• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ASMA ULMYATI AMIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ASMA ULMYATI AMIR"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA ANIMASI AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DONGENG KELAS III SD NEGERI

17 PARANG LUARA KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

ASMA ULMYATI AMIR 10540961015

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PERNDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)
(3)
(4)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Kita bisa sukses

Sekalipun tak ada orang yang percaya kita bisa

Tapi kita tidak akan pernah sukses

Jika kita tidak percaya pada diri kita sendiri”

Kupersembahkan Karya Sederhana ini Kepada:

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku atas segala doa dan dukungan dalam mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(5)

ABSTRAK

Asma Ulmyati Amir. 2019.Pengaruh Media Animasi Audio Visual Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Skripsi. Jurusan PendidikanGuru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah dan pembimbing II Abdan Syakur.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-experimental bentuk one-group pretest-posttest design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media animasi audio visual terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep tahun ajaran 2019/2020. Sampel dalam eksperimen ini adalah siswa kelas III dengan jumlah siswa sebanyak 10 orang.

Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau dari aspek ketercapaian ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia. Pembelajaran dikatakan berhasil jika aspek diatas terpenuhi. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan, yaitu : tes hasil belajar sebelum diberi perlakuan (pretest) dan tes hasil belajar setelah diberi perlakuan (postest).

Hasil analisis statistic deskriptif penggunaan media animasi audio visual terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa positif. Kemampuan menyimak siswa dengan menggunakan media animasi audio visual menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dari pada sebelum menggunakan media animasi audio visual. Hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 7,136. Dengan frekuensi (dk) sebesar 10 - 1 = 9, pada taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 2,262. Oleh karena thitung >ttabel pada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh dalam penerapan media animasi audio visual terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Kata kunci : menyimak dongeng, media animasi audio visual.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam. Allah yang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita, Allah yang paling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan kita. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga skripsi dengan judul

“Pengaruh Media Animasi Audio Visual Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep” dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar. Beragam kendala dan hambatan yang dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat usaha yang optimal dan dukungan berbagai pihak hingga akhirnya penulis dapat melewati rintangan tersebut.

Penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, ayahanda Amir Jalangkara dan ibunda Nuhriah serta Muhammad Amril Amir kakak satu-satunya yang telah berdoa, berjuang, rela berkorban tanpa pamrih

(7)

dalam mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Munirah, M.Pd Pembimbing I dan Abdan Syakur, S.Pd., M.Pd.

Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi

Penulis juga hanturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem..Bahri, S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dra. Hj..Maryati Z, M.Si Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan selama proses perkuliahan, Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah ikhlas mentransfer ilmunya kepada penulis, serta seluruh staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga kepada Sitti Sukmawati, S. Pd. Kepala sekolah SD Negeri 17 Parang Luara, Citra Mayangsari, S. Pd.., Guru kelas III SD Negeri 17 Parang Luara,, dan Bapak/Ibu Guru serta seluruh staf SD Negeri 17 Parang Luara, atas segala bimbingan, kerjasama, dan bantuannya selama penulis

(8)

mengadakan penelitian. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Siswa-siswi SD Negeri 17 Parang Luara, khususnya Kelas III atas kerjasama, motivasi serta semangatnya dalam mengikuti proses pembelajaran.

Ucapan terimakasih pula kepada Rahmi teman kost yang selalu setia menemani dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Sahabatku Nur..Fajriani, Ratmi Nuryaqli, Febi Amriani, Khusnul Khatimah, Nurul Afiah dan Nurul Wasilah Mustamin yang memberikan keceriaan dan hiburan dimasa perkuliahan hingga saat ini. Rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2015 terkhusus Kelas B Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih atas solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga keakraban dan kebersamaan kita tidak berakhir sampai disini, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu persatu, semoga segala bantuan dan pengorbanannya bernilai ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, 05 Juli 2019

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 8

B. Kerangka Pikir ... 33

C. Hipotesis Penelitian ... 34

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian... 36

B. Populasi dan Sampel... 38

C. Defenisi Operasional Variabel ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain One-Group Pretest-Posttest Design ... 37 3.2 Populasi Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara ... 38 3.3 Skor Kemampuan Menyimak ... 42 4.1 Deskripsi Skor Hasil Penilaian Kemampuan Menyimak Siswa

Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Sebelum diberikan

perlakuan (Posttest) ... 45 4.2 Distribusi dan Presentase Skor Hasil Penilaian Kemampuan

Menyimak Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Sebelum

Perlakuan atau Pretest ... 46 4.3 Deskripsi Penilaian Kemampuan Menyimak Siswa Kelas III SD

Negeri 17 Parang Luara sebelum perlakuan (Pretest) ... 47 4.4 Deskripsi Skor Hasil Penilaian Kemampuan Menyimak Siswa

Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara setelah diberikan

perlakuan atau Posttest ... 48 4.5 Distribusi dan Presentase Skor Hasil Penilaian Kemampuan

Menyimak Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Sesudah

Perlakuan atau Postest... 49 4.6 Deskripsi Penilaian Kemampuan Menyimak Kelas III SD Negeri

17 Parang Luara sesudah perlakuan (Posttest)... 50 4.7 Distribusi Hasil Penilaian Kemampuan Menyimak Siswa ... 51 4.8 Distribusi dan Presentase Perbedaan Skor Hasil Penilaian

(12)

Kemampuan Menyimak ... 52 4.9 Perbandingan Presentase Ketuntasan Belajar Kemampuan Menyimak Siswa ... 53 4.10 Analisis Skor Pretest Dan Posttest ... 56

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Hipotesis Penelitian ... 33 4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Menyimak Siswa Kelas III SD Negeri

