• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor kesulitan belajar : studi deskriptif faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor kesulitan belajar : studi deskriptif faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal."

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR

(Studi Deskriptif Faktor-faktor Kesulitan Belajar

yang Intens Mengganggu Siswa Kelas VIII

SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal)

Anang Cahyono Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk membantu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta mengatasi kesulitan belajarnya.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 74 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa SMP yang disusun langsung oleh peneliti dengan menggunakan jenis skala semantic differential. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 agustus 2014. Kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 peneliti kategorisasikan berdasarkan kriteria Azwar yaitu sangat intens mengganggu, intens mengganggu, cukup intens mengganggu, tidak mengganggu secara intens, dan sangat tidak mengganggu.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yaitu 2,82% bersumber dari dalam diri siswa dan 15,51% bersumber dari luar diri siswa. Bertolak dari kesulitan belajar yang intens mengganggu, peneliti menyusun topik-topik bimbingan klasikal untuk siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS IN LEARNING DIFFICULTIES

(A Descriptive Study of Factors Contributing to Learning

Difficulties Disturbing Students of the Eighth Grade Student

of SMP

Santo Aloysius Turi Yogyakarta

in the Academic Year of 2014/2015 and Its Implications

To Suggested Topics Classical Guidance)

Anang Cahyono Sanata Dharma University

2015

This study aims at finding factors contributing to learning difficulties distrurbing students and its implication to sugessted topics for classical guidance for the eighth grade students of SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta in the academic year of 2014/2015.

This research includes descriptive research with survey methodology. The subjects of the research are 74 eighth grade Students of SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta in the academic year of 2014/2015. The data is gathered through learning difficulties questionaire designed by the researcher using semantic differential scale. The data collection is done on 21 August 2014. The findings show that the difficulties are acategorized into four things, those are: very disturbing intensly; intensely disturbing; quite disturbing; not disturbing intensly; and not intensely disturbing at all.

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR

(Studi Deskriptif Faktor-faktor Kesulitan Belajar

yang Intens Mengganggu Siswa Kelas VIII

SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Anang Cahyono NIM: 101114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR

(Studi Deskriptif Faktor-faktor Kesulitan Belajar

yang Intens Mengganggu Siswa Kelas VIII

SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Anang Cahyono NIM: 101114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yang Maha Esa

Atas berkat dan rahmat yang telah diberikan kepadaku

Untuk kedua orang tuaku: Sarwono & Sri Lestari

Untuk ketiga kakakku: Eka Setiawarni & Dwi Novita Sari

Untuk kedua adikku: Ayu Astuti & Arif Maulana

Atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepadaku

Untuk para dosen Bimbingan dan Konseling

Atas bimbingan yang telah diberikan kepadaku

Untuk para sahabat dan

Keluarga Universitas Sanata Dharma

Atas segala pelajaran hidup yang telah diberikan kepadaku

MOTTO

Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anang Cahyono

Nomor Induk Mahasiswa : 101114010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR (Studi Deskriptif

Faktor-faktor Kesulitan Belajar yang Intens Mengganggu Siswa Kelas VIII

SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan

Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal), beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

(10)

vii

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR

(Studi Deskriptif Faktor-faktor Kesulitan Belajar

yang Intens Mengganggu Siswa Kelas VIII

SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal)

Anang Cahyono Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk membantu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta mengatasi kesulitan belajarnya.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 74 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa SMP yang disusun langsung oleh peneliti dengan menggunakan jenis skala semantic differential. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 agustus 2014. Kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 peneliti kategorisasikan berdasarkan kriteria Azwar yaitu sangat intens mengganggu, intens mengganggu, cukup intens mengganggu, tidak mengganggu secara intens, dan sangat tidak mengganggu.

Berdasarkan hasil penelitian, faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yaitu 2,82% bersumber dari dalam diri siswa dan 15,51% bersumber dari luar diri siswa. Bertolak dari kesulitan belajar yang intens mengganggu, peneliti menyusun topik-topik bimbingan klasikal untuk siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

(11)

viii

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS IN LEARNING DIFFICULTIES

(A Descriptive Study of Factors Contributing to Learning

Difficulties Disturbing Students of the Eighth Grade Student

of SMP

Santo Aloysius Turi Yogyakarta

in the Academic Year of 2014/2015 and Its Implications

To Suggested Topics Classical Guidance)

Anang Cahyono Sanata Dharma University

2015

This study aims at finding factors contributing to learning difficulties distrurbing students and its implication to sugessted topics for classical guidance for the eighth grade students of SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta in the academic year of 2014/2015.

This research includes descriptive research with survey methodology. The subjects of the research are 74 eighth grade Students of SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta in the academic year of 2014/2015. The data is gathered through learning difficulties questionaire designed by the researcher using semantic differential scale. The data collection is done on 21 August 2014. The findings show that the difficulties are acategorized into four things, those are: very disturbing intensly; intensely disturbing; quite disturbing; not disturbing intensly; and not intensely disturbing at all.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi penulis. Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta dosen pembimbing yang sabar dan tulus membimbing penulis selama proses penulisan skripsi. 2. Bapak dan Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang telah mendampingi dan

mendidik penulis selama perkuliahan.

3. Br. Kosmas Mulyadi, S.Pd., CSA., selaku Kepala Sekolah SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(13)

x

5. Siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta yang telah bersedia bekerjasama dan meluangkan waktu dalam pengumpulan data penelitian. 6. Kedua orangtua Sarwono & Sri Lestari yang telah memberikan dukungan

spiritual dan material, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Semua sahabat angkatan 2010, 2011, 2012 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

8. Sahabat kontrakan: Tomi si anak singkong, Ricki, Roky, Yudi yang selalu memberikan penyegaran pikiran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 9. Semua pihak yang sudah terlibat dan membantu penulis dalam penulisan

skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan bidang Bimbingan dan Konseling.

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi

ABSTRAK vii

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8

A. Hakekat Belajar 8

1. Pengertian Belajar 8

2. Ciri-ciri Belajar 10

3. Prinsip-prinsip Belajar 13

4. Tujuan Belajar 14

B. Kesulitan Belajar 16

1. Pengertian Kesulitan Belajar 16

2. Gejala-gejala Kesulitan Belajar 18

3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar 19

(15)

xii

5. Siswa SMP Sebagai Remaja dan Kesulitan Belajar

Siswa SMP 50

6. Langkah-langkah untuk Mengatasi KesulitanBelajar

Siswa SMP 58

7. Peran Guru Bidang Studi dan Guru BK dalam Membantu

Siswa Mengatasi Kesulitan Belajar 61

C. Program Bimbingan 63

1. Arti Bimbingan 63

2. Bimbingan Klasikal 64

3. Bimbingan Belajar 65

BAB III METODE PENELITIAN 67

A. Jenis Penelitian 67

B. Subjek Penelitian 67

C. Instrumen Penelitian 69

D. Uji Coba Alat 74

1. Validitas Instrumen 74

2. Reliabilitas Instrumen 82

E. Prosedur Pengumpulan Data 83

1. Tahap Persiapan 83

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data 84

F. Teknik Analisi Data 85

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL 88

A. Hasil Penelitian 88

B. Pembahasan 92

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal 102

BAB V PENUTUP 110

A. Kesimpulan 110

B. Saran 111

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Subyek Penelitian 69

Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMP

Santo Aloysius Turi Yogyakarta (Uji Coba) 71 Tabel 3 : Rincian Item Valid dan Tidak Valid dalam Uji Coba Instrumen

