• Tidak ada hasil yang ditemukan

TGS ketidak berdayaan 100%

N/A
N/A
Gilang Jagur

Academic year: 2022

Membagikan "TGS ketidak berdayaan 100%"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP KLIEN KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN

Dosen Pengampu : Ns.Sulistiyarini. M.H

Disusun Oleh:

1. Arif Sohiman (2002049)

2. Bunga Anggun R (2002007)

3. Gilang Jagur D (2002059)

4. Masrinia Fatimah (2002026)

5. Mickael Yoki 6. Rustiani Amelia Okta L (2002034) 7. Reni Ardiani (2002072)

8. Silva fitriah (2002036)

9. Tetik angraini (2002039)

10. Yulia agustina (2002040)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR

(2)

PURWODADI 2022

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat serta karunia Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan salam kami ucapkan kepada nabi Muhammad SAW. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Purwodadi, 19 Mei 2022

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Pengertian Ketidak Berdayaan dan Keputusasaan...3

B. Etiologi...4

C. Faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan dan keputusasaan...5

D. Pencegahan Ketidakberdayaan dan Keputusasaan...8

E. Penyebab Ketidakberdayaan dan Keputusasaan ...9

F. Patofisiologi Ketidakberdayaan...10

G. Rentang Respons ketidakberdayaan dan keputusasaan...10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...13

A. Pengkajian...13

B. Diagnosa Keperawatan...14

C. Tujuan Asuhan Keperawatan...14

BAB IV PENUTUP...16

A. Kesimpuan...16

B. Saran...16

Daftar Pustaka...17

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).

Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil;

persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi.

Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

Keputusasaan Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.

Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil.

Seseorang tersebut tidak akan memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, tidak memiliki solusi untuk masalah yang dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563). Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa tidak mampu melihat adanya

(6)

solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat kurangnya kontrol

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ketidak berdayaan dan keputusasaan ? 2. Apa Etiologi keberdayaan dan keputusasaan ?

3. Apa faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan dan keputusasaan ? 4. Apa Pencegahan Ketidakberdayaan dan keputusasaan ?

5. Apa penyebab Ketidakberdayaan dan keputusasaan ? 6. Apa patofisiologi Ketidakberdayaan dan keputusasaan ? 7. Apa rentang respon ketidakberdayaan dan keputusasaan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian ketidak berdayaan dan keputusasaan 2. Untuk mengetahui etiologi ketidak berdayaan dan keputusasaan

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ketidak berdayaan dan keputusasaan

4. Untuk mengetahui pencegahan ketidakberdayaan dan keputusasaan 5. Untuk mengetahui penyebab ketidakberdayaan dan keputusasaan 6. Untuk mengetahui patofisiologi ketidakberdayaan dan keputusasaan 7. Untuk mengetahui rentang respon ketidakberdayaan dan keputusasaan

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketidak Berdayaan dan Keputusasaan

Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi,termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil (NANDA-1, 2018). Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan ketika individu kurang mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Stuart,2016).

Ketidakberdayaan juga dapat diartikan sebagai sebuah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna;

kurangnya control terhadap situasi tertentu (Townsend,2010). Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan adalah suatu kondisi dimana control akan pribadi dan situasi, termasuk persepsi oraang atau kelompok mengenai tindakan yang dilakukan tidak akan mempengaruhi hasil yang signifikan. Ketidakberdayaan dapat dialami oleh semua orang tanpa terkecuali, pada klien dengan masalah kesehatan yang sedang menjalani pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Seperti pada klien dengan diabetes miletus yang sedang menjalani perawatan. Kannie, Dauli, Nuraini (2011), menjelaskan bahwa kondisi stress pada klien dapat menyertai perasaan ketidakberdayaan. Stress yang dialami oleh klien dapat memberikan dampak pula pada ketidakberdayaan klien. Kondisi tersebut dapat memperparah kondisi klien. Pada klien mengalami ketidakberdayaan, penting untuk memberikan intervensi keperawatan tentang persepsi klien terhadap penyakit diabetes miletus supaya dapat berubah menjadi persepsi yanag baik dan menjadi pandangan positif tentang usaha penyembuhan penyakitnya.

