• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas Dan Manajemen Usaha Sapi Perah Kud Giri Tani Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas Dan Manajemen Usaha Sapi Perah Kud Giri Tani Kabupaten Bogor"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN

MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI

KABUPATEN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Ni Made Dewi Adnyawati

(4)
(5)

ABSTRAK

NI MADE DEWI ADNYAWATI. Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Burhanuddin.

Peternakan merupakan subsektor yang penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Jawa Barat merupakan provinsi sentra peternakan, salah satunya di kecamatan Cisarua Bogor. Rendahnya produksi susu dan tingginya harga pakan menyebabkan pendapatan peternak rendah. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pendapatan peternak, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah dan manajemen serta peranan koperasi. Analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan, R/C , fungsi produksi dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan dan R/C, peternak dengan skala kecil dan sedang mengalami kerugian sedangkan peternak dengan skala besar mendapatkan keuntungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yaitu pakan konsentrat, masa laktasi dan tenaga kerja. KUD Giri tani memiliki manajemen dan menjalankan peranannya dengan cukup baik yang dapat dilihat dari unit kegiatan yang dijalankan untuk menunjang keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota peternak.

Kata kunci: Pendapatan, R/C, Faktor Produktivitas, Manajemen Koperasi

ABSTRACT

NI MADE DEWI ADNYAWATI. Analyze Revenue Livestock, Productivity Function and Management of Dairy Cow‟s Entreprise KUD Giri Tani, Bogor District. Supervised by BURHANUDDIN.

Livestock is an important sub-sectors of Indonesia‟s agriculture. Western of Java is one of livestocks centers in the Island of Java, for example is sub-district Cisarua, Bogor. Nowadays, the milk production decrease, whereas the price of Livestock feed getting high, lead to the incomes of dairy farmers remain low. The purpose of this study is analyzing dairy farmer's incomes, the factor that

affects dairy cow productivity and the Koperasi‟s management nor the role of

Koperasi. This study using the analysis of revenue, R/C, production function and descriptive analysing. Based on the result of revenue calculation, R/C, small and middle-scale dairy farmers facing profit losses, whereas the large-scale diary

farmers can gaining their profit. The factors dairy cow‟s productivity to produce dairy milk are concentrated feeds, lactation and workers. The Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani has good management and doing their responsibility well enough. These can be seen from their activities to support the sustainability of livestock enterprises that implemented by KUD members .

(6)
(7)

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN

MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI

KABUPATEN BOGOR

NI MADE DEWI ADNYAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah usahatani, dengan judul Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama dan Dra. Yusalina, MSi sebagai dosen penguji akademik yang memberikan banyak masukan dan saran dalam perbaikan skripsi penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan di departemen Agribisnis ini. Selain itu ucapan terimakasih juga di ucapkan kepada anggota peternak KUD Giri Tani atas bantuannya pada penulis dalam pengumpulan data penelitian ini. Ucapan terimakasi juga penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Penerimaan, Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak 9

Manajemen dan Peranan Koperasi Bagi Peternak 11

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Konsep Usahatani 11

Konsep Fungsi Produksi 12

Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah 14

Imbangan Biaya-Penerimaan 15

Manajemen dan Peranan Koperasi Dalam Usahaternak 15

Kerangka Pemikiran Operasional 16

Keadaan Peternakan Desa Cibeureum di Kecamatan Cisarua 27

Gambaran Umum KUD Giri Tani 27

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah 47 Manajemen dan Peranan KUD bagi Anggota Peternak 55

SIMPULAN DAN SARAN 60

Simpulan 60

Saran 61

(14)

LAMPIRAN 63

RIWAYAT HIDUP 69

DAFTAR TABEL

1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang berlaku (miliar rupiah) tahun 2008-2012 . 1 2 Produksi dan konsumsi susu nasional tahun 2008-2012 2 3 Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di provinsi

Jawa Barat tahun 2007-2013 3 4 Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten yang terdapat di Jawa Barat tahun 2006 – 2011 4 5 Jumlah populasi dan volume produksi susu sapi perah di wilayah Bogor

tahun 2006-2011 4 6 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua bedasarkan jenis

kelamin tahun 2003-2010 25 7 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan usia

pada tahun 2010 26 8 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan mata

pencaharian tahun 2010 27 9 Sebaran anggota aktif dan tidak aktif masing-masing kelompok di KUD

Giri Tani tahun 2013 28 10 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis kelamin

tahun 2014 29 11 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan kelompok umur

tahun 2014 29 12 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan tingkat

pendidikan tahun 2014 30 13 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan pengalaman

beternak tahun 2014 31 14 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jumlah

kepemilikan sapi perah tahun 2014 31 15 Sebaran sapi perah yang dimiliki oleh peternak responden KUD Giri Tani

berdasarkan kriteria sapi perah tahun 2014 32 16 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis usaha

sampingan yang dijalankan tahun 2014 32 17 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis tenaga

kerja yang digunakan tahun 2014 33 18 Jenis konsentrat yang digunakan oleh peternak responden KUD Giri

Tani tahun 2014 34 19 Jumlah penggunaan pakan hijuan dan konsentrat oleh peternak

responden KUD Giri Tani tahun 2014 35 20 Rata-rata produktivitas sapi perah peternak responden berdasarkan

(15)

24 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD Giri Tani 48 25 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD

Giri Tani tanpa variabel hijauan 51

DAFTAR GAMBAR

1 Elastisitas produksi dan daerah-daerah produksi 14 2 Kerangka operasional analisis pendapatan peternak dan manajemen

koperasi di KUD Giri Tani kabupaten Bogor 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penggunaan faktor-faktor produksi susu sapi perah responden peternak KUD Giri Tani tahun 2014 64 2 Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor

produksi konsentrat, hijauan, masa laktasi, dan tenaga kerja 65 3 Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu sektor agribisnis yang cukup penting. Keberadaan sektor ini terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan pola konsumsi bahan pangan hewani ini semakin tinggi. Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian dari tahun 2008 hingga 2012 terlihat bahwa sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun 2008 hingga 2012 dalam Tabel 1.

Tabel 1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang berlaku (miliar rupiah) tahun 2008-2012

Lapangan Usaha

2008 2009 2010 2011(*) 2012 (**) Trend rata-rata % Tanaman bahan

makanan

349 795.0 419 194.8 482 337.1 529 968.0 574 330.0 13,3

Tanaman perkebunan

105 960.5 111 378.5 136 048.5 153 709.3 159 753.9 11

Peternakan 83 276.1 104 883.9 119 371.7 129 297.7 146 089.7 15.25

Kehutanan 40 375.1 45 119.6 48 289.8 51 781.3 54 906.5 7.99

Perikanan 137 249.5 176 620.0 199 383.4 226 691.0 255 332.3 16.9

Keterangan :

(*) adalah angka sementara (**) adalah angka sangat sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa sektor peternakan mengalami pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya yaitu 15.25%. Hal ini berarti bahwa sumbangan sektor peternakan terhadap PDB setiap tahunnya sebesar 15.25% dan rata-rata pertumbuhannya melebihi 3 sektor lainnya yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Keberadaan sektor peternakan sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan mempunyai prospek untuk terus dikembangkan lebih lanjut karena dapat memberikan persentase sumbangan yang terus meningkat setiap tahunnya.

