• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MAKNA NIFAQ DALAM AL-QUR AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II MAKNA NIFAQ DALAM AL-QUR AN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

MAKNA NIFAQ DALAM AL-QUR’AN

A. Makna Nifaq (Munafik)

1. Pengertian Nifaq secara Bahasa

Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab قفانم, plural Munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakui dalam hatinya. Munafik (كفانملا) artinya adalah orang yang nifaq (قافنلا). Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan itu dalam hal keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan beriman, maka ia termasuk nifaq i'tiqadi.1

An-Nifaq sekaliapun telah dikenal dalam bahasa Arab, namun sebagai sebuah istilah Islam dengan makna khusus tidak dikenal oleh bangsa Arab. Karena istilah An-Nifaq muncul setelah Islam hadir dengan kekuatannya yang besar yang mengancam kekufuran dan kemusyrikan disekitarnya. Kata An-Nifaq dalam bahasa arab berasal dari akar kata nȃfaqa-yunȃfiqu-nifȃqan. Kata ini diambil dari kata nafiqȃ, yang berarti salah satu lubang tikus, jika dicari melalui satu lubang, maka tikus itu akan lari dan keluar melalui lubang yang lain.2

Muhammad Musa Nasr mengatakan, sejumlah Ulama berpendapat: “An- Nifaq” berasal dari “An-Nafaq”, yakni sebuah jalanan di dalam bumi menuju tempat lain, sedang kata nafaqah dan nȃfiqȃ berarti lubang biawak dan tikus. Jika didatangi dari mulut lubang, ia akan menyerang dengan kepalanya.3

Ibnu Al A‟rabi Rahimahumullah berkata: “Yakhfirul yarbu‟ hufratan Tsumma Yasuddu Bȃbaha Biturȃbiha”, artinya: “Tikus membuat lubang lalu menutup pintu lubangnya dengan tanah”. Tanah untuk menutupi tersebut dinamakan dengan Daamȃ. Lalu ia menggali lubang yang lain yang disebut dengan Naafiqȃ. Ia tidak menembus melainkan hanya melubangi saja sampai halus. Jika ia telah

1 Muhamad Yusuf „Abdu. Jangan Jadi Munafik Ssiapa Saja Bisa Jadi Munafik. (Bandung:

PUSTAKA HIDAYAH. 2008). hlm.29

2 Musa Nasr Muhammad, Munafik Menurut Al qur‟an dan As Sunnah.(Jakarta: Darus Sunah. 2011).

hlm. 7

3 Ibid hlm. 8

(2)

15

menempatinya, maka ia kembali ke tempat semula lalu memukulnya dengan kepala dan keluar darinya.4

Dengan demikian, karakter orang munafik itu menipu, bolak balik, bimbang dan membuat siasat, memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan yang disembunyikan di hati. Inilah sisi kemanusiaan dengan tikus atau biawak. Betapa bahayanya sifat Nifaq jika sudah hinggap pada hati seseorang, di pandang sangat hina di sisi Allah Swt. dan manusia.

2. Pengertian Nifaq secara Istilah

Kata An-Nifaq secara istilah syara‟ berarti menutup kekufuran dan memperlihatkan keimanan. Dengan kata lain, orang munafik itu ucapannya berbeda dengan perbuatannya, lahirnya tidak sama dengan batinnya, yang Nampak darinya bertentangan dengan apa yang disembunyikannya dalam hati. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syara‟ dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah Swt. memperingatkan dengan firman-Nya:











Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah [9]: 67)5.

Orang yang mempunyai siat nifaq disebut munafik, munafik sering bersikap tidak menentu, susah diketahui kebenaran ucapannya, sebagimana susahnya mengetahui tembusan lubang tikus di padang pasir.

Kemunafikan, pada dasarnya adalah salah satu sifat bathiniyah yang denga cepat menguasai jiwa manusia. Banyak orang yang tidak menyadari, bahwa dirinya terkena penyakit bathiniyah itu. Bahkan, mereka merasa, apa yang diperbuatnya adalah sesuatu kebaikan. Padahal, semua orang tahu, perbuatannya adalah destruktif, merusak.6

B. Jenis-Jenis Nifaq

Ada dua jenis nifaq (kemunafikan), yakni nifaq Akbar yang disebut juga Nifaq I‟tiqadi (keyakinan) dan Nifaq „Amali (perbuatan).