Penelitian 77

Tabel 4 : Kisi-kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMP

Santo Aloysius Turi Yogyakarta (Final) 79 Tabel 5 : Kriteria Indeks Korelasi Reliabilitas Menurut Guilford 82 Tabel 6 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian 85 Tabel 7 : Kategori Skor Item Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa

Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta 87 Tabel 8 : Kategori Butir Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa Kelas

VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta 89 Tabel 9 : Kategori Butir Kuesioner Kesulitan Belajar yang Intens

Mengganggu Siswa Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi

Yogyakarta 90

Tabel 10 : Pengelompokan Butir Kuesioner Kesulitan Belajar Berdasarkan

Faktor Internal dan Eksternal 93

Tabel 11 : Kategori Butir Kuesioner Kesulitan Belajar yang Menjadi

Dasar Topik Bimbingan 103

Tabel 12 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal Siswa Kelas VIII SMP

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMP

Santo Aloysius Turi Yogyakarta (Uji Coba) 116 Lampiran 2 : Data Uji Coba Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa

Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta 134 Lampiran 3 : Data Hasil Perhitungan Validitas 144 Lampiran 4 : Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMP

Santo Aloysius Turi Yogyakarta (Final) 148 Lampian 5 : Data Perhitungan Reliabilitas 165

Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian 166

Lampiran 7 : Hasil Skor Kategorisasi Butir Kesulitan Belajar

yang Intens Mengganggu Siswa 182

Lampiran 8 : Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan 185 Lampiran 9 : Surat Keterangan Ijin Uji Coba Kuesioner dan Ijin

Pengumpulan Data Penelitian 191

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan.

A.Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Rentang usia pada masa remaja berlangsung antara usia 13 tahun sampai 22 tahun. Masa transisi yang berlangsung pada masa remaja terdiri dari masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal merupakan masa yang berlangsung antara usia 13 tahun sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir berlangsung pada usia 18 tahun sampai 22 tahun. Masa remaja awal ditandai dengan tingkah laku yang ingin menyendiri, rendahnya keinginan untuk bekerja, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, pertentangan sosial, pertentangan terhadap orang dewasa, kepekaan perasaan, rendahnya kepercayaan diri, timbulnya minat pada lawan jenis, dan kesukaan untuk berkhayal, sedangkan masa remaja akhir, aspek fisik dan psikis yang dimiliki mulai stabil, pandangan hidup mulai realistis, kematangan dalam mengatasi masalah, dan ketenangan dalam mengelola perasaan.

(19)

yang berlangsung pada kegiatan belajar selalu melibatkan aspek kognitif, afeksi, konasi, dan motorik yang dimiliki oleh siswa. Keseluruhan aspek yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Gestal (Rohmah, 2012: 195-199) belajar adalah aktivitas yang melibatkan aspek kognitif berupa persepsi; mengingat; dan berpikir, aspek afeksi berupa minat; motivasi, dan aspek psikomotor berupa menulis dan membaca. Keseluruhan aspek yang dimiliki oleh siswa akan menghasilkan perubahan perilaku melalui pengalaman yang telah dialami sebelumnya. Perubahan perilaku pada proses belajar akan berlangsung terus-menerus dan cenderung menetap.

Aktivitas belajar akan berlangsung terus-menerus dan kapan saja. Salah satu lembaga formal yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan belajar adalah sekolah. Aktivitas belajar yang berlangsung di sekolah tidak selamanya berjalan dengan baik. Penyebabnya ada faktor dari dalam diri (internal) siswa maupun dari luar diri siswa (eksternal) yang kurang mendukung kegiatan belajar. Faktor internal dan eksternal yang kurang mendukung kegiatan belajar akan mempengaruhi prestasi yang didapatkan oleh siswa.

(20)

Hambatan-hambatan ini dipengaruhi oleh aspek-aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Menurut Winkel (2007: 150-152) ada lima aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar yaitu pribadi siswa, pribadi guru, struktur jaringan hubungan di sekolah, sekolah sebagai institusi pendidikan, dan faktor-faktor situasional. Keseluruhan aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar disebut “Keadaan awal”. “Keadaan awal” merupakan keseluruhan kenyataan kepribadian, sosial, institusional, dan situasional yang dalam kaitannya dengan tujuan instruksional dapat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Keseluruhan aspek-aspek yang mempengaruhi proses belajar akan menjadi aspek-aspek dari faktor-faktor kesulitan belajar, jika aspek-aspek tersebut menghambat ketercapaian dari tujuan belajar.

(21)

tersebut disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa; pribadi guru; sekolah sebagai institusi pendidikan; situasional.

(22)

B.Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti pada penelitian ini adalah:

1. Faktor kesulitan belajar manakah yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015? 2. Berdasarkan analisis faktor-faktor kesulitan belajar yang intens

mengganggu, usulan topik bimbingan apakah yang sesuai untuk membantu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta dalam mengatasi kesulitan belajarnya?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

(23)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan Bimbingan dan Konseling mengenai faktor-faktor kesulitan belajar dan topik-topik bimbingan kesulitan belajar.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru pembimbing

Guru pembimbing mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu siswa, sehingga guru pembimbing dapat menyusun program bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah siswa dalam belajar.

b. Bagi guru mata pelajaran

Guru mata pelajaran memperoleh informasi mengenai faktor-faktor kesulitan belajar yang intens mengganggu para siswa, sehingga guru mata pelajaran dapat berperan aktif dalam pencegahan dan pengentasan kesulitan belajar siswa.

c. Bagi siswa

(24)

E.Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Belajar merupakan keseluruhan kegiatan psikis dan fisik guna mendapatkan perubahan tingkah laku, kebiasaan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif menetap berdasarkan pengalaman individu dengan lingkungannya. 2. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya

hambatan dari dalam diri maupun luar diri individu sehingga menimbulkan ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan belajar.

3. Faktor-faktor kesulitan belajar adalah hal-hal yang mempengaruhi siswa mengalami suatu kondisi yang menimbulkan ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan belajar.

4. Siswa SMP kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta adalah siswa kelas VIII yang terdaftar aktif di SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab kajian pustaka berisi uraian hakekat belajar, kesulitan belajar, dan program bimbingan.

A.Hakekat Belajar

1. Pengertian Belajar

Aktivitas kegiatan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung dalam kehidupan manusia akan terjadi kapan saja dan di mana saja. Setiap orang yang mengalami proses belajar akan mendapatkan suatu perubahan, baik dalam perubahan kognitif maupun perilaku. Perubahan yang positif dari proses belajar akan membuat seorang semakin berkembang seoptimal mungkin. Sebaliknya perubahan yang negatif dari proses belajar akan membuat seorang gagal dalam mencapai aktualisasi diri.

(26)

siswa yaitu pribadi guru, hubungan sosial di sekolah, institusi pendidikan yang ada di sekolah, dan faktor-faktor situasional.

Definisi belajar sudah banyak dijelaskan oleh ahli yang bergerak dalam bidang psikologi maupun pendidikan. Makmun (2007: 172) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku seorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pengalaman yang dialami oleh seorang menjadi dasar bagi dirinya untuk mengubah perilaku yang dimilikinya. Menurut Slameto (Djamarah, 2011: 13) belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada proses belajar berupa perubahan dalam bentuk tingkah laku yang baru. Selanjutnya menurut Aunurrahman (2011: 35) belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu dengan lingkungan membuatnya memiliki perubahan dalam tingkah laku.

(27)

Winkel (2007: 59) belajar adalah aktivitas mental, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap dan bersifat menetap. Namun tidak semua perubahan merupakan hasil dari proses belajar. Perubahan yang tidak berasal dari proses belajar adalah perubahan akibat kelelahan fisik, menggunakan obat, penyakit parah, dan pertumbuhan jasmani.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah keseluruhan kegiatan psikis dan fisik guna mendapatkan perubahan perilaku yang relatif menetap berdasarkan pengalaman individu dengan lingkungannya. Pengertian ini menyimpulkan bahwa siswa dikatakan telah melakukan aktivitas belajar jika sudah mengalami perubahan baik dalam pikiran, maupun tindakan.

2. Ciri-ciri Belajar

Belajar sangat identik dengan kata “perubahan”. Siswa dikatakan

(28)

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Adanya perubahan yang terjadi secara sadar berarti siswa yang belajar akan menyadari dan merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Misalnya, siswa menyadari bahwa pengetahuannya mengenai suatu hal tertentu bertambah, kecakapannya bertambah atau kebiasaannya bertambah.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang terjadi pada proses belajar bersifat fungsional berarti perubahan yang terjadi dalam diri siswa yang belajar berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Perubahan yang terjadi pada diri siswa akan mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar selanjutnya. Misalnya, seorang anak yang sedang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(29)

perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara berarti tingkah laku yang dihasilkan setelah belajar belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya, kecakapan anak dalam memainkan gitar. Anak yang belajar dan dapat memainkan gitar tidak akan hilang kemampuan yang dimilikinya, melainkan kemampuan bermain gitar yang dimilikinya akan semakin berkembang bila dilatih terus-menerus.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah berarti perubahan tingkah laku dalam proses belajar terjadi karena adanya tujuan yang hendak dicapai. Perubahan dalam belajar tertuju pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya, seorang yang belajar mengendarai mobil. Sebelum ia menetapkan keinginan untuk dapat mengendarai mobil, orang tersebut sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengendarai mobil.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(30)

seorang anak yang belajar mengendarai sepedah, maka perubahan yang paling nampak adalah keterampilan mengendarai sepedah. Anak yang belajar mengendarai sepedah tidak akan mempedulikan mengenai bagus atau tidaknya sepedah yang dimiliki. Akan tetapi, jika setelah anak tersebut dapat mengendarai sepedah, ia akan mengalami perubahan-perubahan yang lainnya, seperti pemahaman tentang cara kerja sepedah, pengetahuan tentang jenis-jenis sepedah, pengetahuan tentang alat-alat sepedah, maka cita-cita untuk memiliki sepedah yang lebih bagus akan muncul. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip yang harus dipahami dan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa prinsip belajar yang perlu diperhatikan agar kegiatan belajar dapat menimbulkan perubahan yang positif.

Prinsip-prinsip belajar menurut Mustaqim (2008: 69) yaitu:

a. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai tindakan, latihan, dan

pengulangan

c. Belajar akan berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya

d. Belajar akan berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami lebih dalam, bukan sekedar menghafal fakta

e. Proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain

(31)

g. Ulangan dan latihan sangat diperlukan, akan tetapi harus didahului oleh pemahaman

4. Tujuan Belajar

Aktivitas yang berlangsung dalam proses belajar selalu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai ketika belajar sangat penting untuk diperhatikan agar kegiatan belajar memiliki dampak positif bagi individu yang belajar. Menurut Sadirman (2011: 26) tujuan yang hendak dicapai dalam belajar yaitu:

a. Mendapatkan pengetahuan

(32)

memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, dan berlatih mengerjakan soal.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep dalam belajar sangat dipengaruhi oleh keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Penanaman konsep dapat terjadi jika siswa memiliki keterampilan yang bersifat jasmani (keterampilan gerak dan fungsi dari anggota tubuh) maupun rohani (penghayatan, kreativitas, dan merumuskan suatu konsep). Jadi proses penanaman konsep dalam belajar dapat berlangsung dengan baik jika didukung oleh keterampilan yang baik pula. Keterampilan yang baik dapat dimiliki siswa dengan melatih kemampuan yang dimiliki, seperti mengungkapkan perasaan melalui tulisan atau lisan. Misalnya, seorang arsitektur, harus memiliki kreativitas dan perhitungan yang tepat dalam menciptakan sebuah rancangan rumah atau bangunan. Hasil rancangan bangunan yang dihasilkan dapat terealisasikan jika didukung kemampuan motorik yang dimiliki arsitek yaitu kemampuan untuk menggambar atau menggunakan program komputer tertentu yang dapat membuat sebuah desain bangunan.

c. Pembentukan sikap

(33)

yang memberikan nilai-nilai positif kepada siswa. Penanaman nilai-nilai yang positif oleh guru akan menjadikan siswa memiliki sikap yang baik pula. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menanamkan nilai-nilai yang baik kepada siswa yaitu diskusi, demonstrasi, sosiodrama.

Aktivitas belajar yang menghasilkan suatu perubahan akan berlangsung secara terus-menerus. Perubahan yang dialami oleh siswa sebagai hasil dari belajar dapat berupa tingkah laku, kebiasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Perubahan yang positif dapat terjadi jika kegiatan belajar sejalan dengan prinsip-prinsip belajar dan tujuan belajar. Namun jika kegiatan belajar yang telah dilakukan tetap memunculkan adanya siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, maka bisa dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

B.Kesulitan Belajar

1. Pengertian Kesulitan Belajar

(34)

bodoh. Perbedaan prestasi belajar yang dimiliki oleh anak, disebabkan anak tersebut mengalami kesulitan belajar.

Menurut Burton (Makmun, 2007: 307) kesulitan belajar merupakan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Kegagalan tersebut dapat berupa kegagalan dalam memahami materi pelajaran, mengingat materi pelajaran, dan lain sebagainya. Selanjutnya menurut Rohmah (2012: 292-293) kesulitan belajar adalah keadaan yang disebabkan adanya hambatan atau gangguan dalam diri maupun luar diri siswa sehingga berdampak pada prestasi belajar yang buruk. Hambatan dari dalam maupun luar diri siswa dapat berupa rendahnya intelegensi, kurangnya minat dan motivasi, kurangnya fasilitas yang ada di sekolah, kualitas guru yang kurang baik, dan lain sebagainya. Berikutnya menurut Dalyono (2010: 229) kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang membuat seseorang tidak dapat belajar sebagai mana mestinya. Kondisi ini disebabkan karena adanya hambatan dalam belajar. Hambatan tersebut menyebaban individu mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Selanjutnya menurut Djamarah (2011: 235) kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar yang disebabkan karena adanya hambatan dalam belajar. Hambatan dalam belajar dapat berasal dari faktor yang terdapat dalam diri siswa maupun luar diri siswa.