(18)

Tabel 2 Produksi dan konsumsi susu nasional tahun 2008-2012

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012 (diolah)

Dilihat dari Tabel 2, produksi dan konsumsi susu terus meningkat setiap tahunnya yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Namun untuk persentase rata-rata pertumbuhan produksi susu terus mengalami penurunan yaitu dari tahun 2009 hingga tahun 2012 sedangkan konsumsi susu mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2009 hingga tahun 2010, sementara pada tahun 2011 dan 2012 belum dapat dipastikan karena masih menggunakan data sementara. Penurunan produksi yang terjadi akhir tahun 2011 ke tahun 2012 dikarenakan maraknya penjualan sapi perah produktif sebagai sapi potong yang dilakukan oleh peternak karena mereka tergiur oleh tingginya harga daging sapi dipasaran1. Hal ini masih terjadi hingga tahun 2013, dimana induk sapi perah dihargai tinggi. Akibat yang ditimbulkan yaitu berkurangnya jumlah sapi perah nasional sebanyak 10%-30% yang berdampak pada penurunan produksi. Penjualan susu di rasa oleh peternak tidak memberikan keuntungan dikarenakan harga susu yang rendah per liternya sehingga mereka menjual sapi perah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih.

Indonesia belum mampu untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan produksinya. Produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 30% dari total konsumsi susu nasional dari tahun 2008 hingga 2012. Keadaan ini membuat Indonesia harus melakukan impor susu dari luar negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan susu dalam negeri sebanyak 70%2. Keadaan ini diperparah dengan menurunnya jumlah produksi dikarenakan penjualan sapi perah produktif sebagai sapi pedaging. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya impor susu yang lebih tinggi lagi.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi sentra peternakan sapi perah yang cukup besar. Kondisi alamnya cocok untuk pengembangan sapi perah karena memiliki pegunungan dan dataran tinggi. Lahannya pun relatif luas untuk ketersediaan pakan hijauan (rumput) sehingga pasokan pakan akan tetap terjamin. Kondisi perkembangan susu di Jawa Barat mempunyai struktur yang cukup lengkap terdiri dari peternak, pabrik pakan, industri pengolahan susu yang relatif maju dengan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedianya kelembagaan bagi para peternak sapi perah yang tergabung dalam GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Jumlah populasi sapi perah dan juga volume produksi susu sapi perah di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

1

http://www.trobos.com/show_article.php?rid=4&aid=3843 [ 1 April 2013]

2

(19)

Tabel 3 Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di provinsi Jawa Barat tahun 2007-2013

Tahun Populasi sapi perah Trend rata-rata (%)

Produksi susu (ribu ton)

Trend rata-rata (%)

2007 103 489 - 225.210 -

2008 111 250 7.499 225.200 -0.004

2009 117 337 5.471 225.300 0.044

2010 120 475 2.674 262.177 16.367

2011 139 970 16.181 302.603 15.419

2012 136 054 -2.797 281.438 -6.994

2013 143 382* 5.386 293.107 -

Keterangan: *) angka sementara

Sumber : diolah dari data dinas pertanian (2013)

Trend rata-rata populasi sapi perah untuk tahun 2008 sampai tahun 2010 terus mengalami penurunan dan baru mengalami peningkatan pada tahun 2011. Namun seperti yang telah dijelaskan pada keadaan produksi susu secara nasional, bahwa pada akhir tahun 2011 ke tahun 2012 terjadi penurunan populasi sapi perah dikarenakan penjualan sapi perah sebagai sapi pedaging. Jawa Barat yang merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah juga mengalami hal serupa. Namun di Jawa Barat pada tahun 2013 sudah mulai ada peningkatan populasi sapi perah kembali. Walaupun terjadi penurunan populasi pada tahun 2008 hingga 2010, namun produksi susunya meningkat. Hal ini dikarenakan banyaknya persentase sapi perah yang produktif dibandingkan dengan yang tidak produktif. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah populasi dan diikuti dengan penurunan produksi susu. Hal ini dikarenakan persentase sapi perah yang tidak produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang produktif sehingga terjadi penurunan produksi. Pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah sapi perah hingga peertumbuhan rata-rata bernilai negatif yang juga berdampak pada turunnya produksi susu sapi perah hingga pertumbuhan rata-ratanya pun negatif. Hal ini dikarenakan penjualan sapi perah produktif sebagai sapi pedaging yang mengakibatkan berkurangnya produksi susu.

(20)

Tabel 4 Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten yang terdapat di

Sumber : data dinas pertanian, 2011 (di olah)

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa kabupaten Bandung merupakan kabupaten yang menghasilkan susu dalam volume terbesar setiap tahunnya dibandingkan dengan lima kabupaten lainnya. Namun trend pertumbuhan rata-ratanya paling rendah. Bogor merupakan kabupaten yang memiliki trend pertumbuhan rata-rata terbesar yaitu sebesar 20.88% walaupun produksi susu sapi perahnya hanya menempati urutan keempat setelah kabupaten Bandung, Garut dan Sumedang.

Kabupaten Bogor memiliki rata-rata persentase pertumbuhan susu sapi perah yang terus meningkat setiap tahunnya. Persentase peningkatan rata-rata produksi susu sapi perah di kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah populasi dan volume produksi susu sapi perah di wilayah Bogor tahun 2006-2011

Sumber : diolah dari data Departemen Pertanian (2011).

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa persentase rata-rata pertumbuhan produksi susu meningkat setiap tahunnya yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, namun di tahun 2011 mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan peningkatan populasi di tahun tersebut. Namun pada tahun 2010 terjadi penurunan populasi dan ditahun 2011 kembali meningkat, namun peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksinya.

Berdasarkan jumlah populasi dan produksi sapi perah baik secara nasional, provinsi dan kabupaten, faktor yang signifikan mempengaruhi produksi susu yaitu jumlah populasi dan juga jenis sapi perah (produktif atau tidak produktif). Jumlah sapi perah yang menurun secara signifikan akan menurunkan produksi susu. Jika penurunan populasi berupa penurunan trend rata-rata tetapi masih memiliki nilai penurunan yang positif artinya populasi sapi perah masih meningkat begitu juga dengan produksinya hanya saja pertumbuhan tiap tahunnya menurun. Hal ini Tahun Populasi sapi perah Trend rata-rata

(21)

dapat disebabkan sapi berada pada kondisi yang tidak produktif, produktivitas rendah dan dapat juga dikarenakan manajemen pemeliharaan yang kurang baik seperti pemberian pakan sehingga menurunkan trend rata-rata produksi susu walaupun trend rata-rata populasi sapi perah mengalami kenaikan.

KUD Giri Tani merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah yang terdapat di kabupaten Bogor, tepatnya di kecamatan Cisarua. KUD ini menaungi peternak yang ada di kecamatan Cisarua dalam pemasaran susu sapi perah yang dihasilkan. Pada tahun 2011 dan 2012 produksi susu yang dihasilkan peternak anggota dapat mencapai hingga 14 ton/hari. Namun pada tahun 2013 menurun menjadi 7-8 ton. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya populasi sapi perah yang dimiliki anggota. Hal ini semakin diperparah dengan rata-rata produksi susu per satuan ternak hanya 10 liter/hari/ST. Penurunan jumlah sapi perah dan produktivitas yang rendah berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan dan pendapatan peternak.