Keputusasaan (hopelessness) adalah suatu kondisi emo sional subjektif yang

dipertahankan klien karena klien tidak melihat adanya pilihan pribadi atau pilihan alternatif untuk memecahkan masalah; karena ketiadaan hasrat dan ketidakmampuan diri untuk memobilisasi energinya (Carpenito-Moyet, 2009).

(8)

NANDA (2018) menyatakan bahwa keputusasaan adalah keadaan subjektif di mana seseorang melihat keterbatasan atau tidak melihat adanya alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi atas nama sendiri.

Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwakehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ).

Seseorangyang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaikikehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya.Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan ,keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range,1996 )Keputusasaan berbeda dengan ketidak berdayaan. Hal ini dikarenakan orang tanpa harapan (putus asa) tidak melihat adanya solusi atau jalan ntuk mencapai apa yang diinginkan, meskipun dia merasa dalam kendali. Sebaliknya, orang yang tidak berdaya bisa melihat alternatif atau jawaban, namun tidak dapat melakukan apapun karena kurangnya kontrol atau sumber daya (Carpenito-Moyet, 2009). Perasaan ketidakberdayaan bisa menyebabkan keputusasaan.

B. Etiologi

1. Etiologi ketidakberdayaan

Menurut buku asuhan keperawatan jiwa (Keliat,Budi Anna. 2019) a. Nyeri

b. Ansietas

c. Hargadiri rendah

d. Strategi koping tidak efektif

e. Kurang pengetahuan untuk mengelola masalah f. Kurang dukungan sosial

2. Etiologi Keputusasaan a. Stress jangka panjang

b. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual c. Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting d. Pembatasan aktivitas jangka panjang

e. Isolasi sosial

(9)

C. Faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan dan keputusasaan 1. Faktor Presdiposisi dan Faktor Prespitasi ketidakberdayaan

a. Faktor predisposisi 1) Biologis :

 Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita gangguan jiwa).

 Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan Pengalaman penggunaan zat terlarang.

 Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up, tanggal terakhir periksa)

 Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien.

 Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.

 Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS.

2) Psikologis :

 Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal

 Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi dirinya.

 Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS.

 Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)

(10)

 Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang sekarang.

 Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi.

 Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari.

 Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi.

 Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya.

 Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

3) Sosial budaya :

 Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan.

 Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya.

 Pendidikan rendah.

 Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan).

 Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya kontrol lokus internal).

 Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain.

 Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat.

 Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara pasif.

(11)

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.

2. Faktor yang Mempengaruhi Keputusasaan

a. Keragu-raguan Kegagalan yang melahirkan rasa putus asa pada manusia bisa berawal dari keragu-raguan.

b. Pesimis artinya hilang kepercayaan kepada alam dan hidup. Sebab pesimis sama maksudnya dengan putus harapan atau putus asa. Karena dalam pesimis tidak ada harapan kebaikan daripadanya. Terutama dari kehidupan itu sendiri.

c. Kecemasan ,Perasaan cemas yang diderita manusia modern adalah bersumber dari hilangnya makna hidup, the meaning of life.

d. Faktor Keluarga, Banyak faktor yang menjadikan seseorang terbenam dalam rasa keputusasaan. Faktor dukungan merupakan salah satunya, yaitu tidak adanya dukungan dari keluarga dan sahabat. sehingga seberapa besar kemampuannya adalah sebatas yang ia yakini sendiri, tanpa adanya masukan dan saran dari keluarga dan sahabatnya. Namun, sebenarnya faktor utama pemicu putus asa adalah kejahilan atau kebodohan. Dan dalam keluarga sendiri ada faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut, faktor dalam keluarga seperti:

 Kesepian, Gangguan kejiwaan berupa kesepian bersumber dari hubungan antar manusia (interpersonal) dikalangan masyarakat modern tidak lagi tulus dan hangat.

(12)

 Kebosanan , Karena hidup tak bermakna hubungan dengan manusia lain terasa hambar karena tiada ketulusan hati, kecemasan yang menggangu jiwa dan kesepian yang berkepanjangan, meyebabkan manusia modern menderita gangguan kebosanan.

