• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Penerimaan Usahaternak

Penerimaan usahaternak terbagi menjadi 2 yaitu penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai (penerimaan yang diperhitungkan). Penerimaan tunai yaitu berasal dari penjualan susu ke koperasi dan penerimaan tidak tunai berasal dari konsumsi keluarga. Penerimaan tidak tunai perlu dimasukkan agar dapat mengetahui penerimaan keseluruahan yang diperoleh dari usahaternak tersebut jika konsumsi untuk keluarga juga di jual ke koperasi.

Tabel 21 Rata-rata penerimaan harian peternak responden tahun 2014

Komponen penerimaan

Skala kecil Skala sedang Skala besar

Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%) Nilai Persentase % 1. Penjualan susu ke koperasi 104140 99.66 192529.17 98.97 1032380 99.64 2. Produksi susu untuk konsumsi keluarga 352.6 0.34 1995.85 1.03 3690 0.36 total penerimaan total penerimaan/ST 104492.6 65 307.8 100 194525.02 59 853.8 100 1036070 56 926.9 100

Berdasarkan Tabel 21, penerimaan dari hasil penjualan susu ke koperasi mempunyai persentase paling tinggi dibandingkan dengan produksi susu untuk konsumsi keluarga baik bagi peternak skala kecil, sedang dan besar. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu peternak tidak banyak setiap harinya. Peternak cenderung lebih memilih untuk menjual semua produksi susunya. Kebanyakan dari peternak justru tidak suka untuk mengkonsumsi susu, kalaupun di konsumsi biasanya susu diberikan kepada anak mereka yang masih kecil.

Peternak dengan skala kecil mendapatkan penerimaan yang paling besar per satuan ternaknya yaitu Rp 65 307.8 dibandingkan dengan skala sedang dan besar. Jika dilihat dari penerimaan susu untuk konsumsi keluarga, peternak dengan skala kecil mempunyai penerimaan yang paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa peternak skala kecil cenderung lebih banyak menjual susu yang dihasilkan dan hanya sedikit yang dikonsumsi. Penerimaan susu untuk konsumsi keluarga yang paling besar yaitu pada peternak skala besar. Hal ini menunjukkan bahwa peternak skala besar lebih senang mengkonsumsi susu yang dihasilkan dibandingkan dengan skala usaha kecil dan juga sedang.

Struktur Biaya Usahaternak

Biaya merupakan komponen yang mempengaruhi pendapatan peternak. biaya yang digunakan dalam usahaternak sapi perah ini terbagi menjadi 2 yaitu biaya tunai dan tidak tunai. Penjelasan masing-masing biaya yang digunakan oleh peternak adalah sebagai berikut.

a. Biaya tunai

Dalam usahaternak yang dijalankan oleh anggota peternak KUD Giri Tani ini, yang dimaksud dengan biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak untuk membeli input atau membayar pemakaian jasa terkait dengan usahaternak sapi perah. Berdasarkan Tabel 22, total biaya tunai yang dikeluarkan peternak untuk usahaternak skala kecil yaitu Rp 92 857.7/hari, untuk skala sedang yaitu Rp 148 478/hari dan skala besar yaitu Rp 575 335.4/hari. Berdasarkan biaya tunai yang dikeluarkan, peternak dengan skala usaha besar mempunyai biaya paling rendah. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala usaha besar per satuan ternaknya yaitu Rp 24 022.4/ ST dengan rata-rata kepemilikan sapi perah sebesar 23.95 ST. Peternak dengan skala usaha kecil memiliki biaya tunai yang paling besar yaitu Rp 45 296.4/hari/ST dengan jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah sebesar 2.05 ST. Komponen-komponen penyusun biaya tunai usahaternak sapi perah yaitu: 1. Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan tambahan bagi sapi perah. Konsentrat yang digunakan sebagai pakan bagi sapi perah bervariasi. Jenis konsentrat yang digunakan antara lain yaitu BRM, GT, dedak, polar, ampas tahu, tepung jagung dan singkong. Berdasarkan Tabel 22, biaya untuk pakan konsentrat memiliki persentase paling tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan biaya tunai lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrat merupakan faktor penting dalam produktivitas susu ternak. Biaya konsentrat untuk skala kecil yaitu Rp 84 420 atau Rp 41 180,5/hari/ST. Biaya konsentrat untuk skala sedang yaitu Rp 135 557.1 atau Rp 28 241.1/hari/ST. Biaya konsentrat untuk skala besar yaitu Rp 513 304 atau 21 432.3/hari/ST. Berdasarkan biaya konsentrat yang diperoleh per satuan ternaknya, usahaternak skala kecil memiliki biaya konsentrat yang paling tinggi dan usahaternak skala besar memiliki biaya konsentrat yang paling rendah. 2. Obat-obatan, IB

