• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR "

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DECHANY AISYAH CREAMONA K111 13 361

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)
(3)
(4)

RINGKASAN

Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Epidemiologi Dechany Aisyah Creamona

“Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RS Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2017”

(xv + 73 Halaman + 18 Tabel + 4 Gambar + 5 Lampiran)

Stroke merupakan penyakit tidak menular terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Secara global, stroke adalah penyebab utama kedua kematian di atas usia 60 tahun, dan penyebab utama kelima kematian pada orang berusia 15 sampai 59 tahun. Ketidakmampuan fisik, emosi, dan kehidupan sosial pasien stroke tentu saja mempengaruhi peranan sosialnya. Hal tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien stroke.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada penderita stroke di RS Universitas Hasanuddin Tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah 192 penderita stroke.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik accidental sampling dengan jumlah sampel adalah 80 pasien stroke. Pengumpulan data diperoleh menggunakan kuesioner. Analisis uji hubungan antar variabel menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian diperoleh variabel yang berhubungan kualitas hidup penderita stroke adalah variabel umur (p=0,044), status pekerjaan (p=0,002) dan dukungan sosial (p=0,000). Adapun variabel yang tidak berhubungan dengan kualitas hidup penderita stroke adalah jenis kelamin (p=0,263), status pendidikan (p=0,189), status perkawinan (p=0,210) dan riwayat penyakit atau penyakit penyerta (p=0,179).

Diharapkan bagi penderita stroke maupun pasca stroke untuk terus semangat menjalani hidup dan semangat untuk sembuh dengan memahami apa yang perlu dilakukan untuk menunjang kesembuhan. Diharapkan pula bagi keluarga pasien agar tetap memberi semangat, melayani dan merawat sepenuh hati, agar kualitas hidup pasien dapat membaik dan derajat kesehatannya dapat meningkat.

Kata Kunci : Kualitas hidup, penderita stroke Daftar Pustaka : 37 (1996-2017)

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas berkah, rahmat, serta perlindungan dan pertolongan-Nya yang senantiasa diberikan kepada saya. Salawat dan salam juga saya haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sang manusia pilihan Tuhan sebagai khalifah umat yang telah membawa perubahan dan peradaban pada dunia.

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulisan skripsi yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RS Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2017” dapat terselesaikan, guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Skripsi ini saya persembahkan disertai penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orangtua saya tercinta Muh. Rais, ST dan Hasnawati Madjid serta adik-adik saya dan semua keluarga. Terima kasih atas bantuan, motivasi, doa yang tak berujung, pengertian, nasehat yang tiada henti dan pengorbanan tiada akhir sehingga penyusunan skripsi ini sampai pada tahap akhir.

Dalam penyelesaian skripsi ini, saya telah banyak mendapat bantuan, dukungan, motivasi dan doa dari berbagai pihak, baik saat menempuh pendidikan, penelitian maupun saat penulisan skripsi ini dan hal ini merupakan sebuah

(6)

kebahagiaan dan kegembiraan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, selaku Rektor Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, para Pembantu Dekan, beserta seluruh Staf Tata Usaha yang telah memberikan bantuan selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Dr. Suriah, SKM, M.Kes selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah.

4. Bapak Indra Dwinata, SKM, MPH selaku pembimbing I dan Bapak Dian Sidik Arsyad, SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran yang begitu berharga untuk memberi bimbingan dan pengarahan dengan baik, memberikan dukungan serta motivasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Rismayanti, SKM, MKM selaku penguji dari jurusan Epidemiologi, Bapak dr. Makmur Selomo, MS selaku penguji dari jurusan Kesehatan Lingkungan dan Ibu Sabaria Manti, SKM, M.Sc, M.Kes selaku penguji dari jurusan Gizi yang telah meluangkan waktunya dan banyak memberi masukan, kritikan serta arahan demi perbaikan skripsi ini.

6. Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas arahan dan perhatian yang diberikan.