1. Nifaq I‟tiqadi (Keyakinan)

4 Ibid. hlm. 9

5 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 197

6 Amsyari Fuad. Budaya Munafik. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1996). hlm. 27

(3)

16

Nifaq I‟tiqadi yaitu nifaq besar, dimana pelakunya menampakan keislaman tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan keluar dari agama dan pelakunya berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan seperti kekufuran ketiadaan iman, mengolok-olok Agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafik jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendung secara lahiriyah.7

Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap Agama dan pemeluknya secara sembunyi- sembunyi juga agar mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafik menampakan keimanannya kepada Allah Swt, Malaikat-Nya, Kitab-Nya dan hari Akhir, tetapi dalam hatinya mereka berpura-pura dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam:

a. Mendustakan Rasulullah Saw. atau mendustakan sebagian dari pada apa yang Beliau bawa.

b. Membenci Rasulullah Saw. Atau membenci sebagian apa yang Beliau bawa.

c. Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.

d. Tidak senang dengan kemenangan Islam.

2. Nifaq „Amali (Perbuatan)

Nifaq „Amali yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang- orang munafik tetapi masih tetap ada Iman di dalam hatinya. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkan dari Agama, tetapi merupakan wasilah (pelantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam Iman dan nifaq. Lalu, jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi Saw.

7 Muhamad Yusuf „Abdu. Jangan Jadi Munafik siapa saja bisa jadi Munafik. (Bandung: PUSTAKA HIDAYAH. 2008). hlm. 30

(4)

17

وَاق ولسو وِ نْ َسَ وُا و نَّسَ وَِ نَّلا ونَّ َ و ٍ نْنَ وِ نْ وِا وِ نْ َ ونْ َ وقًقِفقَلُموَ قَكوِ نْ ِفونَّ ُكونْ َموٌعَ نْرَ و:

قَهَ َ َيو نَّتََّحو ِققَفِّ لا وَ ِم ٌوةَسنْصَخوِ نْ ِفونْتَنقَكونْ َمِ و،قًصِاقَخ وَ َ َ و َذِإَ و،َ قَخوَ ُِتُنْؤ و َذِإ و:

،َفَسنْخَ

وَ َجَفوَلَ قَخو َذِإَ و،َرَ َغوَ َهقَ و َذِإَ و،َبَذَكوَثنَّ َحو َذِإَ

( لسسم ويرقخ ا وه ر (

Artinya: “Dari Abdullah ibn „Amr bahwa Nabi Saw bersabda: “Empat sifat yang barang siapa mengerjakannya, maka ia menjadi munafik tulen, dan barang siapa yang melakukan salah satu dari empat sifat itu, maka di dalam dirinya terdapat sifat nifaq sehingga ia meninggalkannya, yaitu: (1) apabila dipercaya, ia berkhianat, (2) apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak menepati, dan (4) apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri). (H.R. Bukhari, Muslim)

Terkadang pada diri seorang hamba berkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk, kebiasaan-kebiasaan iman dan kebiasaan- kebiasaan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai konsekuensi dari apa yang mereka lakukan seperti malas dalam melakukan shalat berjamaah di masjid. Inilah di antara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya karena itulah sehingga para sahabat begitu sangat takutnya kalau dirinya terjerumus ke dalam nifaq.

C. Perbedaan antara Nifaq Besar dan Nifaq Kecil

a. Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak mengeluarkan dari agama.

b. Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan, sedangkan nifaq kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal perbuatan bukan dalam hal keyakinan.

c. Nifaq besar tidak terjadi dari seorang mukmin, sedangkan nifaq kecil bisa terjadi dari seorang mukmin.

d. Pada galibnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat seandainya pun bertaubat maka ada perbedaan pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim.

Lain halnya dengan pelakunya terkadang bertaubat kepada Allah Swt. sehingga Allah Swt. menerima taubatnya.

