BAB I STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM PENGINDERAAN
Topik 2 Struktur Dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman, Pengecapan,
C. Proses Pengecapan
III. Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Peraba
Struktur / Anatomi Kulit:
Gambar 11. Anatomi Kulit
39 a. Epidermis
Di dalam lapisan epidermis terdapat:
1) Lapisan sel keratinosit yang berperan aktif dalam regenerasi sel kulit, dan
2) Sel pembentuk pigmen melamin. Melamin berfungsi dalam mewarnai kulit dan sebagai pelindung kulit dari sengatan matahari terutama sinar ultra violet.
b. Dermis
Pada lapisan dermis terdapat:
1) Pembuluh darah 2) Folikel rambut
3) Kelenjar minyak (glandula sebasea) 4) Kelenjar keringat (glandula sudorifera) 5) Serabut saraf, dan
6) Lapisan lemak subkutans.
• Lapisan dermis ini mengandung banyak serat kolagen dan elastin.
• Kolagen dan elastin memberikan pengaruh besar terhadap elastisitas kulit.
• Bagian-bagian dermis memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Pembuluh darah
Fungsinya mentransfer kebutuhan oksigen dan nutrisi yang akan digunakan oleh jaringan epidermis dan dermis. Merupakan bagian penting dalam sistem mengatur suhu tubuh.
b) Kelenjar keringat
• Fungsinya menghasilkan keringat untuk membawa zat sisa atau senyawa hasil metabolisme keluar dari tubuh melalui pori-pori.
• Keringat yang keluar membawa sebagian panas tubuh.
40 c) Folikel rambut
• Merupakan tempat akar rambut, di mana rambut dapat tumbuh dan berwarna.
• Sedangkan warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin.
• Rambut dapat tumbuh terus selama mendapat nutrisi dari pembuluh darah di sekitar folikel rambut.
d) Kelenjar minyak
• Fungsinya menghasilkan minyak untuk melumasi kulit dan rambut agar tidak kering.
c. Hipodermis
• Lapisan hipodermis mengandung banyak lemak.
• Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, berperan dalam melindungi tubuh dari berbagai pengaruh buruk lingkungan luar seperti benturan, tekanan sinar matahari, juga menjamin suhu tubuh selalu dalam kondisi normal.
B. Fungsi Kulit Kulit berfungsi:
1. Sebagai pelindung tubuh dari berbagai hal yang dapat membahayakan 2. Sebagai alat indra peraba
3. Sebagai salah satu organ yang berperan dalam eksresi, dan 4. Pengatur suhu tubuh.
Rangkuman
Sistem penginderaan penghidu terdiri dari pangkal, batang, cuping hidung, septum nasi, dinding lateral hidung, dan sinus paranalis. Sistem penghidu dipersarafi oleh saraf olfaktorius. Sistem indera pengecapan yaitu lidah terdiri dari: lidah bagian depan, pangkal lidah, frenulum, dan papilla. Indera peraba yaitu kulit terdiri atas: Epidermis, dermis, dan subkutan.
41 Tugas
1. Tugas Terstruktur Petunjuk:
• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa
• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab soal-soal berikut ini.
• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)
a. Sinus sfenoidalis b. Sinus makslaris c. Sinus maksilaris d. Sinus etmoidalis e. Sinus frontalis Pembahasan Soal:
………
………
2) Manusia memiliki 2 lubang hidung yang dipisahkan oleh …….
a. Bulu hidung b. Bridge c. Dorsum nasi d. Kavum nasi
42 e. Septum nasi
Pembahasan Soal:
………
………
3) Perhatikan gambar!
Bagian lidah yang berfungsi untuk mengecap rasa asin dan pahit ditunjukkan oleh nomor …….
a. (1) dan (2) b. (2) dan (1) c. (3) dan (1) d. (3) dan (2) e. (3) dan (4) Pembahasan Soal:
………
………
4) Bagian lidah yang menghubungkan lidah ke dasar mulut dinamakan …….
a. Papilla filiformis b. Pangkal lidah c. Saraf kranial d. Frenulum e. Papilla
43 Pembahasan Soal:
………
………
5) Perhatikan gambar berikut!
