• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5

A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Berhitung Perkalian

a. Pengertian kemampuan berhitung

Mata pelajaran matematika sangat diperlukan dan tidak akan pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari, karena selain dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari, matematika juga dapat membentuk sikap dan pola pemikiran kritis dari peserta didik. Menurut Novi Laiatul Hikmah (2018) terdapat beberapa kemampuan dasar di dalam mata pelajaran matematika yang harus dipahami dan dikuasai oleh peserta didik. kemampuan dasar tersebut meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

Kemampuan/ability merupakan kapasitas yang dimiliki individu yang terdiri dari kecakapan, kesanggupan, keahlian, dan kepandaian untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan (Chaplin, Hasan, & Robbins, 2012).

Pendapat lain mengatakan bahwa kemampuan merupakan sesuatu yang dipelajari oleh seseorang, yang memungkinkan seseorang itu melakukan sesuatu dengan baik, yang bersifat intelektual atau mental maupun fisik (Gibson, 2012). Menurut pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kapasitas, kecakapan, kesanggupan, keahlian dan kepandaian yang dimiliki seseorang untuk melakukan sebuah tugas atau pekerjaan dengan baik dan bersifat intelektual dan fisik.

Berhitung merupakan salah satu cabang dari matematika dan merupakan dasar dari berbagai ilmu yang diterapkan dalam kehidupan manusia. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tentu tidak lepas dari sebuah proses perhitungan, mulai dari penjumlahan, pengurangan, pembagian maupun perkalian, yang semuanya itu tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia (Susanto, 2011). Pendapat lain mengatakan bahwa berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan kegiatan menjumlah, mengurang, mengalikan dan membagi. Berhitung juga merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki

(2)

oleh peserta didik sekolah dasar (Hanifah & Julia, 2014). Jadi dapat disimpulkan kemampuan berhitung merupakan kapasitas seseorang untuk melakukan kegiatan operasi hitung yang berupa penjumlahan, pegurangan, perkalian maupun pembagian.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesulitan peserta didik dalam menguasai operasi penjumlahan dan pengurangan disebabkan kurangnya variasi metode yang digunakan guru dalam mengajar berhitung atau gaya mengajar, demikian pula kemampuan berhitung peserta didik masih rendah. Beberapa guru bahkan meminta peserta didik untuk menghafal atau membayangkan operasi penjumlahan, sehingga peserta didik mengalami kesulitan saat melakukan operasi penghitungan. Selain metode berhitung yang masih sulit dilakukan oleh peserta didik, metode hitung tersebut kurang sesuai dengan gaya belajar peserta didik yang terdiri dari berbagai macam karakteristik (Rasmitadila & S, 2018)

Peneliti dari Fakultas Pendidikan Universitas Malaysia menyampaikan:

Memorization exercises are activities that aim to remember and store any information or facts to circumstances but do not understand the concept in of long-term memory such as memorizing multiplication facts. This may cause students to feel quickly tired and less motivated to learn multiplication facts because using too much time to memorize the multiplication facts but do not understand (Thai & Mohd Yasin, 2016).

Latihan menghafal adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengingat dan menyimpan informasi atau fakta apa pun untuk keadaan tetapi tidak memahami konsep dalam jangka panjang memori seperti menghafal fakta perkalian. Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa cepat lelah dan kurang termotivasi untuk mempelajari fakta perkalian karena menggunakan terlalu banyak waktu untuk menghafal fakta perkalian tetapi tidak mengerti.

Kesulitan peserta didik dalam berhitung perkalian disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya peserta didik masih banyak kesulitan dalam mengerjakan dan memahami soal dikarenakan konsep pada operasi hitung yang disampaikan oleh guru masih menggunakan metode menghafal.

Metode menghafal seperti ini dianggap kurang relevan mengingat daya

(3)

ingat peserta didik sebatas hal-hal yang mereka lihat secara langsung.

Metode berhitung hafalan akan membebani memori peserta didik sehingga membuat perserta didik malas untuk belajar matematika.

