i
DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KOPI TERHADAP SOSIAL EKONOMI BURUH TANI
(Studi Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi di Kecamatan Bittuang
Kabupaten Tana Toraja)
MIZBAHUL MUNIR MUZZAMMIL 105961106116
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
ii DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KOPI
TERHADAP SOSIAL EKONOMI BURUH TANI (Studi Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi
di Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja)
MIZBAHUL MUNIR MUZZAMMIL 105961106116
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022
iii
iv
v PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Dampak Keberadaan Perusahaan Perkebunan Kopi Terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani (Studi Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi di Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja) adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftat pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Februari 2022
Mizbahul Munir Muzzammil 105961106116
vi ABSTRACK
MIZBAHUL MUNIR MUZZAMMIL. 105961106116. The Impact of the Existence of a Coffee Plantation Company on the Socio-Economic Economy of Farmers (Case Study of PT. Sulotco Jaya Abadi in Bittuang District, Tana Toraja Regency). Supervised by Jumiati and Akbar.
This study aims to determine the social impact and economic impact on farm workers after the existence of PT. Sulotco Jaya Abadi.
Informants in this study were coffee farm workers, foreman and HR employees of PT. Sulotco Jaya Abadi, totaling 6 people. Determination of informants in this study using purposive sampling technique (deliberately) by taking 6 people with the consideration that the informants are people who live in the area of the coffee plantation company PT. Sulotco Jaya Abadi.
The social impact caused by the existence of PT. Sulotco Jaya Abadi is, in the aspect of education, most of the children of farm workers have been able to access education up to the university level, in the health aspect of farm workers are helped by the existence of transportation that can be used for treatment or just to check their health free of charge, in the aspect of facilities corporate social brings the field, street lamps and cooperatives that help farm laborers and the community in facilitating their daily social life. The economic impact caused by the existence of PT. Sulotco Jaya Abadi is a reduction in the number of unemployed in Bittuang District, farm workers get clear wages every month and there are other supporting facilities for farm workers such as housing and old age benefits that help them from an economic perspective.
Keywords: impact, company, social, economy
vii ABSTRAK
MIZBAHUL MUNIR MUZZAMMIL. 105961106116. Dampak Keberadaan Perusahaan Perkebunan Kopi Terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani (Studi Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi di Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja).
Dibimbing oleh Jumiati dan Akbar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial dan dampak ekonomi terhadap buruh tani setelah keberadaan PT. Sulotco Jaya Abadi.
Informan dalam penelitian ini adalah buruh tani kopi, mandor dan karyawan SDM PT. Sulotco Jaya Abadi yang berjumlah 6 orang. Penentu an informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (sengaja) dengan mengambil 6 orang dengan pertimbangan bahwa informan adalah orang- orang yang tinggal di daerah perusahaan kebun kopi PT. Sulotco Jaya Abadi.
Dampak sosial yang ditimbulkan dengan adanya PT. Sulotco Jaya Abadi adalah, pada aspek pendidikan sebagian besar anak-anak buruh tani telah mampu mengakses pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi, pada aspek kesehatan buruh tani terbantu dengan adanya transportasi yang bisa digunakan untuk berobat ataupun sekedar mengecek kesehatan tanpa dipungut biaya, pada aspek sarana sosial perusahaan menghadirkan lapangan, lampu jalan dan koperasi yang membantu bagi buruh tani maupun masyarakat dalam memudahkan kehidupan sosialnya sehari-hari. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya PT.
Sulotco Jaya Abadi adalah berkurangnya jumlah pengangguran di Kecamatan Bittuang, buruh tani mendapatkan upah yang jelas setiap bulan dan adanya fasilitas-fasilitas penunjang lain bagi buruh tani seperti perumahan dan tunjangan hari tua yang membantu mereka dari segi ekonomi.
Kata Kunci : dampak, perusahaan, sosial, ekonomi
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Dampak Keberadaan Perusahaan Perkebunan Kopi Terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani (Studi Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi di Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja)”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Jumiati, S.P., M.M. selaku pembimbing I dan Akbar, S.P.,M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
2. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku penguji I dan Isnam Junais S.TP., M.Si. selaku penguji II yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi.
ix 4. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Kedua orangtua ayahanda H.Haeruddin BA dan ibunda Hj. Maryam, dan segenap keluarga yang senantiasa memberiku bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
7. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Tana Toraja, Kecamatan Bittuang, dan terkhusus Kepala Dewan Direksi PT. Sulotco Jaya Abadi jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Februari 2022
Mizbahul Munir Muzammil
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Dampak Keberadaan Perkebunan ... 6
2.2 Potensi Kopi ... 9
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi ... 12
2.4 Buruh Tani ... 15
2.5 Penelitian Relevan ... 16
2.6 Kerangka Pemikiran ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 21
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 21
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22
xi
3.5 Teknik Analisis Data ... 23
3.6 Definisi Operasional... 26
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 27
4.1 Letak Geografis ... 27
4.2 Keadaan Demografis ... 29
4.3 Profil Perusahaan ... 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
5.1 Karakteristik Informan ... 41
5.2 Dampak Sosial Sesudah Adanya PT. Sulotco Jaya Abadi ... 44
5.3 Dampak Ekonomi Sesudah Adanya PT. Sulotco Jaya Abadi ... 56
VI. PENUTUP ... 68
6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN ... 72
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
1. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………..……….. 16
2. Banyaknya Penduduk di Berbagai Kecamatan di Area Lahan Perkebunan Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi ... 29
3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Berbagai Kecamatan di Area Lahan Perkebunan Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi ... 29
4. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Area Lahan Perkebunan PT. Sulotco Jaya Abadi ... 30
5. Alokasi Pemanfaatan Lahan Milik PT. Sulotco Jaya Abadi ... 36
6. Inventarisasi Peralatan dan Kendaraan Milik PT. Sulotco Jaya Abadi 37 7. Tenaga Kerja PT. Sulotco Jaya Abadi ... 38
8. Jumlah Penggunaan Dan Pembagian Tenaga pada PT. Sulotco Jaya Abadi (2016-2021) ... 39
9. Jumlah Informan Berdasarkan Umur Buruh Tani ... 41
10. Luas Lahan Perkebunan di Bittuang Kabupaten Tana Toraja... 61
11. Luas Lahan Perkebunan di Kabupaten Tana Toraja ... 61
12. Penghasilan Buruh Tani Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi ... 62
13. Perbandingan Rataan Upah Minimum Regional ... 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Kerangka Berfikir... 20 2. Struktur Organisasi PT. Sulotco Jaya Abadi ... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Teks
1. Kuesioner Penelitian ... 74
2. Identitas Informan ... 76
3. Peta Lokasi Penelitian ... 77
4. Struktur Organisasi PT. Sulotco Jaya Abadi ... 79
5. Dokumentasi Penelitian ... 82
6. Surat Izin Penelitian ... 83
7. Turnitin ... 84
8. Riwayat Hidup ... 85
1 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pertanian di Indonesia yang pertama kali dikenal oleh rakyat ialah sistem pertanian kebun. Sistem kebun telah berlangsung berabad-abad lamanya, setidaknya sejak 1200 M. Selama periode itu lahan pertanian digarap dengan berbagai tanaman yang laku dipasaran Eropa, diantaranya kopi. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor, tanaman hasil kebun juga digunakan sebagai pemenuh kebutuhan rakyat sendiri. Jadi, hasil dari lahan pertanian dengan system kebun menjadi barang komoditas. Pada abad ke-19 baru kemudian sistem kebun berubah menjadi sistem perkebunan besar (Sartono dan Djoko, 1994).
