• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN

(Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa,

Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh :

SIESKA RIDYAWATI

A14103047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

SIESKA RIDYAWATI. Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat). Dibawah bimbingan ANNA FARIYANTI.

Pertanian me megang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, selain sebagai pemasok kebutuhan pangan, pertanian juga memberi kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PDB Indonesia pada tahun 2005 tumbuh sebesar 10,3 persen dibandingkan tahun 2004. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan dari subsektor tanaman bahan makanan sebesar 10,89 persen. Peternakan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang paling penting artinya dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian. Subsektor peternakan di Indonesia berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut

Salah satu komoditas peternakan yang berpotensial untuk dikembangkan adalah susu. Susu dibutuhkan karena kandungan gizinya yang tinggi dan lengkap, sehingga menjadi bahan makanan penting sebagai penyempurna susunan menu makanan sehari-hari. Dari segi konsumsi, preferensi konsumen Indonesia lebih menyukai produk olahan daripada susu dalam bentuk segar, sehingga hampir semua produksi susu segar diserap oleh IPS. Dalam jumlah terbatas, permintaan susu segar di perkotaan oleh konsumen perorangan atau konsumen lembaga, dipenuhi oleh usaha peternakan sapi perah perorangan atau koperasi (KUD) dalam bentuk susu segar atau susu pasteurisasi. KUD Mitrayasa sebagai pengelolaan sapi perah di Kecamatan Pagerageung merupakan koperasi pedesaan di Kabupaten Tasikmalaya menjadikan unit usaha sapi perah sebagai kegiatan utama dari beberapa unit usaha lainnya seperti unit usaha pangan, waserda, dan simpan pinjam. Pada unit usaha sapi perah, fungsi yang dijalankan yaitu sebagai penampung, pengolahan hasil dan pemasaran. Sementara peran KUD di bidang pengolahan susu mendukung diversifikasi produk yang bersifat vertikal dan sekaligus untuk dapat menahan agar nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati oleh peternak sendiri.

(3)

yang disetor oleh para peternak untuk menambah bahan baku utama produk. Cara satu-satunya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya adalah dengan melakukan optimalisasi produksi.

Permintaan susu pasteurisasi cup plain dengan produksinya merupakan yang paling besar perbedaannya yaitu sebesar 708 liter. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat konsumen terhadap susu pasteurisasi cup plain yang tidak memiliki rasa. Selain itu, penjualan susu dingin ke IPS sudah dimulai dari tahun 2001 jauh sebelum susu pasteurisasi dan yoghurt diproduksi sehingga pengirimannya relatif tetap dan adanya kapasitas angkut untuk susu dingin dari pihak IPS menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut KUD Mitrayasa dituntut untuk berefisiensi dalam mengelola usahanya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat produksi optimal susu yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum, menganalisis alokasi penggunaan sumberdaya agar dapat mencapai kondisi yang optimal, serta menganalisis pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan penambahan batasan baru untuk susu dingin pada perubahan ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt.

Penelitian ini dilaksanakan di KUD Mitrayasa yang berlokasi di Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Maret-April 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa KUD Mitrayasa Pagerageung sebagai sebagai salah satunya pengelola susu sapi perah di Kabupaten Tasikmalaya dan telah melakukan pengolahan susu segar sendiri. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software LINDO (Linear, Interactive and Discrete Optimizer). Analisis yang dilakuakn terdiri dari analisis primal, dual, sensitivitas dan pasca optimal. Analisis pasca optimal dilakukan dengan menggunakan dua skenario yaitu skenario I, dengan menurunkan sumbangan keuntungan dari satu liter di luar range menjadi Rp.900,00 dan skenario II dengan menambahkan batasan baru pada model yaitu permintaan minimum untuk susu dingin. Kendala-kendala yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan baku, bahan penolong, jam kerja mesin, jam tenaga kerja langsung dan permintaan minimum.

Secara administratif, wilayah kerja KUD terdiri dari Desa Pagerageung, Pagersari, Cipacing, Guranteng, Sukapada, dan Desa Nanggewer. Wilayah kerja KUD tersebut memiliki luas 8.077 ha. Keanggotaannya KUD Mitrayasa terdiri dari anggota penuh 755 orang, calon anggota 200 orang, dan masyarakat yang dilayani 7.950 orang. Sebagian besar yang menjadi anggota penuh adalah peternak sapi perah. Struktur organisasi MT KUD Mitrayasa berada dibawah administrasi unit usaha peternakan sapi perah. Adapun produk yang dihasilkan pabrik milk treatment KUD Mitrayasa adalah susu pasteurisasi cup coklat, strawberry, vanila, melon, plain, yoghurt strawberry, melon, plain dan susu dingin.

(4)

maka KUD Mitrayasa disarankan memproduksi susu cup plain dan yoghurt plain masing- masing sebesar 214.070,859 liter dan 1.532 liter. Sedangkan susu cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawbery, yoghurt melon dan susu dingin diproduksi masing- masing sebesar 16.624 liter; 15.675 liter; 5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter dan 1.181.593 liter.

Pada kondisi optimal keuntungan yang dapat diperoleh sebesar Rp 788.310.800,00 sedangkan aktualnya sebesar Rp 481.902.939,00. Sehingga terdapat selisih keuntungan sebesar Rp 306.407.860,00. Hasil analisis status sumberdaya (dual) menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya selain susu segar, lactobacillus, dan lid cup berlebih. Hal ini terlihat dari slack-nya yang bernilai lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Ketersediaan lactobacilus merupakan pembatas utama yang membatasi fungsi tujuan, sehingga apabila ketersediaannya ditambah, maka akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai dualnya.

Skenario I menyebabkan nilai fungs i tujuan berubah menjadi Rp. 597.444.100,00. Selisih kondisi optimal awal dengan skenario I adalah sebesar Rp. 190.866.700,00. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan aktualnya adalah sebesar Rp. 115.541.161,00. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga jual untuk susu pasteurisasi cup plain sehingga mengurangi sumbangan keuntungan perliter susu pasteurisasi cup plain. Penurunan produksi susu pasteurisasi cup plain menyebabkan peningkatan produk susu pasteurisasi cup melon dan susu dingin masing- masing sebesar 1.676 liter; 80,5 liter. Nilai slack pada analisis pasca-optimal skenario I lebih rendah dari kondisi optimal aeal. Hal ini berarti penggunaan sumberdaya relatif lebih banyak dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Skenario II menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp. 485.566.000,00. Selisih kondisi optimal awal dengan skenario I adalah sebesar Rp. 302.744.800,00. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan aktualnya adalah sebesar Rp. 3.663.061,00. Pada skenario II terjadi peningkatan produk susu dingin sebesar 205.739 liter dan penurunan untuk produk susu cup plain dan yoghurt plain masing- masing sebesar 205.190,94 dan 548 liter. Hasil analisis dual pada kondisi optimal skenario II menunjukkan bahwa nilai slack dari sumberdaya yang digunakan umumnya lebih besar dari kondisi optimal awal. Hal ini berarti penggunaan sumberdayanya relatif lebih sedikit dengan kondisi optimal awal. Pada kondisi optimal skenario I ini, susu segar merupakan pembatas utama, karena ketersediaannya habis terpakai.

(5)

Tuhanku... Di setiap keluh kesah dan piluku Kau hibur aku dengan ayat -ayat cinta -Mu Dalam perhatianku akan pertolongan-Mu

Dan kini setelah perjalanan panjang ini, Kau jadikan indah pada waktunya, di ujung keletihanku, tiada henti kupanjatkan syukur pada-Mu

Rabbku...

