• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENELITI TERDAHULU

Penelitian oleh Adisetya Dwi Astari (2020), dengan judul “ Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam meningkatkan ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat (studi kasus pada BUMDes Cahaya Bumi Perkasa Desa Pekiringan Kecematan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga”, Tujuan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa BUMDes Cahaya Bumi Perkasa melalui progam-progam yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat sudah berperan dalam meningkatkan ekonomi. Progam-progam yang sudah terealisasikan di BUMDes Cahaya Bumi Perkasa adalah unit usaha penggemukan sapi, unit usaha pengelolaan pasar, unit usaha simpan pinjam, dan unit usaha pertanian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (Field Research), penelitian ini menggunakan ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif, dimana penelitian ini penelitian mengumpulkan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Persamaan : peranan BUMDes dalam pemberdayaan masyarakat meningkatkan ekonomi, Perbedaan : penelitian terdahulu lebih berfokus pada progam-progam BUMDes.

Penelitian oleh Hudiono (2018), IAIN Purwokerto, dengan judul

“Efektivitas Program Bumdesa dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Kasus Bumdesa Arto Doyo Desa Samudra Kulon, Kecamatan

(2)

10

Gumelar, Kabupaten Banyumas)”. Tujuan dari penelitian ini adalah membahas efektivitas Bumdesa Arto Doyo dalam memberdayakan masyarakat Desa Samudra Kulon. Dari beberapa program ada, baru satu program yang terlaksana yaitu unit usaha simpan pinjam. Efektivitas pemberdayaan ekonomi desa Samuddra Kulon diukur menggunakan 7 indikator efektivitas program, dan hasilnya menunjukkan masih belum efektif pelaksanaan bumdesa tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (Field Reseach), penelitian ini menggunakan metode dekriptif-kualitatif, dimana peneliti mengumpulkan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Persamaan : pemberdayaan masyarakat dalam program bumdes, Perbedaan : penelitian terdahulu lebih mengenai keefektivitasan bumdes yang diukur menggunakan indikator

Penelitian oleh Musyafak & Sukarno (2019), dengan judul “Analisis Kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Pengelolaan Aset Desa di Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik ( Studi Kasus di BUMDes Desa Putat Lor )” Tujuan dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa BUMDes dalam mengelola aset desa belum terlalu berdampak signifikan terhadap perkembangan perekonomian bagi masyarakat Desa Putat Lor dan sekitarnya dikarenakan BUMDes ini baru awal terbentuk dan didirikan sehingga kinerja yang dilakukan belum berdampak secara maksimal dalam pengelolaan dan pengembangan Aset Desa. Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Terdapat beberapa informan yang memberikan informasi terkait dalam penelitian ini, diantaranya : Kepala Desa Desa Putat Lor, Ketua BUMDes beserta

(3)

11

Anggota, Pengelola Lapangan Olahraga dan Penyewa Ruko. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Persamaan : yaitu tentang pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Perbedaan : yaitu dimana penelitian terdahulu lebih membahas tentang pengelolaan aset desa.

Penelitian oleh Efendi(2019), IAIN Jember, dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Progam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Jatisari Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk BUMDesa Jatisari dapat menjadi sarana untuk membuka peluang usaha dan pengembangan pasar, memberikan simpan pinjam kepada yang membutuhkan, serta mewujudkan cita-cita negara yaitu masyarakat sejahtera. Kehadiran BUMDesa Jatisari dapat meminimalisir kemiskinan di tingkat desa melalui pemberdayaan masyarakat melalui program-program yang terarah. Metode penelitian ini adalah deskriptif dan kualitatif.

Teknologi perolehan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.

Analisis data yang digunakan dilakukan dalam dua tahap, selama dan setelah pengumpulan data, untuk mereduksi, memvalidasi dan menampilkan data yang terkumpul. Persamaan: yaitu Pengelolaan BUMDes dengan progam-progam BUMDes. Perbedaan: yaitu berfokus pada strategi pembangunan melalui pengembangan usaha BUMDes.

