• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN SUSU SAPI ( STUDI KASUS DI DESA GUNUNG PERAK KECAMATAN SINJAI BARAT KABUPATEN SINJAI )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN SUSU SAPI ( STUDI KASUS DI DESA GUNUNG PERAK KECAMATAN SINJAI BARAT KABUPATEN SINJAI )"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN SUSU

SAPI ( STUDI KASUS DI DESA GUNUNG PERAK

KECAMATAN SINJAI BARAT

KABUPATEN SINJAI )

HASRAWATI 105960 1194 12

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN SUSU SAPI (STUDI KASUS DI DESA GUNUNG PERAK KECAMATAN SINJAI BARAT

KABUPATEN SINJAI)

HASRAWATI 105960119412

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi (Studi Kasus Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai)

Nama : Hasrawati

Stambuk : 105960119412

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir.Siti Wardah M.Si Sitti Arwati S.P,.M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

(4)

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi(Studi Kasus di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai)

Nama : Hasrawati

Nomor Stambuk : 105960119412

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Ir.Siti Wardah M.Si Ketua Sidang

2. Sitti Arwati, S.P.,M.Si Sekretaris 3. Amruddin, S.Pt., M.Pd., M.Si _______________ Anggota 4. St.Aisyah,S.Pt.,M.Si _______________ Anggota Tanggal Lulus : ...

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.Semua sumber data dan informasi yang berasal ayau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, April 2016

Hasrawati 105960119412

(6)

ABSTRAK

HASRAWATI.105960119412.Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan Susu Sapi, dibawah bimbingan SITI WARDAHdan SITTI ARWATI.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.Lokasi yang dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki usaha Susu Sapi Perah.

Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling (secara sengaja) yaitu pengusaha produk pengolahan susu sapi (susin) yang pertama kali dan terbesar di Desa Gunung Perak. Analisis data yang digunakan analisis pendapatan.

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Sinjai Barat dari olahan susu perah dari tahun 2015 sampai tahun 2016 sebesar Rp16.147.500.Dengan penerimaan sebesar Rp 60.000.000/tahun, dan total biaya sebesar Rp 43.852.500. Pendapatan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan peternak sapi perah di Kecamatan Sinjai Barat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, pendidikan serta kesehatan secara layak, keberadaan pabrik memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamban-Nya.Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,sahabat dan para pengikutnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini.Penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada Ibunda Ir Siti Wardah M.Si selaku pembimbing I dan Ibunda Sitti Arwati, SP M,Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis pada penyusunan skripsi.

Ucapan yang sama saya sampaikan kepada:

1.Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ketua Jurusan Agribisnis dan seluruh staf dosen pengajar dan administrasi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar,yang telah banyak memberikan pelayanan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan sampai pada penyesaian studi.

3. Penghargaan istimewa kepada Ayahanda Abd Samad, Ibunda tercinta Sahria,dan kakak serta adikku tercinta,dan segenap keluaarga yang senantiasa memberikan bantuan,baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(8)

4. Terkhusus kepada suami Andi Mashadi terima kasih atas semangat, dukungan, serta ketulusan yang diberikan kepada penulis selama ini.

5.Kepada pihak pemerintah Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai khususnya Kepala Desa Gunung Perak beserta jajarannya yang telah mengisinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

7.Rekan mahasiswa angkatan 2012 terima kasih atas dukungan dan perhatiannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya.Amin.

Makassar, April 2016

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I.PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 II.TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Susu Perah... 6

2.2 Penerimaan dan Pendapatan... 8

2.3 Pendapatan ... 9

2.4 Produk Susin ( Susu Sinjai ) ... 10

2.5 Kerangka Pikir ... 14

III. METODE PENELITIAN... 16

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 16

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 16

3.3. Teknik Pengambilan Data... 16

3.4. Sumber Data... 17

(10)

3.6.Defenisi Operasional... 18

IV.GAMBAR UMUM HASIL PENELITIAN... 19

4.1 Letak Geografis ... 19

4.2 Kondisi Demografis ... 21

4.3 Kondisi Pertanian ... 24

4.4 Sejarah dan status hukum pusat pengembangan sapi perah... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Proses Pembuatan Produk Olahan Susu Sapi ... 33

5.2 Biaya Produksi Usaha Produk Olahan Susu Sapi ... 34

53 Penerimaan Usaha Produk Olahan Susu... 38

54 Pendapatan Usaha produk Olahan Susu... ... 40

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1 Kesimpulan ... 43

6.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... viii

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN ... ix

LAMPIRAN... x

(11)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Penduduk Kecamatan Sinjai Barat, April 2015 ... 26

2. Data Penduduk Kecamatan Sinjai Barat Berdasarkan Tingkat Desa Dan Kelurarahan, April 2015... 27

3. Biaya tetap produk Olahan Susu Sapi Perah Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ... 35

4. Total Biaya Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah... 36

5. Total Penerimaan Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi ... 38

6. Total Penerimaan Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi ... 39

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1 Kerangka Pikir ...15 2. Proses Pembuatan Produk Olahan Susu Sapi...38

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Teks

Halaman

1. Total pendapatan per tahun susu perah kecamatan sinjai barat

kabupaten sinjai, 2015...46 2. Rekapitulasi Biaya Variabel Usaha Produk Olahan

Susu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa Gunung Perak

Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ... 47 3. Rekapitulasi Biaya Tenaga Kerja Usaha Produk Olahan

Susu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa

Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ... 48 4. Rekapitulasi Biaya Tetap Usaha Produk Olahan

Susu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa Gunung Perak

Kecamatan Sinjai BaratKabupaten Sinjai ... 49 5. Rekapitulasi Biaya Penyusutan Alat Usaha Produk

Olahan Susu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa

Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ... 50 6. Rekapitulasi Penerimaan Usaha Produk Olahan

Susu Perah pada Unit Pengolahan Susu di Desa

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sinjai 14 November 1991 dari ayah Abd Samad dan ibu Sahriah.Penulis merupakan anak kelima dari keenam bersaudara.

Jenjang Pendidikan formal yang di lalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 136 Sinjai Barat pada tahun 1999.Setelah itu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sinjai Barat dan lulus pada tahun 2008.Kemudian penulis lanjut di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sinjai Barat dan lulus pada tahun 2011. pada tahun 2012, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melakukan kunjungan dipengolahan Markisa dan di Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Makassar.Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis priode 2015-2016. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Produk Olahan Susu Sapi di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

(15)

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997. Pilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sektor pertanian telah berulang kali membuktikan diri sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi dan merupakan suatu aset kekayaan dasar bagi kesejahteraan masyarakat serta bagi kegiatan pembangunan perekonomian secara keseluruhan. Di samping itu resources based negara memang terletak pada sektor-sektor primer (termasuk pertanian dalam arti luas), baik dari sisi kelimpahan potensi sumberdaya alam maupun besarnya potensi tenaga kerja yang tersedia, pemerintah Indonesia harus tetap mengembangkan sektor pertanian karena mempunyai peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, kesempatan kerja dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri.

Bidang peternakan sebagai subsektor dari pertanian merupakan bidang usaha yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia.Hal ini terkait dengan kesiapan subsektor ini dalam menyediakan bahan pangan hewani masyarakat, yang diketahui mutlak untuk perkembangan dan pertumbuhan. Kandungan gizi hasil ternak dan produk olahannya mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan dengan kandungan gizi asal tumbuhan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, bidang peternakan dalam memenuhi

(16)

kebutuhan gizi maka pembangunan peternakan saat ini telah diarahkan pada pengembangan peternakan yang lebih maju melalui pendekatan kewilayahan, penggunaan teknologi tepat guna dan penerapan landasan baru yaitu efisiensi, produktivitas dan berkelanjutan (sustainability)(Siti Nuraini, 2010).

Secara makro perkembangan sektor peternakan selama ini cukup menggembirakan di mana populasi dan produksi hasil ternak terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu jenis usaha pada sektor peternakan yang cukup mendapat perhatian yaitu usaha sapi perah yang dikembangkan untuk memenuhi permintaan susu yang semakin meningkat dan juga melihat tendensi pertambahan jumlah penduduk, pendapatan serta meningkatnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya gizi. Meskipun produksi susu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun akan tetapi belum bisa mengimbangi pertumbuhan permintaan susu di dalam negeri yang mencapai 1,5 milyar liter per tahun di mana 67% masih harus di impor karena peternak sapi lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 500 juta liter susu per tahun. Hal ini menunjukkan antara persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar daripada ketersediaan susu yang ada (Sitti Nuraini, 2010).

Dalam pengembangannya daerah Sinjai terkhusus di kecamatan Sinjai Barat telah didirikan pabrik Susu Sinjai (Susin) yang akan melakukan pengolahan susu hasil dari peternakan sapi perah yang dilakukan oleh masyarakat peternak di kecamatan Sinjai Barat sebelum dipasarkan sehingga memungkinkan penghasilan masyarakat peternak dapat bertambah sebagai

(17)

pendapatan sampingan selain pendapatan utama yakni sebagai petani. Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah di Kabupaten Sinjai dipertimbangan melalui pemilihan lokasi berdasarkan kondisi agroklimat wilayah yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi sapi perah, ketersediaan lahan untuk mendukung pengembangannyadan ketersediaan pasar.Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah perlu dilakukan dengan peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran.Oleh karena itu, pemerintah di harapkan sebagai penentu kebijakan dapat mendukung pengembangan peternak tersebut.

Saat ini Populasi sapi perah di kabupaten Sinjai mencapai kurang lebih 500 ekor, tersebar di dua wilayah yakni Kecamatan Sinjai Barat dan Kecamatan Sinjai Borong, dan kami juga sudah melirik beberapa kawasan yang cukup potensial untuk pengembangan sapi perah dengan melihat ketersediaan pakan ternak serta pola pikir masyarakat yang tertarik untuk mengembangkan sektor peternakan.saat ini dari jumlah populasi ternak sapi perah yang ada telah mampu menghasilkan lebih kurang 10,000 liter susu setiap bulannya. saat ini ada sekitar 40 ekor sudah berproduksi dengan kapasitas produksi perharinya antara 350 hingga 400 liter, sehingga bila dikalkulasi perbulannya mampu memproduksi sekitar 8,000 hingga 10,000 liter.Selain itu penulis ingin menyajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran atau sebagai informasi bagi masyarakat setempat khususnya bagi peternak.

(18)

Usaha peningkatan produksi susu nasional oleh pemerintah Indonesia sangat erat kaitannya dengan Industri pengolahan susu. Manakala industri pengolahan susu hanya memperhatikan dari satu segi saja maka tetap saja sulit mengatasi masalah persusuan di Indonesia. Untuk mendapatkan produk susu yang sehat dan kerkualitas maka sebuah perusahaan industri pengolahan susu semestinya tidak hanya berkecimpung khusus mengolah susu kalau ingin produk susunya tetap dipercaya oleh konsumen. Perusahaan industri pengolahan susu seharusnya memperhatikan sumber susu yang dikelolanya. Perusahaan industri susu tidak akan berhasil apabila tidak melihat dari mana asal susu yang diperolehnya yaitu peternak. Peternak dan ternak adalah kunci apakah perusahaan atau industri akan tetap melaju atau stagnan atau malah mundur kemudian bubar, dalam artian peternak tak akan mau memelihara sapi perah sehingga Indonesia akan tetap menjadi pengimpor susu abadi. Oleh sebab itu fungsi dari usaha industri susu adalah: (1) Membina peternak: Perusahaan pengolahan susu seharusnya membina peternakan sapi perah mulai dari kesehatan hewan sampai bagaimana meningkatkan produksi dan bagaimana memproduksi susu yang aman. Hal ini sangat penting karena sekali suatu industri menyebabkan wabah akibat minum susu yang diproduksinya maka tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat konsumen. Demikian juga petani peternak tidak bergairah meningkatkan produksi susunya bila harga susu dibeli industri dengan harga yang tidak memadai (2) Melakukan pemeriksaan kualitas susu.Setelah susu sampai di pabrik maka semestinya susu diperiksa baik terhadap kualitas fisik dan kimianya dan terutama pemeriksaan terhadap

(19)

mikrobiologinya sehingga bisa diketahui layak tidaknya susu tersebut diolah lebih lanjut. (3) Melakukan proses pengolahan yang higienis. Proses pengolahan yang paling sederhana adalah melakukan proses pasteurisasi yang dikombinasi dengan proses pendinginan. Pada prosessing ini diharapkan semua hal yang bisa menyebabkan terjadinya kontaminasi produk harus dihindari. (4) Melakukan pemeriksaan fisik, kimia dan mikrobiologisecara rutin untuk menjamin keamanan konsumen.

Proses pasteurisasi terutama dilakukan bila skala produksi masih kecil misalnya di bawah 1000 liter/hari. Oleh sebab itu produksi Susu Segar Sinjai (SUSIN) yang dikelola oleh Koperasi susu Sintari bisa digolongkan sebagai industri pengolahan susu meskipun dalam skala industri kecil yang pengelolaannya masih berupa susu pasteurisasi dengan kapasitas produksi maksimal 400 liter/hari. Koperasi ini merupakan koperasi yang anggotanya terdiri dari 5 kelompok peternak yang tersebar di daerah Gunung Perak dan sekitarnya di Sinjai Barat. Tentu saja diharapkan industri yang dikelola koperasi ini menjadi cikal bakal industri persusuan di Sulawesi Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdsarkan permasalahanyang muncul berdasarkan latar belakang diatas, “Berapa BesarPendapatan Usaha produk olahan susu sapi perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai ? “

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pendapatan usaha produk olahan susu sapi perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Tulisan ini diharapakan dapat memberi manfaat setidaknya berupa bahan bacaan atau literatur bagi masyarakat peternak maupun calon peternak sapi perah.

2. Bagi penulis/peneliti yakni melatih diri dalam mengaplikasikan teori dan menghubungkan kenyataan di lapangan untuk kemudian dianalisis secara ilmiah dan sistematis dalam bentuk karya tulis.

3. Bagi pemerintah/instansi terkaitdiharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangsih pemikiran terhadap arah kebijakan yang ditempuh pemerintah/pihak terkait dalam pengembangan peternakan sapi perah di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

(21)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu Perah

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae.seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. (Rochadi Tawaf, 2010).Sentra peternakan sapi di dunia berada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda, Italia),Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan).Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus(Didin Taspirin, 2010).

Jenis sapi perah unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris),Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah

(22)

lainnya. Salah satu bangsa sapi perah yang terkenal adalah sapi perah Fries Holland (FH).Sapi FH berasal propinsi Belanda Utara dan propinsi Friesland Barat, sehingga sapi bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering disebut Holstein atau Friesian saja. Bangsa sapi FH terbentuk dari nenek moyang sapi liar Bos (Taurus) typicus primigenius yang ditemukan di Belanda sekitar 2000 tahun yang lalu. (Williamson dan Payne, 1993).