Perumusan Masalah

KUD Giri Tani merupakan koperasi induk penghasil susu yang berada di kecamatan Cisarua. Koperasi ini merupakan koperasi yang menampung susu dari para anggotanya kemudian di suplai kepada IPS, salah satunya yaitu PT. Cimory. KUD ini memiliki 6 anggota kelompok yang aktif. dengan jumlah keseluruhan peternak 200 orang dan jumlah anggota aktifnya kurang lebih 150 peternak. Banyak dari peternak memutuskan untuk tidak menjadi peternak sapi perah lagi karena dianggap kurang menguntungkan. Hal ini di karenakan biaya yang dikeluarkan untuk produksi susu sapi perah lebih besar daripada harga yang diterima per liter susunya. Kebanyakan dari peternak yang tidak aktif tersebut merupakan peternak yang memiliki jumlah sapi yang sedikit (1-2 ekor) sehingga masih kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehingga melakukan penjualan sapi perah yang mereka ternakkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Berkurangnya jumlah anggota yang aktif berimbas pada berkurangnya jumlah populasi sapi perah yang ada di KUD Giri Tani. Populasi sapi perah yang ada di KUD Giri Tani ini juga berkurang karena adanya dana KUR pada tahun 2010 yang diberikan kepada peternak melalui KUD berupa sapi induk siap produksi. Pada 3 tahun pertama pembayarannya hanya berupa pembayaran bunga saja. Namun setelah itu pembayaran yang dilakukan yaitu pembayaran pokok. Banyak dari peternak yang tidak sanggup untuk membayar sehingga mereka menjual sapi induk untuk membayar pokok KUR tersebut. Akibatnya terjadi pengurangan jumlah populasi sapi perah di KUD Giri Tani ini. Peternak belum bisa memanfaatkan sapi perah yang berasal dari dana KUR tersebut untuk menambah pendapatan sehingga pada saat jatuh tempo pembayaran mereka harus menjual sapi perah tersebut.

(22)

tahun 2013. Berkurangnya jumlah produksi susu tersebut secara langsung akan mengakibatkan penurunan penerimaan di tingkat KUD begitu juga dengan penerimaan ditingkat peternak.

Skala usaha peternak sapi perah di KUD Giri Tani yaitu didominasi oleh skala usaha kecil dengan jumlah kepemilikan sapi kurang dari 4 ekor. Jumlah ini bukan merupakan jumlah ideal kepemilikan sapi, dimana jumlah ideal yang disarankan yaitu lebih dari 7 ekor agar dapat mencapai kelayakan usaha secara ekonomis3. Rata-rata produksi susu sapi perah anggota KUD Giri Tani ini adalah 10 liter/hari/ST. Produksi ini masih tergolong rendah karena untuk sapi jenis FH (fries holland) rata-rata produksi susu sapinya adalah 15-20 liter/hari/ST. Melihat kondisi ini, maka dapat dikatakan bahwa produksi di tingkat peternak tidak optimal sehingga penerimaan peternak juga tidak maksimal.

Pakan merupakan salah satu faktor yang paling tinggi tingkat penggunaannya. Banyak diantara anggota yang tidak aktif mengatakan bahwa tingginya harga konsentrat menjadi salah satu alasan mereka tidak dapat bertahan di usahaternak sapi perah. Anggota peternak tidak hanya memelihara sapi produktif melainkan juga sapi yang belum produktif seperti pedet, pejantan dan dara. Kebutuhan pakan akan semakin tinggi karena peternak juga harus memberi pakan untuk sapi yang tidak produksi. Biaya pakan yang tinggi dan rendahnya produksi susu tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan sehingga diperlukan pengkajian tentang biaya yang digunakan dan juga pendapatan peternak.

Untuk dapat meningkatkan produksi susu dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas sapi perah dan meningkatkan skala usaha peternak yaitu dengan penambahan jumlah populasi sapi produksi yang dipelihara oleh anggota peternak. Namun, peningkatan jumlah populasi sapi perah ini masih menghadapi kendala yaitu kurangnya modal yang dimiliki oleh peternak. Langkah yang dapat diusahakan adalah dengan mengupayakan peningkatan produktivitas sapi perah. Perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Manajemen dan peran koperasi juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota. Banyaknya anggota yang tidak aktif juga menjadikan manajemen dan peranan koperasi penting untuk dikaji.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:

1. Berapa pendapatan yang diterima oleh peternak anggota KUD Giri Tani? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas sapi perah anggota

peternak KUD Giri Tani?

3. Bagaimana manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota?

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis pendapatan yang diterima oleh peternak anggota KUD Giri Tani.

3

(23)

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah anggota peternak KUD Giri Tani.

3. Menganalisis manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota.

Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai penyusunan skripsi, sekaligus menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam bidang ekonomi pertanian khususnya peternakan sapi perah dengan komoditas susu.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peternak sapi perah untuk merencanakan strategi pengembangan peternakan sapi agar produksi susu maksimal.

3. Sebagai bahan literatur bagi para peneliti lainnya dalam melakukan riset

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu peternak yang digunakan dalam penelitian yaitu anggota peternak KUD Giri Tani yang masih aktif menjalankan usaha ternaknya dan peternak yang memiliki sapi laktasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu

Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di beberapa lokasi peternakan yang berbeda. Penelitian tersebut diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010), Aisyah (2012), Vidiyanti (2004), Heriyatno (2009), Triwidyaratih (2011), dan Alpian (2010). Beberapa dari penelitian ini memiliki persamaan dan juga perbedaan dari hasil yang diperoleh.

(24)

yaitu tenaga kerja, jumlah sapi, pakan hijuan dan pakan konsentrat. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti yang mendapatkan hasil bahwa penggunaan konsentrat, hijauan dan tenaga kerja tidak berpengaruh dalam produksi susu sapi perah.

Penelitian yang serupa lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Vidiyanti (2004). Faktor produksi yang digunakan dalam penelitiannya hampir sama dengan 2 penelitian sebelumnya. faktor yang membedakan penelitiannya dengan penelitian yang lain yaitu penggunaan variabel dummy. Variabel dummy yang digunakan yaitu pendidikan, umur, dan pengalaman. Dari hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah yaitu variabel hijuan, konsentrat, tenaga kerja (berpengaruh negatif) dan jumlah sapi perah laktasi. Untuk variabel dummy yang berpengaruh terhadap produksi yaitu umur (berpengaruh negatif) dan pengalaman. Namun, variabel-variabel tersebut berpengaruh pada selang kepercayaan yang rendah yaitu dengan selang kepercayaan di bawah 90%. Hal yang sama juga berlaku pada variabel dummy yang berpengaruh terhadap produksi. Dari semua variabel yang dikatakan berpengaruh dalam penelitiannya, hanya variabel dummy pengalaman saja yang berpengaruh pada selang kepercayaan 90%. Hal ini berbeda dengan 2 penelitian sebelumnya, yang menggunakan selang kepercayaan paling rendah yaitu 90% sedangkan jika lebih rendah dari nilai tersebut maka dikatakan bahwa faktor produksi tersebut tidak berpengaruh.