(35)

dengan adanya hambatan dari dalam diri maupun luar diri individu sehingga menimbulkan ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan belajar.

2. Gejala-gejala Kesulitan Belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki hambatan-hambatan yang sering muncul dalam bentuk gejala-gejala yang dapat diamati oleh pancaindra. Gejala-gejala kesulitan belajar akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik. Gejala-gejala kesulitan belajar akan nampak baik dalam proses belajar maupun hasil belajar. Menurut Dalyono (2010: 247) gejala-gejala yang menunjukkan siswa mengalami kesulitan belajar yaitu:

a. Siswa menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh teman-teman sekelasnya.

b. Siswa menunjukkan hasil belajar yang tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukannya. Siswa telah berusaha keras tetapi selalu mendapatkan nilai yang rendah.

c. Siswa menunjukkan suatu perilaku yang lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Siswa selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas pelajaran yang diberikan oleh guru.

d. Siswa menunjukkan sikap-sikap yang kurang baik terhadap guru serta teman-temannya, seperti tidak mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran, menentang penjelasan guru dengan membentak, berpura-pura memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru walaupun sebenarnya siswa tersebut tidak memahami materi yang telah dijelaskan, dan sebagainya.

(36)

Gejala-gejala kesulitan belajar yang dijelaskan di atas memberikan gambaran bahwa siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan menunjukkan kegagalan dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan dalam mencapai tujuan belajar dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri, maupun luar diri siswa.

3. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

(37)

dapat menjadi aspek dari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar. Aspek dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yaitu:

a. Pribadi siswa

Pribadi siswa mencakup hal-hal sebagai berikut (Winkel, 2007: 154-218):

1) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif terdiri dari intelegensi, bakat, organisasi kognitif, kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, dan teknik studi. a) Intelegensi

Intelegensi sangat berperan penting sebagai faktor yang menentukan berhasil tidaknya siswa di sekolah. Menurut Dalyono (2010: 233) siswa yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, 140 ke atas sangat cerdas atau genius. Semakin tinggi IQ yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin cerdas kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya siswa memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah. Siswa yang memiliki IQ tergolong lemah kemungkinan besar akan mengalami kesulitan belajar.

(38)

mampu mengatur waktu dengan baik, mampu beradaptasi, dan mampu mengikuti pelajaran di sekolah. Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, yang di dalamnya kemampuan berpikir memegang peranan pokok.

Intelegensi dalam arti sempit sering disebut “Kemampuan

intelektual” atau “Kemampuan akademik”. Prestasi yang

dimaksudkan pada intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mengingat materi pelajaran dengan baik dan cepat, mampu menghitung dengan baik dan cepat, mampu menciptakan ide dengan baik dan cepat, mampu berbahasa asing dengan baik (Winkel, 2007: 155).

(39)

sungguh-sungguh dan memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran.

Taraf intelegensi yang dimiliki oleh siswa dapat diketahui dengan melakukan tes intelegensi. Sekolah sebagai institusi pendidikan, biasanya memberikan tes intelegensi dalam dua kelompok yaitu tes intelegensi umum dan tes intelegensi khusus. Tes intelegensi umum adalah tes intelegensi yang di dalamnya disajikan soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir di bidang penggunaan bahasa, bilangan-bilangan, dan pengamatan ruang. Tes intelegensi khusus adalah tes intelegensi yang di dalamnya disajikan soal-soal yang berkenaan dengan bidang studi tertentu, sehingga melalui tes ini seorang dapat diketahui apakah ia memiliki bakat khusus di bidang studi tertentu. Misalnya, matematika, bahasa, dan lain sebagainya.

(40)

b) Bakat

(41)

c) Organisasi kognitif

Menurut Winkel (2007: 163) organisasi kognitif mengarah pada kemampuan seorang dalam mengolah dan menyusun berbagai informasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Seorang yang memiliki organisasi kognitif baik, akan mengolah dan mengingat informasi secara sistematis dan mendalam. Siswa yang memiliki sejumlah pengetahuan dan pengertian yang tersimpan dalam ingatan secara terorganisasi, akan memiliki kemampuan belajar lebih besar daripada siswa yang mempelajari banyak hal namun tidak pernah menciptakan suatu bentuk organisasi yang serasi dengan ingatan. d) Taraf kemampuan berbahasa

(42)

e) Daya fantasi

Menurut Winkel (2007: 163) daya fantasi merupakan aktivitas kognitif yang mengandung banyak pikiran dan sejumlah tanggapan untuk menciptakan sesuatu dalam alam kesadaran. Daya fantasi tidak hanya membatu seorang dalam menghadirkan kembali hal-hal yang pernah diamati, tetapi juga menciptakan sesuatu yang baru. Contohnya cerita-cerita pada buku yang mengarah pada perjalanan ke bulan. Cerita ini menjadi kenyataan dalam beberapa tahun yang lalu melalui perkembangan teknologi yang diciptakan oleh manusia.

(43)

mendengarkan cerita yang dibawakan oleh ibu guru. Cerita yang dibawakan oleh ibu guru menjadi hal penting bagi anak-anak dalam membayangkan fantasi yang akan mereka buat.

Daya fantasi sangat penting dalam perkembangan proses belajar anak. Anak yang memiliki daya fantasi baik akan mudah untuk mengembangkan kemampuan imajinasinya dalam berbagai bidang mata pelajaran. Misalnya seorang anak yang memiliki daya fantasi dalam bidang kesenian, ia akan mudah mengikuti kegiatan belajar khususnya kesenian. Sedangkan anak yang tidak memiliki daya fantasi tertentu, ia akan mengalami kesulitan dalam menciptakan sebuah ide-ide baru sehingga pada akhirnya ia akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

f) Gaya belajar

(44)

(1) Tipe belajar visual

Siswa yang memiliki tipe belajar visual, akan lebih cepat mempelajari materi-materi pelajaran yang disajikan oleh guru dalam bentuk tulisan, bagan, grafik, dan gambar. Siswa bertipe visual cenderung menggunakan alat indra penglihatannya dalam mempelajari bahan pelajaran. Sebaliknya ada beberapa siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar ini akan memiliki kesulitan jika harus memahami materi dalam bentuk suara atau gerakan.

(2) Tipe belajar auditori

Siswa yang memiliki tipe belajar auditori mudah mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk suara. Siswa bertipe auditori cenderung menggunakan alat indra pendengarannya dalam mempelajari bahan pelajaran. Kecenderungan ini membuat siswa lebih cepat memahami materi pelajaran jika guru secara langsung menjelaskan. Siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar auditori akan mengalami kesulitan jika harus memahami materi dalam bentuk gerakan atau gambar.

(3) Tipe belajar kinestetik

(45)

di bidang-bidang olah raga, tari, dan lain sebagainya. Sebaliknya beberapa siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar kinestetik akan mengalami kesulitan jika materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam bentuk suara atau gambar.

g) Teknik studi

Teknik studi merupakan cara belajar yang digunakan oleh siswa untuk memahami suatu materi pelajaran. Teknik studi memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran melalui cara-cara atau hal-hal yang sesuai dengan kepribadian siswa. Cara belajar yang tepat akan membuat siswa semakin memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki cara belajar yang baik.

