu untuk melakukan

pembelian secara berulang.

Crosby et al. (dalam Kennedy et al., 2001) juga menyatakan

bahwa kepercayaan bersama kepuasan merupakan komponen

dalam kualitas hubungan. Pada dasarnya konsumen membeli

barang dan jasa adalah untuk memenuhi dan memuaskan

kebutuhannya. Hal yang mendukung konsumen dalam melakukan

(50)

yang mampu memenuhi harapan dari yang diinginkan konsumen.

Kepuasan merupakan evaluasi dari konsumen terhadap produk atau

pelayanan apakah dapat memenuhi kebutuhan dan ekspektasi atau

harapan (Bitner & Zeithaml, 2003 dalam Akbar & Parvez, 2009).

Konsumen yang percaya menunjukkan bahwa konsumen tersebut

merasa puas dengan produk, sehingga mendorong keinginan untuk

membeli ulang (Sandra & Haryanto, 2010).

Dengan adanya kepercayaan yang dimiliki konsumen maka

dapat menimbulkan adanya rasa aman, kredibel dan dapat

mengurangi persepsi konsumen akan resiko dalam pertukaran

(Ferrinadewi, 2008). Selain itu, dengan kepercayaan juga dapat

menciptakan rasa loyal serta rasa puas bagi konsumen (Santos &

Fernandes, 2008; Kim, 2012; Susilowati & Sumarto, 2010).

Terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan setelah pembelian

terhadap suatu merek atau produk akan mempengaruhi perilaku

selanjutnya (Kotler, 1995). Selama konsumen mendapatkan

kepuasan dari produk yang dikonsumsi, maka konsumen akan

melanjutkan untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut

(Keller, 2003, dalam Susilowati, 2010).

Perilaku membeli ulang dapat diprediksi melalui niatnya.

Kotler (1995) menyatakan bahwa repurchase intentions atau niat

membeli ulang merupakan bagian dari tindakan konsumen pasca

(51)

mengenai niat membeli ulang ataurepurchase intentions yaitu niat

yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan

pembelian ulang. Niat membeli ulang sendiri merupakan suatu

perilaku yang muncul sebagai respon dari keinginan konsumen

untuk melakukan pembelian kembali atas produk yang sebelumnya

telah dibeli.

Adanya kepercayaan yang meningkat dapat membuat

konsumen merasa aman, memiliki persepsi akan resiko yang

rendah, merasa loyal dan puas terhadap suatu produk. Hal tersebut

dapat meningkatkan niat seseorang untuk melakukan pembelian

ulang. Namun, sebaliknya ketika kepercayaan yang dimiliki

konsumen rendah, maka konsumen merasa kurang aman, akan

bertambahnya persepsi akan resiko, kurangnya perasaan loyal dan

kurangnya rasa puas terhadap suatu produk. Hal ini dapat

mengakibatkan menurunnya niat konsumen untuk membeli ulang

(52)
[image:52.595.100.510.118.600.2]

D. Skema Penelitian

Gambar 1. Skema Hubungan Antara Kepercayaan Konsumen dan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi

Kepercayaan Konsumen Kepercayaan tinggi Kepercayaan rendah Dampaknya : - adanya rasa aman dan kredibel

- berkurangnya persepsi akan resiko

- terciptanya loyalitas dan kepuasan

Dampaknya :

- adanya

rasa kurang aman dan

kredibel

- bertambahnya persepsi akan resiko

- tidak terciptanya loyalitas dan kepuasan

Niat membeli ulang produk susu

formula bayi tinggi

Niat membeli ulang produk susu

(53)

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara

kepercayaan konsumen dengan niat membeli ulang produk susu formula.

Jadi semakin tinggi kepercayaan konsumen, maka semakin tinggi juga niat

membeli ulang. Namun sebaliknya, semakin rendah kepercayaan yang

dimiliki konsumen, maka niat membeli ulang konsumen cenderung

(54)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel

berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain yang dilihat

berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan konsumen dengan niat

membeli ulang produk susu formula bayi.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : Kepercayan konsumen

2. Variabel Tergantung : Niat membeli ulang produk susu formula

bayi

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan konsumen merupakan kesediaan para ibu mempercayai

produk susu formula, di mana para ibu merasa yakin bahwa produk

susu formula yang dipercaya mampu menepati janji, memenuhi

(55)

dalam sebuah proses pertukaran. Ibu sebagai subjek pernah atau masih

membeli produk susu formula dan memberikan kepada anaknya.