(7)

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, terkhusus kepada seluruh dosen Departemen Epidemiologi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

8. Kepala Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Kota Makassar beserta seluruh staf, khususnya Kak Musda selaku perawat poli saraf yang dengan tulus membantu dan mendampingi saya selama melakukan penelitian.

9. Pasien Rumah Sakit Universitas Hasanuddin yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini atas kemurahan hati dan kebaikannya yang sudah menyempatkan waktu untuk melakukan wawancara.

10. Sahabat seperjuangan saya Nismaniyar dan Arifah Maharany Nur atas semua canda dan tawa, keluh dan kesah, kasih dan sayang yang telah kita bagi bersama selama menjadi mahasiswi FKM Unhas serta semua bantuannya selama proses penyusunan skripsi.

11. Sahabat seperjuangan dan sepermainan saya KPK 07 Fitrah, Fira, Nadia, Pute, Rahmi, Cecce, Ratu untuk kebersamaannya selama ini dalam perjuangan kita menggapai impian sebagai seorang sarjana kesehatan masyarakat. Terima kasih atas semangat, motivasi dan nasehat serta bantuan dan kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat alumni kelas XII IPA Amanah SMAN 1 Kolaka tahun 2013 yang saling memberi semangat dan motivasi dalam perjuangan masing-masing untuk mencapai cita-cita.

(8)

13. Teman-teman pengurus HIMAPID Periode 2016/2017, serta seluruh keluarga besar HIMPAPID, terimakasih atas amanah, tawa, canda, motivasi, semangat, nasehat dan bantuan serta kerjasamanya selama ini.

14. Teman-teman PBL Desa Loka Kec. Rumbia Kab. Jeneponto dan teman-teman KKN Reguler Angkatan 93 Desa Timusu, Kec. Liliriaja, Kab. Soppeng atas kenangan indah, pelajaran berharga dan pengalaman terbaik yang telah kalian berikan.

15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 REMPONG Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Semoga persaudaraan kita tetap solid dan menjadi kenangan dan pelajaran yang tidak terlupakan.

16. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya, yang telah banyak membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada saya mendapat balasan dari Tuhan yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan demi penyempurnaan penulisan ini.

Makassar, Agustus 2017

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Stroke ... 9

1. Pengertian Stroke ... 9

2. Klasifikasi Stroke ... 10

3. Gejala Stroke ... 12

4. Dampak Stroke ... 14

5. Faktor Risiko Stroke ... 15

B. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup ... 16

1. Pengertian Kualitas Hidup ... 16

(10)

2. Ruang Lingkup Kualitas Hidup ... 17

3. Pengukuran Kualitas Hidup ... 18

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti... 20

1. Umur ... 20

2. Jenis Kelamin ... 20

3. Status Pendidikan ... 20

4. Status Pekerjaan ... 21

5. Status Perkawinan... 23

6. Riwayat Penyakit ... 24

7. Dukungan Sosial ... 24

D. Kerangka Teori... 25

BAB III KERANGKA KONSEP ... 27

A. Dasar Pemikiran Variabel ... 27

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ... 29

C. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Pengumpulan Data ... 36

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 37

F. Penyajian Data ... 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Lokasi ... 40

B. Hasil Penelitian ... 40

(11)

1. Analisis Univariat ... 41

2. Analisis Bivariat ... 52

C. Pembahasan ... 58

D. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017……… 41 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden Di RSP

Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ………... 43 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Responden Di

RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ……….. 43 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan Responden Di

RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ……….. 44 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Penyakit atau Penyakit Penyerta Responden Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017

………... 44 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pertanyaan Dukungan Sosial Responden Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ……... 46 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Sosial Responden Di

RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ………... 48 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Domain Kualitas HIdup

Responden Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ……... 49 Tabel 9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Domain Kualitas HIdup

Responden Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ……... 50 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas Hidup Responden Di

RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ………....…………... 51

(13)

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Domain Kualitas Hidup Dengan Jenis Stroke Di RS Universitas Hasanuddin Tahun 2017 …..….. 51 Tabel 12 Hubungan Antara Umur Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ………... 52 Tabel 13 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kualitas Hidup Penderita

Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ………….. 53 Tabel 14 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ………….. 54 Tabel 15 Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Kualitas Hidup Penderita

Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 …………... 55 Tabel 16 Hubungan Antara Perkawinan Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ……... 56 Tabel 17 Hubungan Antara Riwayat Penyakit dan Penyakit Penyerta Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017 ... 57 Tabel 18 Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di RSP Universitas Hasanuddin Tahun 2017….58

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ……….………… 25

Gambar 2 Kerangka Konsep ……….…… 29

Gambar 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di RS Unhas Tahun 2017 ……….. 42 Gambar 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Stroke Responden Di RS

Unhas Tahun 2017 ………... 45

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Persuratan

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian Lampiran 5 Riwayat Hidup Penulis

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO), kematian akibat penyakit degeneratif diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia. Peningkatan terbesar akan terjadi di negara – negara berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit degeneratif. Beberapa penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker (Maukar et al., 2014).

Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia.

Jumlah penderita stroke di seluruh dunia yang berusia dibawah 45 tahun terus meningkat. Pada konferensi ahli saraf internasional di Inggrisp dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 1000 penderita stroke berusia kurang dari 30 tahun.

American Heart Association pada Januari lalu melaporkan adanya penurunan angka mortalitas stroke, namun insidensi stroke pada populasi usia 45-59 tahun cenderung tetap dalam dekade terakhir, sementara prevalensi stroke pada tahun 2030 diperkirakan mengalami peningkatan 20,5% (Mozaffarian et al., 2015) dalam (Solehin et al., 2016).

(17)

Menurut World Heart Federation, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Hampir enam juta meninggal dan lima juta yang tersisa cacat permanen. Stroke adalah penyebab kedua kecacatan, setelah demensia. Secara global, stroke adalah penyebab utama kedua kematian diatas usia 60 tahun, dan penyebab utama kelima kematian pada orang berusia 15 sampai 59 tahun. Banyak negara maju angka kejadian stroke menurun meskipun jumlah sebenarnya dari stroke meningkat karena populasi yang menua. Namun di negara berkembang, angka kejadian stroke meningkat. Di Cina, 1,3 juta orang mengalami stroke setiap tahun dan 75%

hidup dengan berbagai tingkat kecacatan akibat stroke. Prediksi untuk dua dekade berikutnya adalah angka kematian stroke mencapai tiga kali lipat di Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika sub-Sahara (WHF, 2016).

Menurut peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), stroke banyak ditemukan di kalangan remaja dan orang muda dewasa.

Laporan ini diterbitkan dalam Annals of Neurology, edisi 1 September 2011.

Data di Amerika Serikat menunjukkan, jumlah pasien berusia 15-44 tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit khusus stroke melonjak lebih dari sepertiga antara tahun 1995 dan 2008. Peningkatan ini diduga karena meningkatnya sebagian jumlah orang muda yang memiliki penyakit seperti tekanan darah tinggi dan diabetes melitus tipe II, penyakit yang sebenarnya berhubungan dengan orang dewasa yang lebih tua (Usrin et al., 2011).

Penyakit stroke di negara-negara ASEAN juga merupakan masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asian

(18)

Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka kejadian masing-masingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata et al., 2013).

Menurut Depkes pada tahun 2007, masalah stroke di Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak, karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak di Asia. Jumlah penderita stroke dengan rata-rata berusia 60 tahun ke atas berada di urutan kedua terbanyak di Asia, sedangkan usia 15-59 tahun berada di urutan ke lima terbanyak di Asia. Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 100 populasi di Indonesia dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia (Solehin et al., 2016). Setiap tahun diperkirakan terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007, prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 11 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia

(19)

memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional, termasuk provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi 6,9% pada posisi ke-10 tertinggi di Indonesia. Di Sumatera Barat dari data yang ada pada Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi sebanyak 30% - 40% penderita stroke iskemik yang dirawat di ruang neurologi berusia 30 – 50 tahun (Usrin et al., 2011).

Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).

Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 100 populasi di Indonesia dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia. Selain itu, di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 terdapat 81,6 % kasus stroke dan terdapat 31,4% kematian. Insidensi tertinggi yaitu Kabupaten Pare-pare 18,6% dan CFR (Case Fatality Rate) 13,7% , kemudian Palopo 17,6% dan CFR 12,5% serta Tana Toraja 10,3%.

Kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 1598 kasus dan 121 kematian. Adapun insidensi tertinggi yaitu di Kabupaten Soppeng sebanyak 62,14% dan CFR 1,4%, kemudian Pinrang 7,69% dan CFR 17,7% serta Wajo 4,38% dan CFR 20% (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2009-2010).

Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013, bahwa terdapat 823

(20)

penderita stroke lama dan terdapat 2.061 kasus penderita baru di Makassar (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2014).

Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas), jumlah kunjungan pasien stroke mengalami peningkatan dari tahun 2013-2016. Tahun 2013, tercatat 165 kunjungan pasien stroke dan meningkat menjadi 320 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 467 kunjungan pasien stroke dan meningkat menjadi 470 kunjungan pasien stroke pada tahun 2016.

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Gangguan peredaran darah otak tersebut dapat menimbulkan gejala seperti kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa dan menimbulkan dampak yang besar bagi sosial ekonomi, karena biaya pengobatan yang relatif besar dan akibat kecacatan yang ditimbulkan pada pasien setelah terkena stroke sehingga berkurangnya kemampuan untuk bekerja seperti semula dan menjadi beban di masyarakat.

Ketidakmampuan fisik, emosi, dan kehidupan sosial pasien stroke tentu saja mempengaruhi peranan sosialnya. Hal tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien stroke (Yani, 2010). Penderita stroke akan mengalami ketidakmandirian karena adanya kecacatan permanen yang disebabkan karena adanya penurunan tonus otot, hilangnya sensabilitas pada sebagian anggota tubuh dan

(21)

menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota tubuh yang sakit. Dari masalah yang timbul tersebut pasien stroke akan tidak mampu dalam melakukan aktivitas sehari – hari seperti ambulasi (pergerakan), personal higien (mandi, BAB, BAK), memakai pakaian dan berdandan. Dalam aktivitas tersebut pasien stroke memerlukan suatu bantuan dari keluarga terdekat (Hariyono et al., 2014)

Penderita stroke tidak dapat disembuhkan secara total. Namun, apabila ditangani dengan baik, makan dapat meringankan beban penderita, meminimalkan kecacatan dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam beraktivitas. Salah satu usaha penanganan terhadap pasien stroke adalah dengan meningkatkan manajemen diri pasien (Brillianti, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan antara umur terhadap kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin terhadap kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

3. Apakah ada hubungan antara status pendidikan terhadap kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

4. Apakah ada hubungan antara status pekerjaan terhadap kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

(22)

5. Apakah ada hubungan antara status perkawinan terhadap kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

6. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit atau penyakit penyerta dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

7. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada penderita stroke di RS Universitas Hasanuddin Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017.

b. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017.

c. Untuk mengetahui hubungan status pendidikan dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017.

d. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017.

e. Untuk mengetahui hubungan status perkawinan dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017.

(23)

f. Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit atau penyakit penyerta dengan kualitas hidup penderita stroke di RS Unhas tahun 2017.

g. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup penderita stroke.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa dijadikan sebagai salah satu sumber pustaka dalam penelitian-penelitian selanjutnya dan sebagai suatu petunjuk dan tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan informasi dalam bidan kesehatan khususnya bagi instansi kesehatan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam hal peningkatan kualitas hidup penderita stroke.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi peneliti untuk memperkaya diri dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan, serta menambah pengetahuan peneliti terkait kualitas hidup penderita stroke.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Stroke 1. Pengertian Stroke

Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Gangguan saraf maupun kelumpuhan yang terjadi tergantung pada bagian otak mana yang terkena. Penyakit ini dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian (Irianto, 2014).

