• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PEMAHAMAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA BESERTA PERMASALAHANNYA

DI SUSUN OLEH :

Nama : Karnita Septi Wahyu Andriyani NIM : 11.02.8021

Kelas : 11-D3MI-02 Kelompok : A

Dosen : Kalis Purwanto M.M

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2011/2012

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T.

karena atas ridho-Nyalah Makalah Pendidikan Pancasila yang saya beri judul

” Pemahaman Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Beserta Permasalahannya” dapat diselesaikan.Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas ak hir Mata Kuliah Pendidikan Pancasila.Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada :

1 . O r a n g T u a k a m i y a n g t e l a h m e m b e r i s e m a n g a t , b a i k m o r i l m a u p u n m a t e r i i l .

2 . D o s e n P e n g a j a r M a t a K u l i a h P e n d i d i k a n P a n c a s i l a , B a p a k K a l i s P u r w a n t o , M.M,.

3 . R e k a n - r e k a n s e - a l m a m e t e r .

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisannya.Hali ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan pengetahuan yang saya miliki.

Oleh karena itu,saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.A t a s s e g a l a b a n t u a n y a n g t e l a h d i b e r i k a n s a y a m e n g u c a p k a n t e r i m a k a s i h semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.

Mudah-mudahan Allah S.W.T.meridhoi sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, Oktober 2011

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….……… i

D A F T A R IS I … … … . . … … … . . i i BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.1.1. Arti Penting Keberada an Pancasila ... ...1

1.1.2. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ... 2

1.1.3. Butir-Butir Pancasila Sila Pertama ... ... 3

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Kontroversi Pancasila Ditinjau Dari Sila Ketuhanan YangMaha Esa ... ... 4

1.2.2. Kasus Ahmadiyah ... 6

. BAB II. PEMBAHASAN 2.1. Pemahaman dan Pelanggaran Terhadap Pancasila ... ... 6

2.2. Kasus Ahmadiyah………..6

2.2.1. Tinjauan Pustaka ... ... ... 6

2.2.2. Analisis ... ... ... 7

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ... ...8

3.2. Saran ... ... 8

DAFTAR PUSTAKA ...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1 . 1 . L A T A R B E L A K A N G

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmidisahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam PembukaanUUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsaIndonesia yang majemuk.

Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsadan negara Indonesia?

Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kom- pleksitas

keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa dae-rah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu samalain tetapi mutlak harus dipersatukan.Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehinggatidak heran bagi sebagian rakyat

Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu yangsakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya. Ada pulasebagian pihak yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi semua aturan-aturanyang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

1.1.1. Arti Penting Keberadaan Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasilahanya akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos(kesalahan) yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan.

Akhirnya Indonesia a-kan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat)dalam sistem hukum negara menjadi urgen untuk diterapkan. Sejarah Indonesia yangawalnya merupakan kumpulan Kerajaan yang berbasis agama dan suku memperkuat

(5)

2

1.1.2 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.Sedangkan sebaliknya dengan paham

KetuhananYang Maha Esa ini hendaknya diwujudkan dan dihidup suburkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh doleransi dalam batas-batas yang diizinkan olehatau menurut tuntunan agama masing-masing, agar terwujud ketentraman dan ke-sejukan di dalam kehidupan beragama.Untuk senantiasa memelihra dan mewujudkan 3 model kerukunan hidup yangmeliputi :

1. Kerukunan hidup antar umat seagama 2. Kerukunan hidup antar umat beragama

3. Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah.Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa.

Di dalam memahami sila I Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pe-muka agama senantiasa berperan di depan dalam

menganjurkan kepada pemeluk a-gama masing-masing untuk

menaati norma-norma kehidupan beragama yang dia-nutnya.Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama Islam, Pancasila

sendiriyang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertu-ang dalam sila pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi

“…dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya”

yang sejak saat itu dikenal sebagai Piagam Jakarta. Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai sekarangyaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menentang penerapan Piagam Jakartatersebut, karena dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariatIslam diterapkan secara tidak langsung namun pasti akan menjadikan Indonesia se- bagai negara Islam dan secara

“fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragamalain. Yang lebih buruk lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa terutama

bagi provinsi yang mayoritas beragama nonislam. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakuidan menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kris-ten, Katolik, Budha dan Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.

(6)

3 1.1.3. Butir-Butir Pancasila Sila Pertama

Searah dengan perkembangan, sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat dijabar-kan dalam beberapa point penting atau biasa disebut dengan butir-butir Pancasila.Diantaranya:

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaanya kepada TuhanYang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuaidengan agama dan kepercayaannya masing- masing menurut dasar kemanusiaanyang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan YangMaha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan

menjalankan ibadahsesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang MahaEsa kepada orang lain.Dari butir-butir tersebut dapat dipahami bahwa setiap rakyat Indonesia wajibmemeluk satu agama yang diyakini. Tidak ada pemaksaan dan saling toleransi antaraagama yang satu dengan agama yang lain.