Obat-obatan biasa diberikan bagi ternak yang sakit dan tidak dapat ditangani sendiri oleh peternak atau memerlukan bantuan medis. IB atau inseminasi buatan juga tidak dapat dilakukan sendiri oleh peternak sehingga diperlukan bantuan medis jika ingin menginseminasi sapi perah. Biaya yang

diperlukan untuk keperluan obat-obatan dan inseminasi buatan tidak begitu besar. biaya obat-obatan dan IB untuk usahaternak skala kecil yaitu sebesar Rp 600 atau Rp 292.68/hari/ST. Biaya obat-obatan dan IB untuk usahaternak skala sedang yaitu sebesar Rp 1550.2 atau Rp 379.95/hari/ST dan biaya untuk usahaternak skala besar yaitu Rp 8 165.8 atau Rp 340.95 hari/ST. Berdasarkan biaya obat-obatan dan IB per satuan ternaknya, usahaternak skala sedang mempunyai biaya yang paling besar dan skala usaha kecil memiliki biaya yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena kebanyakan peternak skala usaha kecil melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit dengan cara tradisonal.

3. Transportasi

Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan peternak dalam menjalankan usaha ternaknya antara lain yaitu biaya transportasi untuk mengambil rumput dan mengambil konsentrat di KUD. Selain itu juga bagi beberapa kelompok yang menyetorkan susunya dengan sistem loper, maka dikenakan biaya transportasi yaitu Rp 50/liter susu. Biaya yang dikeluarkan untuk transportasi usahaternak skala kecil yaitu Rp 4 185/hari, skala usaha sedang yaitu Rp 7 141.6/hari dan skala besar yaitu Rp 43 000. Biaya transportasi untuk usahaternak skala besar paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan alat transportasi yang digunakan yaitu berupa mobil yang memerlukan lebih banyak bensin. Biaya transportasi yang paling kecil yaitu usahaternak skala kecil. Hal ini dikarenakan beberapa peternak skala kecil hanya menggunakan motor untuk mengambil rumput dan pakan konsentrat di KUD. Lokasi mencari rumput juga tidak jauh dari tempal tinggal mereka sehingga biaya yang dikeluarkan untuk bensin tidak besar.

4. Vaselin

Vaselin merupakan bahan pelicin yang digunakan pada saat proses pemerahan dilakukan. Kegunaan vaselin ini adalah untuk melicinkan ambing sehingga memudahkan proses pemerahan. Biaya yang dikeluarkan untuk vaselin ini tidak terlalu besar. Untuk usaha ternak skala kecil, biaya yang dikeluarkan untuk vaselin yaitu Rp 866.7/hari atau Rp 422.78/ST. Biaya vaselin untuk usahaternak skala sedang yaitu Rp 995.4/hari atau Rp 243.97/ST dan biaya vaselin usahaternak skala besar yaitu Rp 3 800/hari atau Rp 158.66 ST. Berdasarkan ketiga usahaternak tersebut, usahaternak skala kecil mempunyai biaya vaselin per satuan ternak yang paling tinggi dibandingkan yang lain.

5. Listrik

Biaya listrik yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penerangan kandang sapi. Biaya listrik yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala usaha kecil yaitu Rp 2 333.3/hari. Biaya untuk skala sedang dan besar berturut-turut adalah Rp 2 465.3 dan 3 000/hari. Berdasarkan biaya listrik yang dikeluarkan, usahaternak skala besar memiliki biaya yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan kandang yang ukurannya lebih luas dibandingkan dengan skala usaha lainnya membutuhkan penerangan lampu lebih banyak sehingga biaya listriknya pun paling tinggi.