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak didaerah tropis atau subtropis, digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan dalam skala besar dan dipasarkan ditempat yang jauh. Ukuran luas perkebunan sangat relative dan tergantung ukuran volume komoditas yang dipasarkannya, namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara monokultur. Ciri yang lainnya, terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen dilahan perkebunan, sebelum produknya dikirim.
Salah datu sub sektor pertanian ialah perkebunan, yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sektor perkebunan di Indonesia setiap tahunnya terus berkembang.
2 Perkembangan sector perkebunan memiliki arti penting dalam pengembangan pertanian baik skala regional maupun nasional. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor dan komponen impor yang kecil akan menghasilkan devisa dalam jumlah yang besar. Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber devisa sektor pertanian, penyedia bahan baku industri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri serta berperan dalam kelestarian lingkungan hidup (Herman, 2002).
Indonesia memiliki banyak daerah yang berpotensi untuk dikembangkannya sektor perkebunan, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor ekologi yang baik untuk membudidayakan jenis tanaman perkebunan, faktor-faktor ekologi tersebut diantaranya Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu ditanami beragam jenis tanaman apapun, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, kondisi iklim yang tropismemenuhi syarat untuk tumbuh jenis tanaman, dan curah hujan rata-rata per bulan cukup tinggi. Umumnya tanaman perkebunan sangat cocok ditanam didaerah tropis dan subtropis. Oleh karena itu, beberapa jenis komoditi perkebunan banyak berkembang di Indonesia diantaranya perkebunan kelapa sawit, teh, karet, kakao, tebu, kina, dan sebagainya (Herman, 2002).
Tujuan dari adanya perkebunan adalah untuk meningkatkan penghasilan devisa, pendapatan petani perkebunan, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan hasil-hasil perkebunan bagi sektor industry atau sektor lain.
Keberadaan perkebunan tidak hanya sebatas penghasil devisa, tetapi juga berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada disekitarnya
3 dan secara langsung menunjang pembangunan perekonomian masyarakat. Sektor pertanian memproduksi berbagai produk konsumsi dan bahan baku sektor industri, sedangkan sektor industri memproduksi berbagai kebutuhan untuk sektor pertanian (Sukirno, 2006).
Perkebunan kopi Indonesia saat ini mencakup total wilayah 1,24 juta hektar, 933 hektar prkebunan robusta dan 307 hektar operkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil yang memiliki perkebunan relatif kecil sekitar 1-2 hektar, masing-masing.
Pengembangan sektor pertanian terkhusus kopi sangat diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia, karena sektor ini memiliki kontribusi yang besar dalam dibandingkan dari sektor lainnya (Wahyudi, 2016).
PT.Sulotco Jaya Abadi adalah sebuah perusaan swasta nasional yang bergerak pada usaha budidaya dan tataniaga kopi. Hadirnya perusahaan ini pada 1988 dengan luas areal perkebunan 1.200 ha di Bolokan Lembang Tiroan Kecamatan Bittuang. Jumlah kopi yang diekspor mencapai hampir 20 Ton/Tahun.
Dalam sistem pengembangan tanaman kopi, perusahaan bekerja sama dengan petani setempat, perusahaan menyediakan lahan, kemudian kopi yang sudah berbuah dikelola petani atau mitra perusahaan.
Lamanya perusahaan ini berdiri, luasnya lahan yang perlu dikelola, kualitas kopi yang juga telah mendunia sudah menjadi saksi, bagaimana bentuk pengelolaan mereka sampai sejauh ini menghadirkan perubahan bukan hanya pada internal perusahaan juga mereka yang terlibat diareal perusahaan, terlebih meyakinkan dengan jumlah orang yang terlibat dalam perusahaan ini bukan
4 jumlah yang sedikit. Kehadiran perusaahan PT. Sulotco Jaya Abadi bukan hanya semata-mata mengelola hasil kopi yang ada, namun juga memberikan ruang bagi masyarakat sekitar, maupun masyarakat luas untuk bersama-sama memaksimalkan hasil kopi yang ada.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Dampak Keberadaan Perusahaan Perkebunan Kopi Terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani (Studi Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi di Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukakan yaitu:
1. Bagaimana dampak sosial buruh tani dengan adanya perkebunan kopi PT.Sulotco Jaya Abadi?
2. Bagaimana dampak ekonomi buruh tani setelah adanya perkebunan kopi PT.Sulotco Jaya Abadi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak sosial setelah adanya perkebunan kopi PT.Sulotco Jaya Abadi.
2. Untuk mengetahui dampak ekonomi setelah adanya perkebunan kopi PT.Sulotco Jaya Abadi.
5 1.4 Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan perkembangan konsep mengenai dampak keberadaan PT.Sulotco Jaya Abadi terhadap struktur perubahan sosial ekonomi buruh tani kopi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini mempunyai beberapa kegunaan baik bagi penulis, bagi universitas, bagi perusahaan, dan bagi masyarakat. Adapun kegunaan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1) Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta informasi bagi penulis terutama tentang dampak keberadaan perusahaan kopi terhadap sosial ekonomi buruh tani kopi.
2) Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi serta digunakan sebagai masukan dan pertimbangan bagi perusahaan terkait masalah sosial ekonomi buruh tani kopi.
3) Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan sebagai referensi berikutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan sosial ekonomi terhadap buruh tani kopi.
6 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dampak Keberadaan Perkebunan
Dampak adalah suatu perubahan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, suatu usaha investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan potensial menimbulkan dampak (dampak merupakan pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif). Konsep dampak diartikan sebagai pengaruh munculnya aktivitas manusia dalam pembangunan terhadap lingkungan termasuk manusia, sehubungan dengan itu menjelaskan bahwa pada dasarnya sasaran pembangunan menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat, akan tetapi aktivitas pembangunan menimbulkan efek samping yang tidak direncanakan yang disebut dampak. Dampak dapat bersifat biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang berpengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai.
Dampak adalah perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan, berdasarkan pengertian tersebut maka dampak merupakan suatu perubahan yang nyata akibat dari keluarnya kebijakan terhadap sikap dan tingkah laku (Hosio, 2007).
Dalam keputusan pemerintah No.14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang penetapan dampak penting terhadap aspek ekonomi adalah aspek ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang dan jasa.
Adapun aspek-aspek ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Kesempatan bekerja.
b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam.
7 c. Tingkat pendapatan.
d. Sarana dan prasarana infrastruktur.
e. Pola pemanfaatan sumber daya alam.
Dampak disini diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan, yaitu kepentingan pembangunan proyek dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Sehubungan dengan itu menjelaskan bahwa pada dasarnya sasaran pembangunan adalah menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat, akan tetapi aktivitas pembangunan menimbulkan efek samping yang tidak direncanakan diluar sasaran disebut dampak. Dampak dapat bersifat biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang berpengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai (Hosio, 2007).
