• Tidak ada hasil yang ditemukan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STMIK AMIKOM YOGYAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM

KEAGAMAAN

OLEH

DOSEN PENGAMPU : Bapak IRTON, SE, MSi

Bapak Irton, SE, MSi.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Jl. Ring Road Utara, Condong Catur Yogyakarta

Telp. (0274) 882401-204, Faks : (0274) 884208

FERIYANSYAH 11.01.2975 KELOMPOK B D3 – TEKNIK INFORMATIKA

(2)

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM

KEAGAMAAN

DOSEN PENGAMPU : Bapak IRTON, SE, MSi

Bapak Irton, SE, MSi.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Jl. Ring Road Utara, Condong Catur Yogyakarta

Telp. (0274) 882401-204, Faks : (0274) 884208

FERIYANSYAH 11.01.2975 KELOMPOK B D3 – TEKNIK INFORMATIKA

(3)

ABSTRAKSI

Agama dan Pancasila adalah ikatan rantai yang tidak bisa dipisahkan. Bayangkan saja agama tanpa ideologi bangsa(Pancasila), begitu juga sebaliknya Pancasila tanpa Agama ?.. mau jadi apa dunia ini. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sila yang sampai saat ini masih sering dijadikan sumber perang pendapat para oknum-oknum yang ingin mempengaruhi masyarakat dengan pemahan-pemahaman dan ideologi yang mereka anut terutama bagi mereka yang berlatar belakang atau berbasis Agama.

Penghasutan atau konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan agama, itu hanya sekedar kedok belaka. Mereka (oknum-oknum tertentu) melakukan itu hanya untuk merubah paradigma dan mempengaruhi masyrakat luas agar mau mengikuti dan menerapkan ideologi atau kepercayaan yang mereka anut. Selain itu, mereka bertujuan untuk membuat butir sila pertama ini menjadi seolah-olah tidak cocok atau pantas diterapkan di negara ini.

Namun, apapun bentuk protes dan tindakan-tindakan dalam rangka menjatuhkan sila pertama ini, semuanya tidak bisa merubah keabsahannya (pancasila). Memang tidak bisa dipungkiri, ideologi yang benar-benar abstrak dan cocok dalam mempersatukan bangsa ini adalah PANCASILA. Sebuah ideologi yang sederhana namun pengaruhnya sangat luar biasa.

(4)

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Siapa yang tidak kenal dengan Bung Karno ?.. seorang proklamator yang telah melahirkan gagasan pancasila yang tepatnya pada tanggal 1 juni 1945. Pancasila merupakan pandangan hidup, ideologi bangsa, dan alat pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Pengaruh pancasila dalam kehidupan bangsa ini sangatlah besar. Mengapa demikian ?, karena di Negara ini, terdapat berbagai macam suku, agama, kebudayaan, kepercayaan, daerah, pulau, dll, yang kesemuanya itu berbeda-beda dan mutlak harus dipersatukan.

Pancasila merupakan hal yang sakral dalam perjalanan bangsa Indonesia ini. Sehingga, tidak heran jika rakyat Indonesia menganggap pancasila itu sesuatu ysng harus dihafalkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tetap ada oknum-oknum tertentu yang sama sekali tidak menghiraukan keberadaan pancasila itu sendiri.

Masih ingatkah tentang kudeta Partai Komunis Indonesia yang menginginkan penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi komunis, atau dengan kasus GAM (Gerakan Aceh Merdeka) ?

Jika melihat semua kejadian diatas, maka itu semua bersumber pada perbedaan dan ketidak cocokan ideologi Pancasila dan ideologi yang mereka anut. Dengan kata lain mereka yang melakukan kudeta atas dasar keyakinan akan prinsip yang mereka anut adalah yang paling baik, khususnya bagi orang-orang yang berlandaskan/berlata belakang prinsip agama.

Oleh sebab itulah saya tertarik menulis makalah dengan judul : “Agama VS Ideologi Bangsa” , dan masalah pokok yang hendak saya sampaikan dalam masalah ini adalah kenyataan bahwa pancasila dan agama itu masih menjadi hal yang Trending Topic sampai saat ini, bahkan sejak Bangsa Indonesia merdeka.

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang saya jelaskan diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah pancasila masih cocok menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam kepercayaan ini (agama).

2. Apakah dengan terus menjadikan pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dapat menuju negara yang lebih baik, aman dan stabil.

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1. Tujuan

a. Mengetahui sejauh mana pancasila cocok dengan agama.

b. Mengetahui arti penting pancasila dalam Negara Indonesia yang memiliki beragam agama.

2. Kegunaan

a. Pemenuhan tugas terstruktur dari matakuliah pancasila (dosen pengampu : Bpk. Irton, SE. M.Si).

b. Diharapkan berguna sebagai referensi dan penambahan ilmu penegetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

c.

D. Batasan Masalah

1. Makalah ini hanya membahas tentang sangkut paut agama dengan pancasila.

2. Agama yang menjadi objek dalam makalah ini adalah agama yang ada di Indonesia (Islam,dll).

E. Penulisan dan Pendekatan

Makalah ini ditulis melalui metode Deskriptif Analisis (sesuai fakta dan penggalian daftar pustaka baik dalam media cetak/tulis dan web), melakukan pendekatan secara sosiologis (kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini),dan historis (sejarah masa lalu).

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

KEBERADAAN PANCASILA DAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. Arti Penting Keberadaan Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara memang sudah tidak bisa diganggu-gugat. Menggugat pancasila hanya akan menimbulkan ketidakpastian baru. Bukan hal yang tidak mungkin akan menimbulkan kesalahan (chaos) yang akan memecah belah kesatuan NKRI. Dampaknya Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang memiliki agama dan suku yang berbeda-beda. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (termasuk adat) dalam sistem negara harus diterapkan. Sejarah Indonesia yang awalnya merupakan kumpulan kerajaan yang berbasis agama dan suku memperkuat kebutuhan akan hal ini. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama dan suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.

B. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebagai negara yang mayoritas pendduknya beragama islam, pancasila sendiri yang sebagai dasar negara tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Yang pada awalnya berbunyi :”…dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak itu dikenal sebagai Piagam Jakarta.

Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai sekarang yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menentang penerapan Piagam Jakarta tersebut, karena dua Ormas ini menyadari bahwa bahwa jika penerapan syariat islam diterapkan secara tidak langsung namun pasti akan

(7)

menjadikan Indonesia sebagai negara islam dan secara “fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama lain. Yang lebih buruk lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang mayoritas beragama non-Islam. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha sebagai agama resmi negara pada saat itu.

C. Butir-butir Sila Pertama

Atas perubahan sila pertama menjadi “ketuhanan yang maha esa” membuat para pemeluk agama lain diluar islam merasa puas dan dihargai. Searah dengan perkembangan, sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dijabarkan dalam beberapa point penting atau biasa disebut dengan butir-butir pancasila. Diantaranya :

- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

- Masyarakat Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

- Mengembangkan sikap hormat dan menghormati antar sesama. - Membina kerukunan hidup.

- Agama dan kepercayaan itu adalah urusan pribadi antara manusia dan Tuhan.

- Memberikan kebebasan untuk menjalankan ibadah. - Tidak memaksakan satu agama kepada orang lain.

Dari butir-butir ini dapat dipahami bahwa setiap rakyat Indonesia wajib memeluk satu agama yang diyakini. Tidak ada pemaksaan dan saling toleransi antara agama yang satu dengan yang lainnya.

(8)

BENTUK KOLABORASI PANCASILA DENGAN AGAMA A. Ideologi Pancasila Sebagai Pilihan

Keberadaan agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi suatu kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan diantara mereka. Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku dan agama. Dengan kondisi seperti ini dibutuhkan sebua ideologi yang netral namun mampu mengayomi dan menyatukan perbedaan tersebut. Karena itulah pancasila dipilih sebagai dasar negara. Tapi saat ini yang menjadi masalah adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada pihak manapun yang secara terang-terangan menentang sila dan butir-butir pada sila lainnya.

Akibat maraknya Parpol dan Ormas Islam yang tidak mengakui keberadaan pancasila dengan menjual nama Syariat Islam dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa. Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang cinta akan keutuhan NKRI maka banyak dari mereka yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Islam Pancasilais,atau Islam Nasionalis.

Konsep negara pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler, apalagi negara atheis. Sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu agama tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena

(9)

hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep-konsep agama akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas dan minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

Sekarang dibeberapa provinsi telah terjadi, dengan alasan moral dan budaya maka diterapkanlah aturan tersebut. Sebagai contoh, kini disebuah provinsi semua wanita menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kecil orang yang tinggal di Indonesia merupakan keindahan namun bagaimana dengan budaya yang selama ini telah ada ? jangankan di Papua, pakaian Kebaya pun artinya dilarang dipakai oleh putri daerah. Bukankah ini merupakan pengkhianatan terhadap kebhinekaan bangsa Indonesia yang begitu heterogen. Jika anda masih ragu, silahkan lihat apa yang terjadi di Saudi Arabia dengan Aliran Salafy Wahabiya. Tidak ada pemilu, tidak ada kesetaraan gender dan lihat betapa tersisihnya kaum wanita dan penganut agama minoritas. Jika memang anda cinta dengan Adat, Budaya dan Toleransi umat beragama di Indonesia dukung dan jagalah kesucian Pancasila sebagai IDEOLOGI pemersatu bangsa.

B. Kontroversi Pancasila

Sebagai dasar negara RI, pancasila bukanlah murni dari nilai-nilai yang berkembang di Indonesia. Karena ternyata, sila-sila dalam pancasila itu sama persis dengan asas Zionisme dan Freemasonry. Tegasnya, Bung Karno, Yamin dan Soepomo mengadopsi (memaksakan) asas Zionis dan Freemansonry untuk diterapkan di Indonesia.

Pada masa pra-kemerdekaan, tatanan sosial masyarakat di Nusantara kebanyakan terdiri dari Kerajaan-kerajaan Hindu. Dari sistem monarkis seperti ini, belum dikenal konsep musyawarah untuk mufakat, tapi yang berlaku adalah sabda Pandita Ratu. Rakyat harus tunduk dan patuh pada titah sang raja

(10)

tanpa pengecualian. Sekaligus, minus demokrasi, karena keturunan raja diwarisi turun temurun. Kala itu, tidak ada persatuan. Perpecahan, keributan, perebutan kekuasaan dan wilayah, selalu mengundang pertumpahan darah.

Sejak awal, pancasila agaknya tidak dimaksudkan sebagai alat pemersatu, apalagi untuk mengakomodir ke-Bhinekaan yang menjadi ciri bangsa Indonesia. Tetapi untuk menjegal peluang berlakunya Syariat Islam. Para nasionalis sekuler, terutama non-muslim, hingga kini menjadikan pancasila sebagai senjata ampuh untuk menjegal Syariat Islam, meski konsep Ketuhanan yang terdapat dalam pancasila berbeda dengan konsep (bertuhan banyak) yang mereka anut. Mereka lebih sibuk menyerimpung orang Islam yang mau menjalankan Syariat agamanya, ketimbang dengan gigih memperjuangkan haknya dalam menjalankan ibadah dan menerapkan ketentuan agamanya. Bagaimana toleransi bisa dibangun diatas konstruksi filsafat yang menghasilkan anarkisme ideologi seperti ini ?

Pancasila, sudah kian terbukti, cuma sekadar alat politisi busuk yang anti islam, namun mengatasnamakan ke-Bhinekaan. Padahal bukan hanya Indonesia yang masyarakatnya multietnis, multi kultural, dan multi agama. Di Amerika, untuk mempertahankan ke-Bhinekaannya mereka tidak perlu pancasila, begitupun negara jiran Malaysa. Nyatanya, justru mereka lebih maju dari negara Indonesia.