2) Fungsi konatif

Fungsi konatif terdiri dari hasrat-kehendak, motivasi belajar, dan konsentrasi-perhatian.

a) Hasrat-kehendak

(46)

akan menghasilkan suatu kepuasan dan kemudahan dalam belajarnya. Namun, jika seorang siswa kurang memiliki hasrat dalam belajar ia akan mengalami kesulitan ketika mengikuti proses belajar di sekolah.

b) Motivasi belajar

Motivasi adalah keseluruhan daya yang ada di dalam diri seseorang yang berfungsi sebagai penggerak psikis sehingga menimbulkan suatu aktivitas tertentu (Winkel, 2007: 169). Motivasi memiliki peranan penting dalam aktivitas belajar seseorang. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, akan dengan mudah memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang kuat, ia akan malas, tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pelajaran, mudah putus asa, tidak fokus pada pelajaran, sering meninggalkan pelajaran, dan suka mengganggu temannya yang sedang belajar (Dalyono, 2010: 57). Seorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar akan mengalami kesuitan dalam belajarnya.

(47)

bukan mendasarkan pada hadiah atau hukuman yang akan didapatkannya. Mereka melakukan segala aktivitas berdasarkan dorongan yang berasal dari dalam dirinya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi belajar yang berasal dari luar diri individu. Misalnya seorang anak yang belajar karena ingin mendapatkan hadiah atau takut mendapat hukuman dari orang tuanya. Siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik, mendasarkan kegiatan atau aktivitasnya bukan demi aktivitas itu sendiri, melainkan untuk mendaptkan hadiah atau menghindari hukuman.

c) Konsentrasi-perhatian

(48)

teman. Pembuyaran konsentrasi yang berasal dari luar diri siswa adalah suara bising, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.

3) Fungsi afetif

Fungsi afektif terdiri dari perasaan, sikap, dan minat. a) Perasaan

Perasaan yang dimaksud di sini adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan berarti perasaan yang muncul pada saat tertentu. Perasaan momentan dapat berubah menjadi perasaan yang

lebih lama atau dikenal dengan istilah “Mood”. Perasaan ini

(49)

menghilang ketika guru menceritakan suatu lelucon yang membuat siswa gembira.

Perasaan momentan dan intensional akan menciptakan suasana yang menyenangkan, jika berulangkali perasaan tersebut mengandung penilaian yang positif. Perasaan menyenangkan yang dibawa oleh siswa akan menjadi sumber energi dalam belajar. Sebaliknya perasaan momentan dan intensional jika mendapatkan penilaian yang negatif akan menciptakan suasana yang tidak menyenangkan. Siswa yang berulangkali memiliki perasaan momentan dan intensional negatif akan mudah kehilangan semangat belajar sehingga akan mengalami kesulitan belajar. b) Sikap

(50)

mengobrol di dalam kelas, tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidur di dalam kelas, dan lain sebagainya. c) Minat

(51)

4) Fungsi motorik

Kemampuan motorik siswa sangat penting dalam melaksanakan aktivitas belajar. Kemampuan motorik yang dimiliki oleh siswa akan memudahkan siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud antara lain kecepatan menulis, kecepatan berbicara dan artikulasi kata-kata, menggunakan peralatan belajar, kecepatan menggambar, kecepatan dalam bidang olah raga, dan lain sebagainya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan motorik yang baik akan mengalami kesulitan dalam belajarnya, seperti sulit untuk menulis dengan baik dan cepat, sulit untuk menggambar atau mempergunakan peralatan belajar seperti penggaris, busur, jangka, dan lain sebagainya. b. Pribadi guru

(52)

berkenaan dengan pribadi guru. Hal-hal yang berkenaan dengan pribadi guru yaitu:

1) Kepribadian guru

Sebagian orang dapat terlihat ciri khas kepribadiannya melalui cara dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini juga berlaku dalam pekerjaan seorang guru, yang mendidik generasi muda di sekolah. Hal-hal yang mencakup kepribadian guru yang baik yaitu:

a) Penghayatan nilai-nilai kehidupan

(53)

sikap guru yang tidak memiliki nilai-nilai hidup akan mempengaruhi proses belajar-mengajar, dan pada akhirnya akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar.

b) Motivasi kerja

Guru yang baik pasti memiliki cita-cita yang hendak dicapai. Salah satu cita-cita guru adalah menyumbangkan keahliannya demi perkembangan siswa. Cita-cita ini menjadikan guru memandang pekerjaannya sebagai sumber kepuasaan pribadi yang di dalamnya terdapat berbagai tantangan. Contoh tantangan yang akan dihadapi guru yaitu, guru harus rela untuk mengorbankan waktu dan tenaga lebih banyak dari pada yang dituntut secara formal. Selain itu guru harus berusaha meningkatkan keprofesionalitasnya tanpa harus diminta mengikuti penataran. Jadi seorang guru yang memiliki motivasi kerja yang baik akan mendedikasikan dirinya demi pendidikan, dengan berusaha semaksimal mungkin merelakan waktu dan tenaga yang dimilikinya untuk pendidikan.

c) Sifat dan sikap

(54)

mudah berkonsentrasi dan memahami penjelasan yang diberikan oleh guru. Namun jika seorang guru memiliki sifat yang negatif seperti pemarah/mudah marah, senang mengejek siswa, dan sombong membuat siswa merasa tertekan dan takut. Perasaan tertekan dan taut yang dimiliki oleh siswa akan membuat siswa sulit untuk berkonsentrasi ketika belajar, sehingga pada akhirnya siswa akan mengalami kesulitan belajar.

Ciri kepribadian guru yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar siswa selain sifat adalah sikap. Sikap guru yang positif seperti tegas, adil, tanggungjawab, dan demokratis membuat siswa diterima dan diperhatikan ketika proses belajar mengajar. Siswa yang merasa diterima dan diperhatikan akan bersemangat ketika mengikuti proses belajar-mengajar. Namun jika guru memiliki sikap yang negatif seperti pilih kasih, sering datang terlambat, dan kaku akan membuat siswa tidak nyaman ketika belajar dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.