Bagian dari gambar yang mengatur elastisitas kulit adalah ……. dan
……., yang terdapat pada gambar nomor ……..
a. kolagen, elastin, (2) b. kolagen, elastin, (4) c. kolagen, elastin, (8) d. kolagen, dermis, (2) e. kolagen, dermis, (4) Pembahasan Soal:
………
………
44 2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
• Buatlah gambar organ-organ terkait system penginderaan: Penghidu, Pengecap, dan Peraba
• Buat keterangan bagian-bagian organ di bawah gambar, disertai penjelasan fungsi bagian masing-masing
• Gambar dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A3 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)
• Tugas dikumpulkan via SPADA
45
KUNCI JAWABAN
Topik 1 Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penglihatan dan Pendengaran
1. d. (3) Sklera Pembahasan:
Bagian terlihat putih dan melapisi belakang bola mata 2. d. (4) - (2) – (1) – (3) – (5)
Pembahasan:
Proses penglihatan dimulai dari masuknya sinar melalui kornea, diteruskan ke pupil, kemudian dibiaskan oleh lensa dan diterima oleh retina, selanjutnya diteruskan melalui saraf optikus ke otak.
3. b. (B) Gendang telinga Pembahasan:
Bagian telinga tengah yang mengubah suara menjadi getaran 4. b. Telinga dalam
Pembahasan:
Tulang-tulang pendengaran di telinga tengah mengantarkan getaran suara ke telinga dalam.
5. c. Tuba eustachius Pembahasan:
Bagian ini yang mengatur tekanan udara dalam telinga bila terjadi perubahan tekanan udara di lingkungan
Topik 2 Struktur dan Fungsi Sistem Penginderaan: Penciuman, Pengecapan dan Peraba
1. b. Sinus makslaris Pembahasan:
Yang benar adalah sinus maksilaris.
46 2. e. Septum nasi
Pembahasan:
Septum yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri 3. c. (3) dan (1)
Pembahasan:
Bagian 3 mengecap rasa asin, dan bagian 1 mengecap rasa pahit 4. d. Frenulum
Pembahasan:
Bagian ini yang menghubungkan lidah ke dasar mulut 5. b. kolagen, elastin, (4)
Pembahasan:
Kolagen dan elastin yang terdapat di bagian dermis berfungsi untuk mengatur elastisitas kulit
47
DAFTAR PUSTAKA
Boesorie,S.F., Mahdiani, S., Yunard, A., & Aziza, Y., Diterjemahkan oleh Artini
& Afriani. (2020). Singapore: Elsevier.
Kuntoadi, G.B., & Febrina, I. (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Apikes Semester-1. Bandung: Panca Terra Firma.
48 BAB II
GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG
TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada tubuh beserta istilah medis dan tindakan yang terkait meliputi penginderaan. Pada materi dijelaskan tentang patofisiologi penyakit dan istilah medis serta tindakan terkait sistem penginderaan. Mahasiswa dituntun agar mampu memahami patofisiologi penyakit dan istilah medis pada kasus terkait sistem penginderaan.
B. Deskripsi Materi
Bab ini membahas tentang patofisiologi penyakit dan istilah medisnya serta tindakan terkait sistem penginderaan: Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Pengecap, dan Peraba.
C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Pembelajaran pada bab ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mencapai Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) yaitu mampu menjelaskan gangguan fungsi dari berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia beserta istilah medis dan tindakan terkait meliputi penginderaan.
D. Uraian Materi
Topik 1: Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya dan Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Penglihatan
49
Topik 2: Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya dan Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pendengaran dan Penciuman Topik 3: Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya dan Tindakan yang
Terkait Sistem Penginderaan: Pengecapan dan Peraba
50 TOPIK 1
PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN ISTILAH MEDISNYA SERTA TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN:
PENGLIHATAN dr. John Barker Liem, M.K.M..