Menurut World Health Organization, stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Gejala lain termasuk kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya, pingsan atau tidak sadarkan diri (WHO, 2014).

Stroke juga disebut serangan otak. Stroke terjadi ketika sebagian dari otak rusak karena kurangnya suplai darah ke bagian otak. Karena kurangnya oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, sel-sel otak (yang

(25)

disebut "neuron") mati dan koneksi antara neuron (disebut "sinapsis" atau persimpangan) hilang. Bagian dari otak akan kehilangan fungsinya dan mulai mati. Akibatnya, bagian tubuh yang dikendalikan oleh sebagian dari otak tidak berfungsi secara normal. Semakin besar area yang rusak, semakin besar pula defisiensi yang dimiliki penderita (DeSilva, 2014).

2. Klasifikasi Stroke

Menurut Widyo (2014) berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena sumbatan pembuluh darah otak. Dapat berupa iskemik atau emboli dan trombosis serebral. Menurut perjalanan penyakitnya, stroke iskemik dibedakan menjadi :

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai jam saja. Gejala yang mucul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Reversible Ischmic Neurologic Defisit (RIND)

Terjadi lebih lama dari pada TIA, gejala hilang lebih dari 24 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.

c. Stroke In Evolution (SIE)

Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai alur munculnya gejala makin lama semakin buruk, proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari.

(26)

d. Complete Stroke

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen.

Sesuai dengan namanya, stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

Pada stroke iskemik, aliran adarah ke otak terhenti karena tumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak dan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Pendarahan Intraserebral

Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan tekanan intra kranial yang terjadi secara cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak

b. Pendarahan Subraknoid

Pendarahan ini berasal dari pecahnya aenurismaberry. Aenurisma yang pecah berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang- cabangnya yang berada diluar parenkim otak.

Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subraknoid menyebabkan tekanan intra kranial meningkta mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran), maupun fokal (hemiparese, afasia dan lainnya).

(27)

3. Gejala Stroke

Gejala stroke dapat dibedakan atas gejala/tanda akibat lesi dan gejala/tanda yang diakibatkan oleh komplikasinya. Gejala akibat lesi bisa sangat jelas dan mudah untuk didiagnosis akan tetapi dapat sedemikian tidak jelas sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk mengenalinya.

Pasien dapat datang dalam keadaan sadar dengan keluhan lemah separuh badan pada saat bangun tidur atau sedang bekerja akan tetapi tidak jarang pasien datang dalam keadaan koma sehingga memerlukan penyingkiran diagnosis banding sebelum mengarah ke stroke. Secara umum gejala tergantung pada besar dan letak lesi di otak yang menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian tersebut. Jenis patologi (hemoragik atau nonhemoragik) secara umum tidak menyebabkan perbedaan dari tampilan gejala, kecuali bahwa pada jenis hemoragik sering kali ditandai dengan nyeri kepala hebat terutama terjadi saat bekerja (Simangunsong, 2011).

Gejala dan tanda stroke sangat bervariasi, tergantung otak mana yang terkena. Namun, secara umum dapat dikemukakan tanda dan gejala yang sering dijumpai, antara lain :

a. Timbul rasa kesemutan pada seisi bada, mati rasa, terasa seperti terbakar atau terkena cabai.

b. Lemas, atau bahkan kelumpuhan pada seisi badan, sebelah kanan atau kiri saja.