Kepercayaan konsumen terdiri dari beberapa komponen. Komponen

tersebut meliputi :

a. Ability(kemampuan).

b. Benevolence(kebaikan hati).

c. Integrity(integritas).

Pengukuran variabel kepercayaan yang dimiliki ibu selaku

konsumen menggunakan skala kepercayaan konsumen yang dibuat oleh

peneliti berdasarkan komponen dari kepercayaan konsumen. Skor

tinggi yang diperoleh dalam skala menunjukkan tingginya kepercayaan

yang dimiliki konsumen. Sebaliknya, skor rendah yang diperoleh

menunjukkan rendahnya kepercayaan yang dimiliki konsumen.

2. Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula

Niat membeli ulang produk susu formula bayi merupakan

keinginan yang muncul sebagai respon para ibu sebagai konsumen

untuk bertahan dengan produk susu formula dan melakukan pembelian

kembali atas produk susu formula bayi atau susu buatan yang

komposisinya menyerupai kandungan ASI yang sebelumnya telah

dibeli. Dalam penelitian ini menggunakan empat indikator. Indikator

(56)

Repurchase Intentions. Selain itu, ditambah satu indikator yang diambil

dari definisi variabel penelitian. Keempat indikator tersebut meliputi :

a. Menyampaikan hal-hal positif mengenai produk

b. Merekomendasikan produk kepada konsumen lain

c. Tetap loyal terhadap produk

d. Keinginan atau niat membeli kembali

Niat membeli ulang produk susu formula diukur menggunakan

skala niat membeli ulang yang dibuat berdasarkan indikator-indikator

niat membeli ulang. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka

semakin tinggi pula niat membeli ulang yang dimiliki seseorang.

Sebaliknya, skor rendah yang diperoleh, maka semakin rendah niat

membeli ulang yang dimiliki.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu para ibu yang memiliki anak usia

0-2 tahun. Karakteristik lainnya yaitu para ibu tersebut pernah atau masih

memberikan susu formula pada anaknya. Penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel convenience sampling. Teknik pengambilan

sampel tersebut didasarkan kemudahan dan siapa saja yang sesuai dengan

(57)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menyebarkan skala. Terdapat dua macam skala. Skala yang pertama yaitu

skala kepercayaan konsumen dan skala kedua yaitu skala niat membeli

ulang. Kedua skala tersebut disajikan dalam satu kesatuan boklet skala.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penskalaan Likert

Summated Ratings. Teknik penskalaan ini merupakan teknik mengukur

sikap di mana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan

atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan (Noor,

2011).

1. Skala Kepercayaan Konsumen

Skala kepercayaan konsumen bertujuan untuk melihat tingkat

kepercayaan pada konsumen. Skala ini terdiri dari 4 komponen

kepercayaan konsumen. Peneliti membuat 30 pernyataan yang terbagi

atas dua macam, yaitu pernyataan yang favorable dan pernyataan

unfavorable. Masing-masing pernyataan terdiri dari empat kategori

jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS).

Pada pernyataan favorable, jawaban Sangat Setuju (SS)

mendapat skor 4, jawaban Setuju (S) mendapat skor 3, jawaban Tidak

Setuju (TS) mendapat skor 2, dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, jawaban

(58)

skor 2, jawaban Tidak Setuju (TS) mendapat skor 3, dan jawaban

[image:58.595.99.522.181.618.2]

Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 4.