Sapi FH, di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat Holstein, sedangkan di Eropa disebut Friesian. Bobot badan sapi betina dewasa yang ideal adalah 628 kg, sedangkan sapi jantan dewasa bobotnya 1000 kg.Sapi FH merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya. Sapi FH memiliki komposisi susu: Air 88.01%, Protein 3.15%, Lemak 3.45%, Laktosa 4.65%, Abu 0.68%, Bahan Kering 11.93%. Produksi sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi danAmerika Serikat 7245 kg/laktasi. (Sudono, 2003)

Sapi perah FH masuk ke Indonesia dibawa oleh Hindia Belanda pada tahun 1891-1893 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sapi perah lokal.Perbaikan mutu genetik sapi ini dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein sehingga diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Sapi perah FH murni telah ada di Jawa Barat sejak tahun 1900, tepatnya di daerah Cisarua dan

(23)

Lembang.Dari kedua daerah inilah sapi perah FH kemudian menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat.(Peni S. Hardjosworo dkk., 1987).

Produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah FH di Indonesiaternyata lebih rendah, berkisar antara 3000-4000 liter per laktasi. Produksirata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi). Susu adalah hasil akhir dari rangkaian proses fisiologis yang kompleks dan berulang sehingga terjadi banyak macam interaksi yang berperan dalam menentukan produksi susu. intraksi yang mempengaruhi produksi susu yaitu, hereditas. Faktor lingkungan memegang peranan penting terhadap proses fisiologis dalam tubuh ternak sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi kapasitas produksi susu (Sudono, 2003).Menurut Daljoeni (1982) dalam Haerfiadi mengemukakan bahwa, geografi tidak hanya mempengaruhi aspek alamiah tetapi juga aspek sosial yang bercorak ekonomi, politik, sosial, kultural, dan religius yang semuanya dipelajari dengan latar belakang lingkungan alam.

2.2 Pendapatan

Soehardjo dan Patong (1973) mengemukakan defenisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya.Pendapatan ini juga

(24)

digunakan untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajiban.

Menurut Soekartawi (2006), Pendapatan dapat dibagi menjadi tiga pendapatan yaitu sebagai berikut :

a. Pendapatan kotor (Gross Income) yaitu pendapatan usahatani yang belom dikurangi biaya- biaya.

b. Pendapatan bersih (Net Income) yaitu pendapatan setelah dikurangi biaya. c. Pendapatan pengelola (Management Income) yaitu pendapatan merupakan

hasil pengurangan dari total output dengan total input.

Menurut Soekartawi (2006) menjelaskan bahwa pendapatan dapat berupa barang yang terdiri dari pendapatan kotor (gross farm income) yaitu nilai usaha produk olahan susu sapi dalam skala waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual dan pendapatan bersih (net farm income) yaitu sebagai selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usaha produk olahan susu sapi perah. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan semua biaya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendapatan bersih usaha produk olahan susu sapi menunjukkan imbalan yang diperoleh dari pengeluaran faktor produksi yang berupa kerja, pengelolaan dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan.

2.3 Penerimaan

Menurut Soekartawi (2006),Penerimaan tunai usaha adalah nilai uang yang diterima dari penjualan pruduk usaha. Dengan kata lain penerimaan ini

(25)

persatuan.Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan.

Menurut Suratiyah (2006), bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antar jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode.

2.4 Biaya

Menurut Soekartawi (2006), berdasarkan jenisnya biaya dapat dikategorikan menjadi :

a. Biaya tetap atau Fixed Cost (FC) merupakan biaya biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Yang termasuk dalam biaya tetap ini adalah bunga pinjaman modal, biaya sewa peralatan dan pabrik, tingkat depresiasi yang ditetapkan, dan pajak kekayaan.

b. Biaya variabal atau variable (VC) merupakan biaya-biaya yang berubah – ubah sesuai dengan tingkat output. Jadi biaya variabel merupakan fungsi dari tingkat output. Biaya variabel ini adalah pengeluaran bahan baku, depresiasi yang disebabkan oleh penggunaanperalatan, biaya-biaya tenaga kerja, komisi-komisi penjualan dan semua biaya input-input yang berubah-ubah sesuai dengan tingkat ouput.

Biaya merupakan salah satu kunci keberhasilan petani dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan biaya sangat

(26)

menentukankeuntungan yang akan diperoleh petani. Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi,2006).

2.5 Produk Susin (Susu Sinjai)

Pengembangan sapi perah di daerah ini memang didukung oleh iklim yang dingin dan lahan yang sangat luas. Hawa dingin pegunungan, lahan luas dengan limpahan rumput dan daun segar, serta limbah kebun sayur menjadi modal utama daerah ini dalam mengembangkan peternakan susu sapi. Air bersih pun tak sulit diperoleh; mata air berlimpah yang seakan tak pernah kering memudahkan peternak untuk memberi minum sapi, memandikan, dan membersihkan kandang.

Tahun 2007 pemerintah kembali menambah 210 ekor dari APBD di tambah dari bantuan APBD Tingkat I sebanyak 30 ekor. Dari aspek pengembangannya ini, masyarakat mulai melakukan upaya-upaya pemeliharaan secara baik untuk mendapatkan susu dengan produksi yang berkualitas. Produksi susu rata-rata 10-15 liter/ekor sapi/hari dengan minimal produksi 2000 liter/hari. Dalam setahun seekor sapi dapat diperah susunya selama 7 bulan setelah itu dikandangkan untuk diinseminasi. Setelah anak sapi lahir, sapi perah siap untuk diperah kembali. Sapi dapat diperah setelah usia sapi mencapai 3,5 tahun dan setelah melahirkan 5-6 kali, produksi susu sudah mulai berkurang.

(27)

Bantuan sejumlah sapi perah tersebut kini telah memberikan hasil yang manis; limpahan susu sapi asli, murni, segar dan bergizi tinggi, rendah lemak, bebas pengawet dan residu antibiotik. Pemeriksaan laboratorium yang dilanjutkan dengan perlakuan menggunakan alat pasteurisasi dan pengemasan otomatis secara higienis di bawah pengawasan tenaga ahli membuat susu sapi ini aman untuk dikonsumsi. Bukan hanya sekedar dikonsumsi, kini susu sapi perah tersebut telah bernilai ekonomi dengan masuknya koperasi sebagai mitra pemasar bagi peternak. Susu sapi yang dijual tersedia dalam kemasan ekonomis dalam bentuk susu gelas berukuran 150 ml dengan berbagai pilihan rasa yaitu coklat, vanila, strawberry, melon, dan pisang. Selain kemasan gelas, susu sapi perah juga dikemas dalam bentuk susu sachet (susu bantal) tanpa rasa berukuran 500 ml. Dengan potensi yang sangat menjanjikan ini, susu sapi Sinjai dengan mengusung brand ”Susin” (Susu Sinjai), pabrik yang beroperasi di daerah Sinjai Barat ini siap bersaing dengan brand sejenis lainnya.

Mekanisme proses pembuatan pasteurisasi susu cukup sederhana; Susu sapi yang sudah diperah di bawa ke laboratorium. Selanjutnya susu sapi dibawa ke ruangan khusus tempat proses menetralisir bakteri dengan cara dimasak dengan menggunakan mesin pasteurisasi modern dengan suhu 80oC dengan tujuan untuk menghilangkan kuman-kuman. Pasteurisasi tersebut membuat vitamin, mineral, enzim dan protein masih relatif utuh, namun bakteri patogen sudah mati. Setelah susu dimasak secara higienis di bawah pengawasan tenaga ahli kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengemasan otomatis, dipress, diberi label, akhirnya disimpan di tempat pendingin dengan suhu yang sangat

(28)

rendah agar susu tersebut tetap segar saat dikonsumsi. Susin ini dikemas tanpa pengawet sehingga hanya dapat bertahan maksimal 3 hari di dalam lemari pendingin.