Syekh Islam Ibnu Taimiyyah Rahimakumullah berkata: “Nifaq itu seperti kufur. Oleh karena itu sering dikatakan “kufur ada yang mengeluarkan seseorang

(5)

18

dari agama dan ada juga kufur yang tidak mengeluarkan seseorang dari Agama, yang selanjutnya dinamakan dengan nifaq Akbar dan nifaq Ashgar.8

Ibnu Qayyim Rahimakumullah telah membagi kekufuran dalam beberapa tingkatan:

1. Kufur Takdzib, yakni kufur dengan pendustaan.

2. Kufuq Istikbar Wa Iba‟u Ma‟a At Tasdiq, yakni kufur dengan kesombongan dan penolakan disertai pengakuan hati.

3. Kufur I‟radh, yakni kufur dengan keberpalingan.

4. Kufur Syakk, yakni kufur dengan keraguan.

5. Kufur Nifaq, yakni kufur dengan kemunafikan.9

D. Sifat-Sifat Nifaq (Munafik)

Di antara sifat-sifat nifaq atau orang Munafik adalah:10 1. Berbuat kerusakan dimuka bumi.

Allah Swt. Berfirman:

















Artinya: “Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. (QS. Al-Baqarah [2]: 12)11.

2. Membuat was-was (bimbang) dan selalu manis dalam bertutur kata.















Artinya: “Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS. Al- An‟am [6]:112)12.

3. Menipu dan mengecoh























Artinya: “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

(QS. Al-Baqarah [2]: 9)13.

8 Musa Nasr Muhammad, Munafik menurut Al qur‟an dan As Sunnah.(Jakarta: Darus Sunah. 2011).

hlm. 10

9 Ibid. hlm. 11

10 Ibid hlm. 17

11 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 3

12 Ibid., hlm. 142

(6)

19 4. Mengejek dan tidak punya pendirian



































Artinya: “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (QS. Al-Baqarah [2]: 14)14

5. Malas, Riya‟ dalam ibadah dan lalai berdzikir kepada Allah Swt. Hal ini menunjukan lemahnya tekad dan cita-cita.









































Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa‟ [4]: 142)15.

6. Tidak mensyukuri atas karunia panca indera















Artinya: “Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al Baqarah [2]: 18)16.

Hendaknya kita senantiasa menyoroti sifat-sifat orang munafik dan prilakunya yang buruk, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah sebagai peringatan untuk umat ini atas mereka, baik pada zaman dahulu maupun sekarang, karena merka telah memenuhi belantara bumi ini.

7. Meraka selalu mengawasi dan mengintai orang-orang beriman dan bersekongkol untuk menghantam mereka setiap kali ada kesempatan. Allah Swt. Berfirman :

13 Ibid., hlm. 3

14 Ibid., hlm. 3

15 Ibid., hlm. 101

16 Ibid., hlm. 4

(7)

20











































































Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa‟ [4]: 141)17.

8. Menghalangi dan menyimpang hukum Allah Swt. dan Rasul-Nya dan tidak mau tunduk kepada syari‟at islam. Allah Swt. Berfirman :























Artinya: “Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.” (QS. Al-Mujȃdalah [58] : 16)18.

9. Membenarkan perbuatannya yang keji, ketika terungkap dalam sumpah palsunya. Mereka menyembunyikan niat buruknya dengan sumpahnya itu sebagai tameng. Perhatikanlah Firman Allah Swt.:



































Artinya: “Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna.” (QS. An- Nisa‟ [4]: 62)19.

17 Ibid., hlm. 101.

18 Ibid., hlm. 44.

19 Ibid., hlm. 88.

(8)

21

10. Memperhatikan penampilan luar dan mengabaikan isi. Mereka memperindah kata-kata namun tidak membaguskan amal. Keadaan mereka seperti akar yang kering di bumi yang tidak bermanfaat lalu roboh dan disandarkan ke dinding kemudia dilalaikan dan diluapkan.

Allah Swt. Berfirman:







































 







Artinya: “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?.” (QS. Al-Munȃfiqȗn [63]: 4)20.

11. Meraka gembira dan senang ketika orang-orang mukmin tertimpa musibah dan sedih ketika orang-orang mukmin mendapatkan kemenangan atau kebaikan.

Allah Swt. Berfirman:



































Artinya: “Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata:

"Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.” (QS. At-Taubah [9]: 50)21.