17 Parang Luara sebelum perlakuan (Pretest) ... 47 4.2 Hasil Penilaian Kemampuan Menyimak Siswa Kelas III SD Negeri

.17 Parang Luara setelah perlakuan (Posttest) ... 50 4.3 Perbandingan skor hasil penilaian kemampuan Menyimak sebelum

…….perlakuan(Pretest) dan setelah perlakuan (Posttest) ... 54

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 68

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara ... 78

Lampiran 3 Daftar Nilai Pretest Siswa ... 79

Lampiran 4 Daftar Nilai Posttest Siswa ... 80

Lampiran 5 Daftar Nilai Pretest dan Posttest siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara ... 81

Lampiran 6 Tabel Uji-t... 85

Lampiran 7 Dokumentasi ... 86

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dan manusia adalah dua hal yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan manusia menjadi sasaran atau objek utama dari pendidikan. Pendidikan pada dasarnya memiliki berbagai macam pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli yang diantaranya memiliki beberapa batasan mengenai pendidikan. Namun, jika didefinisikan secara umum tanpa mengurangi makna dari pendidikan itu sendiri, pemerintah merumuskan arti pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada tiga jenis pendidikan yang diketahui atau biasa disebut sebagai tri pusat pendidikan, diantaranya pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam masyarakat, dan pendidikan dalam sekolah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bahwa “tri pusat pendidikan meliputi: pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat”.

(16)

Sekolah merupakan lembaga yang secara formal bertanggung jawab atas berlangsungnya proses pendidikan. Pendidikan yang berlangsung di dalam pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka disusunlah kurikulum sebagai alat yang membawa segala kegiatan kependidikan kepada tujuan yang dikehendaki.

Secara formal pendidikan dapat terwujud melalui kegiatan belajar mengajar yang dapat dilakukan dimana saja. Salah satunya yaitu di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang dilalui murid dalam usaha memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang bahasa.

Terfokus pada pendidikan dalam sekolah, siswa diharuskan untuk dapat menguasai beberapa aspek kemampuan dalam pelajaran Bahasa Indonesia yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu guru diharapkan mampu menguasai seluruh aspek dan kemampuan berbahasa sesuai dengan struktur dan aturan yang berlaku.

Menurut Muhammad dan Fatimah (2011:23) “kemampuan berbahasa ( language arts) mencakup empat segi, yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing)”. Menyimak merupakan kemampuan berbahasa awal yang dikuasai oleh manusia.

Kemampuan menyimak menjadi dasar bagi kemampuan berbahasa lain.

Kemampuan menyimak perlu dikembangkan karena sangat penting untuk menunjang komunikasi sehari-hari. Pada awal kehidupan, manusia

(17)

lebih dulu belajar menyimak, kemudian berbicara, membaca dan menulis.

Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain dan dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak sangatlah penting diberikan kepada siswa. Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa dapat memperoleh berbagai informasi dari materi yang diberikan.

Saat ini kemampuan siswa dalam menyimak masih kurang, ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya proses pembelajaran yang monoton dan media yang digunakan masih kurang. Bahkan guru cenderung hanya bertumpu pada pertemuan saja tanpa adanya evaluasi terhadap kemampuan berbahasa siswa terutama menyimak. Pentingnya kemampuan siswa dalam menyimak yaitu memberikan kemudahan siswa dalam memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan atau observasi peneliti saat Magang 1 dan Magang 2 ditemukan permasalahan yang dihadapi siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, yaitu kurangnya kemampuan dalam menyimak. Hal ini terjadi karena siswa tidak tertarik dengan proses pembelajaran serta factor suasana kelas yang kurang kondusif baik dalam kelas maupun luar kelas.

Menyampaikan cerita dongeng guru masih cenderung membacakan siswa tanpa menggunakan media. Sehingga siswa cenderung menganggap pembelajaran Bahasa Indonesia kurang menyenangkan karena siswa hanya dituntut untuk mendengarkan tanpa melibatkan daya imajinasi dan minat siswa dalam menyimak cerita yang disampaikan guru hanya sebagai cerita

(18)

biasa yang tidak menarik. Media pembelajaran yang kurang bervariasi dan kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif berdampak pada rendahnya sebagian besar hasil ujian tengah semester siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam hal keterampilan menyimak siswa diperlukan adanya media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media pembelajaran audio visual (dalam hal ini adalah video pembelajaran). Pemanfaatan media dengan menggunakan bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat yang tersalurkan langsung ke siswa. Rusman (2013:173) mengatakan bahwa perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang dan hanya 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi indera lainnya.

Pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar digabungkan maka akan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.

Melalui media audio visual berupa video pembelajaran maka dapat meningkatkan pembelajaran siswa. Kemudahan siswa dalam menerima materi akan lebih mudah mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran bahasa mempunyai dampak yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Siswa dapat

(19)

lebih mudah memahami materi dan mengkonkretkan sesuatu yang abstrak.

Hal ini dikarenakan penggunaan alat indera yang lebih dari satu sehingga siswa memahami materi pelajaran.

