Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya 6757
Implementasi Protokol RF24Mesh dalam Wireless Sensor Network pada Lahan Pertanian
Alldo Raafi’ilman1, Adhitya Bhawiyuga2, Reza Andria Siregar3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
Teknologi pemantauan dari kondisi lingkungan secara periodik dapat membawa manfaat pada bidang agrikultural. Dengan menggunakan hasil pemantauan pada tanaman, para pengelola lahan pertanian dapat mempertahankan kondisi dari tanaman agar tanaman tersebut dapat menghasilkan hasil panen yang maksimal. Dengan menggunakan sebuah rangkaian wireless sensor network maka kegiatan pemantauan ini dapat dilakukan secara otomatis. Wireless sensor network adalah sebuah jaringan yang terdiri dari banyak sensor node yang terhubung melalui media nirkabel. Agar dapat mencakup seluruh lahan pertanian maka diperlukan sebuah media nirkabel yang dapat mencapai seluruh lahan dengan mudah. Protokol RF24Mesh adalah sebuah media nirkabel yang fleksibel karena menggunakan bentuk topologi mesh dalam susunan jaringannya dan memiliki fungsi konfigurasi otomatis sehingga mudah digunakan. Jaringan yang telah dirancang dalam penelitian berhasil diimplementasikan menggunakan protokol RF24Mesh dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk digunakan pada bidang pertanian yaitu mengambil data dari sensor dan mengumpulkannya. Hasil pengujian pengiriman data menyatakan bahwa terjadi 0-10% packet loss dalam 100 kali pengiriman dengan beberapa jenis skenario dan memiliki end-to-end delay yang bervariasi mulai dari 0,74 detik sampai 0,94 detik.
Kata kunci: internet of things, wireless sensor network, RF24Mesh, agrikultur Abstract
Monitoring technology could bring benefit to the agricultural sector. By monitoring the condition of the surrounding environment of the crop, the farmers could get the data regarding the condition of the crops and able to take action to maintain the condition of the crops so the harvest will yield the best result.
This monitoring technology could be made possible by building a wireless sensor network. Wireless sensor network is a network that consist of numerous sensor node that connected via wireless media. To cover the whole crop field a flexible and easily configurable media is needed. RF24Mesh protocol is a flexible protocol thanks to the mesh based network it operates on and have an automatic configuration.
The network that has been built and implemented in this study has proved to be able to fulfill the requirements for agricultural use which is collecting data from sensors. The test results reveal that 0- 10% packet loss occured in 100 continuous transmission in different scenarios with various end-to-end delay ranging from 0,74 seconds to 0,94 seconds.
Keywords: internet of things, wireless sensor network, RF24Mesh, agricultural
1. PENDAHULUAN
Internet of Things (IoT) merupakan sebuah konsep yang saat ini sangat banyak digunakan dalam bidang telekomunikasi nirkabel. Konsep dari Internet of Things adalah membuat perangkat-perangkat nirkabel yang ada di sekitar kita seperti telepon genggam, sensor dan semacamnya untuk dapat saling berinterkasi satu sama lain untuk bekerja sama dalam mencapai sebuah tujuan tertentu (Atzoria, Iera, &
Morabito, 2010). Penggunaan IoT dapat bermanfaat dalam segala bidang mulai dari bidang yang berhubungan langsung dengan teknologi seperti bidang komunikasi sampai bidang yang tidak berhubungan langsung dengan teknologi seperti bidang agrikultural.
Konsep IoT dapat diterapkan pada bidang agrikultural untuk kegiatan pemantauan kondisi tanaman dengan menggunakan sensor seperti sensor kelembaban tanah, kelembaban udara, dan suhu udara. Dengan menggunakan sensor-
sensor tersebut maka kondisi dari tanaman dapat dipantau secara akurat dan terus menerus (Wibowo, Akbar, & Priyambadha, 2018). Sesuai dengan konsep IoT maka sensor-sensor tersebut perlu membuat jaringan secara nirkabel.
Jaringan sensor ini disebut dengan Wireless Sensor Network (WSN).
