• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ujaran Kebencian Terhadap Jokowi pada Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Twitter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ujaran Kebencian Terhadap Jokowi pada Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Twitter"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 4, No 1 Maret 2021

Ujaran Kebencian Terhadap Jokowi pada Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Twitter

Wahyu Maulana1, Mulyadi*2

#Program Studi Ilmu Linguistik, Universitas Sumatera Utara

Jl. Dr. T. Mansur No. 9, Kampus Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia

1wahyuu.maulana@gmail.com

2mulyadi@usu.ac.id

Abstrak— Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis ujaran kebencian apakah yang paling banyak dilontarkan kepada Presiden Jokowi selama masa Pandemi Covid-19 di Indonesia dengan menggunakan teori tindak tutur. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan akun Twitter Developer dan melakukan pemrograman dengan Python. Melalui analisis dapat dilihat bahwasanya dari keseluruhan data yang diambil melalui Twitter, 5% tweet yang menggunakan keyword “jokowi”

merupakan ujaran kebencian. Analisis yang dilakukan adalah untuk melihat bentuk ujaran kebencian dengan menggunakan pengelompokan penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi atau menghasut, dan menyebarkan berita bohong. Melalui studi ini, dapat diketahui bahwasanya bentuk ujaran kebencian yang paling banyak ditujukan kepada Presiden Jokowi adalah perbuatan tidak menyenangkan.

Kata kunci--- ujaran kebencian, tindak tutur, Twitter, Covid-19, Jokowi

I. PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah menjadi sebuah momok bagi masyarakat selama beberapa minggu terakhir.

Dalam berita maupun media sosial, pihak pemerintah sering disalahkan karena lalai mengantisipasi pandemi Covid-19. Sebagai figur dengan jabatan tertinggi pemerintahan, Presiden Joko Widodo mendapat perhatian masyarakat Indonesia dan dunia dalam penanganan wabah Covid-19.

Masyarakat yang mulai menerapkan kampanye

#StayAtHome, #WorkFromHome, #StudyAtHome, dan

#Lockdown, mulai menampakkan bentuk ujaran kebencian kepada presiden dan jajarannya. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus dalam kajian ujaran kebencian yang datanya dikumpulkan dari Twitter. Data yang diambil berupa tweet yang menggunakan kata kunci ‘Jokowi’ dan

#Jokowi.

Pengumpulan data melalui media sosial Twitter diawali dari pemberitaan media massa yang mulai memberitakan Joko Widodo sebagai pihak yang paling bertanggung

Indonesia. Kelalaian inilah yang membuat angka kematian dari Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.

Pemberitaan media massa mulai memancing masyarakat melakukan kritik atas kelalaian presiden dan jajarannya melalui media sosial. Salah satu media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia adalah Twitter. Sebagai perbandingan, media sosial seperti Instagram dan Facebook tidak menjadi kajian dalam penelitian ini karena Instagram berfokus kepada foto dan pengguna Facebook tidak melakukan postingan yang berfokus dalam bentuk tulisan. Setiap tweet yang menggunakan kata kunci ‘Jokowi’ dan #Jokowi dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis ujaran kebenciannya.

Dalam surat Edaran Kapolri NOMOR SE/06/X/2015 tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech) dijelaskan pengertian tentang ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang di atur dalam KUHP dan ketentuan pidana lainnya di luar KUHP yang berbentuk antara lain:

1) Penghinaan

2) Pencemaran nama baik, 3) Penistaan

4) Perbuatan tidak menyenangkan 5) Memprovokasi atau menghasut 6) Menyebarkan berita bohong

Analisis ujaran kebencian berdasarkan surat edaran POLRI ini juga sudah dilakukan sebelumnya oleh [1]

yang sekaligus menjelaskan bentuk bahasa dan makna dalam ujaran kebencian. Lebih lanjut lagi, [2] juga melakukan penelitian serupa dengan metode kualitatif deskriptif tentang masalah politik, sosial, ekonomi, dan agama. Dalam analisisnya, [2] memaparkan tentang Tindak Tutur Ilokusi (TTI) dalam ujaran kebencian.