Penelitian oleh Wicaksono et al., (2017), dengan judul “Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Amanah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Padang Jaya Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser. Penelitian ini

(4)

12

bertujuan untuk mendeskripsikan peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Padang Jaya Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser. Tujuan penelitian ini meliputi pengelolaan keuangan, pengelolaan aset, dan mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga. Dari hasil penelitian, data-data yang ada diolah dan dianalisis menggunakan anaisis deskriptif kualitatif. Dari analisis data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Amanah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa Padang Jaya adalah melalui pengelolaan keuangan yang baik dengan alur akuntansi, melalui pengelolaan aset desa yang menjadi sumber usaha seperti unit air bersih, unit kebun desa dan unit pasar desa, pengelola BUMDes sudah mampu mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu sebagai agen BRILink. BUMDes sudah berperan dalam meningkatkan pendapatan asli desa melalui tiga unit usaha utama yaitu unit air bersih, unit kebun desa, unit pasar desa yang didalamnya terdapat penyewaan tenda, dan kerjasama dengan perbankan menjadi agen BRILink. Persamaan: pengelolaan BUMDes dan jenis-jenis unit BUMDes, Perbedaan: penelitian ini berfokus pada peningkatan Pendapatan Asli Desa.

Dilihat dari penelitian sebelumnya bahwa hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah peneliti ini sama dengan membahas peran pengelolaan BUMDes, ada juga yang membahas mengenai pendapatan desa, asset desa dan pengelolaan jenis usaha desa lewat BUMDes. Akan tetapi yang membedakan adalah pada objek yang diteliti.

(5)

13 B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Desa

a. Pengertian Desa

Secara etimologis, kata desa berasal dari bahasa Sansekerta. Ini berarti besar Berarti tanah air, tanah air atau tanah air. Dari sudut pandang geografis Desa atau pemukiman. Desa adalah kesatuan masyarakat sebuah undang-undang yang memiliki kekuatan untuk memindahkan rumah tangga berdasarkan hak asal dan kebiasaan yang diakui secara nasional terletak secara nasional dan di kabupaten.

Desa menurut Aziz(2016), bahwa “Otonomi Desa” menyatakan bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Menurut Soleh(2017), wilayah pedesaan harus dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kawasan perkotaan. Pemahaman yang terbagi ini menjadi penting dan mendasar dalam mengembangkan peraturan perundang-undangan untuk permainan yang berkaitan dengan pedesaan dan perkotaan, dengan adanya sinergi dan keseimbangan dalam perlakuan daerah, terutama perlakuan terhadap pelaku pembangunan. Dengan disahkannya Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014, semua desa memiliki kesempatan untuk mengembangkan segala kemungkinan secara mandiri sesuai dengan kebutuhannya guna

(6)

14

mewujudkan kepentingan umum. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013), Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan

wilayah yang didiami oleh banyak keluarga dengan sistem pemerintahannya sendiri dimpimpin oleh kepala desa, atau desa adalah kumpulan rumah pinggiran kota yang membentuk kesatuan tersebut.

b. Tujuan Desa

Tujuan pembuatan desa adalah untuk meningkatkan kemampuanmu Tata kelola dengan cara yang efisien dan efektif Meningkatkan pelayanan masyarakat sesuai tingkat perkembangan dan kemajuan pembanguan di dasa. Saat membuat pengembangan hingga ditingkat bawah, dan ada beberapa kondisi Harus dipenuhi untuk pembentukan desa, yaitu pertama dan terutama penduduk, kepala keluarga minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga, faktor kedua yaitu terjangkau untuk layanan dan pengembangan masyarakat, ketiga dimana terdapat jaringan komunikasi atau komunikasi antar desa, Keempat, faktor infrastruktur, ketersediaan pilihan transportasi, pemasaran, masyarakat, produksi, badan pengelola desa, faktor kelima secara sosial budaya terdapat keselarasan antara kehidupan beragama dan kehidupan bersosialisasi karena kebiasaan, keenam, faktor kehidupan masyarakat yang menjadi tempat untuk mata pencaharian masyarakat.

c. Keuangan Desa

Menurut Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, yang selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

(7)

15

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDes, bantuan pemerintah pusat dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah diselenggarakan oleh pemerintah desa dibiayai dari APBD, sedangkan penyelenggaraan Pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBN (Taufeni, 2009).

d. Sumber-Sumber Pendapatan Desa

Menurut Saputra et al.,(2019) pengelolaan pendapatan asli desa dilakukan pada rangka penyelenggaraan pembangunan desa menjadi penambah & pemasukan asal pendapatan desa. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 77 mengenai desa, pengelolaan kekayaan milik desa dilakukan untuk menaikkan kesejahteraan rakyat desa dan menaikkan pendapatan desa. Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 mengenai perencanaan pembangunan desa menyebutkan bahwa pembangunan desa bahwa pemerintah yang sebelumnya terbebani menggunakan acara-acara pembangunan menurut sentra kini bisa lebih bebas pada mengelola atau mengatur dan memilih arah pembangunan desa secara mandiri.