(6)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN

(Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh :

SIESKA RIDYAWATI A14103047

Skri psi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Pada Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul : Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Nama : Sieska Ridyawati

NRP : A14103047

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Anna Fariyanti, MS NIP 131 918 115

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019

(8)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU, DAN SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG TELAH DINYATAKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA PADA BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Juli 2007

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 September 1984 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Putri pertama dari Bapak Yaman Waryaman dan Ibu Eli Wahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Pajajaran, Tasikmalaya yang kemudian dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya penulis mengenyam pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya sebagai anggota dalam Koperasi Mahasiswa IPB periode 2003-2004 dan Himpunan Mahaiswa Tasikmalaya.

Bogor, Juli 2007

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) ini dapat diselesaikan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah, Ibu, adik-adikku serta keluarga besar tercinta atas kasih sayang dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

2. Ibu Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pemahaman, bimbingan serta saran-sarannya, sehingga skripsi ini dapat selesai tersusun.

3. Bapak Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, saran dan kritikan untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Eva Yolynda, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan untuk perbaikan dalam teknis penulisan ilmiah yang sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Bapak Ir. Joko Purwono, MS sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Bapak Ade Suja’i dan Bapak Tatang atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam pengumpulan data.

7. Seluruh staff pabrik KUD Mitrayasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, kebaikan dan kesabarannya selama penelitian.

8. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian-IPB.

9. Astri Indah Sari sebagai pembahas seminar, terimakasih atas saran dan masukannya.

(11)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN

(Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa,

Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh :

SIESKA RIDYAWATI

A14103047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

SIESKA RIDYAWATI. Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat). Dibawah bimbingan ANNA FARIYANTI.

Pertanian me megang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, selain sebagai pemasok kebutuhan pangan, pertanian juga memberi kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PDB Indonesia pada tahun 2005 tumbuh sebesar 10,3 persen dibandingkan tahun 2004. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan dari subsektor tanaman bahan makanan sebesar 10,89 persen. Peternakan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang paling penting artinya dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian. Subsektor peternakan di Indonesia berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut

Salah satu komoditas peternakan yang berpotensial untuk dikembangkan adalah susu. Susu dibutuhkan karena kandungan gizinya yang tinggi dan lengkap, sehingga menjadi bahan makanan penting sebagai penyempurna susunan menu makanan sehari-hari. Dari segi konsumsi, preferensi konsumen Indonesia lebih menyukai produk olahan daripada susu dalam bentuk segar, sehingga hampir semua produksi susu segar diserap oleh IPS. Dalam jumlah terbatas, permintaan susu segar di perkotaan oleh konsumen perorangan atau konsumen lembaga, dipenuhi oleh usaha peternakan sapi perah perorangan atau koperasi (KUD) dalam bentuk susu segar atau susu pasteurisasi. KUD Mitrayasa sebagai pengelolaan sapi perah di Kecamatan Pagerageung merupakan koperasi pedesaan di Kabupaten Tasikmalaya menjadikan unit usaha sapi perah sebagai kegiatan utama dari beberapa unit usaha lainnya seperti unit usaha pangan, waserda, dan simpan pinjam. Pada unit usaha sapi perah, fungsi yang dijalankan yaitu sebagai penampung, pengolahan hasil dan pemasaran. Sementara peran KUD di bidang pengolahan susu mendukung diversifikasi produk yang bersifat vertikal dan sekaligus untuk dapat menahan agar nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati oleh peternak sendiri.

(13)

yang disetor oleh para peternak untuk menambah bahan baku utama produk. Cara satu-satunya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya adalah dengan melakukan optimalisasi produksi.

Permintaan susu pasteurisasi cup plain dengan produksinya merupakan yang paling besar perbedaannya yaitu sebesar 708 liter. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat konsumen terhadap susu pasteurisasi cup plain yang tidak memiliki rasa. Selain itu, penjualan susu dingin ke IPS sudah dimulai dari tahun 2001 jauh sebelum susu pasteurisasi dan yoghurt diproduksi sehingga pengirimannya relatif tetap dan adanya kapasitas angkut untuk susu dingin dari pihak IPS menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut KUD Mitrayasa dituntut untuk berefisiensi dalam mengelola usahanya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat produksi optimal susu yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum, menganalisis alokasi penggunaan sumberdaya agar dapat mencapai kondisi yang optimal, serta menganalisis pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan penambahan batasan baru untuk susu dingin pada perubahan ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt.

Penelitian ini dilaksanakan di KUD Mitrayasa yang berlokasi di Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Maret-April 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa KUD Mitrayasa Pagerageung sebagai sebagai salah satunya pengelola susu sapi perah di Kabupaten Tasikmalaya dan telah melakukan pengolahan susu segar sendiri. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software LINDO (Linear, Interactive and Discrete Optimizer). Analisis yang dilakuakn terdiri dari analisis primal, dual, sensitivitas dan pasca optimal. Analisis pasca optimal dilakukan dengan menggunakan dua skenario yaitu skenario I, dengan menurunkan sumbangan keuntungan dari satu liter di luar range menjadi Rp.900,00 dan skenario II dengan menambahkan batasan baru pada model yaitu permintaan minimum untuk susu dingin. Kendala-kendala yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan baku, bahan penolong, jam kerja mesin, jam tenaga kerja langsung dan permintaan minimum.

Secara administratif, wilayah kerja KUD terdiri dari Desa Pagerageung, Pagersari, Cipacing, Guranteng, Sukapada, dan Desa Nanggewer. Wilayah kerja KUD tersebut memiliki luas 8.077 ha. Keanggotaannya KUD Mitrayasa terdiri dari anggota penuh 755 orang, calon anggota 200 orang, dan masyarakat yang dilayani 7.950 orang. Sebagian besar yang menjadi anggota penuh adalah peternak sapi perah. Struktur organisasi MT KUD Mitrayasa berada dibawah administrasi unit usaha peternakan sapi perah. Adapun produk yang dihasilkan pabrik milk treatment KUD Mitrayasa adalah susu pasteurisasi cup coklat, strawberry, vanila, melon, plain, yoghurt strawberry, melon, plain dan susu dingin.

(14)

maka KUD Mitrayasa disarankan memproduksi susu cup plain dan yoghurt plain masing- masing sebesar 214.070,859 liter dan 1.532 liter. Sedangkan susu cup coklat, cup strawberry, cup vanila, cup melon, yoghurt strawbery, yoghurt melon dan susu dingin diproduksi masing- masing sebesar 16.624 liter; 15.675 liter; 5.433 liter; 5.340 liter; 984 liter; 984 liter dan 1.181.593 liter.

Pada kondisi optimal keuntungan yang dapat diperoleh sebesar Rp 788.310.800,00 sedangkan aktualnya sebesar Rp 481.902.939,00. Sehingga terdapat selisih keuntungan sebesar Rp 306.407.860,00. Hasil analisis status sumberdaya (dual) menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya selain susu segar, lactobacillus, dan lid cup berlebih. Hal ini terlihat dari slack-nya yang bernilai lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Ketersediaan lactobacilus merupakan pembatas utama yang membatasi fungsi tujuan, sehingga apabila ketersediaannya ditambah, maka akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai dualnya.

