• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Kesulitan Belajar

3. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pada siswa terjadi karena adanya kegagalan dalam mencapai tujuan belajar. Munculnya kesulitan belajar disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Winkel (2007: 151-152) ada lima aspek dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yaitu pribadi siswa, pribadi guru, strutur jaringan hubungan sosial di sekolah, sekolah sebagai institusi pendidikan, dan faktor-faktor situasional. Kelima faktor penyebab kesulitan belajar dikelompokkan menjadi faktor internal (kognitif, konatif, afeksi, motorik) dan eksternal (pribadi guru, hubungan sosial di sekolah, institusi pendidikan yang ada di sekolah, dan faktor-faktor situasional). Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar berasal dari aspek-aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Keseluruhan aspek yang mempengaruhi proses belajar-mengajar disebut “Keadaan awal”. “Keadaan awal” merupakan sekumpulan hal yang mempengaruhi keseluruhan proses belajar-mengajar. Jadi jika aspek-aspek yang mempengaruhi proses belajar menjadi penghambat dalam mencapai tujuan belajar, maka aspek-aspek tersebut

dapat menjadi aspek dari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar. Aspek dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yaitu:

a. Pribadi siswa

Pribadi siswa mencakup hal-hal sebagai berikut (Winkel, 2007: 154- 218):

1) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif terdiri dari intelegensi, bakat, organisasi kognitif, kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, dan teknik studi. a) Intelegensi

Intelegensi sangat berperan penting sebagai faktor yang menentukan berhasil tidaknya siswa di sekolah. Menurut Dalyono (2010: 233) siswa yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, 140 ke atas sangat cerdas atau genius. Semakin tinggi IQ yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin cerdas kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya siswa memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah. Siswa yang memiliki IQ tergolong lemah kemungkinan besar akan mengalami kesulitan belajar.

Intelegensi memiliki dua pengertian yaitu intelegensi dalam arti luas dan intelegensi dalam arti sempit. Intelegensi dalam arti luas adalah kemampuan untuk mencapai prestasi, yang di dalamnya kemampuan berpikir memegang peranan. Prestasi yang dimaksudkan pada intelegensi dalam arti luas adalah prestasi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti mampu bergaul dengan baik,

mampu mengatur waktu dengan baik, mampu beradaptasi, dan mampu mengikuti pelajaran di sekolah. Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, yang di dalamnya kemampuan berpikir memegang peranan pokok.

Intelegensi dalam arti sempit sering disebut “Kemampuan intelektual” atau “Kemampuan akademik”. Prestasi yang

dimaksudkan pada intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mengingat materi pelajaran dengan baik dan cepat, mampu menghitung dengan baik dan cepat, mampu menciptakan ide dengan baik dan cepat, mampu berbahasa asing dengan baik (Winkel, 2007: 155).

Taraf prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang dimilikinya, khususnya mengenai intelegensi dalam arti sempit. Intelegensi dalam arti sempit membantu siswa dalam memahami aneka bidang studi yang menuntut pemikiran, seperti matematika dan bahasa asing sehingga memudahkan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Namun tinggi rendahnya prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh taraf intelegensi saja. Ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi prestasi yang dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah motivasi belajar. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi tidak akan mendapatkan prestasi belajar yang baik jika siswa itu tidak

sungguh-sungguh dan memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran.

Taraf intelegensi yang dimiliki oleh siswa dapat diketahui dengan melakukan tes intelegensi. Sekolah sebagai institusi pendidikan, biasanya memberikan tes intelegensi dalam dua kelompok yaitu tes intelegensi umum dan tes intelegensi khusus. Tes intelegensi umum adalah tes intelegensi yang di dalamnya disajikan soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir di bidang penggunaan bahasa, bilangan-bilangan, dan pengamatan ruang. Tes intelegensi khusus adalah tes intelegensi yang di dalamnya disajikan soal-soal yang berkenaan dengan bidang studi tertentu, sehingga melalui tes ini seorang dapat diketahui apakah ia memiliki bakat khusus di bidang studi tertentu. Misalnya, matematika, bahasa, dan lain sebagainya.

Kemampuan intelektual siswa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari daya kreativitas. Kemampuan intelektual dan kreativitas sama-sama mengarah pada kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir mengacu pada kemampuan dalam menciptakan suatu pemikiran yang baru atau baru terpikirkan oleh sedikit orang. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami kesulitan dalam menciptakan sebuah pemikiran yang baru.

b) Bakat

Menurut Winkel (2007: 162) bakat merupakan kemampuan yang menonjol di suatu bidang tertentu, misalnya di bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat dibentuk dalam kurun waktu tertentu dan merupakan perpaduan dari taraf intelegensi pada umumnya, komponen intelegensi tertentu, pengaruh pendidikan dalam keluarga dan sekolah, serta minat yang dimiliki oleh individu. Bakat yang dimiliki oleh seseorang berbeda-beda. Seorang yang memiliki bakat pada bidang tertentu, mungkin pada bidang lainnya ia mengalami keterlambatan. Namun tidak jarang ada orang yang memiliki bakat diberbagai bidang tertentu yang dapat dengan mudah mengembangkan semua bakat yang dimilikinya. Perbedaan-perbedaan bakat yang dimiliki oleh individu menunjukkan bahwa setiap orang pasti memiliki bakat untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan kapasitasnya masing- masing (Djamarah, 2011: 138). Pengaruh bakat dalam mencapai prestasi menunjukkan bahwa bakat dapat mempengaruhi proses belajar siswa dan akan berakibat pada prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Seorang yang mampu mengembangkan bakatnya akan berusaha memperluas pengetahuan yang dimilikinya, sedangkan seorang yang tidak mampu mengetahui dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, ia akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

c) Organisasi kognitif

Menurut Winkel (2007: 163) organisasi kognitif mengarah pada kemampuan seorang dalam mengolah dan menyusun berbagai informasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Seorang yang memiliki organisasi kognitif baik, akan mengolah dan mengingat informasi secara sistematis dan mendalam. Siswa yang memiliki sejumlah pengetahuan dan pengertian yang tersimpan dalam ingatan secara terorganisasi, akan memiliki kemampuan belajar lebih besar daripada siswa yang mempelajari banyak hal namun tidak pernah menciptakan suatu bentuk organisasi yang serasi dengan ingatan. d) Taraf kemampuan berbahasa

Menurut Winkel (2007: 163) kemampuan berbahasa merupakan kemampuan untuk menangkap isi atau makna suatu bacaan dan merumuskan kembali dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, sekurang-kurangnya bahasa tulis. Berpikir dan berbahasa memiliki kaitan, karena kemampuan berbahasa membutuhkan kemampuan berpikir yang baik dalam memahami suatu informasi yang sedang dipelajari. Seorang yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik, akan mudah mengikuti proses belajar, sedangkan seorang yang tidak memiliki kemampuan berbahasa yang baik, cenderung mengalami kesulitan belajar.

e) Daya fantasi

Menurut Winkel (2007: 163) daya fantasi merupakan aktivitas kognitif yang mengandung banyak pikiran dan sejumlah tanggapan untuk menciptakan sesuatu dalam alam kesadaran. Daya fantasi tidak hanya membatu seorang dalam menghadirkan kembali hal-hal yang pernah diamati, tetapi juga menciptakan sesuatu yang baru. Contohnya cerita-cerita pada buku yang mengarah pada perjalanan ke bulan. Cerita ini menjadi kenyataan dalam beberapa tahun yang lalu melalui perkembangan teknologi yang diciptakan oleh manusia.

Daya fantasi terbagi menjadi empat yaitu daya fantasi yang disadari, daya fantasi yang tidak disadari, daya fantasi mencipta, dan daya fantasi terpimpin. Contoh daya fantasi yang disadari adalah seorang pendongeng yang sedang memberikan cerita kepada anak. Pendongeng itu secara sadar mengarang kisah yang belum terjadi. Contoh daya fantasi yang tidak disadari adalah seorang anak kecil yang menceritakan sesuatu yang sebetulnya tidak terjadi. Anak kecil itu tidak sadar bahwa ia telah menceritakan sesuatu hal yang tidak pernah terjadi. Selanjutnya contoh daya fantasi mencipta adalah seorang pendongeng yang mengarang kisah baru yang belum pernah didengar oleh anak-anak. Pendongeng itu menciptakan sebuah fantasi baru dalam bentuk cerita. Contoh daya fantasi terpimpin adalah seorang anak TK yang sedang

mendengarkan cerita yang dibawakan oleh ibu guru. Cerita yang dibawakan oleh ibu guru menjadi hal penting bagi anak-anak dalam membayangkan fantasi yang akan mereka buat.

Daya fantasi sangat penting dalam perkembangan proses belajar anak. Anak yang memiliki daya fantasi baik akan mudah untuk mengembangkan kemampuan imajinasinya dalam berbagai bidang mata pelajaran. Misalnya seorang anak yang memiliki daya fantasi dalam bidang kesenian, ia akan mudah mengikuti kegiatan belajar khususnya kesenian. Sedangkan anak yang tidak memiliki daya fantasi tertentu, ia akan mengalami kesulitan dalam menciptakan sebuah ide-ide baru sehingga pada akhirnya ia akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

f) Gaya belajar

Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Gaya belajar mengandung beberapa komponen, antara lain gaya kognitif dan tipe belajar. Gaya kognitif adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati dan beraktivitas mental di bidang kognitif. Sedangkan tipe belajar menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan alat indra tertentu. Menurut Windura (2008: 23) tipe belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu tipe belajar visual, tipe belajar auditori, dan tipe belajar kinestetik.

(1) Tipe belajar visual

Siswa yang memiliki tipe belajar visual, akan lebih cepat mempelajari materi-materi pelajaran yang disajikan oleh guru dalam bentuk tulisan, bagan, grafik, dan gambar. Siswa bertipe visual cenderung menggunakan alat indra penglihatannya dalam mempelajari bahan pelajaran. Sebaliknya ada beberapa siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar ini akan memiliki kesulitan jika harus memahami materi dalam bentuk suara atau gerakan.

(2) Tipe belajar auditori

Siswa yang memiliki tipe belajar auditori mudah mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk suara. Siswa bertipe auditori cenderung menggunakan alat indra pendengarannya dalam mempelajari bahan pelajaran. Kecenderungan ini membuat siswa lebih cepat memahami materi pelajaran jika guru secara langsung menjelaskan. Siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar auditori akan mengalami kesulitan jika harus memahami materi dalam bentuk gerakan atau gambar.

(3) Tipe belajar kinestetik

Siswa yang memiliki tipe belajar kinestetik lebih dominan belajar dengan praktik secara langsung atau melalui gerakan. Kecenderungan tipe belajar ini membuat siswa mahir

di bidang-bidang olah raga, tari, dan lain sebagainya. Sebaliknya beberapa siswa yang memiliki kecenderungan tipe belajar kinestetik akan mengalami kesulitan jika materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam bentuk suara atau gambar.

g) Teknik studi

Teknik studi merupakan cara belajar yang digunakan oleh siswa untuk memahami suatu materi pelajaran. Teknik studi memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran melalui cara-cara atau hal-hal yang sesuai dengan kepribadian siswa. Cara belajar yang tepat akan membuat siswa semakin memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki cara belajar yang baik.

2) Fungsi konatif

Fungsi konatif terdiri dari hasrat-kehendak, motivasi belajar, dan konsentrasi-perhatian.

a) Hasrat-kehendak

Hasrat merupakan keinginan atau kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasrat akan memberikan kepuasan pada individu dalam melakukan suatu aktivitas. Seorang siswa dapat terlihat memiliki hasrat dan ketekunan yang kuat melalui usaha yang dilakukannya ketika belajar. Seorang siswa yang memiliki usaha keras untuk memahami dan mengikuti pelajaran

akan menghasilkan suatu kepuasan dan kemudahan dalam belajarnya. Namun, jika seorang siswa kurang memiliki hasrat dalam belajar ia akan mengalami kesulitan ketika mengikuti proses belajar di sekolah.

b) Motivasi belajar

Motivasi adalah keseluruhan daya yang ada di dalam diri seseorang yang berfungsi sebagai penggerak psikis sehingga menimbulkan suatu aktivitas tertentu (Winkel, 2007: 169). Motivasi memiliki peranan penting dalam aktivitas belajar seseorang. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, akan dengan mudah memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang kuat, ia akan malas, tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pelajaran, mudah putus asa, tidak fokus pada pelajaran, sering meninggalkan pelajaran, dan suka mengganggu temannya yang sedang belajar (Dalyono, 2010: 57). Seorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar akan mengalami kesuitan dalam belajarnya.

Motivasi belajar di sekolah dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi belajar yang berasal dari dalam diri individu. Contohnya rasa ingin tahu, kebutuhan, ketertarikan, dan rasa senang terhadap suatu hal. Siswa yang memiliki motivasi intriksik melakukan suatu kegiatan

bukan mendasarkan pada hadiah atau hukuman yang akan didapatkannya. Mereka melakukan segala aktivitas berdasarkan dorongan yang berasal dari dalam dirinya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi belajar yang berasal dari luar diri individu. Misalnya seorang anak yang belajar karena ingin mendapatkan hadiah atau takut mendapat hukuman dari orang tuanya. Siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik, mendasarkan kegiatan atau aktivitasnya bukan demi aktivitas itu sendiri, melainkan untuk mendaptkan hadiah atau menghindari hukuman.

c) Konsentrasi-perhatian

Konsentrasi adalah pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu obyek. Konsentrasi dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat siswa dalam belajar. Siswa yang berperasaan tidak senang dalam belajar akan membuat ia tidak berminat terhadap materi pelajaran, sehingga akan mengalami kesulitan dalam memusatkan tenaga dan pikirannya. Sebaliknya siswa yang berperasaan senang dan berminat, ia akan lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar. Namun demikian, suatu waktu dapat saja timbul gangguan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Gangguan terhadap konsentrasi belajar disebut juga pembuyaran konsentrasi. Pembuyaran konsentasi berasal dari dalam dan luar diri siswa. Pembuyaran konsentrasi yang berasal dari dalam diri siswa adalah memiliki masalah dengan keluarga dan

teman. Pembuyaran konsentrasi yang berasal dari luar diri siswa adalah suara bising, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.

3) Fungsi afetif

Fungsi afektif terdiri dari perasaan, sikap, dan minat. a) Perasaan

Perasaan yang dimaksud di sini adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan berarti perasaan yang muncul pada saat tertentu. Perasaan momentan dapat berubah menjadi perasaan yang

lebih lama atau dikenal dengan istilah “Mood”. Perasaan ini

merupakan kelanjutan dari reaksi perasaan yang baru saja terjadi atau telah terjadi beberapa kali yang membuat alam perasaan masih tetap terpengaruh, sehingga menimbulkan reaksi perasaan tertentu. Misalnya seorang merasa terkejut karena di tempat dia berada, petir menyambar dengan hebatnya, disusul dengan suara ledakan yang keras. Setengah jam kemudian, hujan lebat yang berpetir telah reda. Perasaan momentan pun telah berlalu, tetapi orang tersebut masih merasa tidak tentram, seolah-olah perasaan terkejut masih mengganggu dalam hatinya. Perasaan intensional berarti reaksi suatu perasaan yang muncul pada sesuatu; seseorang; situasi tertentu. Misalnya seorang guru yang memarahi siswa di dalam kelas, siswa yang dimarahi tersebut akan takut; tetapi beberapa waktu kemudian, perasaan takut yang dialami oleh siswa

menghilang ketika guru menceritakan suatu lelucon yang membuat siswa gembira.

Perasaan momentan dan intensional akan menciptakan suasana yang menyenangkan, jika berulangkali perasaan tersebut mengandung penilaian yang positif. Perasaan menyenangkan yang dibawa oleh siswa akan menjadi sumber energi dalam belajar. Sebaliknya perasaan momentan dan intensional jika mendapatkan penilaian yang negatif akan menciptakan suasana yang tidak menyenangkan. Siswa yang berulangkali memiliki perasaan momentan dan intensional negatif akan mudah kehilangan semangat belajar sehingga akan mengalami kesulitan belajar. b) Sikap

Menurut Syah (2008: 149) sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek tertentu, baik secara positif maupun negatif. Siswa yang memiliki pandangan positif terhadap belajarnya, bidang studi tertentu, akan memandang hal tersebut penting dan berharga bagi dirinya. Contohnya mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran, tidak mengobrol di dalam kelas, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebaliknya siswa yang memandang semua itu tidak penting, akan memiliki sikap yang negatif. Contohnya

mengobrol di dalam kelas, tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidur di dalam kelas, dan lain sebagainya. c) Minat

Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap terhadap suatu bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi yang sedang dipelajarinya. Minat belajar yang tinggi cenderung menghasilkaan prestasi yang baik, sebaliknya minat belajar yang rendah akan menghasilkan prestasi belajar yang buruk (Dalyono, 2010: 57). Minat dan perasaan terdapat hubungan yang saling berkaitan. Seorang yang memiliki minat yang besar untuk belajar cenderung memiliki perasaan senang dan akan mengikuti pelajaran dengan sebaik- baiknya. Namun jika seorang tidak memiliki minat terhadap pelajaran, ia cenderung akan tidak menyukai pelajaran tersebut, dan pada akhirnya mengalami kesulitan dalam belajar. Misalnya, seorang yang memiliki minat yang besar terhadap suatu pelajaran matematika, ia akan memiliki perasaan yang senang untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan bidang studi matematika, sebaliknya seorang anak yang memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran matematika, ia akan memiliki perasaan takut terhadap pelajaran matematika.