(7)

4 1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Kontroversi Pancasila Ditinjau Dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebagai dasar negara RI, Pancasila juga bukanlah perahan murni dari nilai-ni-lai yang berkembang di masyarakat Indonesia. Karena ternyata, sila-sila dalam Pan-casila, sama persis dengan asas Zionisme dan Freemasonry. Seperti Monoteisme (Ke-tuhanan YME), Nasionalisme (Kebangsaan), Humanisme (Kemanusiaan yang adildan beradab), Demokrasi (Musyawarah), dan

Sosialisme (Keadilan Sosial). Tegas-nya, Bung Karno, Yamin, dan Soepomo mengadopsi (baca: memaksakan) asas Zionisdan Freemasonry untuk diterapkan di Indonesia.Selain alasan di atas, agama-agama yang berlaku di Indonesia tidak hanya Is-lam, tetapi ada Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha, bahkan Konghucu. Ke-semua agama itu, menganut paham atau konsep bertuhan banyak, bahkan pengikut a-nimisme. Hanya agama Islam saja yang memiliki konsep Berketuhanan Yang MahaEsa (Allahu Ahad).Sejak awal, Pancasila agaknya tidak dimaksudkan sebagai alat pemersatu, apalagi untuk mengakomodir ke-Bhinekaan yang menjadi ciri bangsa Indonesia. Tetapi untuk menjegal peluang berlakunya Syari’at Islam. Para nasionalis sekuler, ter-utama Non Muslim, hingga kini menjadikan Pancasila sebagai senjata ampuh

untuk menjegal Syariat Islam, meski konsep Ketuhanan yang terdapat dalam Pancasila ber- beda dengan konsep bertuhan banyak yang mereka anut. Mereka lebih sibuk menye-rimpung orang Islam yang mau menjalankan Syariat

agamanya, ketimbang dengangigih memperjuangkan haknya dalam

menjalankan ibadah dan menerapkan ketentuanagamanya. Bagaimana toleransi bisa dibangun di atas konstruksi filsafat yang meng-hasilkan anarkisme ideologi seperti ini?Dalam memperingati hari lahir Pancasila, 4 Juni 2006, di Bandung, muncul sejumlah tokoh nasional berupaya memperalat isu Pancasila untuk kepentingan zio-nisme. Celakanya, mereka menggunakan cara yang tidak cerdas dan manipulatif. De-ngan berlandaskan asas Bhineka Tunggal Ika, mereka memosisikan agama seolah-olah perampas hak dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Segala hal yang berkaitandengan agama dianggap membelenggu kebebasan. Kebencian pada agama, pada gilirannya, menyebabkan parameter kebenaran porak-poranda, kemungkaran akhlak

Kedua,

munculnya sebagian aktivis kemanusiaan yang menganggap Ahmad-iyah sebagai gerakan keagamaan yang melakukan tafsir keagamaan, yang

(8)

5

meskipun berbeda dan bertentangan dengan keyakinan Islam mainstream, tapi harus dihargaisebagai bentuk keyakinan yang dijamin oleh konstitusi.

Ketiga,

Di satu sisi, Ahmadiyah merupakan organisasi yang sah dan resmi se-cara hukum. Tapi di sisi lain, Ahmadiyah juga dianggap melanggar undang- undanglain yang populer dengan pasal-pasal penodaan agama. Ketiga faktor inilah yangsaling berbenturan dan seakan masing-masing berusaha

mendapatkan simpatik pu- blik.Puncak titik klimaksnya adalah pada tragedi Monas pada tanggal 1 Juli 2008,dimana sekelompok orang yang

mengatasnamakan diri mereka Komando Laskar Is-lam, menyerang kelompok massa AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk KebebasanBeragama dan

Berkeyakinan), yang berbaur dengan massa Ahmadiyah. Insiden inisempat menjadi

Headline

di beberapa media cetak maupun elektronik. Insiden ini berujung pada ditangkapnya beberapa anggota FPI (Front Pembela Islam),yangdiyakini sebagai motor penggerak dalam penyerangan tersebut.Dari segi keamanan sendiri, Ahmadiyah sebenarnya tidak bermasalah. Perso-alan muncul justru dari penentang Ahmadiyah, yang cenderung bersikap anarkis, se-hingga perhatian publik tidak hanya tertuju pada penyimpangan Ahmadiyah,

tetapi juga kosekuensi yang muncul akibat penentangan yang bersifat anarkis itu.

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PEMAHAMAN DAN PELANGGARAN TERHADAP PANCASILA Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagung-kan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara In-donesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap agama.Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi berbasis agamadengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi beragama. Ideologi Pancasilaadalah ideologi beragama.Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlumelakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat.Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita me-rendahkan umat yang berbeda agama

ataupun membuat aturan yang secara langsungdan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama terten-tu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dija-dikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia.

Sesungguhnya tidak ada agamayang salah dan mengajarkan permusuhan.Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar to-lak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul ge-sekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir stan- dar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.