Metode penjumlahan berulang yang sering digunakan oleh guru akan memakan waktu yang cukup lama bagi peserta didik. Selain membutuhkan waktu yang lama dan hasil yang didapat belum tentu benar karena kemungkinan ada kesalahan dalam menjumlahkan yang disebabkan peserta didik kurang teliti dalam berhitung.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu proses penyampaian materi pendidikan kepada siswa yang dilakukan secara sistematis dan teratur oleh tenaga pengajar atau guru. Helmiati mengemukakan Metode pembelajaran adalah

“a way in achieving something” cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) diskusi; (3) tanya jawab; (4) praktek; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam strategi/tehnik dan taktik pembelajaran

Jadi, metode pembelajaran adalah suatu strategi yang dilakukan oleh guru kepada muridnya dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang gunakan oleh guru dalam membangun hubungan dengan peserta didiknya. Seorang guru harus pintar dalam memilih metode yang tepat untuk mengajarkan pengetahuan kepada peserta didiknya. Metode yang dilakukan dalam pembelajaran harus sesuai dengan sifat dan karakter peserta didik agar peserta didik bisa belajar dengan baik dan semangat. Dengan metode yang tepat akan membuat proses belajar mengajar menjadi lancar dan peserta didik mudah dalam memahami materi yang disampaikan.

(4)

3. Jarimatika

a. Pengertian Jarimatika

Jarimatika merupakan cara berhitung sederhana yang dengan meggunakan alat bantu jari-jari tangan (Wulandari, 2008; Prasetyono, Pintar Jarimatika, 2009). Penggunaan alat peraga ini bertujuan agar konsep abstrak pada pembelajaran matematika menjadi tampak kongkrit dengan menggunakan obyek yang riil. Alat peraga yang berfungsi sebagai perantara atau visualisasi konsep yang diperlukan oleh peserta didik untuk mempelajari konsep abstrak.

Bukti dari studi perilaku dan ilmu saraf menunjukkan bahwa ketika orang menerima pelatihan tentang cara merasakan dan melakukan dengan jari mereka sendiri, mereka menjadi lebih baik dalam melakukannya, yang mengarah pada pencapaian matematika yang lebih tinggi (Jo & Lang, 2016).

Evidence from both behavioral and neuroscience studies shows that when people receive training on ways to perceive and represent their own fingers, they get better at doing so, which leads to higher mathematics achievement. The tasks we have developed for use in schools and homes (see below) are based on the training programs researchers use to improve finger-perception quality.

Peneliti menemukan bahwa ketika anak usia 6 tahun meningkatkan latihan dengan jari mereka, pengetahuan aritmatika mereka akan meningkat, terutama keterampilan seperti berhitung dan mengurutkan angka. Faktanya, kualitas representasi jari anak berusia 6 tahun adalah prediktor yang lebih baik untuk kinerja masa depan pada tes matematika.

Ketika anak-anak pertama kali belajar memecahkan masalah aritmatika, mereka menggunakan pengetahuannya tentang berhitung dengan bantuan jari. Penggunaan strategi berhitung dengan jari akhirnya menghasilkan pengetahuan tentang fakta aritmatika dasar, yang kemudian mengarah pada pergeseran dari strategi penghitungan jari ke strategi berbasis memori (Firat, Frank, & Sharlene , 2018).

When children first start learning to solve arithmetic problems, they use their knowledge of counting, which is often executed with the help of fingers. The use of finger counting strategies eventually results with memorization of basic arithmetic facts, which then leads to a shift from finger counting strategies to memorybased strategies.

(5)

Transisi dari strategi penghitungan jari dan verbal ke pengambilan fakta memungkinkan anak-anak untuk terfokus pada kemampuan pemrosesan sederhana ke aspek aritmatika yang lebih kompleks seperti pengurangan/

penjumlahan banyak digit, pembagian panjang atau perkalian kompleks Jarimatika merupakan metode menghitung cepat perkalian dasar dalam matematika yang dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan.

Jarimatika sangat membantu peserta didik ketika mengerjakan operasi perkalian dasar matematika dengan waktu yang relatif singkat. Jika peserta didik hanya mengandalkan hafalan, saat dia lupa maka pengerjaan operasi perkalian tersebut akan menghabiskan waktu lebih lama. Jarimatika juga dapat membuat anak menjadi lebih imajinatif, ketika anak sudah menguasai jarimatika otak mereka akan dapat membayangkan jari-jari tangan mereka dan kemudian menghitung perkalian (Nafis, 2017; Sumiati, 2016).