Ujaran kebencian menurut [3] adalah merupakan segala bentuk tindak tutur (tuturan, tulisan, simbol, gambar, bahasa tubuh, dll) yang mengekspresikan kebencian dalam bentuk verbal. Dalam jurnalnya, [3] menjelaskan tentang mekanisme komunikasi yang terdiri dari tiga poin:

• Communication Technique

(2)

Selanjutnya, tindak tutur dianalisis lebih lanjut dengan proses komunikasi yang terdiri dari 25 bentuk ujaran kebencian:

TABEL 1

BENTUK UJARAN KEBENCIAN DALAM [3]

Animalization Militarization Banalization Nationalization Criminalization Patronization Dehumanization Physiognomization

Demonization Polarization

Denigration Racialization

Ethnicization Reification Exclusion from citizenship Religionization

Humiliation Radicalization

Infantilization Sensationalization Intimidation Sexualization Minimalization Victimization Missionization

Mekanisme dan Proses Komunikasi yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam RADAR Guidelines [4]

dihadirkan untuk kemudahan dalam proses analisis ujaran kebencian dalam kajian Linguistik Forensik di Uni Eropa.

Dalam penelitian ini, [4] menjelaskan tentang bentuk ujaran kebencian dalam masalah rasisme dalam bahasa Inggris dan Italia.

Berbeda dengan [2] yang menganalisis ujaran kebencian tentang masalah politik, sosial, ekonomi, dan agama di kolom komentar Facebook yang memaparkan temuan tentang bentuk Tindak Tutur Ilokusi, landasan teori yang digunakan adalah teori tindak tutur yang dicetuskan oleh [5] dan dikembangkan oleh [6] . Tindak tutur ilokusi menjadi fokus dalam [2] yang kemudian dipaparkan dalam bentuk deskriptif. Pembagian bentuk ujaran kebencian yang dilakukan juga didasari oleh bentuk ujaran kebencian dalam Edaran Kapolri NOMOR SE/06/X/2015. Penelitian mengenai tindak tutur telah dilakukan oleh [7]–[10] dengan temuan yang beragam.

Penelitian ujaran kebencian juga dilakukan dengan pendekatan linguisitk forensik untuk menganalisis makna semantik dan pragmatik dalam ujaran “bau ikan asin” [11].

Pembagian bentuk ujaran kebencian ini juga diterapkan oleh [1] yang mengkaji bentuk dan makna ujaran kebencian. Referensi [1] menjelaskan bentuk dan makna ujaran kebencian bahasa Indonesia secara umum yang diambil dari berbagai sumber sebagai contoh kasus.

Dalam analisis ujaran kebencian, Edaran Kapolri NOMOR SE/06/X/2015 tentang Ujaran Kebencian digunakan sebagai landasan untuk melakukan klasifikasi tiap-tiap ujaran kebencian yang muncul. Pada kesempatan ini, peneliti menambahkan aplikasi teori tindak tutur sebagai landasan kebahasaan dalam ujaran kebencian yang ada pada tweet yang ditujukan kepada Jokowi.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besar presentase ujaran kebencian yang ditujukan kepada Jokowi dalam media sosial Twitter?

2. Apa saja jenis ujaran kebencian yang ditujukan kepada Jokowi dalam media sosial Twitter?

II. METODE

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari bentuk ujaran kebencian kepada presiden Jokowi terkait pandemi Covid-19 dalam media sosial Twitter. Bentuk tweet yang dinilai mengandung ujaran kebencian namun tidak terkait dengan pandemi Covid-19 tidak akan dimasukkan sebagai data.

Metode penelitian yang dilakukan adalah Kualitatif Deskriptif yang akan memaparkan temuan yang dijabarkan dalam deskripsi yang berupa uraian kata-kata [12] . Selanjutnya, temuan divisualisasikan untuk memberikan pemahaman lebih praktis tentang bentuk ujaran kebencian manakah yang paling banyak diujarkan kepada Jokowi dalam media sosial Twitter.

A. Text Mining

Pengumpulan data dilakukan melalui media sosial Twitter dengan melakukan pencarian kata kunci Jokowi.

Segala ujaran kebencian dengan bentuk penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, atau menyebarkan berita bohong akan dikumpukan dan kemudian direduksi.

Pengumpulan data twitter dengan kata kunci ‘Jokowi’

dilakukan dengan menggunakan Twitter API. Untuk menggunakan dan mengakses Twitter API, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada pihak Twitter untuk membuat akun Twitter Developer.

