• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecemasan siswa menjelang ujian nasional (studi deskriptif pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 dan implikasi terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kecemasan siswa menjelang ujian nasional (studi deskriptif pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 dan implikasi terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar)."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasi terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Veronica Desy Irma Rosari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi tingkat kecemasan siswa menjelang ujian nasional pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 dan implikasi terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 61 siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Pengumplan data dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian Nasional yang disusun berdasarkan 4 aspek kecemasan menurut Soeitoe (1982), yaitu (1) Manifestasi Kognitif, (2) Manifestasi Afektif, (3) Manifestasi Motorik, dan (4) Manifestasi Somatik. Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada konsep kategorisasi menurut Azwar (2007). Tingkat kecemasan digolongkan menjadi 5 kategori, yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”. Perhitungan indeks reliabilitas Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach ). Peneliti menggunakan bantuan program SPSS

16.0 for Windows, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrumen

dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α) yaitu 0,872.

(2)

ABSTRACT

THE STUDENT ANXIETY LEVEL IN FACING NATIONAL EXAMINATION

(Description Study in IX Grade Students of Aloysius Turi Junior High School in Academic Year of 2015/2016 and The Implication Toward

Suggestion in Topics of Teaching Learning Program)

Veronica Desy Irma Rosari Sanata Dharma Univercity

Yogyakarta

This study was aimed to know the description of student anxiety level of the IX grade students of Aloysius Turi Junior High School in the academic year of 2015/2016 in facing national examination and the implication toward suggestions in teaching learning program topics. The object of this study was 61 students of the IX grade students of Aloysius Turi Junior High School in the academic year of 2015/2016.

The kind of research method used in this study was descriptive quantitative research. Data collected for this study were obtained by means of questionnaire related to anxiety toward national examination which were arranged based on 4 aspect anxiety (Soeitoe, 1982), which were (1) Cognitive Manifestation, (2) Affective Manifestation, (3) Motoric Manifestation , and (4) Somatic Manifestation. The data analyzing techique which was used in this study was based on categorization concept (Azwar, 2007). The anxiety level was divided into 5 categories, which were “very high”, “high”, “fair”, “low”, and “very low”. The calculation of reliability index of anxiety toward national examination questionaire using Alpha Cronbach (α). With the help of SPSS 16.0 computer program for windows, aal instrument of reliability coefficient using 0.872 for coefficient equation alpha (α) was obtained.

(3)

TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasi terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Veronica Desy Irma Rosari 111114056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasi terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Veronica Desy Irma Rosari 111114056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbing,

sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong

engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang

membawa kemenangan.”

(8)

v

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur aku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu

mendengarkan dan mengabulkan doa-doaku, memberikan aku semangat,

kesehatan, dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini. Puji Tuhan

akhirnya pada tanggal 2 Oktober 2015 aku bisa melalui dan

menyelesaikan skripsiku ini dengan baik. Skripsiku ini, akan aku

persembahkan untuk orang-orang yang sudah membantu, mendukung,

menyemangatiku, dan mendoakanku, yaitu :

Kedua orangtuaku Wasis Sudibyo dan Suhartati

Kedua adik-adikku Ignatius Christian O.N. dan Francin Cindya O.R.

Kekasihku Emmanuel Pandu Harummurti

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

TINGKAT KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasi terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Veronica Desy Irma Rosari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi tingkat kecemasan siswa menjelang ujian nasional pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 dan implikasi terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 61 siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Pengumplan data dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian Nasional yang disusun berdasarkan 4 aspek kecemasan menurut Soeitoe (1982), yaitu (1) Manifestasi Kognitif, (2) Manifestasi Afektif, (3) Manifestasi Motorik, dan (4) Manifestasi Somatik. Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada konsep kategorisasi menurut Azwar (2007). Tingkat kecemasan digolongkan menjadi 5 kategori, yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”. Perhitungan indeks reliabilitas Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach ). Peneliti menggunakan bantuan program SPSS

16.0 for Windows, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrumen

dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α) yaitu 0,872.

(12)

ix ABSTRACT

THE STUDENT ANXIETY LEVEL IN FACING NATIONAL EXAMINATION

(Description Study in IX Grade Students of Aloysius Turi Junior High School in Academic Year of 2015/2016 and The Implication Toward

Suggestion in Topics of Teaching Learning Program)

Veronica Desy Irma Rosari Sanata Dharma Univercity

Yogyakarta

This study was aimed to know the description of student anxiety level of the IX grade students of Aloysius Turi Junior High School in the academic year of 2015/2016 in facing national examination and the implication toward suggestions in teaching learning program topics. The object of this study was 61 students of the IX grade students of Aloysius Turi Junior High School in the academic year of 2015/2016.

The kind of research method used in this study was descriptive quantitative research. Data collected for this study were obtained by means of questionnaire related to anxiety toward national examination which were arranged based on 4 aspect anxiety (Soeitoe, 1982), which were (1) Cognitive Manifestation, (2) Affective Manifestation, (3) Motoric Manifestation , and (4) Somatic Manifestation. The data analyzing techique which was used in this study was based on categorization concept (Azwar, 2007). The anxiety level was divided into 5 categories, which were “very high”, “high”, “fair”, “low”, and “very low”. The calculation of reliability index of anxiety toward national examination questionaire using Alpha Cronbach (α). With the help of SPSS 16.0 computer program for windows, aal instrument of reliability coefficient using 0.872 for coefficient equation alpha (α) was obtained.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan kasihNya yang begitu besar sehingga penyususnan skripsi ini berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian dari syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis mengucapkan terimakasih atas kesempatan, bimbingan, tenaga, dan waktu yang telah diberikan oleh beberapa pihak dalam memperlancar skripsi ini. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah terlibat dalam proses penyusunan karya tulis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma serta sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pendampingan bagi penulis, meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman, menuntun penulis dengan penuh kesabaran, dan membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(14)

xi

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. sebagai Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam proses administrasi ujian pendadaran.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas ilmu-ilmu dalam pengalaman yang diberikan selama ini, sehingga memberikan bekal dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. A. Priyatmoko sebagai sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling

yang telah mengurus segala keperluan administrasi.

6. Bruder Stevanus Mulyadi, CSA sebagai Kepala Sekolah SMP Aloysius Turi yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Danu Mukti sebagai guru BK di SMP Aloysius Turi dan seluruh guru SMP Aloysius Turi, yang telah membantu, menerima, dan mengarahkan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Prof. Dr. Ir. T. Haryono, M.Sc. sebagai editor abstrak bahasa inggris yang berkenan membantu dalam mengkoreksi abstrak bahasa inggris penulis. 9. Siswa kelas IX tahun ajaran 2015/2016 SMP Aloysius Turi atas waktu dan

kerjasamanya pada saat pelaksanaan penelitian sehingga skripsi ini dapat selesai.