Tabel 1

Blueprint Skala Kepercayaan Konsumen

No. Komponen Favorable Unfavorable Jumlah Bobot 1. Ability

(kemampuan)

5 5 10 33,3 %

2. Benevolence (kebaikan hati)

5 5 10 33,3 %

3. Integrity (integritas)

5 5 10 33.3 %

Total 15 15 30 100 %

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen

No. Komponen No.Item Jumlah Favorable Unfavorable 1. Ability (kemampuan)

1, 12, 15, 22, 27 8, 17, 21, 26, 30

10

2. Benevolence (kebaikan hati)

3, 10, 11, 18, 28 2, 6, 9, 20, 23

10

3. Integrity (integritas)

4, 7, 14, 19, 25 5, 13, 16, 24, 29

10

Total 15 15 30

2. Skala Niat Membeli Ulang

Skala niat membeli ulang terdiri dari empat indikator. Skala ini

terdiri dari 40 pernyataan yang terbagi atas pernyataan favorable dan

(59)

untuk memilih salah satu jawaban dari empat alternatif jawaban yang

tersedia. Keempat alternatif jawaban tersebut meliputi Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Untuk pernyataan favorable skor tertinggi 4 untuk jawaban

Sangat Setuju (SS), skor 3 untuk jawaban Setuju (S), skor 2 untuk

jawaban Tidak Setuju (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak

Setuju (STS). Pada pernyataan unfavorable skor tertinggi 4 diberikan

untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), skor 3 diberikan untuk

jawaban Tidak Setuju (TS), skor 2 untuk jawaban Setuju (S), dan skor

[image:59.595.101.526.232.695.2]

1 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju (SS).

Tabel 3

Blueprint Skala Niat Membeli Ulang

No. Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bobot 1. Menyampaikan

hal-hal positif mengenai produk

5 5 10 25%

2. Merekomendasik an produk kepada konsumen lain

5 5 10 25%

3. Tetap loyal terhadap produk

5 5 10 25%

4. Keinginan atau niat membeli kembali

5 5 10 25%

(60)
[image:60.595.98.529.135.606.2]

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang

No. Indikator No. Item Jumlah

Favorable Unfavorable 1. Menyampaikan hal-hal

positif mengenai produk

1, 4, 15, 25, 33

6, 11, 13, 21, 40

10

2. Merekomendasikan produk kepada konsumen lain

20, 23, 29, 36, 39

2, 5, 9, 14, 34

10

3. Tetap loyal terhadap produk

7, 17, 27, 35, 38

18, 22, 24, 26, 31

10

4. Keinginan atau niat membeli kembali

8, 10, 12, 30, 32

3, 16, 19, 28, 37

10

Total 20 20 40

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur

tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas

menyangkut akurasi dari instrumen (Noor, 2011). Salah satu tipe

validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi.

Validitas isi memastikan bahwa skala aitem-aitem telah cukup

memasukkan sejumlah aitem dan mencakup data yang komprehensif

dan relevan dengan tujuan penelitian (Azwar, 2012). Validitas

(61)

dengan analisis rasional atau melalui penilai yang lebih

berkompeten(professional judgement) (Azwar, 2011). Ahli tersebut

merupakan dosen pembimbing.

2. Seleksi Aitem

Seleksi item dilakukan dengan melihat daya beda atau daya

diskriminasi aitem. Daya diskriminasi item yaitu sejauh mana item

akan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu

yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar,

2011). Seleksi item dilakukan melalui uji coba (try out). Uji coba

dilaksanakan pada tanggal 26 November sampai 16 Desember 2014.

Subjek yang digunakan dalam uji coba yaitu sebanyak 49

orang. Peneliti mengunjungi Posyandu di beberapa perumahan di

Kelurahan Purwomartani terlebih dahulu untuk mendapatkan

informasi daftar tempat tinggal anak-anak peserta Posyandu yang

berusia 0-2 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan mengunjungi

masing-masing rumah dan peneliti menemui para ibu selaku subjek

dalam penelitian ini.

Pengujian daya diskriminasi item dengan melakukan komputasi

koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor

skala. Penghitungan tersebut akan menghasilkan koefisien korelasi

item-total (rix). Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor

(62)

tersebut dan secara keseluruhan semakin tinggi juga daya bedanya.

Namun, bila koefisien korelasinya rendah atau mendekati nol berarti

fungsi item tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya

bedanya tidak baik (Azwar, 2011).

Seleksi aitem dilakukan dengan menghitung korelasi antara

distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala menggunakan

program SPSS for windows versi 16.0. Kriteria pemilihan aitem

menggunakan batasan (rix) ≥0,30. Aitem yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan dan begitu

juga sebaliknya (Azwar, 2013).