Kenyataan ini, betapapun pahitnya haruslah diakui secara jujur. Sayangnya, sejumlah pejabat dan mantan pejabat di negeri ini, belum juga siuman dari mimpinya tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, sebagaimana sila kedua pancasila. Sedang sejarah membuktikan, apa yang dilakukan rezim penguasa selama 60 tahun Indonesia merdeka, justru penindasan terhadap kemanusiaan. Dalam memperingati hari lahir pancasila 04 juni 2006 di Bandung, muncul sejumlah tokoh nasional berupaya memperalat isu pancasila untuk kepentingan Zionisme. Celakanya, mereka menggunakan cara yang tidak cerdas dan manipulative. Dengan berlandaskan asas Bhineka Tunggal Ika, mereka memosisikan agama seolah-olah perampas hak-hak dan kemerdekaan bangsa Indonesia . Segala hal yang berkaitan

(11)

dengan agama dianggap membelenggu kebebasan. Kebencian pada agama, pada gilirannya, menyebabkan parameter kebenaran porak-poranda, kemungkaran akhlak merajalela. Kesyirikan, aliran sesat, dan perilaku menyesatkan membawa epidemi kerusakan dan juga bencana.

Selain itu, upaya penyeragaman budaya, maupun moral atas nama agama juga dikritik pedas. “Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan awal bangsa Indonesia harus dipertahankan. Masyarakat Indonesia beraneka ragam, sehingga tindakan menyeragamkan budaya itu tidak dibenarkan,” kata Megawati. Penyeragaman yang dimaksud, sebagaimana yang dikatakan Akbar Tanjung, “Keberagaman itu tidak dirusak dengan memaksakan kehendak. Pihak yang merongrong Bhineka, adalah kekuatan-kekuatan yang ingin menyeragamkan ”.

Padahal, justru Bung Karno pula orang pertama yang menghianati Pancasila. Dengan memaksakan kehendak, dia berusaha menyeragamkan ideologi , budaya dan seni. Ideologi NASAKOM (Nasionalisme , Agama dan Komunis) dipaksakan berlaku secara despotis. Demikian pula seni yang boleh dipertunjukkan hanya seni gaya Lektra. Sementara yang berjiwa keagamaan dinyatakan sebagai musuh revolusi. Begitupun Soeharto, berusaha menyeragamkan ideologi melalui asas tunggal Pancasila. Hasilnya adalah Kehancuran.

C. Pemahaman dan Pelanggaran Terhadap Pancasila Saat Ini

Ideologi pacasila merupakan dasar-dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas ideologi pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi pancasila dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi pancasila bukan ideologi beragama. Ideologi pancasila adalah ideologi beragama.

Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang

(12)

berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainnya dengan dalih moralitas. Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengerjakan permusuhan. Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu : Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu.

Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. Kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari islam, dan agama lainnya bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.

MAKNA SESUNGGUHNYA DIBALIK SILA “KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Sejarah mengatakan bahwa Pancasila dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir pada 1 juni 1945. Pancasila lahir didasarkan pada pemikiran tokoh proklamator yang tidak lain adalah Bung Karno.

Mungkin banyak diantara kita yang tidak mengetahui apa dasar pemikiran Bung Karno pada waktu mencetuskan ide dasar negara hingga tercetuslah ide dasar pancasila. Dasar pemikiran Bung Karno dalam mencetuskan istilah Pancasila sebagai Dasar Negara adalah mengadopsi istilah praktek-praktek moral orang jawa kuno yang didasarkan pada ajaran Buddhisme. Dalam ajaran Buddhisme terdapat praktek-praktek moral yang disebut dengan panca sila (bahasa Sansekerta/Pali) yang berarti 5 kemoralan, yaitu :

(13)

a. Bertekad menghindari pembunuhan makhluk hidup. b. Bertekad menghindari berkata dusta.

c. Bertekad menghindari perbuatan mencuri. d. Bertekad menghindari perbuatan zinah, dan

e. Bertekad untuk tidak minum minuman yang menimbulkan ketagihan dan menghilangkan kesadaran.

Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali. Banyak diantara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum kita ajarkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam sudut pandang bahasa Sansekerta ataupun Pali, Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah bermakna Tuhan Yang Satu. Lalu apa makna sebenarnya ? mari kita bahas satu persatu kata dari kalimat sila pertama ini.

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke-dan akhiran-an. Penggunaan awalan ke-dan akhiran-an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke-dan akhiran-an dapat memberi perubahan makna menjadi antara lain : mengalami hal…, sifat-sifat… contoh kalimat : ia sedang kepanasan. Kata panas diberi imbuhan ke- dan –an maka menjadi kata kepanasan yang bermakna mengalami hal yang panas. Begitu juga dengan kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an yang bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain Ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.

Kata “Maha” berasal dari bahasa Sansekerta/Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dlalml pengertian bentuk). Kata “Maha” bukan berarti “Sangat”. Jadi adalah salah jika penggunaan kata “Maha” dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi Maha Besar yang berarti sangat besar.

(14)

Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta/Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this-Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta1 maupun bahasa Pali2 adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka”, bukan kata “esa”.

Dari penjelasan yang telah disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah bersrti Tuhan yang hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi, sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat Luhur/Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur / mulia, bukan Tuhannya.

Dan apakah sifat-sifat luhur/mulia (sifat-sifat Tuhan) itu ? sifat-sifat luhur/mulia itu antara lain : cinta kasih, kasih saying, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, dll.

Setelah kita mengetahui hal ini kita dapat melihat bahwa sila pertama dari Pancasila NKRI ternyata begitu dalam dan bermakna luas, tidak membahas apakah Tuhan itu satu atau banyak seperti anggapan kita selama ini, tetapi sesungguhnya sila pertama ini membahas sifat-sifat luhur/mulia yang harus dimiliki oleh segenap bangsa Indonesia. Sila pertama dari Pancasila NKRI ini tidak bersifat arogan dan penuh paksaan bahwa rakyat Indonesia harus beragama dan percaya pada Satu Tuhan saja, tetapi membuka diri bagi agama yang juga percaya pada banyak Tuhan, karena yang ditekankan pada sila pertama Pancasila NKRI ini adalah sifat-sifat luhur/mulia. Dan diharapkan negara dimasa yang akan datang dapat membuka diri bagi keberadaan agama yang juga mengajarkan nilai-nilai luhur dan mulia meskipun tidak mempercayai adanya SATU TUHAN.

1

Bahasa Sansekerta adalah bahasa India Kuno yang biasa digunakan oleh kaum terpelajar. 2 Bahasa Pali adalah bahasa India Kuno yang biasa digunakan oleh orang kebanyakan.

(15)

BAB III

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan dinegara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. Sehingga jika ideologi pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agama diluar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.

Dengan mempertahankan ideologi pancasila sebagai dasar negara, jika melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan terwujud.

B. Implikasi

Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila, maka perlu adanya peningkatan pengamalan butir-butir pancasila khususnya sila ke-1. Salah satunya denga saling menghargai antar umat beragama. Untuk menjadi sebuah negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya, diperlukan adanya jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada didalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan per-ibadahan.

C. Saran

Untuk mengembangkan nilai-nilai pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan usaha yang cukup keras. Contohnya, kita harus memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada didalamnya.

(16)

REFERENSI

- Media Internet

- Media cetak (buku, majalah dan koran) - Wawancara ustadz dimasjid

- Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta : Pancoran Tujuh.

- Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta : Rineka Cipta

- Dahlan Thaib, SH, MSi.

- http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

- http://www.teoma.com

- http://www.kumpulblogger.com

- http://forum.wgaul.com

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar perbandingan tersebut, maka H0 ditolak atau berarti variabel kompetensi berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja operator, faktor motivasi kerja dan faktor

Algoritma Genetika digunakan untuk mencari parameter filter daya aktif (APG) untuk meminimalkan prosentase THD dari Arus sumber (Is) setelah kompensasi.. Sesuai dengan

Objek kajian Schimmel dalam memahami Islam dengan menggunakan pendekatan fenomenologis adalah seluruh apa yang terdapat di alam ini yang terdiri dari sesuatu yang