Berkaitan dengan hal itu, maka upaya mengatasi permasalahan tersebut penulis mengkajinya melalui penelitian eksperimen yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Media Animasi Audio Visual Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah penggunaan media animasi audio visual berpengaruh terhadap kemampuan menyimak dongeng pada siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara KecamatanTondong Tallasa Kabupaten Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media animasi audio visual terhadap kemampuan menyimak dongeng pada siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan yaitu:

(20)

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi peneliti dan pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga mampu memberikan perhatian lebih serius lagi dalam menangani permasalahan yang di hadapi siswa dan guru.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi :

a. Sekolah

Dapat memberikan pelatihan terhadap guru tentang menggunakan media pembelajaran yang tepat digunakan dalam permasalahan siswa dikelas terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Guru

Memberikan pengetahuan kepada guru tentang media animasi audio visual. Sehingga guru dapat lebih kreatif dalam merancang pembelajaran. Serta dapat menambah wawasan guru dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran di kelas.

c. Siswa

Dengan penggunaan media animasi audio visual siswa dapat lebih tertarik dan mendapatkan kesan mendalam terhadap pembelajaran.

d. Pembaca

Memberikan pengetahuan serta wawasan dan dapat disajikan sebagai referensi sesuai dengan kebutuhannya.

(21)

e. Peneliti

Dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti dan akan menjadi pedoman untuk penelitian selanjutnya.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didasarkan penelitian relevan yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan media audio visual. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Ria Apriani, 2018

“Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Kemampuan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SDN 38 Ampenan Tahun 2017/2018”. Berdasarkan hasil post-test diperoleh bahwa nilai rata-rata kemampuan menyimak cerita siswa dengan menggunakan media audio visual kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol yang tidak menggunakan media audio visual. Rata -rata nilai post-test yang diperoleh kelas eksperimen yaitu sebesar 78,72, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 67,75. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t dua pihak dengan menggunankan rumus polled varians. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung ≥ ttabel yaitu sebesar 4,9863 ≥ 1,9987 pada taraf signifikansi 5% dengan derajad kebebasan (dk) = n 1 + n2 – 2 = 33 + 33 -2 = 64. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis, yaitu jika t hitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media audio visual terhadap

(23)

kemampuan menyimak cerita siswa kelas V SDN 38 Ampenan Tahun 2017/2018.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Salam, 2016 “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Terhadap Kemampuan Menyimak Cerita Siswa SD Negeri 5 Amparita”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas kontrol yang diajar tanpa media audio visual adalah siswa hanya sebagai obyek penerima materi dan guru sebagai pusat pembelajaran, hanya terlihat beberapa siswa yang aktif bertanya kepada guru, sedangkan siswa yang lain kurang memperhatikan pembelajaran. Sebaliknya pada kelas eksperimen, siswa terlihat aktif, terfokus dan bersemangat dalam belajar.

Hasil tes pretes dan postes menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa. Siswa yang diberi pengajaran dengan menggunakan media audio visual rata-rata hasil belajarnya lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak diberi pengajaran menggunakan media audio visual.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran bahasa Indonesia memberi pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menyimak cerita pendek siswa di SDNegeri 5 Amparita.

Penelitian yang dilakukan oleh Fadly Akbar, 2017 “Keefektifan Media Animasi Audio Visual Dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak-Anak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bulukumba Kabupaten Bulukumba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kemampuan siswa

(24)

pada kelas eksperimen dalam menyimak cerita anak-anak dengan menerapkan media animasi audiovisual menunjukkan hasil yang sangat memadai. Siswa yang mampu memperoleh dan berada di atas KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 96,4% atau sebanyak 27 orang siswa dan yang berada di bawah nilai KKM 75 sebesar 3,6% atau sebanyak 1 orang siswa.

Kemampuan siswa pada kelas kontrol dalam menyimak cerita anak-anak dengan menerapkan metode konvensional menunjukkan hasil yang kurang dibandingkan kelas eksperimen. Siswa yang berhasil mencapai nilai di atas KKM 75 sebesar 85,7% atau sebanyak 24 orang siswa dan yang berada di bawah KKM 75 sebesar 14,3% atau sebanyak 4 orang siswa. Jadi, berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan media animasi audiovisual efektif diterapkan dalam pembelajaran menyimak cerita anak-anak. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji hipotesis menggunakan analisis statistik inferensial jenis uji–t independent samples test diperoleh nilai thitung sebesar -2,571 dan ttabel sebesar 2,005 karena nilai thitung> ttabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa media animasi audiovisual efektif diterapkan dalam pembelajaran menyimak cerita anak-anak siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bulukumba.

Penelitian yang dilakukan oleh Istihana Rahayu, 2006

“Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Menggunakan Media Audio Visual Kelas V SD”. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar keterampilan menyimak siswa kelas V sekolah dasar masih

(25)

rendah. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menentukan tema dan menuliskankembali ceritadengankata-katanyasendiri. Faktor penyebabnya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran. Guru hanya membacakan teks cerita rakyat, kemudian menyuruh siswa mengerjakan tugas. Oleh karena itu, peneliti berupaya melakukan perbaikan dengan menggunakan media audio visual. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus, dan tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan pada I yaitu 71,8 dan pada siklus II meningkat menjadi 88,3. Sementara itu, ketuntasan belajar menyimak cerita dengan menggunakan media audio visual siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan mencapai 68% dan pada siklus II ketuntasan mencapai 84%. Kendala-kendala yang dihadapi adalah suasana kelas kurang kondusif, siswa kurang aktif, dan pengelolaan waktu.