6. Iuran ke koperasi

Iuran ke koperasi ini merupakan iuran wajib dan sukarela. Iuran wajib yang ditetapkan oleh koperasi yaitu sebesar Rp 1 000/bulan dan iuran sukarela yaitu sebesar Rp 15/liter dan dibayarkan setiap 1 bulan. Untuk iuran sukarela jumlahnya berbeda-beda antara anggota peternak yang satu dengan yang lainnya tergantung dari besarnya produksi. Biaya iuran koperasi yang dikeluarkan oleh usaha ternak skala kecil yaitu Rp 414.3, biaya iuran yang dikeluarkan oleh usaha ternak skala sedang yaitu Rp 737.7 dan untuk skala besar yaitu Rp 3810.3. Biaya iuran yang dikeluarkan oleh usahaternak skala besar ini paling tinggi dibandingkan dengan skala kecil dan sedang. Hal ini dikarenakan tingginya produksi susu yang dihasilkan. 7. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan peternak kepada negara. Pajak yang dikenakan yaitu pajak untuk kandang sapi perah. Besarnya pajak yang dikenakan pada peternak masing-masing skala berbeda-beda. Biaya pajak paling besar dikeluarkan oleh peternak dengan skala besar yaitu sebesar Rp 255.3. Hal ini dikarenakan ukuran kandang dari peternak skala usaha besar lebih besar dibandingkan 2 skala lainnya. Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah kepemilikan rata-rata sapi perah skala besar yaitu 23.95. Ukuran kandang yang lebih besar menyebabkan biaya pembuatan menjadi tinggi dan harga jualnya pun menjadi tinggi sehingga pajak yang dibebankan menjadi tinggi.

b. Biaya tidak tunai

Biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan) yaitu biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh peternak untuk usaha ternaknya namun harus tetap dihitung untuk mengetahui keuntungan total dari usaha ternak tersebut. Berdasarkan Tabel 22, total biaya tidak tunai untuk peternak dengan skala usaha kecil yaitu Rp 61 602/hari. Total biaya tidak tunai untuk peternak dengan skala usaha sedang yaitu Rp 97 572.2/hari dan biaya untuk peternak skala besar yaitu Rp 155 204.4/hari. Total biaya tidak tunai yang paling besar yaitu dikeluarkan oleh peternak skala kecil yaitu Rp 30 049.8/hari/ST sedangkan total biaya tidak tunai yang paling kecil dikeluarkan oleh peternak dengan skala besar yaitu Rp 6 480.4/hari/ST. Hal ini dikarenakan peternak dengan skala besar lebih banyak mengeluarkan biaya tunai dibandingkan biaya tidak tunai.

1. Rumput

Rumput merupakan pakan utama untuk sapi perah. Rumput yang digunakan bersumber dari lahan sendiri dan rumput liar. Peternak tidak melakukan pembelian rumput sehingga biaya pembelian rumput digolongkan kedalam biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan). Peternak melakukan pembelian rumput pada saat-saat tertentu saja seperti pada saat hari raya ataupun memiliki acara keluarga yang tidak dapat ditinggalkan. Perhitungan biaya untuk rumput perlu dilakukan agar peternak mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan jika peternak membeli rumput tersebut. Perhitungan harga untuk rumput yaitu berdasarkan harga per ikat dengan harga Rp 3 000 dan per ikat yaitu setara dengan 20 kg sehingga harga yang digunakan dalam perhitungan yaitu Rp 150 per kg.

Biaya yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala usaha ternak kecil yaitu Rp 13 950/hari atau Rp 6 804.88/hari/ST. Biaya rumput yang dikeluarkan peternak skala usaha sedang yaitu Rp 21 609.4/hari atau Rp 4 501.95/hari/ST. Biaya rumput yang dikeluarkan oleh peternak skala besar yaitu Rp 109 132.5/hari atau Rp 4 556.7/hari/ST. Berdasarkan biaya rumput yang dikeluarkan peternak per satuan ternak, skala usaha kecil memiliki biaya rumput yang paling tinggi dibandingkan lainnya. Hal ini dikarenakan harga rumput yang tidak mahal sehingga peternak dengan skala usaha kecil lebih memilih menggunakan pakan rumput lebih banyak. Untuk peternak dengan skala usaha sedang dan besar memiliki biaya yang hampir sama untuk penggunaan rumput.