(8)

16

e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Menurut Wida Puspawardani(2017), APBDes adalah rencana keuangan desa dalam satu kesatuan tahun yang meliputi perkiraan pendapatan, rencana pengeluaran program dan kegiatan, dan rencana pembiayaan yang disepakati bersama oleh pemerintah desa dan BPD dan ditetapkan dengan peraturan desa. Pelaksanaan pemerintahan desa memiliki keluaran berupa pelayanan publik, pembangunan dan perlindungan masyarakat harus siap setiap tahun yang dituangkan dalam APBDes.

f. Pemerintah Desa

Pemerintah sadalah tindakan legislasi, administrasi, peradilan atau badan untuk mencapai tujuan pemerintahan negara, dan pemerintah dalam arti sempit adalah tindakan pemerintah dan stafnya untuk mencapai tujuan pemerintahan negara.

Pemerintah desa, juga dikenal sebagai Pemdes, adalah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengelola wilayah di tingkat desa. Badan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa, yang dikeluarkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 216 (1) Undang-Undang Tahun 2004 Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah. Sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Ayat 1 Ayat 2, kepala pemerintahan desa adalah kepala desa yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan (Wikipedia, n.d.).

Di sisi lain, UU No. 6 Tahun 2014 memahami hal ini. Dalam hal

(9)

17

pemerintahan desa menyelenggarakan urusan pemerintahan, Kepentingan masyarakat dalam sistem pemerintahan kesatuan Republik Indonesia.

g. Dana Desa

Menurut Safriani(2020), Dana Desa adalah dana yg bersumber berdasarkan Anggaran Pendapatan & Belanja Negara yg diperuntukkan bagi Desa yg ditransfer melalui Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah Kabupaten/Kota & dipakai buat membiayaipenyelenggaraan pemerintah, aplikasi pembangunan, training kemasyarakatan, &

pemberdayaan warga . Dana desa yg diperoleh desa akan dipakai buat penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi dana desa adalah bagian berdasarkan keuangan desa yg sentra dan wilayah yang diterima kabupaten buat desa paling sedikit 10 %. Seluruh aktivitas yang asal berdasarkan aturan alokasi dana desa direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai secara terbuka menggunakan melibatkan semua warga desa.

h. Pembangunan Desa

Pembangunan desa pembangunan adalah perubahan yang direncanakan Diimplementasikan secara luas oleh negara-bangsa, Kemajuan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan (Siagian et al., 2013). Pembangunan adalah usaha atau rangkaian pertumbuhan usaha Perubahan terencana yang dilakukan oleh negara, Menuju modernitas dalam konteks berbangsa dan bernegara, pembangunan bangsa. Lebih jauh lagi mengatakan bahwa pembangunan mencakup

(10)

18

aspek-aspek berikut. Sangat luas, salah satunya meliputi pembangunan sektor politik.

Adapun perngertian pembangunan desa, sesuai dengan (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, 2014), bahwa pembangunan desa merupakan upaya peningkatan kualitas Hidup dan hidup untuk sebesar-besarnya manfaat masyarakat desa.

Keberhasilan pembangunan desa juga merupakan tanda efektifitasnya.

Kemampuan dan etos kerja walikota dan pemerintah desa. tetapi Realitas banyak desa yang tidak dimiliki oleh banyak kepala desa orientasi lanjutan dalam pemerintahan desa berlangsung, banyak karena banyak pemerintah desa yang tidak memiliki visi, misi, atau rencana.

Strategi yang tepat untuk memutar roda pemerintahan dan pembangunan dalam sosial-ekonomi, politik dan fisik masyarakat pedesaan.

Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kualitas hidup desa dan masyarakat, dan pengentasan kemiskinan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi daerah dan pemanfaatan sumber daya alam dan Lingkungan yang berkelanjutan.