Penelitian lainnya yang juga sama dengan 3 penelitian sebelumnya yaitu Triwidyaratih (2011). Faktor produksi yang digunakan hampir sama dengan penelitian sebelumnya, hanya saja yang membedakan yaitu faktor produksi air. Dari hasil penelitiannya, faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah per sapi laktasi yaitu jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat, dan air yang memiliki pengaruh positif sedangkan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang negatif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, hanya satu penelitian yang menyatakan bahwa pakan konsentrat dan hijuan tidak berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah sedangkan penelitian lainnya menyatakan kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap produksi.

(25)

berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Hanya saja untuk faktor tenaga kerja memiliki pengaruh yang negatif.

Analisis Penerimaan, Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian tentang analisis pendapatan pada peternakan sapi perah yang terdapat di Jawa Barat. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Vidiayanti (2004), Heriyatno (2009), Triwidyaratih (2011), dan Achmad (2011). Dalam penelitian terkait analisis pendapatan yang telah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan analisis penerimaan dan analisis struktur biaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti dan Achmad merupakan penelitian tentang analisis pendapatan yang menggunakan data rata-rata dari seluruh peternak responden yang digunakan. dalam penelitian mereka tidak dilakukan perbandingan atara kelompok peternak yang satu dengan yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti menggunakan data selama 1 periode produksi sapi perah yaitu selama 10 bulan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Achmad menggunakan data per bulan. Dalam penelitiannya mereka Penerimaan yang di analisis yaitu berasal dari penjualan susu ke koperasi (penerimaan tunai) dan susu untuk pakan pedet (penerimaan diperhitungkan). Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Achmad tidak memasukkan penerimaan tidak tunai seperti susu pakan untuk pedet. Produktivitas sapi perah ternyata lebih besar pada daerah penelitian Achmad dibandingkan didaerah penelitian Vidiayanti namun rata-rata jumlah kepemilikan sapi perah di tempat penelitian Vidiayanti lebih banyak dibandingkan dengan Achmad.

Struktur biaya terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti biaya tunai terdiri dari biaya konsentrat, ampas tahu, tenaga kerja, inseminasi buatan, potongan KPS, kredit dan transportasi. Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan terdiri dari TKDK (tenaga kerja dalam keluarga), hijauan, sewa lahan milik, penyusutan alat, dan bunga modal. Komponen biaya tunai yang digunakan dalam penelitian Achmad hampir sama dengan komponen biaya tunai yang digunakan dalam penelitian Vidiayanti. Hanya saja yang membedakan yaitu dalam penelitian achmad memasukkan biaya tunai penggunaan rumput, air, medis, dan listrik. Sedangkan untuk komponen biaya tidak tunai hanya menggunakan biaya sewa lahan dan penyusutan. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah biaya pakan konsentrat dan tenaga kerja memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan penggunaan input yang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa komponen biaya ini merupakan komponen yang sangat penting dan dapat mempengaruhi pendapatan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Achmad dan Vidiayanti, pendapatan atas biaya tunai dan biaya total bernilai positif artinya usahaternak yang dijalankan memperoleh keuntungan. Pada penelitian keduanya juga melakukan analisis efisiensi dengan menggunakan R/C ratio. Hasil yang diperoleh yaitu usahaternak yang dijalankan didaerah penelitian Achmad lebih efisien dibandingkan dengan usahaternak yang dijalankan diderah penelitian Vidiayanti.

(26)

dengan cara perbandingan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno, perbandingan yang dilakukan yaitu membagi peternak kedalam 3 kelompok yaitu kelompok peternak dengan skala usaha rakyat (kepemilikan 2.98 ST), skala usaha kecil (kepemilikan 4.48 ST) dan skala usaha sedang (kepemilikan 11 ST). Data peternak yang digunakan dalam penelitiannya yaitu data produksi susu harian. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Triwdyaratih membagi kelompok peternak menjadi 3 yaitu kelompok peternak yang menggunakan jenis pakan konsentrat lama, baru dan kombinasi keduanya. Data peternak yang digunakan yaitu data per 15 hari.

Penelitian yang dilakukan Heriyatno, menganalisis penerimaan dengan menggunakan penerimaan tunai dan tidak tunai (diperhitungkan). Sumber penerimaannya yaitu dari penjualan susu ke koperasi, penjualan sapi, penjualan produk sampingan (pupuk kandang dan karung bekas). sama seperti dalam penelitian yang dilakukan Heriyatno, penelitian yang dilakukan oleh Triwidyaratih menggunakan sumber penerimaan yaitu penjualan susu, penjualan karung. Hanya saja sumber penerimaan yang berbeda yaitu menggunakan penerimaan tidak tunai yaitu susu yang dikonsumsi keluarga. Berdasarkan 3 jenis skala usaha, produktivitas yang paling tinggi yaitu skala usaha sedang dan diikuti dengan produktivitas skala kecil dan kemudian skala rakyat.

Struktur biaya yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno yaitu biaya tunai dan juga biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya konsentrat, hijauan, tenaga kerja, susu pakan pedet, vitamin, obat-obatan dan inseminasi buatan. Biaya tidak tunai yang digunakan yaitu sewa lahan, penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan keanggotaan. Sama seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti dan juga Achmad bahwa biaya terbesar yaitu bersumber dari biaya konsentrat dan tenaga kerja. Konsentrat merupakan input yang paling penting dalam produksi susu sapi perah. Hal ini dilihat dari besarnya penggunaan konsentrat. Konsentrat paling banyak digunakan oleh skala usaha sedang kemudian diikuti dengan skala rakyat, dan skala usaha kecil. Peningkatan penggunaan konsentrat tidak selamanya akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan penggunaan konsentrat harus memperhatikan biaya yang juga dikeluarkan agar biaya yang digunakan tidak lebih besar dibandingkan dnegan penerimaan.

Berdasarkan analisis pendapatan yang dilakukan oleh Heriyatno, didapatkan hasil bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total bernilai positif untuk semua skala, baik skala rakyat, kecil ataupun sedang. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak yang dijalankan peternak mendapatkan keuntungan. Untuk analisis efisiensi yaitu dengan menggunakan nilai R/C. Nilai R/C untuk skala rakyat, kecil dan sedang bernilai diatas 1 artinya penggunaan biaya dalam usahaternak tersebut efisien. Jika dibandingkan antara masing-masing skala, peternak dengan skala usaha kecil lebih efisien dalam menjalankan kegiatan usahanya dibandingkan dengan skala rakyat dan sedang.

(27)

benar-benar dikeluarkan oleh peternak karena mereka tidak mempunyai lahan sendiri. Dilihat dari analisis pendapatan atas biaya tunai dari ketiga kelompok tersebut memiliki nilai yang positif artinya peternak masih mendapatkan keuntungan dari menjalankan usahaternaknya. Namun hasil dari pendapatan atas biaya total menghasilkan nilai yang negatif artinya usahaternak tersebut tidak menguntungkan jika perhitungannya menggunakan biaya yang diperhitungkan. Dilihat dari nilai R/C usahaternak yang dijalankan oleh ketiga kelompok tersebut tidak efisien.