Pada skala kepercayaan konsumen tidak ada aitem yang gugur

atau dengan kata lain semua aitem yang berjumlah 30 aitem

memenuhi syarat batasan (rix)≥ 0,3 karena memiliki skor di atas 0,3.

Namun, peneliti tetap melakukan pengacakan aitem sebelum

menyebarkan skala penelitian untuk mendapatkan data penelitian

selanjutnya sehingga terdapat perubahan distribusi aitem. Pengacakan

tersebut dimaksudkan agar aitem tetap random atau acak dan

(63)
[image:63.595.97.518.180.593.2]

Tabel 5

Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Konsumen Setelah Penyusunan Ulang

No. Komponen No.Item Jumlah

Favorable Unfavorable 1. Ability

(kemampuan)

1, 5, 17, 19, 27 13, 11, 16, 21, 23

10

2. Benevolence (kebaikan hati)

2, 3, 9, 12, 30 7, 10, 18, 24, 28

10

3. Integrity (integritas)

8, 15, 20, 22, 25

4, 6, 14, 26, 29

10

Total 15 15 30

Berdasarkan 40 aitem pada skala niat membeli ulang terdapat 6

aitem yang gugur. Peneliti memilih 1 aitem dari 6 aitem yang gugur

tersebut untuk diselamatkan. Selain itu, terdapat 7 aitem lain yang

digugurkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyeimbangkan

komposisi dan menyelaraskan tiap aspeknya. Berdasarkan hal

tersebut, maka setiap aspek dibuat menjadi 7 aitem dan total aitem

yang terpaksa digugurkan yaitu sebanyak 12 aitem. Jumlah aitem yang

digunakan yaitu sebanyak 28 aitem. Hasil seleksi aitem sebagai

(64)
[image:64.595.98.521.138.608.2]

Tabel 6

Distribusi Aitem Skala Niat Membeli Ulang Setelah Seleksi Item

No. Indikator

No. Item Jumlah

aitem yang digunakan Favorable Unfavorable

1. Menyampaikan hal-hal positif mengenai produk

1, 4, 15, 25, 33

6, 11, 13, *21, 40

7

2. Merekomendasikan

produk kepada

konsumen lain

20, 23, 29, 36, 39

2, (5), (9), 14, 34

7

3. Tetap loyal terhadap produk

7, 17, 27, 35, 38

18, 22, 24, (26), (31)

7

4. Keinginan atau niat membeli kembali

8, 10, 12, 30, 32

(3), (16), 19, 28, (37)

7

Total 20 8 28

Keterangan :

Aitem yang dicetak tebal dan diberi tanda * merupakan aitem yang gugur namun diselamatkan.

__ : aitem yang gugur ( ) : aitem yang digugurkan

3. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Hal ini juga berarti menunjukkan sejauh

mana alat ukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua

Gambar

Gambar 2. Histogram Kepercayaan Konsumen ................................................
Gambar 1. Skema Hubungan Antara Kepercayaan Konsumendan Niat Membeli Ulang Produk Susu Formula Bayi
Tabel 1Blueprint Skala Kepercayaan Konsumen
Tabel 3Blueprint Skala Niat Membeli Ulang
+7

Referensi

Dokumen terkait

: Megawati Simbolon, SH : Pengadilan Negeri Sidikalang : Mahkamah

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek

Indikator memiliki struktur, yaitu ABCD yang dapat dijabarkan oleh kalimat. oeprasional ( Audience = Siswa, Behavior = Perilaku, Competency = Kompetensi dan

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi perkembangan pemerolehan unsur-unsur fonologi (vokal dan konsonan) pada anak usia dua tahun

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai &#34;wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang

Saya harus bergantian menggunakan komputer atau alat kerja yang lain untuk bekerja karena fasilitas yang kurang dari perusahaan.. Saya akan melamar kerja di

Selain menu-menu pilihan yang umum dijumpai pada setiap perangkat lunak berbasis Windows, CodeVisionAVR ini telah mengintegrasikan perangkat lunak downloader ( in system

Dengan demikian, persamaan yang didapatkan dari optimasi menggunakan RSM dapat digunakan untuk menghitung rendemen teoritis sintesis senyawa tersebut.. xiv