Menurut Ariadi(2019) adalah pembangunan desa pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan kebahagiaan komunitas nyata baik dari segi pendapatan, dari proses tahap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan menggabungkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Elemen komunitas yang berpartisipasi

(11)

19

dalam penggunaan dan penugasan sumber daya desa untuk mencapai tujuan pembangunan desa. Membuat rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). RPJM Desa adalah dokumen Rencana lima tahun termasuk arahan strategis dan politik Pembangunan desa, arah kebijakan fiskal desa, program prioritas daerah, disertai dengan rencana kerja. RPJM Desa dapat dijadikan pedoman atau Pedoman Masyarakat Desa untuk Mengelola Potensi Masalah desa. RPJM Desa kemudian dijabarkan dalam rencana kerja pembangunan. Desa yang anggarannya tercantum dalam dokumen anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Kedua dokumen ini – RKPDesa dan APB Desa tersebut merupakan hasil Musrenbang tahunan. Rencana pengembangan Penyelenggaraan desa dilaksanakan menurut asas dan syarat, yaitu sebagai berikut. Pemberdayaan, partisipatif, dukungan masyarakat, terbuka. Bertanggung jawab dan selektif, efisien dan efektif.

2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) a. Konsep BUMDes

Menurut Kushartono, n.d. BUMDes merupakan bentuk pelayanan yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dapat memenuhi kebutuhan desa bisa tercapai. Bentuk usaha desa (BUMDes) diatur dalam Pasal 1 Angka 6 UU No. 6/2014 tentang desa, sebagai entitas komersial, di mana sebagian besar kepemilikannya berasal dari aset desa yang kemudian dipisahkan, untuk mengelola asset desa yang ada seperti layanan, dan jenis usaha lain untuk juga dari masyarakat desa.

(12)

20

1) BUMDes adalah badan usaha desa yang dijalankan oleh masyarakat dan pemerintah desa dengan tujuan untuk memperkuat perekonomian desa dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

2) BUMDes adalah organisasi niaga yang disahkan oleh undang undang desa dengan tujuan untuk memenuhi sebagian besar kegiatan yang ada, khususnya di bidang ekonomi dan pelayanan umum dengan kerjasama antar desa.

3) BUMDes juga menjadi wadah pembelajaran bagi masyarakat desa setempat tentang isu-isu kepercayaan, aksi kolektif dan kepemimpinan.

4) BUMDes merupakan salah satu strategi politik untuk membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi desa bersama.

5) BUMDes merupakan salah satu strategi politik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia di pedesaan.

b. Peran BUMDes

Peran BUMDes dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, peran BUMDes adalah sebagai berikut:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kapasitas ekonomi masyarakat pedesaan secara keseluruhan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas dan kehidupan manusia dan masyarakat.

(13)

21

3) Penguatan ekonomi kerakyatan sebagai tumpuan kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan BUMDes sebagai landasannya.

4) Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat pedesaan.

5) Membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Tujuan Badan Usaha Milik Desa

Tujuan Badan Usaha Desa Tujuan didirikannya BUMDes adalah sebagai berikut.

1) Meningkatkan perekonomian desa.

2) Optimalisasi kekayaan desa untuk membantu kesejahteraan desa.

3) Memperkuat upaya masyarakat untuk mengelola potensi ekonomi desa.

4) Membuat rencana kerjasama usaha antara desa dengan pihak ketiga.

5) Menciptakan peluang pasar dan jaringan untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik.

6) Posisi terbuka.

7) Meningkatkan kepentingan umum dengan meningkatkan pelayanan publik, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.

8) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa (PAD).

(14)

22 d. Manfaat BUMDes

Pengembangan BUMDes merupakan salah satu bentuk penguatan sistem ekonomi desa dan alat untuk memanfaatkan ekonomi lokal dengan berbagai jenis potensi yang ada di desa. Karena BUMDes dapat berperan dari hulu hingga hilir, maka peran BUMDes cukup besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan bila dikelola dengan baik. Misalnya, peran BUMDes dapat bertanggung jawab untuk mengalokasikan berbagai subsidi pemerintah, mulai dari subsidi pupuk hingga benih dan lainnya.