Manajemen dan Peranan Koperasi Bagi Peternak

Penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno (2009), koperasi mempunyai peranan dalam upaya peningkatan produksi susu peternak anggotanya yaitu dengan melakukan berbagai jenis unit kegiatan usaha. Unit kegiatan usaha tersebut antara lain adalah penyediaan pakan kosentrat untuk peternak, mineral, obat-obatan, vitamin, Inseminasi Buatan (IB), pelayanan medis terhadap ternak, pinjaman dari koperasi tanpa bunga, fasilitator dan mediator bantuan pemerintah dan kredit perbankan dengan bunga ringan terhadap peternak dan pelaksana pemasaran susu peternak ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Dalam penelitiannya, Heriyatno membandingkan anatara peternak anggota yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Hal ini terkait dengan penggunaan layanan pembelian pakan konsentrat di koperasi. Hasil yang diperoleh adalah peternak yang tidak membeli pakan dari koperasi mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan peternak yang membeli pakan dari koperasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Menurut (Mubyarto, 1989) usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

Menurut Hernanto (1993) yang menjadi unsur-unsur pokok usahatani yang dikenal dengan faktor-faktor produksi antara lain:

1. Tanah

(28)

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan atau produksi. Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga dalam usahatani yang dibayarkan upahnya sehingga dinamakan tenaga upahan.

3. Modal

Modal adalah barang atau uang yang bersama faktor produksi lainnya dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi pertanian.

4. Manajemen atau pengelolaan

Manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengkoordinasikan faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Soekartawi et. al. (1986) ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Teori yang sangat relevan terhadap penelitian usahatani ialah teori ekonomi.

Konsep Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan keluaran. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang dipakai, maka ia dapat menduga berapa produksi yang akan dihasilkan. Jika bentuk fungsi produksi diketahui, maka sebenarnya kita dapat memanfaatkan informasi harga dan biaya yang diluangkan untuk :

1. Menentukan kombinasi masukan (input) yang terbaik

2. Melakukan studi tentang pengaruh kebijaksanaan pemerintah terhadap penggunaan masukan dan terhadap produksi.

Namun demikian, hal tersebut sulit dilakukan. Informasi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan:

1. Adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman. 2. Data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak

benar

3. Pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan

4. Data harga dan biaya yang diluangkan (opportunity cost) mungkin tidak dapat diketahui secara pasti.

5. Setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus

Pada umumnya, petani yang satu dan lainnya mempunyai keahlian biaya yang diluangkan, daya penilaian terhadap faktor ketidaktentuan dari usahataninya yang saling berbeda. Karena alasan-alasan tersebut, maka informasi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi harus ditafsir dengan hati-hati.

(29)

yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dengan fungsi produksi, dapat diketahui hubungan antara variabel yang dijelaskan dan variabel yang menjelaskan serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f (X1, X2,..., Xi,...Xn)

Soekartawi et al (1986) menyatakan bahwa fungsi produksi diatas hanya menyebutkan bahwa produksi yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi (input), sehingga fungsi tersebut belum dapat memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi. Untuk memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk yang khas, antara lain persamaan linear, kuadrat, cobb-douglas, dan persamaan akar.

Fungsi produksi yang sebenarnya terjadi pada suatu proses produksi sangat sulit diketahui. Tetapi melalui konsep statistika, model penggunaan fungsi produksi dapat dilakukan melalui data yang diperoleh dari sampel yang ada. Akan tetapi hasil pendugaan tersebut seringkali kurang memuaskan sehingga tidak dapat dijadikan patokan untuk mengukur keragaan produksi yang sebenarnya.

Menurut Soekartawi et. al. (1986), bentuk aljabar fungsi produksi adalah bentuk aljabar yang spesifik menggambarkan fungsi produksi tersebut. dalam memilih bentuk aljabar fungsi produksi, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan yang sebenarnya.

2. Bentuk aljabar fungsi produksi yang dipakai harus mudah diukur atau dihitung secara statistik.

3. Fungsi produksi itu dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

Untuk menduga model dengan tiga atau lebih variabel bebas, penggunaan fungsi produksi cobb douglas lebih disarankan. Bentuk fungsi produksi cobb-douglas adalah sebabagi berikut.

Y = aX1b1X2b2X3b3

Menurut Rahim (2007), daerah produksi dapat dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut.

1. Daerah produksi I dengan Ep > 1. Merupakan produksi yang tidak rasional karena pada daerah ini penambahan input sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari 1%. Didaerah produksi ini belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan.

(30)

3. Daerah produksi II dengan Ep<0. Pada daerah ini, penambahan pemaikaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional.

Y (Produksi)

C B

PT

A

Ep > 1 1 >Ep>0 Ep<1

X Faktor produksi PM/PR

Kenaikan hasil kenaikan hasil kenaikan hasil bertambah berkurang negatif

A‟

B‟

PR

0 X Faktor produksi

PM Keterangan :

PT = produksi total A = inflexion point PM = produksi marjinal A‟ = maksimum PM PR = produksi rata-rata B‟ = titik perpotongan C = maksimum point B = stangeus point

Sumber : Rahim (2007)

Gambar 1 Elastisitas produksi dan daerah-daerah produksi

Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah

(31)

Menurut Soekartawi (1995), Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Menurut Kuswandi (2006), Biaya dikelompokan menjadi 2 yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya-biaya yang saat ini atau pada waktu kemudian akan timbul akan dikeluarkan secara tunai seperti biaya bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya. Biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang saat ini atau pada waktu kemudian yang tidak di keluarkan secara tunai, misalnya biaya penyusutan.

Dalam usahaternak yang dijalankan dalam naungan koperasi, yang termasuk kedalam biaya tunai yaitu pakan konsentrat, obat-obatan, IB, vaselin, transportasi, listrik, pajak kandang, dan iuran koperasi. Variabel-variabel tersebut digolongkan kedalam biaya tunai karena biaya dikeluarkan secara tunai. sedangkan yang variabel yang tergolong kedalam biaya tidak tunai adalah biaya pakan hijauan, sewa lahan, penyusutan dan tenaga kerja dalam keluarga. Variabel tersebut digolongkan kedalam biaya tidak tunai karena variabel tersebut tidak dibeli oleh peternak namun tetap dihitung sebagai biaya agar dapat diketahui total biaya yang harus dikeluarkan jika variabel tersebut nantinya di beli secara tunai. biaya tidak tunai dapat menjadi biaya tunai begitupun sebaliknya, tergantung dari peternak mengeluarkan biaya secara tunai atau tidak variabel yang digunakan. penjumlahan antara biaya tunai dan tidak tunai disebut sebagai biaya total usahaternak.

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani yaitu selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dalam menentukan pendapatan usahatani sebelumnya harus mengetahui total penerimaan dan total biaya yang digunakan. Dalam banyak hal TC (total cost) ini selalu lebih besar bila perhitungan menggunakan analisis ekonomi dan selalu lebih kecil bila menggunakan analisis finansial. Hal ini dikarenakan dalam analisis ekonomi juga memperhitungkan biaya yang diperhitungkan (biaya tidak tunai).

