PROSES KOMUNIKASI PENYULUHAN PADA PETANI TOMAT DI DESA ARABIKA KECAMATAN SINJAI BARAT
KABUPATEN SINJAI
ABDUL LATIF 105960059710
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PROSES KOMUNIKASI PENYULUHAN PADA PETANI TOMAT DI DESA ARABIKA KECAMATAN SINJAI BARAT
KABUPATEN SINJAI
ABDUL LATIF 105960059710
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Abdul Latif lahirpadaTanggal 04 April 1986 di Kabupaten Sinjai dari pasangan Ayahanda Uddin dan Bunda Miang yang merupakananak kedua dari empat bersaudarah.
Adapunjenjangpendidikan yang pernaditempuhyaitu : - Tamat SD Negeri 70 KasuarangKabupatenSinjai 1999.
- Tamat SLTP Negeri 2 Sinjai Barat KabupatenSinjai 2002.
- Tamat SLTA Negeri 1 Sinjai Barat KabupatenSinjai 2005.
- Pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar dan memilih Fakultas Pertanian Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Proses Komuniksi Penyuluhan Pada Petani Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
Nama : Abdul Latif
Stambuk : 10 960059710 Program studi : Agribisnis Fakultas : Pertanian
Komisi Penguji
1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si (...) Ketua Sidang
2. ST.KhadijahY.Hiolah, S.TP, M.Si (…………...) Sekretaris
3. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si (...) Anggota
4. Isnam junais, S.P., M.Si (...) Anggota
ABSTRAK
ABDUL LATIF,.105960059710. Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan Syafiuddin dan ST. Khadijah Y. Hiola.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi penyuluhan pada kelompok tani dalam budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Populasi dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) kelompok tani yang masing- masing anggotanya berjumlah 10 orang, dimana total populasinya 30 orang yang mengusahakan budidaya tomat yang di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara sensus dimana semua anggota dijadikan populasi sebagai responden, ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitianini yaitu data primer dan sekunder dengan mengunakan presentase dan kategori.
Hasil penelitian in imenunjukkan bahwa bahwa proses komunikas ipenyuluhan penyuluhan pada petani tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai mulai dari pengadaan benih, penyamaian benih, penyiapan lahan, penanaman benih, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit dan panen berada pada kategori tinggi.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PROSES KOMUNIKASI PENYULUHAN PADA PETANI TOMAT DI DESA ARABIKA KECAMATAN SINJAI BARAT KABUPATEN SINJAI adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, November 2014
Abdul Latif 105960059710
ABSTRAK
ABDUL LATIF. 105960059710. Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Dibawah bimbingan oleh SYAFIUDDIN dan ST. KHADIJAH Y. HIOLA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi penyuluhan pada petani dalam menerapkan budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
Populasi dalam penelitian ini adalah satu orang penyuluh pertanian dan 30 anggota kelompok tani yang mengusahakan budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara sensus dimana semua petani atau populasi dijadikan sampel. Sumber data di peroleh dari data primer dan sekunder. Analisis data yang di gunakan adalah analisis deskriptif .
Berdasarkan hasil penelitian maka, dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi penyuluhan pada petani dalam menerapkan teknologi budidaya tomat tergolong tinggi karena intensitas penyuluhan yang tinggi dalam memberikan informasi baik melalui kelompok maupun perorangan.
KATA PENGANTAR
ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ .
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan izinnya sehigga penulis diberi kekuatan, kesehatan dan kemampuan jasmani dan rohani sehingga dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul:
Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Tomat Di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini banyak mengalami rintangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan penulis, serta keterbatasan dana, dan waktu namun karena dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi penelitian ini mampu terselesaikan meskipun dengan segala kekurangan. Untuk itu segala hormat dan ucapan banyak terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si dan Ibu ST.Khadijah Y.Hiola,S.TP, M.Si selaku pembimbing yang dengan keikhlasan selalu sabar dalam menghadapi dan menggoreksi serta mengarahkan penulis.
Hanya kepada Allah SWT jualah penulis berdoa semoga segala bantuan serta perhatiannya dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan mendapat pahala yang berlipat ganda. Amin...
Makassar , November 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1. 2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Proses Komunikasi ... 6
2.2 Penyuluh ... 10
2.3 Budidaya Tomat ... 13
2.4 Kerangka Pemikiran ... 20
III. METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 22
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 22
3.3 Teknik Pengambilan Data ... 22
3.4 Analisis Data... 23
3.5 Defenisi Operasional ... 23
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 25
4.1 Letak dan Luas Wilayah ... 25
4.2 Keadaan Penduduk ... 26
4.3 Keadaan Pertanian ... 39
4.4 Kelembagaan Kelompok Tani ... 30
5.5 Sarana dan Prasaran... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1 Karakteristik Petani Responden... 33
5.2 Proses Komunikasi Penyuluhan pada Petani Tomat ... 39
5.3 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluan pada Budidaya Tomat .... 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 50
6.1 Kesimpulan... 50
6.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1 Jumlah penduduk di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai yang dirinci menurut dusun, 2013……….. 26 2 Klasifikasi Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Desa
Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013……… 27 3 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Arabika
KecamatanSinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013……… 28 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013……….. 29 5 Luas Lahan berdasarkan Jenis Penggunaan di Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013………. 30 6 Kelembagaan kelompok tani di Desa Arabika Kecamatan Sinjai
Barat Kabupaten Sinjai, 2013………... 31 7 Sarana dan Prasarana yang mendukun Pembangunan Pertanian
di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013… 32 8 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Umur di
Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013…….... 33 9 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Tingkat
Pendidikan di Desa Arabika Kecammatan Sinjai Barat Kabupaten
Sinjai, 2013……… 34 10 Jumlah dan Presentase Responden berdasarkan Klasifikasi
Pengalaman Pengalaman Berusahatani di Desa Arabika kecamatan
Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013……… 36 11 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Luas
Lahan di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013……….…. 37 12 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Jumlah
Tanggungan Keluarga di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai, 2014……… 38
13 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang Pemilihan Benih dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014…………... 41 14 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang
Penyamaian Benih dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014……... 42 15 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang
Pengolahan Media Tanam dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014... 43 16 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang
Penanaman Benih dan jarak tanam dalam Budidaya Tomat
di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai,2014... 44 17 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang
Pemeliharaan Tanaman dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014……... 46 18 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang
Pengendalian Hama Penyakit dalam Budidaya Tomat di Desa
Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014... 47 19 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang
Proses Panen dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika Kecamatan
Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014………... 48
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1 Sekema Kerangka Pemikiran Penelitian Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani dalam menerapkan teknologi Budidaya Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai... 21
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1 Identitas Petani Responden Di Desa Arabika, Kecamatan Sinjai
Barat, Kabupaten Sinjai, 2013………. 52 2 Proses Penerapan dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika
Kecamatan Sinjai Barat, 2014…………... 53 3 Daftar Pertanyaan Responden……… … 54 4 Dokumentasi Penelitian……… 58
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaku pertanian di Propinsi Sulawesi Selatan umumnya adalah petani kecil dengan produk pertanian dan mutu yang bervariasi. Keterbatasan- keterbatasan petani, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, dan aksesibilitas pasar akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang akan diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan petani. Rendahnya tingkat kekosmopolitan atau kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi petani dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahatani yang sulit berkembang. Dengan demikian, dalam bidang pengembangan pertanian, akses terhadap informasi pasar dan teknologi pertanian menjadi hal yang sangat penting demi kelangsungan usahatani yang dilaksanakan (Anonim,2011).