Cara mengatasinya dengan pengkondisian kelas yang baik, memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dan pengaturan waktu pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas VB SDN Manukan Kulon II/499 Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Yusmarwati, 2018 “Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar

(26)

Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita Anak Di Kelas V SD Negeri 018 Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu”. Dari analisis data hasil pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran menggunakan audio visual pada pertemuan petarma mendapatkan persentase sebear 89,5%. pada pertemuan kedua sebesar 95,83%. sedangakan hasil pengamatan dari kegiatan siswa pertemuan pertama siswa mendapatkan persentase sebesar 89 ,29%. Sedangkan pada pertemuan kedua 96,43% dilihat dari analisis data motivasi siswa kelas eksperimen lebih tinggi motivasinya dalam belajar dari pada kelas kontrol. Selanjutnya dai segi hasil belajar siswa dilihat dari skor dasar siswa yang berada di kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 58,86, sedangkan kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata 60,68. Setelah diberi pelakuan pada kelas eksperimen, nilai rata- rata siswa meningkat menjadi 80,00 sedangkan nilai pada kelas kontrol yang tidak diberikan pelakuan mendapatkan nilai rata-rata 69,55. Dari analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa media audio visual yang diterapkan pada proses pembelajaran sangat efektif, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas V SD Negeri 018 Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Berdasarkan penelitian relevan di atas diketahui bahwa bahwa media animasi audio visual dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa dan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan media yang sama tetapi pada penelitian ini diharapkan ada pengaruh pada kemampuan menyimak

(27)

dongeng siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

2. Media Audio Visual

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Arsyad (dalam Fathurrahman 2011:39) mengatakanmedia yang artinya perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Heinich (dalam Susilana, 2008:6) mengemukakan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Miarso (dalam Musfiqon, 2012:15) media adalah wadah dari materi yang ingin disampaikan oleh pengajar dengan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

Berdasarkan dari beberapa pengertian media di atas, dapat dirumuskan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat perantara terjadinya proses pembelajaran dan memberikan rangsangan sehingga terjadinya proses interaksi belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Media pembelajaran sebagai suatu alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sulit dimengerti dan dipahami oleh siswa, terutama pembelajaran yang sangat rumit dan kompleks.

(28)

Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi di lain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sulit dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.

Terdapat banyak media pembelajaran, mulai dari yang sangat sederhana hingga ke kompleks, mulai dari yang hanya menggunakan indera mata hingga perpaduan lebih dari satu indera. Dari yang harganya murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat tergantung pada perangkat keras. Seiring berkembangnya teknologi, muncullah berbagai macam bahan ajar baru yang semakin canggih, mulai dari berkembangnya bahan ajar cetak, lalu merambah ke bahan ajar audio, hingga bahan ajar audio-video. Ini semua menunjukkan bahwa bentuk bahan ajar selalu mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

a. Pengertian Audio Visual

Media audio visual terdiri dari tiga kunci utama yaitu media, audio, dan visual. Media adalah perantara atau alat peraga, audio berarti suara, sedangkan visual berarti gambar yang dapat dilihat.

Kurniawan (2014:181) menyatakan media audio visual adalah media yang menyajikan pesan pembelajaran gabungan unsur audio dan

(29)

visual , baik yang bergerak maupun tidak bergerak, ada yang di proyeksikan juga ada yang tidak di proyeksikan. Djamarah (dalam Widyawanti,2015:15) menjelaskan bahwa media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Arsyad (dalam Rusman, 2013:151) memberikan pengertian media audio visual sebagai serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur dengan pesan-pesan didalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media audio visual, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak dengan berbagai bentuk animasi atau media yang melibatkan pendengaran dan penglihatan dalam satu kegiatan proses pembelajaran.

b. Manfaat Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Media audio visual khususnya dalam bentuk video memiliki beberapa macam manfaat. Manfaat video menurut Arsyad (2013:50), antara lain:

1)Melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain; (2) suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan berulang- ulang jika dipandang perlu; 3) mendorong dan meningkatkan motivasi serta menanamkan sikap dan segi- segi afektif lainnya; 4) mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa; 5) video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas; 6) video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.

(30)

Menurut Lucas (2011:22) “waktu belajar yang lebih efektif dan bisa mengingat dengan baik adalah saat kita menggunakan lebih dari satu indera”. Sedangkan Said (2015:15) mengatakan bahwa pembelajaran dengan audio visual memiliki kemampuan proses yang sangat tajam dalam menyimpan informasi-informasi gambar. Cara ini sangat mudah terjadi pada bagian neocortex otak, sehingga detail- detail informasi baik lisan maupun gambar akan terenda dengan kuat pada bagian terkecil neo-cortex otak (sub long term memory).

Berdasarkan penjelasan di atas, keberadaan media audio visual sangat tidak dipungkiri lagi di dalam kelas. Media audio visual dapat membangkitkan semangat belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap materi akan terasa lebih mudah. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual menumbuhkan minat serta motivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran.

c. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Audio Visual Pembelajaran (Video Pembelajaran)

Mengingat bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitupun dengan penggunaan media pembelajaran. Meskipun penggunaannya dipandang sangat efektif dalam pembelajaran, namun video pembelajaran selain memiliki kelebihan juga tetap memiliki kekurangan.

1) Kelebihan video pembelajaran

Menurut Rusman (2012:152), kelebihan penggunaan media video pembelajaran, yaitu:

(31)

a) Pemberian pesan kepada siswa secara lebih merata.

b) Memberikan penjelasan yang lebih signifikan.

c) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

d) Dapat diputar kembali.

e) Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat memengaruhi sikap siswa.

2) Kekurangan video pembelajaran

Menurut Rusman (2012:152) kekurangan penggunaan video pembelajaran sebagai berikut:

a) Jangkauannya terbatas.

b) Sifat komunikasinya satu arah.

c) Gambarnya relatif kecil.

d) Kadangkala terjadi kesalahan gambar atau warna akibat kerusakan atau gangguan.

e) Pada umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak dalam pengadaannya.

Sebuah media pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan media video. Dalam penayangannya, media video tidak dapat berdiri sendiri, media video ini membutuhkan pendukung seperti LCD untuk memproyeksikan gambar maupun speaker aktif untuk menampilkan suara agar terdengar jelas. Sifat komunikasi dalam penggunaan media hanya bersifat satu arah, siswa hanya memperhatikan media audio video. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh guru karena media video dapat diulang maupun diberhentikan maka guru

(32)

bisa mengajak berkomunikasi dengan siswa tentang isi/pesan dari video yang dilihat, maupun tanya jawab tentang video yang disimak. Jadi komunikasi tersebut tidak hanya satu arah.

3. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak di SD a. Definisi Menyimak

Menyimak adalah tahap pertama seseorang untuk memperoleh kemampuan berbahasa. Menyimak merupakan kemampuan memahami dan menafsirkan pesan yang disampaikan secara lisan oleh orang lain. Menurut Russel (dalam Tarigan, 2015:32) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Sedangkan menurut Tarigan (2015:31) menyatakan bahwa:

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memperhatikan secara seksama yang diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat didalamnya.

b. Tujuan Menyimak

Menyimak pada dasarnya mempunyai tujuan. Tujuan menyimak berbeda-beda tergantung dari materi yang diberikan.

Menurut Hardini (2012:187) tujuan menyimak terbagi atas dua yaitu:

(33)

1) Persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan.

2) Resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara.

Menurut Logan (Tarigan, 2015:6) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut:

1)menyimak untuk belajar; 2)menyimak untuk memperoleh keindahan audial;3)menyimakuntuk mengevaluasi;4)menyimak untukmengapresiasi simakan; 5)menyimak untuk mengkomunikasikan ide- idenya sendiri; 6)menyimak untuk membedakan bunyi- bunyi; 7)menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis; 8)menyimak untuk meyakinkan.

Berikut ini dijelaskan satu persatu yaitu:

1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar siswa memperoleh pengetahuan baru dari apa yang disimak.

2) Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan menekankan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang disampaikan atau yang diperdengarkan.

3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu.

4) Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu.

(34)

5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti dan mana bunyi yang tidak membedakan arti.

7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan, dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

Tujuan menyimak seseorang berbeda-beda, ada yang menyimak dengan tujuan memperoleh pengetahuan, menikmati keindahan, mengevaluasi, mengapresiasi materi simakan, hingga mengkomunikasikan ide-ide atau gagasannya melalui menyimak. Melihat dari beberapa tujuan dari menyimak di atas, maka menyimak yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan serta bertujuan untuk mengomunikasikan ide-ide, gagasan- gagasan dari kegiatan menyimaknya.

(35)

c. Jenis-Jenis Menyimak

Secara garis besar, Tarigan (2015:37) membagi jenis menyimak itu menjadi 2 macam, yaitu “ 1) menyimak ekstensif dan 2) menyimak intensif. Kedua jenis menyimak itu sangat berbeda, perbedaan itu tampak dalam cara melakukan kegiatan menyimak”.

Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh masyarakat secara umum, misalnya orang tua dan anak-anak menyimak tayangan sinetron dari sebuah televisi, berita radio dan sebagainya.

Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendak. Dengan kata lain menyimak intensif lebih menekankan kemampuan memahami bahan simakan. Misalnya, dalam menyimak pelajaran di sekolah, guru menuntut agar siswa memahami penjelasannya. Selanjutnya untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan pertanyaan- pertanyaan. Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif menurut Tarigan (2015:15) yaitu:

1) Menyimak pada dasarnya menyimak pemahaman.

2) Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi.

3) Menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal.

4) Menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang disimak.

d. Proses Menyimak

(36)

Menurut Brown (dalam Hardini 2012:184 ) terdapat delapan proses dalam kegiatan menyimak, yakni sebagai berikut:

1) Pendengar memproses raw speech dan menyimpan image, dalam short term memory; 2) Pendengar menentukan tipe dalam setiap peristiwa pembicaraan yang sedang diproses; 3) Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan, konteks, dan isi; 4) Pendengar me-recall latar belakang informasi sesuai dengan masalah yang ada; 5) Pendengar mencari arti literal dari pesan yang iya dengar; 6) Pendengar menentukan arti yang dimaksud; 7) Pendengar mempertimbangkan informasi yang ia dengar harus disimpan dalam memorinya atau titunda;8) Pendengar menghapus pesan-pesan yang telah ia terima.

Menurut Logan (dalam Tarigan, 2015:63) menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses memahami suatu simakan secara mendalam. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:

1) Tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya; 2) Tahap memahami, setelah mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara; 3) Tahap menginterpretasi, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam uraian itu; 4) Tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicaraan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; 5) Tahap menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukan pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.

(37)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak mempunyai beberapa tahap diantaranya tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi dan menanggapi. Tahap-tahap tersebut saling berkaitan atau berkesinambungan. Pembelajaran akan lebih efektif jika dilakukan secara integratif dan linier terhadap suatu materi pelajaran.

e. Prosedur Pembelajaran Menyimak

Sebagaimana pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain, pembelajaran menyimak juga mempunyai beberapa prosedur.

(Tarigan, 2015:40) menyatakan bahwa bertemali dengan prosedur pembelajaran menyimak, maka yang tidak boleh dilupakan dalam menghasilkan pembelajaran menyimak yang sesuai adalah:

1) Kesesuaian Isi

Kesesuaian isi dalam menyimak yang dimaksud adalah kesesuaian tulisan dengan dongeng yang didengar. Kesesuaian isi dilihat dari unsur intrinsik cerita dari video yang dilihat. Olehnya itu, siswa harus terlebih dahulu mengetahui unsur intrinsik cerita.

Hal ini dimaksudkan agar pesan dan tujuan dari cerita dapat tersampaikan dengan baik.

2) Koherensi

Koherensi adalah keterpaduan dalam sebuah paragraf apabila kalimat-kalimat yang menyusun paragraf itu tersusun secara logis dan berkaitan satu sama lain untuk mendukung gagasan utama.

3) Keefektifan kalimat

(38)

Unsur kalimat terdiri dari subjek, predikat, objek dan keterangan. Suatu kalimat yang efektif adalah kalimat yang dapat membangkitkan kembali gagasan yang dimiliki oleh pendengar, persis sama dengan apa yang dimiliki oleh pembicara. Kalimat harus disusun dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan kesepadanan bentuk atau strukturnya.

4) Kerapian tulisan

Kerapian tulisan dalam kegiatan menulis merupakan hal yang tidak boleh luput dari perhatian. Alasannya meskipun apa yang ditulis itu tepat, benar dan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari penulisan, tetapi jika tulisan tidak bisa terbaca oleh pembaca tentunya hal yang benar tadi tetap akan menjadi salah. Olehnya kerapian tulisan sangatlah penting agar pesan yang penulis akan sampaikan melalui tulisannya dapat tersampaikan kepada pembaca.

4. Hakikat Dongeng a. Definisi Dongeng

Dongeng adalah cerita yang biasanya dalam bentuk penayangannya bersifat animasi.Munirah (2016:69) menyatakan dongeng adalah cerita yang di dasari atas angan-angan atau khayalan. Nurgiyantoro (2005:198) istilah dongeng dapat dipahami sebagai cerita yang bersifat universal yang dapat ditemukan diberbagai pelosok masyarakat dunia. Dongeng sebagai salah satu genre cerita fantasi dan dilihat dari segi panjang cerita biasanya relatif pendek.

(39)

Berdasarkan definisi-definisi dongeng di atas maka dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah suatu cerita rekaan atau fantasi atau khayalan belaka yang kejadiannya tidak mungkin terjadi. Dongeng merupakan cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau fantasi penulisnya.

Cerita dongeng ini diminati dan sangat antusias untuk dibaca oleh siswa SD karena dongeng menarik dan merupakan cerita khayalan sehingga siswa seolah-olah terlibat dalam cerita tersebut.

b. Ciri-ciri Dongeng

Ciri-ciri dongeng menurut Emzir (2013:15), yaitu:

1) Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun ada juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral).

2) Dongeng biasanya mempunyai kalimat pembukaan dan penutup yang bersifat klise, seperti pada zaman dahulu kala (kalimat pembuka), mereka hidup bahagia selama-selamanya (kalimat penutup dongeng).

Ciri-ciri dongeng menurut Nurgiyantoro (2005:200), yaitu:

1) Merupakan cerita fantasi,

2) Dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat, dan

3) Kekurang jelasan latar terlihat sejak cerita dongeng dimulai yaitu sering menggunakan kata-kata pembuka “Pada zaman dahulu kala”.

Berdasarkan ciri-ciri dongeng di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dongeng adalah sebuah cerita khayalan atau fantasi yang

(40)

menceritakan suatu kehidupan, dan kita bisa mengambil pelajaran (moral) di dalamnya.

c. Jenis-jenis Dongeng

Jenis-jenis dongeng menurut Supriyadi (2006:151), antara lain:

1) Fabel

Dongeng ini merupakan cerita tentang kehidupan binatang/

tumbuh-tumbuhan, seringkali dihubungkan dengan kehidupan manusia, dan biasanya bersifat sindiran, atau kiasan. Cerita-cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat manusia tersinggung. Contohnya adalah dongeng si kancil, katak hendak jadi lembu, tupai dan ikan gabus, dan lain-lain.

2) Parabel

Parabel adalah dongeng khayal yang mengandung ajaran yang baik. Munculnya parabel ini dimungkinkan karena pada waktu itu masih sangat terbatas pendidikan formal, sehingga diperlukan suatu alat untuk mendidik masyarakatnya. Dongeng atau cerita yang digolongkan parabel ini adalah hampir semua cerita fabel. Hal ini dikarenakan hampir semua cerita fabel yang ada di Indonesia pada umumnya berupa ajaran yang baik bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu dongeng “Kancil, Burung Bayan, Bujuk dan Tupai disebut parabel.

3) Sage

Sage merupakan dongeng/cerita khayal yang memasukkan peristiwa-peristiwa, tempat kejadian, dan tokoh-tokohnya merupakan

(41)

tokoh sejarah. Misalnya Jaka Tarub, Angling Darma, Lutung Kasarung, dan Ciung Wanara.

4) Mite / Mitos

Mite atau mitos adalah dongeng yang bercerita tentang dunia dewa-dewi dan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat. Munculnya cerita mitos ini tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat gaib. Misalnya adalah dongeng Dewi Sri, Nyi Roro Kidul, pengaruh Hindhu misalnya Mahabarata, dan pengaruh Budha misalnya Sung Go Kong.

5) Legende atau Legenda

Merupakan cerita khayal yang dihubung-hubungkan dengan gejala alam, serta kenyataan-kenyataan alam yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Contoh dari legenda adalah dongeng Tangkuban Perahu, terjadinya Rawapening, Asal Mula Kota Banyuwangi, dan lain- lain.

Jenis-jenis dongeng menurut Emzir (2013:17), antara lain:

1) Dongeng binatang (animal tales)

Merupakan dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata, ikan, dan serangga. Binatang-binatang ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Misalnya : Sang Kancil, Sang kancil dan Buaya.

2) Dongeng Biasa

Merupakan jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah duka seseorang. Misalnya : Si Melati dan Si Kecubung, Bawang Putih dan Bawang Merah, dan Ande-Ande Lumut.

(42)

3) Lelucon dan Anekdot

Merupakan dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan ketawa bagi yang mendengarnya maupun yang menceritakannya. Misalnya : Si Kabayan, Singa Rewa, Pak Pandir, dan Lebai Malang.