Imbangan Biaya-Penerimaan

Menurut Mubyarto (1989) Dalam usahatani, petani akan selalu menghitung hasil bruto produksinya dan kemudian dinilaikan dalam uang. Hasil yang diterima oleh petani tersebut harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkan. Setelah semua biaya tersebut dikurangi, petani dapat dikatakan mendapatkan hasil bersih. Apabila hasil bersih itu mencerminkan rasio yang baik terhadap biaya dan nilai rasio tersebut semakin tinggi maka usahatani tersebut dapat dikatakan efisien. Antara usahatani yang satu dan yang lainnya pasti akan berbeda.

R/C Menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi yang merupakan daya saing dari produk yang dihasilkan. Imbangan biaya-penerimaan biasa dinyatakan dalam R/C (return and cost ratio). Nilai R/C yang bernilai lebih dari 1 menyatakan bahwa usaha yang dijalankan tersebut efisien secara ekonomis dan jika kurang dari satu maka dinyatakan tidak efisien.

Manajemen dan Peranan Koperasi Dalam Usahaternak

(32)

Manajemen koperasi adalah pemanfaatan segala sumber daya koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi, secara efektif dan efisien dengan memperhatikan lingkungan organisasi dalam rangka usaha mencapai tujuan organisasi dengan mendasarkan pada azas koperasi. Perbedaan koperasi dengan perseroan terbatas lainnya dalam hal manajemen yaitu koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi mengutamakan pemberian pelayanan kepada anggota-anggotanya. Selain itu juga pengendalian koperasi ada di tangan anggota untuk menghindari terjadinya monopoli kekuasaan diantara beberapa orang saja.

Peranan koperasi pertanian penting dalam peningkatan produksi serta kesejahteraan hidup petani, antara lain yaitu :

1. Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisi rebut tawar mereka baik dalam memasarkan hasil produksi ataupun dalam pengadaan input produksi yang dibutuhkan.

2. Koperasi dapat memberikan akses kepada anggota terhadap berbagai penggunaan faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkan pasar.

3. Para petani dapat lebih mudah melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan pasca panen sehubungan dengan permintaan pasar.

4. Para petani menjadi lebih mudah dalam menangani risiko yang melekat pada produk pertanian

5. Petani lebih mudah berinteraksi secara positif dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas SDM.

6. Membuka lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan.

Kerangka Pemikiran Operasional

KUD Giri Tani merupakan koperasi yang menaungi peternak yang ada di kecamatan Cisarua. Jumlah sapi perah yang semakin berkurang membuat suplai susu ke koperasi ini juga berkurang. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anggota koperasi yang tidak aktif dikarenakan banyak yang menjual sapi perah yang mereka miliki untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Selain itu penjualan sapi perah dikarenakan membayar pokok pinjaman dari KUR yang diambil pada tahun 2010. Pada 3 tahun awal hanya membayar bunga pinjaman saja, kemudian tahun berikutnya harus membayar pokok. Terbatasnya modal yang dimiliki peternak sehingga peternak tidak mampu membayar dan memilih untuk menjual sapi perah. Berkurangnya jumlah populasi akan berimbas pada produksi susu yang juga ikut menurun.

(33)

dan berperan dalam mempertahankan keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota ditengan pendapatan peternak yang rendah tersebut.

Gambar 2 Kerangka operasional analisis pendapatan peternak dan manajemen koperasi di KUD Giri Tani kabupaten Bogor

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada peternak anggota KUD Giri Tani di desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan Cisarua merupakan sentra penghasil susu sapi perah yang terdapat di Bogor dan KUD Giri Tani merupakan koperasi susu terbesar yang ada di kecamatan Cisarua. KUD Giri Tani yaitu wadah bagi para peternak yang ada di kecamatan Cisarua yang berfungsi untuk menampung susu sapi perah yang

Rumusan masalah :

-Peternak yang tidak aktif menyebabkan populasi sapi perah berkurang karena adanya penjualan sapi perah

-Produksi susu menurun

-Biaya pakan dan penggunaan pakan yang cukup tinggi

Fungsi produksi dengan faktor produksi :

-Konsentrat

-Hijauan

-Masa laktasi

-Tenga kerja Pendapatan

usahaternak : - Penerimaan - Struktur biaya

Manajemen dan peranan koperasi : Unit kegiatan koperasi

(34)

mereka produksi. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April – Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Jenis data primer yang digunakan yaitu data produksi susu, input-input yang di gunakan dalam produksi susu, jumlah kepemilikan sapi perah dan data lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian. Data sekunder merupakan pelengkap data primer diperoleh dari instansi terkait yaitu KUD Giri Tani, laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jenis data sekunder yang digunakan yaitu data produksi dan konsumsi susu secara nasional, jumlah populasi sapi perah dan produksi susu di provinsi Jawa Barat dan kabupaten Bogor dan data terkait dengan gambaran umum desa Cibeureum.

Metode Pengambilan Sampel

Sampel peternak dipilih dengan cara convenience sampling atau accidental sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada kemudahan dalam menemukan responden. Peternak yang terdapat di desa Cibeureum memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara lain tidak semua peternak yang ada merupakan peternak aktif, memiliki sapi laktasi, dan memiliki populasi ternak yang sama. Pengambilan sampel dilakukan dengan mendatangi tempat berkumpulnya peternak ketika memasarkan susu dengan sistem loper dan peternak yang memasarkan susu di koperasi serta mendatangi langsung rumah peternak. Peternak yang berada ditempat tersebut sebagai sampel responden. Pengambilan sample peternak di lakukan dengan memperhatikan karakteristik peternak dan tujuan dalam penelitian ini. Peternak yang dipilih harus merupakan anggota yang aktif dan memiliki sapi perah laktasi atau produktif dalam menghasilkan susu. Pengambilan sampel yaitu sebanyak 34 peternak, hal ini dikarena jumlah sampel sebanyak 34 peternak tersebut sudah cukup untuk mewakili populasi. Dalam uji statistik minimal sampel yang digunakan yaitu 30 orang.

Metode Pengumpulan Data

(35)

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan data sekunder dari hasil penelitian. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis manajemen dan peranan KUD Giri Tani bagi Anggota. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah. Analisis pendapatan dilakukan dengan mengelompokkan peternak berdasarkan jumlah kepemilikan ternak menjadi 3 skala yaitu skala kecil, sedang dan besar. Sedangkan untuk analisis faktor dilakukan dengan menggunakan data rata-rata dari seluruh sampel. Data yang dikumpulkan mengalami pengeditan, pengolahan dan penyusunan dalam bentuk tabulasi untuk selanjutnya dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan program microsoft excel dan SPSS for windows versi 11.5 dan alat hitung kalkulator. Setelah itu, data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif.

Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py

Keterangan :

TR = total penerimaan Y = produksi susu/hari Py = harga susu/liter

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan). Dalam analisis struktur biaya usahaternak sapi perah yang tergolong kedalam biaya tunai adalah konsentrat, obat-obatan dan IB, transportasi, vaselin, listrik, iuran koperasi, dan pajak kandang. Sedangkan yang termasuk biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan) yaitu rumput, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan penyusutan. Biaya usahatani dihitung per peternak dalam satu hari. Untuk mencari biaya dari setiap komponen biaya yaitu dengan mengalikan jumlah pemakaian input tersebut dengan harganya. Untuk menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus :

Penyusutan

=

Biaya = Harga input x Jumlah input yang digunakan

(36)

Pendapatan atas biaya tunai = penerimaan – biaya tunai

Pendapatan atas biaya total = penerimaan – biaya total

Analisis efisiensi dilakukan dengan menggunakan R/C ratio yang artinya rasio antara pendapatan dengan biaya yang digunakan. Analisis R/C ratio ini diklasifikasikan menjadi 2 yaitu R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total.