Akibat Keputusasaan :

 Stres

 Depresi

 Galau

 Sakit

 Pola hidup yang tidak teratur

 Letih, Lesu, Lemah; disebabkan karena faktor psikis

 Hilang kesempatan yang ada, karena ketika kesempatan itu datang ia sibuk dengan rasa putus asa yang ada.

 Trauma; tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk melakukan halyang sama karena takut akan mengalami rasa putus asa untuk yang kedua kalinya.

 Gila; akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian orang

 Sakit; diawali dengan makan yang tidak teratur, tidur terlalu larut, beban pikiran yang berlebihan.

 Kematian; beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan tidak hanyakarena sakit yang berkepanjangan namun juga karena faktor psikis yang berlebihan.

D. Pencegahan Ketidakberdayaan dan Keputusasaan

Di bawah ini ada beberapa cara mencegah timbulnya keputusasaanyaitu :

a) Berbaik sangkalah kepada Yang Maha Kuasa ,Ingat bahwa setiap yang kita alami ada hikmahnya. Semua ini hanyalah sebuah cobaan dan bukti kecintaaan tuhan kepada kita.

b) Berpikir bahwa tidak ada kegagalan yang abadi, karena kita bisa mengubahnya dengan ber buat hal-hal baru.

(13)

c) Tetapkan tindakan kita dalam keadaan apapun kita tetap bisa memilih tindakan atau mengubah kebiasan lama dan mencari jalan untuk mengatasi masalah yg tengah kita hadapi

d) Bersikap lebih fleksibel, kehidupan tidak selalu seperti yang di harapkan.

Apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru maka ketegangan kita kan berkurang.

e) Kembangkan tindakan yang kreatif Tanyakan pada diri sendiri "kesempatan apa bagi saya di sini ? Jalan mana yang terbuka bagi saya ?"

f) Evaluasi setiap situasi. Pikirkan segala tindakan sebelum bertindak agar bisa di dapatkan pemecah masalah yang baik.

g) Lihat sisi positifnya. Kegagalan memang merupakan pengalaman yang menyakitkan. Tapi daripada memikirkan kerugian yang kita alami, lebih baik fokuskan pada apa yang telah kita pelajari.

h) Bertanggung jawab. Jangan salah kan orang lain jika gagal,tapi perhatikan baik-baik masalah nya dan cobalah memahaminya.

E. Penyebab Ketidakberdayaan dan Keputusasaan 1) Ketidakberdayaan

 kurang pengetahuan

 Ketidak adekuatan koping sebelumnya (seperti: depresi)

 serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito, 2009). Doenges, Townsend, M. (2008)

 Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap terapi.

 Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hubungan yang kasar.

 Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:penyakit kronis atau yang melemahkan kondisi.

2) keputusasaan.

 .Faktor kehilangan

 Kegagalan yang terus menerun

 Faktor Lingkungan

 Orang terdekat (keluarga)

(14)

 Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)

 Adanya tekanan hidup F. Patofisiologi Ketidakberdayaan

Pada patafisiologi dengan masalah ketidakberdayaan saat ini belumdapat diketahui secara pasti, namun jika dilakukan analisis dari proses terjadinya ketidakberdayaan berasal dari seseorang individu yang tidak mampu mengatasi suatu masalah sehingga menyebabkan stress yang hal tersebut diawali dalam perubahan dalam respon otak yang menafsirkan perubahan didalam otak. Stress tersebut akan menyebabkan korteks serebri yang akan mengirimkan sinyal menuju hipotalamus, yang kemudian seharusnya ditangkap system limbic yang dimana salah satu bagian pentingnya merupakan amigdala itu akan bertanggung jawab didalam status emosional individu akibat dari keaktifan system hipotalamus pituitary adrenal (HPA) dan kemudian menyebabkan rusaknya pada hipotalamus menjadikan seseorang kehilangan mood dan juga motivasi dan akhirnya menyebabkan seseorang untuk malas melakukan sesuatu,hambatan emosional dengan klien yang mengalami ketidakberdayaan, terkadang dapat berubah menjadi murung dan sedih sehingga menyebabkan seseorang itu merasa tidak berguna lagi, dan merasa hidupnya telah gagal (Sarani, 2021).

G. Rentang Respons ketidakberdayaan dan keputusasaan 1. Rentang respon keberdayaan

a. Harapan

Respon adaftif Respon Maladaftif Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak Berdaya Putus Asa Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan

Respon adatif Respon maladatif

Putus Asa Ketidakpastian Bahaya Tidak Berdaya

Kesempatan Harapan

(15)

stres dan berakhir dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat.

Pada beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.

b. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan.

Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.

c. Putus asa

Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

2. Rentang respon emosional keputusasaan

Adatif Maladatif

Respons Reaksi Supresi Reaksi Depresi

Emosional Berduka Emosi Berduka

Rumit Tertunda

(Sumber: Suart, 2013)

a. Respons emosional adalah respons yang paling adaptif. Adaptif menyiratkan keterbukaan dan kesadaran akan perasaan. Dengan cara ini, perasaan memberikan pengalaman yang berharga.

b. Reaksi Berduka yang rumit adalah respons adaptif dalam mengadapi stress.

Respons tersebut merupakan bahwa seseorang sedang menghadapi realitas kehilangan dan tenggelam dalam kondisi berduka.

c. Supresi emosi adalah respons mal adaptif. Penolakan perasaan atau keteguhan sesorang. Bersifat sementara terkadang di perlukan untuk kondisi tertentu, seperti pada respon awal terhadap kematian atau tragedy.

d. Reaksi berduka tertunda.

e. Depresi.

(16)

Beck, Rawlins, dan Williams (1984) mengemukakan bahwa individu berharapan.

Rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif dan maladaptif.

Respon Adatif Respon maladaptif

Harapan Putus harapan

1.Yakin 1.Tidak berdaya

2.Percaya 2.Apatis

3.Inspirasi 3.Gagal dan kehilangan

4.Tetap hati 4.Ragu-ragu

5.Sedih 6.Depresi 7.Bunuh diri

a. Ketidakberdayaan, keputuasaan, apatis. Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa bermain sudah tidak bermanfaat lagi.

Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

b. Kehilangan, ragu-ragu. Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dam kecewa jika cita-citanya tidak tercapai.

Demikian pula jika individu kehilangan sesuatu yang sidah dimiliki misalnya kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan.

Individu akan merasa gagal, kecewa rendah diri dan berakhir dengan bunuh diri.

c. Depresi dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai sengan

d. kesedihan dan rendah diri. Individu berpikir tentang bunuh diri pada waktu depresi berat, namun tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya.

Biasanya bunuh diri

e. terjadi pada saat individu keluar dari keadaan depresi berat.

f. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

(17)

BAB III

ASKEP JIWA DENGAN “KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN ”

A. Pengkajian

Menurut Direja (2011) pada pengkajian data-data yang ditampilkan pada pasien ketidakberdayan :

a. Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi

b. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu c. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

d. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan

e. Segan mengepreksikan perasaan yang sebenarnya f. Apatis pasif

g. Ekspresi muka murung h. Bicara dan gerakan lambat

i. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan j. Tidur berlebihan

k. Menghindari orang lain

Menurut PPNI (2017) Tanda dan gejala Ketidakberdayaan yaitu : Tanda dan gejala ketidakberdayaan

Gejala dan Tanda mayor :

 Subjektif : menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya

 Objektif : bergantung pada orang lain Gejala dan Tanda Minor :

 Subjektif : merasa diasingkan, menyatakan keraguan tentang kinerja, peran, menyatakan kurang control, menyatakan rasa malu, merasa tertekan (depresi)

 Objektif : tidak berpartisipasi dalam perawatan

(18)

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Ketidakberdayaan

Diagnosa Keperawatan Keputusasaan

C. Tujuan Asuhan Keperawatan

1) Tujuan Asuhan Keeperawatan Ketidakberdayaan : a. Kognitif ,klien mampu

 Menegtahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari ketidakberdayaan

 Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan b. Psikomotor ,klien mampu

 Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan dan dapat dikendalikan

 Melatih situasi hidup yang dapat dikendalikan Koping individu tidak efektif

Ketidakberdayaan

Kurang Pengetahuan

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

(19)

 Mengidentifikasi pikiran negative yang tidak sesuai

 Melatih pikiran positif, pikiran rasional, dan harapan positif c. Afektif ,klien mampu

 Merasakan manfaat latihan yang dilakukan

 Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan

2) Tujuan Asuhan Keperawatan Keputusasaan a. Kognitif, klien mampu :

 Mengetahui perubahan/ penurunan kondisi fisik

 Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari keputusasaan

 Mengetahui cara mengatasi keputusasaan.

b. Psikomotor, klien mampu:

 Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

 Mengidentifikasi system

 Melatih hubungan sosial dengan system pendukung

 Melatih kegiatan hidup sehari-hari c. Afektif, klien mampu :

 Merasakan manfaat latihan yang dilakukan

 Merasa optimis dan bahagia

(20)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi,termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil (NANDA-1, 2018). Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan ketika individu kurang mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Stuart,2016).

Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan

,keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range,1996 )Keputusasaan berbeda dengan ketidak berdayaan. Hal ini

dikarenakan orang tanpa harapan (putus asa) tidak melihat adanya solusi atau jalan ntuk mencapai apa yang diinginkan, meskipun dia merasa dalam kendali.

Sebaliknya, orang yang tidak berdaya bisa melihat alternatif atau jawaban, namun tidak dapat melakukan apapun karena kurangnya kontrol atau sumber daya (Carpenito-Moyet, 2009). Perasaan ketidakberdayaan bisa menyebabkan keputusasaan.

B. Saran

Dengan diselesaikan makalah ini disarankan kepada penulis dan pembaca agar lebih memperdalam lagi pengetahan tentang asuhan keperawatan klien

ketidakberdayaan dan keputusasaan serta dapat menggunakannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan kita sebagai mahassiswa perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu mempraktekkan asuhan keperawatan klien ketidakberdayaan dan keputusasaan.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

eliat, B,A. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Lindasari, S, W. Dkk. 2017. Pengaruh Logotherapyterhadap Keputusasaan Pada Narapidana

Purwanto, T. 2015. Buku ajar Keperawata Jiwa. Yogyakarta : Pustka belajar

Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka baru press Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.9.

Jakarta: EGC.Keliat, B.A. dkk. 2019. Asuhan keperawatan jiwa.

Jakarta: EGC.

NANDA. 2018. Buku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: ECG Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Lubis, S. H. (2016). Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Prioritas

Makassar, 11(01). : https://doi.org/10.32382/jmk.v11i1.1538 Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Kecemasan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian sistem kerja mesin ini adalah untuk mengetahui apakah sistem kerja pada mesin sudah berjalan dengan baik, dan sesuai dengan program yang telah

Salah satu subsistem agribisnis adalah agroindustri kecap. Kecap merupakan hasil olahan dari gula merah dan kedelai yang banyak digunakan sebagai penyedap makanan

karena dengan menyebutkan konsep yang telah ada di dalam skemata maka konsep tersebut tidak perlu ditampilkan lagi dalam bentuk kongrit sehingga penggunaan media pembelajaran

Hadirin rahimakumullah, Ketika terjadi permasalahan antara suami istri, seperti apabila seorang suami mendapati istrinya tidak mau menjalankan kewajiban dalam memenuhi hak

Di satu sisi pihak pemilik/yang menguasai tanah menginginkan besarnya ganti-rugi sesuai dengan harga pasar setempat, sementara di sisi lain masih terbatasnya

Khusus dalam rencana penelitian ini dititik beratkan terhadap rekayasa nilai dan desain yang direncanakan ada 3 alternatif yang mana hal tersebut akan

Nomor Soal Diberikan data dalam diagram batang tentang penderita yang sembuh dari COVID-19 di negara ASEAN, peserta didik dapat membaca diagram dengan menentukan rasio

Pada serangga yang bermetamorfosis sempurna, bentuk larva tidak menyerupai saat serangga tersebut menjadi dewasa, contohnya kupu-kupu ketika pada tahap larva kupu-kupu