Pembangunan agroindustri akan mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga buruh tani dan petani. Kebijakan agroindustri berdampak terhadap menurunnya indeks poverty gap, namun seperti halnya pada head count index, tidsk menunjukkan perubahan yang berarti. Hal ini berarti kesenjangan pendapatan penduduk miskin terhadap garis kemiskinan tidak banyak terpengaruh dari kebijakan agroindustry. Sedangkan untuk indeks poverty severty, dampak kebijakan agroindustri menunjukkan bahwa golongan rumah tangga yang paling terpengaruh adalah rumah tangga buruh tani (Penelitian Susilowati, Bonar, Sinaga, Wilson, Limbong dan Erwidodo, 2007).
Masyarakat sekitar perkebunan dibantu sesuai kesanggupan perusahaan, bantuan tersebut untuk kebutuhan masyarakat, seperti perbaikan musala, sekolah, sarana olahraga dan lain-lain. Keinginan masyarakat untuk memiliki kebun sendiri
8 sulit diwujudkan karena tidak ada kredit perkebunan untuk petani plasma atau anak angkat, kecuali dengan tingkat bunga komersial. Secara umum, masyarakat sekitar merasa beruntung oleh adanya perkebunan besar dengan tersedianya infrastruktur, fasilitas informasi, kesempatan kerja, peningkatan unit usaha masyarakat, pengembangan organisasi, serta adanya alokasi dana untuk masyarakat sekitar (Syafri, 2003).
Dampak positif bagi masyarakat/petani perkebunan besar sebagaimana dikemukakan (Syarfi, 2003) yaitu sebagai berikut:
a. Tumbuh dan berkembangnya kelompok tani mandiri sebagai pilar utama dari organisasi petani.
b. Petani dengan kesadaran tinggi mau membiayai semua kegiatan kelompok dalam bentuk membayar biaya group manajemen dan kewajiban lainnya.
c. Terjamin produktivitas tanaman pokok serta pendapatan petani.
Dampak negatif bagi masyarakat sekitar sebagaimana dikemukakan (Syarfi, 2003) yaitu sebagai berikut:
a. Tumbuhnya beberapa kelompok tani perkebunan.
b. Adanya transfer keberhasilan PIR ke masyarakat sekitar.
c. Memfasilitasi petani kader koperasi lain untuk magang . d. Kecemburuan sosial.
e. Tidak ada kepastian hukum pada saat terjadi klaim pemilikan tanah.
9 2.2 Potensi Kopi
Indonesia masuk dalam urutan ke-4 negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Total produksi kopi Indonesia diperkirakan sebesar 660.000 ton/2016. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia yang menyumbang devisa cukup besar, itu karena kopi merupakan minuman ke-2 terpopuler di dunia. Saat ini, minum kopi sudah hampir menjadi suatu keharusan bagi masyarakat dunia. Coffeeshop menjamur dimana-mana dengan berbagai varian rasa dan pengemasan minuman kopi.
Jumlah biji kopi asal Indonesia yang diserap oleh Starbucks misalnya, mencapai 50 ribu ton per tahun. Kopi di Indonesia merupakan harta karun yang perlu lebih diperhatikan lebih. Hasil produksi kopi di Indonesia sendiri telah bisa dinikmati oleh 1,84 juta keluarga yang mayoritas mendiami kawasan pedesaan dan wilayah- wilayah terpencil dan terdapat sekitar 1 juta keluarga yang menggantungkan pencahariannya dari industri pengolahan dan perdagangan kopi (Sari, 2020).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produksi kopi pada tahun 2019 sekitar 761,10 Ton yang telah dihasilkan dari semua lumbung kopi di Indonesia. Walau angka tersebut merupakan angka sementara, namun jika dibandingkan dengan tahun 2018, produksi kopi hanya tumbuh sekitar 0,67%, dengan kata lain kopi bukan prioritas untuk dikembangkan di Indonesia, padahal Kopi adalah komoditas perkebunan unggulan di Indonesia serta menjadi andalan penghasil devisa. Jenis kopi yang mendominasi produksi kopi di Indonesia terdiri dari 3 jenis kopi yaitu kopi robusta, kopi arabika dan kopi liberika. Kopi robusta Indonesia memiliki volume produksi terbesar di Indonesia
10 dan menghasilkan nilai ekspor dengan pangsa sebesar 20% ekspor kopi dunia.
Total areal perkebunan kopi robusta Indonesia seluas 1.153,959 ribu hektar atau 92% dari luas total perkebunan kopi di Indonesia (Sari, 2020).
Kopi menjadi salah satu pilihan utama bagi penduduk Indonesia untuk diminum kala kita di kafe ataupun di rumah. Apalagi saat ini banyak café kopi Indonesia yang bermunculan dan sedang popular seperti kopi Kenangan, Janji Jiwa, Anomali dan masih banyak yang lainnya. Bahkan, saat ini orang-orang saat ini mulai mengenali beragam jenis asal kopi dari berbagai penjuru Indonesia seperti kopi Gayo, kopi Totaja, kopi Flores, dll. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jenis asal kopi terbanyak, atau bisa disebut dengan single- origin. Terdapat beragam jenis asal kopi Indonesia yang tersebar di berbagai daerah seperti Sumatra, Jawa, Bali, Flores sampai Papua. Kopi adalah produk yang sangat popular di Dunia. Bayangkan saja, produk lopi merupakan produk ekspor terbesar kedua di dunia, Arabika dan Robusta adalah dua jenis kopi yang paling diminati di pasar global. Jika kita lihat dari tingkat konsumsinya, sekitar 70% penduduk dunia ini adalah konsumen kopi Arabika, sedangkan sisanya 30%
penduduk dunia ini adalah konsumen kopi Robusta (Sari, 2020)
Kopi Indonesia memiliki potensi besar untuk diekspor oleh UKM di Indonesia, Indonesia adalah produsen keempat terbesar di dunia secara ekspor dan menduduki peringkat ke-13 pada tahun 2018. Perdagangan kopi di dunia masih didominasi oleh Brazil dengan pangsa pasar dunia sekitar 14,3%. Lalu peringkat kedua selalu diduduki oleh Vietnam dimana pangsa pasarnya sekitar 9,4%.
Negara produsen kopi lainnya yang mengalahkan ekspor Indonesia adalah
11 Kolombia, Honduras dan Ethiopia. Bahkan beberapa Negara yang bukan produsen kopi mengalahkan ekspor Indonesia, seperti Jerman, Swiss dan Belanda.
Hal ini karena negara-negara maju tersebut menguasai industri roasting (sangrai) kopi dan pengolahan lainnya pada kopi (Renaldi, 2020).