4) Dongeng Berumus

Merupakan dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.

Di Indonesia dongeng semacam ini misalnya lelucon yang bersifat penghinaan suku bangsa lain (ethnic slur).

d. Unsur-Unsur Instrinsik Dongeng

Prosa fiksi khususnya sebuah dongeng dibangun oleh unsur-unsur pembangun. Menurut Supriyadi (2006:60) unsur-unsur pembangun dari sebuah dongeng, yaitu:

1) Tema

Tema merupakan pondasi atau inti dalam suatu cerita. Tema berfungsi sebagai topik sentral yang dikembangkan oleh pengarang.

Tema juga berfungsi sebagai pedoman pengarang dalam menyusun dan mengembangkan cerita.

2) Alur/plot

Menurut Wellek (Supriyadi, 2006:60) alur atau plot didefinisikan sebagai “rangkaian peristiwa yang disusun secara logis dalam suatu cerita”. Peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita disusun saling berkaitan secara kronologis, disusun secara sebab akibat.

3) Tokoh dan Penokohan

(43)

Tokoh cerita dalam prosa fiksi khususnya dongeng dapat berupa binatang, tumbuh-tumbuhan, benda mati, dan lain-lain yang dapat berbicara, serta manusia. Tokoh cerita yang membawa amanah pengarah disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh cerita yang melawan tokoh protagonis disebut tokoh antagonis.

4) Latar tempat dan waktu/setting

Latar atau setting adalah situasi tempat, ruang, dan waktu yang digunakan para tokoh dalam suatu cerita.

5) Sudut Pandang

Dalam cerita pendek, tokoh cerita ada kalanya menggunakan kata ganti “aku atau saya, dia/ia atau dengan menyebut langsung nama tokoh tersebut. Model atau cara pengarang dalam bercerita seperti contoh tersebut merupakan sudut pandang atau cara pengisahan.

Berdasarkan unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, dan disesuaikan dengan KI dan KD kelas III, unsur-unsur intrinsik yang digunakan adalah tokoh, tema, latar dan amanat.

5. Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran Kemampuan Menyimak Dongeng

Menyimak dongeng adalah kegiatan yang fokusnya siswa, sedangkan guru diharapkan menjadi mediator. Oleh sebab itu kegiatan menyimak dongeng ini dapat dilakukan oleh guru sebagai pendongeng (menyimak langsung) dan menggunakan media lain sebagai pendongeng, misalnya menyimak dongeng melalui tape, televisi, maupun video (menyimak tidak langsung). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini strategi yang digunakan adalah menyimak dongeng tidak

(44)

langsung karena dalam penyampaiannya, dongeng ini disampaikan melalui media video.

Media video dapat membawa siswa ke tempat-tempat yang takkan pernah mereka kunjungi, membantu mereka melihat hal-hal yang mungkin tak pernah mereka alami, dan menjadikan hal-hal yang mereka baca menjadi hidup.

Media video dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang menggunakan indera penglihatan dan indera pendengaran. Dengan demikian media video menjadi salah satu media alternatif untuk pembelajaran menyimak dongeng dalam rangka memudahkan siswa dalam memahami cerita. Selain menggunakan video untuk menampilkan gambar maupun suara dalam pembelajaran, juga menggunakan proyektor.

Proyektor ini berfungsi untuk menampilkan sebuah gambar ke dalam sebuah layar datar. Arsyad (2013:51) proyektor adalah sebuah alat proyeksi yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video, animasi baik secara terpisah maupun gabungan diantara unsur- unsur media tersebut dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti komputer, TV, kamera, VCD/DVD player, dan video player. Sadiman (2011:215) menyebutkan bahwa “proyektor digunakan untuk memproyeksikan film rangkai (film strip). Proyektor ini dibantu penggunaannya oleh sebuah alat yang disebut LCD”.

Arsyad (2013:53) menyatakan bahwa “LCD adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin

(45)

elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit”. Alat yang digunakan untuk menampilkan suara agar bisa terdengar jelas adalah speaker aktif. Pada saat penggunaannya, video yang diputar dihubungkan oleh sebuah kabel ke proyektor sehingga gambar yang ada di monitor laptop bisa ditangkap di layar. Pada kabel speaker aktif juga dihubungkan pada laptop pemutar video sehingga suara dalam cerita dapat terdengar jelas oleh siswa. Jadi siswapun bisa menikmati cerita dongeng di layar datar yang ukurannya besar dan suara speaker aktif yang terdengar jelas.

B. Kerangka Pikir

Kemampuan menyimak merupakan salah satu aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang sangat penting dalam membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dari apa yang disimak. Permaslahan yang di hadapi siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep yakni kurangnya kemampuan menyimak. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia kurang di minati atau perhatian guru dalam memperhatikan kemampuan menyimak siswa di kelas tidak menyeluruh.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan media audio visual dalam menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menyimak dongeng. Media audio visual memiliki kelebihan memberikan pesan kepada siswa secara lebih merata, penjelasan yang lebih signifikan, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, serta kesan yang

(46)

mendalam yang dapat memengaruhi sikap siswa. Berdasarkan uraian diatas maka alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

2.1 Skema hipotesis penelitian

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kemampuan Menyimak

Kemampuan Berbicara

Kemampuan Membaca

Kemampuan Menulis Kurikulum 2013

Penggunaan media animasi

audio visual Uji kemampuan

(Pretest)

Uji kemampuan (Posttest) Menyimak Dongeng

Analisis dan Pembahasan

Temuan

(47)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2015:96) menyatakan “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam suatu penelitian terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif sedangkan hipotesis alternatif dinyatakan dalam kalimat positif.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian Pengaruh Penggunaan Media Animasi Audio Visual Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep sebagai berikut :

Hipotesis nol (Ho) : …Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan media animasi audio visual terhadap kemampuan menyimak dongeng Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Hipotesi alternatif (Ha) : ...Ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan media animasi audio visual terhadap kemampuan menyimak dongeng Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan media animasi audio visual. Metode penelitian eksperimen (Sugiyono, 2017:107) dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam metode eksperimen terdapat empat bentuk desain (Sugiyono, 2017:109-110)yaitu Pre-Experimental, True-Experimental, Factorial Experimental, Quasi Experimental. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Pre- Experimental, karena belum merupakan eksperimen sungguhan. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, hal ini terjadi karena adanya variabel kontrol dan sampel dipilih tidak secara random.