(28)

c. Mulut, lidah mencong bilah diluruskan. Mudah diamati jika sedang berkumur, tidak sempurna atau air muncrat dari mulut.

d. Gangguan menelan, atau bila minum sering tersedak.

e. Gangguan bicara berupa pelo atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti (afasia) bahkan bicara tidak lancar atau hanya sepatah-patah.

f. Tidak mampu membaca dan menulis. Kadang-kadang diawali dengan perubahan tulisan dimana tulisan menjadi jelek.

g. Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil.

h. Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain.

i. Kemampuan intelektual menurun drastis, bahkan tidak mampu berhitung dan menjadi pelupa.

j. Fungsi indera terganggu sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan berupa sebagian lapangan pandangan tidak terlihat atau gelap dan pendengaran berkurang.

k. Gangguan pada suasana emosi, menjadi lebih mudah menangis atau tertawa.

l. Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terkatup.

m. Gerakan badan tidak terkoordinasi sehingga jika berjalan sempoyongan atau kehilangan koordinasi pada seisi badan.

n. Gangguan kesadaran seperti pingsan bahkan sampai koma. (Anies, 2006)

(29)

4. Dampak Stroke

Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat, namun efek yang dihasilkan dapat berpengaruh pada seluruh tubuh.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS, 2003) dalam (Yani, 2010) efek yang mungkin terjadi dapat berupa:

a. Paralisis

Biasanya terjadi unilateral (hemiplegia) dan paralisis terjadi kontralateral dari lesi di hemisfer otak. Paralisis dapat menyebabkan kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti berjalan, berpakaian, makan, atau menggunakan kamar mandi. Beberapa pasien stroke juga mengalami kesulitan saat menelan (disfagia).

b. Defisit Fungsi Kognitif

Stroke dapat menimbulkan permasalahan dalam proses berfikir, pemusatan perhatian, proses pembelajaran, pembuatan keputusan, maupun daya ingat. Defisit fungsi kognitif yang parah menimbulkan keadaan yang disebut apraksia dan agnosia.

c. Defisit Bahasa

Pasien stroke sering mengalami kesulitan dalam memahami (afasia) atau menyusun perkataan (disartria). Hal ini disebabkan kerusakan regio temporal kiri atau lobus parietal otak.

d. Defisit Emosional

Pasien stroke dapat mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi mereka. Depresi sering terjadi pada pasien stroke. Depresi post stroke

(30)

dapat menghalangi pemulihan dan rehabilitasi stroke bahkan dapat mengarah pada percobaan bunuh diri.

e. Rasa Sakit

Rasa sakit, sensasi aneh, dan rasa kebas pada pasien stroke mungkin disebabkan banyak faktor meliputi kerusakan region sensorik otak, sendi yang kaku, atau tungkai yang lumpuh. Tipe sakit yang tidak biasa pada stroke disebut central stroke pain atau central pain syndrome (CPS). CPS disebabkan oleh kerusakan pada area di thalamus. Rasa sakit tersebut merupakan campuran dari rasa panas, dingin, terbakar, perih, mati rasa, dan rasa tertusuk. Rasa sakit tersebut terasa lebih parah di ekstremitas dan semakin parah dengan perubahan gerak dan temperatur terutama dingin.

5. Faktor Risiko Stroke

Menurut World Health Organization tahun 2006 dalam (Yani, 2010) faktor risiko stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Risiko Mayor

1) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, antara lain : a) Peningkatan tekanan darah (Hipertensi)

b) Status merokok

c) Aktivitas fisik yang kurang

d) Diet (konsumsi sayuran dan buah-buahan yang kurang) e) Konsumi alkohol

f) Kelebihan berat badan

(31)

g) Diabetes

2) Faktor lingkungan, antara lain : a) Perokok pasif

b) Akses terhadap pelayanan kesehatan

3) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain : a) Umur (peningkatan risiko stroke pada usia lanjut)

b) Jenis kelamin (peningkatan risiko stroke pada jenis kelamin laki- laki)

c) Genetik b. Faktor Risiko Minor

Pada negara berkembang, diabetes mellitus, fibrilasi atrium dan beberapa penyakit jantung lainnya merupakan faktor risiko stroke iskemik yang bisa domodifikasi. Hiperkolesterolemia juga merupakan faktor risiko kejadian stroke.

B. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup 1. Pengertian Kualitas Hidup

Konsep kualitas seringkali berupa konsep yang bersifat subjektif.

Dengan kata lain, karakterisitk yang berbeda dinilai oleh orang yang berbeda. (Marr and Giebing, 1996)

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas

(32)

hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Yuliati et al., 2014).

Kualitas hidup dapat menjadi istilah yang umum untuk menyatakan status kesehatan, meskipun istilah ini juga memiliki makna khusus yang memungkinkan penentuan ranking penduduk menurut aspek objektif maupun subjektif pada status kesehatan mereka. Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan (HQL, Health-realted Quality of Life) mencakup keterbatasan fungsional yang bersifat fisik maupun mental dan ekspresi positif kesejahteraan fisik, mental serta spiritual. HQL dapat digunakan sebagai sebuah ukuran integratif yang menyatukan mortalitas dan morbiditas, serta merupakan indeks berbagai unsur yang meliputi kematian, kecacatan, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat sejahtera (Gybney, 2008) dalam (Brillianti, 2016)

2. Ruang Lingkup Kualitas Hidup

Menurut Hermann (1993) dalam (Silitonga, 2007), secara umum terdapat lima bidang (domain) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO, bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, kelulasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup antara lain :

a. Kesehatan fisik (physical health) yang meliputi kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat.

(33)

b. Kesehatan psikologis (psychological health) yang meliputi cara berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

c. Tingkat aktivitas (level of independence) yang meliputi mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi dan kemampuan kerja.

d. Hubungan sosial (social relationship) yang meliputi hubungan sosial dan dukungan sosial.

e. Lingkungan (environment) yang meliputi keamanan, lingkungan rumah dan kepuasan kerja.

3. Pengukuran Kualitas Hidup

Kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah teruji dengan baik. Dalam merancang instrumen perlu dipikirkan bahwa alat itu harus khas untuk mengukur suatu ukuran kualitas hidup, dapat menghasilkan data yang tepat, mengetahui perubahan yang terjadi dan instrumen itu mempunyai nilai realibilitas, validitas dan sensitifitas yang cukup tinggi. Secara umum pengukuran kualitas hidup yang dipakai dibagi dalam dua kelompok besar yaitu pengukurang kualitas hidup secara umum (generic scale) dan pengukuran kualitas hidup secara khusus (specific scale) (Hermann, 1993) dalam (Suryawati, 1999).

a. Pengukuran Kualitas Hidup Umum

Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umu mengenai kemampuan

(34)

fungsional, ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita (Silitonga, 2007). Instrumen umum juga dipakai untuk menilai kemampuan fungsional secara luas, ketidakmampuan dan kekhawatiran yang berhubungan dengan kualitas hidup, ditekankan pada kemampuan untuk mengetahui akibat dari penyakit dan pengobatan (Suryawati, 1999). Salah satu contoh instrumen umum adalah Sickness Impact Profile (SIP) dan Medical Outcome Study 36- item short-form Health Survey (SF-36).

b. Pengukuran Kualitas Hidup Khusus

Instrumen khusus dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi atau fungsi yang khusus. Pengukuran kualitas hidup secara khusus mempunyai kemampuan kuat untuk mendeteksi perubahan penting dimana pertanyaan difokuskan pada hipotesa sisi kehidupan yang dipengaruhi oleh penyakit (Suryawati, 1999). Salah satu contoh instrumen khusus adalah The Washington Psychosocial Seizure Inverntory (WPSI), Stroke Specific Quality of Life (SSQOL) dan The Epilepsy Surgery Inventory (ESI-55) (Silitonga, 2007).

Untuk SSQOL, instrumen ini terdiri dari 12 domain dan 49 item pertanyaan. Domain SSQOL adalah energy, family roles, language, mobility, mood, personality, self care, social roles, thinking, upper extremity function, vision dan work/productivity. Dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan instrumen SSQOL untuk mengukur kualitas hidup terkait kesehatan pasien stroke.

(35)

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti 1. Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu beda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.

Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa umur mempengaruhi kualitas hidup penderita pascastroke, namun berdasarkan analisisnya juga, dia mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan skor kualitas hidup (Rahmi, 2014).

2. Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.

Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui.

Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki- laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

3. Status Pendidikan

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yaitu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

(36)

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003).

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan. Pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal baru (Suhardjo, 2007).

4. Status Pekerjaan

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan. Mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori yaitu:

a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

(37)

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar.

d. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan (orang/rumah tangga) yang sama dalam sebolan terakhir, khusus pada sektor bangunan batasannya tiga bolan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh lebih dari satu.

e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebolan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.

(38)

f. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan pembayaran yang disepakati.

g. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebolan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha non pertanian meliputi:

usaha di sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/ bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

h. Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang (BPS, 2001)

5. Status Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.

(39)

Perkawinan atau pernikahan adalah sebuah status dari mereka yang terikat dalam pernikahan dalam pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya), tetapi mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekeliling dianggap sah sebagai suami dan istri.

6. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit atau riwayat kesehatan dapat diartikan sebagai informasi kesehatan masa lalu seseorang, kesehatan keluarganya dan msalah lainnya. Riwayat penyakit adalah tinjauan rinci kesehatan pasien yang mencakup pola kesehatan keluarga pasien, informasi gaya hidup seperti apakah pasien merokok atau tidak.

7. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menerangkan bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik individu. Menurut Cobb 1976, dalam (Maslihah, 2011), dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain.

Menurut Bishop tahun 1994 dalam (Maslihah, 2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang

(40)

akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku individu sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan individu secara umum.

D. Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka Teori Variabel Demografis

- Umur - Ras/Etnis - Jenis Kelamin - Status Perkawinan - Pekerjaan

- Pendidikan

Kerusakan Neurologis - Tipe Stroke - Hemiparesis - Afasia - Hemianopsia - Penurunan

Konsentrasi

Kondisi Medis - DM, PJK, Hipertensi - Penyakit Kronis - Kelelahan

Kondisi Fisik Terkait Stroke Berulang - Kesulitan mengunyah - Disatria, Dispasia,

Disponia - Kejang - Sakit bahu

- Disfungsi seksual - Efek samping

pengobatan

Status Fungsional - Disabilitas

- Status

Kegawatdaruratan Pra stroke

- Ketergantungan ADL

Faktor Perilaku dan Kognitif - Kemunduran

Kognitif

- Vascular Dementia - Behavioral

Symptoms

Faktor Psikologi - Depresi dan Anxiety - Coping

- Stres

Variabel Sosial - Dukungan sosial - Bekerja kembali - Pembatasan sosial - Beban

perawat/penjaga - Beban ekonomi Determinan

Kualitas Hidup Terkait Kesehatan

Stroke

(41)

Kerangka teori diatas merupakan modifikasi teori kualitas hidup terkait kesehatan Schipper, Wilson and Cleary dan Carod Artal tahun 2009 (Carod-Artal, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen keredaksian dapat diartikan proses antar orang yang merupakan satu kesatuan secara efektif dalam sebuah organisasi media massa untuk

Pelaksanaan Program Kesehatan Jiwa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jagasatru pada tahun 2011-2012 belum maksimal, untuk cakupan penemuan kasus/deteksi dini gangguan kesehatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental ekonomi makro dan sentimen pasar terhadap harga saham di negara Indoneisa, Filipina, Malaysia,

Transformasi pendidikan pada saat wabah covid-19 menghendaki siswa belajar dari rumah. Sarana pembelajaran yang ramah pakai berupa gawai. Data yang diperoleh dari

Pertanyaan berikut ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada Anda tentang pekerjaan Anda saat ini, baik yang memuaskan Anda maupun yang tidak memuaskan Anda.. Oleh karena itu

Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam program penerapan penyusunan laporan keuangan adalah: terbentuknya sistem penerimaan donasi, sistem pengeluaran donasi, dan

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,

- In the public forests classified as natural reserves, forest reserves, Natura 2000 sites or nature parks the management plan needs to be revised and made in accordance with