Keuntungan yang didapatkan dari kegiatan pemantauan ini adalah pengelola tanaman dapat menggunakan data hasil pantauan dari sensor sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas hasil panen. tingkat kelembaban dari tanah, tingkat kelembaban dari udara dan temperatur udara. Tingkat kelembaban tanah dapat mempengaruhi produksi hasil panen secara langsung karena tanaman mengambil nutrisi langsung dari tanah (Reichert, Benites, & Reinert, 2015). Sedangkan tingkat kelembaban dan temperatur udara dapat mempengaruhi produksi hasil panen secara tidak langsung melalui proses fotosintesis (Leach, 1979). Ketiga faktor ini dapat dipantau menggunakan Wireless Sensor Network dengan memasang sensor yang dapat merasakan faktor- faktor tersebut yang lalu hasil pantauan tersebut akan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan selanjutnya.
Untuk membangun sebuah Wireless Sensor Network maka diperlukan sebuah protokol untuk mengatur kegiatan komunikasi antar perangkat.
Topologi yang paling cocok untuk digunakan dalam jaringan WSN adalah topologi mesh (Mounika, 2018), karena topologi mesh memiliki keunggulan dimana setiap node dapat terhubung dengan node lain secara otomatis sehingga proses penambahan node dapat dilakukan dengan mudah (Sichitiu, 2014). Salah satu contoh protokol yang memenuhi kriteria tersebut adalah protokol RF24Mesh. Protokol RF24Mesh menyedia-kan fitur automatic addressing dan dynamic configuration untuk sensor wireless yang dapat mempermudah dalam pemasangan sistem (tmrh20, 2015). Protokol ini akan membentuk sebuah jaringan dengan topologi yang berbentuk mesh.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (Wibowo, Akbar, & Priyambadha, 2018), implementasi Wireless Sensor Network berhasil dilakukan pada lahan pertanian dengan menggunakan modul wireless ESP8266. Dan pada penelitian yang dilakukan Rahim (Rahim, Ali, Bharti, & Sabeel, 2016), dibahas tentang bagaimana desain dari WSN yang menggunakan protokol RF24 sebagai media komunikasinya dapat menghemat konsumsi daya.
Setelah mempertimbangkan keunggulan dari protokol RF24Mesh maka penulis mengajukan usulan untuk mengimplementasi- kan protokol RF24mesh untuk membentuk sebuah Wireless Sensor Network yang berfungsi untuk kegiatan akuisisi data dari sensor-sensor yang ada pada lahan pertanian dengan harapan untuk mengembangkan sistem WSN dari penelitian-penelitian sebelumnya.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terkait
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang terdahulu yang juga membahas tentang penggunaan Wireless Sensor Network untuk kegiatan pemantauan kondisi tanaman dan penggunaan protokol RF24Mesh untuk membangun sebuah jaringan.
Pada penelitian pertama (Wibowo, Akbar,
& Priyambadha, 2018) dibahas tentang bagaimana kinerja dari sebuah Wireless Sensor Network dalam mengerjakan tugasnya dalam sebuah sistem akuisisi data sensor pada lahan pertanian. WSN pada penelitian tersebut dirancang untuk bekerja menggunakan metode state machine untuk media komunikasinya dan modul DHT11 dan modul sensor Hygrometer sebagai sensor yang terpasang pada sensor node.
Lalu pada penelitian kedua (Rahim, Ali, Bharti, & Sabeel, 2016) dibahas tentang bagaimana desain dari sebuah wireless sensor network dibuat menggunakan protokol RF24 sebagai media komunikasi utamanya dan beberapa keunggulan yang dihasilkan.
Jaringan WSN yang akan dirancang dalam penelitian ini dibuat dengan mempertimbangkan desain yang ada dalam kedua penelitian dan menggunakan pemilihan sensor yang sama dengan penelitian pertama.
2.2. Wireless Sensor Network (WSN)
WSN merupakan kumpulan sensor-sensor yang bekerja secara otomatis yang tersebar luas dan memiliki kemampuan untuk memantau kondisi fisik dari lingkungan sekitarnya dan mengirimkan data tersebut menuju sistem secara nirkabel (Yadav, Kanade, & Padwal, 2017).