Akun Twitter Developer yang sudah dikonfirmasi kemudian dijadikan sebagai awal untuk memulai pengumpulan data melalui Twitter. Peneliti menggunakan Python untuk membuat algoritma pencarian dengan menggunakan kata kunci ‘Jokowi’ dalam fitur pencarian Twitter.

Tujuan penggunaan Twitter API dan Python adalah untuk memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Mengingat menggunakan akun Twitter pribadi akan menggunakan waktu yang lama dan dinilai kurang efektif, fitur Twitter API memberikan akses kepada peneliti untuk langsung mengunduh tweet dalam bentuk text.

Selain itu, dengan menggunakan fitur ini, tweet yang diunduh dipaparkan tanpa fitur Retweet yang ada di Twitter sendiri. Mengecualikan Retweet dalam tiap tweet bertujuan untuk menghindari duplikasi data. Lebih lanjut lagi, tweet yang diambil sebagai data juga bukan merupakan bentuk Reply atau balasan. Jadi, tweet yang diambil adalah teks yang dibuat oleh pengguna akun dan mengandung kata kunci ‘Jokowi’.

(3)

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 Juni 2020 dan berjumlah 500 tweet. Tweet diunduh dalam

format .csv untuk memudahkan peneliti mengambil teks dalam tiap-tiap tweet.

Gambar. 1 Hasil dari tweet yang diunduh dengan kata kunci 'jokowi' yang ditampilkan dalam format .csv

Hasil dari tweet yang diunduh ditampilkan dalam format .csv yang terdiri atas beberapa kolom. Kolom yang diambil oleh peneliti adalah kolom 4 yang memuat tweet dari pengguna. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengkonversi tweet di kolom 4 ke dalam format .txt. Langkah uni dilakukan untuk persiapan lanjutan sebelum melakukan text cleaning.

B. Text Cleaning

Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis, hasil teks yang diunduh dibersihkan. Dikarenakan unduhan text dalam format .csv tidak memberikan data text yang mudah dibaca, maka peneliti menggunakan tweet- preprocessor [13] untuk membersihkan tiap URL, nama pengguna, dan beberapa simbol turunan dari tweet.

Gambar. 2 Hasil tweet yang sudah dibersihkan ke dalam format .txt

Tiap tweet yang mengandung kata kunci ‘Jokowi’

kemudian direduksi. Reduksi data dilakukan dengan menganalisis ujaran kebencian antara kata kunci Jokowi dan kasus pandemi Covid-19 yang saat ini sedang menjadi fenomena. Ujaran kebencian terhadap Jokowi yang tidak

berkaitan dengan pandemi Covid-19 di Indonesia akan dikecualikan dan tidak dimasukkan dalam data.

(4)

C. Klasifikasi Ujaran Kebencian

Data yang sudah direduksi kemudian diklasifikasi dalam bentuk-bentuk ujaran kebencian dan dianalisis tindak tutur ilokusinya. Bentuk ujaran kebencian yang akan dianalisis dalam tweet yang mengandung ujaran kebencian yaitu:

1. Penghinaan

2. Pencemaran nama baik 3. Penistaan

4. Perbuatan tidak menyenangkan

5. Memprovokasi atau menghasut 6. Menyebarkan berita bohong.

Berdasarkan bentuk tindak tutur ilokusi yaitu:

1. Asertif 2. Direktif 3. Komisif 4. Ekspresif

TABEL 2

CONTOH KLASIFIKASI UJARAN KEBENCIAN DENGAN KATA KUNCI ‘JOKOWI

No. Tweet Bentuk Ujaran

Kebencian

Bentuk Tindak Tutur Ilokusi 1 Om @DivHumas_Polri @CCICPolri @jokowi Gimana ini??? Dimana

kepedulian kalian terhadap pemberantasan korupsi? Oh atau jangan2 kalian oknumnya itu sendiri... Ya Kalo engga ya jangan tersungging

#COVID19 #Covid_19

Pencemaran nama baik

Asertif

2 Pemerintahan @jokowi sudah terlambat dlm mendeteksi Covid-19 karena pejabatnya sibuk berkelakar. Pas penanganannya pun tidak melockdown tapi malah PSBB. PSBB yg harusnya diperpanjang dan lebih diketatkan lagi malah sibuk dengan New Normal

Perbuatan tidak menyenangkan

Asertif

3 Dana covid ini di mulut presiden Trilliunan faktanya di mulut masyarakat mayoritas bilang ratusan ribu sj pada susah. Mengalir dimanakah dana covid trsebut

Memprovokasi atau menghasut

Asertif

4 Partai dan pengurus partai mencoba juga melawak tapi sayangnya tidak lucu. 11 12 dengan dng @jokowi yg ingin memutus rantai covid 19 tapi sibuk dng new normal saat angka kasus positif seribuan perharinya

Perbuatan tidak menyenangkan

Asertif

5 Ingin mengendalikan Covid-19 tapi menyiapkan new normal saat angka kasus positif perharinya seribu lebih? Sedang melawak pak?