4) Fungsi motorik

Kemampuan motorik siswa sangat penting dalam melaksanakan aktivitas belajar. Kemampuan motorik yang dimiliki oleh siswa akan memudahkan siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud antara lain kecepatan menulis, kecepatan berbicara dan artikulasi kata-kata, menggunakan peralatan belajar, kecepatan menggambar, kecepatan dalam bidang olah raga, dan lain sebagainya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan motorik yang baik akan mengalami kesulitan dalam belajarnya, seperti sulit untuk menulis dengan baik dan cepat, sulit untuk menggambar atau mempergunakan peralatan belajar seperti penggaris, busur, jangka, dan lain sebagainya. b. Pribadi guru

Guru memiliki peranan penting dalam keseluruhan proses belajar- mengajar di dalam kelas. Seorang guru harus memiliki karakteristik pribadi yang baik agar siswa merasa yakin dan puas ketika mengikuti proses belajar. Proses untuk memiliki karakteristik pribadi yang baik mengundang tantangan, karena di satu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan, dan menciptakan suasana aman; di lain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai. Tantangan inilah membuat guru harus memiliki hal-hal yang

berkenaan dengan pribadi guru. Hal-hal yang berkenaan dengan pribadi guru yaitu:

1) Kepribadian guru

Sebagian orang dapat terlihat ciri khas kepribadiannya melalui cara dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini juga berlaku dalam pekerjaan seorang guru, yang mendidik generasi muda di sekolah. Hal-hal yang mencakup kepribadian guru yang baik yaitu:

a) Penghayatan nilai-nilai kehidupan

Guru yang baik selalu berpegang teguh terhadap nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang dipegang oleh guru akan nampak ketika guru tersebut berbicara dan bertingkah laku di depan kelas. Misalnya tanggung jawab dalam bertindak, kebanggaan atas jerih payah sendiri, kerelaan membantu sesama dan pengorbanan diri, penghargaan terhadap jenis kelamin sendiri serta lawan jenis, dan lain sebagainya. Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik, memiliki pandangan tertentu yang sesuai dengan sistem nilai hidup yang dipegang sebagai pedoman hidup. Pandangan tersebut yaitu mengenai baik tidaknya keteraturan hidup, kejujuran, pembauran, kekayaan, kompetensi atau persaingan, kebebasan berbicara atau mengemukakan pendapat, dan lain sebagainya. Guru yang tidak memiliki pegangan nilai hidup akan cenderung bersikap kurang bertanggung jawab, tidak berintegritas, dan lain sebagainya. Kecenderungan-kecenderungan

sikap guru yang tidak memiliki nilai-nilai hidup akan mempengaruhi proses belajar-mengajar, dan pada akhirnya akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar.

b) Motivasi kerja

Guru yang baik pasti memiliki cita-cita yang hendak dicapai. Salah satu cita-cita guru adalah menyumbangkan keahliannya demi perkembangan siswa. Cita-cita ini menjadikan guru memandang pekerjaannya sebagai sumber kepuasaan pribadi yang di dalamnya terdapat berbagai tantangan. Contoh tantangan yang akan dihadapi guru yaitu, guru harus rela untuk mengorbankan waktu dan tenaga lebih banyak dari pada yang dituntut secara formal. Selain itu guru harus berusaha meningkatkan keprofesionalitasnya tanpa harus diminta mengikuti penataran. Jadi seorang guru yang memiliki motivasi kerja yang baik akan mendedikasikan dirinya demi pendidikan, dengan berusaha semaksimal mungkin merelakan waktu dan tenaga yang dimilikinya untuk pendidikan.

c) Sifat dan sikap

Sifat dan sikap yang dimiliki oleh guru ikut berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar. Sifat guru yang sabar, ramah, dan memiliki rasa humor membuat siswa merasa nyaman ketika mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Rasa nyaman yang timbul dari dalam diri siswa, menjadikan siswa dapat dengan

mudah berkonsentrasi dan memahami penjelasan yang diberikan oleh guru. Namun jika seorang guru memiliki sifat yang negatif seperti pemarah/mudah marah, senang mengejek siswa, dan sombong membuat siswa merasa tertekan dan takut. Perasaan tertekan dan taut yang dimiliki oleh siswa akan membuat siswa sulit untuk berkonsentrasi ketika belajar, sehingga pada akhirnya siswa akan mengalami kesulitan belajar.

Ciri kepribadian guru yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar siswa selain sifat adalah sikap. Sikap guru yang positif seperti tegas, adil, tanggungjawab, dan demokratis

Dokumen terkait