2) Guru sebagai pendidik

Hal-hal yang berkaitan dengan peran guru sebagai pendidik yaitu: a) Guru sebagai inspirator

(55)

taraf motivasi belajarnya. Setiap siswa harus merasa senang ketika bergaul dengan guru, baik di dalam maupun luar kelas. Selain itu guru harus dapat memberikan hukuman atau peneguhan secara tepat. Pemberian hukuman bertujuan agar siswa merasa jera akan perbuatan yang telah dilakukannya. Pemberian peneguhan atau penguatan bertujuan agar siswa mengulangi kembali tindakan yang tepat. Selanjunya, guru diharapkan memiliki kepekaan terhadap siswanya. Terkadang sebelum belajar di sekolah, siswa sudah memiliki masalah dari luar sekolah, tetapi boleh jadi juga siswa mendapat masalah yang mengganggu belajarnya ketika di dalam sekolah. Kepekaan ini menjadi sangat penting dimiliki oleh guru agar guru selalu tanggap terhadap keadaan siswanya, sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik.

b) Guru menjaga disiplin di dalam kelas

Tujuan guru menjaga disiplin di dalam kelas adalah menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Tujuan ini tidak berarti bahwa siswa harus selalu diam dan tidak boleh berbicara sedikit pun. Hal yang paling pokok adalah agar suasana kelas yang kondusif, sehingga guru dapat mengajar dengan penuh konsentrasi dan siswa dapat belajar dengan nyaman.

c) Guru yang mengikuti perkembangan pendidikan

(56)

yang wajar, karena setiap guru memiliki umur dan pengalaman yang berbeda-beda. Perbedaan yang sering terlihat pada guru adalah pola pikir. Guru yang memiliki pola pikir yang luas terhadap perkembangan ilmu pendidikan akan mengubah pola pengajaran yang sesuai dengan perkembangan kurikulum. Namun, jika seorang guru yang memiliki pola pikir yang tertutup terhadap perkembangan ilmu pendidikan, ia akan cenderung mempertahankan pola pengajaran lamanya yang terkadang membosankan dan kurang interaktif. Pola pengajaran yang tidak menyesuaikan dengan perkembangan siswa akan menjadikan siswa merasa bosan dan jenuh dalam belajar, dan pada akhirnya ia akan malas mengikuti pelajaran.

3) Guru sebagai didaktikus

(57)

penentuan luas materi pelajaran tergantung dari kebutuhan siswa; mendorong siswa untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran; memberikan pandangan sendiri terhadap materi pelajaran; bergaya memimpin lebih demokratis; menanggapi dengan baik pikiran kritis siswa; menekankan agar siswa belajar demi perkembangan diri sendiri. Kedua gaya mengajar yang dimiliki oleh guru harus dikaitkan dengan keseluruhan pengelolaan pendidikan di sekolah agar kebutuhan yang dimiliki oleh siswa dan kurikulum sekolah dapat tercapai.

4) Guru sebagai rekan seprofesi

Salah satu hal yang dapat memperlancar kegiatan pendidikan dan pengajaran adalah kerja sama antara guru. Guru sebagai staf pengajar harus mampu bekerja sama dengan tenaga pengajar dan pimpinan sekolah, baik melalui kontak formal maupun informal, misalnya rapat guru. Kadar kerja sama professional yang tinggi, ikut menjamin kelestarian suasana belajar-mengajar di sekolah. Jika kadar kerja sama itu menurun, dampak negatif akan segera nampak dan mengganggu proses belajar-mengajar.

c. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah

(58)

yang dimiliki oleh setiap orang akan mempengaruhi peranan dan wewenang yang diampunya. Seorang yang memiliki status sosial yang tinggi akan mendapatkan penghargaan dan kehormatan tertentu. Penghargaan dan kehormatan yang dimiliki oleh seseorang akan mempermudah hubungan antar pribadi sehingga suasana yang akrab dan nyaman akan tercipta. Perasaan senang dan nyaman akan memudahkan siswa untuk mengikuti proses belajar-mengajar, sebaliknya siswa yang tidak dapat menjalin hubungan sosial yang baik, ia akan cenderung menarik diri dan malu untuk bergaul dengan orang lain, dan pada akhirnya ia akan sulit mengikuti proses belajar-mengajar.

d. Sekolah sebagai institusi pendidikan

Sekolah sebagai institusi pendidikan terdiri dari beberapa hal yaitu sarana dan prasarana, suasana di sekolah, kurikulum sekolah, sistem progresi siswa, pengelompokan siswa, pengelompokan tenaga pengajar, pelayanan kepada siswa di luar bidang pengajaran, kontak dengan orang tua siswa (Winkel, 2007: 244-255).

1) Sarana dan prasarana

(59)

sarana dan prasarana yang ada di sekolah, maka semakin besar kemungkinan kelancaran proses belajar mengajar. Namun sarana dan prasarana yang lengkap, belum dapat memberikan jaminan kelancaran proses belajar-mengajar di sekolah. Ada faktor lain yang mempengaruhi proses belajar-mengajar yaitu faktor keterampilan didaktis staf guru dan motivasi belajar siswa.

2) Suasana di sekolah

Suasana di sekolah menunjuk pada iklim psikologi yang terdapat di suatu sekolah, yaitu suasana bergaul dengan warga sekolah, tata cara kesopanan yang berlaku di sekolah, tata cara disiplin yang berlaku di sekolah dan lain sebagainya. Pandangan mengenai nilai-nilai kehidupan dan pandangan pedagogis yang dianut oleh staf pendidik di suatu sekolah pun ikut mempengaruhi suasana dan iklim sosial-emosional di sekolah. Suasana yang ada di sekolah diciptakan oleh perangkat peraturan disiplin yang berlaku. Peraturan disiplin hendaknya sedikit mungkin, namun tegas dan jelas. Disiplin sekolah yang memadai dapat membantu terciptanya proses belajar-mengajar yang baik. Namun bila disiplin di sekolah buruk, maka proses belajar-mengajar akan terganggu dan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar.

3) Kurikulum sekolah

(60)

tenaga pengajar maupun siswa harus bergerak dalam ruang lingkup kurikulum. Kurikulum dikatakan terbuka jika kurikulum yang ada hanya menentukan rambu-rambu saja dan memungkinkan variasi antara sekolah dan sumber tenaga pendidikan dalam tatacara pelaksanaan konkret, sebaliknya kurikulum dikatakan tertutup jika kurikulum yang ada menentukan semuanya secara mendetail, termasuk sejumlah petunjuk pelaksanaan. Sebaiknya, jika kurikulum bersifat terbuka diharapkan masing-masing institusi sekolah mengembangkan suatu program kerja yang isinya tetap mengikuti batasan rambu-rambu program pendidikan nasional. Kurikulum dikatakan baik jika kurikulum yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Kurikulum yang cenderung memberatkan siswa akan membuat siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar.

4) Sistem progresi siswa

Sistem progresi siswa adalah prosedur yang diikuti untuk memajukan siswa, dari tahap program pengajaran yang satu ke tahap berikutnya. Semua sekolah yang berada di satu negara yang sama pasti memiliki progresi yang sama. Sistem progresi siswa biasanya dijelaskan dalam program kerja sekolah yang menyangkut pelaksanaan pengajaran. Dalam literatur tentang pendidikan sekolah dikenal dua macam progresi yaitu granding dan nongrading. Progresi

(61)
(62)

5) Pengelompokkan siswa

Pengelompokkan siswa dibagi menjadi dua bentuk yaitu pengelompokkan kualitatif dan kuantitatif. Pengelompokkan kualitatif didasarkan pada ciri-ciri seperti umur, jenis kelamin, kemajuan dalam bidang studi atau jurusan, dan lain sebagainya. Pengelompokkan kuantitatif menyangkut jumlah dalam suatu kelompok atau kelas. Pengelompokkan yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar, sedangkan pengelompokkan yang salah akan membuat siswa merasa tidak nyaman dalam belajar dan mengakibatkan kesulitan belajar pada siswa.