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Definisi Istilah ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Kecemasan Siswa Menjelang Ujian Nasional 1. Pengertian Kecemasan secara Umum ... 12

2. Pengertian Kecemasan Siswa Menjelang Ujian Nasional ... 14

3. Gejala Kecemasan Siswa Menjelang Ujian Nasional ... 15

4. Penyebab Kecemasan Siswa Menjelang Ujian Nasional ... 16

5. Faktor-faktor Penyebab terjadi Timbulnya Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ... 17

6. Aspek-aspek Kecemasan Siswa Menjelang Ujian Nasional ... 18

7. Karakteristik Siswa yang Mengalami Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ... 20

(17)

xiv B. Siswa SMP dan Aktivitas Belajarnya

1. Pengertian Siswa SMP sebagai Remaja ... 24

2. Tugas Perkembangan Siswa SMPsebagai Remaja ... 25

3. Aktivitas Belajar Siswa SMP sebagai Remaja ... 26

4. Kecemasan dalam Belajar pada Siswa SMP ... 29

C. Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 32

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 33

3. Fungsi Bimbingan Belajar ... 34

4. Bimbingan Belajar dalam Mengatasi Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 38

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas ... 42

2. Reliabilitas ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tingkat Kecemasan Menjelang Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 53

2. Analisis Capaian Skor Butir Kecemasan dan Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar yang Sesuai ... 55

B. Pembahasan 1. Tingkat Kecemasan Menjelang Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 58

2. Indikasi Kecemasan yang Intens Dialami Oleh Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 Menjelang Ujian Nasional ... 59

3. Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar Berdasarkan Item-item Kecemasan yang Memiliki Skor Tinggi ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran

2015/2016 ... 38 Tabel 2 Norma Skoring Inventori Kecemasan ... 39 Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian Nasional pada

Siswa SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 40 Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Kecemasan Menjelang

Ujian Nasional lada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun

2015/2016 ... 44 Tabel 5 Koefisien Reliabilitas Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian

Nasional ... 46 Tabel 6 Kriteria Gulford ... 46 Tabel 7 Norma Kategorisasi ... 48 Tabel 8 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menjelang Ujian pada

Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 49 Tabel 9 Norma Kategorisasi Item ... 50 Tabel 10 Norma Kategorisasi Skor Item Skala Kecemasan Menjelang Ujian

pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 51 Tabel 11 Penggolongan Tingkat Kecemasan Menjelang Ujian Nasional pada

Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 53 Tabel 12 Penggolongan Total Skor Item Kecemasan Menjelang Ujian

Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran

2015/2016 ... 55 Tabel 13 Item-item yang Memiliki Skor Tinggi ... 57 Tabel 14 Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar Berdasarkan Item-item yang

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Kecemasan Menjelang Ujian Nasional ... 77

Lampiran 2 Tabulasi Data ... 81

Lampiran 3 Hasil Validitas Item Kuesioner ... 85

Lampiran 4 Hasil Reliabilitas Kuesioner ... 89

Lampiran 5 Hasil Penghitungan Norma Kategorisasi Kecemasan ... 90

Lampiran 6 Hasil Penghitungan Kategorisasi Tinggi Rendah Skor Item ... 90

(20)

1 BABBIB

B PENDAHULUANB B

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. LatarBBelakangBMasalahB

Pendidikan adalah penentu perkembangan kemajuan suatu bangsa karena melalui pendidikan dapat dicetak sumber daya yang berkompeten dan berkualitas. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan pembelajaran yang selama ini dilakukan guru terhadap para siswanya. Untuk menilai dan mengukur hasil pembelajaran yang dilakukan guru terhadap para siswa diperlukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai dan mengukur seberapa baik keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat melalui capaian ujian nasional yang biasanya dilaksanakan pada akhir tingkat pendidikan.

(21)

upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Wibowo, 2012). Ujian nasional ini memiliki nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh pemerintah dan selalu mengalami perubahan. Nilai kelulusan ini menentukan kelulusan siswa agar dapat melanjutkan ke SMA/SMK yang diinginkan.

Daris Siswoyo (Permendikbud No 44/2014) mengkritisi bahwa ujian nasional tidak menentukan kelulusan lagi. Mulai 2015, persentase kriteria nilai kelulusan siswa bakal berimbang antara hasil ujian nasional dan hasil ujian sekolah, yaitu dengan angka nilai perbandingan 50:50. Anies Baswedan (Permendikbud No 44/2014) menegaskan, pemerintah tidak akan menghapus ujian nasional. Jadi, hasil ujian nasional tidak menjadi tolok ukur kelulusan. Ujian nasional 2015 hanya dijadikan sebagai pemetaan pemerataan kualitas pendidikan nasional. Keputusan kelulusan bakal diserahkan kepada sekolah masing-masing. Dengan demikian, nilai rapor dan penilaian perilaku siswa sehari-hari bisa menolong kelulusan siswa yang nilainya masih dibawah rata-rata.

(22)

mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Siswa-siswi terkadang mengalami rasa cemas karena mereka akan menghadapi bermacam-macam ujian, mulai dari ujian tertulis, ujian praktek, sampai ujian nasional. Kecemasan tersebut timbul, karena mereka merasa takut dan terlalu memikirkan hasil ujiannya kelak, padahal mereka belum berusaha. Kecemasan dapat memecah belah pemikiran seseorang, membagi dua pikiran seseorang menjadi niat yang baik dan pemikiran-pemikiran yang buruk. Terkadang seseorang dapat merasa pesimis karena kecemasan. Hal yang paling mereka takutkan adalah kegagalan (Feriana, 2013).

Banyak siswa yang cerdas, pintar dalam berbagai mata pelajaran, dan sukses dalam ujian nasional. Namun ada pula siswa yang cerdas dan pintar dalam matapelajaran, tetapi merasa pesimis ketika menjelang ujian, mencari bocoran soal, membeli kunci jawaban, dan menerima kunci dari sms yang kurang pas. Sebagian siswa lagi tidak tahu dan pasrah dalam kondisi tertekan, menurun daya ingatan, berpikir tidak terstruktur, dan kusut ingatan pada materi ujian, bayang-bayang pikiran menghantui kegagalan ujian, pikiran kacau, berkecambuk rasa malu, dan takut tidak dapat menjawab soal ujian yang benar. Kondisi psikologis siswa seperti ini penting untuk mendapatkan pelayanan bimbingan agar dapat sukses dalam Ujian Nasional (Wibowo, 2012).