Setiap node umumnya memiliki kemampuan pengolahan data, memiliki memori, transceiver, sistem catu daya dan melibatkan sensor atau aktuator (Pratama, Akbar, & Bhawiyuga, 2017).
2.3. RF24Mesh
Protokol RF24Mesh merupakan protokol pada modul nRF24L01 yang bertujuan untuk menyediakan jaringan berbentuk mesh untuk keperluan jaringan sensor dan mempermudah konfigurasi secara dinamis (tmrh20, RF24 Mesh: Mesh Network Layer for RF24 Radios, 2015).
Protokol ini bekerja dengan cara menetapkan sebuah node sebagai “Master” yang bertugas memantau unique nodeID dan alamat yang telah ditentukan oleh protokol RF24Network. Alamat RF24Network terdiri dari serangkaian alamat yang dimiliki oleh sebuah Node beserta parent-nya. Node 0 umumnya dianggap sebagai pusat atau master node dalam jaringan RF24Network. Setiap Node yang terhubung langsung dengan Node 0 akan memiliki alamat 0n dimana n berisi nomor identitas yang diberikan oleh Node 0 kepada Node tersebut.
3. PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perancangan Topologi Jaringan
Topologi jaringan merupakan gambaran dari bentuk jaringan dari sistem yang dibangun.
Dalam topologi jaringan juga dapat dilihat bagaimana gambaran umum tentang bagaimana alur kerja dalam sistem. Gambaran dari topologi jaringan sistem yang dibangun dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Topologi Jaringan Sistem.
Dalam Gambar 1 dapat dilihat bahwa dalam topologi dari sistem terdapat dua macam perangkat keras yang masing-masing berperan sebagai slave node dan master node.
Cara kerja dari topologi yang dirangcang untuk menggunakan protokol RF24Mesh terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah slave node berusaha bergabung dalam sebuah jaringan dengan meminta alamat pada master node.
Master node lalu akan menyimpan setiap alamat dari slave node yang ada dalam jaringan dan mengembalikan alamat-alamat tersebut pada setiap slave node. Proses pengalamatan ini berjalan secara otomatis menggunakan protokol RF24Network yang termasuk dalam library RF24. Setelah mendapatkan alamat setiap slave node akan mencari node teredekat dan saling menghubungkan diri untuk membuat rute menuju master node dan akhirnya terbentuklah sebuah jaringan yang berbentuk seperti jaring- jaring (mesh).
3.2. Perancangan Slave Node
Slave node adalah sebuah node yang bertugas untuk mengambil data dari lapangan menggunakan sensor yang terpasang dan mengirimkan data tersebut menuju ke master node. Untuk memenuhi tugas tersebut maka Arduino Nano perlu digunakan sebagai slave node agar memiliki kemampuan komputasi ringan untuk memproses data sensor lalu mengirimkannya. Lalu pada perangkat Arduino Nano ini dipasang 2 buah modul yaitu modul nRF24L01 sebagai modul komunikasi dan modul sensor DHT11 atau sensor Hygrometer.
3.3. Perancangan Master Node
Rancangan dari master node tidak jauh berbeda dari rancangan slave node hanya berbeda pada mikrokontroler yang digunakan yaitu Raspberry Pi 3. Alasan kenapa master node menggunakan Raspberry Pi 3 sebagai mikrokontrolernya karena master node perlu kemampuan komputasi yang lebih kuat dari slave node. Hal ini disebabkan karena master node memiliki tugas menyimpan data sensor yang telah diterima dari slave node.
Penyimpanan data sensor dalam master node dilakukan menggunakan MariaDB sebagai basis datanya.
4. IMPLEMENTASI SISTEM
Setelah tahap perancagan selesai dikerjakan maka selanjutnya rancangan yang telah dibuat mulai diimplementasikan menjadi sistem.
Implementasi sistem dimulai dari implementasi dari slave node lalu dilanjutkan dengan implementasi master node.
Implementasi slave node dimulai dengan merakit Arduino Nano dengan modul komunikasi nRF24L01, sensor DHT11 dan sensor Hygrometer. Setiap komponen dihubungkan menggunakan kabel jumper sesuai dengan susunan pin dalam bab perancangan.