Dewasa ini pelaku pengembangan pertanian di Kabupaten Sinjai masih mengeluhkan minimnya informasi pasar dan informasi teknologi pertanian tepat guna yang dapat disediakan oleh pemerintah, dalam hal ini penyuluh pertanian.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban penyuluh pertanian untuk dapat menyediakan informasi pasar dan informasi teknologi pertanian bagi pelaku agribisnis.
Masalah penting yang harus dipahami semua pihak terkait dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang informasi teknologi adalah system komunikasi sebagai salah satu media penyuluhan pertanian. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka penyebaran informasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kabupaten Sinjai khususnya di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat bertumpuh pada system komunikasi sebagai media penyuluhan yang lebih efektif dan efesien. Materi komunikasi sebagai media penyuluhan bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Dalam kaitannya dengan komunikasi sebagai media penyuluhan, maka upaya yang perlu mendapatkan perhatian adalah bagaimana melakukan komunikasi dengan petani-petani kecil pada skala keterbatasan yang mereka miliki, agar pesan yang disampaikan melalui kegiatan komunikasi dapat diserap dan selanjutnya diterapkan oleh mereka.
Tomat sebagai salah satu kelompok tanaman hortikultura dapat dibudidayakan di berbagai lahan seperti lahan sawah irigasi, lahan kering (tegalan). Oleh karena itu, pengembangan luas areal penanaman tomat biasa dilakukan sampai di lahan berproduksi rendah. Namun, penggunaan teknologi harus diselaraskan dengan daya dukung lingkungan setempat. Cara bercocok tanam, penggunaan varietas unggul, pemupukan, pengairan, serta pengendalian hama dan penyakit merupakan lima unsur teknologi intensifikasi yang dapat meningkatkan produksi tomat.
Penyelenggaraan proses penyuluhan pertanian di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai melalui proses komunikasi penyuluhan sebagai media diharapkan mampu menerapakan hal-hal antara lain adalah : (1) membudidayakan tomat dengan cara yang lebih baik, misalnya cara bercocok tanam, cara memelihara kesuburan tanah, cara memperlakukan teknologi pasca panen dan sebagainya, (2) berusahatani tomat secara menguntungkan dan (3) berusahatani untuk meningkatkan kesejateraan petani.
Menurut Hanapin (2010), Komunikasi sebagai media penyuluhan bukan saja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan tingakah laku komunikasi seperti yang ditemui dalam metode penyuluhan pertanian, tetapi dari itu. Peranan komunikasi sebagai media penyuluhan adalah penting sekali, karena dalam proses komunikasi itu sendiri bukan saja melalu cara “satu arah”, tetapi juga “dua arah”
yang memperhatikan aspek lingkungan atau system sosial yang disekelilingnya.
Oleh karena itu, system pertanian wilayah Kabupaten Sinjai khususnya di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat dalam pengembangan usahatani termasuk usahatani tomat dipengaruhi oleh proses komunikasi yang dilakukan petani, baik melalui kelompok maupun perorangan, sehingga proses komunikasi tersebut akan semakin bermanfaat atau berjalan efektif dan tepat sasaran.
Pengembangan usahatani budidaya tomat di Desa Arabika dapat dikatakan cukup menggembirakan dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
Namun bila ditinjau secara mikro, persoalan yang dihadapi dalam proses pengembangan komoditi ini adalah belum tercapainya proses adopsi inovasi sebagaimana yang diharapkan. Pengetahuan dan keterampilan masyarakat tani
khususnya dalam hal pengembangan usahatani tomat yang masih relatif rendah dan dalam dimensi yang terbatas. Oleh karena itu, menjadi kewajiban penyuluh pertanian untuk menyedian informasi teknologi bagi petani.
Berkaitan dengan berbagai uraian di atas, untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan pada kelompok tani tomat tentang penyampaian informasi dalam meningkatkan pengetahuan petani dalam budidaya tomat, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang “Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Tomat” di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi penyuluhan pada petani dalam menerapan teknologi budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi penyuluhan pada petani dalam menerapan teknologi budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain serta bahan pertimbangan bagi instansi terkait tentang proses komunikasi penyuluhan pada petani tomat.
2. Sebagai acuan bagi penentu kebijakan dalam menyusun rencana program penyuluhan pertanian yang berhubungan dengan prosse komunikasi penyuluhan pada petani dalam mempercepat proses adopsi inovasi penerapan teknologi budidaya tomat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Komunikasi
Komunikasi pertanian adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua belah pihak yang berkaitan dengan bidang pertanian. Sedangkan Proses komunikasi adalah prosespenyampain pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya (Subair, 2006).
Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Dalam komunikasi menggunakan beberapa metode penyuluhan dalam proses komunikasi (Mahmud, 2006).
1. Metode penyuluhan menurut media yang digunakan.
1. Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (melalui percakapan tatap-muka atau lewat telepon), maupun secara tidak langsung (lewat radio, televise, kaset, dan lain-lain).
2. Media cetak, baik berupa gambar dan tulisan (foto, majalah, selebaran, poster, dan lain-lain).
3. Media terproyeksi, berupa gambar dan tulisan lewat, slide dan pertunjukan film.
2. Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluhan dan sasarannya.
1. Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap-muka atau lewat media tertentu.
2. Komunikasi tidak langsung, baik lewat perantara orang lain, lewat surat dan media yang lain.
3. Metode penyuluhan menurut keadaan psiko-sasarannya
1. Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seseorang dengan setiap sasaranya, misalnya melalui kunjungan kerumah, kunjungan ketempat sasaranya.
2. Pendekatan kelompok, penyuluh berkomunikasi dengan sekolompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pertemuan di lapangan dan penyelenggaraan latihan.
3. Pendekatan massal, penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan jumlah sasaran yang sangat banyak, misalnya penyuluhan lewat TV.
Proses komunikasi terdapat 5(lima) komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu (Mardikanto, 2009) :
1. Komunikator
Penyuluh sebagai komunikator yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah perilaku petani. Dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator sebagai sumber pesan kepada seseorang atau sekelompok orang sebagai penerima.
2. Pesan
Pesan dalam penyuluhan pertanian adalah semua informasi yang bertujuan untuk membantu petani dalam memperbaiki metode dan teknik pertaniannya, guna meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan mereka, memperbaiki meningkatkan tingkat kehidupan dan meningkatkan tingkat pendidikan dan social masyarakat desa pada umumnya.
Pesan yang dikirimkan berupa inovasi baru, teknologi atau objek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok individu. Selanjutnya oleh komunikator atau penyuluh, pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi, gambar, dan sebagainya agar dapat dimengerti oleh petani sebagai komunikan. Dengan kata lain penyuluhan dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti petani.
3. Saluran
Untuk membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran komunikasi dalam penyuluhan pertanian diartikan sebagai media yang digunakan untuk meneruskan pesan dari penyuluh kepada petani sebagai subjek penyuluhan.
Saluran komunikasi ini adalah saluran komunikasi tatap muka yang dapat meningkatkan umpan balik yang sangat mendukung dalam penciptaan komunikasi partisipatif. Dalam komunikasi penyuluhan saluran yang lazim digunakan adalah saluran tatap muka yang sangat mendukung terjadinya komunikasi penyuluhan yang efektif.
Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi bersaluran banyak dalam waktu yang bersamaan, penyuluh mengolah informasi penyuluhan dengan sejumlah saluran yang berbeda. Secara umum, semakin banyak saluran yang digunakan dalam komunikasi, semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang disampaikan. Semakin banyaknya rangsangan komunikasi, makna pesan yang ingin disampaikan oleh penyuluh akan semakin sama dengan yang diinterpretasikan oleh subjek penyuluhan.
4. Media
Media dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan sedangkan media cetak dapat diartikan segala barang cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, pamflet, buletin, poster, dan folder. Media penyuluhan merupakan alat bantu yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajar selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Alat ini diperlukan untuk membantu penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang diusuluhkan. Tentang hal ini, alat bantu penyuluhan terdiri dari kurikulum, lembar persiapan penyuluhan, papan tulis atau papan penempel, alat tulis, proyektor, dan perlengkapan ruang.
5. Komunikan
Peran komunikan dalam komunikasi adalah sebagai penerima pesan.
Dalam penyuluhan, komunikan adalah petani. Keterampilan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh penerima adalah keterampilan mendengarkan dan membaca, berbicara dan menulis, berpikir dan bernalar. Subjek penyuluhan dalam hal ini
petani biasanya tidak mengerti akan hal yang harus dimiliki seorang komunikan ini dalam sebuah penyuluhan karena keterbatasan pendidikan formal. Kebanyakan dari petani belajar di dalam lingkungan. Dari keadaan ini peran komunikator sangat besar dalam mengubah perilaku mendengarkan, berbicara yang terstruktur, membaca dan menulis, serta berpikir dan benalar yang logis dalam pelaksanaan pertanian ataupun saat berkomunikasi tentang pertanian.
Peran komunikan dalam penyuluhan sebagai pendengar sangat besar.
Peran komunikan ini terkait dengan perannya sebagai penerima pesan.
Komunikan harus mampu menjadi pendengar yang baik sehingga dapat memiliki makna yang dimaksud oleh komunikator yang dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. Komunikan juga harus mengetahui budaya komunikator, sehingga antara komunikator dan komunikan saling menyesuaikan diri, maka komunikasi yang partisipatif dapat tercipta.
2.2 Penyuluh
Penyuluh pertanian adalah orang yang mengembang tugas memberikan dorongan kepada petani agar mau mengubah cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan yang baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju (Soedijanto, 2004).
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
lingkungan hidup. Tujuan dalam penyuluhan pertanian yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek hanya menumbuhkan perubahan yang lebih terarah pada usahatani yang meliputi : perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan tindakan petani. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani (Hasnang, 2002).
Hafsah (2009) melanjutkan bahwa komponen fungsi penyuluh yang sungguh-sungguh menjadi sangat mutlak, dalam konteks inilah kegiatan Penyuluhan Pertanian diperlukan yaitu sebagai suatu upaya strategis dan sistematis yang pada hakekatnya adalah sistem pendidikan di luas sekolah (non- formal) bagi pembangunan perilaku petani dan keluarganya termasuk kelembagaannya agar mereka dapat memahami dan memiliki kemampuan dan kesempatan dalam mengelola usahatani (pertanian sebagai industri) dan mampu berswadaya sehingga dapat memberikan keuntungan dan memuaskan bagi kehidupannya. Dengan penyuluhan pertanian, petani di dorong dan termotivasi untuk menentukan dan menjadi manejer dalam usahataninya.
Fungsi penyuluh pertanian dalam kegiatan tugas yang diembannya yaitu : 1. Menimbulkan kesadaran petani
Penyuluh berfungsi memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang cara bertani atau teknologi baru dalam meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraannya petani.
2. Jembatan antar petani.
Penyuluh berfungsi menjembatani kesenjangan antara praktik yang harus atau biasa dijalankan oleh petani melalui bimbingan dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan petani tersebut.
3. Pembawa informasi kepada petani.
Penyuluh berfungsi sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh petani.
4. Pendidik dan pembimbing
Penyuluh berfungsi memberikan pendidikan dan bimbingan yang kontinyu kepada petani sehingga diharpkan adanya perubahan perilaku dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Sasaran dalam penyuluhan pertanian adalah pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama adalah petani beserta keluarganya atau koperasi yang mengelola usaha dibidang pertanian, yang meliputi : usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Sedangkan pelaku usaha adalah perorangan atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sementara itu, penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) adalah mereka yang secara langsung atau tidak langsung memiliki peran dalam kegiatan pembangunan pertanian, menurut Mardikanto (2009) mereka itu dapat dikelompokkan dalam :
1. Pelaku utama.
Pelaku utama terdiri dari petani dan keluarganya yang selain sebagai juru tani, sekaligus sebagai pengelola usahatani yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi usahatani serta perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lain.
2. Penentu kebijakan.
Dalam hal ini terdiri dari aparat birokrasi pemerintahan sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian, termasuk elit masyarakat dari aras terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan pertanian.
3. Pemangku kepentingan yang lain.
Dalam hal ini adalah mereka yang mendukung atau memperlancar kegiatan pembangunan pertanian. Termasuk dalam kelompok ini adalah peneliti, produsen sarana produksi, pelaku bisnis, pers, aktivis LSM, dan tokoh masyarakat.
2.3 Budidaya Tomat
Menurut Rukmana (2007), bahwa salah satu upaya pengembangan komoditi tomat, baik peningkatan kualitas maupun kuantitas hasil produksi adalah melalui penerapan teknik budidaya tomat yang baik dan benar sesuai anjuran.
Dalam teknik budidaya tomat, hal-hal yang perlu dapat perhatian adalah persyaratan benih, persiapan lahan, penanaman benih, penyulaman, pengairan,
1. Persyaratan Benih
Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi benih tanaman tomat adalah:
1.Berasal dari tanaman yang sehat dan pertumbuhannya subur.
2. Buah dipilih dan disortir.
3. Buah masak di pohon, sehat, dan tidak rusak 4. Pilih benih atau biji yang tidak keriput.
2. Teknik Penyemaian Benih
1. Pilih tempat persemaian yang strategis, tanahnya subur, gembur, dan tidak terlindung.
2. Olah lahan yang akan digunakan sebagai bedengan agar gembur dengan cara dicangkul sedalam 30 cm. Lebar bedengan 110 - 120 cm dan tinggi sekitar 30 cm. Bedengan dibuat secara membujur dari Utara keSelatan.
3. Tambahkan pupuk kandang halus yang telah matang ke dalam lahan bedengan, aduk secara merata. Untuk ukuran bedengan 1 x 2 m, pupuk kandang yang diberikan sebanyak 10 - 20 kg. Perbandingan antara tanah dan pupuk kandang yang biasa digunakan adalah 1 : 3 atau 1 : 4
4. Keringanginkan terlebih dahulu bedengan yang akan digunakan sebagai tempat persemaian selama 4 - 5 hari. Selain itu, bersihkan bedengan dari gulma yang tumbuh.
5. Buat naungan di atas bedengan guna menghindari cahaya matahari yang terlalu terik dan air hujan. Naungandibuat tidak permanen, sehingga mudah dibuka ketika bibit membutuhkan cahaya matahari dalam jumlah banyak.
6. Airi bedengan sehari sebelum persemaian agar basah.
7. Sebar benih secara merata dalam alur-alur menurut barisan, kemudian tutup benih dengan tanah tipis-tipis.
8. Buka naungan saat kecambah mulai tumbuh, sekitar 4 - 10 hari setelah tanam. Pembukaan naungansebaiknya dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00 - 10.00) dan pada sore hari (pukul 15.00 - 17.00).
3. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan
Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus memperhitungkan waktu, antara lain lamanya bibit di persemaian hingga dapat dipindahkan untuk ditanam ke kebun dengan lamanya proses pengolahan tanah sampai siap tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30 - 35 hari, sedangkan lamanya pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari.
2). Pengolahan Tanah
Setelah pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat bedeng- bedeng membujur ke arah Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari dapat merata ke seluruh tanaman. Disamping pembuatan bedeng, juga dibuat parit-parit atau selokan untuk irigasi. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 110 – 120 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi bedeng 30 cm. Jika penanaman tomat dilakukan pada musim penghujan, bedengan dapat dibuat lebih tinggi yaitu 40 - 45 cm. Sedangkan ukuran parit dibuat lebar 20 - 30 cm dan kedalamannya 30 cm.
4. Penanaman Benih
Penanaman dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan.
Apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau pakailah mulsa plastik hitam perak. Mulsa tersebut harus sudah dipasang di bedengan sebelum bibit ditanam.
Apabila tomat ditanam pada musim hujan pasanglah lebih dahulu atap plastik transparan (tembus cahaya) pada bedengan yang akan ditanami.
Setelah pupuk disebar merata jarak tanam adalah 60 x 70 cm atau 40 x 70 cm. Selesai menanam, tanahnya segera diairi hingga cukup basah. Waktu tanam yang paling tepat adalah pagi dan sore.
5. Pemeliharaan Tanaman 1). Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya dilakukan seminggu setelah tanam. Namun jika satu minggu sudah terlihat adanya tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal, penyulaman sebaiknya segera dilakukan. Bibit yang digunakan untuk menyulam diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.Cara penyulamannya adalah tanaman yang telah mati, rusak, layu, atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru ditempat tanaman terdahulu, dibersihkan dan diberi Furadan 0,5 gram bila dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang baru ditanam pada tempat tanaman terdahulu dengan cara penanaman bibit terdahulu.
2) Penyiangan
Gulma yang tumbuh di areal penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing dalam menyerap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak dapat mengurangi unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi inang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat.
Pemberian mulsa plastik atau daun-daunan dapat mengurangi pertumbuhan gulma. Waktu penyiangan dapat dilakukan 3 - 4 kali tergantung kondisi kebun.
3). Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal- hal yang perlu diperhatikan:
a. Ajir (lanjaran) terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara 100 - 175 cm, tergantung dari varietasnya.
b. Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil, akar masih pendek, sehingga akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang luka akan memudahkan tanaman terserang penyakit yang masuk lewat luka. Jarak ajir dengan batang tomat ± 10 - 20 cm.
4). Pembubunan
Tujuan pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi cepat besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan.
5). Penyiraman ( Pengairan )
a. Penyiraman diperlukan rutin 1 - 2 kali sehari, terutama pada fase awal pertumbuhan tomat di musim kemarau.
b. Berikutnya tergantung iklim ( cuaca ), namun hal yang terpenting tanah jangan sampai kekeringan.
c. Hindari keadaan tanah becek ataupun genangan air dalam parit, karena akan mengandung penyebaran wabah penyakit layu bakteri.
6). Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan campuran Urea + TSP + KCl dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu ataupun berupa NPK pada umur 4 dan 8 minggu, masing-masing sepertiga dosis. Alternatif jenis dan dosis pemupukannya adalah sebagai berikut : a) Bila menggunakan pupuk majemuk NPK, setiap kali pemupukan rata-rata
sebanyak 350 kg/hektar atau 20 - 30 gr/tanaman.
b) Bilang menggunakan pupuk tunggal, setiap kali pemupukan terdiri atas ± 182 kg Urea + 109 kg TSP + 100 kg KCl atau ZA per hektar.
6. Pengendalian Hama Penyakit
Produktivitas tamanaman tomat dapat menurun bila tanaman diserang hama dan penyakit. Penurunan produksi yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit dapat ditekan sekecil mungkin dengan melakukan pengendalian yang intensif dan teratur dari mulai tanam sampai tanaman menjelang panen. Pada umumnya hama yang menyerang tanaman tomat dari golongan serangga.
7. Ciri dan umur panen
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur
± 75 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni sebagai berikut:
kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.
bagian tepi daun tua telah mengering.
batang tanaman menguning/mengering.
1) Waktu pemetikan tomat
Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung.
2) Cara pemanenan buah tomat
Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang. Selanjutnya, buah tomat yang sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk dikumpulkan di tempat penampungan.
3) Periode panen buah tomat
Pemetikan buah tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan karena masaknya buah tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat dapat dilakukan setiap selang 2 - 3 hari sekali sampai seluruh tomat habis terpetik.
2.5 Kerangka Pemikiran
Penyuluhan Pertanian adalah merupakan bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara terencana dan merupakan pendidikan non-formal. Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada penggunanya, informasi dan teknologi pertanian tersebut biasa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan.
Salah satu aplikasi peran penyuluh pertanian adalah pendidik, pemimpin dan penasehat dalam memotivasi petani untuk menerapkan teknologi budidya tomat yang meliputi cara-cara pemilihan benih, penyemaian benih, pengolahan lahan, penanaman yang tepat sesuai anjuran, sistem pemeliharaan tanaman, pengendalian HPT dan panen.
Berdasarkan penjelasan tersebut, sehingga kajian penelitian ini akan menitikberatkan pada proses komunikasi penyuluhan pada petani dalam menerapkan teknologi budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dapat digambarkan dalam skema kerangka pikir sebgai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Dalam Menerapkan Teknologi Budidaya Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
PENYULUH
PROSES KOMUNIKASI
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT
PETANI TOMAT
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah sentral pengembangan budidaya tomat, dimana penerapan budidaya dilakukan dengan memanfaatkan media penyuluhan sebagai media komunikasi dalam kolompok tani. Penelitian ini telah berlangsung selama dua bulan mulai bulan Juli sampai Agustus 2014.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah satu orang penyuluh pertanian dan 30 anggota kelompok tani yang mengusahakan budidaya tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara sensus dimana semua petani atau populasi dijadikan sampel. Menurut Arikunto (2002), bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan populasi.
3.3 Teknik Pengambilan Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam di lapang ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari petani responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (questioner), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor Desa, Dinas
3.4 Analisis Data
Dalam menganalis data menggunakan analisis deskriptif yaitu suatu menganalisis data dengan menggunakan metode statistika deskriptif dengan formula persentase (Nazier, Moh, 1999) dengan rumus sebagai berikut :
P = × 100 %
Keterangan:
P : Jumlah persentase yang dicari
N : Total skor jawaban responden dari keseluruhan alternative jawaban n : Total skor jawaban responden dari suatu alternative
3.5 Defenisi Operasional
Konsep operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data serta menganalisi hasil praktek lapangan sehubungan dengan hipotesa yang diajukan. Konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut : 1. Komunikasi pertanian adalah suatu proses pembentukan atau penyampaian
informasi yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua belah pihak yang berkaitan dengan bidang pertanian.
2. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari penyulih kepada petani mengenai budidaya tomat.
3. Penyuluhan pertanian adalah proses penyampaian informasi yang berkaitan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produksi.
4. Penyuluh Pertanian orang yang mengembang tugas memberikan dorongan kepada petani agar mau mengubah cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan yang baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju.
5. Petani tomat adalah orang yang melakukan atau yang berusahatani tomat di Desa Arabika.
6. Tomat adalah salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan masyarakat tani.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak dan luas Wilayah
Desa Arabika secara geografis terletak di bagian barat ibukota Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten sinjai, dengan jarak sekitar 7 Km dari ibukota kecamatan dan 52 Km dari ibukota kabupaten. Desa Arabika Kecematan Sinjai Barat, secara administratif terdiri dari 3 ( tiga ) dusun antara lain adalah Dusun Arango, Dusun Bondu dan Dusaun Kasuarang, degan luas wilaya adalah 1.310 Ha atau 13,30km .
Adapun batas-batas wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bonto Salama
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Barania dan Dusun Gunung Perak
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gunung Perak, Kelurahan Balakia, dan Kelurahan Tassililu
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Boto Lempangan
Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai berada pada dataran tinggi dengan ketinggian 700 – 800 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 1500 mm/thn dengan suhu udara rata-rata 17 – 19.
4.2 Keadaan Penduduk
Pengkajian potensi penduduk dipandang perlu untuk menentukan kelompok sasaran yang merupakan prioritas utama yang perlu ditangani dalam upaya pembanguna nasional, terutama dalam sektor pertanian. Pendudduk Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai 2013 berjumlah 2.426 jiwa dengan dengan penyebaran rata-rata 85 jiwa per km dengan ciri penyebaran tidak merata. Penyebaran penduduk di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang dirinci menurut dusun/lingkungan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Penyebaran penduduk di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang dirinci menurut dusun, Tahun 2013
No Dusun/Lingkungan Luas
( )
Penduduk
(Jiwa) Persentase
(%) Kepadatan
(Jiwa/ )
1 Dusun Arango 436 915 37,72 98
2 Dusun Bondu 442 810 33,38 83
3 Dusun Kasuarang 432 701 28,90 62
Jumlah 1.310 2.426 100 85
Sumber : Kantor Desa Arabika, 2013
Tabel 1 menunjukkan bahwa wilayah Dusun Arango yang berpenduduk paling padat, yakni sekitar 915 jiwa/km . Hal ini dimaklumi, karena wilayah ini adalah ibu kota Desa Arango sekaligus sebagai wilayah pusat pemerintahan wilayah desa dan perekonomian, serta pelayanan bagi dusun-dusun lain di sekitarnya.
Keadaan penduduk selanjutnya pada Tabel 2 menggambarkan komposisi penduduk wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
Tabel 2. Klasifikasi Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013
No KlasifikasiUmur
(Tahun) Klasifikasi Jenis Kelamin
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa) Jumlah
(Jiwa) Persentase (%)
1 0 – 14 211 372 583 24,03
2 15 – 29 301 125 426 17,56
3 30 – 44 181 253 434 17,89
4 45 – 58 207 213 420 17,32
5 59 ke atas 242 321 563 23,20
Jumlah 1.142 1.286 2.426 100
Sumber : Kantor Desa Arabika, 2013
Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur 00 - 14 tahun sebesar 583 jiwa atau 24,03%, kelompok umur 15 – 29 tahun sebesar 426 jiwa atau 17,56%, umur 30 – 44 tahun sebesar 434 jiwa atau 17,89%, umur 45 – 58 tahun sebesar 420 jiwa atau sebesar 17,32%, dan kelompok umur 59 ke atas sebesar 563 jiwa atau sebesar 23,20%. Secara keseluruhan, penduduk usia produktif yakni 15 - 58 tahun berjumlah 1.280 jiwa atau 52,77% dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan bahawa umumnya penduduk berada dalam golongan usia produktif.
Sedangkan komposisi penduduk di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 3. Hal ini penting dalam mengedentifikasi potensi sumberdaya manusia dalam wilayah penelitian karena tingkat perkembangan suatu daerah dapat diukur dari jenjang pendidikan yang pernah diikuti masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan dan penguasaan teknologi. Dapat diasumsikan rendahnya pendidikan merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan sektor
pertanian di daerah pedesaan. Sebaliknya, makin tinggi pendidikan penduduk suatu daerah, maka makin mudah dalam menerima dan menerapkan teknologi.
Tabel 3. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Arabika Kecamat Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013
Tingkat Pendidikan Kenis kelamin Persentase
Pria Wanita Jumlah %
Tidak pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD
SLTP SLTA
Diploma/Akademi Universitas
238 167 584 115 112 15 38
215 137 529 123 118 13 22
453 304 1.113
238 230 28 60
18,67 12,53 45,88 9,81 9,48 1,15 2,48
Jumlah 1.269 1.157 2.426 100,00
Sumber : Kantor Desa Arabika, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahawa tingkat pendidikan tertinggi penduduk Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar yakni 45,88%, sedangkan jumlah terendah berada pada tingkat pendidikan Diploma/Akademi yakni sebesar 1,15%. Hal ini berarati bahwa tingkat pendidikan penduduk pada umumnya di lokasi penelitian berada dalam kategori rendah.
Walapun tingkat pendidikan rendah tapi pengalaman berusaha tani cukup tinggi.
Sesuai dengan pendapat Fatmawati (2004), Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan tingkat penerapan terhadap sesuatu yang baru.
Oleh karena itu, respon teknologi baru hanya akan berkembang lebih cepat apabila petani cukup mempunyai pendidikan dan dan pengalaman untuk menerapkan sesuai dengan syarat-syarat teknologi tersebut.
Sementara itu mata pecaharian penduduk merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat, dimana umumnya bagi penduduk di Desa Arabika dalam
aktifitas, baik disektor pertanian dan jasa. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian masyarakat Desa Arabika dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013
No Jenis Mata
Pencaharian
Jumlah (Orang)
Persentase
% 1
2 3 4 5
Petani Perdagangan Pertukangan Pegawai Lainnya
637 38 27 64 57
77,52 4,61 3,28 7,76 6,92
Jumlah 823 100,00
Sumber : Kantor Desa Arabika, 2013
Tabel 4 menunjukkan bahwa aspek ketenagakerjaan, maka jumlah penduduk Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat yang telah bekerja sebanyak 823 jiwa atau 33,92% dari jumlah penduduk (2.426 jiwa). Penduduk yang bekerja didominasi oleh sektor pertanian sebanyak 637 jiwa atau 77,52% dari jumlah penduduk yang bekerja.
4.3 Keadaan Pertanian
Pemanfaatan lahan pertanian di Desa Arabika Kecamatan Sinja Barat didominsi oleh lahan sawah dan lahan kering, sehingga berpotensi untuk pengembangan berbagai jenis komoditi pangan seperti padi, jagung dan tomat, serta komoditi perkebunan seperti kakao, cengkeh dan kopi. Secara rinci luas penggunaan lahan pertanian di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, disajiakan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Luas Lahan berdasarkan Jenis Penggunaan di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2013
No Jenis Penggunaan Luas
(Ha) Persentase
(%) 1 Lahan Sawah
Irigasi Teknis 275,01 22,05
2 Lahan Kering
a. Tegalan 187 15
b. Perkebunan Rakyat 479 38,41
c. Perkebunan Swasta 278 22,29
d. Pekarangan 28 2,24
Jumlah 1.247,01 100
Sumber : Kantor Desa Arabika, 2013
Tabel 5 menunjukkan bahwa wilayah Desa Arabika memiliki areal persawahan seluas 275,01 ha (22,05%). Selain itu, terdapat lahan kering dengan luas 972 Ha (77,95%), yang terdiri dari tegalan 187 Ha, perkebunan rakyat dengan luas 479 Ha, perkebunan swasta 278 Ha dan pekarangan 28 Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa pengembangan budidaya tomat di wilayah Desa Arabika didukun oleh potensi ketersedian lahan.
4.4 Kelembagaan Kelompok Tani
Potensi kelembagaan kelompok tani dan penyuluh pertanian belum memadai karena berbagai faktor. Misalnya kendala jumlah penyuluh pertanian yang terbatas dan kendala tingkat pengetahuan dan keterampilan pengurus maupun anggota kelembagaan petani masih rendah, untuk itu perlu pembinaan bagi kelompok secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan peranannya dalam berbagai bidang. Adapun jumlah kelembagaan kelompok tani di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel
Tabel 6. Kelembagaan kelompok tani diDesa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai,2013
Kelembagaan Kelompok Tani Jumlah
Kelompok tani Penyuluh pertanian
14 1
Jumlah 15
Sumber, Kantor Desa Arabika, 2013
Tabel 6 terlihat bahwa potensi kelembagaan kelompok tani di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang tersebar pada 3 dusun.
Kelembgaan kelompok tani merupakan lembaga sosial yang dibentuk sebagai wadah komunikasi antara petani serta kelembagaan terkait dalam alih teknologi pertanian. Aktivitas pertanian di pedesaan tidak akan keluar dari upaya penyedian sarana produksi, permodalan usahatani, pemenuhan tenaga kerja, pemenuhan informasi teknologi serta pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
4.5 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah faktor penting dan sangat dibutuhkan masyarakat. Ketersedian sarana dan prasarana tersebut akan memperlancar kegiatan masyarakat. Sarana dan prasarana di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sarana dan Prasarana yang mendukun Pembangunan Pertanian di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai,2013
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kantor Desa Koperasi Bank Pasar Posyandu Kios Saprodik Jaringan Irigasi SD
TK
SMA/Aliayah SMP
Mesjid Sanggar Tani
1 1 1 1 1 2 4 3 1 2 1 6 5 Sumber : Kantor Desa Arabika, 2013
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan hasil produksi pertanian terus dilakukan melalui berbagai upaya, mengingat kebutuhan akan hasil-hasil produk pertanian terus meningkat. Dalam upaya tersebut keterlibatan kelembagaan petani dan penyuluh pertanian sangat memengang peranan penting dalam meningkatkan berbagai usaha pertanian yang meliputi usaha tanaman pangan, perkebunan, perternakan dan perikanan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karateristik Petani Responden
5.1.1 Umur Petani
Faktor utama responden salah satu penentu keberhasilan dalam kesehatan baik dalam berfikir maupun berbuat dan bertindak. Pada umumnya petani berumur muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan mengadopsi hal-hal baru, jauh lebih cepat dibanding dengan petani berusiah tua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia petani responden bervariasi dari 27 sampai 59 tahun, untuk mengetahui kelompok usia dan persentase petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Umur di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014
No Klasifikasi Umur Jumlah
(Orang) Presentase (%)
1 27 – 33 5 17,00
2 34 – 40 7 23,00
3 41 – 46 9 30,00
4 47 – 53 6 20,00
5 54 – 59 3 10,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah responden kelompok umur 27 - 33 tahun sebanyak 5 orang atau 17,00%, kelompok umur 34 – 40 tahun sebanyak 7 orang atau 23,00%, kelompok umur 41 – 47 sebanyak 9 orang atau 30,00%, kelompok umur 48 – 54 tahun sebanyak 6 orang atau 20,00% dan kelompok umur 55 – 61 tahun sebanyak 3 orang atau 10,00%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar petani responden adalah berumur sangat produktif, sehingga dapat menunjang pengembangan budidaya tomat yang ada di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dengan memanfaatkan media penyuluhan dalam melakukan proses komunikasi. Umur diidentikan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan usaha atau kegiatan yang dapat dipengaruhi produktivitas kerja.
Berdasarkan angkatan kerja, umur digolongkan menjadi usia produktif 15 – 50
tahun, usia belum produktif < 15 tahun dan usia tidak produktif > 50 tahun ( Tohir, M. 1995).
5.1.2 Pendidikan
Pendidikan Formal yang pernah diterima petani responden bervariasi dari jenjang tidak tamat SD sampai SMA. Pendidikan tersebut mempengaruhi petani dalam berfikir dan bertindak dalam mmengusahakan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin dinamis dalam mengambil keputusan.
Untuk lebih jelsanya tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan di Desa Arabika Kecammatan Sinjai Barat Kabupaten Sinajai, 2014
No Klasifikasi Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1 Tidak Tamat SD 7 23,00
2 SD 10 33,00
3 SMP 9 30,00
4 SMA 4 13,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden kelompok tani tidak berdasarkan tingkat pendidikan yaitu tidak tamat SD sebanyak 7 orang atau 23%, Tamat SD sebanyak 10 orang atau 33%, Tamat SMP sebanyak 9 orang atau 30%, sedangkan 4 orang atau 13% dengan tingkat pendidikan tamat Sekolah Menegah Atas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden di wilayah Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai tergolong masih rendah.
Namun meskipun demikian, peningkatan pengetahuan petani selalu ditingkatkan seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dengan memanfaatkan media penyuluhan dengan melakukan proses komunikasi untuk menambah pengetahuan petani khususnya dalam pengembangan usahatani tomat.
5.1.3 Pengalaman Berusahatani
Petani yang relatif tua mmempunyai kapasitas pengelolaan usahatani yang lebih matang dan memiliki banyak pengalaman yang dirasakan sehingga sangat hati-hati dalam bertidak. Tetapi petani yang memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan tentang inovasi sehingga terjadi keselarasan, sikap dan tindakan.
Adapun pengalaman berusaha tani dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah dan Presentase Responden berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Berusahatani di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014
No Klasifikasi Pengalaman Berusahatani (Tahun)
Jumlah (0rang)
Peresentase (%)
1 3 – 5 7 23,33
2 6 – 8 5 16,67
3 9 – 11 12 40,00
4 12 – 14 4 13,33
5 15 – 17 2 6,67
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa pengalaman usahatani petani responden terbesar berada pada klasifikasi pengalaman berusahatani 9 – 11 tahun dengan peresentase sebesar 40,00%, sedangkan terkecil adalah pengalaman berusahatani antara 15 - 17 tahun dengan peresentase 6,67%. Pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya dengan keinginan petani mengembangkan usahataninya, salah satunya adalah melalaui proses komunikasi penyuluhan pada petani tomat baik langsung maupun tidak langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), Pengalaman berusahatani perlu untuk diketahui karena memiliki dampak positif terhadap tingkat respon petani dalam menerima inovasi baru yang disampaikan oleh penyuluh sebagai sumber informasi, serta mempunyai kepekaan dalam usahataninya karena pengalaman berusahatani itu sendiri bisa dijadikan sebagi guru yang sangat berharga dalam berusahatani.
Semakin berpengalaman dalam berusaha tani, maka semakin banyak kasus yang di alami sehingga petani dapat lebih kreatif dalam mengelola usaha taninya dengan memanfaatkan media penyuluhan dengan melakukan proses komunikasi.
5.1.4 Luas Lahan Usahatani
Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktivitas bercocok tanam merupakan salah satu faktor produksi di dalam usahatani. Luas lahan usahatani yang digarap oleh setiap petani bervariasi, dimana petani memiliki lahan yang lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang lebih besar. Luas lahan usahatani perponden dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Luas Lahan di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014
No Klasifikasi Luas Lahan
(Ha) Jumlah
(Orang) Persentase
(%)
1 0,25 – 0,39 4 13,33
2 0,40 – 0,54 6 20,00
3 0,55 – 0,69 11 36,67
4 0,70 – 0,84 6 20,00
5 0,85 – 0,99 3 10,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 11 menunjukkan luas lahan yang dimiliki petani responden berkisar antara 0,25 Ha sampai 0,99 Ha. Persentase terbesar berada pada klasifikasi luas lahan 0,55 – 0,69 Ha sebesar 36,67% dengan demikian, pemilihan lahan tersebut di atas sangat memungkinkan pengembangan ushatani khususnya dalam mengololah dan menerapkan teknologi budidaya tomat untuk meningkatkan hasil produksi dengan memanfaatkan berbagai media penyuluhan melalui proses komunikasi.
5.1.5 Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga yang dimaksudkan adalah banyaknya anggota keluarga yang dibiayai oleh seorang kepala keluarga. Makin banyak tanggungan keluarga yang produktif makin banyak pula kegiatan yang dilakukan. Jika petani memiliki banyak anggota keluarga, lebih mudah menerapkan inovasi, sesuai yang dianjurkan. Tetapi bagi petani yang kurang anggota keluarganya mungkin akan merubah pendirian terhadap inovasi, karena kurang mampu mmenerapkannya.
Keadaan tanggungan keluarga petani responden dapat diliahat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014
No
Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga
(Orang)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1 1 – 3 9 30,00
2 4 – 5 15 50,00
3 6 – 7 6 20,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluaraga petani reponden yang terbanyak berada pada klasifikasi jumlah tanggungan 4 - 5 orang sebesar 50%, sedangkan 50% lainnya adalah responden dengan jumlah tanggungan keluarga antara 1 - 3 orang sebesar 30%, dan responden dengan jumlah tanggungan 6 - 7 orang sebesar 20%. Keadaan demikian sangat mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi. Hal ini dapat dimengerti karena konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem keluarga petani.
5.2. Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Tomat
Sasaran pengembangan usahatani tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, memperluas lapangan kerja serta meningkatkan hasil produksi. Hal ini akan tercapai apabila usahatani tomat diolah secara intensif dengan memanfatkan media penyuluhan melalui proses penerapan komunikasi yang disampaikan melalui penyuluhan. Seiringan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyuluh pertanian di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai berperan aktif dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada petani dalam memperbaiki metode dan teknik pertaniannya. Media yang digunakan dalam memberikan informasi atau materi yaitu media terproyeksi baik berupa gambar atau tulisan lewat slide yang diubah dalam bentuk kata-kata agar dapat dimengerti dan dipahami oleh petani responden.
Penyuluh pertanian melakukan dua pendekatan komunikasi yaitu komunikasi perorangan dan komunikasi kelompok. Namun komunikasi yang paling sering digunakan adalah komunikasi kelompok dengan waktu yang sama, misalnya pertemuan di kantor desa atau di lapangan sebagai media untuk meneruskan pesan kepada petani. Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi yang ideal bagi petani karena ada tiga indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, dan perabaan adalah indera yang paling sering menerima
rangsangan atau pesan penyuluhan. Penyuluh Pertanian beranggapan bahwa petani tomat umumnya dinilai memiliki karakteristik memahami dengan jelas tujuan sasaran proses komunikasi melalaui penyuluhan tersebut, komunikasi lancar serta adanya pengertian diantara anggotanya dan tegas dalam pengambilan keputusan.
Hasil penelitian yang mengkaji tentang proses komunikasi penyuluhan pada petani tomat di Desa Arabika Kabupaten Sinjai menitikberatkan pada salah satu tujuan yakni meningkatkan pengetahuan petani responden dalam penerapan teknologi budidaya tanaman tomat. Klasifikasi yang digunakan untuk mengetahui proses penerapan teknologi budiadaya tanaman tomat dibagi atas tiga fase yaitu selalu, jarang dan tidak pernah yang meliputi (1) persyaratan benih yang unggul, (2) teknik penyamaian benih, (3) pengolahan lahan, (4) penanaman benih, (5) pemeliharaan, (6) pengendalian hama penyakit dan ciri panen.
5.3 Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Budidaya Tomat
5.3.1 Pemilihan Benih
Informasi tentang pemilihan benih tomat yang sering di komunikasi penyuluhan adalah proses pemilihan benih yang meliputi beberapa-berapa kriteria yaitu berasal dari tanaman yang sehat dan pertumbuhanya subur, buah masak di pohon serta disortir, dan pilih benih yang tidak keriput. Hasil penelitian tentang proses penerapan komunikasi penyuluhan dapat disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Proses Penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani dalam Pemilihan Benih dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014
No
Proses Penerapan Komunikasi tentang Informasi Pemilihan
Benih
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 Selalu 21 70,00
2 Jarang 6 20,00
3 Tidak Pernah 3 10,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 14 menunjukkan bahwa 21 orang yang mengatakan selalu dengan persentase sebesar 70% hal ini disebabkan karena penyuluh pertanian aktif dalam memberikan informasi kepada petani responden. Dalam menyampaikan suatu informasi atau materi, penyuluh pertanian mengundang para anggota kelompok tani untuk menghadiri pertemuan yang diadakan di kantor desa untuk menerima informasi yang disampaikan tentang bagaimana cara memilih benih tomat yang baik. Selain menerima informasi dari penyuluh, petani responden juga aktif berinteraksi dengan petani lain tentang pemilihan benih tomat yang baik.
Sedangkan 6 orang yang mengatakan jarang dengan persentase 20% karena kurang aktif melakukan proses komunikasi dan hanya 3 orang atau 10% yang mengatakan tidak pernah karena tidak aktif melakukan proses komunikasi dengan penyuluh atau petani lain.
Hal ini berarti bahwa informasi tentang kriteria pengadaan benih tomat yang baik dan sehat yang selalu didapatkan petani responden diperoleh melalui proses komunikasi penyuluhan. Penerapan teknologi tentang pemilihan benih yang bermutu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan proses komunikasi.
5.3.2 Penyamaian Benih
Kebutuhan informasi tentang penyamaian benih tomat yang dikehendaki petani responden di wilayah penelitian yang diperoleh melalui proses komunikasi pada petani sebagai media penyuluhan adalah pemilihan tempat yang strategis, tanahnya subur, pembuatan bedengan persemaian dan pemberian pupuk kandang.
Hasil penelitian tentang penerapan komunikasi penyuluhan tersebut disajikan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Proses penerapan Komunikasi Penyuluhan pada Petani tentang Penyamaian Benih dalam Budidaya Tomat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, 2014
No Proses Penerapan Komunikasi
tentang Penyamaian Benih Jumlah
(orang) Persentase (%)
1 Selalu 19 63,00
2 Jarang 8 27,00
3 Tidak Pernah 3 10,00
Total 30 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014
Tabel 15 menunjukkan bahwa 19 orang yang mengatakan selalu dengan persentase sebesar 63% hal ini disebabkan karena penyuluh pertanian aktif memberikan informasi atau materi kepada petani responden. Dalam menerima informasi penyuluh, petani responden juga aktif menghadiri pertemuan yang diadakan di kantor desa tentang bagaimana cara penyemaian benih yang baik.
Selain melakukan proses komunikasi dengan penyuluh, petani responden juga aktif dalam berkomunikasi dengan petani lain. Sedangkan 8 orang mengatakan jarang dengan persentase 27% karena kurang aktif melakukan proses komunikasi dengan penyuluh pertanian dan hanya 3 orang mengatakan tidak pernah dengan