Skenario I menyebabkan nilai fungs i tujuan berubah menjadi Rp. 597.444.100,00. Selisih kondisi optimal awal dengan skenario I adalah sebesar Rp. 190.866.700,00. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan aktualnya adalah sebesar Rp. 115.541.161,00. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga jual untuk susu pasteurisasi cup plain sehingga mengurangi sumbangan keuntungan perliter susu pasteurisasi cup plain. Penurunan produksi susu pasteurisasi cup plain menyebabkan peningkatan produk susu pasteurisasi cup melon dan susu dingin masing- masing sebesar 1.676 liter; 80,5 liter. Nilai slack pada analisis pasca-optimal skenario I lebih rendah dari kondisi optimal aeal. Hal ini berarti penggunaan sumberdaya relatif lebih banyak dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Skenario II menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp. 485.566.000,00. Selisih kondisi optimal awal dengan skenario I adalah sebesar Rp. 302.744.800,00. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan aktualnya adalah sebesar Rp. 3.663.061,00. Pada skenario II terjadi peningkatan produk susu dingin sebesar 205.739 liter dan penurunan untuk produk susu cup plain dan yoghurt plain masing- masing sebesar 205.190,94 dan 548 liter. Hasil analisis dual pada kondisi optimal skenario II menunjukkan bahwa nilai slack dari sumberdaya yang digunakan umumnya lebih besar dari kondisi optimal awal. Hal ini berarti penggunaan sumberdayanya relatif lebih sedikit dengan kondisi optimal awal. Pada kondisi optimal skenario I ini, susu segar merupakan pembatas utama, karena ketersediaannya habis terpakai.

(15)

Tuhanku... Di setiap keluh kesah dan piluku Kau hibur aku dengan ayat -ayat cinta -Mu Dalam perhatianku akan pertolongan-Mu

Dan kini setelah perjalanan panjang ini, Kau jadikan indah pada waktunya, di ujung keletihanku, tiada henti kupanjatkan syukur pada-Mu

Rabbku...

(16)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN

(Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Oleh :

SIESKA RIDYAWATI A14103047

Skri psi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Pada Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(17)

Judul : Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

Nama : Sieska Ridyawati

NRP : A14103047

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Anna Fariyanti, MS NIP 131 918 115

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr.Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019

(18)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU, DAN SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG TELAH DINYATAKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA PADA BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Juli 2007

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 September 1984 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Putri pertama dari Bapak Yaman Waryaman dan Ibu Eli Wahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Pajajaran, Tasikmalaya yang kemudian dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya penulis mengenyam pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya sebagai anggota dalam Koperasi Mahasiswa IPB periode 2003-2004 dan Himpunan Mahaiswa Tasikmalaya.

Bogor, Juli 2007

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) ini dapat diselesaikan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah, Ibu, adik-adikku serta keluarga besar tercinta atas kasih sayang dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

2. Ibu Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pemahaman, bimbingan serta saran-sarannya, sehingga skripsi ini dapat selesai tersusun.

3. Bapak Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, saran dan kritikan untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Eva Yolynda, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan untuk perbaikan dalam teknis penulisan ilmiah yang sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Bapak Ir. Joko Purwono, MS sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Bapak Ade Suja’i dan Bapak Tatang atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam pengumpulan data.

7. Seluruh staff pabrik KUD Mitrayasa yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, kebaikan dan kesabarannya selama penelitian.

8. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian-IPB.

9. Astri Indah Sari sebagai pembahas seminar, terimakasih atas saran dan masukannya.

(21)

11.Rima, Ajeng, Tria, Astri, Anis yang sudah memberi masukan, kebersamaan dan persahabatan selama ini.

12.Teman-teman AGB angkatan 40, atas kebersamaan selama kuliah.

(22)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini berjudul Optimalisasi Produksi Susu Olahan (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat). Skripsi ini diajukan syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kombinasi produksi optimal susu pada unit usaha sapi perah di KUD Mitrayasa, menentukan alokasi sumberdaya di unit usaha sapi perah KUD Mitarayasa yang dapat memberikan keuntungan maksimal, mempelajari pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh penambahan batasan baru untuk susu dingin pada perubahan ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt untuk penentuan kebijakan produksi dan penjualannya di masa mendatang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(23)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR ... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...xvii I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi Persusuan ... 11 2.2. Pandangan Koperasi Tentang Optimalisasi... 13 2.3. Penelitian Terdahulu ... 15 III.KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Produksi dan Kombinasi Produksi Optimum... 18 3.1.2. Teori Optimalisasi ... 23 3.1.3. Linear Programming... 25 3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 28 3.1.5. Analisis Pasca Optimal (Post Optimal)... 29 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 29

IV.METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 32 4.3. Metode Pengolahan Data ... 33 4.4. Metode Analisis Data ... 36 V. KOPERASI UNIT DESA MITRAYASA

5.1. Gambaran Umum

5.1.1. Sejarah Berdirinya KUD Mitrayasa dan Perkembangannya... 40 5.1.2. Unit- unit usaha KUD Mitrayasa ... 42 5.1.3. Struktur Organisasi dan Manajemen KUD Mitrayasa ... 43 5.2. Pabrik Milk Treatment (MT) KUD Mitrayasa

5.2.1. Sejarah Berdirinya Pabrik Milk Treatment (MT)

KUD Mitrayasa ... 47 5.2.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pabrik Milk Treatment KUD Mitrayasa ... 49 5.3. Produksi Susu dan Pemasaran

(24)

VI.MODEL OPTIMALISASI PRODUKSI 6.1. Perumusan Model Program Linear

6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan ... 65 6.1.2. Kendala Bahan Baku ... 67 6.1.3. Kendala Bahan Penolong ... 67 6.1.4. Kendala Jam Kerja Mesin ... 68 6.1.5. Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung... 70 6.1.6. Kendala Permintaan Minimum ... 73 VII. KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI

7.1. Optimalisasi Produksi Susu Olahan KUD Mitrayasa

7.1.1. Tingkat Produksi Optimal ... 75 7.1.2. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Optimal ... 77 7.1.3. Penggunaan Jam Kerja Mesin dan Tenaga Kerja Optimal ... 79 7.2. Analisis Status Sumberdaya ... 81 7.3. Analisis Sensitivitas

7.3.1. Analisis Sensitivitas Fungsi Tujuan ... 85 7.3.2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala ... 86 7.4. Analisis Pasca Optimal... 89 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi, Konsumsi, dan Impor Susu Nasional di Indonesia

Tahun 2002- 2006 (ribu ton) ... 3 2. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Sapi Perah

dan Jumlah Sapi Perah KUD Mitrayasa tahun 2003-2006 ... 41 3. Pembagian Kerja dan Jumlah Karyawan Pabrik MT KUD Mitrayasa . 51 4. Harga Produk, Biaya Bahan Baku, Penolong, Biaya Produksi

dan Keuntungan Rata-rata tiap Produk ... 66 5. Kapasitas dan Koefisien Olah Mesin Pabrik MT-KUD Mitrayasa... 70 6. Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Produk Susu Olahan

Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 (liter) ... 75 7. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong pada Kondisi

Aktual dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 ... 78 8. Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal

Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 (jam) ... 80 9. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi

Aktual dan Optimal Pabrik MT-KUD Mitrayasa Tahun 2006 ... 81 10.Analisis Status Sumberdaya Pabrik MT-KUD tahun 2006... 84 11.Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan... 85 12.Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala ... 88 13.Perbandingan Tingkat Produksi Optimal Awal

(26)

DAFTAR GAMBAR

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi KUD Mitrayasa ... 101 2. Struktur Organisasi Pabrik MT-KUD Mitrayasa ... 102 3. Denah KUD Mitrayasa Tasikmalaya ... 103 4. Denah Unit Susu Murni Guranteng KUD Mitrayasa Tasikmalaya ... 104 5. Daftar Harga Jual Produk Susu Pasteurisasi, Yoghurt

dan Susu Dingin di KUD Mitrayasa Tahun 2006 ... 105 6. Harga Bahan Baku dan Penolong (Rp) di KUD Mitrayasa

Tahun 2006... 105 7. Biaya-biaya lain per liter produk, Tahun 2006 ... 105 8. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

susu pasteurisasi coklat, Tahun 2006 ... 106 9. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong 106

untuk Produksi susu pasteurisasi coklat, Tahun 2006... 106 10. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

susu pasteurisasi strawberry , Tahun 2006... 107 11. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

susu pasteurisasi strawberry, Tahun 2006... 107 12. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi

susu pasteurisasi vanilla, Tahun 2006 ... 108 13. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

susu pasteurisasi vanila, Tahun 2006 ... 108 14. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi

susu pasteurisasi melon, Tahun 2006 ... 109 15. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

susu pasteurisasi melon, Ta hun 2006 ... 109 16. Penggunaan Bahan Baku dan Pengemas untuk Produksi

(28)

17. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

susu pasteurisasi plain, Tahun 2006 ... 110 18. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

yoghurt strawberry, Tahun 2006 ... 111 19. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

yoghurt strawberry, Tahun 2006 ... 111 20. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

yoghurt melon, Tahun 2006 ... 112 21. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

yoghurt melon, Tahun 2006 ... 112 22. Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

yoghurt plain, Tahun 2006 ... 113 23. Biaya Penggunaan Bahan Baku dan Penolong untuk Produksi

yoghurt plain, Tahun 2006 ... 113 24. Penggunaan Bahan Baku untuk Produksi susu dingin, Tahun 2006... 114 25. Biaya Penggunaan Bahan Baku untuk Produksi susu dingin,

Tahun 2006... 114 26. Ketersediaan Bahan Baku Susu dan Pengemas KUD Mitrayasa,

Tahun 2006... 114 27. Ketersediaan Jam Kerja Mesin selama Tahun 2006 ... 115 28. Koefisien Tenaga Kerja Langsung Pabrik MT-KUD Mitrayasa

(jam kerja orang perliter)... 115

29.Ketersediaan Jam Kerja Langsung selama Tahun 2006... 116 30.Produksi Susu Olahan (liter) di KUD Mitrayasa, Tahun 2006 ... 117 31.Penjualan Susu Olaha n (liter) di KUD Mitrayasa, Tahun 2006... 117 32.Koefisien kendala bahan baku dan penolong, jam kerja mesin,

(29)
(30)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, selain sebagai pemasok kebutuhan pangan, pertanian juga memberi kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PDB Indonesia pada tahun 2005 tumbuh sebesar 10,3 persen dibandingkan tahun 2004. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan dari subsektor tanaman bahan makanan sebesar 10,89 persen (Statistik Indonesia, 2005/2006).

Peternakan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang paling penting artinya dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian. Subsektor peternakan di Indonesia berpeluang untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini mengingat bahwa peternakan melibatkan sebagian besar masyarakat Indonesia dan merupakan sumber mata pencaharian, baik mata pencaharian pokok maupun sambilan (Saragih, 2000).

(31)

peternak, (2) meningkatkan produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang terjangkau masyarakat dan penyediaan bahan industri serta ekspor, (3) meningkatkan kualitas pangan dan gizi masyarakat melalui diversifikasi produk bahan pangan hewani asal ternak, (4) mengembangkan agribisnis peternakan untuk mendorong peningkatan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan, serta (5) optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam untuk memperoleh manfaat bagi peningkatan produksi ternak dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan subsektor peternakan ini diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan, perbaikan mutu gizi masyarakat dan mengembangkan ekspor (Saragih, 2000).

(32)

Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan konsumsi susu menjadi penting guna memperbaiki gizi masyarakat.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan, sampai dengan tahun 2006 tingkat produksi susu nasional masih belum mampu memenuhi permintaan susu dalam negeri. Sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan impor susu untuk menutupi kekurangan tersebut. Namun kebijakan untuk impor susu ini oleh pemerintah diiringi melalui pengembangan peternakan dan agroindustri dari hulu ke hilir yang akan menghasilkan dampak berganda yang sangat meluas seperti peningkatan kesempatan berusaha, dan kesempatan kerja, memperluas basis kepemilikian faktor produksi, memacu peningkatan nilai tambah, merasionalkan redistribusi nilai tambah yang dihasilkan. Perbandingan produksi, konsumsi, dan impor susu tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi, konsumsi, dan Impor Susu Nasional di Indonesia Tahun

2002-2006 (ribu ton).

Tahun Produksi Konsumsi Impor

2002 493,375 1.021,802 528,427

2003 553,442 1.237,986 684,544

2004 549,945 1.291,294 741,349

2005 535,960 1.354,235 818,275

2006* 577,626 1.430,258 852,632

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan 2002-2006. Keterangan: *) Angka Sementara

(33)

dalam negeri disebabkan oleh ma sih banyaknya kendala yang dihadapi peternak sapi perah rakyat.

Aspek produksi susu berkaitan dengan usaha peternakan sapi perah yang pada umumnya merupakan usaha peternakan rakyat dengan jumlah ternak berkisar 2 sampai 3 ekor dan berlokasi di pedesaan. Sampai tahun 2005 populasi sapi perah di Indonesia berjumlah 374.000 ekor, sebanyak 97,5 persen populasinya berada di pulau Jawa (Statistik Indonesia, 2005/2006). Kualitas produksi susu sapi juga mengalami perbaikan demi memenuhi tuntutan Industri Pengolah Susu (IPS). Sayangnya, harga susu yang diterapkan pihak IPS dinilai terlalu rendah bagi peternak sehingga tidak dapat menutupi biaya produksi. Sementara standar mutu susu yang ditetapkan pihak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan susu makin tinggi seiring dengan membanjirnya pasokan susu impor (Evy, 2004). Disamping itu tidak semua pelaku usaha mengetahui skala produksi yang optimal dikarenakan kapasitas produksinya yang kecil atau belum memikirkan pencapaian kuantitas produksi yang optimal (Ismawan, 2001).

(34)

kelak KUD mampu memegang peranan utama pada berbagai sektor perekonomian di pedesaan (Brotosunaryo, 1996).

KUD sebagai koperasi pedesaan sudah dapat mendukung upaya pengembangan sektor pertanian melalui fungsi yang harus dijalankannya dintaranya kegiatan perkreditan, penyediaan sarana produksi dan sekaligus pengolahan dan pemasarannya yang merupakan kunci penting dalam memecahkan masalah peningkatan pendapatan petani. Disamping ketiga fungsi tersebut, peranan koperasi sebagai badan usaha formal yang bersifat multipurpose memungkinkan untuk mendukung diversifikasi yang bersifat vertikal yang sekaligus dapat menahan agar nilai tambah yang diciptakan oleh diversifikasi dapat dinikmati kembali oleh sektor pedesaan (Nasution, 2002).

Dari segi konsumsi, konsumen Indonesia lebih menyukai produk olahan daripada susu dalam bentuk segar, sehingga hampir semua produksi akan susu segar diserap oleh IPS. Dalam jumlah terbatas, permintaan akan susu segar di perkotaan oleh konsumen perorangan atau konsumen lembaga, dipenuhi oleh usaha peternakan sapi perah perorangan atau koperasi (KUD) dalam bentuk susu segar atau susu pasteurisasi (Munker, 1997). Rendahnya minat masyarakat terhadap susu segar antara lain karena memiliki rasa dan bau yang kurang enak bila dikonsumsi secara langsung serta tidak tahan lama.

(35)

gizi, serta menyediakan jenis produk susu olahan melebihi susu segar (Sediaoetama, 1993).

Pengelolaan sapi perah di Kabupaten Tasikmalaya dikeloia oleh KUD Mitrayasa. KUD Mitrayasa sebagai pengelolaan sapi perah di Kecamatan Pagerageung merupakan koperasi pedesaan di Kabupaten Tasikmalaya yang dibangun dari bawah (bottom up), bersifat serba usaha (multipurpose) menjadikan unit usaha sapi perah sebagai kegiatan utama dari beberapa unit usaha lainnya seperti unit usaha pangan, waserda, dan simpan pinjam. Pada unit usaha sapi perah, fungsi yang dijalankan yaitu sebagai penampung, pengolahan hasil dan pemasaran. Sementara peran di bidang pengolahan susu akan mendukung diversifikasi produk yang besifat vertikal dan sekaligus untuk dapat menahan agar nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati oleh peternak sendiri.

Dalam menjalankan kegiatannya sebagai penampung susu segar dari anggota peternak KUD Mitrayasa per bulannya menampung 118.160,9 liter, 115.610,9 liter diantaranya dijual ke IPS (PT Ultra Jaya dan PT Indomilk) dan dalam bentuk susu dingin sedangkan sisanya dijual ke konsumen langsung dalam bentuk susu pasteurisasi dan yoghurt. Disamping itu untuk mendapatkan nilai tambah dalam mengelola susu segar dan juga menginginkan nilai tambah dan keuntungan yang lebih besar serta demi terjaganya kondisi ekonomi peternak dalam meningkatkan harga susu, maka telah dibuat satu unit pengolahan susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt.

(36)

minimum produk maka dengan sumberdaya yang dimiliki diperlukan perencanaan produksi yang optimal. Hal ini sangatlah penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang efektif dan efisien, sehingga meningkatkan produktivitas dan dapat menghindari terjadinya pemborosan dan kerugian finansial akibat tidak diperhitungkannya permintaan, ketersediaan bahan baku, dan kendala lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

(37)

Berkaitan dengan usaha pengolahan susu, KUD berpeluang meningkatkan pendapatannya dan memperluas pemasaran produknya. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya permintaan dari Industri Pengolah Susu akan susu dingin dan produk susu pasteurisasi. Dimana kapasitas produksi untuk susu dingin sebesar 6.062 liter belum dapat dimanfaatkan. Sedangkan kapasitas produksi susu dingin baik dimanfaatkan sepenuhnya atau tidak, biaya produksi yang dikeluarkan sama. Begitu pula dengan kapasitas produksi untuk susu pasteurisasi yang baru dapat digunakan sebesar 300 liter per hari dari kapasitas yang dimilikinya sebesar 2.000 liter.

Pada KUD Mitrayasa, susu segar yang ditampung berasal dari peternak sapi perah sekitar lokasi pabrik dan dipertahankan produktivitasnya 10 liter per ekor sapi serta kepemilikan sapi perahnya yang berkisar 2-3 ekor. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk menuntut peningkatkan susu segar yang disetor oleh para peternak untuk menambah bahan baku utama produk. Cara satu-satunya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatannya adalah dengan melakukan optimalisasi produksi.

(38)

Penjualan susu dingin ke IPS sudah dimulai dari tahun 2001 jauh sebelum susu pasteurisasi dan yoghurt diproduksi sehingga pengirimannya pun relatif tetap. Selain itu adanya kapasitas angkut untuk susu dingin ini dari pihak IPS menuntut adanya batasan pengiriman akan susu dingin. Dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut KUD Mitrayasa dituntut untuk berefisiensi dalam mengelola usahanya. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki harus disiasati dengan pengalokasian seoptimal mungkin agar menghasilkan produk yang dapat memaksimumkan keuntungan. Dengan demikian tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dapat tercapai.

Dengan demikian berdasarkan hal di atas terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kombinasi produksi optimal susu di pabrik milk treatment unit usaha susu KUD Mitrayasa yang dapat memaksimumkan keuntungannya sekaligus memenuhi permintaan pasar?

2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki KUD Mitrayasa untuk mencapai kondisi optimal?

3. Bagaimana pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan penambahan batasan baru pada ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(39)

1. Menganalisis tingkat produksi optimal susu pada unit usaha susu di KUD Mitrayasa yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum.

2. Menganalisis alokasi penggunaan sumberdaya di unit usaha susu KUD Mitarayasa agar dapat mencapai kondisi yang optimal?

3. Menganalisis pengaruh perubahan harga jual susu pasteurisasi cup plain dan penambahan batasan baru untuk susu dingin pada perubahan ketersediaan sumberdaya dan laba kontribusi total tiap jenis produk terhadap keputusan produksi susu dingin, pasteurisasi dan yoghurt.

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi Persusuan

Di Indonesia, pengembangan usaha peternakan sapi perah secara intensif baru dimulai pada awal pelita III, tepatnya tahun 1979/1980. Tahun-tahun sebelumnya peternakan sapi perah dan masalah persusuan tidak terlalu menjadi agenda serius di kalangan pemerintah, walaupun usaha tersebut sudah lama dijalankan oleh peternak di berbagai tempat secara sporadis. Perkembangan koperasi persusuan diawali dengan berdirinya Koperasi Peternakan di Pangalengan tahun 1949, Koperasi Peternakan Sinau Andandani Ekonomi di Malang tahun 1962 dan koperasi Setia Kawan di Pasuruan tahun 1967. Pada tahun 1979 koperasi susu bergabung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Sampai dengan tahun 1999 koperasi primer persusuan yang ada di Indonesia telah berjumlah sebanyak 213 buah (GKSI, 1999).

(41)

banyak hambatan dan akhirnya dihentikan. Dalam pelaksanaannya PIR Persusuan ini lebih menyerupai bentuk putting-out workers pada industri. Pabrik susu pengolahan (PT TAA) yang bertindak sebagai inti mengalami persaingan ketat di pasaran bebas dari pabrik-pabrik lain dan mengalami kesulitan likuiditas modal. Sehingga pihak inti menunggak pembayaran upah plasma termasuk pembayaran setoran susu dari sentra produksi lain.

Pola kedua adalah pengembangan peternakan sapi perah dengan koperasi mandiri, yaitu usaha peternakan sapi perah yang difasilitasi oleh koperasi dan pemasaran susu dilakukan melalui sistem perkoperasian. Baik koperasi khusus persusuan seperti Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan ataupun Koperasi Unit Desa (KUD) yang mempunyai unit usaha persusuan. Pola kedua ini dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pola ini lebih mirip seperti contract farming di mana koperasi bertindak sebagai pembeli tunggal produk susu anggota-anggotanya dan menjadi pemasok tunggal input- input produksi. Sedangkan sapi-sapi perah sebagian besar merupakan milik peternak sendiri, sebagian kecil lainnya merupakan sapi-sapi kredit yang disalurkan melalui koperasi.

(42)

Koperasi persusuan primer (termasuk KUD yang mempunyai unit usaha persusua n) merupakan unit usaha persusuan yang berasosiasi langsung deengan para peternak sapi perah yang menjadi anggota-anggotanya. Koperasi ini secara konseptual diharapkan menjadi wadah perjuangan para peternak sapi perah untuk memperkuat posisi tawar mereka dalam menentukan harga jual produk susu dengan cara penjualan bersama, menyalurkan input-input produksi dengan jalan pembelian bersama dan memberikan perlakuan tertentu pada komoditas produksi susu anggota agar tidak cepat rusak dan terkontaminasi. Koperasi primer ini dikonsepkan untuk menjadi institusi yang membela kepentingan anggota-anggotanya, yaitu para peternak sapi perah.

Di sisi lain peranan dari gabungan koperasi persusuan (GKSI), secara konseptual merupakan “payung” politik bagi koperasi-koperasi primer yang lahir sebagai suatu wadah tunggal, memperjuangkan kendali harga beli susu terhadap IPS dan mendistribusikan kuota produksi pada masing- masing koperasi primer anggotanya. Koperasi sekunder ini secara konsep berperan menjadi mediator akomodatif untuk meredakan persaingan antar koperasi persusuan primer dalam memperebutkan kuota produksi dan tingkat harga beli susu (M.Koeswardhono dan Lina Karliyenna, 1989).

2.2. Pandangan Koperasi Tentang Optimalisasi

(43)

mementingkan pelayanan kepada anggota dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, dalam menjalankan usahanya untuk mencapai tujuannya koperasi tidak semata- mata menggerakan usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum, namun demikian mencari keuntungan di dalam koperasi juga diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pembagian sisa hasil usaha (SHU) dan menghidupkan koperasi itu sendiri.

KUD sebagai koperasi pedesaan yang tidak menunjukkan ciri khusus sebagai koperasi produsen pertanian. Dengan sifatnya yang serba usaha dalam pengertian serba keanggotaan, serba fungsi dan serba komoditi KUD mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak spesifik dan sulit menetapkan kompetensi dan bisnis intinya. Serba komoditi berarti menangani berbagai komoditi dalam satu koperasi, seperti beras, ternak, kopi, ikan dan lainnya. Serba fungsi berarti menangani berbagai fungsi dalam satu koperasi, seperti pemasaran, distribusi dan kredit. Serba kenggotaan berarti berbagai kelompok kepentingan yang mungkin saling berbeda menjadi anggota satu koperasi (Soedjono, 1996).

(44)

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi produksi pada perusahaan dalam industri pengolahan susu di Indonesia dengan menggunakan program linier sudah banyak dilakukan. Lokasi penelitian sudah mencakup perusahaan besar, perusahaan menengah, dan koperasi. Secara umum, tujuan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut adalah untuk mencari kombinasi produksi yang memaksimumkan laba. Beberapa diantaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.

(45)

Widhiani (2001) melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi susu kental manis (SKM) pada PT Friesche Vlag untuk bulan februari hingga April 2001. Ada dua jenis produk yang produksi optimalnya menjadi variabel keputusan pada model program linier yaitu SKM bendera putih dan SKM bendera coklat. Hasil analisis olahan optimal menunjukkan tingkat produksi optiaml untuk SKM bendera putih sebesar 194,500 dan SKM bendera coklat sebesar 99,500 karton. Produksi optimal ini menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 15754 milyar yang berarti lebih besar sebesar Rp 435 juta dari pendapatan aktualnya. Produksi pada tingkat optimal mampu menekan waktu kerja menganggur pada sejumlah mesin dan meningkatkan penggunaan sejumlah bahan baku ketimbang pada tingkat produksi aktualnya.

(46)
(47)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Produksi dan Kombinasi Produksi Optimum

Secara umum, sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran (Buffa dan Sarin, 1996). Rangkaian masukan-konversi-keluaran merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi, dimulai dari unit terkecil dari kegiatan produksi, yang biasanya dinamakan operasi. Suatu operasi adalah langkah tertentu dalam keseluruhan proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada keluaran akhir. Proses tranformasi (pengubahan) ini digambarkan secara jelas dalam Gambar 1.

Umpan balik informasi tentang Keluaran untuk pengendalian proses

Gambar 1. Sistem Produksi Sebagai Proses Transformasi atau Konversi Sumber : Buffa dan Sarin, 1996

Output berupa produk maupun jasa merupakan hasil pengkombinasian antara faktor- faktor produksi atau input. Hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan jumlah output yang dihasilkan disebut fungsi produksi (Lipsey, 1995). Dalam fungsi produksi biasanya jumlah yang diproduksi

Masukan Desain sistem Perencanaan dan

pengendalian operasi

Keluaran : Produk

(48)

tergantung pada jumlah bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan modal yang digunakan dalam proses produksi.

Salah satu tujuan dalam berproduksi adalah bagaimana memperoleh output dari input yang ada secara efisien atau bagaimana mengoptimalkan produksi dengan input yang ada. Penentua n kombinasi produksi optimum untuk memperoleh keuntungan maksimal dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan garis isorevenue. KKP merupakan suatu kurva yang menggambarkan semua kombinasi output yang dapat diproduksi dengan menggunakan sumberdaya (input) yang sudah tertentu jumlahnya (Nicholson,1999). KKP disebut juga isoresource curve karena setiap titik-titik pada kurva tersebut menggambarkan kombinasi output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang sama sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu.

Pada Gambar 2, diasumsikan perusahaan menggunakan sumberdaya yang ada hanya untuk memproduksi dua barang, yaitu X1 dan X2. Perusahaan harus berproduksi pada titik E, yaitu menghasilkan produk X1 sebesar Q1 dan produk X2 sebesar Q2, agar penerimaan yang diperoleh perusahaan akan memaksimalkan yaitu sebesar TR2. Kombinasi produk optimal ini dicapai dicapai pada saat KKP bersinggungan dengan garis isorevenue.

(49)

b Q2 TR1 O

X2

secara efisien. Titik c adalah kondisi kombinasi produk X1 dan X2 yang tidak dapat dicapai karena terbatasnya sumberdaya.

X1 TR2

Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal Sumber : Nicholson, 1999

Keterangan : Q2 : Jumlah produk 2 yang dihasilkan pada kondisi a,b : Kombinasi produksi yang tidak optimal c : Kombinasi optimal yang tidak dapat dicapai

Menurut Lipsey (1995), batas kemungkinan produksi juga mengungkapkan tiga konsep, yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas, pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas, sedangkan biaya peluang ditunjukkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah.

(50)

menyebabkan barang lain X2 yang diproduksi menjadi lebih sedikit. Hal ini mencerminkan konsep opportunity cost, yaitu suatu ukuran yang menyatakan jumlah barang lain yang harus dikorbankan untuk menambah barang X sebesar satu satuan. KKP yang berbentuk cembung melambangkan peningkatan biaya opportunity cost (increasing opportunity cost) dalam memproduksi kedua komoditi tersebut.

Posisi biaya paling rendah pada tingkat output tertentu dicapai ketika kurva isoquant dan garis isocost bersinggungan. Kurva isoquant adalah kurva yang menunjukkan keseluruhan perangkat kemungkinan yang efisien secara teknologis untuk memproduksi tingkat keluaran tertentu sedangkan garis isocost adalah garis yang menunjukkan kombinasi alternatif faktor-faktor yang dapat dibeli suatu perusahaan dengan pengeluaran tertentu (Lipsey, 1995).

(51)

a Gambar 3. Minimisasi Biaya

Sumber : Nicholson, 1999 Keterangan :

E : Kombinasi input optimal

KO : Jumlah kapital yang digunakan pada kondisi optimal TO : Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kondisi optimal a,b : Kombinasi input yang tidak optimal

Persoalan maksimisasi output merupakan masalah yang identik dengan persoalan minimisasi biaya, perusahaan berusaha menghasilkan output tertentu denga n biaya yang minimal sedangkan pada persoalan maksimisasi output, perusahaan berusaha mencapai tingkat output maksimal dengan biaya tertentu jumlahnya. Posisi output paling maksimal juga dicapai ketika kurva isoquant bersinggungan dengan garis isocost.

(52)

Ko

karena membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada biaya yang sudah ditentukan.

T Gambar 4. Maksimisasi Output

Sumber Nicholson, 1999

E : Kombinasi input optimal

Ko : Jumlah kapital yang digunakan pada kondisi optimal To : Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kondisi optimal a,b : Kombinasi input yang tidak optimal

3.1.2. Teori Optimalisasi

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), optimalisasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan.

(53)

merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas di antara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996).

Suatu proses kegiatan dilakukan untuk mencapai tujuan atau mencapai output yang paling baik (the best output), dengan menggunakan masukan (input) yang dalam prakteknya serba terbatas. Dalam keadaan serba terbatas itulah harus dicapai suatu pemecahan yang optimum (maksimum atau minimum). Di sinilah letak pentingnya Riset Operasi (RO) sebagai alat atau teknik untuk memecahkan persoalan pencapaian output yang optimum dengan input yang seba terbatas dengan menggunakan metode ilmiah (Supranto, 1988).