2.2. KASUS AHMADIYAH 2.2.1. Tinjauan Pustaka

Keyakinan warga Ahmadiyah bahwa Mirza Ghulam Ahmad mendapat statuskenabian merupakan persoalan kunci, yang memicu kontroversi dengan umat Islam mainstream, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara Muslim di dunia. Selainitu, hasil pengalaman spiritual Mirza Ghulam Ahmad yang

kemudian dikompilasioleh pengikutnya dalam buku ’Tadzkirah’, diposisikan sebagai ’kitab suci’.Dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) 4-6 November 2007 Majelis Ula-ma Indonesia menetapkan sepuluh kriteria aliran sesat, salah satunya adalah Meng-ingkari salah satu dari rukun Iman dan rukun Islam. Juga apabila ada yang meleceh-kan dan atau merendahkan Nabi dan Rasul.

(10)

7

Selain mengaku sebagai rasul, beberapa paham Amadilla yang dianggap sesat, antara lain:

1 . P e n g a k u a n M i r z a G h u l a m A h m a d s e b a g a i Tuhan

“Engkau dariku dan Akudarimu, punggungmu hádala punggung-Ku”

(Tadzkirah 700)

2.Sikap Mirza Ghulam Ahmad terhadap Muhammad SAW.

“Sesungguhnya Nabisaw memiliki tiga ribu mukjizat” (Kitab Tuhfan Kolrawiyah 67, RK 17/153). Dansesungguhnya mukjizatku lebih dari satu juta mukjizat.” (Tadzkirah asy-Syahadatain 41, RK20/43)

3.Hujatan Mirza Ghulam Ahmad terhadap nabi Isa a.s. “Ya, dialah (Yesus Al-Masih) yang terbiasa banyak memaki dan Sangay jelek akhlaknya.” (RK 11/289,lampiran Injam Atiham 5 (foot note)).

4.Iuran wajib organisasi. “Candah (iuran) yang dinyatakan wajib oleh hazrat aqdasmasih mau’ud a.s. (Mirza Ghulam Ahmad, pen) lepada setiap ahmadi untuk membayarnya dan siapa-siapa yang sampai tiga bulan berturut-turut tidak membayar, dikatakan keluar dari jemaat beliau. Itu sama sekali lain dan terpisahdari zakat”

5.Sakralisasi desa Qadian. “Sesungguhnya bumi Al -Qadian berhak untuk dihargai,karena menyerang dia sama dengan menyerang tanah haram.” (Durr Tsami 52

(11)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yaitu :1.Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa karena Pancasilamengakui adanya pluralitas.2.Dengan

mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika melak-sanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dansejahtera pasti akan terwujud.3 . D a l a m m e m a h a m i s i l a

K e t u h a n a n Y a n g M a h a E s a t a k d a p a t d i p i s a h k a n d a r i k e - empat sila lainnya.4.Ditinjau dari Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa kasus Ahmadiyah meru - pakan suatu pelanggaran karena Pancasila mengajarkan kebebasan memeluk aga-ma dan keyakinan masing- masing bukan kebebasan mengubah ajaran suatu aga-ma yang dalam hal ini agama Islam.

3.2.SARAN

Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa saran yang perlu untuk diper-timbangkan untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap nilai

Pancasila, yaitu :

1.Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap Pancasila, maka perlu ada-nya peningkatan pengamalan butir-butir Pancasila khususnya sila ke-1. Salahsatunya dengan saling menghargai antar umat beragama.

2.Untuk menjadi sebuah negara Pancasila yang nyam an bagi rakyatnya, diperlukan adanya jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada di da-lamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan beribadah.

3.Pemerintah sebaiknya melakukan pendekatan yang persuasif untuk membawa pengikut Ahmadiyah kembali pada koridor Islam.

(12)

9

4.Jika pengikut Ahmadiyah tetap bersikukuh dengan

keyakinannya, sebaiknya me -reka mendirikan agama baru tanpa membawa- bawa Islam beserta atributnya un-tuk menghindari keresahan dan ketegangan di dalam masyarakat. Hal ini sesuaidengan butir sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, M.S. 2003.

Pendidikan Pancasila.

Yogyakarta : Paradigma.http://jangkrik-

muda.blog.friendster.com/http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah- pancasila-pancasila-vs-agama/http://lets-belajar.blogspot.com/2007/09/sila- ketuhanan-yang-maha-esa.html

Referensi

Dokumen terkait

Secara hermeneutis peroses perumusan pancasila terutama sila ketuhanan yang maha esa ini penting untuk ditemukan esensinya, karena pada hakikat sila pertama inilah the

• Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia dan setiap warga negara harus mengakui adanya Tuhan.. Oleh karena

Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila adalah sebagai berikut. 1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu pengetahuan menciptakan perimbangan antara

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keem- pat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara

Di dalam Pancasila terkandung nilai – nilai disetiap silanya yaitu (1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai

Yang ingin diwujudkan dan dikembangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila adalah adanya sikap saling menghormati, menghargai, toleransi, serta terjalinnya

Hasil penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah makna Pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” menurut perspektif Islam adalah tauhid yaitu Tuhan

simbol sila pertama Pancasila mengandung maksud bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, yaitu bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama