• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL CETAK BAHAN AJAR KODEFIKASI TERKAIT CIDERA, KERACUNAN DAN FAKTOR EKSTERNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL CETAK BAHAN AJAR KODEFIKASI TERKAIT CIDERA, KERACUNAN DAN FAKTOR EKSTERNAL"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODUL CETAK BAHAN AJAR

KODEFIKASI TERKAIT CIDERA, KERACUNAN DAN FAKTOR EKSTERNAL

TIM PENYUSUN dr. Martinus, Mmeded

PROGRAM STUDI D-III PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TAHUN 2020/2021

Program studi D-III Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

(2)

ii

VISI DAN MISI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)

VISI

Menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan karakter kewirausahaan sehingga mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di tingkat nasional pada tahun 2024

MISI

1. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif sesuai Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan KKNI, terintegrasi dengan hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat terkini untuk menghasilkan lulusan sesuai profil yang diharapkan

2. Melaksanakan penelitian ilmiah dan dipublikasikan secara nasional dan internasional.

3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan mengacu pada hasil penelitian.

4. Membangun kerjasama produktif dengan berbagai institusi pendidikan dan industri di Kota Medan, Sumatera Utara dan provinsi lainnya dalam pelaksanaan praktek, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat

(3)

iii

VISI DAN MISI

PRODI D-III PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

VISI

Menjadi prodi yang unggul dalam bidang manajemen rekam medis dan informasikesehatan (RMIK) berbasis teknologi infomasi yang mengedepankan karakter kewirausahaan sehingga mampu bersaing di tingkat nasional pada tahun 2024

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan RMIK berbasis teknologi informasi sesuai dengan standar nasional dan kompentensi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi RMIK melalui penelitian ilmiah yang dapat memberikan solusi dalam pelayanan rekam medik di insitusi pelayanan kesehatan.

3. Memanfaatkan ilmu RMIK melalui pelaksanaan pengabdian masyarakat untuk menjawab tantangan persoalan di berbagai insitusi pelayanan kesehatan.

4. Memperkuat peran sebagai penyelenggara pendidikan tinggi RMIK melalui kerja sama dengan asosiasi profesi, lembaga pendidikan dan institusi lainnya di dalam negeri.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan anugerah-Nya Sehingga Penulis Dan Tim Dapat Menyelesaikan Penyusunan Modul Cetak Bahan AjarKodefikasi Terkait Cedera, Keracunan DanFaktor Eksternaldengan baik. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan ajar yang diperuntukkan kepada mahasiswa program studi D-III Perekam dan Infokes UIM khususnya pada semester V. Dengan adanya modul ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi-materi Kodefikasi Terkait Sistem Genitorinari Dan Reproduksi.

Modul Bahan AjarKodefikasi Morbiditas dan Mortalitasini disusun oleh tim Dosen Perekam daan infokes Universitas Imelda Medan (UIM) berdasarkan pada Kurikulum D-III Perekam dan infokes, dengan memperhatikan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK). Melalui pembelajaran pada modul ini diharapkan mahasiswa dapat mencapai CPMK yang telah ditentukan. Materi di dalam buku ini berisi bahan kajian yang dibutuhkan sesuai CPMK dan kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa sebagai salah satu referensiKodefikasi Morbiditas dan Mortalitasbagi Mahasiswa Perekam Medik terutama dalam memberikan Kode penyakit terkait diagnosa dan tindakan. Selain itu, modul ini juga memuat latihan atau tugas mahasiswa yaitu tugas terstruktur dan kegiatan mandiri dengan petunjuk yang spesifik sehingga memudahkan mahasiswa belajar dengan metode Student Centered Learning (SCL).

Penulis dan tim Keperawatan telah berusaha dalam menyusun modul ini sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan mahasiswa dengan sebaik mungkin.

Namun, penulis dan tim menyadari bahwa modul ini mungkin masih memiliki kekurangan. Sehingga penulis dan tim mengharapkan adanya saran atau masukan positif agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyempurnakan modul bahan ajar ini. Akhirnya, penulis dan tim berharap modul ini dapat digunakan oleh mahasiswa dengan baik dan aktif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam memberikan kode penyakit berdasarkan ICD-9 dan ICD-10

Medan, Agustus 2020

(5)

v

Tim Pengajar DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

VISI DAN MISI UIM ... i

VISI DAN MISI PRODI D3 RMIK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

GLOSARIUM ... ix

BAB I : STRUKTUR DAN ANATOMI TUBUH MANUSIA BERDASARKAN REGIO TUBUH MANUSIA PENDAHULUAN ……….. ... 1

Penghantar Pendahuluan ……….. ... 1

Prasyarat ……….. ... 1

Deskripsi Materi ……….. ... 2

Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… ... 2

Struktur dan Anatomi Tubuh Manusia Berdasarkan Regio Butuh Manusia ……… ... 3

Rangkuman ……….. ... 14

Tugas ………. ... 14

Tugas Terstruktur ……….. ... 15

Tugas Mandiri ………. ... 16

Daftar Pustaka BAB II: GANGGUAN FUNGSI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG TERKAIT MELIPUTI KASUS CEDERA, KERACUNAN, KOMPLIKASI TRAUMA, SEQUELE DAN KOMPLIKASI TINDAKAN BEDAH. PENDAHULUAN ……… ... A. Penghantar Pendahuluan ……….. ... 26

B. Prasyarat ……….. ... 26

(6)

vi

C. Deskripsi Materi ……….. ... 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… ... 28

E. Gangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh Manusia beserta istilah medis Dan tindakan yang terkait meliputi kasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequela dan komplikasi tindakan bedah. Rangkuman ... Tugas ... 1. Tugas Terstruktur ……… 2. Kegiatan Mandiri ……… BAB III: TERMINOLOGI MEDIS; KONSEP DASAR PEMBENTUKAN ISTILAH MEDIS PADA KASUS CEDERA, KOMPLIKASI TRAUMA, SEQUELE DN KOMPLIKASI TINDAKAN BEDAH PENDAHULUAN……….. A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Terminologi Medis; Konsep Dasar Pembentukan Istilah Medis Pada Kasus Cedera, Keracunan, Komplikasi Trauma, Squele Dan Komplikasi Tindakan Bedah

Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ……….

2. Kegiatan Mandiri ………..

BAB IV: ATURAN DAN TATACARA KODIFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA KASUS CEDERA, KERACUNAN,

KOMPLIKASI TRAUMA, SEQUELE DAN KOMPLIKASI TINDAKAN BEDAH … 26

PENDAHULUAN………..

(7)

vii

A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28

Aturan Dan Tatacara Kodifikasi Penyakit Dan Tindakan Pada Kasus Cedera \, Keracunanan,, Komplikasi Trauma, Sequele dan Komlikasi Tindakan Bedah Rangkuman ... .. Tugas ... .. 1. Tugas Terstruktur ………. 2. Kegiatan Mandiri ………. BAB V: KONSEP DASAR EXTERNAL CAUSE/ PENYEBAB LUAR YANG TIDAK SPESIFIK ... PENDAHULUAN……… 1. Penghantar Pendahuluan ……… 26

2. Prasyarat ……….. 26

3. Deskripsi Materi ……….. 28

4. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Konsep dasar external cause/ penyebab luar yang tidak spesifik Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ………...