Menurut Taha (1996), tahap-tahap dalam penerapan RO untuk memecahkan persoalan adalah sebagai berikut :

1.Definisi masalah

Tiga aspek utama pada tahap ini adalah deskripsi tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan dan persyaratan sistem tersebut. 2.Pengembangan model

Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah model yang paling sesuai untuk mewakili sistem yang bersangkutan. Model ini harus menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan. 3.Pemecahan Model

(54)

4.Pengujian Keabsahan Model

Sebuah model adalah absah jika, walaupun tidak secara pasti mewakili sistem tersebut, dapat memberikan prediksi yang wajar. Metode yang umum digunakan adalah membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia.

5.Implementasi

Pada tahap ini, hasil operasi harus diterjemahkan oleh peneliti secara terperinci dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pihak yang akan mengoperasikan sistem tersebut.

Menurut Nicholson (1999), jenis persoalan optimalisasi dibagi menjadi dua yaitu tanpa kendala dan dengan kendala. Pada optimalisasi tanpa kendala, faktor- faktor yang menjadi kendala atau keterbatasan-keterbatasan yang ada terhadap fungsi tujuan diabaikan sedangkan pada optimalisasi dengan kendala, faktor- faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Salah satu alat riset operasi yang paling efektif dan paling banyak digunakan untuk memecahkan persoalan optimalisasi dengan kendala adalah pemrograman linier.

3.1.3. Linear Programming

(55)

penyelesaian Linier Programming keuntungan maksimum dapat diperoleh melalui dua cara tersebut yaitu :

a. Program memaksimumkan (maksimisasi) total penerimaan (atau kadang-kadang juga langsung pada total keuntungan); dan

b. Program meminimumkan (minimisasi) total biaya.

Linear Programming adalah suatu metode programasi yang variabelnya disusun dengan persamaan linier. Program linier juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik perencanaan masalah, untuk kemudian dipilih alternatif terbaik (Nasendi dan Anwar, 1985). Hal ini berkaitan erat dengan alokasi sumberdaya dan dana terbatas guna mencapai tujuan atau sasaran perusahaan secra optimal.

Menurut Soekartawi (1992), program linier memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan program linier adalah :

1.Mudah dilakukan, apalagi jika menggunakan alat bantu komputer.

2.Dapat digunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat tercapai; dan

3.Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.

(56)

cara LP adalah penggunaan asumsi linearitas, karena di dalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai.

Linear Programming itu sendiri sebenarnya merupakan metode perhitungan untuk perencanaan terbaik di antara kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Penentuan terbaik tersebut terdapat banyak alternatif dalam perencanaan untuk mencapai tujuan spesifik pada sumberdaya yang terbatas.

Program linier terdiri dari dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan sasaran atau tujuan dalam sumber-sumber untuk memperoleh keuntungan maksimum atau biaya yang minimum. Sedangkan fungsi kendala adalah bentuk penyajian secara matematis kendala-kendala yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

Secara umum, model linear programming dapat dinyatakan sebagai berikut :

(57)

1.Linearitas, berarti bahwa fungsi tujuan dan fungsi kendala harus dapat dinyatakan sebagai fungsi linier. Hubungan antara variabel bersifat linear. 2.Proporsionalitas, berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumberdaya

atau fasilitas yang tersedia akan berubah sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.

3.Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi merupakan jumlah dari nilai individu- individu Cj dalam model LP tersebut.

4.Divisibilitas, berarti bahwa variabel-variabel keputusan Xj dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan apabila diperlukan.

5.Deterministik, berarti bahwa semua parameter dalam model LP tetap dan dapat diketahui atau ditentukan secara pasti.

Menurut Taha (1996), teknik LP mampu mengkompensasi kepastian yang tidak dapat dicapai pada kehidupan nyata dengan memberikan analisis pasca-optimal dan analisis parametrik secara sistematis, yang memungkinkan pengambil keputusan menguji sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau kontinyu dalam berbagai parameter dari model tersebut.

3.1.4. Analisis Sensitivitas

(58)

(Soekartawi, 1992). Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model yang menungkinkan seorang analisis untuk mempelajari perilaku pemecahan optimum sebagai hasil dari perubahan dalam parameter model. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum dengan perhitungan tambahan yang minimal.

3.1.5. Analisis Pasca-Optimal (Post Optimal)

Menurut Taha (1996), analisis pasca optimal dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari kategori berikut: perubahan perubahan dalam koefisien fungsi tujuan yang mempengaruhi optimalitas, perubahan dalam sisi kanan yang mempengaruhi kelayakan dan perubahan yang dapat mempengaruhi baik optimalitas maupun kelayakan. Asumsi deterministik dalam model program linier menyatakan bahwa semua parameter model (aij, Cj dan bi) diketahui konstan. Dalam kenyataannya, asumsi ini sulit sekali atau tidak sama sekali terjadi. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis pasca optimal atau post optimal. Analisis post optimal ditujukan untuk mengetahui perubahan solusi optimum sebagai respon terhadap perubahan parameter-parameter input.

Kerangka Pemikiran Operasional.

(59)

beroperasi secara efisien dan mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi tanpa harus menghilangkan jati dirinya sebagai suatu badan usaha koperasi. Selain itu, kondisi persaingan dalam memenuhi permintaan akan susu dalam domestik juga menuntut adanya efisiensi dalam menjalankan usahanya. Terbatasnya sumberdaya yang dimiliki KUD Mitrayasa menuntut adanya pengalokasian sumberdaya secara efisien untuk menghasilkan tingkat produksi yang optimal, sehingga diperlukan adanya suatu perencanaan produksi yang baik.

Salah satu teknik riset operasi yang dapat digunakan dan diterapkan dalam menghadapi persoalan-persoalan produksi/operasi adalah pemrograman linier (linear programming). Pemrograman linier merupakan model yang banyak digunakan dalam pengalokasian sumberdaya yang terbatas di antara berbagai aktivitas produksi sehingga satu kriteria tertentu menjadi optimal (minimum atau maksimum).

Berdasarkan jenis produk dan kendala keterbatasan sumberdaya yang ada maka dir umuskan suatu perencanaan produksi optimal dengan maksud mengetahui kombinasi produk yang dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan kalkulator dan program komputer LINDO.

(60)

yang mempengaruhi proses produksi, meliputi ketersediaan bahan baku, bahan penolong, ketersediaan jam kerja mesin, ketersediaan tenaga kerja langsung dan permintaan minimum setiap produk.

Adanya ketidakpastian dalam dunia nyata diantaranya dalam hal perubahan harga, perubahan ketersediaan sumberdaya, perubahan permintaan pasar, dan lain sebagainya menunjukkan perlunya dilakukan analisis pasca optimal untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang akan diperoleh jika terjadi perubahan-perubahan pada kondisi optimal awalnya.

Dari uraian diatas maka kerangka alur pemikiran optimalisasi produksi susu olahan pada unit usaha susu di KUD Mitrayasa ditampilkan secara ringkas pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Alur Pemikiran Operasional Optimalisasi Produksi Tujuan unit usaha sapi perah :

Memaksimumkan keuntungan optimal, status sumberdaya dan

analisis sensitivitas

Analisis pasca optimal

LINDO Kendala yang dihadapi :

• Ketersediaan bahan baku dan penolong

• Jam kerja mesin

• Jam tenaga kerja langsung

(61)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KUD Mitrayasa yang berlokasi di Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa KUD Mitrayasa Pagerageung sebagai sebagai satu-satunya pengelola susu sapi perah di Kabupaten Tasikmalaya dan telah memiliki unit pengolahan susu segar sendiri. Saat ini dalam usaha mengelola usaha sapi perah, khususnya pemasaran susu segar dijual ke IPS (Industri Pengelola Susu) yaitu PT. Ultrajaya dan Indomilk Jakarta. Dan sisanya dijual ke konsumen dalam bentuk susu segar, susu pasteurisasi, dan yoghurt. Disamping itu unit usaha susu KUD Mitrayasa merupakan unit usaha utama karena telah memberikan pendapatan terbesar bagi KUD. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007.