12. Mencari ridha manusia sekalipun dibenci oleh Allah Swt. Sebagaimana dalam Firman Allah Swt:































20 Ibid., hlm. 555.

21 Ibid., hlm. 195.

(9)

22

Artinya: “Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. tetapi jika Sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” (QS. At-Taubah [9]:

96)22

13. Mengejek orang beriman dengan mata dan isyarat serta mengolok-olok mereka. Firman Allah Swt. dalam Al-Qur‟an:











































Artinya: “(orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orang- orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang- orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”

(QS. At-Taubah [9]: 79)23

14. Melemahkan semangat orang beriman untuk perang, menyebar fitnah dan membuat kerusakan, sehingga Allah Swt. tidak menyukai langkah mereka dan Allah Swt. menetapkan kepada mereka untuk duduk bertopang dagu bersama kaum wanita dan anak-anak.





































































Artinya: “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan

22Ibid., hlm. 202.

23 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 199

(10)

23

kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang- orang yang zalim.” (QS. At-Taubah [9]: 46-47)24

15. Mengutamakan dunia atas akhirat dan mementingkan kesenangan yang fana dari pada kenikmatan abadi. Mereka bersegera mengambil ghanimah (harta rampasan perang) kalau sedang dibagi, padahal mereka tidak ikut berjuang menghadapi musuh Allah Swt.

















































Artinya: “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka.

mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar- benar orang-orang yang berdusta.” (QS. At-Taubah [9]: 42)25.

Pada hakikatnya dari semua sifat Nifaq (munafik), mereka sedang menunggu kesempatan yang baik untuk menipu sesamanya dan mengeruk keuntungan material bagi kepentingan sendiri26.

Sifat Nifaq dan kaum munafik selain dalam bidang Agama, di atas Al-Qur‟an yang menjadi asas kehidupan dan memberi petunjuk dalam kehidupan, baik mengenai masa lalu, masa kini, dan masa yang akan dating. Di atas, Al Qur‟an sudah memberikan petunjuk tentang sifat (watak atau kepribadian) kaum munafik, tidak hanya dalam bidang religi, melainkan juga dalam bidang kehidupan atau kebudayaan. Yaitu dalam bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan,dan lain sebagainya.

E. Kejiwaan Orang Munafik

Hipokrit adalah orang yang berpura-pura mempunyai standar/patokan moral atau opini yang sebenarnya tidak dimilikinya. Dengan bahasa sederhana, hipokrid

24 Ibid.. hlm. 194-199.

25 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 194

26 Amsyari Fuad. Budaya Munafik. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1996). hlm. 74

(11)

24

dapat diartikan sebagai orang yang antara apa yang dikatakannya berbeda dengan perbuatan aktualnya. Ilmu jiwa modern menetapkan bahwa figur seorang hipokrit adalah seorang yang sedang sakit, yang terbelah pada dirinya, seolah dua figur atau profil yang saling bertikai di dalam satu tubuh. Satunya menggambarkan dirinya berdasarkan tampilan-tampilan eksoterisnya, yang bisa terlihat dan terdengar oleh siap saja, seperti halnya pakaian, senyuman, dan perkataan. Sedangkan yang lain mencerminkan sifat dalamnya atau muatan esoterisnya, yang tidak dapat diketahui oleh siapapun.27 Seperti dalam Firman Allah Swt.



























Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;

dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 10)28

Pertikaian kepribadian ini bersumber dari sifat pribadinya yang menunjukan bahwa seorang hipokrit bukanlah orang yang amanah dengan dirinya sendiri, terlebih dengan orang lain. Ia mendustakan dirinya sendiri agar orang lain menerima atau ridha padanya. Sedangkan ia mendustai orang lain agar ia bisa memperdayai mereka mengenai hakekat dirinya yang sebenarnya. Namun dalam realitas yang sebenarnya, ia tidak sanggup memperdayai siapapun, karena prilaku mereka tidak sesuai dengan perkataan. Pertentangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dikerjakan inilah, yang justru akan membongkar kedok di mata orang banyak mengenai hekekat siapa dirinya yang sebenarnya, walau bagaimanapun ia berusaha untuk menyamarkannya29.

Ada sebuah analisis kejiwaan yang beusaha mengetahui profil seorang hipokrit.

Maka, tertuak di dalamnya suatu kepribadian yang saling berkonspirasi dengan tabiatnya sendiri. Kepribadian yang menampakan sesuatu yang tak terbesit dalam hatinya, dan bertindak dalam kegelapan. Sikap ambivalen atau plin-plan seperti inilah yang akan selalu diambil oleh orang-orang hipokrit sepanjang masa.

27 M. Kamil Abdushshomad. Mukjizat Dalam Al Qur‟an. (AKBAR: Jakarta 2002). hlm. 314

28 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 3

29 M. Kamil Abdushshomad. Mukjizat Dalam Al Qur‟an. (AKBAR: Jakarta 2002). hlm. 315

(12)

25

Kemunafikan ini mempunyai rupa dan jenis yang sangat variatif (berbeda-beda), seperti halnya orang yang mencari muka. Faktor kejiwaan sebagai pemicu munculnya sifat munafik semacam ini, sebagimana dituturkan para pakar ilmu jiwa, adalah karena “takut” dan “tamak”. Mencari muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang subur bagakan wabah penyakit ditengah-tengah khalayak pada era kemunduran. Yaitu, masa dimana banyak orang yang malah menjauh terhadap agamanya. Hal ini tidak lain dikarenakan lemahnya keimanan, rasa takut dan harapan mereka kepada Allah Swt. Dari sini bisa disimpulkan bahwa semakin penting dan tingginya (kedudukan) orang dimata mereka, maka semakin bertambah pula rasa takut dan ketamakan mereka terhadap apa yang dimilikinya, terutama harta dan jabatannya30.

Dengan demikian di atas, jelaslah bagi kita bagaimana teori atau pendangan psikologi di dalam menganalisis kepribadian seorang hipokrit. Juga apa yang telah diuraikan oleh Al-Qur‟an terdahulu tentang kepribadian dan prilaku orang-orang munafik. Paling sedikit ada tiga ciri atau sifat orang yang hipokrit, sebagaimana diuraikan secara singkat:

1. Tidak Amanah

Seorang yang hipokrit bukanlah orang yang amanah, baik dengan dirinya sendiri terlebih lagi dengan orang lain. Ia mendustai dirinya sendiri agar orang lain menerima atau menghargainya. Terlintas niat di hatinya ingin mendustai dan memperdayai orang lain, padahal ia telah mendustai dirinya sendiri. Dalam realitas yang sebenarnya, ia tidak sanggup memperdayai siapapun. Iapun sudah pasti tidak punya daya dan kekuatan sedikitpun untuk memperdayai Sang Pencipta, yang Maha Tahu apa saja yang "tertulis" dalam hati manusia. Pertentangan antara apa yang dikatakan dengan yang dikerjakannya inilah yang justru akan membongkar "kedok" di mata orang banyak mengenai hakikat siapa dirinya sebenarnya, walau bagaimanapun ia (orang munafik) berusaha menyamarkannya atau menyembunyikannya.

2. Senang Menyebar Fitnah

Ada analisis kejiwaan yang berusaha mengetahui profil orang yang hipokrit. Diperoleh hasil bahwa kepribadian orang hipokrit saling berkonspirasi dengan tabiatnya sendiri. Ia dianggap bertindak dalam kegelapan. Perkataannya

30 Ibid, hlm. 316

(13)

26

dapat menimbulkan dan menyebarkan kebohongan serta fitnah. Dengan menggunakan berbagai pendekatan yang samar, terselubung, sistematis, teroganisir, dan menunggu tepat waktu, ia terus berusaha agar diakui benar, dapat diterima, dan dihargai orang lain. Ia akan gelisah melihat orang lain melebihi dia dan memperoleh sesuatu kebaikan/keuntungan. Demi untuk tujuan pribadi yang bersifat material atau duniawi, ia sanggup menyebar fitnah dan isu-isu negatif orang lain.