Setelah perangkat berhasil dirakit maka Arduino Nano perlu disambungkan dengan sumber tenaga agar perangkat dapat menyala. Sumber tenaga ini dapat berupa sebuah laptop atau powerbank yang memiliki USB socket. Dengan menggunakan kabel mini-USB perangkat slave node dihubungkan dengan sumber tenaga tersebut. tahap selanjutnya adalah membuat program menggunakan Arduino IDE yang berfungsi untuk akuisi data menggunakan sensor den mengirimkannya menuju master node.
Gambar dari perangkat slave node yang telah dibangun dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Slave node
Berbeda dengan slave node, master node dibangun menggunakan dasar mikrokontroler Raspberry Pi 3 dan modul nRF24L01.
Implementasi master node diawali dengan menyambungkan modul nRF24L01 pada Raspberry Pi 3 menggunakan kabel jumper dengan susunan pin yang telah dirancang pada bab perancangan. Setelah master node berhasil dirakit maka sama seperti slave node perangkat perlu disambungkan pada sumber tenaga yang memiliki USB socket. Raspberry Pi 3 menggunakan port micro USB untuk pengiriman daya maka perlu menggunakan kabel micro USB untuk menyambungkan perangkat dengan sumber daya dan lalu membuat program yang bertugas untuk menerima data dari slave node.
Gambar perangkat master node yang telah dibangun dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Slave node 5. PENGUJIAN
Pengujian dimulai dengan pengujian fungisonal yaitu pengujian untuk menentukan apakah sistem yang dibangun dapat memenuhi fungsi-fungsi yang dibutuhkan. Hasil dari pengujian fungsional dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Fungsional
No. Fungsi Hasil
1. Slave node dapat mem-
peroleh data dari sensor Berhasil
2.
Slave node dapat mengirim data sensor ke master node meng- gunakan protokol RF24 Mesh.
Berhasil
3.
Master node dapat menerima data dari banyak slave node.
Berhasil
4.
Master node dapat menampung data sensor
Berhasil
Pengujian dilanjutkan dengan pengujian performa. Pengujian performa adalah kegiatan pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk menentukan tingkat keandalan dari sistem yang telah dibuat berdasarkan paremeter tertentu.
Pengujian dilakukan dengan jarak antar node sejauh kurang lebih 25 meter. Jarak ini didapatkan saat pengujian yang menghasilkan jarak maksimal sejauh kurang lebih 25 meter sebelum node-node gagal untuk tersambung satu sama lain. Parameter yang dilihat dalam penelitian ini adalah tingkat packet loss, end-to- end delay, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk sebuah slave node untuk bergabung dalam jaringan mesh.
5.1. Pengujian Packet Loss
Untuk mendapatkan nilai dari parameter packet loss dalam penelitian ini dilihat dari jumlah data yang berhasil tersimpan dalam basis data dalam percobaan pengiriman 100 data dengan variasi jumlah hop. Packet loss direpresentasikan dalam bentuk persentase yang didapatkan dari perbadingan antara paket yang berhasil diterima oleh master node dan paket yang dikirimkan oleh slave node, jumlah yang telah diatur sebelumnya yaitu 100 kali.
Hasil dari pengujian parameter packet loss dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Hasil pengujian packet loss Dari grafik tersebut dapat diperhatikan bahwa dalam skenario 1 hop tidak terjadi packet loss dan pada skenario 2 hop mulai terjadi packet loss dan tingkat packet loss meningkat lagi pada skenario 3 hop.
5.2. Pengujian End-to-end Delay
Parameter end-to-end delay tidak dapat didapatkan secara langsung dari perangkat karena perangkat Arduino Nano memiliki keterbatasan yaitu tidak adanya jam yang dapat disesuaikan dengan waktu global. Keterbatasan ini menyebabkan sinkronisasi jam antara slave node dan master node tidak mungkin dilakukan sehingga nilai parameter end-to-end delay perlu didapatkan dari round trip time yang didapatkan dari selisih waktu pengiriman menurut slave node dan waktu dimana slave node menerima paket balasan dari master node. Maka untuk mendapatkan end-to-end delay dapat didapatkan dari round trip time dengan menggunakan asumsi setengah dari total round trip time adalah end-to-end delay.