(23)

juga dirasakan oleh orang tua siswa. Sebelum UN, orang tua juga merasakan kegelisahan tentang standar ujian yang berubah-ubah. Orang tua hanya bisa memantau anaknya di rumah, selebihnya orang tua memasrahkan anaknya kepada pihak sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mempersiapkan diri yang lebih baik dengan proses belajar yang kondusif dan interaktif demi kemajuan anak didiknya.

Menurut Mendikbud (2013), peserta UN SMP tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 3.667.241 siswa. Sekitar 99.55% siswa dinyatakan lulus dan 16.616 siswa lainnya dinyatakan tidak lulus. Kelulusan tersebut diperoleh dari penggabungan antara nilai UN murni dengan nilai yang dikirim dari sekolah. Tingkat kelulusan tahun ini menurun 0,02% dibanding tahun lalu, yaitu 99,57%. Jika hanya UN murni yang digunakan sebagai penentu kelulusan, ketidaklulusan mencapai di atas 40%. Hasil tersebut tentu kurang memuaskan karena masih banyak siswa yang tidak lulus UN dan mengalami penyesalan bagi siswa dan orang tua.

(24)

atau kosong. Kepanikan saat mengerjakan ujian nasional bisa terjadi, karena siswa selalu dihantui dengan kegagalan. Ketika siswa-siswi mengalami kecemasan yang tinggi saat ujian nasional tiba, kemungkinan siswa-siswi tidak siap untuk mengerjakan soal-soal ujian nasional. Hal ini dapat berpengaruh pada ujian nasional dan hasil ujian nasional juga akan berpengaruh bagi mereka untuk masuk ke SMA/SMK yang diinginkan.

Kecemasan menjelang ujian nasional yang dialami oleh siswa kelas IX SMP Aloysius Turi, dapat menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai oleh siswa. Saat ini masih banyak siswa kelas IX SMP Aloysius Turi yang mengalami kecemasan menjelang ujian nasional. Masih banyak siswa di SMP tersebut memilih bermain daripada belajar. Misalnya saja bermain Play Station ataupun bermain handphone. Banyak juga siswa yang mengalami kesulitan untuk fokus terhadap bahan-bahan yang akan dipakai dalam ujian, sulit untuk konsentrasi, memiliki perasaan khawatir, gelisah, takut menghadapi ujian, dan mengalami gangguan pada anggota tubuh (jantung sering berdebar, keringat dingin, mual, dan pusing).

(25)

selalu sesuai dengan harapan mereka. Kegagalan sering kali terjadi, karena siswa tidak mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik. Begitupun sebaliknya, keberhasilan akan terjadi apabila siswa mampu mengatasi/menyelesaiakan masalahnya (Hurlock, 1998).

(26)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “TingkatB KecemasanB SiswaB MenjelangB UjianBNasionalB(StudiBDeskriptifBpadaBSiswaBKelasBIXBSMPBAloysiusBTuriB TahunB AjaranB 2015/20116B danB ImplikasiB terhadapB UsulanB Topik-topikB BimbinganBBelajar)”.B

B

B. IdentifikasiBMasalahB

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mengidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada indikasi sebagian siswa di SMP Aloysius Turi kelas IX mengalami kecemasan menjelang ujian nasional.

2. Adanya siswa SMP Aloysius Turi kelas IX yang mengalami kecemasan menjelang ujian nasional sehingga dapat menghambat tujuan belajarnya. 3. Diberlakukannya standar kelulusan membuat siswa-siswi mengalami

kecemasan menjelang ujian nasional.

4. Adanya siswa-siswi sulit berkonsentrasi mempelajari bahan-bahan ujian nasional.

5. Adanya kecemasan yang tinggi pada siswa SMP Aloysius Turi kelas IX menjelang ujian nasional yang berdampak implikatif terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.

(27)

7. Adanya siswa-siswi yang mengalami kesulitan dalam belajar menjelang ujian nasional.

8. Adanya usulan topik-topik bimbingan belajar untuk mengurangi kecemasan dalam belajar pada siswa SMP Aloysius Turi menjelang ujian nasional.

C. PembatasanBMasalahB

(28)

D. RumusanBMasalahB

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Seberapa tinggikah tingkat kecemasan pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 menjelang ujian nasional?

2. Indikasi kecemasan apa sajakah yang intens dialami oleh siswa kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 menjelang ujian nasional yang berdampak implikasi terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar?

E. TujuanBPenelitianB

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini ialah:

1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016.

(29)

F. ManfaatBPenelitianB

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap menyumbang beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk kajian keilmuan Bimbingan dan Konseling sebagai calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki mengenai mengatasi perilaku kecemasan siswa kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 menjelang ujian nasional.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru BK untuk pengembangan program BK dalam mengatasi kecemasan pada siswa kelas IX SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 menjelang ujian nasional.

b. Bagi Siswa

(30)

c. Bagi Orang tua

Orang tua siswa menjadi tahu bahwa anaknya mengalami kecemasan menjelang ujian nasional, sehingga orang tua mempunyai tanggung jawab dalam pembelajaran anak di rumah.

G. DefinisiBIstilah.B

1. Siswa-siswi kelas IX SMP Aloysius Turi adalah remaja yang akan menempuh ujian nasional agar bisa melanjutkan sekolah ke SMA/SMK. 2. Kecemasan adalah ketakutan yang sangat mengenai sesuatu yang akan

terjadi tentang ancaman-ancaman ataupun kesulitan-kesulitan yang sebenarnya samar-samar dan tidak realistis yang muncul di masa depan tetapi tidak jelas, dan dapat membahayakan kesejahteraan seseorang.B 3. Ujian nasional adalah ujian atau evaluasi belajar yang diadakan oleh

Kemendiknas untuk menentukan kelulusan seorang siswa.B

(31)

12

BABBIIB

LANDASANBTEORIB

Bab ini memaparkan mengenai pengertian kecemasan, gejala kecemasan,

penyebab kecemasan, jenis-jenis gangguan kecemasan, pengertian kecemasan

siswa menjelang ujian nasional, faktor-faktor yang terjadi timbulnya kecemasan

menjelang ujian, aspek kecemasan, karakteristik siswa yang mengalami

kecemasan menjelang ujian nasional, dan pengertian bimbingan belajar.B

A. HakekatBKecemasanBSiswaBmenjelangBUjianBNasionalB

1. PengertianBKecemasanBsecaraBUmumB

Kecemasan dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal dari Bahasa

Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti

mencekik. Kecemasan merupakan emosi yang selalu dialami individu

sepanjang hidupnya mulai dari ayunan sampai usungan.

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah

dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian

dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang

sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan

kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Feriana, 2013).

Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi

individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu

perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan

sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan

(32)

perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa

cemas sering kali ada.