Peternak dengan skala usaha kecil cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pakan. Hal ini dikarenakan pola pikir dari peternak yang beranggapan jika pemberian pakan semakin tinggi maka hasil yang didapatkan semakin banyak.

2. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

Kegiatan usaha ternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD giri tani ini rata-rata di jalankan dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dikarenakan usahaternak sapi perah yang mereka jalankan merupakan mata pencaharian pokok. TKDK dikategorikan sebagai biaya tidak tunai karena peternak tidak mengeluarkan biaya untuk menggaji tenaga kerja karena semua kegiatan usahaternak dikerjakan sendiri. Peternak tetap harus memperhitungkan biaya ini untuk mengetahui pendapatan usahaternak yang sebenarnya ketika dijalankan dengan menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Upah yang diberikan kepada tenaga kerja dalam keluarga yaitu dengan sistem upah yang berlaku bagi peternak yang mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga. Nilai tersebut diambil dari rata- rata gaji yang diterima oleh tenaga kerja luar keluarga selama satu hari.

Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluarga peternak skala kecil yaitu Rp 30 422.2/hari atau Rp 14 840,1/hari/ST. Biaya TKDK yang dikeluarkan peternak skala sedang yaitu Rp 40 214.9/hari atau Rp 8 378.1/hari/ST. Biaya yang dikeluarkan peternak skala besar yaitu Rp 14 720.3/hari atau Rp 614.6/hari/ST. Berdasarkan biaya TKDK yang dikeluarkan peternak per satuan ternaknya, peternak dengan skala usaha kecil mengeluarkan biaya yang paling tinggi. Hal ini karenakan semua kegiatan yang dijalankan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan biasanya tidak dikerjakan sendiri tetapi bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain. Biaya tenaga kerja dalam keluarga yang paling rendah yaitu untuk peternak dengan skala usaha besar. Hal ini dikarenakan peternak skala besar lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam menjalankan kegiatan usahaternaknya dan hanya sedikit yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Tidak sedikit juga peternak skala besar yang hanya menggunakan tenaga kerja luar keluarga saja untuk menjalankan usaha ternaknya. Peternak dengan skala usaha besar memliki rata-rata sapi perah sebanyak 23.95 ST. Jumlah ini tergolong kedalam jumlah yang besar sehingga tidak dapat dikerjakan dengan hanya mengandalkan TKDK.

3. Sewa lahan

Sewa lahan dikategorikan kedalam biaya tidak tunai karena peternak mempunyai lahan sendiri tidak menyewa secara langsung. Biaya sewa lahan didasarkan pada biaya sewa yang berlaku di desa Cibeureum. Beberapa peternak ada yang menyewa lahan untuk lahan rumput sehingga perhitungan biaya sewa didasarkan pada rata-rata biaya sewa yang dikeluarkan peternak tersebut. Biaya sewa lahan pertahunnya rata-rata Rp 553 000. Rata-rata biaya sewa lahan antara peternak skala kecil, sedang dan besar hampir sama yaitu Rp 1 520.5/hari, Rp 1 330.4/hari dan Rp 1 520.5/hari.

4. Penyusutan

Penyusutan dikategorikan kedalam biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan karena peternak juga perlu untuk mempertimbangkan biaya perawatan peralatan dan juga kandang setiap bulannya. Perhitungan nilai penyusutan ini dengan menggunakan metode garis lurus yaitu nilai beli peralatan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi dengan umur pakai (umur ekonomis) peralatan tersebut. Penyusutan terdiri dari penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahaternak seperti ember, milk can, sepatu boot, karpet dll. Selain peralatan yang juga mengalami penyusutan adalah kandang dan alat transportasi.