Selain dipasarkan untuk tujuan ekonomi, Dinas Peternakan juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kab. Sinjai untuk mendistribusikan susu sapi dalam bentuk susu gelas ke sekolah-sekolah dasar yang masih menerima PMKT (Pemberian Makanan Khusus Tambahan) sebanyak 750 gelas setiap minggunya. Awalnya pemberian PMKT dilakukan dalam bentuk sachet, namun animo anak-anak yang pada umumnya tidak menyukai susu segar asli yang tanpa rasa membuat mereka enggan meminumnya sehingga akhirnya susu sachet diganti dengan susu gelas dengan beragam rasa. Tidak puas dengan pengembangan susin yang mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat, dinas Peternakan Kab. Sinjai juga mengolah susu sapi ini menjadi ice cream dengan brand ”sanshu”. Diberi nama Sansu dengan arti, S adalah Sinjai, AN adalah aman untuk berinvestasi, S adalah sejahtera dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dan U berarti unik. Sama halnya dengan Susin, Sanshu ice cream tampil tanpa bahan pengawet dan aman untuk dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa menimbulkan efek samping pada pencernaan. Ini adalah added value Susin yang membedakannya dengan produk sejenis lainnya yang pada umumnya sudah menambahkan bahan pengawet pada produknya. Sama halnya dengan susin, sanshu ice cream juga tersedia dalam 4 rasa; strawberry, vanilla, coklat, dan durian. Selain dijadikan ice cream, susu sapi perah juga dibuat dalam bentuk kerupuk yang diberi nama

(29)

”Elektrika”. Menurut ketua Klp. Ternak Ds. Gunung Perak, kerupuk susu ini diproduksi langsung oleh kelompok peternak dan bekerja sama dengan koperasi dan PT. PLN. Dipilihnya nama ”Elektrika” tidak terlepas dari bantuan PT. PLN pada masyarakat lokal dalam pengembangan kerupuk susu ini.

Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang populasinya tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya dapat mendukung pengembangan sapi perah. DiGunung Perak Kabupaten Sinjai Selawesi Selatan merupakan daerah fokus pengembangan sapi perah di Indonesia bagian Timur dengan produksi susu rata-rata pertahun mencapai 54750 liter/tahun (Malaka, 2010). Produksi susu yang dihasilkan dari ternak sapi perah di Gunung Perak memang belum mampu mensuplai kebutuhan susu masyarakat di Sulawesi Selatan.Hal ini disebabkan permintaan yang terus bertambah dari berbagai konsumen. Diantaranya adalah pengolahan susu segar menjadi susu kemasan yaitu produk susin. Kebutuhan akan susu segaryang semakin lama semakin meningkat haruslah diimbangi dengan peningkatan kualitas susu untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas peternakan sapi perah di Gunung Perak.

Susu dipandang dari segi peternakan adalah suatu sekresi kelenjar-kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi dan dilakukan pemerahan yang sempurna, tidak termasuk kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi suatu komponen.Susu merupakan bahan makanan yang baik bagi manusia karena susu banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tetapi di lain pihak, susu

(30)

juga merupakan media yang baik dan sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Higiene dan sanitasi susu harus diperhatikan agar dapat diperoleh susu segar yang berkualitas baik. Kualitas susu yang tidak stabil dan sering tidak menentu menyebabkan penjualan susu segar dari peternakan sapi perah dan koperasi sintari menurun.

Salah satu penilaian yang penting terhadap kualitas susu segar adalah kualitas fisik. Oleh karena itu perlu dilaksanakan penelitian tentang uji kualitas fisik susu sapi segar di Gunung Perak Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.Susu segar merupakan susu murni yang tidak mengalami pemanasan dan tidak mengalami penambahan bahan pengawet.

2.5 Kerangka Pikir

Indusrti pengolahan susu perah merupakan salah satu jenis industri dengan memanfaatkan susu murni sebagai bahan baku utamanya, dimana susu murni tersebut diolah menjadi susin.

Pada proses produksi industri pengolahan susu murni tak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha terbagi atas biaya tetap antara lain biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan,biaya pajak serta biaya listrik. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, serta biaya transportasi. Dalam industri pengolahan susin ini menjadi hal utama adalah produksi yaitu susin yang dihasilkan dari susu murni. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan berkualitas diperlukan suatu penanganan yang baik dari semua aspek oleh produsen sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil yang diproses,

(31)

yaitu dari bahan baku susu murni di olah menjadi susin yang kemudian dapat dijadikan minuman. Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah yang berkontribusi langsung pada peningkatan pendapatan pengusaha.

Setelah berproduksi, maka susin yang dihasilkan akan dipasarkan langsung ke toko, swalayan dan langsung kepada konsumen.penjualan bagi setiap unit akan menghasilkanpenerimaan bagi pengusaha. Seluruh totalitas dalam uaha susin ini sangat menentukan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam suatu periode produksi. Total biaya inilah yang akan mengurangi penerimaan pengusaha dan memperoleh pendapatan bersih.

(32)

Produk hasil olahan susu

Sapi perah

Sapi perah

Penerimaan

Pendapatan

Gambar 1.Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah.

Biaya tetap Biaya Variabel Susin

(33)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2016 yang berlokasi di unit pengolahan susu sapi Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

3.2 Teknik Penentuan informan

Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Yaitu pengusaha produk pengolahan susu sapi (Susin) yang pertama kali dan terbesar di Desa Gunung Perak. Pengusaha tersebut bernama bapak Rajab sebagai pemilik usaha yang sudah ada sejak tahun 2001.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan 2 metode pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan baik melalui observasi maupun wawancara langsung dengan petani.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari Dinas Pertanian dan lembaga-lembaga yang ada di Desa setempat.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Adapun metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(34)

1. Metode wawancara (interview)

Penelitian ini menggunakan metode interview secara terstruktur berupa kusioner sebagai panduan utama.Dalam metode ini digunakan untuk membantu menjelaskan kepada responden apabila responden kurang jelas dalam menjawab angket

2. Metode kuesioner

Kuesioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang eisien karena peneliti sudah tahu dengan pasti variable yang akan diukur, dan apa saja yang bisa diharapkan dari responden.

3. Metode dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan data melalui keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.5Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yang diarahkan untuk melihat pendapatan usaha produk olahan susu sapi di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dengan kriteria biaya dan pendapatan.

Analisis pendapatan bersih merupakan penerimaan yang telah dikurangidengan seluruh biaya produksi, yaitu dengan rumus sebagai berikut : Pd = TR – TC

(35)

Pd = Pendapatan TR (Total Revenue) = Penerimaan Total TC (Total Cost) =Biaya Total

1. Analisis penerimaan total adalah hasil kali antara jumlah produk yang dihasilkan (unit) dengan harga produk per unit, dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006):

TR = P x Q Keterangan

TR (Total Revenue) = Penerimaan Total

P (Price) = Harga

Q (Quantity) = Jumlah Produk

2. Analisis biaya total usaha produk olahan susu sapi Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dikeluarkan pengusaha diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap total dan biaya variabel total, dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006):

Keterangan:

TC (Total Cost) = Biaya Total TFC(Total Fixed Cost) = Biaya Tetap Total

TVC(Total Variable Cost) = Biaya Variabel Total 3. Penyusutan alat yang digunakan petani responden dihitung dengan

menggunakan metode garis lurus (Straight Line Mhetod) dengan TC = TFC + TVC

(36)

asumsi bahwa alat yang digunakan dalam usahatani menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya.

Keterangan:

NPA = Nilai Penyusutan Alat ( Rp/Tahun) HB = Harga Baru ( Rp)

HS = Harga Sisa ( Rp) JA = Jumlah Alat (Unit)

LP = Lama Pemakaian

3.6 Defenisi Operasional

1. Pabrik Susin adalah tempat yang digunakan untuk mengolah susu perah menjadi produk yangmemiliki nilai tambah.

2.Proses produksi adalah kegiatan mengolah input sehingga menghasilkan output.

3.Hasil olahan Susin adalah produk yang dihasilkan dari susu sapi perah. 4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya.

NPA = HB – HS x JA LP

(37)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Letak Geografis

Kabupaten Sinjai merupakan salah satu daerah yang berada di pesisir Timur Sulawesi Selatan yang secara administratif terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, 13 kelurahan dan 67 desa. Letaknya berjarak sekitar 223 km dari Timur Kota Makassar. Mempunyai garis pantai sepanjang 28 km dari arah selatan kearah utara. Secara astronomis, kabupaten Sinjai berada pada posisi 5o2 30" sampai 5o17' 47" LS dan 119o55' 43" sampai 120o21' 36" BT.

Wilayah kabupaten Sinjai dibagi dalam 9 kecamatan yaitu, Kecamatan Sinjai Utara, Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Tengah, Kecamatan Sinjai Barat, Kecamatan Sinjai Selatan, Kecamatan Sinjai Borong, Kecamatan Bulupoddo, Kecamatan Tellu Limpoe,dan Kecamatan Pulau Sembilan. Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha)dengan batas wilayah sebagai berikut :Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Bone, sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Bulukumba, sebelah Timur berbatasan Teluk Bone, sebelah Barat berbatasan Kabupaten Gowa.

Kecamatan Sinjai Barat adalah salah satu kecamatan yang berada dalam Kabupaten Sinjai. Jaraknya sekitar 63 km ke kota kabupaten dengan luas wilayah 135,35 km2. Secara astronomis Kecamatan Sinjai Barat berada pada posisi 5o6’ 54” – 5o21’ 00” LS dan 119o55’ 43” – 120o5’ 00” BT. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh denganmenggunakan kendaraan

(38)

angkutan umum antar daerah, maupun angkutan pribadi. Kecamatan Sinjai Barat memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone

- Sebelah Timur berbatasan dengan Sinjai Tengah dan Sinjai Borong, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, dan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Secara administrasi wilayah Kecamatan Sinjai Barat terdiri dari 2 kelurahan dan 7 desa, 37 dusun, 10 lingkungan, 254 RT dan 508 RW. Kelurahan tersebut meliputi Kelurahan Tassililu sebagai Ibu Kota Kecamatan dan Kelurahan Balakia, sedangkan desa tersebut meliputi Desa Arabika, Desa Gunung Perak , Desa Barania, Desa Bonto Lempangan, Desa Terasa, Desa Turungan Baji dan Desa Bontosalama.

4.4.1.1 Keadaan Morfologi a. Topografi

Topografi merupakan tinggi rendahnya suatu wilayah dari permukaan laut. Ketinggian tempat merupakan salah faktor fisik yang berpengaruh pada keadaan suhu udara, cara pengolahanan lahan dan tempat pengembangan pada suatu daerah. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut semakin rendah temperaturnya. Hal ini menunjukkan bahwa bumi sebagai massa yang mampu menyerap panas serta memantulkan kembali ke atmosfer.Secara umum Kecamatan Sinjai Barat memiliki permukaan yang berbukit-bukit dengan ketinggian 300-1900 m di atas permukaan laut. Adapun ketinggian berdasarkan desa/kelurahan adalah,

(39)

Desa Turungan Baji, Desa Bonto Salama, Desa Arabika, Kelurahan Tassililu, Desa Bontolempangan, Kelurahan Balakia masing-masing berada pada ketinggian antara 500-1000 m di atas permukaan laut, Desa Terasaa antara, Desa Barania dan Gunung Perak pada ketinggian diatas 1000 mdpl. (lihat peta topografi pada halaman 45)

b. Penggunaan lahan

Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai Barat yaitu, hutan dengan luas 7.189 hektar, tegal atau ladang seluas 103 hektar, semak belukar 2,41 hektar dan luas sawah adalah 2.128 hektar dan kebun dengan luas 8.744 hektar. (lihat peta penggunaan lahan pada halaman 46).

4.1.1 Kondisi Demografis a. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan pemegang peranan yang sangat penting dalam segala bentuk aktifitas yang dilakukan dalamkegiatan di alam ini, baik dalam aktifitasnya berinteraksi dengan sesamanya, mahluk lainnya dan interaksinya terhadap lingkungannya. Penduduk diartikan sebagai orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah atau daerah tertentu. Besarnya jumlah penduduk tiap daerah akan berbeda dengan daerah lainnya akibat terjadinya proses demografi, yaitu : kelahiran (fertilasi), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.

Berdasarkan data penduduk Kecamatan Sinjai Barat, menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada bulan April 2015 sebanyak sebanyak 24.426 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 12. 020 jiwa dan perempuan 12.404 jiwa,

(40)

sedangkan jumlah kepala keluargayaitu 7.061 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penduduk Kecamatan Sinjai Barat, April 2015

Jenis Kelamin Frekwensi Persentase (%)

Laki-laki 12.020 49,21

Perempuan 12.406 50,79

Jumlah 24,426 100,00

Sumber: Kantor Camat Sinjai Barat,Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Sinjai Barat pada April 2015 hampir seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan dimana laki-laki sebanyak 49,21 persen dan perempuan sebanyak 50,79 persen.Berikut ini akan dibahas mengenai data penduduk berdasarkan desa dan kelurahan.

Tabel 2. Data penduduk Kecamatan Sinjai Barat berdasarkan tingkat desa dan kelurahan, April 2015

Kelurahan/Desa L/P Jumlah Persentase (%) Tassililu 4.546 18,16 Balakia 1.517 6,2 Gunung Perak 3.277 13,42 Arabika 2.517 10,29 Bonto Salama 2.958 12,11 Turungan Baji 1.904 7,79 Barania 1.829 7,48 Boto Lempangan 2.966 12,14 Terasa 2.880 11,70 Jumlah 24.426 100,00

Sumber : Kantor Camat Sinjai Barat, Tahun 2015

Tabel 2menujukkan bahwa penduduk di Kecamatan Sinjai Barat yang paling padat penduduknya adalah penduduk di Kelurahan Tassililu sebanyak

(41)

Barat. Kemudian Desa Gunung Perak sebanyak 3.277 jiwa atau 13,42 persen, Desa Bonto Lempangan sebanyak 2.966 jiwa atau 12,14 persen, Desa Boto Salama sebanyak 2.958 jiwa atau 12,11 persen, Desa Terasa sebanyak 2.880 jiwa atau 11,70 persen, Desa Arabika 2.517 jiwa atau 10,29 persen, Desa Turungan Baji sebanyak 1.094 jiwa atau 7,79 persen, Desa Barania sebanyak 1.829 jiwa atau 7,48 persen dan Kelurahan Balakia sebanyak 1.517 jiwa atau 6,2 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah yang paling banyak penduduknya di Kecamatan Sinjai Barat adalah Kelurahan Tassililu, hal ini kerena wilayah tersebut merupakan Ibu Kota Kecamatan atau pusat pemerintahan, perekonomian dan lain-lain. Sedangkan wilayah yang paling sedikit penduduknya adalah kelurahan Balakia selain karena kondisi wilayah yang berbukit-bukit, daerah tersebut juga memiliki daerah yang tidak terlalu luas.

4.3 Kondisi Pertanian

Pertanian yang menonjol dari kabupaten Sinjai adalah lada dan coklat Lada tumbuh hampir di semua kecamatan kecuali di kecamatan Pulau Sembilan. Luas areal tanamnya mencapai 3.249 hektare dengan jumlah produksi 2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau kakao tumbuh hampir di semua kecamatan dengan luas area tanam 4.178 hektare dan hasil panen per tahun mencapai 2.129 ton. Sinjai mengkespor coklat-coklat ini ke Eropa.Kemajuan disektor pertanian kita dapat dilihat pada PDRB kabupaten sinjai atas dasar harga berlaku tahun 2011 mengalami kenaikan 14,98 persen jika dibandingkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010. Jadi ini

(42)

membuktikan struktur perekonomian kita masih didominasi oleh sektor pertanian dengan sumbangan sektor terhadap total PDRB kabupaten sinjai sebesar 48,83 persen pada tahun 2011.Nikmat mewakilibupati saat membuka sosialisasi tersebut. Sensus pertanian yang akan dimulai 1-31 mei mendatang merupakan agenda nasional yang dimaksudkan untuk memperoleh potret petani indonesia yang akurat sehingga pemerintah dapat merumuskan kebijakan sektor pertanian yang teatsasaran sehingga dapat terwujud kesejahteraan petani yang baik.

4.4 Sejarah dan status hukum pusat pengembangan agribisnis sapi perah. Sejarah susu di Indonesia ini menarik untuk diketahui mengingat tidak semua orang mengetahuinya. Tahun 1906 atas anjuran Pemerintah Hindia Belanda, maka diimporlah beberapa jenis sapi pedaging ke Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menetapkan Sumba sebagai pusat pengembangbiakan ternak sapi daging dari jenis O ngole (India). Sekitar tahun ini pula, sapi perah mulai masuk ke Hindia Belanda. Namun, tahun masuknya sapi perah ini perlu dipertanyakan lagi. Alasannya, sejak akhir abad ke-19, wilayah Bandung terkenal sebagai penghasil susu sapi berkualitas tinggi di Nusantara. Restorasi kereta pos pada awal abad ke-20 yang melewati jalur Cirebon-Bandung-Bogor-Batavia konon menghidangkan susu sapi segar kepada para penumpangnya. Lumayan sebagai pelepas dahaga dan obat lapar di perjalanan. Bahkan jauh sebelumnya , berdasarkan catatan Heer Medici pada 1786 yang melancong ke negeri Bandoeng dengan rombongan berkuda dari Batavia, sudah mencicipi segarnya susu Bandung tatkala rombongan sampai di

(43)

Cianjur.Menurut catatan sejarah, pada tahun 1938 di wilayah Bandung terdapat 22 usaha pemerahan susu dengan produksi 13.000 liter susu per hari. Hasil produksi susu ini semua ditampung oleh “Bandoengsche Melk Centrale” untuk diolah (pasturisasi) sebelum disalurkan kepada para langganan di dalam maupun luar kota Bandung. Direktur B.M.C dengan nada sedikit sombong menulis: ‘Vergeet U niet, dat er in geheel Nederlandsch Oost-Indië slechts een Melk centrale is, en dat is de Bandoengsche Melkcentrale’ (Anda jangan lupa, bahwa di seantero Nusantara ini cuma ada satu Pusat Pengolahan Susu dan itu adalah Bandoengsche Melk Centrale). Dari sejarah persusuan di Indonesia, di wilayah Bandung ada 3 perusahaan pemerahan susu (Boerderij) yang terkemuka. Mereka inilah yang merupakan cikal bakal usaha peternakan sapi perah dari jenis unggul yang didatangkan dari Friesland, salah satu propinsi di Belanda.

Model peternakan sapi perah yang terkenal adalah perusahaan ‘Generaalde Wet Hoeve’ milik Tuan Hirschland dan Van Zijll di Cisarua, kabupaten Bandung. Mereka inilah yang pertama kali mendatangkan sapi perah Friesland ke Nusantara pada awal abad ke-20. Kemudian tercatat pula Lembangsche Melkerij ‘Ursone’, sebuah perusahaan pemerahan susu di Lembang yang didirikan oleh tiga diantara empat bersaudara Ursone pada tahun 1895. Keluarga Ursone yang berkebangsaan Italia ini terkenal sebagai pemain musik gesek ulung di kota Bandung. Usaha keluarga Ursone diawali dengan 30 ekor sapi dengan hasil hanya 100 botol per hari. Kemudian pada tahun 1940 telah berkembang menjadi 250 ekor sapi dengan produksi ribuan

(44)

liter susu perhari. Selain kedua perusahaan ini, di Pangalengan, sekitar danau Cileunca, ratusan ekor sapi perah diternakkan orang Eropa di sana. Begitu banyaknya sapi perah bibit luar negeri di lembah danau Cileunca, hingga majalah Mooi Bandoeng sering menyebut wilayah di Pangalengan sebagai ‘Friesland in Indië (Friesland di Hindia)’.

Selain minuman dengan bahan baku susu seperti es krim, susu coklat (chocomelk), B.M.C mengolah susu menjadi mentega, keju dan cream untuk kosmetika. Hampir seluruh produksi susu di Jawa Barat tertampung oleh B.M.C pada jaman sebelum perang. Jika demikian hebatnya sejarah susu di Indonesia lalu mengapa di Indonesia yang lebih populer adalah susu bubuk dibandingkan susu segar? Hal ini pun ada alasannya. Sekitar tahun 1920, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan aturan mengenai produksi susu yang disebut Melk-Codex. Salah satu aturan persusuan ini adalah mengenai kondisi mikroba atau bakteri Psychotropic pada susu segar di bawah satu juta mikroba untuk setiap satu sentimeter kubik susu segar. Standar ini dibuat untuk memenuhi kualitas susu segar yang siap minum tanpa melalu proses pengolahan lebih lanjut. Dapatlah dibayangkan betapa Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu telah menyosialisasikan kualitas susu segar untuk siap minum tanpa proses lebih lanjut. Namun, kebanyakan kualitas susu segar kita di atas satu juta mikroba sehingga kita terpaksa harus melupakan kebiasaan minum susu segar dan susu tersebut harus diolah dalam bentuk bubuk dan diminum dalam keadaan hangat.

(45)

ternyata juga tak tersosialisasi dengan baik meski sudah ada Melk-Codex. Masyarakat kita pada masa itu masih menganggap susu adalah minuman yang hanya dikonsumsi oleh orang kulit putih (baca: Belanda) serta golongan tertentu yang berkuasa. Sehingga muncul anekdot jika mau berkuasa, maka minumlah susu. Lucunya lagi ada yang berpendapat sinis, tak perlulah bangsa kita punya tradisi minum susu (segar) nanti kelewat pintar. Alasannya, dahulu kala nenek moyang kita sangat getol puasa mutih atau hanya minum air segar (putih), nasi serta umbi-umbian saja mampu menjadi orang “pintar” dan ditakuti. Apalagi jika minum susu (putih), bisa-bisa kita menjadi “super pintar”. Ketika Pemerintah Hindia Belanda sedang gencar-gencarnya mempromosikan pariwisata di Hindia, peternakan sapi menjadi salah satu daya tarik fasilitas yang ditawarkan. Promosi tersebut dimuat Gids voor Indie: Handleiding en Hotel Pension-, Toko en Dienstengids voor New Comers en Touristen in Ned-Indie. Misalnya iklan peternakan sapi di beberapa kota besar seperti Batavia, Bandung dan Semarang. Salah satunya iklan Melkerij “Petamboeran” yang merupakan peternakan tertua dan terbesar di Petamboeran, Paalmerah (Jakarta). Iklan tersebut memperlihatkan bahwa para turis (kulit putih) tak perlu khawatir jika di Hindia juga tersedia minuman susu.

(46)

5.1 Proses Pembuatan Produk Olahan Susu Sapi ( Susin)

Proses pembuatan susu perah menjadi susin. Skema proses pembuatan susin dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses pembuatan susin

Proses pembuatan produk olahan susu dilakukan melalui 2 uji pengamatan yang pertama uji kualitas secara manual dan yang kedua uji dengan mencampurkan alkohol kedalam 70% lalu diaduk.

Sapi perah

Pengamatan uji kualitas

Pemanasan Pencampuran Pendinginan Uji Manual (Manusia) Uji Alkohol Gula pasir Pewarna Pengemasan Penyimpanan / Prizer

(47)

Susu dimasukkan kedalam tangki pemanas (pasteurisasi) lalu dipanaskan selama 30 menit dengan suhu 30okemudian di tambahkan gula dan pewarna (strawberi dan coklat).

Kemudian didinginkan kurang lebih 4o C sambil ditambahkan perasa lalu di aletkan kedalam mesin pengemas gelas sambil dikemas setelah pengemasan lalu dimasukkan kedalam prizer.

5.2 Biaya Produksi Usaha Produk Olahan Susu ( Susin)

Biaya produksi adalahbiaya yang dikeluarkan untuk membiayaioperasional perusahaan selama perusahaan beroperasi atau kegiatan perusahaan berlangsung. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap usaha ini dikeluarkan dalam sekali setahun yaitubiaya pajak dan biaya penyusutan alat (ember, Baskom, mesin pemanas (pasteurisasi), mesin pengemas, mesin pendingin (prizer), kuling yunit, dan printer). Dalam 1 periode industri pengolahan susin menggunakan 2 unit ember dengan harga lama sebesar Rp 30.000 dan harga baru sebesar Rp 15.000, 1 buah baskom dengan harga lama sebesar Rp 20.000 dan harga baru sebesar Rp 10.000, 1 unit mesin pemanas (pasteurisasi) dangan harga lamasebesar Rp 70.000.000 dan harga baru sebesar Rp 45.000.000, 1 unit mesin pengemas dengan harga lama sebesar Rp 60.000.000 dan harga baru sebesar Rp 30.000.000, 1 unit mesin pedingin (frizer) dengan harga lama sebesar Rp 5.000.000 dan harga baru sebesar Rp 2.000.000, 1 unit kuling yunit

(48)

dengan harga lama sebesar Rp 40.000.000 dan harga baru sebesar Rp 20.000.000, 1 unit printer dangan harga lam sebesar Rp 700.000 dan harga baru sebesar Rp 500.000. sehingga mendapatkan jumlah nilai penyusutan alat sebesar Rp 15.712.500biaya tetap yang dikeluarkan selama proses produksi pertahun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya Tetap Olahan Susu Sapi Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Tahun Biaya Tetap Jumlah (Rp)

Pajak (Rp) NPA (Rp)

2015 60.000 15.712.500 16.432.500

Sumber : Data primer setelah di Olah 2016.

Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya tetap usaha produk olahan susu sapi yang terdiri dari pajak, biaya listrik, dan biaya penyusutan alat. Biaya pajak sebesar Rp 60.000. Nilai penyusutan alat didapat dari nilai (harga) baru dikurangi nilai (harga) lama dibagi dengan lama pemakaian. Biaya penyusutan alat sebesar Rp15.712.500

Biaya tidak tetap adalah biaya yang mempengaruhi naik turunnya produksi. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan dari usaha produk olahan susu perah terdiri dari biaya bahan baku (susu perah) dan bahan tambahan (gula psir, pewarna( stawberi dan coklat), kemasan gelas, dan tenaga kerja). Biaya tidak tetap yang dikeluarkan selama proses produksi perbulan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Variabel Usaha Produk Olahan Susu Perah Di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

(49)

April 185.000 Mei 185.000 Juni 185.000 Juli 185.000 Agustus 185.000 September 185.000 Oktober 185.000 November 185.000 Desember 185.000 2016 FebruariJanuari 185.000185.000 Jumlah 2.220.000 Rata-rata 185.000

Sumber: Data primer setelah diolah, 2016

Tabel 4, menunjukkan bahwa biaya variabel usaha produk olahan susu perah yang terdiri dari ( susu perah, gula pasir, pewarna (strawberi dan coklat), kemasan (gelas), dan tenaga kerja). Pada tahun 2015 dari bulan maret sampai bulan februari tahun 2016 biaya variabel adalah sebesar Rp 185.000

Bulan maret jumlah bahan baku (susu perah) yang diolah menjadi susin sebanyak 2000 liter sehingga pada bulan berikutnya biaya variabel yang dikeluarkan sebanyak Rp 2.220.000. Hal ini disebabkan oleh usaha produk olahan susu perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang membeli produk olahan susu perah masih sedikit sehingga jumlah bahan baku utama yang diolah masih sedikit, dan masyarakat sedikit yang mengenal produk susin.

Semakin banyak jumlah bahan baku (susu perah) maka semakin besar biaya biaya bahan tambahan seperti gula pasir, pewarna (strawberi dan coklat), kemasan (gelas), dan listrik. Jumlah bahan tambahan yang digunakan jika bahan baku sebanyak 100 liter susu perah yakni 5 kg gula pasir, 3 liter pewarna

(50)

strawberi dan 3 liter pewarna coklat, 700 kemasan gelas, dan biaya listrik bervariasi karena di pengaruhi oleh banyaknya jumlah bahan baku yang diolah menjadi Susin.

Tenaga kerja yang ada produk olahan susu perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai sebanyak 3 orang yang terdiri dari anggota keluarga pemilik. Dalam pengolahan Susin ada beberapa uraian kegiatan yakni dimulai dari pengamatan uji kualitas dimana ada uji kualiatas secara alkohal dan uji manual (manusia), pemanasan, pencampuran (gula pasir dan pewarna), pendinginan, pengemasan, dan penyimpanan (prizer). Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan susu perah 100 liter yakni 3 0rang. Upah tenaga kerja dalam 1 bulan Maret sampai februari sebesar Rp 700.000.

Total biaya merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan setiap memulai kegiatan produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak dan biaya penyusutan alat yang digunakan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari Susu Perah, Gula Pasir, Pewarna, Kemasan (gelas), Listrik, Tenaga kerja. Total biaya produksi usaha produk olahan susu dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Total Biaya Dari Usaha Produk Olahan Susu Perah di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Tahun

Total biaya

Jumlah (Rp) Biaya tetap (Rp) Biaya variabel

(Rp)

(51)

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016.

Tabel 5, menunjukkan bahwa total biaya usaha produk olahan susu perah terbagi menjadi dua yakni biaya tetap dan biaya variabel. Pada tahun 2015 total biaya usaha produk olahan susu perah sebesar Rp 43.852.500 yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetap yang terdiri dari pajak dan biaya penyusutan alat sebesar Rp 16.432.500 dan biaya variabel terdiri dari susu perah, gula pasir, pewarna, kemasan (gelas), listrik dan tenaga kerja sebesar Rp 27.420.000.

5.3 Penerimaan Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah

Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya- biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Dari penerimaan dan pendapatan suatu usaha tersebut dibutuhkan informasi tentang biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap ( variabel cost). Biaya adalah pengorbanan-pengorbanan mutlak yang harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan barabg atau jasa tentu ada bahan baku, bahan tambahan, tenaga kerja, dan jenis pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil.

Tabel 6. Total Penerimaan Dari Usaha Produk Olahan Susu Sapi di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Tahun Bulan Nilai (Rp)

2015

Maret 5.000.000

April 5.000.000

Mei 5.000.000

(52)

Juli 5.000.000 Agustus 5.000.000 September 5.000.000 Oktober 5.000.000 November 5.000.000 Desember 5.000.000 2016 FebruariJanuari 5.000.0005.000.000 Jumlah 60.000.000

Sumber: Data primer Setelah Diolah 2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa penerimaan usah produk olahan susu sapi perah berasal dari penjualan susin yang satu dosnya terdiri dari 20 unit. Penjualan susu perah masih sangat rendah karena disebabkan oleh kurangnya masyarakat yang mengetahui tentang adanya pengolahan susu perah.

5.4Pendapatan Produk Olahan Susu Perah

Pendapatan dalam hal ini adalah total penerimaan yang diperoleh dari peternak dengan menghitung jumlah produksi susu perah yang diperoleh kemudian dikalikan dengan harga jual.Selanjutnya total penerimaan tersebut dikurangi dengan seluruh total biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap.Adapun biaya tetap berupa pajak bangunan dan nilai penyusutan alat yang digunakan dalam proses pembuatan sapi perah,sedangkan biaya tidak tetap berupa tenaga kerja , kemasan, perasa, dan gula pasir. Pendapatan usaha produk olahan susu sapi di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Total pendapatan per tahun susu perah kecamatan sinjai barat kabupaten sinjai, 2015 NO Uraian Jumlah (unit) Harga (Rp/unit) Nilai

(53)

1 Produksi (Liter) 24.000 2.500 60.000.000 2 Biaya -Biaya tetap a) Penyusutan alat b) pajak - Biaya variabel a) Tenaga kerja (Orang) b) Kemasan (Unit/gelas) c) Perasa (unit) d) Gula pasir (kg) 36 250 6 5 700.000 300 35.000 15.000 15.712.500 60.000 27.420.000 25.200.000 75.000 35.000 75.000 3 Total biaya 43.853.500 4 Total pendapatan 16.147.500

Tabel7. menunjukkan hasil analisis bahwa per tahun usaha sapi perah yaitu sebesar Rp 60.000.000 per tahun yang diperoleh dari hasil kali jumlah produksi dikali dengan harga yaitu sebesar 24.000 liter dikali Rp 2.500 per liter. Total biaya sebesar Rp 43.853.500 yang diperoleh dari biaya tetap dan biaya tidak tetap,biaya tetap terdiri dari penyusutan alat sebesar Rp 15.712.500 dan pajak bangunan sebesar Rp 60.000, sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari kemasan Rp 75.000, tenaga kerja sebesar Rp 25.200.000,perasa sebesar Rp 35.000 dan gula pasir sebesar 75.000 Total pendapatan sebesar Rp 16.147.500 yang diperoleh dari penerimaan dimana produksi dikali harga susu murni.

(54)

Komponen biaya dalam penelitian ini yakni biaya tetap dan biaya tidak tetap.Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi besar kecilnya produksi yang dihasilkan.Biaya tetap usaha sapi perah yang dikeluarkan yakni biaya pajak,biaya penyusutan alat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

(55)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Sinjai Barat dari olahan susu perah dari tahun 2015 sampai tahun 2016 sebesar Rp16.147.500.Dengan penerimaan sebesar Rp 60.000.000 / tahun, dan total biaya sebesar Rp 43.852.500. pendapatan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan peternak sapi perah di Kecamatan Sinjai Barat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, pendidikan serta kesehatan secara layak, keberadaan pabrik memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka berikut ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Parapeternak diharapkan banyak mencari informasi tentang cara-cara pengelolaan sapi perah yang baik dan benar, terutama kepada penyuluh peternakan maupun kepada sesama peternak didaerah lain yang sudah berhasil dan tetap membudidayakan sapi perah karena dapat membantu perekonomian keluarga.

2. Bagi tenaga kerja lebih meningkatkan kinerjanya untuk peningkatan produksi yang berkualitas agar lebih bertambah kontribusi yang didapatkan dari peternakan sapi perah.

(56)

3. Bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan sapi perah kiranya dapat menggambarkan lebih luas lagi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan usaha peternakan.

(57)

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis ) Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.

Data Hasil Peternakan Tahun 2014.Potensi Peternakan. Di akses Februari 2016.http://www.sinjai.go.id/sinjai

Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius.

Haefiadi. 2010. Aspek-aspek geografis yang mendukung usaha peternakan ayam ras di Desa Lise Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidrap. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNM: Makassar

Hardjosworo, Peni. Dkk. 1987.Pengembangan Peternakan Di Indonesia, Model, Sistem Dan Peranannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Nuraini, Sitti. 2010.Kebijakan Kelembagaan Pada Pengembangan Peternakan

Sapi Perah di Sulawesi Selatan.

Suryanto DKK. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP.

Sudono, DKK. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agro Media Pustaka: Jakarta

Tawaf, Rochadi. 2011. Budidaya ternak sapi perah (Bos sp.). Di akses Februari 2011.http://www.Dunia Sapi.com

Taspirin, Didin. 2010. Deskripsi Sapi Perah Frie Holland. Universitas Padjajaran

Media-2. Semarang: www.Britanika.com.Di akses Februari 2011

Wardana.2010. Kajian Prospek Usaha Industri gula Aren di Desa Ajang Pulu Kecamatan Cina Kabupaten Bone.Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNM: Makassar

Willamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta (Terjemahan oleh : SGN Djiwa Darmaja).

Gambar

Gambar 1.Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usaha Produk Olahan Susu Sapi Perah.
Tabel 1.  Penduduk  Kecamatan Sinjai Barat, April  2015
Gambar 2. Proses pembuatan susin
Tabel  3.  Biaya  Tetap  Olahan  Susu  Sapi  Di  Desa  Gunung  Perak  Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
+4

Referensi

Dokumen terkait

gizi, antara lain protein hewani asal sapi perah berupa susu. Dalam proses produksi usaha ternak sapi perah tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi tersebut diperoleh

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : (1) mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dan meningkatkan produksi susu

Biaya total adalah total keseluruhan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dikeluarkan oleh peternak pola bagi hasil Teseng sistem ternak sapi potong di

Biaya produksi pada usaha pemotongan sapi di Perusda Anwusa merupakan biaya yang dikeluarkan mulai dari pembelian sapi, dengan daging yang terjual, terdiri dari biaya tetap

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : (1) mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dan meningkatkan produksi susu

Biaya total adalah total keseluruhan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dikeluarkan oleh peternak pola bagi hasil Teseng sistem ternak sapi potong di

Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani bervariasi tergantung dari jumlah produk gula semut yang dihasilkan terutama untuk pengeluaran biaya tidak tetap misalnya

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : (1) mengurangi produksi dan penjualan susu dingin ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dan meningkatkan produksi susu