Franken (Sarastika, 2014) mengartikan kecemasan sebagai emosi

negatif. Orang yang cemas, seringkali tidak mampu untuk membuat

spesifikasi tentang sumber kecemasannya tersebut. Oleh karena itu,

mereka berusaha menanganinya dengan menemukan tempat yang aman.

Saat seseorang mengalami kecemasan, fungsi intelektualnya pun menjadi

lemah yang mengakibatkan dirinya mengalami kesulitan dalam belajar dan

konsentrasi serta mudah terganggu. Tidak semua orang memiliki

kecemasan yang sama, sebagian orang sudah memiliki sejak lahir. Semua

situasi yang akan mengancam kesejahteraan organisme dapat

menimbulkan kecemasan. Konflik, frustasi, ancaman fisik, ancaman

terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar

kemampuan akan menimbulkan kecemasan.

Hillgard (Sarastika, 2014) menjelaskan bahwa kecemasan adalah

emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah

seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang kita alami

dalam tingkat yang berbeda-beda. Sedangkan Freud (Syamsu, 2009)

mendefinisikan bahwa kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak

menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi psikologis tertentu seperti

perubahan detak jantung dan pernafasan, dengan kata lain kecemasan

(33)

sebagai suatu perasaan yang lebih mengganggu daripada penerimaan

terhadap kematian yang tidak dapat dihindari.

Dari berbagai definisi kecemasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan adalah respon psikologis terhadap campuran perasaan dan

emosi yang disebabkan karena kekhawatiran yang tidak jelas dan menekan

kehidupan seseorang. Kecemasan bisa terjadi oleh siapa saja karena

kecemasan merupakan keadaan yang dapat mengganggu seseorang akibat

dari tekanan maupun keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami

ketakutan dalam hidup mereka.

2. PengertianBKecemasanBSiswaBMenjelangBUjianBNasionalB

Menurut Wibowo (2012), siswa yang sedang mengalami kecemasan

menjelang ujian nasional adalah siswa yang sedang bermasalah dan

sedang berada dalam keadaan tertekan dan tidak berdaya. Dalam keadaan

seperti ini, siswa mudah terjajah oleh kekuatan-kekuatan yang merasuk ke

dalam dirinya yang dapat melemahkan dan menimbulkan berbagai

kerusakan dalam dirinya dan kegagalan dalam menghadapi ujian nasional.

Kecemasan dapat berkembang dalam intensitas yang begitu besar dan

sebagai konsekuensinya dapat menjadi penyebab bagi tindakan

pencegahan yang berlebihan. Kecemasan yang disebabkan oleh neurosis,

kecemasan akibat gelisah dalam menghadapi ujian nasional akan

merugikan diri siswa untuk berkonsentrasi dalam belajar. Kemunculan

(34)

penguasaan materi ujian nasional dikuasai oleh seorang siswa. Pada

kesempatan yang lain, pengetahuan sendirilah yang mengakibatkan

kecemasan, karena ia memperlihatkan adanya bahaya dengan lebih cepat.

Jadi siswa akan terlihat cemas melihat dirinya tidak siap dalam

menghadapi ujian nasional yang akan menjadi salah satu penentu

kelulusan siswa dari sekolah.

3. GejalaBKecemasanBSiswaBMenjelangBUjianBNasionalB

Wibowo (2012) menyatakan bahwa gejala perilaku siswa yang mengalami

kecemasan menjelang ujian nasional adalah gejala fisik, gejala psikis, dan

gejala sosial.

a. Gejala fisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan pernafasan

(nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringat, gemetar, kepala

pusing, mual, lemah, nyeri, sering buang air besar dan kecil, nafsu

makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah.

b. Gejala psikis meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang percaya

diri, kurang tenaga/tidak berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak

bisa konsentrasi, kesempitan jiwa, ketakutan, kegelisahan, berkeluh

kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak, berdosa, terancam, dan

kebingungan/linglung.

c. Gejala sosial meliputi mencari bocoran soal, mencari kunci jawaban,

menyontek, menyalahkan soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya

(35)

4. PenyebabBKecemasanBSiswaBMenjelangBUjianBNasionalB

Wibowo (2012) mengemukakan penyebab kecemasan siswa menjelang

ujian nasional yaitu:B

a. Tidak menguasai materi pembelajaran yang akan di uji nasional-kan.

b. Tidak percaya diri, tidak siap, dan tidak bisa menghadapi kenyataan.

c. Tidak memiliki kesiapan mental dan fisik dalam menghadapi ujian

nasional.

d. Menganggap bahwa ujian nasional adalah merupakan hal yang

menakutkan.

e. Menganggap ujian nasional harus lulus dan jika tidak lulus adalah

tabu karena di sekolah setiap ujian pasti lulus.

f. Pembelajaran di sekolah dianggap belum mencukupi untuk

membekali dirinya dalam menghadapi ujian nasional.

g. Proses pembelajaran di sekolah tidak menerapkan sistem

evaluasi/ujian yang obyektif, berkeadilan, dan akuntabel.

h. Hasil ujian nasional akan menentukan kelulusan pada akhir masa

(36)

5. Faktor-faktorB PenyebabB terjadiB TimbulnyaB KecemasanB MenjelangB

UjianBNasional

Sulaiman (2009) mengatakan bahwa faktor kecemasan dalam

ujian nasional bisa disebabkan oleh kondisi dan situasi ujian saat itu,

meskipun materi pelajaran yang akan diujikan telah dikuasai. Selain itu

juga bisa disebabkan karena waktu yang terbatas, tingkat kesulitan materi

ujian, instruksi tes, bentuk pertanyaan dan hal-hal teknis lainnya.

Kecemasan ini juga akan semakin meningkat melihat banyaknya siswa

dan siswi yang tidak lulus dalam ujian nasional.

Faktor lain yang menyebabkan timbulnya perasaan cemas adalah

kurangnya kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan yang ia miliki.

Karena itu, banyak siswa yang merasa pesimis. Sebenarnya siswa mampu

mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang memuaskan, namun

karena kurangnya kepercayaan diri, sehingga mereka malah menyontek

dan melakukan hal-hal curang lainnya yang terkadang membuat mereka

gagal. Seharusnya siswa tidak perlu cemas menghadapi ujian nasional.

Sebab dengan belajar tekun dan giat, berlatih mengerjakan soal-soal ujian

nasional tahun sebelumnya dan berdoa, siswa akan mampu

menyelesaikan soal-soal ujian nasional dengan baik dan mendapatkan

(37)

6. Aspek-aspekBKecemasanBSiswaBMenjelangBUjianBNasionalB

Menurut Soeitoe (1982) manifestasi kecemasan siswa menjelang ujian

nasional ada 4 yaitu:

a. Manifestasi Kognitif yang Tidak Terkendali

Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat

permasalahan atau kejadian. Seseorang yang cemas karena cara

berpikir tentang sesuatu yang akan terjadi pada dirinya dan

memandang permasalahan atau kejadian tersebut sebagai hal yang

mengganggu. Manifestasi kognitif timbul karena siswa tidak dapat

memusatkan pikirannya terhadap ujian nasional khususnya soal-soal

ujian yang sedang dikerjakan. Siswa yang mengalami manifestasi

kognitif dalam situasi yang tertekan sehingga kemampuan siswa

dalam berpikir mengalami hambatan.

b. Manifestasi Afektif yang Tidak Terkendali

Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional

yang ditandai oleh perasaan bingung, khawatir, dan gelisah sehingga

siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal ujian nasional. Perasaan

bingung muncul pada saat siswa mengalami situasi keputusasaan

untuk memilih jawaban dan memecahkan jawaban yang benar dalam

soal-soal ujian nasional. Rasa khawatir muncul pada situasi siswa

merasa terbebani ketika mengerjakan soal-soal latihan ujian

nasional. Rasa khawatir muncul karena adanya perasaan yang tidak

(38)

Gelisah terjadi ketika siswa mengalami situasi yang tidak

tenang ketika ujian nasional berlangsung. Gelisah ditandai oleh

perilaku gugup, tidak sabar/tergesa-gesa saat mengerjakan soal ujian,

keluar masuk kelas, duduk yang tidak tenang, tidak percaya diri,

menggerakkan tangan atau kaki, membolak-balikkan kertas,

menengok temannya, dan lain-lain.

c. Manifestasi Motorik yang Tidak Terkendali

Manifestasi motorik adalah suatu keadaan yang tidak nyaman

yang dialami siswa yang berkaitan dengan kerja otot-otot dalam

tubuh. Manifestasi motorik muncul ketika siswa mengalami

ketegangan otot dan gemetar ketika sedang mempelajari

bahan-bahan ujian. Ketegangan otot muncul karena posisi tubuh tidak

santai/rileks ketika mempelajari soal-soal ujian. Ketegangan otot

terjadi pada leher, bahu, dan punggung.

Gemetar merupakan gerakan otot yang tidak disengaja pada

saat siswa mengerjakan soal-soal latihan ujian. Gemetar muncul

pada saat siswa mengalami situasi yang tidak nyaman yang dianggap

genting. Gemetar muncul pada kaki, tangan, dan lengan.

d. Manifestasi Somatik yang Tidak Terkendali

Manifestasi somatik muncul dalam bentuk fisiologis atau

biologis. Gejala-gejala fisiologis atau biologis adalah berkeringat,

(39)

7. KarakteristikB SiswaB yangB MengalamiB KecemasanB MenjelangB UjianB

Nasional.B

Winurini (2013) mengatakan ciri-ciri siswa yang mengalami

kecemasan menjelang ujian nasioanl yaitu sulit konsentrasi, bingung

memikirkan jawaban soal, mental blocking, merasa gelisah, panik,

berkeringat, raut muka tegang, kondisi tubuh tidak rileks, ekspresi

mengkerutkan kening dan biasanya tangan memegang dahi, dan

berkecamuk pemikiran yang irasional. Sudah tentunya kecemasan siswa

dalam menghadapi ujian harus mendapatkan upaya penanganan yang

efektif sehingga siswa bisa mengikuti ujian dengan tenang. Sebagai

konselor sekolah yang bertugasmenangani permasalahan siswa dan

meningkatkan mutu pendidikan, memiliki kewajiban untuk menangani

masalah kecemasan ujian yang dialami oleh siswa.

Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu

pendidikan tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik

tetapi juga sosial, pribadi, intelektual, dan pemberian nilai. Melalui

bantuan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan kualitas manusia

yang tidak hanya berorientasi akademik tinggi, namun berperan pula

dalam mengembangkan kepribadian dan hubungan sosial individu yang

baik dalam kehidupannya. Dengan cara itu integrasi dari seluruh potensi

individu dapat dimunculkan dalam berbagai aspeknya, bukan hanya

kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu

(40)

dijadikan pegangan. Peran bimbingan dan konseling di dalam

meningkatkan mutu pendidikan dan menangani permasalahan siswa

terletak pada bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun

manusia seutuhnya dari berbagai aspek yang ada dalam diri peserta didik,

baik akademik, pribadi-sosial, dan karir.

8. Upaya-upayaBMengatasiBKecemasanBMenjelangBUjianBNasional

Upaya-upaya mengatasi kecemasan menjelang ujian nasional pada siswa

yaitu dengan pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan

edukatif.

a. Pendekatan Sosial (peran orangtua)

Menurut Feriana (Ansori, 2011), untuk membantu anak-anak

mengelola kondisi psikologisnya ketika menjelang ujian nasional,

orangtua dapat melakukan beberapa hal dibawah ini:

1) Tidak berlebihan menekan anak saat belajar. Hal ini dapat

dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika

mempersiapkan ujian.

2) Mengajak anak berpikir : “Ini sulit, tapi mungkin” daripada “Ini

mungkin, tapi sulit”.

3) Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang

terpenting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran

(41)

anak merasa grogi atau tegang sehingga pelajaran yang semula

dipahami hilang secara tiba-tiba saat berada di ruang ujian.

4) Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran

positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik

tanpa harus merasa khawatir berlebihan.

5) Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar

semakin tenang ketika menjelang ujian. Ketika waktu belajar

pun, orangtua dapat mengajarkan dan melantumkan doa

sebelum belajar bersama dengan anak.

b. Pendekatan Psikologis (Siswa)

Menurut Feriana (Wibowo, 2012), ada 10 upaya-upaya menjelang

ujian nasional :

1) Penguasaan materi pembelajaran

2) Meningkatkan rasa percaya diri

3) Meningkatkan konsentrasi belajar

4) Mengembangkan disiplin diri dalam belajar

5) Hidup teratur agar berhasil dalam menghadapi ujian nasional

6) Mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien

7) Meningkatkan produktivitas belajar dalam menjelang ujian

nasional

8) Ketekunan dalam belajar

9) Motivasi diri untuk berhasil ujian nasional

(42)

c. Pendekatan Edukatif (peran guru)

Menurut Feriana (Yudhawati dan Haryanto, 2011), upaya-upaya

mengatasi kecemasan menjelang ujian yaitu :

1) Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

2) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru seyogyanya

dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para

siswanya

3) Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game”

atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana

kelas sedang tidak kondusif

4) Sewaktu-waktu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran diluar kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan

5) Memberikan materi dan tugas-tugas, khususnya untuk persiapan

ujian nasional

6) Menggunakan pendekatan humanistik dalam mengeelola kelas.

Guru dan siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang

baik

7) Guru menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan sosok

yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati, dan dapat di

teladani,bukan menjadi sumbr ketakutan

8) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

penilaian diri (self assesment) atas tugas dan pekerjaan yang

(43)

9) Pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

kepentingan pembelajaran siswa

10) Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah

B. SiswaBSMPBdanBAktivitasBBelajarnyaB

1. PengertianBSiswaBSMPBsebagaiBRemajaB

Santrock (2003) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai

masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa

remaja berlangsung antara umur 10-13 tahun dan berakhir antara usia

18-22 tahun. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang terjadi

berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak

sampai pada kemandirian.

Hamalik (2007) menjelaskan pengertian dasar tentang istilah

adolescence hanyalah pertumbuhan ke arah kematangan. Ini adalah

periode antara permulaan pubertas dengan kedewasaan yang secara kasar

antara usia 14-25 tahun untuk laki-laki dan antara 12-21 tahun untuk

perempuan.

Hall (Santrock, 2003) menyatakan bahwa remaja adalah masa

antara usia 12-23 tahun dan penuh dengan topan dan tekanan. Topan dan

tekanan adalah konsep Hall tentang remaja sebagai masa goncangan yang

ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Pikiran, perasaan,

(44)

hati, baik dan godaan, kebahagiaan dan kesedihan. Pada suatu saat remaja

mungkin bersikap jahat terhadap kawan, tetapi baik pada saat lain. Bisa

saja remaja ingin berada sendirian pada suatu waktu, tetapi beberapa

waktu kemudian mencari teman.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa SMP dapat

digolongkan dalam kategori remaja, karena usianya berkisar antara 12-23

tahun. Masa ini merupakan masa perkembangan transisi atau peralihan

antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,

kognitif, dan sosial emosional.

2. TugasBPerkembanganBSiswaBSMPBsebagaiBRemajaB

Tugas-tugas perkembangan siswa SMP sebagai remaja menurut Hurlock

(1990) sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.

f. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang.

(45)

h. Memperoleh nilai-nilai dan sistem etis.

3. AktivitasBBelajarBSiswaBSMPBsebagaiBRemaja

Hepta (2001) menyatakan bahwa aktivitas belajar siswa SMP yang

dimaksud adalah aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Pada masa ini

siswa SMP akan mengalami kesukaran untuk mempelajari tanggungjawab

dalam masa remaja. Apalagi peralihan aktivitas belajar yang tadinya siswa

SD, sekarang menjadi siswa SMP haruslah berubah untuk masa depan.

Banyak macam aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa SMP, tidak

hanya sekedar mendengarkan dan mencatat seperti pada pembelajaran

konvensional. Aktivitas belajar siswa SMP menurut Hepta (2001) dapat

dibagi menjadi delapan hal yaitu:

a. Aktivitas visual (visual Activities), seperti membaca, memperhatikan

gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

b. Aktivitas berbicara (oral activities), seperti menyatakan, merumuskan,

bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara,

diskusi, dan interupsi.

c. Aktivitas mendengarkan (listening activities), seperti mendengarkan

uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

d. Aktivitas menulis (writing activities), seperti menulis cerita, karangan,

tes, angket, dan menyalin.

e. Aktivitas menggambar (drawing activities), seperti menggambar,

(46)

f. Aktivitas gerak (motor activities), seperti melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan

memelihara binatang.

g. Aktivitas mental (mental activities), seperti menanggapi, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, dan

mengambil keputusan.

h. Aktivitas emosi (emotional activities), seperti menaruh minat, merasa

bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan takut.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidak bisa terpisah satu sama lain. Di

dalam setiap metode pembelajaran terdapat macam-macam kegiatan, akan

tetapi tidak semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada

umumnya metode ceramah tidak menimbulkan aktivitas yang banyak.

Metode yang dapat membangkitkan aktivitas belajar siswa misalnya

diskusi, sosiodrama, praktikum, kerja kelompok, dan metode proyek.

Aktivitas belajar siswa SMP banyak dipengaruhi oleh kegiatan

mengajar guru. Misalnya jika guru mengajar dengan metode ceramah,

maka aktivitas siswa tidak banyak. Mereka hanya mendengarkan uraian

guru dan jika perlu mencatatnya. Namun, apabila guru mengajar dengan

metode bertanya atau menyajikan masalah untuk dipecahkan siswa, maka

siswa akan lebih aktif, seperti berdiskusi, berdialog dengan teman

sebangku, dan lain-lain. Ciri-ciri pembelajaran yang berhasil salah

(47)

aktivitas belajar siswa, maka semakin besar peluang berhasilnya

pembelajaran.

Menurut Hepta (2001), aktivitas belajar siswa SMP dapat dibedakan

menjadi 3 kategori yaitu:

a. Aktivitas belajar mandiri. Misalnya setiap siswa diberi tugas untuk

memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam proses

belajarnya, setiap siswa dituntut mengerjakan tugasnya sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki. Implikasinya, guru harus banyak

memberikan perhatian dan pelayanan secara individual.

b. Aktivitas belajar kelompok. Artinya siswa melakukan kegiatan belajar

dalam kelompok. Misalnya diskusi memecahkan masalah. Guru harus

mengajukan beberapa masalah yang harus dipecahkan siswa dalam

satuan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa. Guru akan

mengawasi dan membimbing setiap kelompok, sedangkan siswa

berpartisipasi memecahkan persoalan tersebut dengan kelompoknya.

c. Aktivitas belajar klasikal. Artinya semua siswa dalam waktu yang

sama melakukan kegiatan belajar yang sama. Misalnya apabila guru

menggunakan metode ceramah. Siswa akan menanggapi secara

berbeda-beda meskipun materi yang disajikan sama.

Aktivitas belajar siswa SMP dapat dijadikan sebagai salah satu

kriteria dalam penilaian proses pembelajaran. Secara umum keberhasilan

proses pembelajaran dapat dilihat dari efisiensi, keefektifan, relevansi,

(48)

proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran sebagai siswa SMP.

Aktivitas siswa tersebut dapat dilihat dalam hal:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapi.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.

h. Kesempatan menerapkan apa yang telah diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

4. KecemasanBdalamBBelajarBpadaBSiswaBSMPB

Sudrajat (2008) menyatakan bahwa di sekolah banyak faktor-faktor

pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa SMP. Target kurikulum

yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian

tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian ketat dan kurang adil dapat

menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor

(49)

galak, judes, dan kurang kompeten merupakan sumber penyebab

timbulnya kecemasan pada diri siswa yang bersumber dari faktor guru.

Penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukum,

iklim sekolah yang kurang nyaman, serta sarana dan prasarana belajar

yang sangat terbatas juga merupakan faktor-faktor pemicu terbentuknya

kecemasan pada siswa SMP yang bersumber dari faktor manajemen

sekolah.

Penelitian Departemen Pendidikan menunjukkan bahwa 27% siswa

SD mengulang kelas dan 13% putus sekolah karena mengalami kesulitan

belajar (khusus). Berdsarkan perhitungan tersebut pada usia 6-12 tahun

biasanya merupakan masa dimana anak mulai memperlihatkan kegagalan

dalam mengikuti pembelajaran dan sosialisasi. Kesulitan belajar tidak

jarang disebabkan oleh faktor kecemasan ketika mengikuti pelajaran

tertentu (Depdiknas, 2008).

Abdurrahman (1999) menyatakan bahwa dari berbagai bidang studi

yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang

dianggap paling sulit bagi para siswa khususnya SMP, baik bagi mereka

yang tidak berkesulitan belajar maupun bagi siswa yang berkesulitan

belajar. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit

sudah melekat pada sebagian besar siswa SMP, sehingga pada saat

menghadapi pelajaran matematika siswa SMP menjadi malas untuk

berpikir dan lebih senang dengan dunianya sendiri (bermain HP atau

(50)

melekat pada diri siswa, guru juga berpengaruh terhadap munculnya

anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan

(Surya, 2005).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, kecemasan siswa dalam

menghadapi pelajaran dapat diartikan sebagai keadaan emosi siswa SMP

yang tidak menyenangkan, yang dicirikan dengan kegelisahan,

ketidakenakan, kekhawatiran, ketakutan yang tidak mendasar bahwa akan

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika siswa SMP menghadapi

pelajaran. Sedangkan bentuk dari kecemasan tersebut, terdapat

gejala-gejala kecemasan siswa SMP dalam menghadapi pelajaran dan juga

merujuk pada gejala kecemasan secara umum. Menurut Indiyani (2010),

ada 3 bentuk gejala kecemasan siswa SMP dalam menghadapi pelajaran :

a. Gejala fisik atau emotionality, seperti tegang saat mengerjakan soal

matematika, gugup, berkeringat, tangan gemetar ketika harus

menelesaikan soal matematika atau ketika mulai pelajaran

matematika.

b. Gejala kognitif atau worry, seperti : pesimis dirinya tidak mampu

mengerjakan soal matematika, khawatir kalau hasil pekerjaan

matematikanya buruk, tidak yakin dengan pekerjaan matematikanya

sendiri, ketakutan menjadi bahan tertawaan jika tidak mampu

(51)

c. Gejala perilaku, seperti : berdiam diri karena takut ditertawakan, tidak

mau mengerjakan soal matematika karena takut gagal lagi dan

menghindari pelajaran matematika.

C. BimbinganBBelajarB

1. PengertianBBimbinganBBelajarB

Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara

belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan

belajar di suatu institusi pendidikan (Winkel, 2004). Sedangkan

bimbingan belajar menurut Yusuf (2009) adalah proses bantuan untuk

memfasilitasi siswa dalam mengembangkan pemahaman dan

keterampilan dalam belajar, dan memecahkan masalah-masalah belajar

atau akademik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan kepada siswa

untuk menyelesaikan masalah-masalah siswa dalam belajar, sehinggan

(52)

2. TujuanBBimbinganBBelajar

Menurut Yusuf (2009) bimbingan belajar bertujuan agar siswa memiliki

kompetensi sebagai berikut:

a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan

membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian

terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan

belajar yang diprogramkan.

b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti

keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, dan mencatat

pelajaran.

d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan

pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan

tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaraan tertentu,

dan berusaha memperoleh informasi (melalui media cetak atau

elektronik/internet) tentang berbagai hal dalam rangka

mengembangkan wawasan yang lebih luas.

e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

Menurut Hamalik (2007) tujuan bimbingan belajar adalah:

a. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan

menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya.

b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan

(53)

c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi

semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

3. FungsiBBimbinganBBelajar

Fungsi bimbingan belajar menurut Hamalik (2007) sebagai berikut:

a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang

objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan

kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang

tidak diinginkan.

b. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu

siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam

menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai

hasil yang diharapkan.

c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang kemungkinan-kemungkinan dan

kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan

pilihan yang tepat di antara lapangan-lapangan pekerjaan tersebut.

Disamping itu, membantunya untuk mendapat kemajuan yang

memuaskan dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan

(54)

4. BimbinganB BelajarB dalamB MengatasiB KecemasanB MenjelangB UjianB

NasionalB

Ujian nasional merupakan penilaian hasil belajar oleh pemerintah

yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara

nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran

ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah memiliki tanggung jawab dan

kewajiban kelembagaan untuk mendesain dan melakukan kegiatan yang

berorientasi pada upaya mengatasi kecemasan dan rasa takut yang

menghinggapi para siswa dalam menghadapi ujian nasional.

Menurut Saryanto (2010), berdasarkan penjelasan diatas tentang

permasalahan-permasalahan yang muncul setiap kali siswa menjelang

ujian nasional, adanya program bimbingan belajar yang harus dilakukan

oleh siswa menjelang ujian nasional. Program bimbingan belajar di luar

jam belajar sebagai pendalaman, dilengkapi dengan kegiatan latihan ujian

nasional, tryout soal-soal mata pelajaran ujian nasional baik mandiri

maupun kerjasama, pembahasan prediksi soal dan soal-soal ujian

nasional tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, siswa juga diajarkan

strategi menjawab soal dari tingkat kesukaran soal mudah, sedang, dan

sukar dengan keterbatasan waktu ujian per mata pelajaran.

Bimbingan belajar dilakukan agar penguasaan siswa dalam

mengerjakan soal-soal menjadi lebih efektif, cepat, dan tepat dalam arti

siswa makin terampil dalam menjawab soal-soal ujian nasional. Program

(55)

membiasakan siswa dalam menjawab soal-soal yang dilatihkan, sehingga

pada saat ujian nasional siswa tidak merasa terkejut dan canggung lagi

(Saryanto, 2010).

Bimbingan belajar dilakukan di luar jam pelajaran pada siang hari

dan dibuatkan jadwal sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah sebagai

pendalaman. Tryout dapat dilakukan oleh sekolah secara mandiri atau

bekerjasama dengan bimbingan belajar yang standar dan berorientasi

pada keberhasilan ujian nasional. Sedangkan pembahasan prediksi

soal-soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya dilakukan untuk lebih

memahami ragam, jenis, dan tingkat kesulitan soal-soal ujian nasional

(56)

37 BABBIIIB

METODEBPENELITIANB

Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, teknik dan

instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik

analisis data.

A. JenisBPenelitianB

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan survei. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan

gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hal ini

sejalan dengan pendapat Furchan (2005:447), yaitu penelitian deskriptif

dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian

dilakukan. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran tentang tingkat kecemasan siswa kelas IX SMP

Aloysius Turi menjelang ujian nasional tahun ajaran 2015/2016 sehingga

dapat ditentukan pula topik-topik bimbingan belajar yang sesuai.

B. SubjekBPenelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Aloysius Turi

yang terdiri dari 2 kelas, yaitu IX A dan IX B sejumlah 61 siswa. Adapun

(57)

TabelB1B

JumlahBSiswaBKelasBIXBSMPBAloysiusBTuriB TahunBAjaranB2015/2016B

B

NoB KelasB JumlahB

1. IX A 30

2. IX B 31

Total 61

C. TeknikBdanBInstrumenBPengumpulanBDataB

Alat pengumpul data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang

disusun oleh peneliti menggunakan teknik penyusunan skala likert. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2010).

Item-item dalam kuesioner ini dibuat berdasarkan 4 manifestasi

kecemasan menjelang ujian nasional yaitu manifestasi kognitif, manifestasi

afektif, manifestasi motorik, dan manifestasi somatik (Soeitoe, 1982).

Pernyataan yang terdapat dalam inventori kecemasan ini terdiri dari

pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif (unfavourable).

Pernyataan positif (favourable) merupakan konsep keperilakuan yang sesuai

atau menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa ketika

menjelang ujian nasional. Sedangkan pernyataan negatif (unfavourable) yaitu

konsep keperilakuan yang tidak sesuai/tidak menggambarkan suatu keadaan

(58)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

model skala likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu Selalu (SL),

Sering (SR), Kadang-kadang (KDG), dan Tidak Pernah (TP). Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012). Norma skoring

yang dikenakan dalam pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini

ditentukan sebagai berikut:

TabelB2B

NormaBSkoringBInventoriBKecemasanB B

AlternatifBJawabanB SkorBFavourableB SkorBUnfavourableB

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Kadang-kadang (KDG) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang

terdapat pada Kuesioner/Inventori Kecemasan dengan memilih salah satu

alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang

(√). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada

masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui tingkat kecemasan

pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka

semakin tinggi pula tingkat kecemasan. Sebaliknya, semakin rendah jumlah

skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat kecemasan.

Soeitoe (1982:25-26) menjelaskan tentang aspek dan indikator

(59)

TabelB3B

Kisi-kisiBKuesionerBKecemasanBMenjelangBUjianBNasionalBpadaBB SiswaBSMPBAloysiusBTuriBTahunBAjaranB2015/2016B

B

AspekB IndikatorB DeskriptorB FavBItemBUnfavB

Manifestasi Kognitif yang

Tidak Terkendali

Sulit

Konsentrasi 1. Kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan ujian

2. Kesulitan berpikir secara sistematis

3. Kesulitan mengingat kata kunci dalam materi ujian 4. Pikiran tidak bisa fokus

terhadap masalah yang

Blocking 1. Tiba-tiba pikiran kosong ketika mempelajari materi ujian

2. Kemungkinan tidak

mengerti alur jawaban yang benar dalam mempelajari materi ujian

9

11

10

Bingung 1. Sulit mengambil keputusan dalam menjawab soal latihan ujian

2. Tidak dapat memilih jawaban yang benar

12

(60)

AspekB IndikatorB DeskriptorB FavBItemBUnfavB

Khawatir 1. Khawatir apabila soal ujian terlalu sulit untuk dijawabB

2. Perkiraan antara apa yang dipelajari tidak keluar dalam ujianB

14, 15

16, 17

Perasaan

Gelisah 1. Tidak percaya diri untuk bisa menghadapi ujian dengan baik 2. Tidak bisa menemukan

jawaban dalam soal yang sulit

3. Waktu yang disediakan dirasa tidak cukup 2. Tidak berdaya untuk

berpikir dengan

(61)

D. ValiditasBdanBReliabilitasBInstrumenB

1. Validitas

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi

pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian (Sugiyono 2012).

Jenis validitas yang digunakan peniliti adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi item

kuesioner dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur (Azwar,

2007). Untuk melakukan pengujian validitas isi, dilakukan dengan cara

konsultasi kepada ahli yang relevan (dosen pembimbing).

Untuk menguji validitas instrumen secara empirik digunakan

rumus korelasi Product-Moment dari Pearson, adapun hasilnya sebagai

berikut:

=

N∑XY − (∑X)(∑Y)

[ ∑X − (∑X)] [N∑Y − (∑Y)]

Keterangan:

Rxy : Korelasi skor-skor butir kuesioner dan total.

N : Jumlah subyek

X : Skor butir kuesioner

Y : Skor total kuesioner

(62)

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program

SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. Kriteria

perhitungan penerimaan/penolakan dengan SPSS menggunakan patokan

r ≥0,30. Jika koefisien korelasinya ≥0.30 maka item yang bersangkutan

dinyatakan valid. Sedangkan jika koefisien korelasinya <0,30 maka item

yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan

statistik yang telah dilakukan peneliti , diperoleh 47 item yang

dinyatakan valid dan 8 item dinyatakan tidak valid. Adapun hasil

item-item yang valid dan tidak valid terdapat pada tabel 4.

(63)

TabelB4

RekapitulasiBHasilBUjiBValiditasBKuisonerBKecemasanBB MenjelangBUjianBNasionalBpadaBSiswaBKelasBIXBSMPBAloysiusBTuriBB

TahunBAjaranB2015/2016 B

NoB Aspek-aspekBKecemasanB IndikatorB FavBItemBUnfavB No.BValidB GugurBNo.B 1. Manifestasi

(64)

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil pengukuran.

Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu

memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliable (Azwar,

2007).

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini

menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus

koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) (Azwar, 2007) adalah sebagai

berikut:

= 2[1 −

+

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : Varians skor skala

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dan telah

dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS16.0 for Windows,

diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrumen dengan

(65)

TabelB5B

KoefisienBReliabilitasBKuesionerBKecemasanBMenjelangBUjianBNasionalB

Hasil Perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan

menggunakan kriteria Gulford Masidjo (1995:209) seperti yang disajikan

dalam tabel 6.

TabelB6B KriteriaBGulfordB B

B

Berdasarkan kriteria Gulford dapat diketahui bahwa koefisien

realiabilitas yang valid dengan yang gugur belum dipisah sehingga dapat

disimpulkan bahwa koefisien realibilitas instrument masuk dalam kriteria

tinggi. Artinya instrument ini memiliki keajegan yang tinggi. Cronbach'sB

AlphaB Cronbach'sBAlphaBBasedBonBStandardizedBItemsB NBofBItemsB

.872 .874 55

Gambar

Tabel 14 Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar Berdasarkan Item–item Kecemasan yang Memiliki Skor Tinggi

Referensi

Dokumen terkait