Perbuatan tidak menyenangkan

Asertif

Klasifikasi dalam tiap tweet disesuaikan dengan bentuk ujaran kebencian yang ada dalam tweet. Untuk analisisnya, parameter dalam tiap-tiap ujaran kebencian ditandai dan ditentukan untuk dianalisis lebih lanjut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 500 tweet yang dianalisis, ditemukan 25 tweet yang mengandung ujaran kebencian kepada Jokowi.

TABEL 3

UJARAN KEBENCIAN DALAM TWEET YANG DIUNDUH

1

Om @DivHumas_Polri @CCICPolri @jokowi Gimana ini??? Dimana kepedulian kalian terhadap pemberantasan korupsi? Oh atau jangan2 kalian oknumnya itu sendiri... Ya Kalo engga ya jangan tersungging #COVID19 #Covid_19

2

Pemerintahan @jokowi sudah terlambat dlm mendeteksi Covid-19 karena pejabatnya sibuk berkelakar. Pas penanganannya pun tidak melockdown tapi malah PSBB. PSBB yg harusnya diperpanjang dan lebih diketatkan lagi malah sibuk dengan New Normal 3

Dana covid ini di mulut presiden Trilliunan faktanya di mulut masyarakat mayoritas bilang ratusan ribu sj pada susah. Mengalir dimanakah dana covid trsebut

4

Partai dan pengurus partai mencoba juga melawak tapi sayangnya tidak lucu. 11 12 dengan dng @jokowi yg ingin memutus rantai covid 19 tapi sibuk dng new normal saat angka kasus positif seribuan perharinya 5

Ingin mengendalikan Covid-19 tapi menyiapkan new normal saat angka kasus positif perharinya seribu lebih?

Sedang melawak pak?

6

Presiden akan membuka lahan persawahan baru di tengah pandemi Covid-19 jelas sebagai dalih untuk mengeksploitasi lingkungan.

7

Arahan Presiden Joko Widodo yang meminta penegak hukum mengawasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) agar tidak terjadi perbuatan rasuah dinilai hanya gimmick semata. #President #Jokowi

8

Peringatan Jokowi kepada KPK hingga Kejagung menurut saya hanya merupakan gimmick belaka karena ingin bersembunyi dari amanat Pasal 27 UU Perppu Covid yg mengatur kekebalan pejabat keuangan dlm menjalankan kewenangannya

9

Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia juga sembrono. Semoga tak menjadi malapetaka. Di tengah pandemi pemerintah @jokowi msh sibuk memasukkan TKA dari Cina

10

Dari banyak hal lalu dan khususnya covid ini Kalo kita lihat peta geng. Keliatan banget yah. Terlalu kentara nyoloknya. Jokowi bukan pemersatu gak punya

(5)

kapasitas disitu hanya karena bagi2x ke semua lingkarannya. Spy jokowi aman dikursi. Tenang milih seleranya yg gak jelas.

11

pengadaan barang utk bansos covid adalah arena kejahatan yang paling luar biasa. gila ini. jokowi nampaknya cuma gertak aja. dibawah mah dia diketawain

12

677.2 T boy masker sarung tangan hand sanitizer

semua bayar sendiri. 677.2 T itu kemana Inget boy berkat UU corona pemerintah jadi untouchable sama hukum.

#RakyatKawalDanaCovid

13

pdhl slogannya Jokowi kan bapak pembangunan wannabe. giliran jelas2 kita butuh pembangunan krn covid eh malah gak ada pembangunan sm sekali. hrsnya kan malah dia kerja keras bangun infrastruktur &

struktur ya utk nyiapin tatanan baru ini."

14

Pemerintahan Pak @jokowi ini banyak anehnya seperti kasus Pak Novel dan penanganan Covid-19. Tapi mengeluarkan hashtag memakzulkan beliau ya lebih aneh lagi. Kelihatan sekali pesanannya.