Sementara itu, di sektor BUMDes dapat menjadi pengumpul produk-produk yang dihasilkan masyarakat pedesaan. Bahkan, BUMDes dapat bermitra dengan bank untuk menawarkan kredit usaha Rakyat (KUR), yang saat ini dijalankan oleh bank milik negara dan beberapa bank swasta. BUMDes juga bisa berperan sebagai pengelola keuangan komprehensif di perusahaan simpan pinjam, misalnya.

BUMDes dapat digunakan untuk membayar air, listrik dan gas.

Secara umum, BUMDes memiliki dua keunggulan komersial dan pelayanan publik.

1) Komersial

Sebagai lembaga yang mencari keuntungan, BUMDes dapat memberikan lebih banyak ruang untuk meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan. Pemuda pedesaan yang potensial akan mencari pekerjaan di pedesaan, mengurangi urbanisasi.

(15)

23 2) Pelayanan Publik

Pelayanan yang dilakukan oleh BUMDes harus mempunyai kepentingan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tidak hanya bergerak di bidang usaha, tetapi juga berkontribusi dalam bidang pelayanan publik. Oleh karena itu, kami berharap seluruh masyarakat pedesaan di Indonesia segera membuat BUMDes dan turut serta meningkatkan perekonomian pedesaan.

e. Kedudukan BUMDes

Desa memiliki potensi yang berbeda-beda, baik dalam kekayaan sumber daya alam maupun adat istiadat masyarakatnya, maupun dalam sumber daya manusia yang harus dikerahkan pemerintah untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Menurut Pasal 6 Ayat 1 Pasal 1 Undang-Undang Tahun 2014, desa adalah kesatuan hukum suatu masyarakat, memiliki batas wilayah, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan dan kepentingan pemerintah. Masyarakat lokal berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional diakui dan dihormati dalam satu sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegagalan pembangunan berorientasi perkotaan membuat kelas bawah semakin miskin dan terpinggirkan. Selain itu, dampak program pembangunan yang kurang efektif dalam memecahkan masalah masyarakat menyebabkan eksploitasi besar-besaran oleh masyarakat kapitalis, membuat masyarakat semakin tidak berdaya.

Pasca reformasi, program pembangunan mulai diperbaharui dengan menitikberatkan pada community development, dimana desa menjadi

(16)

24

tujuan utama pembangunan, karena desa merupakan roda kehidupan manusia. Pemerintah meluncurkan banyak program untuk memperbaiki kondisi desa, seperti Desa Buang Impres Desa Tertinggal (IDT), yang mencakup partisipasi masyarakat dalam program pembangunan.

BUMDes merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi tantangan ekonomi masyarakat dengan mengerahkan pengelolaan harta milik desa dan mendukung serta membantu masyarakat usaha kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. UU No. 6 Juni 2014, Tentang amanat desa dalam Pasal 87 bahwa pemerintah desa dapat membentuk BUMDes. BUMDes harus dibangun dengan semangat gotong royong dengan kerabat dan melakukan usaha di bidang ekonomi atau sektor pelayanan publik untuk kepentingan masyarakat desa. BUMDes dibentuk melalui musyawarah desa sebagai sumber untuk mengevaluasi dan memutuskan isu-isu yang penting dan strategis dalam pengelolaan desa.

Menurut Pasal 78 Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pemerintah daerah membangun sebuah desa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa setempat. Bentuk perusahaan pertanian harus berbentuk badan hukum (ayat 3).

Berdasarkan keputusan pemerintah dan keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan BUMDes harus ada di setiap desa, yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan dengan demikian mensejahterakan masyarakat desa dalam mengelola potensi desa. untuk kebutuhan Dalam pengelolaan BUMDes. Tujuan

(17)

25

didirikannya BUMD ini, pertama-tama, untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD).

Dari sudut pandang ini, jika pendapatan awal desa dapat diperoleh dari BUMDes, kondisi tersebut akan mendorong setiap pemerintah desa untuk memberikan dukungan bagi pembentukan BUMDes.

3. Simpan Pinjam

1. Pengertian Simpan Pinjam

Menurut Koko Saputra(2021), simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya oleh dan melalui kegiatan simpan pinjam untuk anggota BUMDes terkait, calon anggota BUMDes.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, “Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan”. Keikutsertaan anggota dalam Simpan Pinjam BUMDes dengan menggunakan jasa Simpan Pinjam BUMDes berdasarkan kontrak.”