Bentuk pre-eksperimental design ada beberapa macam yaitu : one- shot case study, one-group pretest-posttest design, dan intact-group comparison. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design yang melibatkan satu kelompok, yaitu sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diterapkan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media video pembelajaran.

Desain penelitian ini tidak melibatkan adanya kelompok kontrol. Pada desain kelompok eksperimen diberikan pretest selanjutnya diterapkan perlakuan

(49)

dengan menggunakan media video pembelajaran setelah itu diadakanlah posttest.

Desain One-Group Pretest-Posttest Design bersumber dari) terlihat dibawah ini :

Table 3.1 Desain One-Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

(Sugiyono, 2017:111)

Keterangan :

O1 : Nilai sebelum diberi perlakuan berupa penerapan media animasi ..audio visual pada kemampuan menyimak dongeng (pretest)

X : Perlakuan (penerapan media animasi audio visual)

O2 : Nilai setelah diberi perlakuan berupa penerapan media animasi ...audio visual pada kemampuan menyimak dongeng (posttest)

Dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut posttest. Perbedaan antara O1

dan O2 yakni O2O1 diasumsikan merupakan pengaruh dari perlakuan.

(50)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Penelitian kuantitatif perlu ditetapkan sejumlah populasi sebagai objek penelitian yang akan menjadi sumber data. Menurut Sugiyono (2017:117) mengemukakan bahwa “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Hal ini berarti populasi merupakan keseluruhan dari objek atau subjek yang diteliti dengan permasalahan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara.

Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Kelas III

Laki-laki 7orang

Perempuan 3 orang

Jumlah Total 10 orang

Sumber : SD Negeri 17 Parang Luara 2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling jenuh.

Menurut Sugiyono (2017:124) mengemukakan bahwa teknik sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Maka dalam penelitian ini sampel dipilih tidak secara random karena jumlah siswa kelas III SD Negeri 17 Parang Luara adalah 10 orang.

(51)

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian berkenaan dengan apa yang diteliti dalam suatu penelitian. Sugiyono (2017:60) variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Terdapat dua macam variable dalam penelitian ini, yaitu variable terikat (variabel dependen) dan variable bebas (variabel independen). Sugiyono (2017:61) variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Sedangkan variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).

Adapun variabel yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X): dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah

penggunaan media animasi audio visual.

2. Variabel terikat (Y): dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan menyimak dongeng kelas III SD Negeri 17 Parang Luara Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Secara operasional, definisi variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Media animasi audio visual (video pembelajaran) adalah alat bantu mengajar yang dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar penjelasannya, yang dapat menolong siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(52)

2. Keterampilan menyimak adalah kemampuan mendengarkan serta memperhatikan secara seksama yang diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebagai alat ukur yang digunakan pada proses penelitian berdasarkan dari variabel dependen terhadap variabel independen.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan menyimak Pretest sebelum perlakuan kemudian tes hasil Posttes kemampuan menyimak setelah perlakuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tes tertulis dalam proses pengumpulan data. Menurut Chaer (dalam Ginanjar, 2014:50), penelitian yang ingin mengetahui kemampuan (misalnya kemampuan berbahasa) instrumennya berupa tes. Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre- test dan post-test. Tes yang digunakan adalah tes hasil kemampuan menyimak. Saat siswa telah selesai mengerjakan tes maka akan dilakukan penilaian dengan aspek yang telah ditentukan, kemudian hasil tersebut akan dikelola dengan perhitungan akhir dengan cara berikut .

Nilai perolehan :

Gambar

Tabel               Halaman
Gambar    Halaman
Table 3.1 Desain One-Group Pretest-Posttest Design
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas III SD Negeri 17 Parang Luara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, menurut analisis peneliti, Daikokuten merupakan bentuk dari Kuvera dalam agama Hindu dimana masuk ke dalam Shichifukujin dengan memiliki sifat yang sama yaitu

Perawatan kehamilan adalah upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak selama hamil sehinga dapat menjaga kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat dan

Penelitian ini adalah Pre – Experimental Design dengan bentuk One Group Pretest – Posttest Design untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari perlakuan

Dengan adanya aplikasi pendukung di posyandu ini maka pengolahan data bayi dan anggota posyandu akan bejalan efektif dan efisien terutama di posyandu dahlia,

(Gambar 9) Rendahnya elevasi mercu sungai terutama pada bagian sebelah kiri menyebabkan aliran melimpas ke daerah sebelah kiri sungai yang merupakan dataran rendah. Ketinggian

NAMA PELAMAR SELEKSI CPNS KABUPATEN BANGKA TAHUN 2018 YANG MENGIKUTI UJIAN SELEKSI KOMPETENSI DASAR (SKD). PENERIMAAN CPNS

Peneliti lainnya diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan referensi pembanding dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya, di

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi kolon, patologi dari karsinoma sigmoid, karsinoma rektum, diagnosis dan pengelolaan