I. Visual Adaptation DARK ADAPTATION
• Break down of photopigment during exposure of sunlight fremendously decreases photoreceptor sensitivity
• As a result, the sensitivity of our eyes gradually increase ® u can see in the dark
LIGHT ADAPTATION
• As some of photopigment are rapidly brokendown by intense light, the sensitivIty of the eye decreases and normal contras can once again be detected.
II. Color Vision
• Cone type = green, blue, red
• A wave length perceived as blue excite blue cone maximally does not stimulate red or green cone at all
• White is a mixture of all wavelength of light
• Black is the absence of light
• We see the same color because we have the same type of cone
51
Gambar 12. Visible Spectrum
III. Visual Field
Visual field is field of view that can be seen without moving the head.
IV. Gangguan pada Mata
Banyak gangguan mata adalah minor, namun demikian sebagian bisa saja menjurus ke komplikasi yang serius bila tidak ditangani dengan baik
a. Defek-2 Kongenital
1. Strabismus (squint or malalignment of the eye), seringnya adalah kongenital (ada sejak bayi dilahirkan)
2. Cataract (opacity of the lens of the eye) bisa timbul pada bayi, yang penyebabnya adalah infeksi rubella bumil pada saat-2 kehamilan trimester pertama.
b. Vision (ketajaman daya pengelihatan) pada kasus micro-ophthalmic eye, umumnya sangat jelek/ kurang tajam
c. Nystagmus (rapid uncontrolled movement in the eye) = gerak cepat bola mata yang tak terkontrol bisa kongenital
52
d. Retinoblastoma: tumor malignant dari retina mata yang muncul pada usia kanak- kanak, bisa menyerang satu atau kedua mata Bisa differentiated atau undifferentiaed
e. Albinism (Absence of pigment) = mata albino
f. Abnormalities of development of the cornea & retina = Pertumbuhan kornea dan retina yang abnormal
g. Infeksi
1. Conjunctivitis (Konjungtivitis) adalah infeksi mata yang paling umum, jarang sampai menggangu pengelihatan. Contoh: trachoma of severe bacterial conjunctivitis
2. Infeksi kornea adalah lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi penglihatan kabur,
3. Perforation (luka robek /tembus) cornea
4. Endophthalmitis (Infeksi pada dalam mata) bisa memerlukan operasi pengangkatan seluruh bola mata, seringnya timbul akibat penetrating injury (luka tusuk), setelah terjadi severe ulceration (luka terbuka yang memborok), bisa juga walau jarang, akibat operasi besar mata, atau akibat infeksi di bagian lain tubuh. (Ulcer bisa landai bisa dalam akibat destruksi jaringan permukaan)
h. Gangguan suplei aliran darah i. Tumor
j. Gangguan Nutrisi
k. Xerophthalmia: kering pada kornea dan konjungtiva mata.
l. Buta senja (Night blindness), atau keratomalacia (kornea melunak dan destruksi serta kehilangan total pengelihatan)
m. Gangguan autoimun pada mata
1. Uveitis (Inflamasi jaringan uvea mata, choroid dan/atau ciliary body) yang apabila bukan akibat infeksi, memiliki akibat dasar autoimun (defense mechanism of the body attact its own tissues)
53 n. Degeneration
1. Macular degeneration of the retina adalah umum terjadi pada manula, ini mengakibatkan pengurangan ketajaman pengelihatan walaupun ketajaman pengelihatan periferal tetap ada
2. Cataract umum pada lansia, sebab dan kondisi tepatnya belum diketahui, diakui sebagai proses degenerasi lansia
o. Gangguan lain:
1. Glaucoma (tekanan bola mata meningkat) bisa terjadi dengan berbagai bentuk, bila tidak diterapi segera à kebutaan permanent
2. Retinal detachment: pada gangguan ini retina keangkat dari jaringan ikat bawahnya, bisa akibat berbagai sebab
p. Ametropia: Ini adalah istilah umum yang berarti = ada refractive error (eror) dalam memfokus
1. Myopia = rabun jauh 2. Hyperopia = rabun dekat
3. Astigmatism atau anisometropia = Gangguan tersebut bukan penyakit namun suatu keadaan variasi bentuk dan kemampuan memfokuskan gambar di mata
4. Presbiopia = penurunan progresif akomodasi mata terkait penambahan usia.
5. Amblyopia = pengelihatan satu mata kurang tanpa ada abnormalitas struktur, umumnya akibat strabismus
V. Tindakan pada Mata
Tindakan pada mata juga termasuk investigasi pada mata.
• Struktur transparan mata memudahkan pemeriksaan
• Banyak proses-2 penyakit yang berpengaruh pada mata dapat dilihat langsung dengan ophthalmoscope atau slit-lamp
54
• Photography retina dan angiography fluorescein bisa digunakan untuk mempelajari aliran/pembuluh darah di dalam mata
• Pemeriksaan mata dimulai pada bagian luar mata, kelopak dan jaringan kulit sekitarnya. Gerak mata juga perlu diperiksa (pada strabismus)
• Pemeriksaan visus dengan Bagan Snellen’s, disusul pemeriksaan luas medan pengelihatan
• Pemeriksaan terhadap buta warna dengan instrument gambar Ischihara
• Tekanan bola mata: Tonometry untuk pemeriksaan glaukoma
• Pemeriksaan mata dilakukan untuk menentukan kausa gangguan pengelihatan atau adanya simtom lain, serta untuk memastikan apakah seorang perlu memakai kacamata
Rangkuman
Penyakit atau gangguan pada mata cukup banyak namun secara umum dapat digolongkan menjadi: defek kongenital, vision, nistagmus, retinoblastoma, albinism, abnormalities of development of the cornea & retina, infeksi, gangguan suplai aliran darah, tumor, gangguan nutrisi, xerophtalmia, buta senja, gangguan autoimun pada mata, degeneration, ametropia, dan gangguan lain. Tindakan terkait penglihatan seperti: ophthalmoscope, Photography retina dan angiography fluorescein, pemeriksaan visus dengan Snellen’s, instrument Ischicara, Tonometry.
Tugas
1. Tugas Terstruktur Petunjuk:
• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa
• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab soal-soal berikut ini.
55
• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)
• Tugas dikumpulkan paling lambat hari Sabtu melalui spada masing-masing.
Soal:
1) Penyebab rabun senja atau nyctalopia adalah:
a. Retinitis pigmentosa b. Myopia
c. Katarak
d. Usher syndrome e. Semua benar Pembahasan Soal:
………
………
2) Kondisi kering pada kornea dan konjungtiva mata disebut:
a. Xerophthalmia b. Uveitis
c. Glaukoma d. Astigmatisma e. Semua benar Pembahasan Soal:
………
………
56 2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
• Buatlah bagan patofisiologi dari 2 penyakit pada sistem Penglihatan dan pengertiannya
• Tugas dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)
• Tugas dikumpulkan via SPADA paling lambat hari Sabtu.
57 TOPIK 2
PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN ISTILAH MEDISNYA SERTA TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN:
PENDENGARAN DAN PENCIUMAN Theresia Hutasoit, ST.RMIK
I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pendengaran
A. Gangguan pada Telinga
Telinga bisa terserang berbagai macam gangguan yang mungkin saja mengakibatkan hilangnya pendengaran (tuli)
1. Gangguan Pendengaran Lansia
• Penyebabnya antara lain adalah aterosklerosis dan penurunan aliran darah, kekakuan struktur telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya sel reseptor
• Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga) yang menurunkan transmisi suara
• Penyakit sistemik penyerta yang lain, seperti diabetes mellitus juga dapat mempengaruhi pendengaran
2. Vertigo hasil gangguan telinga tidak umum, walau demikian ini bisa timbul akibat gangguan pada telinga tengah
3. Defek kongenital: bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit (jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil telinga tengah deformasi atau absen
4. Rubella (Campak Jerman, German measles) menyerang bumil pada bulan pertama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pendengaran bayi hingga tuli
5. Infeksi
58 6. Cedera (injury)
7. Tumor 8. Obstruksi 9. Degenerasi
10. Keracunan dan Obat-Obat
• Aminoglucocide
• Antibiotika
• Obat-obat lain: quinine, aspirin dan diuretika (furosemide) ethacrynic acid dan bumetanide
11. Gangguan-gangguan lain:
• Otosclerosis
• Menier’s disease 12. Gangguan Pendengaran
• Tuli konduktif
• tuli sensorineural
• prebikusis
B. Tindakan pada Telinga
1. Pemeriksaan fungsi pendengaran:
a. Garpu tala
b. Audiometrix Hearing Test
2. Pemeriksaan telinga bagian luar dan membran tympani:
a. Teknik otoscopic b. Mikroskopik
3. Pemeriksaan fungsi mekanisme pengatur keseimbangan badan:
a. Caloric test
59
II. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Penciuman
• Sensasi bau dihasilkan sel-sel receptor yang disebut: sel-sel olfactorius yang melapisi membran mukosa hidung
• Sel olfaktorius mengandung silia yang mengalami depolarisasi apabila diikat oleh zat-zat kimia tertentu yang sesuai dengan bau tertentu di udara
• Beberapa jenis silia mengalami hiperpolarisasi sebagai respons terhadap bau tertentu
• Reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap rangsangan yang continue
• Sel olfatorius sebenarnya adalah sel-sel susunan saraf pusat
• Depolarisasi sel-sel ini à membentuk potensial aksi di lobus olfatorius otak
• Lansia: akibat ketajaman penciuman dan pengecapan berkurang, menurunkan nafsu makan à makanan ditambah garam
• Persepsi rasa manis tidak berkurang, bisa meningkatkan berat badan pada sebagian lansia
A. Gangguan pada Hidung 1. Hiposmia
• Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral atau unilkateral
• Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau
• Penyebab yang sering adalah tersumbatnya saluran hidung
• Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan kerusakan jaras saraf
• Orang yang mengalami cedera lobus frontalis sering menderita hiposmia
2. Hipogeusia
• Penurunan sensasi pengecapan
• Dapat mengena semua rasa atau rasa tertentu saja
• Ini mengidentifikasikan kemungkinan adanya kerusakan salah satu saraf kranialis yang mempersarafi lidah atau palatum
60
• Kadang-kadang rasa yang sebelumnya dinikmati, tiba-tiba dipersepsikan sebagai rasa tidak enak
• Fenomena ini disebut parageusia yang bisa akibat obat-obat kemoterapi, dsb. Atau disfungsi hati
• Pada lansia hipogeusia kadang timbul spontan
B. Tindakan pada Hidung
• Umumnya tindakanpemeriksaan pada hidung menggunakan alat bantu yaitu speculum hidung.
• Pemeriksaan Rhinoskopi dilakukan untuk membantu menilai ada tidaknya polip, pus dari meatus tengah sampai sphenoethmoidalis, dan adakah deviasi septum
• Tes fungsi penciuman menggunakan alcohol sniff test (AST)
Rangkuman
Penyakit atau gangguan pada pendengaran cukup banyak namun secara umum dapat digolongkan menjadi: gangguan pendengaran pada lansia, vertigo, defek kongenital, rubella, infeksi, cedera, tumor, obstruksi, degenerasi, keracunan dan obat-obat, gangguan pendengaran dan gangguan-gangguan lain. Tindakan terkait pendengaran seperti: pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garpu tala dan audiometrix hearing test, pemeriksaan otoscopic dan mikroskopik, serta caloric test. Penyakit atau gangguan pada penciuman seperti hiposmia dan hipogeusia. Tindakan terkait penciuman seperti: rhinoskopi dan tes penciuman dengan AST.
61 Tugas
1. Tugas Terstruktur Petunjuk:
• Bentuklah 2 kelompok mahasiswa
• Baca setiap pertanyaan di bawah ini, diskusikan bersama teman sekelompok untuk menjawab soal-soal berikut ini.
• Ketik hasil diskusi anda ke lembar Ms.Word dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5. Sertakan Cover (berisi judul tugas, nama anggota kelompok dan NIM, prodi, kelas, logo kampus)
• Tugas dikumpulkan paling lambat hari Sabtu, melalui spada masing-masing.
Soal:
1) Vertigo dapat timbul akibat gangguan pada:
a. Telinga luar
2) Otitis media akut merupakan gangguan pada telinga yang disebabkan oleh:
a. Cedera b. Obstruksi c. Infeksi d. Tumor e. Degenerasi
62 Pembahasan Soal:
………
………
3) Presbikusis merupakan gangguan pada telinga yang disebabkan oleh:
a. Cedera b. Obstruksi c. Infeksi d. Tumor e. Degenerasi Pembahasan Soal:
………
………
2. Kegiatan Mandiri Petunjuk:
• Buatlah bagan patofisiologi dari 1 penyakit pada sistem Pendengaran dan 1 penyakit pada sistem Penciuman!
• Tugas dibuat di lembar Ms.Word, ukuran kertas A4 dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5, dilengkapi dengan sumber referensi/daftar Pustaka dan Cover (berisi: judul tugas, nama, NIM, kelas, prodi, logo kampus)
• Tugas dikumpulkan via SPADA paling lambat hari Sabtu, melalui spada masing-masing.
63 TOPIK 3
PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN ISTILAH MEDISNYA SERTA TINDAKAN YANG TERKAIT SISTEM PENGINDERAAN:
PENGECAPAN DAN PERABA Theresia Hutasoit, ST.RMIK
I. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait Sistem Penginderaan: Pengecapan
• Taste buds ada di lidah dan melepaskan potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi. Terdapat papil-papil pengecap khusus untuk
• berbagai sensasi rasa, yang belum semuanya teridentifikasi
• Reseptor-reseptor yang telah diketahui:
• Reseptor berespons terhadap rasa manis, pahit, asam, atau asin
• Pengaktivan reseptor yang berbeda-beda dengan tingkatan yang berlainan oleh zat-zat yang terdapat di makanan sehingga timbul rasa yang beragam
• Indera pengecapan mengawali pencernaan dan menimbulkan rangsangan untuk makan
• Depolarisasi papil-papil pengecap menyebabkan pengaktivan saraf kranialis: V, VII, IX dan X
• Saraf-saraf ini mengirim informasi ke thalamus dan kortek serebri à tempat sensasi diidentifikasi
• Dapat terjadi adaptasi (penurunan pelepasan pontensial aksi) papil pengecap apabila rangsangan oleh suatu bahan kimia yang terjadi terus menerus
• Mekanisme mengecap makanan yaitu mulai dari makanan/larutan berasa di papilla lidah kemudian rangsangan dibawa oleh saraf Bustatori menuju medulla oblongata dan thalamus di otak untuk kemudian dipersepsikan
64 A. Gangguan pada Lidah
1. Oral candidosis 2. Atropic glossitis 3. Geografic tongue 4. Fissured tongue 5. Glossopyrosis B. Tindakan pada Lidah
Tindakan yang dapat dilakukan terkait penyakit pada lidah berupa:
1. Biopsi lidah 2. CT scan
3. Sinar-X atau rontgen 4. Bedah
5. Radiasi 6. Kemoterapi 7. Terapi wicara
II. Patofisiologi Penyakit dan Istilah Medisnya Serta Tindakan yang Terkait SIstem Penginderaan: Peraba
• Kulit merupakan organ terbesar yang meliputi seluruh tubuh
• Memiliki reseptor-reseptor peraba yang mengubah stimulus lingkungan menjadi impuls saraf yang akan di interpretasi oleh otak
• Kulit menutupi dan melindungi seluruh permukaan tubuh, yang bersambungan dengan jaringan ikat dibawahnya
A. Gangguan pada Kulit
1. Infection of the Skin and Subcutaneous Tissue a. Impetigo
b. Cutaneous abscess, furuncle and carbuncle c. Cellulitis
65 d. Lymphadenitis
e. Pilonidal cyst f. Pyoderma
2. Bullous Disorders, Dermatitis and Eczema a. Pemphigus