Jarimatika merupakan metode berhitung (operasi kalibagi- tambah- kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah metode sederhana yang cepat dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar matematika.

b. Kelebihan Jarimatika

Jarimatika pasti memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya Kelebihan Jarimatika antara lain :

1) Metode jarimatika memberikan gambaran proses berhitung, hal ini akan membuat anak mudah melakukannya.

2) Peserta didik menjadi terlatih menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan 3) Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka

menganggapnya lucu. Yang jelas, mereka akan melakukannya dengan gembira.

4) Jarimatika tidak memberatkan memori otak saat digunakan.

5) Alatnya efisien jadi tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, atau terlupa dimana menyimpannya.

6) Karena menggunakan jari tangan tidak akan bisa disita saat ujian.

(6)

c. Kekurangan Jarimatika

1) Operasi hitung yang dapat diselesaikan terbatas karena jumlah jari tangan juga terbatas.

2) Memerlukan latihan agar lancar menggunakan metode ini.

d. Langkah Penggunaan Jarimatika

Dalam perkembangan konsep penggunaan jarimatika tidak membutuhkan peralatan tambahan karena alat yang digunakan adalah tangan peserta didik. Berikut langkah-langkah metode jarimatika perkalian bilangan dasar (Sumiyati,2016)

1) Peserta didik terlebih dahulu memahami angka dan lambang bilangan.

2) Peserta didik mengenali operasi hitung perkalian

3) Peserta didik sebelumnya bisa diajak bergembira, misalnya diajak bermain

4) Mengenal lambang-lambang yang digunakan dalam jarimatika. Berikut adalah gambar 2.1 pengenalan lambang jarimatika.

Gambar 2.1 Pengenalan Lambang Jarimatika

5) Peserta didik diajarkan cara menghitung jarimatika dengan ketentuan sebagai berikut:

Rumus : (B1+B2) + (A1xA2) Keterangan:

A1= Jari tangan kiri yang dibuka (satuan) A2= Jari tangan kanan yang dibuka (satuan) B1= Jari tangan kiri yang ditutup (puluhan) B2 = Jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)

(7)

6) Guru dan peserta didik mempraktikan menggunakan jari tangan.

Gambar 2.2 Praktik Jarimatika Contoh:

a) Jari tangan kanan (8) : Jari tengah, jari manis dan jari kelingking dilipat (ditutup)

b) Jari tangan kiri (6) : jari kelingking dilipat (ditutup).

c) 6 x 9 dapat diselesaikan sebagai berikut. Jari yang ditutup bernilai puluhan di jumlahkan. Jari yang terbuka bernilai satuan di kalikan.

d) Formasi jarimatikanya seperti pada gambar 2.2 e) 6 x 8 = (B1 + B2) + (A1 x A2)

= (10 + 30) + (4 x 2)

= 40 + 8

= 48

f) Lakukan latihan secara rutin dan gembira agar anak merasa senang dan tidak ada paksaan untuk menghafal.

4. Metode Jarimatika

Metode jarimatika dikembangkan oleh Septi Peni Wulandani sekitar tahun 2004, beliau lahir dan dibesarkan di Salatiga, sebuah kota kecil di kaki gunung Merbabu, pada tanggal 21 September 1974. Meski hanya menggunakan jari tangan, metode jarimatika mampu menyelesaikan operasi

(8)

bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) sampai dengan ribuan (atau mungkin lebih?).

Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira. (Septi Peni Wulandani, 2007: 2).

Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia bahkan saat ujian karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri.

Sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :

1. Dimulai dengan memahami konsep bilangan, lambang bilangan dan operasi hitung dasar

2. Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.

3. Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.

Setelah diuji cobakan, mulai dari anak usia dini (pra sekolah) hingga mahasiswa, para orang tua, guru, Kepala Sekolah, dll. Ternyata responnya positif, mereka mengatakan bahwa metodenya sangat mudah dan praktis, dan menyarankan agar segera diberi nama dan dibukukan serta didaftarkan hak ciptanya.

Walaupun berbagai macam metode berhitung dengan jari seperti; Jari Hitung Cepat, Matematika Jari, Aritmatika Jari, Jarimatika, Sempoa Jari, Kejar dll. Yang semuanya bertujuan untuk pengoperasian dari KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang), serta menghitungnya masih tetap menggunakan memori otak (ada angka-angka yang disimpan di otak). sehingga jari tangannya benar-benar menyerupai kalkulator, maka metode ini diberi nama JARIMATIKA yang artinya Jari Pintar Berhitung atau Berhitung dengan Jari.