R/C atas biaya tunai =

R/C atas biaya total =

Ketentuan :

Nilai R/C >1, maka usahaternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD Giri Tani menguntungkan dan efisien dalam menggunakan biaya untuk mendapatkan penerimaan tertentu.

Nilai R/C < 1, maka usahaternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD Giri Tani tidak menguntungkan dan tidak efisien dalam menggunakan biaya untuk mendapatkan penerimaan tertentu.

Nilai R/C = 1, maka usahaternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD Giri Tani masih layak untuk dijalankan.

Analisis Fungsi Produksi

Bentuk fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi cobb-douglas. Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat dibuat dalam bentuk linier. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen yaitu produktivitas Sapi perah dan variabel independen yaitu penggunaan pakan konsentrat, penggunaan pakan hijauan, masa laktasi sapi perah, dan penggunaan tenaga kerja. Variabel bebas dipilih berdasarkan penelitian terdahulu dan literature. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana variabel-variabel tersebut mempengaruhi produktivitas sapi perah. Penggunaan fungsi produksi cobb-douglas ini yaitu dengan metode kuadrat terkecil biasa/ordinary least squares (OLS). Model matematik untuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

Y = b0X1b1X2b2X3b3X4b4X5b5

Untuk menduga model Cobb-Douglas tersebut maka model tersebut dilinearkan dengan menggunakan double log trasformation sehingga menjadi persamaan berikut:

Ln Y = ln b0+ b1ln X1+ b2ln X2+ b3lnX3+ b4ln X4+b5lnX5+e

Keterangan:

Y = Produktivitas susu (liter/hari/ST)

(37)

X4 = Tenaga Kerja (HOK/ST) b0 = Konstanta

bi = Koefisien Regresi faktor produksi e = Error

Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor penduga ini adalah bahwa input akan berpengaruh positif terhadap produktivitas susu. Hal ini dikarenakan seluruh variabel yang digunakan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam kegiatan produksi susu sapi perah dan juga merujuk pada penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yang menyatakan bahwa penggunaan input-input dalam penelitian ini (konsentrat, hijuan, masa laktasi, dan tenaga kerja) memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas susu. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Konsentrat (X1)

b1 > 0 artinya semakin banyak pemberian pakan konsentrat pada sapi perah maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan.

2. Hijuan (X2)

b2 > 0 artinya semakin banyak pemberian pakan hijauan pada sapi perah maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan.

3. Masa laktasi (X3)

b3 > 0 artinya semakin tinggi masa laktasi pada sapi perah maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan.

4. Tenaga kerja (X4)

b4 > 0 artinya semakin banyak penggunaan tenaga kerja yang digunakan maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan.

5. Jumlah sapi laktasi (X5)

b5 > 0 artinya semakin banyak jumlah sapi laktasi yang dimiliki peternak maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan.

Menurut Soekartawi et. al. (1986), Agar lebih relevan dengan analisis ekonomi, maka nilai ai (koefisien regresi) harus positif dan lebih kecil dari satu. Ini artinya berlaku asumsi tambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns) untuk semua variabel X. Perbedaan fungsi produksi cobb-douglas dengan fungsi produksi kuadratik dan akar pangkat dua adalah fungsi ini tidak mempunyai nilai maksimum.

Dalam merumuskan model fungsi tersebut harus memenuhi uji statistika (uji R2, uji F dan uji t) dan uji asumsi klasik (multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas).

1. Uji Statistik

Untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum (kelayakan model), terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj), uji F dan uji t.

a. Koefisien determinasi (R2)

(38)

dijelaskan oleh faktor produksinya. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total

= Jumlah Kuadrat Unsur Sisa

= Jumlah Kuadrat Total

b. Uji F Statistik

Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen

Hipotesis yang digunakan :

H0 : b1= b2= ... =bi= 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama).

H1 : paling tidak ada satu bi ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama).

F-tabel = Fα(k-1,n-k) Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel termasuk intersep n = Jumlah pengamatan

Pengambilan keputusan uji F adalah :

a. Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Apabila F-hitung < F-tabel maka Ho diterima yang berarti secara bersama –

sama variabel independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji t Statistik

Uji t Statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif

H0 = b0 = 0 : variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan

H1 = b0 ≠ 0 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara positif dan signifikan

(39)

keterangan :

bi = parameter penduga

Se (bi) = parameter penduga dari unsur sisa n = jumlah pengamatan

k = jumlah koefisien regresi dugaan

Pengambilan keputusan uji t adalah :

Jika t table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara

individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t table < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji Asumsi Klasik a. Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji normal P-Plot (pendekatan grafis) dan juga uji kolmogorov-smirnov. Deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji kolmogrov smirnov bertujuan untuk mengetahui keselarasan/kesesuaian data dengan distribusi normal atau tidak. Dengan kata lain pengujian ini untuk menguji apakah sampel mewakili populasi atau tidak.

b. Multikolineritas

Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainya. Beberapa indikator yang dapat diperhatikan tentang keberadaan multikolinearitas yaitu (Gujarati, 2006):

1. Faktor inflasi varians (variance inflation factor-VIF). Jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka data terbebas dari multikolinearitas. 2. Korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel penjelas

yaitu dengan menghitung koefisien korelasi antara segala pasangan variabel dan bila beberapa antara korelasi ini tinggi, katakanlah melebihi 0,8, ada kemungkinan terjadi kolinearitas yang serius. Pengujian ini dengan menggunakan uji korelasi pearson.

c. Heteroskedastisitas

(40)

Definisi Operasional

Variabel yang diamati merupakan data dan informasi usahaternak sapi perah yang diusahakan oleh peternak. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep dibawah ini: a. Penerimaan tunai yaitu penerimaan yang berasal dari susu yang di pasarkan

ke KUD (Rp/hari/peternak).

b. Penerimaan tidak tunai (diperhitungkan) yaitu penerimaan yang berasal dari konsumsi susu dalam keluarga (Rp/hari/peternak).

c. Biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak responden dalam usahaternaknya (Rp/hari/peternak).

d. Biaya tidak tunai yaitu biaya yang tidak dikeluarkan oleh peternak tetapi tetap harus dihitung dengan biaya yang berlaku ketika input tersebut benar-benar dibeli (Rp/hari/peternak).

e. Biaya total yaitu penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya tidak tunai (Rp/hari/peternak).

f. Pendapatan atas biaya tunai yaitu pendapatan yang diperoleh peternak setelah mengurangi penerimaan dengan biaya tunai (Rp/hari/peternak).

g. Pendapatan atas biaya total yaitu pendapatan yang diperoleh peternak setelah mengurangi penerimaan dengan biaya total (Rp/hari/peternak).

h. R/C atas biaya tunai yaitu efisiensi usaha ternak dengan menggunakan biaya tunai.