Biaya penyusutan untuk peternak dengan skala kecil, sedang dan besar secara berturut-turut yaitu Rp 15 709.3/hari, Rp 34 417.5/hari dan 29 831.1/hari. Berdasarkan biaya penyusutan yang dikeluarkan, peternak dengan skala besar mengeluarkan biaya penyusutan yang paling besar. Hal ini dikarenakan jumlah peralatan yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan skala lainnya sehingga total biaya penyusutannya juga lebih besar. Tabel 22 Rata-rata biaya harian yang dikeluarkan peternak responden tahun 2014

Keterangan Skala kecil Skala sedang Skala besar Nilai (Rp) Persentase Nilai (Rp) Persentase Nilai (Rp) Persentase

Biaya tunai Konsentrat 84 420 90.91 135 557.1 91.3 513 304 89.2 Obat-obatan, IB 600 0.65 1550.2 1.0 8165.8 1.4 Transportasi 4 185 4.51 7141.6 4.8 43 000 7.5 Vaselin 866.7 0.93 995.4 0.7 3 800 0.7 Listrik 2 333.3 2.51 2465.3 1.7 3 000 0.5 Iuran ke koperasi 414.3 0.45 737.7 0.5 3 810.3 0.7 Pajak 38.4 0.04 30.7 0.0 255.3 0.0

Total biaya tunai 92 857.7 100 148 478 100 575 335.4 100

Biaya tidak tunai

Rumput 13 950 22.64 21 609.4 22.15 109 132.5 70.3 TKDK Sewa lahan 30 422.2 1 520.5 49.38 2.47 40 214.9 1 330.04 41.22 1.4 147 20.3 1 520.5 9.5 1 Penyusutan 15 709.3 25.50 34 417.5 35.3 2 9831.1 19.2

Total biaya tidak

tunai 61 602 100 97 572.2 100 155 204.4 100

Berdasarkan Tabel 22, peternak dengan skala usaha besar lebih efisien dalam menggunakan input-input dalam produksi susu. Hal ini terlihat dari total biaya peternak dengan skala besar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak skala kecil dan sedang per satuan ternaknya. Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak skala usaha besar per satuan ternaknya yaitu Rp 30 502.7/hari sedangkan peternak dengan skala usaha sedang dan skala usaha kecil adalah Rp 51 260.4/hari dan Rp 75 346.2/hari. Peternak kecil mempunyai total biaya yang paling tinggi karena penggunaan input yang tinggi. Pola pikir peternak menganggap bahwa tingginya penggunaan input akan meningkatkan produktivitas. Namun petani tidak memperhitungkan biaya input pakan yang tinggi.

Peternak sapi perah baik skala kecil, sedang maupun besar mengeluarkan biaya terbesar untuk kebutuhan pakan terutama pakan konsentrat. Jika dilihat dari komponen penyusun biaya tunai, konsentrat memiliki persentase yang paling tinggi biayanya dibandingkan dengan biaya-biaya lainnya yaitu dengan rata-rata 90.47%. Pakan rumput juga merupakan salah satu komponen yang mempunyai biaya yang cukup tinggi. Hanya saja untuk skala kecil dan sedang persentase biaya pakan rumput masih lebih rendah dibandingkan dengan persentase biaya tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan untuk peternak skala besar memiliki persentase biaya rumput lebih tinggi dibandingkan dengan persentase biaya tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan. Hal ini menunjukkan bahwa pakan merupakan input utama bagi sapi perah dalam menghasilkan susu sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.

Pendapatan Usahaternak

Pendapatan dikategorikan menjadi 2 yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya. Pendapatan atas biaya total yaitu total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya tota (biaya tidak tunai termasuk didalamnya). Pendapatan atas biaya total perlu dihitung untuk mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh usahaternak tersebut apabila terus dijalankan. Pendapatan atas biaya tunai perlu dihitung untuk mengetahui apakah peternak mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan tersebut.

Tabel 23 Rata-rata pendapatan harian peternak responden tahun 2014

Keterangan Nilai (Rp)

Skala kecil Skala sedang Skala besar Penerimaan 104 492.6 194 525.02 1 036 070

Biaya tunai 92 857.7 148 478 575 335.4

Biaya tidak tunai 61 602 97 572.2 155 204.4

Total biaya 154 459.7 246 050.2 730 539.8

Pendapatan atas biaya tunai 11 634.9 46 047.02 460 734.6 Pendapatan atas biaya total -49 967.1 -51 525.18 305 530.2