Hasil pengujian end-to-end delay dapat dilihat pada grafik pada gambar5.
Gambar 5. Hasil pengujian packet loss Dalam grafik tersebut dapat diperhatikan bahwa skenario 1 hop dan 2 hop tidak menunjukkan perbedaan delay yang signifikan tetapi pada skenario 3 hop terdapat lonjakan yang cukup signifikan yaitu hampir 20 ms.
5.3. Pengujian Lama Waktu Bergabung Lamanya waktu bergabung didapatkan dengan melihat output serial dari sebuah slave node yang digunakan untuk pengujian. Sebelum slave node tersebut dinyalakan perlu disiapkan sebuah jaringan dengan 4 macam topologi yang berbeda. Faktor yang membedakan dari ke-4 topologi ini adalah jumlah hop yang dibutuhkan oleh slave node tertentu untuk mencapai master node dan kompleksitasnya.
Topologi pertama adalah topologi dengan 1 hop digambarkan pada gambar 6.
Gambar 6. Topologi 1
Topologi kedua adalah topologi dengan 2 hop dimana slave node uji harus melewati 1 slave node untuk mencapai master node digambarkan pada gambar 7.
Gambar 7. Topologi 2
Topologi ketiga adalah topologi dengan 3 hop dimana slave node uji harus melewati 2 slave node untuk mencapai master node digambarkan pada gambar 8.
0 7 10
0 5 10 15
1 Hop 2 Hop 3 Hop
Packet Loss (%)
Packet Loss (%)
74,35 74,45 94,05
0 50 100
1 Hop 2 Hop 3 Hop
End-to-end Delay (ms)
End-to-end Delay (ms)
Gambar 8. Topologi 3
Dan topologi terakhir memiliki jumlah hop yang sama dengan topologi 3 tetapi terdapat dua slave node yang terhubung langsung dengan master node. Slave node uji awalnya terhubung dengan salah satu slave node yang akan dimatikan untuk melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan slave node uji untuk menyambung ke slave node yang masih aktif.
Topologi 4 digambarkan pada gambar 9.
Gambar 9. Topologi 4
Hasil dari pengujian lama waktu bergabung dihitung dalam satuan detik/sekon (s) dalam grafik yang terdapat pada Gambar 10.
Gambar 10. Hasil pengujian waktu bergabung Dalam grafik tersebut Topologi 1 slave node membutuhkan 0.1 detik untuk dapat bergabung dalam jaringan, 1.3 detik untuk Topologi 2, 2.2 detik untuk Topologi 3, dan 8.1 detik untuk Topologi 4. Dalam skenario-skenario dimana Slave Node Uji tidak perlu untuk bergabung ulang terdapat perbedaan sekitar tambahan 1 detik untuk setiap tambahan 1 hop. Tetapi dalam skenario dimana Slave Node Uji perlu bergabung ulang pada Topologi 4, terdapat lonjakan tambahan sebanyak 6.8 detik dibandingkan Topologi 2 yang memiliki jumlah hop yang sama
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa perangkat Arduino Nano yang digunakan dalam sistem mampu untuk bertindak sebagai slave node yang memiliki tugas untuk memperoleh data dari sensor yang biasa digunakan dalam bidang pertanian yaitu DHT11 dan Soil Moisture Hygrometer Sensor dan menyusun data tersebut dalam bentuk yang sesuai agar dapat dikirimkan sesuai dengan kebutuhan.