15

Dana kaimana sama fakfak hampir sama soal covid.

Ratusan M. Tp pola penangganan covid gk jelas! Di fakfak uang tdk bs dipertanggung jawabkan..rapid test ksh ke swasta dan hrs bayar. Positif disana 5 org.

Kaimana?!Sama aja!Gk bs dipertanggung jwbkan dananya. @jokowi piye pakde?

16

Penangganan covid di daerah itu di serahkan ke rsud..

dana covid itu di kelola pemerintah daerah. Posisi fakfak jg msh lockdown.. kenapa soal covid itu di lemparnya ke swasta? Sekelas klinik. Ya ujungnya modul uang dan bisnis atas penyakit.

@DivHumas_Polri @KPK_RI @jokowi"

17

Terimakasih pak @jokowi Karena Mengijinkan 500 TKA Asal China Masuk ke Sultra. Tidak usah hiraukan Nasib +- 2 jt Masyarakat yang di PHK akibat covid-19 ini. Yang Penting selamatkan TKA dulu.

18

DPR itu sudah seperti kantor cabang Istana di Senayan.

Tugasnya cuma merestui keputusan dan keinginan Istana... Pandemi dan paras otoriter rezim Jokowi 19

Halah! Kemarin gigit sekarang sikat!\nYang bener yang mana nih!Gigit apa sikat!Angel-angel kremus wae po!

"Jokowi Akan Sikat Penyeleweng Dana Covid-19 ..

20

Pak jokowi duit negara bukan buat nanganin Covid malah bayar "buzzeR". welcome to the new otoriter presiden. Orba two point O

21

Masih terhimpit pandemi Covid-19 ditimpa pula dengan epidemi baru yang bernama PLN. Biaya PLN mendadak naik lebih dari 100%. Mengapa pak

@erickthohir dan pak @jokowi ? Mau mematikan rakyat?

22

Bukan hanya koruptor saja yg ditindak tegas tindak kejahatan lain juga harus ditindak tegas. Jangan tegas kebawah Lemah ke atas...#StopNeoOtoriter

#StopNeoOtoriter

23

Pandemi dan paras otoriter rezim Jokowi Memaksa membahas OBL di saat pandemic

di saat rakyat sedang menghadapi COVID-19

#TolakNeoOtoriter #TolakNeoOtoriter

24

Serangkaian kebijakan pemerintahan Jokowi pada era pandemi Covid-19 dianggap merusak tatanan demokrasi. Katanya negara demokrasi tapi merusak tatanan demokrasi.. #TolakNeoOtoriter

25 Jokowi: Gigit Jika Ada yang Niat Korupsi Dana COVID-19. Sampeyan itu gk py gigi... Ompong..."

Selanjutnya, dari 25 tweet yang mengandung ujaran kebencian akan diambil bentuk ujaran kebencian dan tidak tutur ilokusinya.

1. “Masih terhimpit pandemi Covid-19 ditimpa pula dengan epidemi baru yang bernama PLN. Biaya PLN mendadak naik lebih dari 100%. Mengapa pak @erickthohir dan pak @jokowi ? Mau mematikan rakyat?”

a. Bentuk ujaran kebencian: Perbuatan Tidak Menyenangkan

Dalam data ini ujaran kebencian didapati dalam kalimat

“Mau mematikan rakyat?”. Secara konseptual, kata mematikan bermakna menyebabkan (menjadikan) mati (dalam arti sebenarnya ataupun kiasan) [14]. Pengguna tweet menggunakan kalimat tanya yang berpusat kepada Menteri BUMN Erick Thohir dan Presiden Joko Widodo menganai kenaikan biaya listrik yang terjadi selama masa pandemi.

Pengguna tweet merasa tidak senang dengan keputusan pemerintah yang secara tiba-tiba menarik subsidi listrik rakyat yang tengah berjuang untuk menstabilkan keadaan finansial mereka selama masa pandemi.

b. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi: Ekspresif

Dalam tweet ini, pengguna tweet mengekspresikan perasaan terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi.

Pengguna tweet menyalahkan Erick Thohir dan Joko Widodo atas permasalah kenaikan biaya listrik yang terjadi selama masa pandemi. Tweet ini mengandung tindak tutur ekspresif dengan fungsi menyalahkan (blaming)

2. “Presiden akan membuka lahan persawahan baru di tengah pandemi Covid-19 jelas sebagai dalih untuk mengeksploitasi lingkungan.”

a. Bentuk Ujaran Kebencian: Memprovokasi atau Menghasut.

Dalam tweet ini, ujaran kebencian ditemui dalam

“…dalih untuk mengeksploitasi lingkungan”. Secara konseptual, kata dalih bermakna alasan (yang dicari-cari) untuk membenarkan suatu perbuatan [14] dan kata mengeksploitasi bermakna mengeruk (kekayaan);

memeras (tenaga orang lain) [14].

Pengguna tweet merasa kecewa karena Jokowi membuka lahan persawahan baru di masa pandemi dimana keputusan ini dinilai sebagai alasan yang dibuat- buat untuk menutupi hal yang lain (eksploitasi lingkungan).

b. Tindak Tutur Ilokusi: Asertif

Pengguna tweet mendeskripsikan pernyataan dan mengikat kebenaran atas apa yang dituliskan pada tweetnya. Dalam tweet ini, pengguna menyimpulkan

(6)

bahwa pembukaan lahan dinilai sebagai dalih untuk melakukan eksploitasi sehingga tweet ini mengandung tindak tutur asertif dengan fungsi menyimpulkan (concluding).

3. “Dari banyak hal lalu dan khususnya covid ini Kalo kita lihat peta geng. Keliatan banget yah.

Terlalu kentara nyoloknya. Jokowi bukan pemersatu gak punya kapasitas disitu hanya karena bagi2x ke semua lingkarannya. Spy jokowi aman dikursi. Tenang milih seleranya yg gak jelas.”

a. Bentuk ujaran kebencian: Penghinaan Dalam tweet ini, pengguna tweet menyatakan bahwasanya Jokowi bukanlah pemersatu bangsa dan tidak memiliki kapasitas sebagai seorang presiden. Lebih lanjut lagi, pengguna tweet menyatakan “…karena bagi2x ke semua lingkarannya.” Dimana makna kata “lingkarannya”

adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan Jokowi sendiri.

b. Tindak Tutur Ilokusi: Asertif

Melalui tweet ini, pengguna tweet menyatakan Jokowi bukan seorang pemersatu bangsa dan tidak memiliki kapasitas sebagai seorang presiden sehingga tindak tutur ini memiliki bentuk asertif dengan fungsi menyatakan (stating).

Gambar. 4 Bentuk ujaran kebencian dengan kata kunci ‘jokowi’

Berdasarkan analisis bentuk ujaran kebenciannya, dari 25 tweet ditemukan adanya 5 tweet yang mengutarakan bentuk pencemaran nama baik (20%), 13 bentuk perbuatan tidak menyenangkan (52%), 4 bentuk memprovokasi atau menghasut (16%), dan 3 bentuk penghinaan (12%). Dalam 25 tweet yang dianalisis, peneliti tidak menemukan adanya bentuk penistaan (0%) dan menyebarkan berita bohong/hoax (0%).

Gambar. 5 Tindak tutur ilokusi dengan kata kunci ‘jokowi’

Berdasarkan analisis tindak tutur ilokusinya, peneliti menemukan dua bentuk tindak tutur ilokusi pada seluruh tweet yang mengandung ujaran kebencian. Ditemukan 3 bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif (12%) dan 23 tindak tutur ilokusi asertif (88%). Bentuk tindak tutur ilokusi asertif mendominasi tweet karena wujud dari ujaran kebencian umumnya dilakukan dengan memberikan opini dan pengambilan kesimpulan oleh pengguna akun.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, bentuk ujaran kebencian yang paling banyak diutarakan kepada Jokowi yang berkaitan dengan Covid-19 adalah bentuk perbuatan tidak menyenangkan. Dari segi tindak tutur ilokusinya, bentuk yang paling banyak ada bentuk Asertif.

Dalam melakukan analisis data, peneliti menemukan dari 500 tweet ditemukan adanya 25 tweet yang mengandung ujaran kebencian. 25 tweet ini adalah 5% dari keseluruhan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Angka 5% ini dapat menjadi patokan akan data ujaran kebencian dalam tiap tweet dengan kata kunci ‘Jokowi’ yang berkaitan dengan Covid-19.

Untuk mendapatkan data ujaran kebencian yang lebih besar, maka dibutuhkan data melebihi 500 tweet yang dilakukan oleh peneliti. Untuk menghemat waktu dalam mengumpulkan data melalui Twitter, peneliti menyarankan untuk pengaktifan akun Twitter Developer, dan pengaplikasian Python untuk automasi.

(7)

REFERENSI

[1] L. Syafyahya, “Ujaran Kebencian Dalam Bahasa Indonesia : Kajian Bentuk Dan Makna,” Kongr. Bhs. Indones., pp. 1–19, 2018,

[Online]. Available:

http://repositori.kemdikbud.go.id/10234/1/UJARAN KEBENCIAN DALAM BAHASA INDONESIA.pdf.

[2] D. J. Ningrum, S. Suryadi, and D. E. Chandra Wardhana, “Kajian Ujaran Kebencian Di Media Sosial,” J. Ilm. KORPUS, vol. 2, no.

3, pp. 241–252, 2019, doi: 10.33369/jik.v2i3.6779.

[3] G. B. Klein, “Applied Linguistics to Identify and Contrast Racist

‘Hate Speech’: Cases from the English and Italian Language,”

Appl. Linguist. Res. J., vol. 2, no. 3, pp. 1–16, 2018, doi:

10.14744/alrj.2018.36855.

[4] G. Klein, RADAR Guidelines. Understanding hate-oriented communication and tools for anti-hate communication strategies in an intercultural dimension, no. July 2020. 2016.

[5] J. . Austin, How to Do Things With Words. Oxford University Press, 1962.

[6] S. John R, Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language.

Cambridge: Cambridge University Press, 1969.

[7] S. Hajija, S. Suryadi, and B. Djunaidi, “Tindak Tutur Ilokusi Guru Bahasa Indonesia Pada Proses Pembelajaran Di Kelas Xi Ipa 1 Sman 9 Kota Bengkulu,” J. Ilm. KORPUS, vol. 1, no. 2, pp. 210–

217, 2017, doi: 10.33369/jik.v1i2.4122.

[8] M. Meirisa, Y. Rasyid, and F. Murtadho, “TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Kajian Etnografi Komunikasi di SMA Ehipassiko School BSD),” BAHTERA J. Pendidik. Bhs. dan Sastra, vol. 16, no. 2, pp. 1–14, 2017, doi: 10.21009/bahtera.162.01.

[9] Rismawati, “Analisis jenis tindak tutur ilokusi aktor dalam pementasan drama ‘senja dengan dua kelelawar’ mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra indonesia universitas negeri makassar,” no. 2, 2018.

[10] A. Saifudin, “Teori Tindak Tutur dalam Studi Linguistik Pragmatik,” LITE J. Bahasa, Sastra, dan Budaya, vol. 15, no. 1, pp. 1–16, 2019, doi: 10.33633/lite.v15i1.2382.

[11] Casim, D. M. S. P, Pratomo, and L. Sundawati, “Kajian Linguistik Forensik Ujaran Bau Ikan Asin Oleh Galih Ginanjar Terhadap Fairuz A.Rafiq,” Metabahasa, vol. 1, no. 2, pp. 22–28, 2019.

[12] L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi 38. Rosdakarya, Bandung : PT Remaja, 2018.

[13] Said Özcan, “tweet-preprocessor 0.6.0,” 2020.

https://pypi.org/project/tweet-preprocessor/ (accessed Nov. 12, 2020).

[14] “KBBI Daring,” Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016. https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda (accessed Nov. 25, 2020).

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar serangga sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan kita cenderung untuk melupakan jasa serangga yang berperan sebagai penyerbuk tanaman, rantai

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan laporan Proyek

Hal ini didasarkan pada case dari teks ujaran kebencian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi teks menjadi ujaran kebencian atau tidak ataupun melakukan

Faktor-faktor yang menjadi penyebab Habib Bahar melakukan ujaran kebencian (hate speech) dalam media sosial youtube, yaitu faktor dari dalam individu (internal)

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak utama roda perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peranannya dalam penyediaan

Tuturan atau ujaran tersebut dituliskan oleh akun bernama Vardiah Hidayah dan ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Tuturan tersebut diposting pada tanggal 14

Kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bentuk layanan perpustakaan digital selama masa pandemi Covid-19 adalah menggiatkan publikasi aplikasi iSolo kepada

Bab IV merupakan analisis data dan pembahasan mengenai tindak tutur ilokusi pada cuitan warganet twitter selama pandemi covid-19 yang mengandung ujaran kebencian dan