R/C atas biaya tunai 1.13 1.31 1.80

Berdasarkan Tabel 21, peternak dengan skala usaha kecil memiliki penerimaan paling besar per satuan ternaknya dibandingkan dengan peternak skala sedang dan besar. Begitu juga dengan biaya yang dikeluarkan baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai. Peternak dengan skala usaha kecil mengeluarkan total biaya yang lebih besar dibandingkan dengan peternak skala sedang dan besar. Namun, jika dilihat dari perhitungan nilai pendapatan atas biaya tunai, peternak dengan skala kecil mempunyai pendapatan yang paling rendah per satuan ternaknya yaitu Rp 5 675. Peternak dengan skala besar memiliki nilai pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 19 237.35 dan peternak dengan skala sedang mempunyai pendapatan atas biaya tunai yaitu sebesar Rp 9 593.13. Pendapatan atas biaya tunai yang paling besar per satuan ternaknya yaitu peternak dengan skala besar. Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa pendapatan peternak atas biaya tunai bernilai positif artinya usahaternak yang dijalankan tersebut masih menguntungkan. Berbeda halnya dengan pendapatan peternak atas biaya total. Peternak dengan skala kecil dan sedang mendapatkan pendapatan yang negatif artinya usahaternak yang dijalankan tidak mendapatkan keuntungan. Peternak dengan skala besar mempunyai nilai pendapatan atas biaya total yang positif artinya usaha ternak yang dijalankan dalam skala besar memberikan pendapatan yang positif atau dapat memberikan keuntungan.

Perhitungan efisiensi usaha yang digunakan untuk mengukur usaha ternak yang dijalankan oleh peternak responden KUD Giri Tani yaitu dengan menggunakan rasio R/C (revenue cost ratio). Berdasarkan Tabel 23 R/C ratio atas biaya tunai untuk usaha ternak skala kecil, sedang dan besar memiliki nilai yang lebih besar dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak yang dijalankan oleh peternak efisien atau menguntungkan untuk dijalankan. Dikatakan efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh. Artinya dalam mengalokasikan faktor input sudah secara efisien sehingga biaya dapat ditekan dan menghasilkan penerimaan yang tinggi pada kondisi produksi susu tertentu.

Nilai R/C ratio atas biaya total untuk usahaternak skala kecil dan sedang yaitu bernilai kurang dari 1 yaitu 0.68 dan 0.79. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak yang dijalankan tidak efisien atau tidak menguntungkan jika diusahakan dengan menggunakan biaya tidak tunai. Hal ini dikarenakan biaya yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya. Peternak dengan skala besar memiliki nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 yaitu 1.42. Hal ini berarti usaha ternak sapi perah dengan skala besar sudah efisien atau menguntungkan untuk dijalankan.

Berdasarkan nilai R/C ratio atas biaya total yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa usahaternak yang dijalankan dalam skala besar lebih efisien dan menguntungkan. Penggunaan input-input dapat ditekan sehingga biaya yang dikeluarkan rendah dan dapat menghasilkan penerimaan yang tinggi pada tingkat output tertentu. untuk usaha ternak yang dijalankan dengan skala kecil dan sedang juga memberikan keuntungan ditingkat peternak yang mengusahakannya. Namun, dapat dikatakan bahwa untuk usaha yang dijalankan tidak menguntungkan jika dijalankan oleh peternak lain dengan menggunakan biaya tidak tunai sebagai biaya tunai.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Heriyatno 2009), yang juga membagi peternak kedalam 3 skala usaha yaitu peternak rakyat, kecil dan sedang

yang mempunyai nilai penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya total. Hal tersebut berarti pendapatan atas biaya total bernilai positif baik untuk skala rakyat, kecil dan sedang. Begitu juga dengan nilai R/C untuk ketiga skala tersebut yang bernilai lebih besar dari 1. Biaya merupakan komponen yang dapat mengurangi pendapatan peternak. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Heriyatno, penggunaan pakan konsentrat untuk 3 skala usaha didaerah penelitiannya lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan konsentrat pada peternak anggota KUD Giri Tani untuk semua skala usaha. Dalam penelitiannya, penggunaan konsentrat untuk skala rakyat, kecil, dan sedang secara berturut-turut yaitu 13.2 kg/hari/ST, 11.11 kg/hari/ST, dan 14.7 kg/hari/ST. Sedangkan

Dokumen terkait