4.2. Jenis dan Sumber Data

(62)

Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data yang digunakan untuk mengelola susu, baik susu segar maupun susu olahan di KUD selama tahun 2006, yang meliputi :

1. Data tentang gambaran umum KUD yang meliputi sejarah KUD, ketenagakerjaan, proses produksi, pengadaan bahan baku dan pengemasan dan pemasaran.

2. Harga jual dari setiap jenis produk.

3. Harga beli bahan baku dan bahan penolong yang digunakan. 4. Biaya produksi masing- masing produk.

5. Besar penggunaan bahan baku dan bahan penolong yang menjadi kendala. 6. Produksi aktual setiap jenis produk.

7. Penjualan setiap jenis produk. 8. Kapasitas mesin produksi produk.

9. Ketersediaan input produksi langsung yang menjadi kendala. 10.Ketersediaan jam kerja mesin produksi yang menjadi kendala. 11.Produktivitas mesin produksi yang menjadi kendala.

12.Penggunaan jam kerja mesin produksi yang menjadi kendala. 13.Produksi minimum yang menjadi kendala.

4.3. Metode Pengolahan Data

(63)

(1). Menentukan Variabel Keputusan

Variabel keputusan menunjukkan jumlah penjualan dan produksi setiap jenis diantaranya susu dingin, susu segar, pasteurisasi dan yoghurt dalam satuan liter.

(2). Menentukan Fungsi Tujuan

Optimalisasi produksi bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan. Perumusan fungsi tujuan dimulai dengan menentukan harga jual dan biaya produksi untuk setiap liter susu. Selanjutnya dibentuk persamaan tujuan dalam model linier yaitu:

Memaksimumkan : Z =

(

)

Z = Tingkat keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp). Pj = Harga jual jenis produk ke-j (Rp/liter).

Xj = Jumlah produk ke-j yang dihasilkan (liter) dimana: j =1 untuk susu pasteurisasi cup coklat, j =2 susu pasteurisasi cup strawberry, j =3 susu pasteurisasi cup vanila, j =4 susu pasteurisasi cup melon, j =5 susu pasteurisasi cup plain, j =6 yoghurt strawberry, j =7 yoghurt melon, j =8 yoghurt plain, j =9 susu dingin.

Rj = Biaya produksi yang digunakan oleh jenis produk ke-j (Rp/liter). p j = Koefisien sumbangan keuntungan per liter produk (Rp/liter) (3). Menentukan Kendala

(64)

a. Kendala Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku utama pembuatan susu dingin untuk IPS, pasteurisasi dan yoghurt adalah susu segar. Untuk susu pasteurisasi di KUD Mitrayasa adalah susu dengan spesifikasi kandungan fat 3.6, pH 6.8-7.2 dan alkohol negatif (-).

a. Kendala ketersediaan bahan baku ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ajXjBB

Keterangan :

aj = Koefisien penggunaan bahan baku susu segar untuk produk ke-j (liter/liter).

BB = Ketersediaan bahan baku selama tahun 2006 (liter). b. Kendala bahan penolong

bijXjBPi Keterangan :

bij = Penggunaan bahan penolong ke- i untuk satu liter produk ke-j (kg/liter), dimana: i =1 untuk bubuk coklat (kg), i =2 untuk gula (kg), i =3 untuk flavour strawberry (liter), i =4 untuk flavour vanila (liter), i =5 untuk flavour melon (liter), i =6 untuk pewarna strawberry (kg), i =7 untuk pewarna melon (kg), i =8 untuk lactobacillus (gram) , i =9 untuk cup (buah), i= 10 untuk lid cup (buah), i = 11 untuk plastik (lembar).

BPi = Ketersediaan bahan penolong ke- i dalam satu tahun (kg, liter, buah, lembar).

c. Kendala ketersediaan jam kerja mesin ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

cijXjJi

Keterangan :

cij = Koefisien kebutuhan jam kerja mesin ke- i untuk menghasilkan satu liter produk ke-j (jam/liter).

Ji = Ketersediaan jam kerja mesin pada jam kerja normal selama tahun 2006 (jam).

(65)

Keterangan :

JPXj = Jumlah penjualan produk ke-j selama tahun 2006 (liter). e. Kendala jam tenaga kerja langsung

dijXjJTi Keterangan :

dij = Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung bagian ke-i untuk menghasilkan satu liter susu jenis ke-j (jam/liter) dimana: i =1 untuk plate cooler, i =2 untuk tangki penyalur, i =3 untuk tangki penerima, i =4 untuk PHE, i =5 untuk mesin cup, i = 6 untuk kompor gas, i=7 untuk alat pencampur I, i=8 untuk inkubator, i=9 untuk alat pencampur II, i=10 untuk pengemas plastik.

JTi = Ketersediaan jam tenaga kerja bagian ke-i pada jam kerja normal untuk berproduksi selama tahun 2006 (jam).

(4). Menentukan Model Program Linier

Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menentukan aktivitas terpilih, tingkat keuntungan yang diperoleh, status sumberdaya serta analisis sensitivitas dengan bantuan komputer software LINDO dan kalkulator. Setelah fungsi tujuan dan kendala dirumuskan, langkah selanjutnya adalah menyusun model linier masalah optimalisasi produksi. Setelah dicapai kondisi optimal dilakukan analisis pasca optimal untuk mengetahui pengaruh perubahan model program linier terhadap solusi optimal awal.

4.4. Metode Analisis Data

Gambar

Tabel 1. Produksi, konsumsi, dan Impor Susu Nasional di Indonesia Tahun 2002-2006 (ribu ton)
Gambar 1. Sistem Produksi Sebagai Proses Transformasi atau Konversi Sumber : Buffa dan Sarin, 1996
Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal Sumber : Nicholson, 1999
Gambar 3. Minimisasi Biaya Sumber : Nicholson, 1999
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemberian probiotik BAL dan Mikroba Rumen yang terenkapsulasi dalam meningkatkan kualitas, produksi serta penurunan kadar aflatoksin susu sapi

Rataan produksi susu real dan produksi susu yang telah distandardisasi ke dalam lama laktasi 305 hari dan umur setara dewasa dari sapi Friesian Holstein betina

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan produksi susu pada pagi hari lebih tinggi bila dibandingkan produksi susu pada sore hari, dan secara keseluruhan produksi

Pemberian ampas tahu tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi susu sapi perah diduga salah satu penyebabnya karena ampas tahu merupakan pakan tambahan yang

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi susu sapi perah FH yang diberi perlakuan pakan silase complete feed berbahan baku jerami (T2) dan yang berbahan baku jerami dan

Pemberian ampas tahu tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi susu sapi perah diduga salah satu penyebabnya karena ampas tahu merupakan pakan tambahan yang

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengurangan 2 kg konsentrat dengan suplementasi 0,5 kg pakan sumber protein yang terlindungi dapat meningkatkan kualitas dan produksi susu,

(4) Dalam telaahan fungsi produksi di Jawa Barat, hasil estimasi menginformasikan bahwa jumlah sapi laktasi, pakan hijauan, tenaga kerja luar dan dalam keluarga serta dummy dedak