Jika kita membandingkan kopi Indonesia dengan kopi negara lain seperti Brazil dan Vietnam, kopi Indonesia kalah dari segi volume, biaya produksi serta sertifikasi. Seperti yang kita tahu, bahwa Brazil dan Vietnam adalah Negara produsen kopi terbesar pertama dan kedua di dunia. Lalu, Indonesia juga memiliki efisiensi produksi yang jauh lebih rendah daripada pesaing karena 90% produksi kopi Indonesia didominasi oleh petani kecil. Hal ini mengakibatkan kalahnya kopi Indonesia dalam hal sertifikasi pertanian, khususnya dalam hal sustainability seperti organic dan fairtrade (Renaldi, 2020)
Melihat dari segi jenis produk, produksi kopi Indonesia sama dengan Vietnam yang sebagian besar adalah kopi Robusta. Ini berbeda dengan Brazil yang produksi kopinya didominasi oleh kopi Arabika. Padahal tingkat konsusmsi kopi di dunia, khususnya di negara-negara maju sebagian besar adalah kopi arabika. Apalagi kopi arabika dipercaya adalah kopi yang dapat menghasilkan kopi dengan kualitas lebih tinggi. Akan tetapi produk kopi Indonesia memiliki banyak keunggulan dibandingkan kopi Brazil dan Vietnam. Pertama, kualitas kopi Robusta Indonesia diakui lebih unggul daripada kopi Robusta Vietnam. Bahkan, beberapa kopi Robusta Indonesia mampu mendapat nilai tinggi sehingga dianggap sebagai kopi spesial. Disamping itu, kualitas kopi Arabika Indonesia juga mampu menyaingi kopi Arabika Brazil. Namun, keunggulan yang paling penting dari kopi
12 Indonesia adalah beragam jenis asal kopi yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri, inilah potensi yang tidak dimiliki oleh kopi dari Brazil, Vietnam dan negara pesaing lainnya serta harus kita optimalkan (Renaldi, 2020).
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Kondisi sosial yang mempengaruhi individu melalui dua cara yaiu langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari-hari baik dari keluarga, teman dan pekerjaan. Secara tidak langsung melalui media massa baik cetak, audio maupun audio visual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul lingkungan tetangga dan aktivitas dalam masyarakat.
Kondisi Ekonomi pada umumnya diartikan sebagaimana manusia memenuhi kebutuhan materilnya melalui pranata-pranata mereka untuk mendapatkan sumber daya alam, para ekonom menegaskan bahwa seseorang bisa mengetahui apa yang berguna biasanya melalui apa yang dianggap berguna bagi orang lain yang sesuai dengan pilihan-pilihan mereka, penelitian ini berkaitan erat dengan masalah ekonomi yang dimana setelah berdirinya perusahaan tentunya dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar. Contoh yang dapat diambil ialah masyarakat yang pada awalnya bermata perncaharian petani, kini beralih profesi sebagai karyawan swasta dan wiraswasta, dan dengan melakukan alih profesi ini tentunya berdampak pada perekonomian masyarakat.
Kondisi sosial masyarakat mempunyai lima indikator yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluarga dan kelompok rumah tangga. Dari lima indikator
13 tersebut, hanya indikator umur dan kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses pendidikan, sehingga hanya empat indikator yang perlu diukur tingkat perbaikannya guna mengetahui tingginya manfaat sosial bagi masyarakat.
Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya. Adapun keadaan sosial ekonomi yaitu sebagai berikut:
a) Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari kondisi sosial ekonomi, kaitannya dalam perubahan sosial budaya dan ekonomi, pendidikan sebagai bagian dari sosial budaya turut berpengaruh pada perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Keberadaan industri ditengah masyarakat selain meningkatkan pola pikir masyarakat, juga akan mendukung bagi peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.
b) Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kebutuhan kehidupan. Untuk menunjang hidupnya setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok suku bangsa memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan suku bangsa lainnya; seperti suku bangsa minangkabau yang tersebar banyak berusaha dibidang perdagangan. Suku bangsa bugis dan Madura banyak yang ahli dalam hal pelayaran tradisional. Begitu pula suku-suku
14 bangsa lainnya ada yang khas dalam bidang pertanian atau ada yang bergerak dibidang industri.
c. Upah
Upah adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa dari hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam sebulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d. Kesehatan
Salah satu indikator dari kesejahteraan keluarga diantaranya pemenuhan kebutuhan atas kesehatan, pendapatan akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap kesehatannya, apabila dia mengalami sakit maka pemilihan tempat untuk berobat akan disesuaikan dengan pendapatannya.
e. Kepemilikan Fasilitas Hidup
Kepemilikan fasilitas hidup seperti kepemilikan alat elektronik dan jenis kendaraan seseorang biasanya berbanding lurus dengan pendapatan, ketika pendapatan melebihi pengeluaran maka kesempatan untuk memiliki fasilitas hidup pun lebih tinggi (Cahyono, 2004).
2.4 Buruh Tani
Buruh menurut Undang-Undang No 13 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 adalah orang yang bekerja dengan menerima upah/imbalan. Tata cara dalam sistem pengupahan di Indonesia diatur dalam UU No 13 tahun 2003 Pasal 98, bahwa setiap buruh berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
Penghasilan tersebut meliputi: upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena halangan, upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan
15 lain. Dalam pasal 29 Undang-undang No 21 tahun 2000 menjelaskan bahwa serikat buruh menyatakan bahwa perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pengurus dan anggota serikat buruh untuk melaksanakan aktivitas serikat buruh selama jam kerja yang telah disetujui oleh kedua belah pihak atau diatur dalam perjanjian kerja sama.
Buruh menurut KBBI dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1. Buruh harian adalah orang yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.
2. Buruh kasar adalah orang yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai keahliannya dibidang tertentu.
3. Buruh tani adalah orang yang menerima upah dengan bekerja di kebun orang lain.
4. Buruh terampil adalah orang yang bekerja dengan keterampilan tertentu.
5. Buruh terlatih adalah orang yang bekerja dengan terlebih dahulu dilatih untuk keterampilan tertentu.
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu ini bertujuan untuk membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis mencantumkan penelitian-penelitian terdahulu, agar menunjukkan keaslian dalam penelitian. Berdasarkan pengamatan penulis adapun karya ilmiah yang telah dilakukan oleh penelitilainnya adalah Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Peneliti Judul Penelitian Metode dan Hasil Penelitian 1 Rossi Dwi
Febrianto
“Dampak Keberadan Pasar Klithikan
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya
16 (2009) Terhadap Masyarakat
Pakuncen Kecamatan Wirobrajan”
perubahan sosial ekonomi serta persepsi masyarakat Desa
Pakuncen dengan
direlokasinya pasar Klithikan didaerah Pakuncen itu sendiri.
Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, selain itu memiliki fokus tetang dampak sosoal ekonomi.
Hasil yang didapat juga meliputi persepsi masyarakat
Pakuncen tentang
direlokasinya pasar Klithikan didaerahnya dan dampak sosial ekonomi yng timbul serta konflik yang terjadi didalamnya.
2 Elfira Chalilatul Zaroh (2012)
“Dampak Keberadaan Desa Wisata Pentingsari Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Dusun Pentingsari Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman”
Penelitian Elfira bertujuan mengkaji dampak soaial ekonomi penduduk dusun Pentingsari sebelum dan sesudah dicanangkan sebagai desa wisata. Penelitian Elfira menunjukkan hasil bahwa kondisi penduduk desa Pentingsari mengalami peningkatan, salah satunya dari sarana dan prasarana yang lebih layak setelah
17 dicanangkannya sebagai desa wisata. Persamaan penelitian Elfira dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama- sama meneliti tentang dampak sosial ekonomi terhadap suatu masyarakat. Penelitian Elfira juga menggunakan metode Kualitatif.
3 Roffi Fitriani Hafidh (2012)
“Dampak Sosial Ekonomi Munculnya Industri Kayu Pada Masyarakat Desa (Studi Kasus UD Abioso di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali)”
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan teknik pengamatan langsung.
Berdasarakan deskripsi hasil penelitian dan analisis data penelitian tentang Dampak Sosial Ekonomi Munculnya Industri Kayu Pada Masyarakat Desa (Studi Kasus UD Abioso di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali)”
peneliti mengambil
kesimpulan: Perkembangan industri pabrik kayu memberi pengaruh bagi masyarakat di Desa Ngagorsari, karena memberikan pendapatan tetap setiap bulan, sehingga dapat memenuhi, kebutuhan sehari – hari.
18 2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam upaya untuk melihat dampak sosial ekonomi buruh tani kopi maka diperlukan berbagai cara yang harus dilakukan untuk mencapainya. Setiap variabel memiliki keterkaitan dengan variabel yang lainnya. Keberadaan perusahaan perkebunan kopi yang menjadi faktor dari dampak sosial ekonomi yang memberikan pengaruh dalam menunjang sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan buruh tani kopi.
Dampak pendidikan terhadap sosial akan sangat terlihat dan berdampak langsung, masyarakat yang tertinggal dalam hal pendidikan otomatis akan tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap dan mental. Akibatnya akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia juga terbatas (Amelia 2011).
Kondisi lingkungan dan sosial dalam permukiman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan. Kondisi permukiman meliputi variabel rumah sehat, kepadatan hunian dan wilayah tempat tinggal. Lingkungan sosial salah satunya rumah merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan gangguan kesehatan, seseorang yang tinggal bersama anggota rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa memiliki risiko 4 kali mengalami gangguan mental emosional, oleh karena itu, perlu dukungan banyak pihak untuk menghadirkan permukiman yang layak, terjangkau dan sehat bagi masyarakat menengah ke bawah (Olwin 2018).
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia yang menyeluruh dalam konteks pembangunan manusia bersinergi dengan
19 manusia lain sebagai kumpulan masyarakat, pembangunan juga menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan juga hubungan manusia dengan lingkungan.
Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang lebih baik dimasa yang akan datang. Pelaksanaan pembangunan dilakukan bersama–sama baik oleh pemerintah dan semua komponen masyarakat. Selain kedua elemen tersebut dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan permasalahan yang timbul atau menjadi dampak dari suatu proses pembangunan.
Salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu dengan melakukan pembangunan sarana dan prasarana fisik disamping meningkatkan sumber daya manusia (SDM) (Selo 1993).
Keberadaan sumber daya alam yang memiliki potensi perlu dilakukan pengengolaan agar dapat termanfaatkan secara maksimal dan berguna dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dilibatkannya masyarakat dalam mengelola potensi alam yang ada tentu akan berdampak dalam mata pencaharian dan pendapatan. Dengan adanya pendapatan maka kondisi sosial ekonomi akan mebaik, sejalan dengan itu otomatis kepemilikan fasilitas hidup juga akan terpenuhi (Stefanus, 2004).
20 Berdasarkan uraian diatas, maka model kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir PT Sulotco Jaya Abadi
AAABADI
Buruh Tani
SOSIAL 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Sarana Sosial
EKONOMI 1. Mata Pencaharian 2. Upah
3. Fasilitas Penunjang
Dampak Sosial Ekonomi Buruh Tani
Kopi
21 III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Sulotco Jaya Abadi yang terletak di Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan 2 bulan dari November - Desember 2021.
3.2 Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sengaja (Sugiyono, 2008). Informan adalah para buruh tani, mandor dan karyawan staff bagian SDM yang berjumlah 6 orang dan juga dengan pertimbangan bahwa informan adalah orang-orang yang tinggal di sekitar daerah perusahaan, dan minimal masa kerja 5 Tahun di PT Sulotco Jaya Abadi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Adapun Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitianini data bersumber dari data primer dan sekunder:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh lewat pengamatan atau wawancara/interview, pengamatan dengan informan, dalam hal ini adalah buruh tani PT Sulotco Jaya Abadi.
22 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak lain lewat jurnal/penelitian, buku, dan dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Maka dari itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Pengamatan (observasi) yaitu peneliti langsung mengamati perilaku dan aktivitas individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini peneliti mencatat baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur sesuai dengan pendapat (Creswell 2014) yang mengatakan bahwa observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
2. Wawancara merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan yang dilakukan secara berkali-kali (Denzin dan Lincoln, 2017). Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, wawancara dalam penelitian ini bersifat mendalam (indepth interview) yang dimana pertanyaan yang diajukan kepada informan tidak disusun terlebih dahulu namun disesuaikan dengan keadaan dan ciri khas yang dimiliki oleh informan. Pelaksanaan Tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari, karena bahan pertanyaan wawancara yang disiapkan bukan berupa daftar pertanyaan melainkan berupa poin-poin pokok yang disesuaikan dengan focus penelitian dan dikembangkan saat
23 wawancara berlangsung secara natural dan mendalam sehingga data yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian kualitatif.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Miles dan Hubberman (2012) adalah upaya yang dilakukan dengan mengorganisasikan data dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengklasifikasi, mensintetiskan dan berpikir dengan jalan membuat agar kategori data tersebut memiliki makna dan membuat temuan- temuan umum. Mengemukakan aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada tahapan penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Proses pengumpulan dan analisis datanya menggunakan model analisis interaktif. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan keadaan kondisi sosial ekonomi pada buruh kopi yang bekerja di PT Sulotco Jaya Abadi (Miles dan Huberman 1994). Dalam penelitian kualitatif, analisis data harus seiring dengan pengumpulan fakta-fakta dilapangan, dengan demikian analisis data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian, Miles dan Huberman menyatakan ada tiga alur kegiatan analisis yang terjadi secara bersamaan, yaitu Reduksi Data, Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulam/Verifikasi, tiga alur kegiatan tersebut merupakan proses siklus dan interaktif, untuk lebih jelasnya, yaitu:
24 1. Reduksi Data
Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan sangat banyak data yang dapatkan oleh peneliti, semakin lama peneliti berada dilapangan, maka data yang didapatkan semakin kompleks dan rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti, oleh karena itu, proses analisis data pada tahap ini harus dilakukan, untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan/pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan yang tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus-menerus, pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi(bagian-bagian). Reduksi data juga merupakan suatu bentuk analisis yang, menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan adanya pengambilan tindakan atau penarikan kesimpulan. Sebuah penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
25 Namun dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk teks narasi, seperti yang dikatakan oleh Miles dan Huberman, “penyajian data yang paling sering digunakan pada masa lalu adalah bentuk teks naratif. Singkatnya penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, hingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif, matrix, grafik, jaringan dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Langkah ketiga dalam tahapan ini menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka bersifat sementara dan akan berubah saat masih pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti data yang valid dan konsisten yang peneliti temukan dilapangan, maka kesimpulan yang didapatkan adalah kesimpulan yang kredibel. Selama sisa waktu penelitian, peneliti berulang-ulang pada kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan agar peneliti mendapatkan gambaran keberhasilan secara utuh.