i. R/C atas biaya total yaitu efisiensi usaha ternak dengan menggunakan biaya total.

j. Produktivitas yaitu hasil susu yang didapat dari jumlah tertentu sapi perah laktasi, satuan yang digunakan yaitu liter/hari/ST.

k. Pakan konsentrat yaitu makanan tambahan bagi sapi perah yang dapar berupa BRM, GT, polar, dedak dan ampas tahu yang diukur dalam satuan kg/hari/ST.

l. Pakan hijauan yaitu jenis pakan utama bagi ternak sapi perah, dapat berupa rumput gajah maupun jenis hijauan lain, satuan yang digunakan adalah kg/hari/ST.

m. Tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga yang disetarakan dengan hari orang kerja (HOK)

n. Sapi laktasi yaitu sapi yang berproduksi (ST).

o. Masa sapi laktasi yaitu waktu produktif sapi perah untuk dapat menghasilkan atau memproduksi susu.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor

pada 06°42‟LS dan 106°56‟ BB. Kecamatan Cisarua merupakan salah satu

(41)

Cisarua terdiri dari Sembilan desa dan satu kelurahan, 32 dusun, 73 RW, dan 260 RT, dengan luas wilayah 6.373,62 Ha. Batas wilayah kerja Kecamatan Cisarua yaitu sebelah utara Kecamatan Megamendung, sebelah selatan adalah Kabupaten Cianjur, sebelah barat Kecamatan Megamendung, dan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur untuk sebelah timur. Kecamatan Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650 M-1400 M dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm/thn dan suhu udara antara 17,580C-23,91°C. Bentuk wilayah Kecamatan Cisarua terdiri dari perbukitan sampai bergunung 25 persen, berombak sampai berbukit 40 persen, dan datar sampai berombak 35 persen. Dengan alam yang berbukit sampai bergunung dengan suhu yang sejuk, wilayah Kecamatan Cisarua cocok untuk dikembangkan tanaman jenis hortikultura seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman keras lain yang tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Selain tanaman yang cocok dengan keadaan geografis kecamatan cisarua ini, sektor peternakan juga sangat cocok untuk dikembangkan khususnya untuk ternak sapi perah.

Berdasarkan data dari kantor desa Cibeureum, Keadaan geografis Desa Cibeureum berada di ketinggian 955 dari permukaan laut, dengan suhu minimum dan maksimum 180C sampai 220C. Jarak pusat pemerintahan Desa Cibeureum dengan ibu kota Negara (Jakarta) sejauh 82 Km, jarak dengan ibu kota Provinsi sejauh 93 Km. Curah hujan dalam jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak adalah 90 sampai 100 mm/hari, sementara debit curah hujan 2600/4600 mm/tahun.

Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Penduduk yang terdapat didesa Cibeureum ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada Tabel 6, proporsi jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan walaupun perbedaannya tidak secara signifikan. Jumlah penduduk di desa Cibereum ini tahun 2010 mencapai 14.675 orang.

Tabel 6 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua bedasarkan jenis kelamin tahun 2003-2010

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2003 5 395 5 167 10 562

2 2004 6 200 5 594 11 794

3 2005 6 829 6 304 13 133

4 2006 7 469 6 694 14 163

5 2007 7 205 7 116 14 321

6 2008 7 579 6 904 14 483

7 2009 7 475 6 995 14 470

8 2010 7 649 7 026 14 675

Sumber: data desa Cibeureum (2010).

(42)

sedangkan sebanyak 2.945 penduduk berada di usia tidak produktif yaitu usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas. Berdasarkan Tabel 7 dapat terlihat bahwa penduduk yang berusia 40-44 tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak di desa ini yaitu sebanyak 1.880.

Tabel 7 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan usia pada tahun 2010

No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-4 604 457 1 061

2 5-9 659 641 1 300

3 10-14 249 235 484

4 15-19 639 445 1 084

5 20-24 436 429 865

6 25-29 421 449 870

7 30-34 427 538 965

8 35-39 937 853 1 790

9 40-44 949 931 1 880

10 45-49 675 557 1 232

11 50-54 610 540 1 150

12 55-59 651 710 1 361

13 60-64 218 210 428

14 Lebih dari 65 tahun 45 55 100

Sumber : data desa Cibeureum (2010).

(43)

Tabel 8 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan mata pencaharian tahun 2010

No Mata pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Peternak 178 21,2919

2 Petani 545 65,1914

3 Buruh tani 113 13,5167

Jumlah 836 100

Sumber : data desa cibeureum (2010).

Keadaan Peternakan Desa Cibeureum di Kecamatan Cisarua

Peternakan di wilayah Cibeureum ini terdiri dari peternakan sapi perah dan peternakan domba. Peternakan sapi perah merupakan peternakan terbesar yang dikembangkan dibandingkan dengan peternakan domba. Sektor peternakan sapi perah mulai banyak di kembangkan di desa cibereum ini setelah adanya bantuan dari pemerintah yaitu berupa bibit sapi perah sehingga penduduk yang awalnya berkegiatan di bidang pertanian mulai beralih mengembangkan usaha ternak sapi perah.

Sapi perah yang banyak di kembangkan di desa ini adalah jenis sapi perah

fries holland. Desa Cibeureum yang terletak pada ketinggian 955 m di atas permukaan laut. Menurut Ako (2013), jenis sapi FH (fries holland) cenderung lebih baik dipelihara pada daerah-daeran beriklim dingin atau di daerah-daerah ketinggian lebih dari 800 m dari permukaan laut. Kebanyakan penduduk yang mengusahakan peternakan sapi perah ini merupakan skala peternak kecil yang hanya memiliki sapi sebanyak 2 ekor. Perkembangan peternakan sapi perah ini, tidak lepas dari adanya KUD yang bergerak sebagai penampung dan juga pemasar dari susu sapi perah sehingga penduduk yang mengusahakan peternakan sapi perah tidak kesulitan dalam memasarkan susu sapi perah.

Gambaran Umum KUD Giri Tani

Gambar

Tabel 1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto
Tabel 3  Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di  provinsi Jawa Barat tahun 2007-2013
Tabel 4  Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten  yang terdapat di        Jawa Barat tahun 2006 – 2011
Gambar 1  Elastisitas produksi dan daerah-daerah produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan dengan Uji Tukey diperoleh perbedaan rerata hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah antara

bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Perubahan nomenklatur

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) …(1) Setelah proses kalsinasi, batu kapur didinginkan dalam furnance sampai suhu menunjukkan suhu ruang karena penurunan panas yang

Sintesis hidroksiapatit dengan bahan baku limbah kulit kerang lokan melalui jalur PCC memberikan hasil terbaik dengan suhu 140 o C, dibandingkan dengan suhu 160 o

Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 7 hari perwatan... Data Persentase Jumlah

Sebagian besar masyarakat Purwakarta berada di pinggiran kota atau di pedesaan. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di pinggiran kota atau di pedesaan kurang banyak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dinamika vegetasi dalam repong damar dengan lokasi penelitian di Pekon Pahmungan dan Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menanamkan kesadaran Pluralisme agama kepada para santri melalui; pertama, penanaman Aqidah Islamiyah yang kuat sebagai pondasi