2. Kegiatan Mandiri ……….

Daftar Pustaka

BAB VI : GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG TERKAIT MELIPUTI SISTEM FUNGSI DASAR TUBUH, KASUS EXTERNAL CLAUSE/ PENYEBAB LUAR

YANG TIDAK SPESIFIK ...………..

(8)

viii

PENDAHULUAN………

A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28

Gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputi sistem fungsi dasar tubuh, terkait Kasus External Cause/ Penyebab Luar yang Tidak Spesifik Rangkuman ... Tugas ... 1. Tugas Terstruktur ………... 2. Kegiatan Mandiri ………. Daftar Pustaka BAB VII: TERMINOLOGI MEDIS; KONSEP DASAR PEMBENTUKAN ISTILAH MEDIS PADA EXTERNAL CAUSE/ PENYEBAB LUAR YANG TIDAK SPESIFIK PENDAHULUAN……….. A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Terminology Medis Konsep Dasar Pembentukan Istilah Medis

Pada Externa Cause/ Penyebab Luar Yang Tidak Spesifik

Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ………...

2. Kegiatan Mandiri ……….

Daftar Pustaka

BAB VIII: ATURAN DAN TATACARA KODIFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA EXTERNAL CAUSE/ PENYEBAB LUAR

(9)

ix

YANG TIDAK SPESIFIK BERDASARKAN ICD-10 DAN ICD 9 CM

PENDAHULUAN………..

A. Penghantar Pendahuluan ……….. 26

B. Prasyarat ……….. 26

C. Deskripsi Materi ……….. 28

D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan ……… 28 Aturan dan tatacara kodifikasi penyakit dan tindakan pada kasus external

cause/ penyebab luar yang tidak spesifik berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM

Rangkuman ...

Tugas ...

1. Tugas Terstruktur ………...

2. Kegiatan Mandiri ……….

Daftar Pustaka

(10)

x

GLOSARIUM

Abrasion : Luka akibat garukan atau goresan pada permukaan kulit.

lecet, baret, atau tergores ringan, = scraped Blister : Vesikel atau bulla struktur berdinding tipis

pada lapisan bawah kulit (sub epidermal atau intradermal) yang berisi cairan

Contusion : Luka memar; yaitu luka benturan yang tidak menimbulkan goresan, namun umumnya disertai pecahnya pembuluh darah di kulit Bruise : = contusion, Cedera yang menimbulkan

perubahan warna menjadi kehitaman atau kebiruan akibat perdarahan pada kulit, tanpa adanya luka terbuka

Hematoma : adalah Adanya pembengkakan akibat

ekstravasasi dan atau jendalan darah dalam jaringan lunak atau rongga atau organ tubuh akibat pecahnya pembuluh darah.

Insect bite : adalah Gigitan/sengatan serangga yang tak berbisa.18 Digolongkan dalam cedera superfisial karena tidak terdapat lubang/luka terbuka

Animal bite : adalah Luka akibat gigitan hewanTergolong open wound karena terdapat lubang/luka terbuka bekas gigi hewan yang menembus kulit.

Cut : Luka iris atau luka sayat, biasanya akibat benda tajam yang menimbulkan diskontinuitas pada kulit/jaringan dengan tepi luka lebih teratur/rata, dan tidak terlalu dalam.

(11)

1 BAB I

STRUKTUR ANATOMI TUBUH MANUSIA BERDASARKAN REGIO TUBUH MANUSIA

(dr. Ahmad Martinus)

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Bab 1 ini berjudul struktur anatomi tubuh manusia berdasarkan regio tubuh manusia. Anatomi tubuh manusia merupakan bagian yang harus Anda kuasai dalam mata kuliah kodefikasi terkait cidera, keracunan dan faktor eksternal. Salah satu capaian pembelajaran pada program studi D-III Perekam dan Infokes adalah mewujudkan kompetensi sebagai Coder yaitu kemampuan menentukan kode penyakit terkait diagnosa dan tindakan berdasarkan kode etik, mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan mendokumnetasikannya secara tepat. Setelah mempelajaribab ini Anda diharapkan mampu menjelaskan struktur dan anatomi tubuh manusia. Untuk mencapai kompetensi tersebut pokok-pokok materi yang harus anda pelajari meliputi:1. Lokasi anatomi tubuh manusia, 2. Arah dan bidang anatomi, 3. Regio tubuh manusia, 4.Proyeksi organ dalam berdasarkan regio tubuh, 5.Sistem sirkulasi, 6.Sistem saraf regio tubuh manusia

B. Deskripsi Materi

Bab I ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan semester IV dalam memahami materi kuliahKodefikasi Terkait Cidera, Keracunan Dan Faktor Eksternal dengan beban 2 sks teori, dan 5 sks praktik laboratorium (praktik laboratoium akan dibahas khusus di dalam modul praktikum).

Sebagai bab awal di dalam modul ini, membahas tentang struktur anatomi tubuh manusia berdasarkan regio tubuh manusia, lokasi anatomi tubuh manusia, arah dan bidang anatomi, regio tubuh manusia, proyeksi organ dalam berdasarkan regio tubuh, sistem sirkulasi, sistem saraf regio tubuh manusia.Pada bab I ada 1 topik yang akan dibahas dimana nantinya akan menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan dengan bab selanjutnya.

(12)

2

C. Kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan

Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi tubuh manusia berdasarkan regio tubuh manusia (C2)

D. Uraian Materi

I. Struktur anatomi tubuh manusia berdasarkan regio tubuh manusia

(13)

3

I. Struktur anatomi tubuh manusia berdasarkan regio tubuh manusia 1. Lokasi Anatomi

Bidang anatomi:bidang yang melalui tubuh dalam posisi anatomi

• Bidang median adalah bidang yang membagi tepat tubuh menjadi bagian kanan dan kiri

• Bidang sagital adalah bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian dari titik tertentu (tidak membagi tepat dua bagian). Bidang ini sejajar dengan bidang median

• Bidang horizontal adalah bidang yang terletak melintang melalui tubuh (bidang X-Y). Bidang ini membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

• Bidang koronal adalah bidang vertikal yang melalui tubuh, letaknya tegak lurus terhadap bidang median atau sagital.

2. Arah dan Bidang Anatomi

• Superior (atas) atau kranial: lebih dekat pada kepala.

Contoh: Mulut terletak superior terhadap dagu.

• Inferior (bawah) atau kaudal: lebih dekat pada kaki.

Contoh: Pusar terletak inferior terhadap payudara.

• Anterior (depan): lebih dekat ke depan.

Contoh: Lambung terletak anterior terhadap limpa.

• Posterior (belakang): lebih dekat ke belakang.

Contoh: Jantung terletak posterior terhadap tulang rusuk.

• Superfisial: lebih dekat ke/di permukaan.

Contoh: Otot kaki terletak superfisial dari tulangnya.

• Profunda: lebih jauh dari permukaan.

Contoh: Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot lengan bawah.

• Medial (dalam): lebih dekat ke bidang median.

Contoh: Jari manis terletak medial terhadap jari jempol.

• Lateral (luar): menjauhi bidang median.

Contoh: Telinga terletak lateral terhadap mata.

(14)

4

• Proksimal (atas): lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal.

Contoh: Siku terletak proksimal terhadap telapak tangan.

• Distal (bawah): lebih jauh dari batang tubuh atau pangkal.

Contoh: Pergelangan tangan terletak distal terhadap siku.

3. Regio Tubuh Manusia

a. Regio anatomi (ATLAS)

• Regio Kepala

• Regio leher

• Regio Dada

• Regio Perut

• Regio Pelvis

• Regio Ekstremitas atas

• Regio Ekstremitas bawah

(15)

5 Rangkuman

Bidang anatomi:bidang yang melalui tubuh dalam posisi anatomi: bidang median, bidang sagital,bidang horizontal,bidang koronal.

Arah dan bidang anatomi: superior (atas) atau kranial, inferior (bawah) atau kaudal, anterior, posterior (belakang), superfisial, profunda, medial (dalam), lateral (luar), proksimal (atas), distal (bawah).

Tugas:

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Baca dan cermati tugas dibawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok

• Dikumpulkan palinglama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan

• Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain

• Dosen membagi mahasiswa menjadi 4 kelompok, dan memberikan soal-soal tentang Anatomi Regional Tubuh manusia dengan topik:

a. Kelompok 1 : Regio kepala dan leher, berikan gambar dan uraian bagian-bagian mencakup sistem skeletal, sistem sirkulasi dan sistem saraf.

b. Kelompok 2 : Regio dada dan regional abdomen dan panggul berikan gambar dan uraian bagian-bagian mencakup sistem skeletal, sistem sirkulasi dan sistem saraf.

c. Kelompok 3 : Regio ekstremitas atas berikan gambar dan uraian bagian- bagian mencakup sistem skeletal, sistem sirkulasi dan sistem saraf.

d. Kelompok 4 : Regio ekstremitas atas berikan gambar dan uraian bagian- bagian mencakup sistem skeletal, sistem sirkulasi dan sistem saraf.

• Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB 1

TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI

(16)

6 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

PEMBAHASAN BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

2. Kegiatan Mandiri

Petunjuk :Membuat gambar anatomi tubuh manusia berdasarkan regio tubuh manusia(Regio ekstremitas atas , Regio kepala dan leherRegio anatomi tubuh tampak depan) dan beri keterangan gambar.

(17)

7

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta

2. Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

3. Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11.

Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

4. O’Callaghan, Chris. 2012. At Glance Sistem Ginjal, edisi 2. Penerbit Erlangga : Jakarta

5. Pramono, B. B. 2011. Dasar-Dasar Urologi, edisi 3. Sagung Seto: Jakart

(18)

8 BAB II

GANGGUAN FUNGSI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG

TERKAIT MELIPUTIKASUS CEDERA, KERACUNAN, KOMPLIKASI TRAUMA, SEQUELEDAN KOMPLIKASI

TINDAKAN BEDAH (dr. Ahmad Martinus)

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Bab 2 ini berjudulmenentukan gangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputikasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequeldan komplikasi tindakan bedah. Menentukangangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan merupakan bagian yang harus anda kuasai dalam matakuliah Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Masalah Terkait Tindakan dan merupakan salah satu capaian pembelajaran pada program studi D- III Perekam dan Infokes adalah mewujudkan kompetensi sebagai Coder yaitu kemampuan menentukan kode penyakit terkait diagnosa dan tindakan berdasarkan kode etik, mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan mendokumentasikannya secara tepat. Setelah mempelajar bab ini Anda diharapkan mampu menentukan gangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia.Untuk mencapai kompetensi tersebut pokok-pokok materi yang harus anda pelajari meliputi gangguan fungsi patofisiologi berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh.

B. Deskripsi Materi

Secara khusus setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentangmenentukan gangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputikasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequeldan komplikasi tindakan bedah.

(19)

9

C. Kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan

Tujuan akhir yang diharapkan pada bab 2 ini adalah menentukan gangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputikasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequeldan komplikasi tindakan bedah. (C2).

D. Uraian Materi

I. Gangguan fungsi Patofisiologi Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh.

(20)

10

I. Gangguan fungsi Patofisiologi Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh

• Cedera kepalaadalah kondisi dimana struktur kepala mengalami benturan dari luar dan berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak.

• cedera leher,Whiplash adalah cedera leher yang terjadi akibat gerakan bolak-balik pada kepala atau leher, yang terjadi tiba-tiba dan disertai dorongan yang kuat.

• cedera dada, Trauma thorax adalah cedera yang biasanya terjadi akibat hantaman benda tumpul ke dada.

• cedera bahu dan lengan atas, Cedera bahu umumnya diperoleh saat jatuh, mendapat pukulan atau tekanan di bahu atau lengan atas, dan bisa juga disebabkan ketika melakukan gerakan memutar atau membungkuk sehingga menyebabkan perlepasan sambungan bahu.

• cedera siku tangan, Dislokasi siku adalah cedera sendi ketika tulang lengan bawah berubah posisi terhadap tulang lengan atas akibat trauma.

• cedera pergelangan tangan, cedera pergelangan tangan adalah rasa sakit pada pergelangan tangan yang bisa disebabkan oleh cedera atau penyakit tertentu.

• cedera tungkai atas, Patah kaki dan tungkai adalah kondisi di mana tulang pada kaki dan tungkai mengalami patah atau retak.

• cedera lutut, Cedera ligamen lutut anterior atau cedera ACL (anterior cruciate ligament) adalah kerusakan atau robekan pada ligamen lutut anterior. Ligamen lutut anterior merupakan ligamen yang menghubungkan tulang paha bagian bawah dengan tulang kering untuk menjaga kestabilan lutut.

• cedera tumit dan kaki, cedera tumit atau tumit sakit sering kali disebabkan oleh plantar fasciitis. Plantar fasciitis adalah peradangan pada jaringan penghubung antar tulang (ligamen) di telapak kaki, tepatnya di antara tumit dan lengkungan kaki.

• cedera pada regio tidak spesifik,

• cedera pada kulit (luka luar dan luka terbuka),

• cedera pada otot/ tendon & ligamen,

• cedera pada pembuluh darah dan saraf,

(21)

11

• Fraktur (cedera tulang), Fraktur/Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan/tulang rawan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi akibat trauma langsung dan trauma tidak langsung.

• Dislokasi (cedera pada sendi). Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi normalnya pada sendi.

(22)

12 Rangkuman

Gangguan fungsi patofisiologi berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh terdiri dari:cedera kepala,cedera leher,cedera dada,cedera bahu dan lengan atas,cedera siku tangan,cedera pergelangan tangan, cedera tungkai atas, cedera lutut, cedera tumit dan kaki, cedera pada regio tidak spesifik,cedera pada kulit (luka luar dan luka terbuka), cedera pada otot/ tendon &

ligamen,cedera pada pembuluh darah dan saraf,fraktur (cedera tulang), dislokasi (cedera pada sendi).

Tugas:

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa

• Masing-masing kelompok menjawab soal- tentang gangguan fungsi Patofisiologi Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh

1. Luka superfisial dan Luka terbuka pada tubuh

2. Faktur (terbuka dan tertutup) dan Dislokasi (luksasi dan subluksasi) 3. Cedera otot, tendon dan ligamentum

4. Cedera saraf dan pembuluh darah pada tubuh

• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB 1

TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI PENDAHULUAN

3. Latar Belakang 4. Tujuan

BAB II

(23)

13 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

PEMBAHASAN BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA.

2. Kegiatan Mandiri

Petunjuk: Membuat 1 buah diagram patofisiologi terjadinya 1 kasus penyakit / kelainan pada cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequele dan komplikasi tindakan bedah (dikumpulkan via SPADA paling lambat selasa depan)

(24)

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Juanita J. Davis. 2016. Ilustrated Guide to Medical Terminology, Secod Edition. Boston, USA: Cengage Learning. Marie A. Moisio and EMER w.

2. Moisio. 2014. Medical Terminology a Strudent Centered Approach. Boston.

USA Cengage Learning.. Medical Terminology Practice, 2014. California.

3. World Health Organization (WHO),ICD-10, Volume 1: Tabular List , Geneva, 2010.

4. World Health Organization (WHO), ICD-10, Volume 2: Instruction Manual, Geneva, 2010.

5. World Health Organization (WHO), ICD-10, Volume 3: Alphabetical Index, Geneva, 2010

(25)

15 BAB III

TERMINOLOGI MEDIS PADA KASUS CEDERA, KERACUNAN, KOMPLIKASI TRAUMA, SEQUELE

DAN KOMPLIKASI TINDAKAN BEDAH (dr.Ahmad )

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Mahasiswa Diploma III Perekam Medis dan Infokes yang berbahagia, selamat Anda telah memasuki Bab III tentang terminologi medis pada kasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequele dan komplikasi tindakan bedah.

Pada bab ini Anda akan mempelajari materi dasar tentang terminologi medis dan prosedur berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio.

Andaakandapatmenilaisendiritingkatpenguasaanataupemahamanterhadap materi pembelajaranyang disajikandalambab ini. Denganmengerjakansemua soaltugasjugaakan dapat membantu Anda mengetahui bagian-bagian mana dari materipembalajaran yang disajikan didalam bab yangmasihbelumsepenuhnya

dipahami. Apabilasemuatesformatif

disetiapTopiksudahselesaiAndakerjakan,periksalah jawabanAnda dengan menggunakankunciJawabanyang disediakan padabagianakhir dari babiniuntukmengetahuitingkatpenguasaanAnda

terhadapmaterisetiapTopik.Satuhalyangpentingadalahmembuatcatatan tentangmateripembalajaranyangsulit Anda pahami.

B. Deskripsi Materi

Bab IV ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan semester IV dalam memahami materi kuliah secara khusus setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentang: Terminologi Medis dan Prosedur Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio

(26)

16

C. Kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan

Tujuan akhir yang diharapkan pada bab-3 ini adalah mampu mengklasifikasikanTerminologi Medis dan Prosedur Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio

D. Uraian Materi

I. Terminologi Medis dan Prosedur Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio

(27)

17

I. Terminologi Medis dan Prosedur Berbagai Cedera Pada Tubuh manusia berdasarkan regio

No Istilah/Terminologi No Istilah/Terminologi

A. Cedera Superfisial (Superficial injury)

1. Abrasion Luka akibat garukan atau goresan pada permukaan kulit.

lecet, baret, atau tergores ringan, = scraped

2. Blister Vesikel atau bulla

Struktur berdinding tipis pada lapisan bawah kulit (sub epidermal atau intradermal) yang berisi cairan 3. Contusion Luka memar; yaitu luka benturan yang tidak menimbulkan goresan, namun umumnya disertai pecahnya pembuluh darah di kulit

4. Bruise = contusion, Cedera yang

menimbulkan perubahan warna menjadi kehitaman atau kebiruan akibat perdarahan pada kulit, tanpa adanya luka terbuka

5. Hematoma Adanya pembengkakan akibat

ekstravasasi dan atau jendalan darah dalam jaringan lunak atau rongga atau organ tubuh akibat pecahnya pembuluh darah.

6. Insect bite Gigitan/sengatan serangga yang tak berbisa.18 Digolongkan dalam cedera superfisial karena tidak

(28)

18

terdapat lubang/luka terbuka3

B. Open Wound, meliputi:

1. Animal bite Luka akibat gigitan

hewanTergolong open wound karena terdapat lubang/luka terbuka bekas gigi hewan yang menembus kulit.

2. Cut Luka iris atau luka sayat, biasanya

akibat benda tajam yang menimbulkan diskontinuitas pada kulit/jaringan dengan tepi luka lebih teratur/rata, dan tidak terlalu dalam.

3. Laceration Luka yang menimbulkan hilangnya

sebagian jaringan lunak, yang tepinya tidak teratur

Termasuk luka cabik, atau robek

4. Puncture wound Luka tusuk; luka yang disertai penetrasi ke dalam jaringan lunak, menimbulkan luka terbuka pada kedalaman tertentu. Luka terbuka dengan diameter kecil tapi dalam18

5. With penetrating/left foreign body Luka tusuk dapat tanpa atau disertai adanya benda asing yang menembus dan tertinggal dalam luka

6. Fraktur Cedera pada tulang yang

menyebabkan diskontinuitas pada tulang

(29)

19 C. Closed Fracture meliputi:

1. Comminuted Fraktur akibat terpelintir

(splintered) atau remuk (crushed) dan yang terpecah menjadi beberapa bagian yang kecil-kecil (fragments or particles)

2. Depressed Ini jenis fraktur yang umumnya

terjadi pada tulang tengkorak (skull) Merupakan fraktur di mana bagian tulang yang fraktur (fragment) melesak ke arah dalam.

3. Elevated Ini juga jenis fraktur yang

umumnya terjadi pada tulang tengkorak (skull).

Sebaliknya dari depressed fracture, elevated merupakan fraktur di mana bagian tulang yang fraktur (fragment) nya justru menonjol keluar

4. Fissured Jenis fraktur yang terjadi akibat adanya retakan (celah) yang masuk ke dalam tulang tetapi tidak sampai menembus tulang dan tidak sampai terjadi patah

5. Greenstick Fraktur dimana satu sisi

tulangmengalami patah namun di sisi lain melengkung/membengkok.

(lihat gambar 7.16) Fraktur jenis ini umumnya terjadi pada anak- anak. 19

(30)

20

6. Impacted Fraktur di mana salah satu satu fragment mendesak bagian yang lain

7. Linear Fraktur yang sejalan dengan aksis

tulang panjangnya tanpa menimbulkan diskontinuitas.

8. March Adalah fraktur yang diakibatkan

oleh kelelahan atau tekanan yang terus menerus (berbaris/berjalan), umumnya terjadi pada tulang metatarsal 2 dan 3. Banyak diderita oleh para tentara yang harus berbaris dan bahkan dokter yang tugasnya membutuhkan banyak berdiri atau berjalan

9. Simple Sinonimnya: closed fracture1

10. Slipped Fraktur akibat bergesernya

metaphysis pada tulang

11. Fraktur Epiphysis: Spiral Adalah fraktur komplit pada tulang panjang yang diakibatkan oleh beban (kekuatan) rotasional terhadap tulang (terpuntir), umumnya akibat trauma berkekuatan tinggi dan terjadi pergeseran (displacement). Garis frakturnya berbentuk spiral.

12. • Dislokasi

• Displaced

Adalah keadaan fraktur yang disertai pergeseran fragment fraktur dari posisi semula (displaced). Biasanya terjadi jika

(31)

21

fraktur mengenai bagian tulang yang dekat persendian.

13. Open Fracture Adalah suatu fraktur yang

menembus atau berhubungan dengan jaringan lunak didekat atau di atas lokasi patahnya tulang.

Disebut juga compound fracture.

Ada 3 tipe Open Fracture : Tipe I, adalah fraktur dimana fragment tulang yang patah menembus kulit dan jaringan lunak sehingga menimbulkan luka terbuka. Tipe II, adalah suatu fraktur akibat cedera, disertai luka terbuka pada jaringan lunak diatasnya, sehingga menyebabkan bagian tulang terlihat (bone exposed). Tipe III, pada lokasi fraktur terjadi luka terbuka yang cukup luas dengan hilangnya sebagian jaringan lunak dan mungkin vaskularisasinya.

Contohnya pada shearing atau degloving fracture.

D. Open Fracture meliputi:

1. Compound = Open fracture

2. Infected Fraktur yang terinfeksi agen

mikroba akibat adanya luka terbuka yang menyertainya.

3. Missile Fraktur yang disebabkan oleh

masuknya proyektil dari peluru senapan atau pecahan peluru

(32)

22

meriam

4. Puncture Fraktur yang terjadi akibat

proyektil atau peluru yang menembus tulang, sehingga meninggalkan lubang yang kecil namun dalam

5. With penetrating/left foreign body Fracture bentuk puncture dapat tanpa atau disertai adanya benda asing yang menembus dan tertinggal dalam luka

(33)

23 Rangkuman

Terminologi medis dan prosedur berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan region meliputi: cedera superfisial (superficial injury), open wound,closed fracture, open fracture.

Tugas:

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa

• Masing-masing kelompok membahas soal-soal tentang terminology berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio:

1. Istilah medis dan prosedur medis terkait kelainan berbagai cedera pada bab kodefikasi S10 – T14

2. Istilah medis dan prosedur medis terkait kelainan benda asing, luka bakar dan keracunan

3. Istilah medis dan prosedur medis terkait kelainan komplikasi dan sequele gejala sisa

• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB I

SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

(34)

24 PEMBAHASAN

BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

2. Kegiatan Mandiri

Petunjuk :Membuat daftar istilah / terminologi medis terkait diagnosis dan prosedur medis pada kasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequele dan komplikasi tindakan bedah(dikumpul-kan via SPADA paling lambat Sabtu depan.

(35)

25

DAFTAR PUSTAKA

Juanita J. Davis. 2016. Ilustrated Guide to Medical Terminology, Secod Edition. Boston, USA: Cengage Learning. Marie A. Moisio and EMER .

Moisio. 2014. Medical Terminology a Strudent Centered Approach. Boston.

USA Cengage Learning. Medical Terminology Practice, 2014.

California. International Classification of Diseases -9 Clinical Modification, version 2007, WHO

Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta

Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC Price

Sylvia Anderson, PhD, RN, Wilson Lorraine, PhD, RN, 2002, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology clinical concept of disease processes),EGC: Jakarta.

(36)

26 BAB IV

ATURAN DAN TATACARA KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA KASUS CEDERA, KERACUNAN, KOMPLIKASI TRAUMA,

SEQUELE DAN KOMPLIKASI TINDAKAN BEDAH BERDASARKAN BUKU ICD 10 DAN ICD 9 CM.

(Giyatno) PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Pada bab ini berjudulmenentukan aturan dan tatacara kodefikasi penyakit dan tindakan pada kasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequele dan komplikasi tindakan bedah berdasarkan buku ICD 10 dan ICD 9 CM yaitubagianyangharusAndakuasai dalamMataKuliahKodefikasi Terkait Cidera,

Keracunan danFaktor Eksternal.Salahsatucapaian

pembelajaranpadaProgramStudiD-III Perekam dan Infokes adalahmewujudkankompetensi sebagai Coderyaitukemampuan menentukan kode penyakit terkait dignosa dan tindakan berdasarkankodeetik, mampuberdaptasidenganberbagaisituasidanmendokumentasikannyasecaratepat.Se telah mempelajari BAB ini Andadiharapkan dapatmemahamibagaimana melakukan cara pengkodingan dengan baik dan benar sesuai dengan aturan terminologi untuk melakukan kodefikasi penyakit dan tindakan berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM. Koding klinis atau koding medis adalah suatu kegiatan yang mentransformasikan diagnosis penyakit, prosedur medis dan masalah kesehatan lainnya dari kata-kata menjadi suatu bentuk kode, baik numerik atau alfanumerik, untuk memudahkanpenyimpanan,retrieval dan analisis data.

Koding merupakan suatu proses yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan tentang aturan koding sesuaiperangkat yang digunakan, anatomi, patofisiologi, persyaratan dokumentasi kinis, kebijakan dan regulasi serta standar.

Kompleksitas ini menimbulkan situasi yang menantang bagi para koder profesional dalam melakukan telaah semua fakta dalam dokumen secara hati-hati agar dapat menentukan kode dengan etis dan tepat. Koder profesional harus memiliki pemahaman yang jernih tentang sumber terpercaya untuk kaidah koding yang digunakan. Tata cara penetapan kode ditentukan oleh perangkat koding yang

(37)

27

digunakan. Di Indonesia, khususnya untuk kepentingan reimbursement digunakan ICD-10 versi th. 2010 untuk kode diagnosis penyakit sedangkan untuk koding prosedur medis menggunakan ICD-9-CM versi th 2010 (Permenkes No.76 th 2016).

B. Deskripsi Materi

Bab IV ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan semester IV dalam memahami materi kuliah secara khusus setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentang: pengertian, fungsi dan tujuan icd, dan aturan dan tatacara kodifikasi penyakit dan tindakan akibat cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio klasifikasi dan kodefikasi penyakit, serta tindakan akibatcedera berdasarkan icd 10 dan icd-9 cm

C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan

Tujuan akhir yang diharapkan dalam BAB ini adalah : Mahasiswa mampu menentukan Aturan dan tatacara kodefikasi penyakit dan tindakan pada kasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequele dan komplikasi tindakan bedah.

D. Uraian Materi

I. Pengertian, Fungsi dan tujuan ICD

II. Aturan dan tatacara kodifikasi penyakit dan tindakan akibat cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, serta tindakan akibatcedera berdasarkan ICD 10 dan ICD-9 CM

(38)

28 I. Pengertian, Fungsi dan tujuan ICD

International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems atau disingkat ICD adalah suatu sistem klasifikasi penyakit dan beragam jenis tanda-tanda, simptoma, kelainan, komplain dan penyebab eksternal dari suatu penyakit. Setiap kondisi kesehatan diberikan kategori dan kode.

Menurut Hatta (2013:134), fungsi ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas dan mortalitas. Penerapan Pengodean Sistem ICD digunakan untuk : a) Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan b) Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis c) Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan d) Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas e) Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan pelayanan medis f) Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman g) analisis pembiayaan pelayanan kesehatan h) Untuk penelitian epidemiologi dan klinis

Tujuan ICD menurut, Wuryanto, (2004:3) ialah untuk menyeragamkan pencatatan dan pengumpulan data penyakit dan masalah terkait kesehatan agar tercipta informasi statistik morbiditas dan mortalitas yang relevan, akurat, tepat waktu, berhasil guna dan berdaya guna untuk local, nasional dan internasional.

II. Aturan dan tatacara kodifikasi penyakit dan tindakan akibat cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, serta tindakan akibatcedera berdasarkan ICD 10 dan ICD-9 CM

BAB XIX INJURY, POISONING & CERTAIN OTHER CONSEQUENCES OF EXTERNAL CAUSES

Excludes: birth trauma (P10-P15) obstetric trauma (O70-O71)

• Bab terdiri dari blok-2:

(39)

29 S00-S09 Cedera kepala

S10-S19 Cedera leher S20-S29 Cedera dada

S30-S39 Cedera abdomen, pinggang bawah, ruas tulang belakang lumbar dan rongga panggul (pelvis).

S40-S49 Cedera bahu dan lengan atas S50-S59 Cedera siku dan lengan bawah

S60-S69 Cedera pergelangan tangan dan tangan S70-S79 Cedera pinggul dan paha

S80-S89 Cedera lutut dan tungkai bawah S90-S99 Cedera pergelangan tumit dan kaki T00-T07 Cedera regio multiple pada tubuh

T08-T14 Cedera bagian tubuh yang tidak dirinci, tungkai atau regio badan

T15-T19 Efek benda asing yang masuk tubuh melalui lubang/jalan masuk alamiah T20-T32 Luka bakar dan korosif

T33-T35 Cedera beku

T36-T50 Keracunan obat, medicamenta dan substansia biologis T51-T65 Efek racun substanasi yang utama sumbernya nonmedicinal T66-T78 Efek lain dan tidak terinci dari sebab luar

T79 Komplikasi dini tertentu dari trauma.

T80-T88 Komplikasi dari asuhan medis dan tindakan operasi yang NEC

T90-T98 Sequelae (sisa) dari cedera, keracunan dan konsekuensi lain dari sebab luar

BAB ini menggunakan Seksi-S untuk mengkode berbagai tipe cedera, keracunan dan konsekuensi dari sebab luar yang terkait satu regio tubuh, sedangkan Seksi-T untuk meliput cedera multiple atau cedera yang mengena bagian tubuh yang tidak dirinci.

Apabila cedera site multiple dirinci khusus pada judu, maka kata “with”

menunjukkan bahwa gangguan mengena kedua bagian sisi tubuh, sedangkan kata

“and” menunjukkan bahwa gangguan mengena salah satu atau kedua sisi tubuh.

(40)

30

Aturan bagi coding multiple seberapa mungkin harus diikuti.Kombinasi kategori untuk cedera multiple disediakan untuk dimanfaatkan apabila ada keterangan cukup tentang bentuk alamiah kondisi individu, atau untuk keperluan tabulasi primer apabila memang lebih memudahkan untuk merekam kode tunggal (single code); apabila tidak demikian, maka komponen cedera harus dicode secara terpisah.Rujukan ke pedoman di Volume 2 tentangRules Morbidity dan Mortality harus diikuti dengan cermat.

Blok pada Seksi S dan juga T00-T14 dan T90-T98 menampung cedera pada tingkat klasifikasi 3-karakter sesuai tipe sebagai berikut:

CEDERA SUPERFISIAL (SUPERFICIAL INJURY) meliput sebutan:

- abrasion (abrasi, cedera gores)

- blister (nonthermal) (pelepuh, nontermal)

- contusion (cedera bentur) termasuk: bruise (memar) & hematoma (perdarahan di bawah kulit)

- splinter (cedera akibat benda asing) tanpa luka terbuka - gigitan insekta (nonvenous) (tidak beracun)

OPEN WOUND (CEDERA LUKA TERBUKA) Ini meliputi sebutan:

- animal bite (gigitan hewan) - cut (luka potong)

- laseration (luka lecet) - puncture wound (luka tusuk)

FRACTURE (FRAKTUR) - CLOSED

- Open

- DISLOCATION, SPRAIN & STRAIN - CEDERA SARAF & CORDA SPINALIS.

- CEDERA PEMBULUH DARAH.

- CEDERA OTOT DAN TENDON

(41)

31

Effect of Foreign Body entering through Natural Orifice

• Benda asing masuk tubuh bisa melalui:

T15 Foreign body on external eye ( di atas mata) T16 Foreign body in ear (di dalam telinga)

T17 Foreign body in respiratory tract ( di dalam saluran napas) T18 Foreign body in alimentary tract (di dalam saluran pencernaan) T19 Foreign body in genitourinary tract (di dalam saluran kemihkelamin)

(42)

32 Rangkuman

International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems atau disingkat ICD adalah suatu sistem klasifikasi penyakit dan beragam jenis tanda-tanda, simptoma, kelainan, komplain dan penyebab eksternal dari suatu penyakit. Setiap kondisi kesehatan diberikan kategori dan kode.

Menurut Hatta (2013:134), fungsi ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas dan mortalitas.

Tugas:

Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa

• Masing-masing mahasiswa menjawab soal-soal tentang Klasifikasi dan kodefikasi akibatcederadan dikaitkan dengan teori.

• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB I

SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

PEMBAHASAN BAB V

(43)

33 KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Tugas 2 : Kegiatan Mandiri

Petunjuk :Membuat glosarium tentang Aturan dan tatacara kodefikasi penyakit dan tindakan pada kasus cedera, keracunan, komplikasi trauma, sequele dan komplikasi tindakan bedah

(44)

34

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO),ICD-10, Volume 1: Tabular List , Geneva, 2010.

World Health Organization (WHO), ICD-10, Volume 2: Instruction Manual, Geneva, 2010.

World Health Organization (WHO), ICD-10, Volume 3: Alphabetical Index, Geneva, 2010

(45)

35 BAB V

KONSEP DASAR EXTERNAL CAUSES/PENYEBAB LUAR YANG TIDAK SPESIFIK

(Giyatno)

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Bab1ini berjudulkonsep dasar external causes/penyebab luar yang tidak

spesifik,dan merupakan bagianyangharusAndakuasai

dalamMataKuliahKodefikasi Terkait Cidera, Keracunan Dan Faktor Eksternal.

SalahSatuCapaian PembelajaranPadaProgramStudiD-III Perekam Dan Infokes adalahmewujudkankompetensi sebagai Coderyaitukemampuan menentukan kode penyakit terkait dignosa dan tindakan berdasarkankodeetik, mampuberdaptasidenganberbagaisituasidanmendokumentasikannyasecaratepat.Se telah mempelajariBabini Andadiharapkan dapatmemahamikonsep dasar external causes/penyebab luar yang tidak spesifik.

A. Deskripsi Materi

Materi yang akan dibahas pada BAB I ini ada 3 topik, yaitu :(1) Pengertian External Cause dan (2) Klasifikasi External Cause

B. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan

Tujuan akhir yang diharapkan dalam BAB iniadalah :mahasiswa mampu menjelaskan pengertian external cause dan klasifikasi external cause

C. Uraian Materi

I. Pengertian External Cause dan

II. Klasifikasi External Cause

(46)

36 I. Pengertian External Cause

External cause atau penyebab luar dalam ICD-10 merupakan klasifikasi tambahan yang mengklasifikasikan kemungkinan kejadian lingkungan dan keadaan sebagai penyebab cedera, keracunan dan efek samping lainnya. Kode external cause (V01-Y89) harus digunakan sebagai kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian (underlying cause) dan pada kondisi yang morbid yang dapat diklasifikasi ke Bab XIX (injury, poisoning, and certain other consequences of external cause.

Bila kondisi morbid diklasifikasi pada Bab I-XVIII, kondisi morbid itu sendiri akan diberi kode sebagai penyebab kematian utama (underlying cause) dan jika diinginkan dapat digunakan kategori bab external cause sebagai kode tambahan. Pada kondisi cedera, keracunan atau akibat lain dari sebab ekternal harus dicatat, hal ini penting untuk menggambarkan sifat kondisi dan keadaan yang menimbulkannya

II. Klasifikasi External Cause 1. Klasifikasi Kode External Cause

Pada umumnya penyebab luar sebaiknya ditabulasi baik menurut Bab XIX dan Bab XX, pada kondisi ini, kode dari Bab XX harus digunakan untuk memberikan informasi tambahan untuk beberapa analisis kondisi. Bab XX dibagi menjadi beberapa subbab, yaitu :

a. Transport Acciden

• V01-V09 : Pejalan kaki terluka di kecelakaan transportasi

• V10-V19 : Pengendara sepeda terluka di kecelakaan transportasi

• V20-V29 : Pengendara motor terluka di kecelakaan transportasi

• V30-V39 : Penumpang motor roda 3 terluka di kecelakaan transportasi

• V40-V49 : Penumpang mobil terluka di kecelakaan transportasi

• V50-V59 : Penumpang pick up, truk, atau van terluka di kecelakaan transportasi

• V60-V69 : Penumpang kendaraan berat terluka di kecelakaan

• V70-V79 : Penumpang bus terluka di kecelakaan transportasi

• V80-V89 : Kecelaan transportasi darat lainnya

(47)

37

• V90-V94 : Kecelakaan transportasi laut

• V95-V97 : Kecelakaan transportasi udara

• V98-V99 : Kecelakaan transportasi lain tidak spesifik

b. W00-X59 : Penyebab ekstenal lainnya cedera disengaja

• W00-W19 : Jatuh

• W20-W49 : Paparan untuk mematikan kekuatan mekanik

• W50-W64 : Paparan untuk menghidupkan kekuatan mekanik

• W65-W74 : Melempar disengaja dan perendaman

• W75-W84 : Kecelakaan lain untuk bernafas

• W85-W99 : Paparan arus listrik, radiasi, suhu dan tekanan udara

• X00-X09 : Paparan asap dan kebakaran

• X10-X19 : Kontak dengan zat panas

• X20-X29 : Kontak dengan racun binatang dan tumbuhan

• X30-X39 : Paparan kekuatan alam

• X40-X49 : Disengaja keracunan oleh dan paparan zat berbahaya

• X50-X57 : Kelelahan, wisata, kemelaratan

• X58-X59 : Kecelakaan paparan faktor-faktor lain dan tidak ditentukan

c. X60-X84 : Sengaja menyakiti diri sendiri d. X85-Y09 : Serangan

e. Y10-Y34 : Acara niat belum ditentukan

f. Y35-Y36 : Intervensi hukum dan operasi perang g. Y40-Y84 : Komplikasi perawatan medis dan bedah

• Y40-Y59 : obat-obatan dan zat biologis menyebabkan efek samping pada perawatan

• Y60-Y69 : Kesialan pasien selama perawatan medis dan bedah

• Y70-Y82 : Peralatan medis kaitan dengan dengan insiden yang merugikan di diagnosa dan terapi

(48)

38

• Y83-Y84 : Prosedur medis bedah lainnya sebagai penyebab reaksi abnormal pasien, atau akhir-akhir komplikasi, tanpa menyebutkan kecelakaan pada saat prosedur

h. Y85-Y89 : Sisa gejala dari penyebab luar morbiditas dan mortalitas

i. Y90-Y98 : Faktor tambahan yang terkait dengan penyebab kesakitan dan kematian diklasifikasikan di tempat lain

2. Karakter Kode Tempat Kejadian

Kategori berikut disediakan untuk digunakan untuk mengidentifikasikan tempat kejadian penyebab luar mana yang relevan sebagai karakter keempat pada kode external cause.

a. 0 : Tempat tinggal

b. 1 : Tempat tinggal institusi

c. 2 : Sekolah, fasilitas umum, rumah sakit, bioskop, tempat hiburan d. 3 : Tempat olah raga

e. 4 : Jalan umum

f. 5 : Area perdagangan dan jasa g. 6 : Industri dan konstruksi area h. 7 : Perkebunan

i. 8 : Tempat yang spesifik lainnya j. 9 : tempat tidak spesifik

3. Karakter Kode Aktivitas

Kategori berikut disediakan untuk digunakan untuk menunjukan aktivitas orang yang terluka saat peristiwa itu terjadi sebagai karakter kelima kode external cause.

a. 0 : Sedang melakukan aktivitas olah raga b. 1 : Sedang melakukan aktivitas waktu luang c. 2 : Sedang melakukan aktivitas bekerja ( income ) d. 3 : Sedang melakukan aktivitas pekerjaan rumah

e. 4 : Sedang istirahat, tidur, makan, atau aktivitas vital lainnya f. 8 : Sedang melakukan aktivitas spesifik lainnya

g. 9 : Sedang melakukan aktivitas tidak spesifik

(49)

39 4. Kode Tambahan Kecelakaan Transportasi

Kode tambahan kecelakaan transportasi digunakan sebagai karakter keempat untuk mengidentifikasikan korban kecelakaan dan penyebab kecelakaan, dimana kode tersebut digunakan untuk V01-V89 dan kode kelima yang digunakan adalah kode tempat kejadian kecelakaan dan tidak perlu disertai kode aktivitas.

a. 0 : Pengemudi terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas b. 1 : Penumpang terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas

c. 2 : Pengemudi terluka dalam kecelakan bukan lalu lintas tidak spesifik d. 3 : Seseorang terluka saat menumpang atau turun

e. 4 : Pengemudi terluka dalam kecelakaan lalu lintas f. 5 : Penumpang terluka dalam kecelakaan lalu lintas

g. 9 : Pengemudi terluka dalam kecelakaan lalu lintas tidak spesifik

(50)

40 Rangkuman

External cause atau penyebab luar dalam ICD-10 merupakan klasifikasi tambahan yang mengklasifikasikan kemungkinan kejadian lingkungan dan keadaan sebagai penyebab cedera, keracunan dan efek samping lainnya. Kode external cause (V01-Y89) harus digunakan sebagai kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian (underlying cause) dan pada kondisi yang morbid yang dapat diklasifikasi ke Bab XIX (injury, poisoning, and certain other consequences of external cause.

Kode tambahan kecelakaan transportasi digunakan sebagai karakter keempat untuk mengidentifikasikan korban kecelakaan dan penyebab kecelakaan, dimana kode tersebut digunakan untuk V01-V89 dan kode kelima yang digunakan adalah kode tempat kejadian kecelakaan dan tidak perlu disertai kode aktivitas.

(51)

41 Tugas:

• Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa

• Masing-masing mahasiswa menjawab soal-soal tentang External Cause

• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB I

SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

PEMBAHASAN BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Tugas 2 : Kegiatan Mandiri

Petunjuk :Membuat glosarium tentang dasar external causes/penyebab luar yang tidak spesifik

(52)

42 BAB VI

GANGGUAN FUNGSI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG

TERKAIT KASUS EXTERNAL CAUSES/

PENYEBAB LUAR YANG TIDAK SPESIFIK (dr. Ahmad)

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Pada bab ini berjudulgangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputikasus external causes/penyebab luar yang tidak spesifikyaitubagianyangharusAndakuasai dalamMataKuliahKodefikasi Terkait Cidera, Keracunan dan faktor eksternal.Setelah mempelajaribabini Andadiharapkan dapatmemahamigangguan fungsi berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputikasus external causes/penyebab luar yang tidak spesifik

B. Deskripsi Materi

Bab IV ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan semester IV dalam memahami materi kuliah secara khusus setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menjelaskan tentangpatofisiologi berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh.

C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan

Tujuan akhir yang diharapkan dalam BAB ini adalah : mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi berbagai cedera pada tubuh manusia berdasarkan regio anatomi tubuh.

D. Uraian Materi

I. Patofisiologi gangguan fungsi akibat benda asing II. Patofisiologi gangguan fungsi akibat luka bakar III. Patofisiologi gangguan fungsi akibat keracunan

(53)

43

I. Patofisiologi Gangguan Fungsi Akibat Benda Asing a. Patofisiologi Benda Asing pada Hidung

Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena lokasinya yang berada di wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum nasi sering kali terjadi pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rasa penasaran untuk mengekspolarsi orifisium atau lubang. Hal ini disebabkan pula oleh mudahnya akses terhadap benda asing tersebut, kurang perhatian saat pengasuhan anak.Hal–hal lain yang menjadi penyebab antara lain kebosanan, untuk membuat lelucon, retardasi mental, gangguan jiwa, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior atau di bagian atas fossa nasal anterior hingga ke bagian depan konka media. Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung.

II. Patofisiologi Gangguan Fungsi Akibat Luka Bakar

Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat.

Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan.

Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.

(54)

44

Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat.Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat.Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.

III. Patofisiologi Gangguan Fungsi Akibat Keracunan

Patofisiologi keracunan makanan dibagi berdasarkan mekanisme yang mendasarinya dan patogennya.Secara umum, patofisiologi dapat dibagi menjadi toksin dan nontoksin; patogen pada usus halus dan usus besar; patogen invasif dan noninvasif.

Toksin dan Nontoksin

Beberapa patogen yang menyebabkan keracunan makanan menghasilkan toksin yang menyebabkan manifestasi keracunan.Toksin ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu toksin yang dihasilkan sebelum ditelan dan toksin yang dihasilkan setelah tertelan.

Toksin yang dihasilkan di makanan atau sebelum tertelan umumnya menimbulkan gejala yang lebih cepat, yaitu sekitar 2–12 jam.Toksin ini dapat menyerang sistem gastrointestinal atau sistem saraf pusat.Beberapa patogen yang menghasilkan toksin di luar tubuh adalah Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium botulinum, dan Clostridium perfringens. Umumnya gejala akan menghilang dengan cepat kecuali pada kasus Clostridium botulinum.

Toxin yang diproduksi di dalam tubuh atau terbentuk setelah tertelan memiliki masa inkubasi yang lebih lama yaitu 24 jam atau lebih. Manifestasi yang

(55)

45

dihasilkan dapat berupa diare, baik berdarah maupun tidak.Contoh patogen yang menghasilkan toksin dalam tubuh adalah Escherichia coli.

Patogen yang tidak memproduksi toksin akan merusak sel epitel saluran pencernaan dan dapat menginvasi melewati sawar di intestinal. Hal ini dapat menyebabkan diare terus menerus, diare inflamatori, atau infeksi sistemik.Contoh patogen yang tidak memproduksi toksin adalah Cryptosporidium, Shigella, Salmonella, Listeria monocytogenes dan virus.

Lokasi Patogen (Usus Halus dan Usus Besar)

Patogen dapat berada di usus halus maupun usus besar. Patogen di usus halus akan mengganggu sekresi dan absorpsi sehingga diare yang timbul biasanya dalam jumlah banyak dan sangat berair. Diare dalam jumlah banyak ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit atau asam basa.

Usus besar memiliki fungsi sekresi dan absorpsi yang lebih sedikit dibandingkan usus halus sehingga diare tidak profus, namun sering mengandug mukus atau darah.

Patogen Invasif dan Noninvasif

Patogen yang bersifat invasif akan menyebabkan diare inflamatori. Proses invasi ini melalui kerusakan sel epitel saluran pencernaan, baik yang dirusak secara langsung, maupun kerusakan oleh sitotoksin. Manifestasi yang timbul biasanya adalah diare berdarah.Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan sel darah putih. Untuk patogen yang tidak menginvasi, epitel saluran pencernaan akan mengalami iritasi dan timbul diare yang berair tanpa adanya sel darah putih pada pemeriksaan feses.

(56)

46 Rangkuman

Patofisiologi - konvergensi patologi dengan fisiologi - adalah studi tentang proses-proses fisiologis yang tidak teratur yang menyebabkan, hasil dari, atau terkait dengan suatu penyakit atau cedera.

Patogen dapat berada di usus halus maupun usus besar. Patogen di usus halus akan mengganggu sekresi dan absorpsi sehingga diare yang timbul biasanya dalam jumlah banyak dan sangat berair. Diare dalam jumlah banyak ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit atau asam basa.

Usus besar memiliki fungsi sekresi dan absorpsi yang lebih sedikit dibandingkan usus halus sehingga diare tidak profus, namun sering mengandug mukus atau darah.

Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat.

(57)

47 Tugas:

Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Membagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa

• Masing-masing kelompok membahas soal-soal yang diberikan dosen pengajar tentang:

a. patofisiologi gangguan fungsi akibat benda asing pada mata, telinga dan tenggorokan

b. patofisiologi gangguan fungsi akibat luka bakar c. patofisiologi gangguan fungsi akibat keracunan

• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.

• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut : SAMPUL DEPAN (COVER)

DAFTAR ISI BAB I

SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI PENDAHULUAN

3. Latar Belakang 4. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA BAB III

PROBLEM/ANALISIS MASALAH BAB IV

PEMBAHASAN BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

Tugas 2 : Kegiatan Mandiri

Petunjuk :Membuat 1 buah diagram patofisiologi terjadinya 1 kasus penyakit / external causes/penyebab luar yang tidak spesifik.

(58)

48

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti IP (2014) Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi baru lahir. Yogyakarta: Deepublish

Dixon L, Skinner, Foureur (2013). The emotional and hormonal pathways of labour and birth:integrating mind, body and behaviour. New Zealand:

Collage of Midwive Journal 48.

Erawati AD (2010) Buku ajar asuhan kebidnan persalinan normal. Jakarta:

EGC.

Grant N, Strevens H, Thor J (2015). Physiology of labor. Dalam : Capogna G (ed). Epidural labor analgsia : Childbirth without pain. New York:

Springer Cham Heidelberg, p:1.

Hidayat A, Sujiatini (2010). Asuhan Kebidnaan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Johariyah, Ningrum EW (2012). Asuhan kebidnaan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV.Trans Info Medika.

Macfarlane A (1980). The psychology of childbirth. United states of America:

Library of congress cataloguing in publication data.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kualitas modul pengayaan gangguan sistem gerak sebagai bahan ajar di SMA/MA kelas XI berdasarkan penilaian ahli materi dan ahli media dilihat

Gangguan kesehatan masyarakat yang sering terjadi di daerah pertambangan batubara biasanya terkait dengan gangguan sistem pernapasan dan penyakit infeksi lainnya