Dari beberapa tahap yang telah dilakukan dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi dari analisis yang telah dilakukan serta mengecek berulang-ulang data yang telah didapatkan dilapangan. Peneliti akan akan mengambil kesimpulan terkait “Dampak Keberadaan Perusahaan Perkebunan Kopi Terhadap Sosial Ekonomi Buruh Tani di Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja (Study Kasus PT. Sulotco Jaya Abadi).
Kemudian memfocuskan diri pada apa yang muncul diakhir penelitian dan
26 sampai pada peneliti tidak lagi mendapatkan hal-hal baru yang muncul, maka berarti hasil penelitian telah diidentifikasi. Setelah tersusun kemudian membuat rangkuman inti, yang perlu dijaga sehingga bukti dan juga temuan yang valid sehingga menjadi bukti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini mencakup pengertian yang digunakan agar memudahkan pengambilan data dan informasi serta menyamakan persepsi. Adapun definisi operasional tersebut sebagai berikut:
1. PT Sulotco Jaya Abadi merupakan perusahaan yang bergerak di industri perkebunan kopi yang berlokasi di Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
2. Buruh tani adalah seseorang yang bekerja di PT. Sulotco Jaya Abadi dalam bidang pengolahan kopi yang bertujuan untuk menumbuhkan, memelihara dan memanen tanaman kopi dan dengan masa kerja minilan 5 tahun.
3. Dampak sosial adalah perubahan yang terjadi pada buruh tani dan masyarakat yang diakibatkan oleh kehadiran PT. Sulotco Jaya Abadi. Perubahan tersebut meliputi perubahan terhadap akses pendidikan, akses kesehatan dan akses sarana sosial.
4. Dampak ekonomi adalah perubahan yang terjadi pada buruh tani dan masyarakat yang diakibatkan oleh kehadiran PT. Sulotco Jaya Abadi.
Perubahan tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, upah dan fasilitas penunjang.
27 IV.GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Kecamatan Bittuang terletak dibagian Timur Sulawesi dan berjarak kurang lebih 360 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi perkebunan berada 45 km arah barat laut Kota Makale (Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja) dengan kondisi jalan yang tergolong buruk dengan batuan terjal serta tanjakan, sehingga dibutuhkan waktu 1-2 jam untuk mencapai lokasi dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Kecamatan Bittuang adalah salah satu dari 20 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Bittuang berada didaerah ketinggian, sehingga daerah ini terkenal dengan berbagai hasil perkebunannya, terlebih perkebunan kopi yang menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat Bittuang.
4.1.1 Letak
Adapun batas-batas wilayah kecamatan Bittuang adalah, sebelah utara:
Kecamatan Masanda, sebelah selatan: Kecamatan Saluputti, sebelah timur:
Kabupaten Mamasa dan sebelah barat: Kabupaten Tana Toraja.
4.1.2 Topografi
Wilayah Kecamatan Bittuang didominasi dengan keadaan daratan landai, bergelombang, berbukit hingga bergunung (20% landai, 25 bergelombang, 25%
berbukit dan 30% bergunung). Yang berakibat pada beratnya membangun prasarana transportasi dan pekerjaan konservasi lahan, serta rendahnya tingkat
28 efisiensi penggunaan lahan untuk kebun kopi (70-75%). Luas wilayah Kecamatan Bittuang 163,27 km2, dengan jarak tempuh dari kota Makassar sekitar 360 Km.
4.1.3 Morfologi Bergelombang
Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 30 s/d 150 meter dari permukaan laut, meliputi bagian dari Kecamatan Makale, Kecamatan Makale Selatan, Kecamatan Makale Utara, Kecamatan Saluputti, Kecamatan Bittuang.
4.1.4 Morfologi Perbukitan dan Ketinggian
Daerah perbukitan dikecamatan Bittuang terbentang mulai dari Utara ke Selatan dengan ketinggian 100 s/d di atas 700 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Masanda dan Kecamatan Saluputti.
Wilayah kecamatan Bittuang lebih didominasi dengan keadaan topografi daratan tinggi sampai bergelombang. Luas daratan rendah sampai daratan bergelombang hampir berimbang, yaitu jika daratan rendah sampai bergelombang mencapai sekitar 35% maka daratan tinggi mencapai 65%.
4.1.6 Klimatologi
Kecamatan Bittuang mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 11°C – 24°C. Suhu pada kisaran ini cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan.
29 4.2 Keadaan Demografis
4.2.1 Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Laju pertumbuhan adalah angka yang menunjukkan presentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Kepadatan penduduk adalah rasio banyaknya penduduk per kilometer persegi (BPS, 2021) Tabel 2. Banyaknya Penduduk di Berbagai Kecamatan di Area Lahan Perkebunan
Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi
Kecamatan Penduduk
Kecamatan Bittuang 15.105
Kecamatan Rantetayo 11.201
Kecamatan Kurra 5.420
Sumber: BPS Kabupaten Tana Toraja, 2021
Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Berbagai Kecamatan di Area Lahan Perkebunan Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi
Kecamatan Laki – laki Perempuan Jumlah
Bittuang 7.556 6.951 14.507
Rantetayo 5.413 5.228 10.641
Kurra 2.723 2.425 5.148
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, 2021
30 Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Area Lahan Perkebunan PT. Sulotco Jaya Abadi Kelompok
Umur
Laki – laki Perempuan Jumlah
0 – 9 4.148 3.839 7.987
10 – 19 3.678 3.328 7.006
20 – 29 2.169 2.123 4.292
30 – 39 2.409 2.238 4.647
40 – 49 1.834 1.739 3.573
50 – 59 1.239 1.409 2.648
60 – 64 509 594 1.103
65 + 965 1.163 2.128
Jumlah/Total 16.951 16.433 33.384
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja, 2021
4.3 Profil Perusahaan
4.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Sulotco Jaya Abadi merupakan suatu perusahaan swasta nasional (penanaman modal dalam negeri) yang bergerak pada usaha budidaya dan tataniaga kopi. Perusahaan ini berlokasi di Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan pada bekas lahan milik seorang warga Belanda bernama H.J Stock van Dykk.
PT. Sulotco Jaya Abadi berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.
Perusahaan ini didirikan atas dasar akte notaris no.21 tanggal 19 agustus 1986 oleh Notaris Rika You Sou Shin di Surabaya. PT. Sulotco Jaya Abadi dioperasikan berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No. 08/KPTS/III/BKPMD/87 tanggal 07 maret 1987, yang dikukuhkan
31 melalui menteri dalam negeri No. 19/HGU/1988 tanggal 20 September 1988.
Kegiatan pembukaan lahan dimulai tanggal 07 Maret 1987 dengan luas lahan operasi seluruhnya 1.199,364 Ha, status hak guna usaha (HGU) berlaku selama 30 tahun yang dapat diperpanjang.
4.3.2 Visi dan Misi Perusahaan
PT. Sulocto Jaya Abadi menyadari pentingnya visi dan misi dalam menjalankan usaha. Adapun visi perusahan adalah “Mengembangkan dan Meningkatkan Produksi Kopi Arabika Toraja di Pasaran Dunia Melalui Ekspor”.
Melalui visi ini, perusahaan memprioritaskan penanaman/produksi kopi arabika varietas lokal yang dikenal memiliki rasa dan aroma yang khas. Hasilnya adalah untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun kebutuhan bahan baku produk olahan kopi dalam negeri yang dikelola oleh Kapal Api Group. Untuk mewujudkan visi tersebut, perusahaan menetapkan misi sebagai berikut:
a. Memproduksi kopi arabika varietas unggul lokal dan nasional seperti Kalosi, Lini S, Katurra, CIKS, USDA dan Katurra Timor
b. Memberdayakan karyawan sebagai mitra perusahaan.
Melalui penyadaran kedua misi ini, perusahaan berupaya mencapai sasaran ganda yaitu meningkatnya produktifitas produksi tanaman/perusahaan sekaligus meningkatnya kesejahteraan karyawan dalam jangka panjang.
32 4.3.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi merupakan sistem kegiatan yang terkoordinir dari sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan dibawah kekuasaan dan pimpinan. Di dalam organisasi terdapat struktur organisasi yang merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan untuk pencapaian tujuan melalui strategi yang telah dipilih, hubungan antara fungsi-fungsi, serta wewenang dan tanggung jawab. Struktur organisasi tersebut disusun untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dengan lebih efektif.
Struktur organisasi yang baik akan mendorong kerjasama yang baik dan sehubungan dengan itu dapat meningkatkan moral pekerja, serta keinginan untuk melaksanakan sesuatu yang baik. Dengan demikian dapat menciptakan suasana yang kondusif yang dapat dirasakan oleh semua pihak yang terkait baik secara individual maupun perusahaan secara keseluruhan.
PT. Sulotco Jaya Abadi memiliki struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas pula. PT.
Sulotco Jaya Abadi dipimpin oleh seorang pimpinan kebun yang bertanggung jawab kepada dewan direksi yang berkedudukan di Surabaya. Dalam melaksanakan tugasnya, pimpinan kebun dibantu tiga orang Kepala Wilayah. Di bidang non tanaman (pasca panen) dibantu oleh seorang Kepala Bagian Teknik, di bidang administrasi dibantu oleh seorang Kepala Bagian Administrasi, di bidang penelitian dan pengembangan dilaksanakan oleh Kepala Litbang.
33 Setiap kepala wilayah dibantu oleh seorang kepala unit. Seorang kepala unit dibantu oleh 10-15 orang kepala blok/mandor. Untuk keperluan pelaksanaan penelitian dan percobaan yang menyangkut tanaman dan non-tanaman, merupakan tanggung jawab Kepala Bagian Litbang yang dibantu oleh beberapa staffnya. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penelitian dasar dan mengimplementasikan hasil penelitian tersebut baik di bidang tanaman maupun non-tanaman. Struktur organisasi PT. Sulotco Jaya Abadi dapat dilihat pada gambar dibawah:
Sumber : PT. Sulotco Jaya Abadi
Penjelasan lebih rinci mengenai tanggung jawab masing-masing bagian diuraikan dalam lampiran penelitian.
Dewan Direksi
Pimpinan Kebun
Kawil Asri
Kawil Barakai
Kawil Citra
Kabag.
Teknik
Kabag.
Adm, Keu
Kabag.
Litbang Kanit
Mandor
Staff
_ Kanit
Mandor
Kanit Mandor
Staff
Kepala Blok/Ma ndor
Kepala Blok/Ma ndor
Kepala Blok/Ma ndor Kepala
Blok/Ma ndor
Karyawan Harian Tetap/Karyawan Harian Lepas
34 4.3.4 Aspek Budidaya Hingga Pascapanen
Fokus aktifitas usaha yang dilakukan PT. Sulotco Jaya Abadi adalah kegiatan budidaya dan pascapanen. Aktifitas budidaya perusahaan menghasilkan komoditi kopi jenis arabika yang kemudian akan disalurkan baik tujuan ekspor serta memenuhi kebutuhan bahan baku industri kopi bubuk Kapal Api Group.
Populasi tanaman tertinggi dicapai di tahun 1995 dengan 1.126.052 pohon, 673.841 pohon diantaranya merupakan tanaman produktif. Untuk memaksimalkan lahan maka program perusahaan dalam rangka pengembangan tanaman untuk lima tahun ke depan adalah menyiapkan 70.000 bibit untuk penyulaman setiap tahun dan tanaman yang direhabilitasi sekitar 15% dari sulaman, maka program ini diharapkan akan meningkatkan populasi tanaman secara bertahap sekitar 52.500 pohon/tahun dan populasi tanaman menghasilkan sekitar 49.000 pohon/tahun.
Perkebunan kopi PT. Sulotco Jaya Abadi merupakan perkebunan yang mengarahkan usahanya pada komoditi perkebunan kopi organik. Langkah yang ditempuh oleh perusahaan adalah penggunaan input produksi baik pupuk maupun pestisida organik yaitu dari pemanfaatan limbah produksi sebagai pupuk hijau dan pemanfaatan kotoran ternak yang diperoleh dari masyarakat sekitar sebagai pupuk kandang. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan pangsa pasar usaha, dimana konsumen cenderung mengutamakan produk yang alami dalam memenuhi kebutuhan.
35 4.3.5 Penanganan Limbah Usaha
Penanganan limbah usaha merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Rancangan usaha harus tetap berorientasi pada penanganan limbah, tujuannya adalah agar dapat menjaga keberlangsungan usaha. Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan adalah limbah padat hasil olahan kopi berupa kulit daging buah kopi gelondong dan limbah cair hasil pengolahan. Penanganan limbah padat dilakukan dengan menampung pada sebuah kolam yang diolah kembali untuk dijadikan pupuk kompos/pupuk organik yang dikirim ke wilayah- wilayah kerja untuk dijadikan pupuk. Sedangkan penanganan limbah cair adalah dengan membuat kolam pembersihan air limbah dari pabrik melalui dua kali tahap penyaringan. Penanganan limbah tersebut mengikutsertakan kontrol dari Bapelda Kabupaten Tana Toraja.
4.3.6 Sumberdaya Perusahaan
Sumberdaya adalah segala sesuatu yang sifatnya produktif dan bernilai ekonomis. Sumberdaya merupakan input yang terlibat dalam proses suatu sistem dimana dalam sejumlah input tersebut diharapkan mampu menghasilkan sejumlah output yang sebanding dengan input atau bahkan mampu memberikan keuntungan atau kontribusi yang nyata pada perusahaan. Adapun sumberdaya yang dimiliki oleh PT. Sulotco Jaya Abadi meliputi sumberdaya lahan dan bangunan, sumberdaya peralatan, sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial.
36 a. Sumberdaya Lahan dan Bangunan
Sumberdaya lahan dan bangunan adalah sumberdaya sebagai tempat perusahaan dalam menjalankan seluruh aktifitas operasional perusahaan.
Pemilihan lokasi lahan dan bangunan yang strategis sangat perlu dilakukan mengingat kelangsungan perusahaan. Pertimbangannya antara lain mengenai daerah pemasaran, tersedianya bahan baku dan tenaga kerja, serta faktor kecocokan dengan kondisi geografis maupun iklim. Berikut ini adalah keterangan alokasi inventarisasi luasan dari PT. Sulotco Jaya Abadi:
Tabel 5. Alokasi Pemanfaatan Lahan Milik PT. Sulotco Jaya Abadi No Alokasi Pemanfaatan Lahan Luas Wilayah
(Ha)
Lahan yang ditanami (Ha) 1. Areal Pertanaman:
- Wilayah Asri - Wilayah Barakai - Wilayah Citra - Litbang
176,72 194,00 267,92 51,36
158,91 189,75 216,97 10,36 2. Areal Non Pertanaman
- Perumahan - Pabrik dan Kantor
30 20
_
3. Persiapan Pengembangan 483,364 _
Sumber: PT Sulotco Jaya Abadi, 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari sekitar 1.199,364 ha lahan yang dimiliki (HGU), 575,99 ha diantaranya merupakan lahan perkebunan kopi, 26 ha digunakan untuk bangunan, perumahan, kantor, proses pasca panen dan prasarana transportasi, serta 597,374 ha merupakan lahan konservasi sumberdaya alam.
Kondisi lahan dan bangunan sangat baik dan masih terjaga, keadaan fisik yang baik sangat perlu untuk menunjang proses operasional usaha.
37 b. Sumberdaya Peralatan
Sumberdaya perusahaan merupakan penunjang keberhasilan aktifitas operasional perusahaan. Tanpa peralatan, kegiatan produksi tidak dapat dilaksanakan, fungsinya adalah sebagai alat bantu untuk memperlancar mekanisme kerja usaha. Kebutuhan perusahaan akan peralatan disesuaikan dengan kapasitas produksi atau jumlah produk yang dihasilkan. Berikut ini jenis dan jumlah peralatan yang digunakan dan dimiliki, yaitu:
Tabel 6. Inventarisasi Peralatan dan Kendaraan Milik Perusahaan No Nama Peralatan dan
Kendaraan
Jumlah Keterangan
1. Traktor 14 Baik
2. Timbangan 40 Baik
3. Handsprayer 10 Baik
4. Genset Cummin 2 Baik
5. Roda Empat dan Roda Dua 19 Baik
Sumber: PT. Sulotco Jaya Abadi, 2019 c. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia adalah elemen utama dari sebuah organisasi karena merupakan penggerak dari semua aktifitas yang berlangsung. Manusia itu sendiri yang mengendalikan sumberdaya lain, seperti modal, teknologi, serta melakukan semua aktifitas operasional yang bersifat fisik (budidaya hingga pascapanen) dan mental (perencanaan dan pengelolaan). Kebutuhan sumberdaya manusia untuk kegiatan usaha tidaklh sama, tergantung pada keadaan usahanya, semakin besar usaha yang dikelola, semakin banyak memerlukan sumberdaya manusia.
38 Pembagian tenaga kerja perusahaan berdasarkan penempatan wilayah kerja ada pada tabel dibawah:
Tabel 7. Tenaga Kerja PT. Sulotco Jaya Abadi Wilayah Kerja
Status Tenaga Kerja
Bulanan Harian Tetap Harian Lepas
Kantor Induk Dan Keamanan 17 10 7
Bagian Teknik 8 17 6
Wilayah Asri 10 41 96
Wilayah Barakai 10 37 91
Wilayah Citra 10 42 103
Total 55 145 303
Sumber: PT Sulotco Jaya Abadi, 2019
Tabel diatas menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh perusahaan tahun ini berjumlah 503 orang yang tersebar di berbagai unit kegiatan mulai dari produksi, pascapanen, administrasi, unit pendukung seperti bangunan dan jalan, penelitian dan pengembangan.. Jumlah tenaga kerja tersebut terbagi atas tiga status karyawan yaitu tenaga kerja bulanan, tenaga kerja harian tetap, dan tenaga kerja harian lepas, yaitu :
1. Karyawan tetap/karyawan bulanan, merupakan karyawan yang memperoleh pendapatan tetap setiap bulan, memperoleh fasilitas perumahan, listrik, air bersih, seragam dan sepatu kerja. Karyawan tetap juga memperoleh tunjangan kesehatan yang besarnya sama dengan satu bulan gaji, tunjangan hari raya satu bulan gaji, dan jamsostek. Karyawan wanita memperoleh cuti melahirkan selama tiga bulan dengan memperoleh gaji normal.
2. Karyawan harian tetap, yaitu karyawan yang memperoleh upah berdasarkan kehadirannya yang dibayarkan setiap satu bulan dan memperoleh fasilitas
39 seperti: perumahan, listrik, air bersih, sepatu kerja, serta lahan untuk usahatani semusim. Karyawan harian tetap memperoleh tunjangan kesehatan dan tunjangan hari raya masing-masing sebesar satu bulan akumulasi upah (hari raya nasional/keagamaan), serta karyawan wanita memperoleh cuti melahirkan 3 bulan dengan memperoleh pendapatan 50% akumulasi gaji dalam satu bulan.
3. Karyawan harian lepas, memperoleh upah sesuai kehadiran secara harian, dapat tinggal di perumahan perusahaan dengan fasilitas listrik dan air bersih, memperoleh sepatu kerja dan lahan untuk mengembangkan usahatani semusim. Penerimaan harian lepas didasarkan pada kebutuhan perusahaan, dan umumnya dipekerjakan pada unit tertentu yang sifatnya musiman, sehingga jumlahnya berubah dari waktu ke waktu.
Penggunaan tenaga kerja setiap tahunnya berubah sesuai dengan kapasitas target produksi yang direkomendasikan. Berikut ini adalah penggunaan tenaga kerja selama lima tahun terakhir:
Tabel 8. Jumlah Pembagian Tenaga pada PT. Sulotco Jaya Abadi (2015 - 2019).
Tahun Status Karyawan Karyawan
Bulanan
Harian Tetap Harian Lepas Total
2015 58 147 295 500
2016 58 145 205 408
2017 58 145 300 503
2018 57 143 210 410
2019 57 110 290 457
Sumber: PT. Sulotco Jaya Abadi, 2019
40 d. Sumberdaya Finansial
Sumberdaya finansial merupakan harta milik perusahaan berupa uang tunai dan barang. Sumberdaya finansial sangat penting dimana menjadi dasar sebagai penentu dalam pengambilan kebijakan. Modal awal yang digunakan oleh PT. Sulotco Jaya Abadi dialokasikan untuk pengurusan kegiatan Hak Guna Usaha dan penyediaan peralatan produksi yang sifatnya merupakan harta tetap.
Demikian pula untuk kegiatan proses budidaya atau produksi awal sebagai modal kerja. Sumber dana perusahaan berasal dari pemilik perusahaan maupun pinjaman dari lembaga perbankkan.
e. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan aset investasi jangka panjang perusahaan bila dapat dikelola dengan baik, diperlukan kerjasama yang saling mnedukung antara kedua belah pihak antara tenaga kerja maupun pihak organisasi. Tenaga kerja akan menjadi aset apabila mampu menyesuaikan diri dengan perusahaan serta memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan fungsi perusahan, sementara pihak tenaga kerja akan lebih produktif atau memberikan nilai ekonomi secara optimal apabila perusahaan memperhatikan kebutuhan dan pengembangan diri.