Dengan demikian, pinjaman berarti bahwa BUMDes simpan pinjam akan mendanai anggotanya sebagai peminjam di bawah kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar dan membayar layanan dalam jangka waktu tertentu. Dari pengertian di atas, berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 UU No. 17/2012, “Badan Usaha Simpan Pinjam BUMDes merupakan satu-satunya BUMDes yang menyelenggarakan usaha simpan pinjam”.

Menurut Pak Faisal Efendi pengertian Simpan Pinjam BUMDes adalah Simpan Pinjam yang bergerak dalam bidang pemupukan

(18)

26

simpanan dana para anggota, sehingga bisa dipinjamkan lagi pada para anggota yang memerlukan bantuan dana.

b. Tujuan Simpan Pinjam

Tujuan dari usaha Simpan Pinjam adalah:

1. Mendukung kebutuhan kredit para anggota yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang mudah.

2. Mengajari anggota untuk aktif menabung secara rutin Bentuk modal Anda sendiri.

3. Mengajari anggota untuk berhemat dan mendidik mereka untuk menyisihkan Pendapatan mereka.

4. Menambah pengetahuan tentang usaha yang dimiliki BUMDes.

Berdasarkan UU No. 17/2012, tujuan BUMDes Simpan Pinjam adalah untuk: BUMDes Simpan Pinjam bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, khususnya masyarakat pada umumnya.

Merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tatanan ekonomi nasional yang demokratis dan berkeadilan.

4. Teori Skala Guttman

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan skor respon responden adalah skala Guttmann. Menurut Abidin et al.,(2014), “Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk mendapatkan jawaban tegas dari responden, yaitu hanya terdapat tiga interval yaitu “Sangat Baik”, “Baik”, “Cukup Baik”.

(19)

27 5. Teori Skala Likert

Menurut Tuhumury(2013), kemudahan untuk menyusun skala likert sebagai alat ukur perilaku individu perlu diperhatikan dengan hati-hati supaya menghindari kesalahan dalam menganalisis data. Setelah mereview bahwa perhitungan skala likert menggunakan skor total yang digunakan untuk memperoleh jawaban yang tepat dari responden, yaitu hanya terdapat lima kategori yaitu “sangat baik”, “baik”, “cukup baik”, “tidak baik”,

”sangat tidak baik”.

(20)

28 C. KERANGKA PIKIR

BAB III

Sumber : Adisetya Dwi Astari, 2020 Gambar 2.1 : kerangak pikir penelitian

Hasil

ANALISIS PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Desa

Sekaran Kec. Sekaran Kab. Lamongan)

PENELITI TERDAHULU 1. (Adisetya Dwi Astari, 2020) 2. (Hudiono, 2018), 3. (Musyafak &

Sukarno, 2019), 4. (Efendi, 2019) 5. (Wicaksono et al., 2017).

STUDI TEORITIS 1. Desa 2. BUMDes 3. Simpan

Pinjam 4. Skala

Guttman 5. Skala

Likert

BUMDES

MASYARAKAT DESA JENIS-JENIS

USAHA BUMDES

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ANALISIS PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MEMALUI PROGAM SIMPAN PINJAM DENGAN MENGGUNAKAN

A. SKALA LIKERT B. SKALA GUTTMAN

Referensi

Dokumen terkait

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai

Dilihat dari jumlah lahan yang berubah, CA deterministik menunjukan nilai yang berubahdari lahan terbangun menjadi lahan terbangun sebesar 145.350 piksel sedangkan CA

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan dimiliki oleh Pemerintahan Desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Dengan potensi demikian masyarakat dan pemerintah desa memamfaatkan lahan tambak tersebut sebagai salah satu potensi desa untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Adapun teknis pembayarannya, Jasa Periklanan pada Pustaka Al-Umm menggunakan uang muka atau uang DP (down payment) sebesar 50 % dari harga seluruhnya, selain itu juga harus

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Bupati Belitung Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Terdampak Bencana Non

Dari beberapa pengertian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa golput adalah pilihan tidak memilih sebagai bentuk akumulasi rasa jenuh (apatis) masyarakat yang

Mampu menjelaskan konsep dasar, prinsip, tahapan, dan kegunaan teknik diagnostik molekuler sebagai landasan dalam implementasi diagnosis secara mikrobiologi,