• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL CETAK BAHAN AJAR KODEFIKASI TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN, SARAF, GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL CETAK BAHAN AJAR KODEFIKASI TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN, SARAF, GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL CETAK BAHAN AJAR

KODEFIKASI TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN, SARAF, GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU

Tim Penyusun:

dr. John Barker Liem, M.K.M Theresia Hutasoit, ST.RMIK

PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TAHUN 2020

(2)

ii

VISI DAN MISI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)

VISI

Menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan karakter kewirausahaan sehingga mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di Tingkat Nasional pada tahun 2024

MISI

1. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif sesuai Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan KKNI, terintegrasi dengan hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat terkini untuk menghasilkan lulusan sesuai profil yang diharapkan

2. Melaksanakan penelitian ilmiah dan dipublikasikan secara nasional dan internasional.

3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan mengacu pada hasil penelitian.

4. Membangun kerjasama produktif dengan berbagai institusi pendidikan dan industri di Kota Medan, Sumatera Utara dan provinsi lainnya dalam pelaksanaan praktek, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat.

(3)

iii TUJUAN

1) Melaksanakan pengelolaan tridarma perguruan tinggi dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya serta keunggulan dalam soft skill kewirausahaan.

2) Menciptakan kualitas pembelajaran dengan program bermuatan soft skill pengembangan karakter kewirausahaan dalam rangka menciptakan lulusan profesional dan inovatif yang memiliki kompetensi akademik dan daya saing.

3) Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang bermutu sesuai dengan standar kebutuhan dan perkembangan IPTEK

4) Menyelenggarakan pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa guna menghasilkan karya-karya inovatif yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan solusi permasalahan stakeholder.

5) Menyelenggarakan pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa yang bermanfaat secara nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.

6) Menyelenggarakan proses penjaminan mutu sesuai dengan standar internal dan eksternal.

7) Menyelenggarakan layanan IT untuk mendorong inovasi program dan layanan.

8) Menyelenggarakan pengembangan institusi dan penambahan program studi baru sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan stakeholder.

9) Menyelenggarakan kerjasama dan perluasan networking tingkat nasional.

(4)

iv SASARAN

1) Terciptanya SDM yang berkualitas dan handal dalam mengelola tridharma perguruan tinggi dan melaksanakan tugas dan fungsi di UIM.

2) Terciptanya kualitas pembelajaran dengan program bermuatan soft skill dan pengembangan karakter kewirausahaan dalam rangka menciptakan lulusan profesional dan inovatif yang memiliki kompetensi akademik dan daya saing.

3) Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang bermutu sesuai dengan standar kebutuhan dan perkembangan IPTEK.

4) Terselenggaranya pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa guna menghasilkan karya-karya inovatif yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan solusi permasalahan stakeholder.

5) Terselenggaranya pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa yang bermanfaat secara nyata, dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.

6) Terselenggaranya proses penjaminan mutu sesuai dengan standar internal dan eksternal.

7) Terselenggaranya layanan IT untuk mendorong inovasi program dan layanan.

8) Terselenggaranya pengembangan institusi dan penambahan program studi baru sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan stakeholder.

9) Terselenggaranya kerjasama dan perluasan networking tingkat nasional.

(5)

v

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

VISI

Menjadi prodi yang unggul dalam bidang manajemen rekam medis dan informasi kesehatan (RMIK) berbasis teknologi infomasi yang mengedepankan karakter kewirausahaan sehingga mampu bersaing di tingkat nasional pada tahun 2024.

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan RMIK berbasis teknologi informasi sesuai dengan standar nasional dan kompentensi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi RMIK melalui penelitian ilmiah yang dapat memberikan solusi dalam pelayanan rekam medik di insitusi pelayanan kesehatan.

3. Memanfaatkan ilmu RMIK melalui pelaksanaan pengabdian masyarakat untuk menjawab tantangan persoalan di berbagai insitusi pelayanan kesehatan.

4. Memperkuat peran sebagai penyelenggara pendidikan tinggi RMIK melalui kerja sama dengan asosiasi profesi, lembaga pendidikan dan institusi lainnya di dalam negeri.

(6)

vi TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan RMIK yang memiliki kompetensi ilmu RMIK berbasis Teknologi Informasi sesuai dengan standar nasional dan kompetensi yang dikeluarkan oleh organisasi profesi, dan dengan sistem pembelajaran yang terintegrasi dengan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat

2. Menghasilkan penelitian ilmiah di bidang RMIK yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen, pengelolaan data dan penyajian informasi kesehatan

3. Menghasilkan kegiatan pengabdian masyarakat yang mampu mendorong terlaksananya sistem informasi kesehatan nasional di berbagai institusi pelayanan kesehatan

4. Menghasilkan kerjasama dengan asosiasi profesi, lembaga pendidikan dan institusi lainnya di dalam negeri dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi

(7)

vii SASARAN

Sasaran Program Studi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan yaitu:

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia 2. Pemantapan Proses Belajar

3. Penyediaan Fasilitas Sarana Prasarana 4. Pemantapan Penelitian

5. Pemantapan Pengabdian Kepada Masyarakat 6. Pemantapan Penjaminan Mutu

7. Pengembangan IT

8. Pengembangan Kerja Sama

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dan tim dapat menyelesaikan penyusunan Modul Cetak Bahan Ajar Kodefikasi Terkait Sistem Penginderaan, Saraf, Gangguan Jiwa dan Perilaku dengan baik. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan ajar yang diperuntukkan kepada mahasiswa program studi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan UIM khususnya pada semester III. Dengan adanya modul ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi-materi Kodefikasi Terkait Sistem Penginderaan, Saraf, Gangguan Jiwa dan Perilaku.

Modul Bahan Ajar Kodefikasi Terkait Sistem Penginderaan, Saraf, Gangguan Jiwa dan Perilaku ini disusun oleh tim pengajar berdasarkan pada Kurikulum D-III Perekam dan Informasi Kesehatan, dengan memperhatikan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK). Materi di dalam buku ini berisi bahan kajian yang dibutuhkan sesuai CPMK dan kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa sebagai salah satu referensi Kodefikasi Terkait Sistem Penginderaan, Saraf, Gangguan Jiwa dan Perilaku bagi Mahasiswa terutama dalam menentukan kodefikasi penyakit ataupun tindakan terkait sistem tersebut. Selain itu, modul ini juga memuat latihan atau tugas mahasiswa yaitu tugas terstruktur dan kegiatan mandiri dengan petunjuk yang spesifik sehingga memudahkan mahasiswa belajar dengan metode Student Centered Learning (SCL).

Tim menyadari bahwa modul ini mungkin masih memiliki kekurangan.

Sehingga tim mengharapkan adanya saran atau masukan positif agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyempurnakan modul bahan ajar ini. Akhirnya, tim berharap modul ini dapat digunakan oleh mahasiswa dengan baik dan aktif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menentukan kodefikasi penyakit dan tindakan terkait sistem penginderaan, saraf, gangguan jiwa dan perilaku..

Medan, Agustus 2020 Tim Dosen

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……….. i

VISI DAN MISI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM) ... ii

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN UNIVERSITAS IMELDA MEDAN ... iv

KATA PENGANTAR ... viiii

i GLOSARIUM ... xvi

BAB I STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM PENGINDERAAN ... 17

PENDAHULUAN ... 17

A. Pengantar Pendahuluan ... 17

B. Deskripsi Materi ... 17

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 17

D. Uraian Materi ... 17

Topik 1 Struktur Dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penglihatan Dan Pendengaran ... 19

I. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penglihatan ... 19

A. Struktur Mata ... 19

B. Fungsi Mata ... 24

C. Proses Penglihatan ... 25

II. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Pendengaran ... 25

A. Struktur Telinga ... 25

B. Fungsi Telinga ... 28

C. Proses Pendengaran ... 28

Rangkuman ... 29

Tugas ... 29

1. Tugas Terstruktur ... 29

2. Kegiatan Mandiri ... 32

Topik 2 Struktur Dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman, Pengecapan, Dan Peraba ... 33

I. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman ... 33

A. Struktur Hidung ... 33

B. Fungsi Hidung ... 35

C. Proses Penciuman ... 35

II. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Pengecapan ... 35

A. Struktur Lidah ... 35

B. Fungsi Lidah ... 37

C. Proses Pengecapan ... 38

(10)

x

III. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Peraba ... 38

A. Struktur Kulit ... 38

B. Fungsi Kulit ... 40

Rangkuman ... 40

Tugas ... 41

1. Tugas Terstruktur ... 41

2. Kegiatan Mandiri ... 44

KUNCI JAWABAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

BAB II GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN ... 48

PENDAHULUAN ... 48

A. Pengantar Pendahuluan ... 48

B. Deskripsi Materi ... 48

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 48

D. Uraian Materi ... 48

Topik 1 Patofisiologi Penyakit Dan Istilah Medisnya Serta Tindakan Yang Terkait Sistem Penginderaan: Penglihatan ... 50

I. Visual Adaptation ... 50

II. Color Vision ... 50

III. Visual Field ... 51

IV. Gangguan pada Mata ... 51

V. Tindakan pada Mata ... 53

Rangkuman ... 54

Tugas ... 54

1. Tugas Terstruktur ... 54

2. Kegiatan Mandiri ... 56

Topik 2 Patofisiologi Penyakit Dan Istilah Medisnya Serta Tindakan Yang Terkait Sistem Penginderaan: Pendengaran Dan Penciuman ... 57

I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pendengaran ... 57

A. Gangguan pada Telinga ... 57

B. Tindakan pada Telinga ... 58

II. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Penciuman ... 59

A. Gangguan pada Hidung ... 59

B. Tindakan pada Hidung ... 60

Rangkuman ... 60

Tugas ... 61

(11)

xi

1. Tugas Terstruktur ... 61

2. Kegiatan Mandiri ... 62

Topik 3 Patofisiologi Penyakit Dan Istilah Medisnya Serta Tindakan Yang Terkait Sistem Penginderaan: Pengecapan Dan Peraba ... 63

I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pengecapan ... 63

A. Gangguan pada Lidah ... 64

B. Tindakan pada Lidah ... 64

II. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Peraba ... 64

A. Gangguan pada Kulit ... 64

B. Tindakan pada Kulit ... 67

Rangkuman ... 68

Tugas ... 68

1. Tugas Terstruktur ... 68

2. Kegiatan Mandiri ... 71

KUNCI JAWABAN ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

BAB III TERMINOLOGI MEDIS PADA SISTEM PENGINDERAAN ... 75

PENDAHULUAN ... 75

A. Pengantar Pendahuluan ... 75

B. Deskripsi Materi ... 75

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 75

D. Uraian Materi ... 75

I. Terminologi Medis pada Sistem Penginderaan: Penglihatan ... 76

II. Terminologi Medis pada Sistem Penginderaan: Pendengaran ... 77

III. Terminologi Medis pada Sistem Penginderaan: Penciuman ... 78

IV. Terminologi Medis pada Sistem Penginderaan: Pengecap ... 78

V. Terminologi Medis pada Sistem Penginderaan: Peraba ... 79

VI. Istilah Medis Prosedur untuk Sistem Penginderaan... 80

Rangkuman ... 81

Tugas ... 82

1. Tugas Terstruktur ... 82

2. Kegiatan Mandiri ... 84

KUNCI JAWABAN ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(12)

xii

BAB IV ATURAN DAN TATACARA KODEFIKASI PENYAKIT DAN

TINDAKAN PADA PENGINDERAAN ... 87

PENDAHULUAN ... 87

A. Pengantar Pendahuluan ... 87

B. Deskripsi Materi ... 87

C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan ... 87

D. Uraian Materi ... 87

I. Konsep ICD ... 88

II. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Serta Tindakan pada Sistem Penginderaan Berdasarkan ICD 10 dan 9 ... 90

Rangkuman ... 92

Tugas ... 92

1. Tugas Terstruktur ... 92

2. Kegiatan Mandiri ... 95

KUNCI JAWABAN ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 99

BAB V STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM SARAF ... 100

PENDAHULUAN ... 100

A. Pengantar Pendahuluan ... 100

B. Deskripsi Materi ... 100

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 100

D. Uraian Materi ... 100

I. Pengertian dan Fungsi Sistem Saraf ... 101

II. Klasifikasi Sistem Saraf dan Fungsinya ... 101

III. Cairan Serebrospinal ... 113

IV. Neurotransmitter ... 114

Rangkuman ... 117

Tugas ... 117

1. Tugas Terstruktur ... 117

2. Kegiatan Mandiri ... 119

KUNCI JAWABAN ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

BAB VI GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM SARAF ... 122

PENDAHULUAN ... 122

A. Pengantar Pendahuluan ... 122

B. Deskripsi Materi ... 122

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 122

D. Uraian Materi ... 122

(13)

xiii

I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medis pada Sistem Saraf ... 123

II. Tindakan Medis Terkait Sistem Saraf ... 129

Rangkuman ... 133

Tugas ... 133

1. Tugas Terstruktur ... 133

2. Kegiatan Mandiri ... 135

KUNCI JAWABAN ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137

BAB VII TERMINOLOGI MEDIS PADA SISTEM SARAF ... 138

PENDAHULUAN ... 138

A. Pengantar Pendahuluan ... 138

B. Deskripsi Materi ... 138

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 138

D. Uraian Materi ... 138

I. Terminologi Medis pada Sistem Saraf ... 139

II. Istilah Medis Prosedur pada Sistem Saraf ... 141

Rangkuman ... 141

Tugas ... 142

1. Tugas Terstruktur ... 142

2. Kegiatan Mandiri ... 144

KUNCI JAWABAN ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 146

BAB VIII ATURAN DAN TATACARA KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA SISTEM SARAF ... 147

PENDAHULUAN ... 147

A. Pengantar Pendahuluan ... 147

B. Deskripsi Materi ... 147

C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan ... 147

D. Uraian Materi ... 147

I. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Serta Tindakan pada Sistem Saraf Berdasarkan ICD 10 dan 9 ... 148

Rangkuman ... 153

Tugas ... 154

1. Tugas Terstruktur ... 154

2. Kegiatan Mandiri ... 156

KUNCI JAWABAN ... 157

DAFTAR PUSTAKA ... 159

(14)

xiv

BAB IX KONSEP DASAR GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU ... 160

PENDAHULUAN ... 160

A. Pengantar Pendahuluan ... 160

B. Deskripsi Materi ... 160

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 160

D. Uraian Materi ... 160

I. Konsep Gangguan Jiwa dan Perilaku ... 161

II. Jenis Gangguan Jiwa dan Perilaku ... 162

Rangkuman ... 163

Tugas ... 164

1. Tugas Terstruktur ... 164

2. Kegiatan Mandiri ... 166

KUNCI JAWABAN ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 168

BAB X TERMINOLOGI MEDIS PADA GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU ... 169

PENDAHULUAN ... 169

A. Pengantar Pendahuluan ... 169

B. Deskripsi Materi ... 169

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan ... 169

D. Uraian Materi ... 169

I. Terminologi Medis pada Gangguan Jiwa dan Perilaku ... 169

II. Istilah Medis Medis Prosedur pada Gangguan Jiwa dan Perilaku ... 172

Rangkuman ... 173

Tugas ... 173

1. Tugas Terstruktur ... 173

2. Kegiatan Mandiri ... 174

KUNCI JAWABAN ... 175

DAFTAR PUSTAKA ... 176

BAB XI ATURAN DAN TATACARA KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN PADA GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU ... 178

PENDAHULUAN ... 178

A. Pengantar Pendahuluan ... 178

B. Deskripsi Materi ... 178

C. Kemampuan/Tujuan Akhir yang Diharapkan ... 178

D. Uraian Materi ... 178

I. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Serta Tindakan pada Gangguan Jiwa dan Perilaku Berdasarkan ICD 10 dan 9 ... 179

Rangkuman ... 182

Tugas ... 182

(15)

xv

1. Tugas Terstruktur ... 182

2. Kegiatan Mandiri ... 184

KUNCI JAWABAN ... 186

DAFTAR PUSTAKA ... 188

(16)

xvi GLOSARIUM

Biopsi : Pengangkatan jaringan kulit untuk mendeteksi adanya kanker, infeksi atau penyakit lainnya Glossopyrosis : Gangguan pada lidah dimana lidah terasa sakit

dan panas serta terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan

Hyperpigmentasi : Peningkatan abnormal pigmentasi hasil peningkatan produk melanin

Hypopigmentasi : Penurunan abnormal pigmentasi hasil penurunan produk melanin

Hipogeusia : Penurunan sensasi pengecapan

Hiposmia : Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral atau unilkateral

Septum : Pemisah

View field : Lapang pandang

Obstruksi : Sumbatan

Xeropthalmia : Kondisi kering pada kornea dan konjungtiva mata

(17)

17 BAB I

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM PENGINDERAAN

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Sistem penginderaan merupakan salah satu sistem tubuh yang saling bekerja untuk menjalankan beberapa fungsi tubuh. Sistem ini terdiri dari 5 yaitu sistem: penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap dan peraba.

Seorang petugas perekam dan informasi kesehatan perlu mengetahui konsep dari setiap sistem penginderaan sebelumnya agar lebih mampu memahami penentuan klasifikasi dan kodefikasi penyakit maupun tindakan medis terkait sistem penginderaan. Oleh karena itu, mahasiswa harus maampu memahamo materi pada bab I ini.

B. Deskripsi Materi

Bab I menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: Struktur dan fungsi sistem penglihatan, Struktur dan fungsi sistem pendengaran, Struktur dan fungsi sistem penciuman, Struktur dan fungsi sistem pengecap, Struktur dan fungsi sistem peraba.

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan

Pembelajaran pada bab ini membantu mahasiswa untuk mencapai kemampuan akhir yaitu mampu menjelaskan struktur dan fungsi sistem penginderaan.

D. Uraian Materi

Topik 1: Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penglihatan dan Pendengaran

Topik 2: Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman, Pengecap,

(18)

18 dan Peraba.

(19)

19 TOPIK 1

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM PENGINDERAAN: PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN

dr. John Barker Liem, M.K.M

I. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penglihatan A. Struktur Mata

Sebelum masuk ke struktur inti mata, kita kenal terlebih dahulu organ asesoris mata yang meliputi:

1. Alis

Berfungsi melindungi mata dari keringat.

2. Kelopak mata (Palpebra)

Berfungsi melindungi mata dari benturan.

3. Bulu mata

Berfungsi melindungi mata dari debu, cahaya berlebih, kotoran.

4. Aparatus Lakrimalis

Setiap mata memiliki satu kelenjar lakrimalis (lacrimal gland) yang mensekresi cairan lakrimasi atau air mata, dan duktusnya, 2 kanakuli lakrimalis, 1 kantong lakrimalis, dan 1 duktus nasolakrimalis.

Kelenjar lakrimamalis terdapat di resesi tulang frontal tepatnya di bagian lateral belakang tepi supraorbital tiap mata. Bentuk kelenjar seperti kacang almond. Sekresi air mata mengandung air, garam mineral, antibody, dan lisozim (suatu enzim bakterisida, yang membantu mencegah infeksi bakteri).

Air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis melalui duktus lakrimalis yang kemudian mengalir menuju kanikulus superior dan kanikulus inferior yang masing-masing kanakuli memiliki lubang (punctum). Kedua kanakuli dipisahkan oleh badan merah kecil yang disebut karunkel. Kemudian air mata memasuki sakus lakrimalis dan

(20)

20

melewati duktus nasolakrimalis. Air mata berfungsi Mempertahankan kelembaban kornea dan konjungtiva, menghaluskan permukaan kornea sehingga membantu masuknya cahaya, membunuh kuman, melumasi permukaan palpebra sehingga memudahkan menutup dan membuka mata.

Gambar 1. Aparatus Lakrimal

Mata terdiri dari 3 lapisan secara umum yaitu:

1. Lapisan luar (fibrosa), meliputi: konjungtiva, sclera dan kornea

2. Lapisan tengah (vascular atau traktus uveal), meliputi: koroid, badan siliaris, dan iris. Di dalam bola mata terdapat: lensa, cairan aqueous, dan badan vitreus.

3. Lapisan dalam (jaringan saraf), meliputi: retina dan saraf

(21)

21

Gambar 2. Struktur Mata 1. Lapisan Luar

a. Konjungtiva

Lapisan mukosa (lendir) yang melapisi permukaan papebra bagian dalam dan sclera. Mengandung kelenjar musin yang membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terbagi atas 3: Konjungtiva bulbi (yang menutupi sclera), Konjungtiva palpebral (menutupi palpebral dalam), dan Konjungtiva forniks (terletak antara konjungtiva bulbi dan palpebral).

b. Sklera

Memiliki membrane yang keras dan berfungsi untuk memberi bentuk bola mata. Merupakan lapisan eksternal mata berwarna putih dilapisi konjungtiva.

c. Kornea

Bagian anerior lapisan fibrosa mata, transparan, tembus cahaya.

Berfungsi membelokkan cahaya agar focus ke bagian retina

(22)

22 2. Lapisan Tengah

a. Koroid

Bagian yang melapisi seluruh mata kecuali bagian depan mata.

Berwarna colat gelap. Berfungsi menyuplai darah ke bagian mata lain khususnya retina.

b. Badan siliaris

Bagian lanjutan dari koroid yang terdiri dari otot siliaris dan sel epitelium sekretorik. Bagian ini melekat pada ligament suspensori.

Otot silirasis berkontraksi dan berelaksasi yang berperan dalam mengubah ketebalan lensa, membelokkan cahaya yang masuk ke mata agar focus ke retina. Sementara sel epiteliumnya mensekresi cairan aqueous ke bagian anterior mata tepatnya di ruang antara lensa dan kornea. Bagian ini dipersarafi oleh saraf ototnom dan nervus okulomotorius.

c. Iris

Bagian mata berwarna, terletak antara kornea dan lensa. Iris terdiri atas bilik anterior dan posterior yang berisi cairan aqueous. Iris tersusun oleh serat sirkular dan serat radiasi. Serat-serat yang melingkar berfungsi untuk kontraksi dan dilatasi pupil. Konraksi pupil distimulasi oleh saraf parasimpatik, sedangkan dilatasi pupil distimulasi oleh saraf simpatik.

d. Lensa

Lensa terletak di belakang iris dan dekat pupil, ransparan, bentuk bikonveks dan seperti kapsul elastis, melekat pada badan siliaris yang dihubungkan oleh ligament suspensori. Ketebalannya diatur oleh kontraksi badan siliaris. Semakin dekat dengan objek yang dilihat, lensa akan semakin menebal.Lensa berperan dalam proses pembiasan cahaya (refraksi), membelokkan cahaya agar focus ke retina.

(23)

23 e. Cairan aqueous

Berfungsi membantu menyalurkan oksigen dan nutrisi ke jaringan- jaringan mata, perlindungan mata dan menjaga keseimbangan tekanan bola mata (tekanan intraocular).

f. Badan vitreus

Berfungsi mempertahankan bentuk bola mata dan posisi retina pada tempatnya, serta membantu meneruskan rangsangan cahaya dari lensa ke retina.

3. Lapisan Dalam a. Retina

Letaknya paling dalam dan melapisi tiga per empat bagian dalam bola mata. Merupakan membrane yang tersusun atas serabut dan sel saraf batang (rodus) dan sel saraf kerucut (sel konus) yang berfungsi menerima cahaya. Di dekat bagian tengah posterior terdapat macula lutea (bintik kuning) yang berfungsi dalam penglihatan sentral. Pusat macula lutea disebut fovea yang berperan pada penglihatan yang lebih tajam. Area kecil di retina disebut Bintik Buta, karena di bagian ini tidak terdapat sel yang peka cahaya

b. Saraf optik

Serat saraf berkumpul sekitar 0,5cm dari retina tepatnya dari macula lutea. Dari retina, cahaya diubah menjadi impuls yang dihantar melalui nervus optikus ke pusat penglihatan di lobus oksipitalis

(24)

24

Pembuluh darah yang memperdarahi mata:

1. Arteri siliaris dan arteri retina yang berasal dari cabang arteri oftalmik yang merupakan cabang dari arteri karotis interna

2. Vena retina sentral

Arteri dan vena tersebut dibungkus oleh saraf optic yang masuk ke mata pada diskus optic.

B. Fungsi Mata

Mata merupakan organ yang berfungsi untuk proses penglihatan. Adapun fisiologi mata mencakup:

1. Ketajaman penglihatan. Dapat diukur atau dnilai dengan menggunakan snellen chart

2. Sistem lakrimal (sekresi air mata). Terbagi 2: Kelenjar air mata (lacrimal gland) mensekresi cairan lakrimasi atau air mata ke dalam sakus konjungtiva; dan Sistem ekskresi (pungtum lakrimal, kanakuli lakrimal,

3. Sakus lakrimal dan ductus lakrimal).

Air mata berfungsi: Mempertahankan kelembabab kornea dan konjungtiva, menghaluskan permukaan kornea sehingga membantu masuknya cahaya, membunuh kuman, melumasi permukaan palpebra sehingga memudahkan menutup dan membuka mata

(25)

25 C. Proses Penglihatan

Proses penglihatan dapat diuraikan pada bagan berikut:

Gambar 3. Proses Penglihatan

II. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Pendengaran A. Struktur Telinga

Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Telinga luar, meliputi: daun telinga, liang telinga

2. Telinga tengah, meliputi: gendang telinga (membrane timpani), tulang-tulang pendengaran, cavum timpani, tuba esutachius.

3. Telinga dalam, meliputi: koklea, sistem vestibular, saraf audiotori

(26)

26

Gambar 4. Struktur Telinga

1. Telinga Luar

a. Daun Telinga (Aurikel)

Terdiri dari tulang rawan dan kulit, bentuk khas. Berfungsi menangkap, mengumpulkan, dan menyalurkan bunyi ke liang telinga.

b. Liang Telinga (Meatus Akustikus Eksternal)

Terdiri dari tulang rawan, kelenjar minyak, kelenjar serumen.

Rambut halus dan serumen berfungsi membersihkan kotoran dan mencegah serangga kecil masuk. Fungsi mengarahkan bunyi ke telinga dan sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperature yang dapat mengganggu elastistisitas membrane timpani

(27)

27 2. Telinga Tengah

a. Gendang telinga (Membran timpani)

Terdiri dari jaringan fibrosa elastis, bentuk bundar dan cekung dari luar. Gendang telinga dibagi menjadi 4 kuadran yaitu: atas depan, atas belakang, bawah depan, bawah belakang. Membran timpani berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang pendengaran dan mengubah bunyi menjadi getaran.

b. Tulang-tulang Pendengaran

Terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Fungsi ketiga tulang ini mengantarkan getaran ke telinga dalam.

c. Cavum Timpani

Ruangan yang berhubungan dengan tulang mastoid, sehingga bila terjadi infeksi telinga tengah dapat menjalar menjadi mastoiditis.

d. Tuba Eustachius

Panjang tuba sekitar 4cm. Berfungsi menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring, dan menjaga keseimbangan tekanan udara dari luar tubuh dan udara di dalam telinga tengah. Tuba eustachius normalnya tertutup. Jika berada di daerah bertekanan tinggi, dan saat menelan atau menguap maka tuba terbuka untuk menyamakan tekanan.

3. Telinga Dalam a. Labirin

Labirin terdiri dari labirin tulang, dan labirin bermembran. Labirin tulang berupa ronga di dalam tulang temporal (dilapisi periosteum) yang melapisi labirin bermembran. Kedua labirin ini dipisahkan oleh cairan peri-limfe, sedangkan di dalam labirin bermembran terdapat cairan endolimfe. Labirin tulang terdiri atas: vestibula

(28)

28

(berisi jendela oval dan bundar di dinding lateral), koklea, dan kanakalis semi-sirkularis.

b. Koklea

Disebut juga rumah siput. Berisi cairan dan sel “rambut” yang sangat peka. Struktur yang berupa rambut halus ini bergetar dirangsang oleh getaran bunyi.

c. Sistem Vestibular

Berisi sel yang mengendalikan keseimbangan.

d. Saraf koklearis dan vestibularis (Vestibulokoklearis/Akustikus) Saraf ini menghubungkan koklea ke otak.

B. Fungsi Telinga

Telinga berfungsi sebagai indera pendengar. Setiap bagian-bagian di telinga bekerjasama untuk membentuk fungsi pendengaran mulai dari masuknya gelombang suara ke dalam telinga menjadi suara yang terdengar Telinga mampu mendengar suara antara 20-20.000 Hz.

C. Proses Pendengaran

Proses pendengaran dapat diuraikan pada bagan berikut:

Gambar 5. Proses Pendengaran

(29)

29 Rangkuman

Sistem penginderaan penglihatan meliputi organ mata. Mata terdiri atas asesoris mata dan lapisan mata (luar, tengah, dalam). Lapisan luar mata meliputi:

konjungtiva, sclera, kornea. Lapisan tengah mata meliputi: koroid, badan siliaris, lensa, cairan aqueous, dan badan vitrous. Lapisan dalam meliputi: retina dan saraf optic. Sedangkan indera pendengaran meliputi telinga yang terdiri atas telinga luar (daun telinga, liang telinga), telinga tengah (membrane timpani, tulang pendengaran, cavum timpani, tuba esutachius), dan telinga dalam (labirin, koklea, sistem vestibular, dan saraf vestibulokoklearis).

Tugas

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa

• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab pertanyaan di bawah ini.

• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan paling lambat hari Sabtu melalui spada masing- masing

(30)

30 Soal:

1) Perhatikan gambar di bawah ini!

Bagian mata yang berfungsi untuk memberi bentuk bola mata ditunjukkan oleh nomor ………

1) (1) Sklera 2) (2) Iris 3) (2) Pupil 4) (3) Sklera 5) (3) Iris

Pembahasan Soal:

………

………

2) Berikut ini adalah bagian-bagian mata yang berperan dalam proses penglihatan:

(1) Lensa (2) Pupil (3) Retina (4) Kornea (5) Saraf optikus

Urutan proses penglihatan yang benar yaitu . …………

a. (1)- (2) – (3) – (4) – (5)

(31)

31 b. (2) - (4) – (2) – (1) – (5) c. (3) - (2) – (1) – (4) – (5) d. (4) - (2) – (1) – (3) – (5) e. (5) - (1) - (2) - (4) - (3)

3) Perhatikan gambar di bawah ini!

Bagian telinga yang berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang pendengaran dan mengubah bunyi menjadi getaran ditunjukkan oleh nomor …….

a. (A) Lubang telinga b. (B) Gendang telinga c. (C) Membran timpani d. (D) Saluran eustochius e. (E) Saluran eustochius Pembahasan Soal:

………

………

4) Di dalam telinga terdapat tulang-tulang pendengaran, yaitu maleus, inkus dan stapes yang berfungsi mengantarkan getaran ke …….

(32)

32 a. Telinga luar

b. Telinga dalam c. Telinga tengah d. Liang telinga e. Dalam telinga Pembahasan Soal:

………

………

5) Saat kita naik pesawat dengan ketinggian tertentu, atau saat kita menyelam pada kedalaman tertentu, akan terasa sensasi seperti telinga tersumbat.

Bagian telinga mana yang berperan dalam proses tersebut adalah ……..

a. Liang telinga b. Cavum timpani c. Tuba eustachius d. Sistem vestibular e. Koklea

2. Kegiatan Mandiri Petunjuk:

• Buatlah gambar organ-organ terkait system penginderaan: Penglihatan dan Pendengaran

• Buat keterangan bagian-bagian organ di bawah gambar, disertai penjelasan fungsi bagian masing-masing

• Gambar dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A3 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan via SPADA

(33)

33 TOPIK 2

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM PENGINDERAAN: PENCIUMAN, PENGECAPAN, DAN PERABA

dr. John Barker Liem, M.K.M I. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman

A. Struktur Hidung Hidung terdiri dari:

1. Pangkal hidung (bridge) 2. Batang hidung (dorsum nasi) 3. Cuping hidung

4. Septum nasi

5. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi)

Gambar 6. Anatomi Hidung Fungsi Bagian-Bagian Hidung:

1. Pangkal hidung (bridge) 2. Batang hidung (dorsum nasi)

Yaitu dinding depan hidung yang terbentuk oleh ossa nasalis

3. Cuping hidung

(34)

34

Yaitu bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oeh tulang rawan

4. Septum nasi

Merupakan dinding yang membatasi dua rongga hidung Pupil 5. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi)

a. Di dalam hidung terdapat vestibulum berisi serabut-serabut halus.

b. Fungsi serabut-serabut halus yaitu:

1) Untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses pernapasan

2) Untuk menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup

6. Sinus

Di sekeliling dinding sebelah dalam terdapat ruang-ruang udara di dalam tulang-tulang kepala yang disebut sinus paranalis.

Sinus paranalis terdiri dari:

1) Sinus sfenoidalis terletak di belakang kranial hidung di dalam korpus sfenoidalis, bermuara ke rongga hidung bagian belakang 2) Sinus etmoidalis terletak dalam pars labirinitus ossis etmoidalis 3) Sinus frontalis terletak pada infundibulum meatus nasi media; dan 4) Sinus maksilaris (antrum hiqmori) terletak pada dinding lateral

hidung.

Gambar 7. Sinus Paranalis.

(35)

35 B. Fungsi Hidung

Hidung berfungsi sebagai indera penciuman (pembau).

Di dalam hidung terdapat saraf-saraf olfaktori, yang memproses impuls atau rangsangan bau dalam bentuk gas untuk sampai ke otak.

C. Proses Penciuman

Proses penciuman dapat diuraikan pada bagan berikut.

Gambar 8. Proses Penciuman

II. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Pengecapan A. Struktur Lidah

Lidah terdiri dari:

• 2/3 bagian depan yang disebut dengan apeks, dipersarafi oleh saraf facialis (sensasi rasa)

• 1/3 bagian belakang yang disebut dengan dorsum, dipersarafi oleh saraf glasofaringeus (sensasi rasa)

• Pergerakan lidah dipersarafi oleh saraf Hipoglosus

(36)

36 Struktur / Anatomi Lidah:

a. Lidah Bagian Depan

• Lidah bagian depan sangat fleksibel, dan bekerja sama dengan gigi dalam pengucapan huruf-huruf.

• Fungsi lidah juga membantu untuk menggerakkan makanan ke segala arah saat sedang mengunyah.

• Pada lidah bagian depan terdapat saraf-saraf sensorik yang mendeteksi rasa manis.

b. Bagian Pangkal Lidah

• Bagian pangkal lidah juga penting untuk pengunyahan

• Fungsi lain pangkal lidah adalah untuk mengangkat dan mendorong makanan memasuki esophagus.

• Pada bagian pangkal lidah terdapat saraf-saraf sensorik yang mendeteksi rasa pahit.

c. Frenulum

Yaitu bagian lidah yang berbentuk selapis tipis jaringan yang berguna untuk menghubungkan lidah ke dasar mulut.

d. Papila

Lapisan pada permukaan lidah yang memiliki tonjolan-tonjolan.

(37)

37

Gambar 9. Anatomi Lidah

Gambar 10. Peta Lidah B. Fungsi Lidah

Lidah berfungsi:

1. Mendorong makanan untuk dikunyah oleh gigi dan hasil kunyah tersebut didorong masuk ke lambung melalui kerongkongan (membantu proses menelan)

2. Mengecap atau mrasakan makanan atau minuman 3. Membantu pengucapan kata-kata dan bersuara

4. Dapat menjadi indicator metabolism tubuh, misalnya lidah akan tampak kuning yang menandakan adanya infeksi bakteri

(38)

38 C. Proses Pengecapan

Proses pengecapan meliputi:

• Makanan yang dikunyah masuk ke pori-pori bagian atas ke dalam kuncup pengecap

• Pada setap kuncup pengecap terdapat sel-sel berambut yang sensitive (microvilli)

• Makanan yang diterima oleh microvilli kan merangsang sel-sel dan menimbulkan impuls yang kemudian berjalan ke saraf VII dan IX di otak

• Impuls tersebut diteruskan ke thalamus dan berakhir di lobus parietalis dan kemudian diinterpretasian

• Otak menterjemahkan sinyal dari impuls yang diterima dan menentukan rasa

• Lidah mengecap rasa yang diterjemahkan ke otak (asin/manis/asam/asin)

III. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Peraba A. Struktur Kulit

Struktur / Anatomi Kulit:

Gambar 11. Anatomi Kulit

(39)

39 a. Epidermis

Di dalam lapisan epidermis terdapat:

1) Lapisan sel keratinosit yang berperan aktif dalam regenerasi sel kulit, dan

2) Sel pembentuk pigmen melamin. Melamin berfungsi dalam mewarnai kulit dan sebagai pelindung kulit dari sengatan matahari terutama sinar ultra violet.

b. Dermis

Pada lapisan dermis terdapat:

1) Pembuluh darah 2) Folikel rambut

3) Kelenjar minyak (glandula sebasea) 4) Kelenjar keringat (glandula sudorifera) 5) Serabut saraf, dan

6) Lapisan lemak subkutans.

• Lapisan dermis ini mengandung banyak serat kolagen dan elastin.

• Kolagen dan elastin memberikan pengaruh besar terhadap elastisitas kulit.

• Bagian-bagian dermis memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Pembuluh darah

Fungsinya mentransfer kebutuhan oksigen dan nutrisi yang akan digunakan oleh jaringan epidermis dan dermis. Merupakan bagian penting dalam sistem mengatur suhu tubuh.

b) Kelenjar keringat

• Fungsinya menghasilkan keringat untuk membawa zat sisa atau senyawa hasil metabolisme keluar dari tubuh melalui pori-pori.

• Keringat yang keluar membawa sebagian panas tubuh.

(40)

40 c) Folikel rambut

• Merupakan tempat akar rambut, di mana rambut dapat tumbuh dan berwarna.

• Sedangkan warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin.

• Rambut dapat tumbuh terus selama mendapat nutrisi dari pembuluh darah di sekitar folikel rambut.

d) Kelenjar minyak

• Fungsinya menghasilkan minyak untuk melumasi kulit dan rambut agar tidak kering.

c. Hipodermis

• Lapisan hipodermis mengandung banyak lemak.

• Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, berperan dalam melindungi tubuh dari berbagai pengaruh buruk lingkungan luar seperti benturan, tekanan sinar matahari, juga menjamin suhu tubuh selalu dalam kondisi normal.

B. Fungsi Kulit Kulit berfungsi:

1. Sebagai pelindung tubuh dari berbagai hal yang dapat membahayakan 2. Sebagai alat indra peraba

3. Sebagai salah satu organ yang berperan dalam eksresi, dan 4. Pengatur suhu tubuh.

Rangkuman

Sistem penginderaan penghidu terdiri dari pangkal, batang, cuping hidung, septum nasi, dinding lateral hidung, dan sinus paranalis. Sistem penghidu dipersarafi oleh saraf olfaktorius. Sistem indera pengecapan yaitu lidah terdiri dari: lidah bagian depan, pangkal lidah, frenulum, dan papilla. Indera peraba yaitu kulit terdiri atas: Epidermis, dermis, dan subkutan.

(41)

41 Tugas

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa

• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab soal-soal berikut ini.

• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan paling lambat hari Sabtu melalui spada masing- masing.

Soal:

1) Di bawah ini merupakan sinus-sinus yang terdapat di sinus paranalis, kecuali …….

a. Sinus sfenoidalis b. Sinus makslaris c. Sinus maksilaris d. Sinus etmoidalis e. Sinus frontalis Pembahasan Soal:

………

………

2) Manusia memiliki 2 lubang hidung yang dipisahkan oleh …….

a. Bulu hidung b. Bridge c. Dorsum nasi d. Kavum nasi

(42)

42 e. Septum nasi

Pembahasan Soal:

………

………

3) Perhatikan gambar!

Bagian lidah yang berfungsi untuk mengecap rasa asin dan pahit ditunjukkan oleh nomor …….

a. (1) dan (2) b. (2) dan (1) c. (3) dan (1) d. (3) dan (2) e. (3) dan (4) Pembahasan Soal:

………

………

4) Bagian lidah yang menghubungkan lidah ke dasar mulut dinamakan …….

a. Papilla filiformis b. Pangkal lidah c. Saraf kranial d. Frenulum e. Papilla

(43)

43 Pembahasan Soal:

………

………

5) Perhatikan gambar berikut!

Bagian dari gambar yang mengatur elastisitas kulit adalah ……. dan

……., yang terdapat pada gambar nomor ……..

a. kolagen, elastin, (2) b. kolagen, elastin, (4) c. kolagen, elastin, (8) d. kolagen, dermis, (2) e. kolagen, dermis, (4) Pembahasan Soal:

………

………

(44)

44 2. Kegiatan Mandiri

Petunjuk:

• Buatlah gambar organ-organ terkait system penginderaan: Penghidu, Pengecap, dan Peraba

• Buat keterangan bagian-bagian organ di bawah gambar, disertai penjelasan fungsi bagian masing-masing

• Gambar dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A3 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan via SPADA

(45)

45

KUNCI JAWABAN

Topik 1 Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penglihatan dan Pendengaran

1. d. (3) Sklera Pembahasan:

Bagian terlihat putih dan melapisi belakang bola mata 2. d. (4) - (2) – (1) – (3) – (5)

Pembahasan:

Proses penglihatan dimulai dari masuknya sinar melalui kornea, diteruskan ke pupil, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diterima oleh retina, selanjutnya diteruskan melalui saraf optikus ke otak.

3. b. (B) Gendang telinga Pembahasan:

Bagian telinga tengah yang mengubah suara menjadi getaran 4. b. Telinga dalam

Pembahasan:

Tulang-tulang pendengaran di telinga tengah mengantarkan getaran suara ke telinga dalam.

5. c. Tuba eustachius Pembahasan:

Bagian ini yang mengatur tekanan udara dalam telinga bila terjadi perubahan tekanan udara di lingkungan

Topik 2 Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman, Pengecapan dan Peraba

1. b. Sinus makslaris Pembahasan:

Yang benar adalah sinus maksilaris.

(46)

46 2. e. Septum nasi

Pembahasan:

Septum yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri 3. c. (3) dan (1)

Pembahasan:

Bagian 3 mengecap rasa asin, dan bagian 1 mengecap rasa pahit 4. d. Frenulum

Pembahasan:

Bagian ini yang menghubungkan lidah ke dasar mulut 5. b. kolagen, elastin, (4)

Pembahasan:

Kolagen dan elastin yang terdapat di bagian dermis berfungsi untuk mengatur elastisitas kulit

(47)

47

DAFTAR PUSTAKA

Boesorie,S.F., Mahdiani, S., Yunard, A., & Aziza, Y., Diterjemahkan oleh Artini

& Afriani. (2020). Singapore: Elsevier.

Kuntoadi, G.B., & Febrina, I. (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Apikes Semester-1. Bandung: Panca Terra Firma.

(48)

48 BAB II

GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG

TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN

PENDAHULUAN

A. Pengantar Pendahuluan

Pada bab ini membahas tentang gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada tubuh beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputi penginderaan. Pada materi dijelaskan tentang patofisiologi penyakit dan istilah medis serta tindakan terkait sistem penginderaan. Mahasiswa dituntun agar mampu memahami patofisiologi penyakit dan istilah medis pada kasus terkait sistem penginderaan.

B. Deskripsi Materi

Bab ini membahas tentang patofisiologi penyakit dan istilah medisnya serta tindakan terkait sistem penginderaan: Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Pengecap, dan Peraba.

C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan

Pembelajaran pada bab ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mencapai Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) yaitu mampu menjelaskan gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan terkait meliputi penginderaan.

D. Uraian Materi

Topik 1: Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya dan Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Penglihatan

(49)

49

Topik 2: Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya dan Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pendengaran dan Penciuman Topik 3: Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya dan Tindakan yang

Terkait Sistem Penginderaan: Pengecapan dan Peraba

(50)

50 TOPIK 1

PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN ISTILAH MEDISNYA SERTA TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN:

PENGLIHATAN dr. John Barker Liem, M.K.M..

I. Visual Adaptation DARK ADAPTATION

• Break down of photopigment during exposure of sunlight fremendously decreases photoreceptor sensitivity

• As a result, the sensitivity of our eyes gradually increase ® u can see in the dark

LIGHT ADAPTATION

• As some of photopigment are rapidly brokendown by intense light, the sensitivIty of the eye decreases and normal contras can once again be detected.

II. Color Vision

• Cone type = green, blue, red

• A wave length perceived as blue excite blue cone maximally does not stimulate red or green cone at all

• White is a mixture of all wavelength of light

• Black is the absence of light

• We see the same color because we have the same type of cone

(51)

51

Gambar 12. Visible Spectrum

III. Visual Field

Visual field is field of view that can be seen without moving the head.

IV. Gangguan pada Mata

Banyak gangguan mata adalah minor, namun demikian sebagian bisa saja menjurus ke komplikasi yang serius bila tidak ditangani dengan baik

a. Defek-2 Kongenital

1. Strabismus (squint or malalignment of the eye), seringnya adalah kongenital (ada sejak bayi dilahirkan)

2. Cataract (opacity of the lens of the eye) bisa timbul pada bayi, yang penyebabnya adalah infeksi rubella bumil pada saat-2 kehamilan trimester pertama.

b. Vision (ketajaman daya pengelihatan) pada kasus micro-ophthalmic eye, umumnya sangat jelek/ kurang tajam

c. Nystagmus (rapid uncontrolled movement in the eye) = gerak cepat bola mata yang tak terkontrol bisa kongenital

(52)

52

d. Retinoblastoma: tumor malignant dari retina mata yang muncul pada usia kanak- kanak, bisa menyerang satu atau kedua mata Bisa differentiated atau undifferentiaed

e. Albinism (Absence of pigment) = mata albino

f. Abnormalities of development of the cornea & retina = Pertumbuhan kornea dan retina yang abnormal

g. Infeksi

1. Conjunctivitis (Konjungtivitis) adalah infeksi mata yang paling umum, jarang sampai menggangu pengelihatan. Contoh: trachoma of severe bacterial conjunctivitis

2. Infeksi kornea adalah lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi penglihatan kabur,

3. Perforation (luka robek /tembus) cornea

4. Endophthalmitis (Infeksi pada dalam mata) bisa memerlukan operasi pengangkatan seluruh bola mata, seringnya timbul akibat penetrating injury (luka tusuk), setelah terjadi severe ulceration (luka terbuka yang memborok), bisa juga walau jarang, akibat operasi besar mata, atau akibat infeksi di bagian lain tubuh. (Ulcer bisa landai bisa dalam akibat destruksi jaringan permukaan)

h. Gangguan suplei aliran darah i. Tumor

j. Gangguan Nutrisi

k. Xerophthalmia: kering pada kornea dan konjungtiva mata.

l. Buta senja (Night blindness), atau keratomalacia (kornea melunak dan destruksi serta kehilangan total pengelihatan)

m. Gangguan autoimun pada mata

1. Uveitis (Inflamasi jaringan uvea mata, choroid dan/atau ciliary body) yang apabila bukan akibat infeksi, memiliki akibat dasar autoimun (defense mechanism of the body attact its own tissues)

(53)

53 n. Degeneration

1. Macular degeneration of the retina adalah umum terjadi pada manula, ini mengakibatkan pengurangan ketajaman pengelihatan walaupun ketajaman pengelihatan periferal tetap ada

2. Cataract umum pada lansia, sebab dan kondisi tepatnya belum diketahui, diakui sebagai proses degenerasi lansia

o. Gangguan lain:

1. Glaucoma (tekanan bola mata meningkat) bisa terjadi dengan berbagai bentuk, bila tidak diterapi segera à kebutaan permanent

2. Retinal detachment: pada gangguan ini retina keangkat dari jaringan ikat bawahnya, bisa akibat berbagai sebab

p. Ametropia: Ini adalah istilah umum yang berarti = ada refractive error (eror) dalam memfokus

1. Myopia = rabun jauh 2. Hyperopia = rabun dekat

3. Astigmatism atau anisometropia = Gangguan tersebut bukan penyakit namun suatu keadaan variasi bentuk dan kemampuan memfokuskan gambar di mata

4. Presbiopia = penurunan progresif akomodasi mata terkait penambahan usia.

5. Amblyopia = pengelihatan satu mata kurang tanpa ada abnormalitas struktur, umumnya akibat strabismus

V. Tindakan pada Mata

Tindakan pada mata juga termasuk investigasi pada mata.

• Struktur transparan mata memudahkan pemeriksaan

• Banyak proses-2 penyakit yang berpengaruh pada mata dapat dilihat langsung dengan ophthalmoscope atau slit-lamp

(54)

54

• Photography retina dan angiography fluorescein bisa digunakan untuk mempelajari aliran/pembuluh darah di dalam mata

• Pemeriksaan mata dimulai pada bagian luar mata, kelopak dan jaringan kulit sekitarnya. Gerak mata juga perlu diperiksa (pada strabismus)

• Pemeriksaan visus dengan Bagan Snellen’s, disusul pemeriksaan luas medan pengelihatan

• Pemeriksaan terhadap buta warna dengan instrument gambar Ischihara

• Tekanan bola mata: Tonometry untuk pemeriksaan glaukoma

• Pemeriksaan mata dilakukan untuk menentukan kausa gangguan pengelihatan atau adanya simtom lain, serta untuk memastikan apakah seorang perlu memakai kacamata

Rangkuman

Penyakit atau gangguan pada mata cukup banyak namun secara umum dapat digolongkan menjadi: defek kongenital, vision, nistagmus, retinoblastoma, albinism, abnormalities of development of the cornea & retina, infeksi, gangguan suplai aliran darah, tumor, gangguan nutrisi, xerophtalmia, buta senja, gangguan autoimun pada mata, degeneration, ametropia, dan gangguan lain. Tindakan terkait penglihatan seperti: ophthalmoscope, Photography retina dan angiography fluorescein, pemeriksaan visus dengan Snellen’s, instrument Ischicara, Tonometry.

Tugas

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa

• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab soal-soal berikut ini.

(55)

55

• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan paling lambat hari Sabtu melalui spada masing- masing.

Soal:

1) Penyebab rabun senja atau nyctalopia adalah:

a. Retinitis pigmentosa b. Myopia

c. Katarak

d. Usher syndrome e. Semua benar Pembahasan Soal:

………

………

2) Kondisi kering pada kornea dan konjungtiva mata disebut:

a. Xerophthalmia b. Uveitis

c. Glaukoma d. Astigmatisma e. Semua benar Pembahasan Soal:

………

………

(56)

56 2. Kegiatan Mandiri

Petunjuk:

• Buatlah bagan patofisiologi dari 2 penyakit pada sistem Penglihatan dan pengertiannya

• Tugas dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan via SPADA paling lambat hari Sabtu.

(57)

57 TOPIK 2

PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN ISTILAH MEDISNYA SERTA TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN:

PENDENGARAN DAN PENCIUMAN Theresia Hutasoit, ST.RMIK

I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pendengaran

A. Gangguan pada Telinga

Telinga bisa terserang berbagai macam gangguan yang mungkin saja mengakibatkan hilangnya pendengaran (tuli)

1. Gangguan Pendengaran Lansia

• Penyebabnya antara lain adalah aterosklerosis dan penurunan aliran darah, kekakuan struktur telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya sel reseptor

• Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga) yang menurunkan transmisi suara

• Penyakit sistemik penyerta yang lain, seperti diabetes mellitus juga dapat mempengaruhi pendengaran

2. Vertigo hasil gangguan telinga tidak umum, walau demikian ini bisa timbul akibat gangguan pada telinga tengah

3. Defek kongenital: bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit (jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil telinga tengah deformasi atau absen

4. Rubella (Campak Jerman, German measles) menyerang bumil pada bulan pertama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pendengaran bayi hingga tuli

5. Infeksi

(58)

58 6. Cedera (injury)

7. Tumor 8. Obstruksi 9. Degenerasi

10. Keracunan dan Obat-Obat

• Aminoglucocide

• Antibiotika

• Obat-obat lain: quinine, aspirin dan diuretika (furosemide) ethacrynic acid dan bumetanide

11. Gangguan-gangguan lain:

• Otosclerosis

• Menier’s disease 12. Gangguan Pendengaran

• Tuli konduktif

• tuli sensorineural

• prebikusis

B. Tindakan pada Telinga

1. Pemeriksaan fungsi pendengaran:

a. Garpu tala

b. Audiometrix Hearing Test

2. Pemeriksaan telinga bagian luar dan membran tympani:

a. Teknik otoscopic b. Mikroskopik

3. Pemeriksaan fungsi mekanisme pengatur keseimbangan badan:

a. Caloric test

(59)

59

II. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Penciuman

• Sensasi bau dihasilkan sel-sel receptor yang disebut: sel-sel olfactorius yang melapisi membran mukosa hidung

• Sel olfaktorius mengandung silia yang mengalami depolarisasi apabila diikat oleh zat-zat kimia tertentu yang sesuai dengan bau tertentu di udara

• Beberapa jenis silia mengalami hiperpolarisasi sebagai respons terhadap bau tertentu

• Reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap rangsangan yang continue

• Sel olfatorius sebenarnya adalah sel-sel susunan saraf pusat

• Depolarisasi sel-sel ini à membentuk potensial aksi di lobus olfatorius otak

• Lansia: akibat ketajaman penciuman dan pengecapan berkurang, menurunkan nafsu makan à makanan ditambah garam

• Persepsi rasa manis tidak berkurang, bisa meningkatkan berat badan pada sebagian lansia

A. Gangguan pada Hidung 1. Hiposmia

• Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral atau unilkateral

• Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau

• Penyebab yang sering adalah tersumbatnya saluran hidung

• Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan kerusakan jaras saraf

• Orang yang mengalami cedera lobus frontalis sering menderita hiposmia

2. Hipogeusia

• Penurunan sensasi pengecapan

• Dapat mengena semua rasa atau rasa tertentu saja

• Ini mengidentifikasikan kemungkinan adanya kerusakan salah satu saraf kranialis yang mempersarafi lidah atau palatum

(60)

60

• Kadang-kadang rasa yang sebelumnya dinikmati, tiba-tiba dipersepsikan sebagai rasa tidak enak

• Fenomena ini disebut parageusia yang bisa akibat obat-obat kemoterapi, dsb. Atau disfungsi hati

• Pada lansia hipogeusia kadang timbul spontan

B. Tindakan pada Hidung

• Umumnya tindakanpemeriksaan pada hidung menggunakan alat bantu yaitu speculum hidung.

• Pemeriksaan Rhinoskopi dilakukan untuk membantu menilai ada tidaknya polip, pus dari meatus tengah sampai sphenoethmoidalis, dan adakah deviasi septum

• Tes fungsi penciuman menggunakan alcohol sniff test (AST)

Rangkuman

Penyakit atau gangguan pada pendengaran cukup banyak namun secara umum dapat digolongkan menjadi: gangguan pendengaran pada lansia, vertigo, defek kongenital, rubella, infeksi, cedera, tumor, obstruksi, degenerasi, keracunan dan obat-obat, gangguan pendengaran dan gangguan-gangguan lain. Tindakan terkait pendengaran seperti: pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garpu tala dan audiometrix hearing test, pemeriksaan otoscopic dan mikroskopik, serta caloric test. Penyakit atau gangguan pada penciuman seperti hiposmia dan hipogeusia. Tindakan terkait penciuman seperti: rhinoskopi dan tes penciuman dengan AST.

(61)

61 Tugas

1. Tugas Terstruktur Petunjuk:

• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa

• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab soal-soal berikut ini.

• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan paling lambat hari Sabtu, melalui spada masing- masing.

Soal:

1) Vertigo dapat timbul akibat gangguan pada:

a. Telinga luar b. Telinga tengah c. Telinga dalam d. Koklea

e. Daun telinga Pembahasan Soal:

………

………

2) Otitis media akut merupakan gangguan pada telinga yang disebabkan oleh:

a. Cedera b. Obstruksi c. Infeksi d. Tumor e. Degenerasi

(62)

62 Pembahasan Soal:

………

………

3) Presbikusis merupakan gangguan pada telinga yang disebabkan oleh:

a. Cedera b. Obstruksi c. Infeksi d. Tumor e. Degenerasi Pembahasan Soal:

………

………

2. Kegiatan Mandiri Petunjuk:

• Buatlah bagan patofisiologi dari 1 penyakit pada sistem Pendengaran dan 1 penyakit pada sistem Penciuman!

• Tugas dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)

• Tugas dikumpulkan via SPADA paling lambat hari Sabtu, melalui spada masing-masing.

(63)

63 TOPIK 3

PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN ISTILAH MEDISNYA SERTA TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN:

PENGECAPAN DAN PERABA Theresia Hutasoit, ST.RMIK

I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pengecapan

• Taste buds ada di lidah dan melepaskan potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi. Terdapat papil-papil pengecap khusus untuk

• berbagai sensasi rasa, yang belum semuanya teridentifikasi

• Reseptor-reseptor yang telah diketahui:

• Reseptor berespons terhadap rasa manis, pahit, asam, atau asin

• Pengaktivan reseptor yang berbeda-beda dengan tingkatan yang berlainan oleh zat-zat yang terdapat di makanan sehingga timbul rasa yang beragam

• Indera pengecapan mengawali pencernaan dan menimbulkan rangsangan untuk makan

• Depolarisasi papil-papil pengecap menyebabkan pengaktivan saraf kranialis: V, VII, IX dan X

• Saraf-saraf ini mengirim informasi ke thalamus dan kortek serebri à tempat sensasi diidentifikasi

• Dapat terjadi adaptasi (penurunan pelepasan pontensial aksi) papil pengecap apabila rangsangan oleh suatu bahan kimia yang terjadi terus menerus

• Mekanisme mengecap makanan yaitu mulai dari makanan/larutan berasa di papilla lidah kemudian rangsangan dibawa oleh saraf Bustatori menuju medulla oblongata dan thalamus di otak untuk kemudian dipersepsikan

(64)

64 A. Gangguan pada Lidah

1. Oral candidosis 2. Atropic glossitis 3. Geografic tongue 4. Fissured tongue 5. Glossopyrosis B. Tindakan pada Lidah

Tindakan yang dapat dilakukan terkait penyakit pada lidah berupa:

1. Biopsi lidah 2. CT scan

3. Sinar-X atau rontgen 4. Bedah

5. Radiasi 6. Kemoterapi 7. Terapi wicara

II. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait SIstem Penginderaan: Peraba

• Kulit merupakan organ terbesar yang meliputi seluruh tubuh

• Memiliki reseptor-reseptor peraba yang mengubah stimulus lingkungan menjadi impuls saraf yang akan di interpretasi oleh otak

• Kulit menutupi dan melindungi seluruh permukaan tubuh, yang bersambungan dengan jaringan ikat dibawahnya

A. Gangguan pada Kulit

1. Infection of the Skin and Subcutaneous Tissue a. Impetigo

b. Cutaneous abscess, furuncle and carbuncle c. Cellulitis

(65)

65 d. Lymphadenitis

e. Pilonidal cyst f. Pyoderma

2. Bullous Disorders, Dermatitis and Eczema a. Pemphigus

b. Atopic dermatitis c. Seborrhoeic dermatitis d. Allergic contact dermatitis e. Irritant contact dermatitis f. Exfoliative dermatitis g. Lichen simplex chronicus h. Prurigo

i. Pruritus j. Pityriasis alba

3. Papulosquamous Disorders a. Psoriasis

b. Parapsoriasis c. Pityriasis rosea d. Lichen planus 4. Urticaria and Erythema

a. Urticaria

b. Erythema multiforme c. Erythema nodosum 5. Radiation-related Disorders

a. Actinic

b. Radiodermatiti

6. Disorders of Skin Appendages a. Onycholysis

b. Onychogryphosis

(66)

66 c. Alopecia areata

d. Hypertrichosis e. Acne

f. Rosacea g. Milliria h. Bromhidrosis

7. Others Disorders of the Skin and Subcutaneous Tissue a. Vitiligo

b. Chloasma c. Freckles

d. Acanthosis nigricans e. Callus

f. Clavus

g. Pyoderma gangrenosum h. Decubitus ulcer

i. Striae atrophicae

j. Hypertrophic scar/ Keloid k. Scleroderma

l. Vasculitis

8. Gangguan Pigmentasi

Warna atau pigmentasi kulit ditentukan oleh deposit melanin, yang merupakan polymer hitam pada:

• Kulit dan rambut

• Ciliary body

• Choroid mata

• Lapisan pigmen retina

• Sel saraf tertentu

Melanin dibentuk di melanocytes lapisan basal epidermis dan diregulasi melalui pelepasan hormon pineal melatonin

Gambar

Gambar 1. Aparatus Lakrimal
Gambar 2. Struktur Mata  1.  Lapisan Luar
Gambar 3. Proses Penglihatan
Gambar 4. Struktur Telinga
+7

Referensi

Dokumen terkait