(9)

5. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan pertama yaitu penelitian yang berjudul

“Efektifitas Penggunaan Jarimatika dalam Meningkatkan Berhitung Matematika Kelas III SDN 2 Tamansari” yang dilakukan oleh Yuni Mariati (2017). Relevansi yang terdapat pada penelitian ini yaitu terletak pada variabel X tentang metode pembelajaran, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik kelas III SDN 2 Tamansari tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian oleh Ari Uswatun Khasanah dengan judul “Penggunaan metode jarimatika untuk meningkatkankemampuan berhitung perkalian kelas 2 SDN Sukorejopada semester genap tahun 2017/2018“ menunjukkan adanya relevansi pada variabel X tentang metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian kelas 2 SDN Sukorejo.

Penelitian dengan judul “Penerapan metode jarimatika untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika di MI YLPI Ibaadurahman” yang dilakukan oleh Siti Ghaida Sri Afira Ruhyadi (2018) menunjukkan adanya relevansi pada variabel Y tentang hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Desy Indriyati “Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas II SDN 48 Ampenan Tahun Pelajaran 2015/2016“. Relevansi yang terdapat pada penelitian ini terletak pada variabel Y yaitu meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas II SDN 48 Ampenan.

Penelitian yang dilakukan oleh Beny Yonas Septiyawili “Penggunaan metode jarimatika dalam meningkatkan kecepatan berhitung perkalian bilangan 6 sampai 10 untuk peserta didik sd kelas 3 di SD Blunyahan I Bantul Yogyakarta“ tahun 2016 memiliki relevansi pada variabel Y tentang kecepatan dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian.

B. Kerangka Berpikir

Kondisi awal yang menjadi sebab dilakukannya penelitian ini yaitu: (1) peserta didik cenderung pasif karena kurang dilibatkan dalam mencari penyelesaian masalah matematika, (2) kurang bermankanya pembelajaran karena pengetahuan

(10)

yang diperoleh peserta didik hanya sebatas hafalan, (3) kegiatan pembelajaran lebih terfokus pada menghafal rumus daripada menanamkan konsep, (4) kurangnya penggunaan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami guru dan peserta didik kelas V adalah dengan menggunakan metode jarimatika untuk menyelesaikan operasi hitung perkalian. Dengan penerapan metode ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan masalah sehari-hari diantaranya

(1) Metode jarimatika memberikan gambaran proses berhitung, Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya,

(2) Peserta didik menjadi terlatih menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan (3) Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka

menganggapnya lucu. Yang jelas, mereka akan melakukannya dengan gembira,

(4) Jarimatika tidak memberatkan memori otak saat digunakan.

(5) Alatnya efisien jadi tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, atau terlupa di mana menyimpannya.

Secara skematis, kerangka berpikir dapat dijelaskan sebagai berikut. Hasil belajar matematika dipengaruhi oleh kemampuan, keaktifan dan kualitas antarkomponen pendidikan. Semakin baik pengajar menguasai dan menggunakan strateginya, maka makin efektif pula kinerja dalam mencapai tujuan belajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan materi perkalian pada peserta didik yaitu menggunakan jarimatika. Implementasi metode ini guru dapat memberikan metode yang mudah sehigga dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Penjelasan di atas bisa diamati pada Gambar 2.3 kerangka berpikir berikut.

(11)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

C. Hipotesi Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah implementasi metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik kelas V dalam menyelesaikan operasi perkalian pada materi kecepatan, jarak, dan waktu di SD Negeri 1 Brenggolo Semester 1 Tahun Pelajaran 2018 / 2019.

Gambar

Gambar 2.1 Pengenalan Lambang Jarimatika
Gambar 2.2 Praktik Jarimatika  Contoh:
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Penyelenggaraan program studi tersebut saat ini dirasakan adanya kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Gambar 1 Grafik rataan jumlah telur tiap gram tinja (TTGT) domba per kelompok dosis infeksi larva infektif (L 3 ) minggu kenol sampai ketujuh.. Jumlah rataan TTGT pada kelompok