6) Pengelompokkan tenaga pengajar

(63)

yang tidak baik seperti pembagian tugas yang tidak sesuai dengan keahlian bidang studi, minat, dan keterampilan mengajar, akan membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

7) Pelayanan kepada siswa di luar bidang pengajaran

Sekolah sebagai institusi pendidikan harus memiliki staf yang mampu memaksimalkan pelayanan-pelayanan di luar bidang pengajaran. Pelayanan kepada siswa di luar bidang pengajaran, mencakup kegiatan ekstrakurikuler, Bimbingan dan Konseling, Unit Kesehatan Sekolah, dan lain sebagainya. Pelayanan-pelayanan ini akan membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan siswa terutama hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan dan perkembangan potensi siswa. Namun jika pelayanan-pelayanan di luar bidang pengajaran ini tidak ada atau tidak membantu siswa dalam pemenuhan kebutuhan dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan dan perkembangan potensi siswa, akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.

8) Kontak dengan orang tua siswa

(64)

baik antara guru dan orang tua siswa akan menciptakan kondisi yang positif dalam proses belajar-mengajar.

e. Faktor situasional

Menurut Winkel (2007: 256) faktor situasional ialah keadaan yang timbul dan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas, namun tidak menjadi tanggung jawab langsung dari staf pendidik atau para siswa. Keadaan yang mempengaruhi proses belajar, berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam, misalnya keadaan ekonomis, keadaan waktu, alokasi tempat, serta keadaan musim, yang semuanya mungkin berkaitan satu sama lain. Keadaan tertentu dihayati oleh staf pendidik dan siswa sebagai keadaan yang menyenangkan, atau sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan menggelisahkan. Penghayatan staf pengajar dan siswa terhadap keadaan tertentu, mempengaruhi kondisi psikologis atau fisik pada guru dan siswa, sehingga akan menghambat atau menunjang jalannya proses belajar-mengajar di kelas.

1) Keadaan ekonomis

(65)

Ketidakmampuan yang dialami oleh siswa ini terkadang dapat menghambat siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar.

2) Keadaan politik

Keadaan politik yang kurang stabil, membuat guru dan siswa merasa tidak nyaman dan tenang. Misalnya, pemilihan presiden. Peristiwa ini sering menimbulkan berbagai isu-isu yang menciptakan suatu ketegangan di dalam masyarakat. Isu-isu ketegangan yang muncul mempengaruhi keadaan psikologi siswa dan guru. Sorang siswa yang tertekan akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi ketika belajar, sehingga ia tidak dapat mengikuti proses belajar dengan baik.

3) Keadaan waktu

Keadaan waktu mencakup jumlah hari dalam tahun ajaran yang digunakan untuk kegiatan pengajaran. Jika waktu yang diberikan guru cukup untuk menyelesaikan materi pelajaran yang diwajibkan, maka guru akan dapat mengajar dengan tenang, namun bila waktu yang diberikan kepada guru untuk mengajar kurang, maka guru akan mengajar dengan tergesa-gesa, sehingga siswa mengalami kesukaran dalam mengikuti pelajaran.

4) Alokasi tempat

(66)

ketika belajar. Kenyamanan dalam belajar, akan memudahkan siswa berkonsentrasi ketika mengikuti pelajaran. Namun jika alokasi tempat sekolah terlalu dekat dengan keramaian, maka suasana sekolah cenderung ramai. Suasana yang terlalu bising/ramai akan mengganggu konsentrasi yang dimiliki oleh siswa dan akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan mengikuti kegiatan belajar di kelas.

5) Keadaan iklim dan musim

Keadaan iklim dan musim kerap menciptakan kondisi fisik yang kurang menguntungkan bagi pihak guru dan siswa. Pergantian musim, khususnya musim penghujan kerap menurunkan kondisi fisik guru dan siswa. Menurunnya kondisi pada fisik akan mempengaruhi sistem kekebalan yang dimiliki oleh tubuh, sehingga mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit, seperti flu, masuk angin, demam, dan sebagainya. Pergantian musim lainnya seperti musim panas pun dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Siswa yang merasakan gerah, kebanyakan akan mengipasi dirinya untuk mengurangi rasa panas yang dialaminya. Perilaku mengipas yang dilakukan oleh siswa akan memecah konsentrasi siswa ketika belajar di kelas.

(67)

Aloysius Turi Yogyakarta, sehingga peneliti dapat membuat topik-topik bimbingan bimbingan yang sesuai untuk mengatasi kesulitan belajar.

4. Dampak Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar akan memberikan dampak yang begitu besar bagi proses belajar siswa. Dampak-dampak kesulitan belajar jika tidak disikapi dengan tepat, maka akan mempengaruhi tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar. Menurut Subini (2011: 49-50) dampak kesulitan belajar yang dialami siswa yaitu:

a. Pertumbuhan dan perkembangan siswa terhambat b. Siswa menjadi frustrasi

c. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seringkali menganggap dirinya sebagai anak bodoh, lambat, berbeda, aneh, dan terbelakang

d. Siswa menjadi malu, rendah diri, berperilaku nakal, agresif, menyendiri, menarik diri karena ingin menutupi kekurangannya e. Timbul perasaan kecewa, marah, putus asa, merasa bersalah,

dan sebagainya. Hal ini akan terkadang akan memperburuk keadaan siswa dan membuat siswa merasa terpojok

5. Siswa SMP Sebagai Remaja dan Kesulitan Belajar Siswa SMP

a. Siswa SMP sebagai remaja

(68)

remaja awal dan akhir. Usia remaja awal berkisar antara usia 12 tahun sampai 17 tahun, sedangkan usia remaja akhir berkisar antara usia 17 tahun sampai 21 tahun.

Siswa SMP adalah siswa yang berada pada masa remaja. Siswa yang berada pada masa remaja sangat lekat dengan masa pencarian jati diri. Pencarian jati diri yang berlangsung pada masa remaja sering membuat remaja mengalami ketidakstabilan perasaan dan mengalami kebingungan dalam menentukan tujuan hidupnya. Ketidakstabilan dan kebingungan yang dialami oleh remaja sering mengakibatkan munculnya sikap yang mudah tersinggung, mudah curiga, kurang berhati-hati, dan lain sebagainya. Sikap-sikap ini membuat remaja sangat sensitif dengan hal-hal yang ada disekitarnya, termasuk perkembangan fisik dan psikologi. Pengetahuan akan perkembangan fisik dan psikologi akan mengubah cara pandang remaja terhadap dirinya termasuk pola pikir dan motivasi yang dimilikinya. Pola pikir dan motivasi yang berkembang dengan baik akan membantu remaja mengetahui hal-hal apa saja yang akan dihadapi di masa yang akan datang, termasuk pemahaman akan hal-hal yang menyebabkan ia mengalami kesulitan belajar.

b. Kesulitan belajar siswa SMP

(69)

dan tujuan dari penelitian. Contoh dari hasil penelitian mengenai kesulitan belajar siswa SMP antara lain:

1) Hasil penelitian Atanus (2013) berjudul, Deskripsi Kesulitan Belajar yang Intens Dialami Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal, yaitu:

(a) Kesulitan pada aspek kognitif

(70)

Kesulitan belajar dalam hal konsentrasi, ditandai dengan kesulitan siswa ketika harus berkonsentasi mengerjakan tugas-tugas non eksakta; memiliki masalah pribadi; mengikuti pelajaran di kelas yang ramai; perubahan cuaca yang tidak menentu.

(b) Kesulitan pada aspek konatif

Siswa mengalami kesulitan dalam hal motivasi belajar. Kesulitan belajar dalam hal konsentrasi belajar, ditandai dengan kesulitan siswa ketika harus mendapatkan nilai yang bagus. (c) Kesulitan pada aspek afeksi

(71)

(d) Kesulitan pada aspek motorik

Siswa mengalami kesulitan dalam hal kecepatan menulis; kecepatan berbicara dengan jelas; kecepatan menggambar. Kesulitan siswa dalam hal kecepatan menulis, ditandai dengan kesulitan siswa menulis dengan rapi. Kesulitan siswa dalam hal kecepatan berbicara dengan jelas, ditandai dengan kesulitan siswa berbicara dengan lancar di depan kelas. Kesulitan siswa dalam hal menggambar, ditandai dengan kesulitan siswa menggambar dengan baik.

(e) Kesulitan pada aspek pribadi guru

Siswa mengalami kesulitan dalam hal kepribadian guru; guru yang diinginkan siswa; guru sebagai didaktikus. Kesulitan siswa dalam hal kepribadian guru, ditandai dengan kesulitan siswa menerima sikap guru yang pilih kasih. Kesulitan dalam hal guru yang diinginkan siswa, ditandai dengan kesulitan siswa menangkap beberapa penjelasan dari guru; mematuhi perintah guru agar tidak rebut di kelas. Kesulitan dalam hal guru sebagai didaktikus, ditandai dengan kesulitan siswa mengikuti cara mengajar guru; menyesuaikan diri dengan cara mengajar guru. (f) Kesulitan pada aspek sekolah sebagai institusi pendidikan

(72)

dengan kesulitan siswa memanfaatkan fasilitas-fasiltas yang disediakan oleh sekolah. Kesulitan siswa dalam hal suasana di sekolah, ditandai dengan kesulitan siswa menaati tata tertib sekolah; mentaati peraturan di sekolah. Kesulitan dalam hal kuriulum, ditandai dengan kesulitan siswa mengikuti bahan pelajaran yang banyak dan padat. Kesulitan dalam hal kontak guru dengan wali, ditandai dengan kesulitan siswa menerima hasil rapor.

(g) Kesulitan pada aspek faktor situasional

Siswa mengalami kesulitan dalam hal keadaan waktu yang diinginkan siswa; alokasi tempat sekolah. Kesulitan dalam hal keadaan waktu yang diinginkan siswa, ditandai dengan kesulitan siswa mengatur waktu belajar mandiri. Kesulitan dalam hal alokasi tempat sekolah, ditandai dengan kesulitan siswa menyesuaikan diri dengan letak sekolah yang berdekatan dengan keramaian; suara bising yang berasal dari lingkungan sekitar sekolah.

(73)

(a) Kesulitan pada aspek intern-kognitif

Siswa mengalami kesulitan dalam hal konsentrasi, dan rendahnya pemahaman siswa. Kesulitan belajar dalam hal konsentrasi belajar, ditandai dengan sulitnya siswa memusatkan perhatian ketika guru menjelaskan. Kesulitan belajar dalam hal rendahnya pemahaman siswa ditandai dengan sulitnya memahami materi yang diajarkan oleh guru.

(b) Kesulitan pada aspek intern-afektif

Siswa mengalami kesulitan dalam hal perasaan senang untuk membaca, suasana hati yang kurang baik, kurangnya minat belajar. Kesulitan dalam hal perasaan senang untuk membaca ditandai dengan perasaan senang untuk membaca buku perasaan. Kesulitan dalam hal suasana hati yang kurang baik ditandai dengan perasaan negatif yang muncul ketika belajar seperti sedih, takut, dan lain sebagainya. Kesulitan dalam hal kurangnya minat belajar ditandai dengan perilaku siswa yang lebih senang bermain sepulang sekolah daripada mengerjakan tugas.

(c) Kesulitan pada aspek intern-psikomotorik

(74)

materi pelajaran. Kesulitan dalam hal gangguan penglihatan ditandai dengan kesulitan siswa memperhatikan materi yang ditulis guru di papan tulis.

(d) Kesulitan pada aspek ekstern-lingkungan siswa

Siswa mengalami kesulitan dalam hal kemampuan ekonomi keluarga dan perhatian orang tua. Kesulitan dalam hal kemampuan ekonomi keluarga ditandai dengan perilaku siswa yang ikut membantu pekerjaan orang tua mencari makanan untuk ternak, sehingga tidak ada waktu untuk belajar. Kesulitan dalam hal perhatian orang tua ditandai dengan perilaku orang tua yang tidak pernah mengingatkan anaknya untuk belajar. (e) Kesulitan pada aspek ekstern-lingkungan masyarakat siswa

(75)

(f) Kesulitan pada aspek ekstern-lingkungan sekolah siswa

Siswa mengalami kesulitan dalam hal cara mengajar guru dan sarana dan prasarana sekolah. Kesulitan dalam hal cara mengajar guru ditandai dengan guru cenderung hanya memberikan catatan kepada siswa, sehingga siswa merasa bosan; guru sering memarahi siswa, sehingga siswa merasa kecewa dan malas untuk belajar. Kesulitan dalam hal sarana dan prasarana sekolah ditandai dengan jarak antara tempat tinggal siswa dengan sekolah terlalu jauh, sehingga siswa malas berangat ke sekolah; fasilitas yang ada di sekolah tidak lengkap.

6. Langkah-langkah untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP

Menurut Dalyono (2010: 251-255) langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, yaitu

a. Pengumpulan data

(76)

secara bersama-sama, akan tetapi tergantung pada masalahnya. Semakin kompleks masalah yang dihadapi, maka semakin banyak kemungkinan metode yang digunakan. Sebaliknya semakin sederhana masalah yang dihadapi, maka semakin sedikit metode yang digunakan.

b. Pengolahan data

Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Dalam pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan data, antara lain identifikasi kasus, membandingkan antarkasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan.

c. Diagnosis

Gambar

g)gambar.  Teknik studi
tabel 1.
Tabel 1 Rincian Subjek Penelitian
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tmah sawah konlemional adalah tarah yang slalu terSend8 ndlai ddi peneolahamya empai pada le generalit tanaman Padi.. Ton.h

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pembelajaran pada mata diklat Sistem Pemindah Tenaga (SPT) pada Kompetensi Dasar memperbaiki/merawat transmisi manual

[r]

Complete the crossword puzzle with synonyms (words with similar meanings) of the clue words.. If you need help, check

Untuk mengetahui strategi, cara berpikir, langkah-langkah pemecahan masalah, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal- soal tes, peneliti

--- Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian Memori Banding yang diajukan oleh pihak Tergugat / Pembanding, telah dapat disimpulkan bahwa dengan sering terjadi

Volume air yang tersedia untuk mengencerkan beban limbah dan membawanya keluar dapat dihitung dengan mengalikan luas wilayah perairan gosong Semak Daun dengan selisih antara