b. Atopic dermatitis c. Seborrhoeic dermatitis d. Allergic contact dermatitis e. Irritant contact dermatitis f. Exfoliative dermatitis g. Lichen simplex chronicus h. Prurigo
i. Pruritus j. Pityriasis alba
3. Papulosquamous Disorders a. Psoriasis
b. Parapsoriasis c. Pityriasis rosea d. Lichen planus 4. Urticaria and Erythema
a. Urticaria
b. Erythema multiforme c. Erythema nodosum 5. Radiation-related Disorders
a. Actinic
b. Radiodermatiti
6. Disorders of Skin Appendages a. Onycholysis
b. Onychogryphosis
66 c. Alopecia areata
d. Hypertrichosis e. Acne
f. Rosacea g. Milliria h. Bromhidrosis
7. Others Disorders of the Skin and Subcutaneous Tissue a. Vitiligo
b. Chloasma c. Freckles
d. Acanthosis nigricans e. Callus
f. Clavus
g. Pyoderma gangrenosum h. Decubitus ulcer
i. Striae atrophicae
j. Hypertrophic scar/ Keloid k. Scleroderma
l. Vasculitis
8. Gangguan Pigmentasi
Warna atau pigmentasi kulit ditentukan oleh deposit melanin, yang merupakan polymer hitam pada:
• Kulit dan rambut
• Ciliary body
• Choroid mata
• Lapisan pigmen retina
• Sel saraf tertentu
Melanin dibentuk di melanocytes lapisan basal epidermis dan diregulasi melalui pelepasan hormon pineal melatonin
67
Hyperpigmentasi adalah peningkatan abnormal pigmentasi hasil peningkatan produk melanin
Hypopigmentasi adalah penurunan abnormal pigmentasi hasil penurunan produk melanin
Gangguan pigmentasi: primer dan sekunder
Perubahan pigmentasi sekunder timbul sebagai hasil kerusakan kulit akibat:
• Iritasi, alergi, infeksi
• Excoriation (pengelupasan)
• Luka bakar (combustion)
• Terapi dermatologik: curettage, dermabrasi, pengelupasan kimiawi, beku (nitrogen cair)
9. Sarcoidosis
• Ini adalah penyakit yang menyerang multisistem, dengan tanda khas adanya formasi granulomas, lesi inflamasi yang mengandung mononuclear phagocytes yang umumnya dikelilingi oleh gugusan lymphocytes
• Granuloma ini bisa timbul di paru, hepar, tulang atau mata dan dapat disertai lesi kulit
B. Tindakan pada Kulit
Tindakan yang dapat dilakukan terkait penyakit pada kulit berupa:
1. Biopsi yaitu pengangkatan jaringan kulit untuk mendeteksi adanya kanker, infeksi atau penyakit lainnya
2. Pemeriksaan klinik khusus tes alergi atau uji kulit seperti uji tusuk, uji tempel, hingga uji intradermal
3. Dermatologi intervensi kosmetik, meliputi ekstraksi komedo, suntik kortikosteroid, bedah kimia, botox, skleroterapi, mikrodermabasi, dan hair removal; penggunaan laser serta alat berbasis cahaya dan
68
energi seperti laser pigmen dan laservaskular; fototerapi yang mencakup UVA dan UVB.
4. Dermatologi intervensi bedah kulit, mencakup tindakan anastesi lokal, bedah beku, bedah listrik, perbaikan jaringan parut, bedah kulit untuk kondisi darurat, perawatan luka dan komplikasi bedah kulit.
Rangkuman
Gangguan ada lidah dapat meliputi: Oral candidosis, Atropic glossitis, Geografic tongue, Fissured tongue, dan Glossopyrosis. Tindakan pada lidah seperti: Biopsi lidah, CT scan, Sinar-X atau rontgen, Bedah, Radiasi, Kemoterapi,
Gangguan ada lidah dapat meliputi: Oral candidosis, Atropic glossitis, Geografic tongue, Fissured tongue, dan Glossopyrosis. Tindakan pada lidah seperti: Biopsi lidah, CT scan, Sinar-X atau rontgen, Bedah, Radiasi, Kemoterapi,