Pengiriman data menggunakan protokol RF24Mesh dapat direalisasikan dengan menggunakan perangkat nRF24L01 yang terpasang pada dua macam node yaitu master node dan slave node. Master node memiliki peran sebagai pusat dari Wireless Sensor Network dan bertugas untuk mengatur pengalamatan yang terjadi dalam jaringan dan menerima data dari seluruh slave node yang terdapat dalam jaringan. Kegiatan pengiriman data sensor dimulai dari slave node mengambil data dari modul sensor yang terpasang lalu slave node mengirimkan data tersebut menuju master node dalam jaringan. Perangkat Raspberry Pi 3 dan Arduino Nano berhasil memenuhi tugasnya sebagai master node dan slave node dengan baik dalam penelitian ini dibuktikan dengan dapat dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan fungsional seperti yang telah ditunjukkan dalam bab pengujian dan memiliki tingkat packet loss 0- 10%.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini didapatkan nilai end-to-end delay yang bervariasi untuk setiap skenario uji yang telah dibuat dimulai dari 0.74 detik sampai 0.94 detik. Dengan mempertimbangkan bahwa ambang batas 0.98 detik yang telah ditentukan pada bab perancangan dapat disimpulkan bahwa sistem mampu untuk memenuhi kebutuhan untuk membangun Wireless Sensor Network pada lahan pertanian dengan tingkat packet loss 0-10%. Sistem juga mampu merekonfigurasi ulang routing dalam jaringan mesh dengan lama waktu yang dibutuhkan sampai selama 8.1 detik.
Dengan mampunya sistem untuk melakukan konfigurasi ulang routing maka jika terjadi suatu kegagalan dalam jaringan yang disebabkan oleh matinya sebuah slave node maka kegiatan akuisisi data masih dapat berjalan.
Penelitian ini menggunakan modul nRF24L01 yang tidak dilengkapi dengan antenna. Dalam penelitian ini jarak maksimal yang dapat dicapai oleh modul tersebut adalah
0,1 1,3 2,2 8,1
0 5 10
Topologi 1
Topologi 2
Topologi 3
Topologi 4
Waktu Bergabung (s)
Renewing Address Time (s)
sejauh 25 meter. Penggunaan modul nRF24L01 yang dilengkapi dengan antena mungkin akan meningkatkan jangkauan dari jaringan mesh yang akan dibangun. Penelitian ini juga memiliki batasan ruang lingkup akuisisi data sensor pada bidang pertanian. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan protokol RF24Mesh untuk membangun Wireless Mesh Network yang dispesifikasikan untuk bidang lain selain bidang pertanian.
7. DAFTAR PUSTAKA Afif, T., & Bhawiyuga, A. (2018).
IMPLEMENTASI PERANGKAT GATEWAY UNTUK PENGIRIMAN DATA SENSOR DARI LAPANGAN KE PUSAT DATA PADA JARINGAN WIRELESS SENSOR NETWORK BERBASIS PERANGKAT
NRF24L01. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer.
Atzoria, L., Iera, A., & Morabito, G. (2010).
The Internet of Things: A survey.
Computer Networks.
Leach, J. E. (1979). Some Effects of Air Temperature and Humidity on Crop and Leaf Photosynthesis. Annals of Applied Biology, 287-297.
Mounika, P. (2018). Performance analysis of wireless sensor network topologies for Zigbee using riverbed modeler. 2018 2nd International Conference on Inventive Systems and Control (ICISC).
Pratama, R. P., Akbar, S., & Bhawiyuga, A.
(2017). Rancang Bangun Low Power Sensor Node Menggunakan MSP430 Berbasis nRF24L01. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 157-165.
Rahim, A., Ali, Z., Bharti, R., & Sabeel, S.
(2016). Design and Implementation of a Low Cost Wireless Sensor Network using Arduino and nRF24L01.
International Journal of Scientific Research Engineering & Technology (IJSRET), 307-309.
Reichert, J. M., Benites, J. R., & Reinert, D. J.
(2015, January 14). SOIL MOISTURE AND STRUCTURE AS KEY FACTORS FOR CROP PRODUCTION. Retrieved from Research Gate:
https://www.researchgate.net/publicatio n/265239919
Sichitiu, M. L. (2014, Mei 22). WIRELESS MESH NETWORKS:
OPPORTUNITIES AND CHALLENGES.
tmrh20. (2015, Desember). RF24 Mesh: Mesh Network Layer for RF24 Radios.
Retrieved from
http://tmrh20.github.io/RF24Mesh/
Wibowo, R., Akbar, S. R., & Priyambadha, B.
(2018). Implementasi Wireless Sensor Node Sebagai Pendukung Pertanian Modern Berbasis Pemrograman State Machine. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2268-2277.
Yadav, B. R., Kanade, S. S., & Padwal, C. S.
(2017). Environment Monitoring using Wireless Sensor. International Journal for Research in Applied Science &
Engineering, 76-81.