3. Bersifat Ulitarian

Kepribadian seorang hipokrit layaknya sosok pribadi yang "Ulitarian"- suka mengambil keuntungan-mengingat ia bermain pada dua korelasi. Ia berusaha untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dari keduanya. Sikap ambivalen atau plin-plan serperti inilah yang selalu diambil oleh orang-orang hipokrit sepanjang masa. Kemunafikan ini mempunyai rupa dan jenis yang sangat variatif (berbeda-beda) yang jumlahnya tak terhitung. Di antara yang paling menonjol adalah sifat "cari muka", yaitu mendekati orang lain, terutama orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan dengan cara dimurkai Tuhan. ia berusaha membuat orang-orang tersebut merasa senang. Misalnya, memuji mereka dengan sesuatu yang tidak mereka miliki dan membungkuk- bungkukkan diri di hadapan mereka. Tujuannya adalah untuk mengharapkan

"imbalan" yang lebih menguntungkan.31

Pemicu utama munculnya sifat hipokrit ini, misalnya "cari muka", sebagaimana dituturkan pakar ilmu jiwa, adalah karena takut dan tamak. Mencari muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang subur bagaikan wabah penyakit di tengah masyarakat dalam era atau masa kemunduran. yaitu masa di mana banyak orang yang malah menjauhi dan mengendorkan pegangannya terhadap agamanya. hal ini tidak lain disebabkan lemahnya keimanan. Tingkah laku manusia hipokrit (munafik) selain membuat kerusakan kepada orang, bahkan merusak hingga menimpa kepada orang-orang yang tidak bersalah. Tipe hipokritisme dengan cirri utama: telunjuk lurus kelingking berkait, muncul pada setiap masa. Jenis manusia ini seperti ini sesungguhnya lebih berbahaya darpada orang yang secara berterus terang memusuhi Islam. 32

31 Ibid. hlm. 317

32 Ibid, hlm. 318

(14)

27

Manusia hipokrit yang selalu muncul sepanjang zaman itu, memang dapat memukau orang lain dengan ucapannya. Ia pintar dan pandai menyusun katak-kata dengan gaya bahasa yang menarik. Ia selalu tampil dengan tersenyum, memperlihatkan kesungguhannya, dengan tidak lepas nama Allah Swt. dari mulutnya untuk meyakinkan pihak lain bahwa dia pun seorang pejuang Muslim dan memperjuangkan tegaknya kalimat Allah Swt.33 Seperti dalam Firman Allah Swt.:



































































Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.(Q.S. Al-Baqarah [2]: 204-205)34

Yang dimaksud ayat di atas yaitu, Allah Swt. memberikan peringatan kepada setiap mukmin bahwa orang seperti al-Akhnas yang tidak segan-segan bersumpah atas nama Allah Swt. untuk meyakinkan orang lain bahwa apa yang diucapkannya itu sesuai dengan isi hatinya. Penggambaran Allah Swt. tentang manusia hipokrit tersebut, bukanlah sekedar menuding al Akhnas, melainkan sebuah pernyataan Al- Qur‟an bahwa manusia Hipokrit itu selalu ada dan muncul setiap saat. Dengan demikian, seyogyanya menjadi peringatan bagi Muslim untuk bersikap hati-hati.35

1. Cara kerja Hipokrit

Orang-orang Hipokrit ingin mengelabui dan melakukan maker terhadap umat manusia dengan tiga cara :

a. Dengan kata-kata dan ucapan yang menarik, sehingga mereka yang mendengarkan terpesona dan terpengaruh. Karena terpengaruh maka hatinya tertawan, tidak lagi ragu sedikitpun tentang kebenaran ucapannya.

33 Bisri Iba Ashgory. Solusi Al Qur‟an “Tentang Problema Sosial, Politik, Budaya”. (PT. Rineka Cipta: Jakarta 1994). hlm. 58

34 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 32

35 Bisri Iba Ashgory. Solusi Al Qur‟an “Tentang Problema Sosial, Politik, Budaya”. (PT. Rineka Cipta: Jakarta 1994). hlm.57

(15)

28

b. Orang-orang hipokrit semacam itu mudah sekali bersumpah dengan nama Allah Swt. untuk menunjukan seolah-olah ia bermaksud baik dan benar.

c. Orang-orang hipokrit seperti itu gigih dalam berdebat dan berdalih ketika menghadapi penentangnya.

Fenomena dalam kenyataan sebagian masyarakat kita, kita jumpai orang- orang yang di gambarkan Allah Swt. bersikap munafik seperti hipokrit ini. Pada akhir zaman banyak muncul orang-orang dengan seenaknya melemparkan fatwa dan hukum, dengan memutar-balikan ayat-ayat Allah Swt. untuk kepentingan dan kebutuhan dirinya.36

Kehancuran dan malapetaka yang menimpa manusia, terjadi karena perbuatan manusia yang merusak, baik merusak tekad para mukmin dengan bujuk rayu yang memukau atau merusak kelestarian alam untuk mengejar keuntungan pribadi. Tentang tingkah laku manusia yang merusak, Allah Swt.

meneyebutkan dalam Firman-Nya :

































Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

(QS. Ar-Rum [30]: 41)37

Orang-orang dzalim yang ingin menghancurkan eksistensi hukum Allah Swt. selalu memperalat orang-orang hipokrit yang menyusup dalam kalangan muslim, bagaikan musuh dalam selimut, untuk membujuk kaum muslimin, agar para mukmin itu goyah keyakinannya dan meremahkan hukum-hukum Allah Swt.

2. Obat bagi rasa Gelisah











 











36 Ibid hlm. 59

37 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponogoro, 2011). hlm. 408

(16)

29

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar Ra‟d [13]: 28)38

Menurut, Karl Young, seorang dokter ternama bidang kejiwaan, berkata

“sesungguhnya setiap orang sakit yang meminta saran kepadaku sejak 30 tahun lalu, yang berasal dari seluruh pelosok dunia, rata-rata penyebab sakit mereka adalah karena minimnya keimanan dan goyahnya akidah. Mereka tidak akan pernah sembuh, kecuali setelah berusaha mengoptimalkan kembali keimanan mereka yang telah hilang tersebut.39

Lebih aneh lagi, para dokter ataupun peeliti tersebut telah sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada obat bagi penyakit ini (gelisah), selain iman kepada Allah Swt. Wiliam James, seorang professor ilmu jiwa di Universitas Harvard Amerika, mengatakan bahwa obat yang paling mujarab terhadap penyakit gelisah tak diragukan lagi adalah keimanan. Menurut Farrel, sebagaimana dikutip oleh Kamil Abdu mengatakan bahwa seorang yang beragama dengan sebenarnya sama sekali tidak pernah mengeluhkan masalah penyakit kejiwaan (mentalitas). Kemudian, Deil Carneghi menetapkan bahwa para dokter kejiwaan mengetahui betul keimanan yang kuat dan berpegang teguh pada ajaran agama merupakan dua kartu garansi untuk dapat mengusir kegelisahan dan stress, sekaligus menyembuhkannya.40

38 Ibid.,. hlm. 250

39 Karl Young, Manusia Modern Mencari Jatidirinya.

40 M. Kamil Abdushshomad. Mukjizat Dalam Al Qur‟an. (AKBAR: Jakarta 2002). hlm. 317

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini memberikan pemahaman gempa dan penyebabnya, susunan lapisan bumi dan teori pelat tektonik, pengaruh gaya gempa pada bangunan-bangunan teknik sipil,

Biosekuriti yang dilakukan pada peternakan unggas sektor 4 terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar yaitu: isolasi, pengawasan lalu lintas dan sanitasi (SC Ag- Watch 2006; FAO

Salah satu metode pengolahan fenol yang dapat dilakukan adalah mempergunakan proses adsorptive micellar flocculation yaitu suatu metode pengolahan air limbah dengan memanfaatkan

3.Setelah dilakukan analisis pertumbuhan volume lalu lintas pada gambar diatas, maka dapat diketahui peningkatan volume lalu lintas setiap tahunnya mulai 2017

Ibadah Qurban adalah salah satu syariah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang bertujuan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT (Taqarub ilalloh). Dimana kegiatan

(b) Pengaruh parameter peregangan terhadap profil kecepatan dibagi dua yaitu ketika kecepatan pada permukaan plat lebih besar daripada keceptan dari luar maka

Selain itu, teraniaya anak-anak yang tidak berdosa akibat ulah orang-orang (orang tua yang melakukan perziaan) yang tidak bertanggung jawab, sehingga mereka

Berdasarkan uraian di atas terlihat beberapa fenomena yang menarik untuk diteliti dan dianalisis, sehingga tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh