• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA DAN UPAYA GURU BK MENGATASINYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA DAN UPAYA GURU BK MENGATASINYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK "

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA DAN UPAYA GURU BK MENGATASINYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oeh :

Riyan Asdhi Wibowo NIM. 101114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

(2)

i

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA DAN UPAYA GURU BK MENGATASINYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Riyan Asdhi Wibowo NIM. 101114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

Jadilah manusia mandiri

sebab banyak orang di dunia ini tak mampu berdiri di kaki sendiri

atau hanya bisa bergantung pada orang lain (Dalyono, M. 2001)

Untuk melahirkan suatu kebajikan

tidak hanya membutuhkan niat yang tulus, melainkan perpaduan antara

kerja keras yang baik dan pikiran yang positif (Dalyono, M. 2001)

Karya ini kupersembahkan

kepada Bunda, Ayah, Istri dan Adik tercinta serta saudara-saudaraku.

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA DAN UPAYA GURU BK MENGATASINYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Riyan Asdhi Wibowo NIM101114021

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan upaya guru BK mengatasinya melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Purworejo. Kemudian mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru bk selaku pihak yang berwenang mengatasi permasalahan belajar tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dikhususkan untuk memperbaiki kwalitas pelayanan bimbingan kelompok. Objek penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa dan upaya guru BK mengatasinya pada kelas VII semester 1 SMP Negeri 6 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017 Subjek penelitian berjumlah 11 siswa. Penelitian dilakukan pada awal tahun pelajaran, yaitu tepatnya bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016.

Setelah penelitian dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut : Muncul dua puluh dua masalah belajar yang dialami oleh sebelas siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kemudian upaya guru untuk mengatasi masalah belajar siswa tersebut menggunakan bimbingan kelompok dengan satu topik bimbingan untuk satu masalah belajar.

Kata Kunci : permasalahan belajar siswa, Bimbingan Kelompok

(9)

viii ABSTRACT

IDENTIFICATION OF STUDENT LEARNING DIFFICULTIES AND EFFORT OF THE BK TEACHER OVERCOME THEM THROUGH GROUP GUIDANCE SERVICES

Riyan AsdhiWibowo NIM101114021

This study aims to identify students learning difficulties and the efforts of BK teacher overcome, them through counseling services at 6 junior high school students in purworejo. Then describe the efforts made by the teacher BK as the authority to overcome the learning difficulties.

This type of research is descriptive qualitative research that is research that is devoted to improve the quality of service guidance group. The object of this study is the learning difficulties of students and the efforts of teacher BK overcome in the VII grade students of firts semester junior high school 6 Purworejo academic year 2016/2017 subject of study numbered 11 students. The study was conducted at the beginning of the school year, which is precisely August 2016 until october 2016.

After the research is done then obtained the following results: Appear twenty two learning problems experienced by eleven students who have learning difficulties.

Then the teacher’s attempt to tackle the student’s learning problem uses group guidance with one guiding topic for one learning problem.

Keyword: student learning problems, group guidance

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa dan Upaya Guru BK Mengatasinya Melalui Layanan Bimbingan Kelompok”

dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat mengikuti ujian skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konselin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang dengan senang hati telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat sehingga penulisan Skiripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi bimbingan dan

konseling.

3. Bapak Drs. Budi Sarwono, M.A selaku dosen pembimbing yang telah sabar mendampingi saya selama proses pembuatan skripsi.

4. Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah menuntun dan

membekali ilmu pengetahuan selama kuliah.

5. Kepala SMP Negeri 6 Purworejo beserta stafnya yang telah membantu penulis

sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

6. Jajaran guru BK SMP N 6 Purworejo yang telah membantu selama proses penelitian di SMP N 6 Purworejo.

(11)

x

7. Kedua orang tua saya yang selalu membanttu dengan doa dan materi sepanjang waktu.

Rekan-rekan mahasiswa yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang telah memberikan dorongan dan motivasi, serta seluruh sahabat penulis dijalanan yang membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Serta seluruh keluarga yang telah mendoakan, memberikan dorongan kepada penulis hingga saat ini, sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengajukan skripsi ini dan berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Semoga Allah SWT. tetap melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis

(12)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN HASIL KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Hakekat Belajar dan Kesulitan Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar... 9

2. Metode Pembelajaran ... 12

3.Kesulitan Belajar ... 12

4. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa ... 13

5. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 21

6. Langkah Mengatasi Kesulitan Belajar ... 22

B. Upaya Pemberian Layanan Bimbingan ... 24

1. Pengertian Pemberian Layanan Bimbingan ... 24

2. Jenis-jenis Layanan Bimbingan ... 25

(13)

xii

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 25

2. Proses Bimbingan Kelompok ... 27

3. Dinamika Kelompok ... 28

4. Kandungan Unsur-unsur Bimbingan Kelompok ... 29

5. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Kelompok ... 30

6. Upaya Mengatasi Masalah-masalah Siswa Melalui Bimbingan Kelompok... 33

7. Manfaat Bimbingan Kelompok ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Subyek Penelitian ... 37

D. Tekhnik dan Instrumen pengumpulan data ... 38

E. Prosedur Penelitian.. ... 38

F. Tekhnik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1.Kesulitan-kesulitan Belajar yang Teridentifikasi pada 11 Siswa 40

2. Upaya-upaya yang dilakukan Guru BK Dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok... 44

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V PENUTUP ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN

(14)

xiii

(15)

(Untuk Siswa)

Kesulitan apa saja yang kamu alami dalam belajar?(tuliskan di sini)

(16)

1. Masalah belajar apa yang paling banyak muncul dari siswa di SMP N 6 Purworejo?

2. Apa saja yang faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah belajar siswa?

3. Apa yang guru BK lakukan untung mengatasi masalah belajar siswa

tersebut?

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah. Semua komponen tersebut dipaparkan secara singkat dan padat.

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan.

Pendidikan dimaksudkan membantu siswa tumbuh dan berkembang menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal dalam berbagai aspek kepribadian dan menjadi manusia yang dewasa dan mandiri di tengah-tengah masyarakat.

Pendidikan dianggap berhasil apabila lulusannya mampu menempatkan dan mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam kehidupan bermasyarakat. Pada sekolah lanjutan tingkat menengah, kondisi siswanya termasuk kategori umur remaja, sehingga dalam tingkah lakunya cenderung untuk memperlihatkan identitasnya dalam bertingkah laku seperti: senang berkumpul, suka mencoba-coba, menyenangi hal-hal yang baru, dan suka menantang ingin menang sendiri. Kondisi kejiwaannya masih sangat labil dan tingkah lakunya mudah berubah dan sangat emosional. Kondisi kejiwaan seperti itu sering menimbulkan masalah, baik permasalahan pribadi ataupun kelompok, jika dibiarkan akan menghambat kegiatan belajar dan aktifitas kesehariannya.

(18)

2

Siswa di sekolah acapkali menghadapi permasalahan, misalnya masalah belajar, masalah pribadi, masalah sosial, masalah keluarga dan masalah ekonomi, yang mengakibatkan siswa mengalami perubahan yang tidak baik, seperti tidak percaya diri, prestasi belajar rendah yang akan mengakibatkan kesulitan dalam belajar. Untuk membantu siswa mengatasi permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan oleh guru pembimbing sebagai guru konselor sekolah. Layanan bimbingan tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk layanan.

Dalam membuat perencanaan kegiatan pelayanan, sebagai guru konselor harus mampu memahami karakteristik siswa sehingga proses pemberian layanan BK sesuai dengan kebutuhan siswa itu sendiri. Guru konselor dalam memberikan layanan kepada siswa yang bermasalah, misalnya masalah siswa itu sama, belum tentu cara pelayanannya akan sama pula dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa itu sendiri.

Dalam mengembangkan kepribadiannya, anak didik banyak mengalami hambatan. Hambatan dapat datang dari dirinya sendiri maupun datang dari luar dirinya. Hambatan yang datang dari dirinya seperti:

rendahnya daya nalar yang dimiliki, lambatnya menyerap pelayanan yang diberikan oleh guru, penggunaan waktu yang kurang efisien dan cara belajar yang kurang tepat. Dari luar dirinya seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak, tidak terpenuhinya kebutuhan anak dalam belajar, metode mengajar guru yang kurang efektif, lingkungan tempat tinggal siswa

(19)

3

yang tidak mendukung yang akan mengakibatkan siswa tidak berhasil dalam belajar.

Kenyataan tersebut di atas, dialami siswa-siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Purworejo. Adapun masalah- masalah yang dihadapi dalam tingkat sekolah menengah pertama adalah : (1) permasalahan dalam belajar, (2) masalah pribadi, (3) masalah sosial, (4) masalah keluarga, dan (5) masalah ekonomi, dan lain-lain. Kesemua masalah tersebut dapat mengakibatkan siswa mengalami perubahan yang tidak baik, seperti tidak percaya diri, prestasi belajar rendah yang akan mengakibatkan kesulitan dalam belajar, ketidak cocokan dengan guru, melanggar tata tertib sekolah, sukar menyesuaikan diri dalam belajar, suka berkelahi, jarang masuk sekolah, suka bolos sehingga dapat mengalami prestasi belajar yang rendah.

Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Purworejo secara psikologis cenderung mengalami gejolak, baik faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan mereka. Siswa- siswa dalam perkembangannya cenderung ingin mencoba-coba dan selalu berbuat tanpa ada pertimbangan yang baik dari efek perbuatannya. Jika tidak terpenuhi kebutuhannya, maka mereka dapat menunjukkan sikap dan pola tingkah laku yang menyimpang, misalnya malas belajar, merokok, kurang sopan, yang pada akhirnya dapat menjadi permasalahan yang menghambat pribadinya serta prestasi belajarnya.

Kesulitan belajar tersebut merupakan masalah mendasar bagi siswa.

Masalah tersebut bersumber baik dari diri siswa, maupun di luar diri siswa.

(20)

4

Kesulitan belajar yang dirasakan siswa banyak mengarah kepada malas belajar sehingga siswa mempunyai prestasi belajar yang rendah, yang mengakibatkan siswa tidak naik kelas, sehingga dapat mengalami putus sekolah.

Dalam situasi dan kondisi seperti itulah guru konselor di sekolah memberikan bantuan layanan bimbingan kelompok. Melalui layanan bimbingan kelompok guru secara langsung berada dalam kelompok tersebut, dan bertindak sebagai fasilitator (pemimpin kelompok) dalam dinamika kelompok yang terjadi, dengan menerapkan strategi pengembangan dan teknik-teknik bimbingan kelompok.

Berdasarkan problematika tersebut, penulis termotivasi untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Purworejo dan upaya guru BK mengatasinya melalui layanan bimbingan.

Berdasarkan data yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Purworejo, sebagian siswanya (50%) dari jumlah total 102 siswa, mengalami kesulitan belajar. Total populasi 102 orang tersebut mengalami kesulitan belajar secara umum (pada semua mata pelajaran). Keberadaan BK di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa yang membutuhkan bantuan pemecahannya oleh guru BK. Ahmadi & Supriono (2004 : 16) mengemukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain: 1) siswa mngalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya, 2) siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya, 3) sarana dan prasarana di

(21)

5

perpustakaan kurang menunjang, 4) peralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan pelajaran, 5) siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran, 6) siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar, 7) malas mencatat mata pelajaran.8) tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar, 9) tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.10) siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok, 11) tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran, 12) siswa malas berkonsultasi dengan guru.Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu, konseling kelompok, maupun bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok dapat dicapai melalui dinamika kelompok di bawah bimbingan guru BK. Menurut Sukardi (2003: 54) apabila kemanfaatan itu dapat ditumbuh-kembangkan, maka bimbingan kelompok akan sangat efektif bukan saja pada perkembangan pribadi masing-masing siswa, tetapi juga bagi kemaslahatan lingkungan dan masyarakat. Kemanfaatan tersebut akan dapat berlipat ganda, mengingat bimbingan kelompok dapat menjangkau sasaran yang lebih besar dari pada layanan bimbingan dan konseling lain yang bersifat perorangan.

(22)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Prestasi belajar siswa masih rendah.

2. Kurang minat belajar siswa.

3. Belum diketahui secara pasti faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Demi fokusnya penelitian ini maka pembahasan hanya difokuskan pada identifikasi kesulitan belajar siswa dan upaya guru BK mengatasinya melalui bimbingan kelompok.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Kesulitan belajar apa saja yang dialami beberapa siswa SMP Negeri 6 Purworejo?

2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru BK dalam mengatasi kesulitan belajar siswa melalui bimbingan kelompok di SMP Negeri 6 Purworejo?

(23)

7 E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami beberapa siswa SMP Negeri 6 Purworejo?

2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru BK dalam mengatasi kesulitan belajar siswa melalui bimbingan kelompok di SMP Negeri 6 Purworejo?

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada guru pembimbing di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 6 Purworejo dalam menyelenggarakan kegiatan layanan bimbingan kelompok agar bisa lebih baik (efektif).

2. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis sehingga

dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok di sekolah secara lebih baik.

3. Sebagai bahan kajian bagi penelitian lebih lanjut yang akan meneliti

tentang layanan bimbingan kelompok.

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah dalam judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Identifikasi adalah upaya untuk mengenali suatu persoalan secara lebih mendalam.

2. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan di mana peserta didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yang mengakibatkan rendahnya

(24)

8 capaian hasil belajar mereka.

3. Bimbingan kelompok adalah suatu teknik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok murid dengan tujuan membantu seseorang atau sekelompok murid yang menghadapi masalah- masalah belajarnya dengan menempatkan dirinya di dalam suatu kehidupan/kegiatan kelompok yang sesuai.

(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan hakikat belajar dan kesulitan belajar, upaya pemberian layanan bimbingan, bimbingan kelompok, dan dinamika kelompok

A. Hakikat Belajar dan Kesulitan Belajar 1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman (Slavin dalam Anni, 2004: 23). Menurut Gagne (dalam Anni, 2004: 26), belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Sudjana (1996: 45) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Berpijak dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku, keterampilan,

(26)

10

kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Hamalik (2009: 31) ciri-ciri belajar adalah: (1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap atau nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor); (2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan, interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis; (3) perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Karena belajar yang dilakukan oleh siswa menunjukkan perubahan pada diri seseorang yang belajar, maka adanya perubahan merupakan hasil dari siswa belajar. Hasil belajar siswa adalah perubahan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, baik berupa nilai, sikap maupun keterampilan.

Menurut Bloom terdapat tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Sudjana, 2009: 22). Adapun taksonomi atau klasifikasi hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain) 1) Pengetahuan (knowledge) 2) Pemahaman (comprehension) 3) Penerapan (application) 4) Analisis (analysis)

(27)

11 5) Evaluasi (evaluation)

b. Ranah Afektif (Affective Domain) 1) Penerimaan

2) Partisipasi 3) Penilaian 4) Organisasi

5) Pembentukan pola hidup

c. Ranah Psikomotor (Psychomotoric Domain) 1) Persepsi

2) Kesiapan

3) Gerakan terbimbing 4) Gerakan yang terbiasa 5) Gerakan yang kompleks 6) Penyesuaian pola gerakan 7) Kreativitas

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hasil belajar dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Hasil belajar siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap, dan keterampilan. Dengan demikian hasil belajar siswa mencakup segala

(28)

12

hal yang dipelajari di sekolah, baik dalam pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Syamsuddin dan Vismaia (2006: 31) metode adalah cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

b. Manfaat Metode dalam Pembelajaran

1) Metode sebagai sarana motivasi ekstrinsik 2) Metode sebagai strategi pengajaran

3) Metode sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran

3. Kesulitan Belajar

Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam hal ini ada siswa yang prestasi belajarnya baik dan kurang baik. Bagi siswa yang prestasi belajarnya kurang baik dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Kullase (1987: 73) menegaskan kesulitan belajar terjadi apabila suatu kondisi dalam proses belajar yang mengalami ukuran tertentu dalam mencapai suatu tingkah laku yang

(29)

13

berbentuk sikap, kebiasaan, pengetahuan, keterampilan, pemahaman dan perbuatan.

Burton (dalam Jasman, 1992) menjelaskan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai:

a. . dalam waktu tertentu, individu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan.

b. tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran yang dimiliki individu.

c. tidak dapat menunjukkan tugas-tugas perkembangan dan,

d. tidak dapat mencapai suatu tingkat penguasaan yang dibutuhkan sebagai persyaratan untuk kelanjutannya pada tingkat berikutnya.

Dalyono (2001: 229) menegaskan kesulitan belajar adalah keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu bentuk atau kejadian yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pengajaran, sejumlah siswa mengalami hambatan- hambatan untuk mencapai hasil belajar.

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Siswa-siswa dalam kegiatan belajarnya untuk mencapai prestasi tidaklah selalu lancar seperti apa yang diharapkannya. Siswa terkadang mengalami berbagai kesulitan dalam kegiatan belajarnya, akibatnya dapat

(30)

14

terwujud pada kesukaran dan kegagalan dalam studi. Bila diteliti secara seksama, hambatan-hambatan dalam kegiatan belajar, dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu faktor diri dan lingkungan. Sri Rahayu (dalam Kartono, 1984: 62) menyebutkan sebab-sebab kesukaran belajar dengan menggolongkan menjadi dua faktor yaitu “sebab-sebab endogen (dari dalam diri), dan sebab yang eksogen (dari luar diri anak).

Sejalan dengan pendapat di atas, Sukardi (1988: 49) menggolongkan hambatan-hambatan tersebut menjadi dua kelompok, yakni:

a. faktor endogen, yaitu faktor yang datang dari diri anak itu sendiri yang bersifat (a) biologis yaitu hambatan yang bersifat kejasmanian, (b) psikologis, yakni hambatan yang bersifat kejiwaan.

b. faktor eksogen, yaitu hambatan yang timbul dari luar diri anak yang meliputi: (a) faktor lingkungan keluarga, (b) faktor lingkungan sekolah, dan (c) faktor lingkungan masyarakat.

Sukardi (1988: 50-54) memaparkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar sebagai berikut:

a. Hambatan-hambatan yang bersumber dari faktor endogen.

Faktor-faktor ini merupakan hambatan belajar siswa yang bersumber dari diri siswa yang bersangkutan, yang secara garis besarnya meliputi; faktor biologis dan faktor psikologis.

1) Faktor biologis, yakni faktor yang secara langsung berhubungan dengan jasmaniah, sebagai berikut.

(31)

15 a) Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan sangat mempengaruhi diri siswa, sebab badan yang sakit atau dalam keadaan lemah akan sukar untuk belajar.

Sukardi (1984: 50) menyatakan bahwa: “kesehatan merupakan yang penting dalam belajar untuk dapat belajar dengan baik, bisa berkonsentrasi dengan optimal maka kesehatan itu perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya”.

b) Cacat badan

Berbagai macam cacat badan yang dapat mempengaruhi dalam belajar, seperti: kaburnya penglihatan, kurangnya pendengaran, berbicara gagap, dan cacat badan lainnya dapat menyebabkan hambatan dalam belajar.

2) Faktor psikologis adalah faktor penghambat belajar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan atau rohaniah, yang termasuk faktor psikologis.

a) Inteligensi (kecerdasan); merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan dalam kegiatan belajar siswa.

Dalam kaitannya dengan faktor intelligensi ini, Sukardi (1984: 51) menyatakan bahwa bilamana intelligensi seseorang rendah, bagaimanapun usaha yang ditempuhnya dalam kegiatan belajar kalau tidak ada bantuan, pertolongan dari pendidikan dan orang tua niscaya, jerih-payahnya dalam belajar tidak akan berhasil.

(32)

16

b) Perhatian; perhatian juga dapat menjadi penyebab dari menurunnya prestasi belajar siswa. Kartono (1984: 63) menyatakan bahwa dengan

“tidak adanya perhatian terhadap pelajaran, maka anak-anak tidak akan suka belajar”. Ini berarti bahwa timbulnya rasa malas, kebosanan belajar siswa dalam kegiatan belajar umumnya disebabkan oleh kurang menariknya materi pelajaran.

c) Minat; bahwa bila pelajaran tidak sesuai dengan minat belajar siswa, secara spontan oleh siswa tidak akan bergairah dalam kegiatan belajar sebaik-baiknya. Sukardi (1984: 54) menyatakan bahwa:

“spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, dan sebaliknya bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya tidak akan mempunyai daya tarik baginya.

d) Bakat; pada hakekatnya bakat yang dimiliki seseorang tidak sama, karena ketidaksamaan inilah membuat perbedaan seseorang dalam studinya dan kemudian dapat mencapai karir yang baik atas hasil usahanya. Kartono (1984: 63) menyatakan bahwa “kalau pelajaran tidak sesuai dengan bakat, maka anak tidak akan mencapai prestasi tinggi karena tidak berbakat dalam bidang itu”.

e) Emosi; dalam kegiatan belajar sangat diperlukan kestabilan emosi.

Dalam keadaan emosi yang mendalam, sudah barang tentu akan menimbulkan hambatan-hambatan dalam kegiatan belajar perlu

(33)

17

diupayakan situasi yang tenang dan penuh pengertian dari orang- orang yang ada disekitarnya agar kegiatan belajar dapat berlangsung dengan lancar”.

b. Hambatan-hambatan yang bersumber dari faktor eksogen

Selain faktor-faktor endogen, juga terdapat faktor-faktor eksogen (bersumber dari luar diri atau lingkungan) yang banyak berpengaruh pada kegiatan belajar siswa, bahkan mungkin faktor eksogen mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajarnya. Secara terinci hambatan-hambatan belajar yang bersumber dari faktor eksogen ini, dikemukakan sebagai berikut.

1) Faktor lingkungan keluarga; yang dapat digolongkan dalam faktor ini meliputi;

a) Peranan orang tua; dalam kegiatan belajar siswa perlu diberikan motivasi dan pengertian dari pihak orang tua. Hal ini menjadi suatu kewajiban orang tua untuk membantu seorang anak dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya di sekolah.

Kartono mengemukakan beberapa hal yang menggambarkan ciri khas perang orang tua yang dapat menghambat belajar anak, sebagai berikut:

(1) cara orang tua mendidik anaknya yang tidak mapan;

(2) hubungan antara orang tua dengan anaknya yang tidak lancar/harmonis;

(34)

18

(3) contoh sikap orang tua yang kurang baik.

b) Suasana rumah; suasana rumah yang terlalu gaduh tidak akan menunjang siswa untuk belajar dengan baik. Keadaan ekonomi keluarga; bila ekonomi keluarga tidak memungkinkan terpenuhinya sarana dan prasarana belajar bisa menjadi faktor penghambat dalam kegiatan belajar siswa. Bila keadaan ekonomi memungkinkan sebaiknya kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu disediakan dengan memadai sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2) Faktor lingkungan sekolah; hal-hal yang tergolong pada faktor lingkungan sekolah adalah sebagai berikut.

a) Interaksi guru murid, bahwa guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara dekat, dapat menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang lancar, siswa merasa terasing dengan guru sehingga mereka sulit untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.

b) Cara penyajian pelajaran yang kurang baik, penyajian materi penerapan pelajaran yang diterapkan oleh pendidik dalam hal ini penerapan metode mengajar yang kurang tepat menyebabkan siswa menjadi bosan, pasif dan mudah mengantuk. Kartono (1984:65) menyebutkan kategori cara penyajian pelajaran yang kurang baik yakni guru kurang menguasai bahan, metode yang digunakan kurang tepat, tanpa menggunakan alat peraga dan sebagainya.

(35)

19

c) Hubungan antar siswa; bahwa hubungan antar teman yang kurang akrab, efeknya dapat menimbulkan perasaan rendah diri, malas masuk sekolah, memungkinkan terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara siswa. Akibatnya dapat menyebabkan kurangnya gairah belajar siswa, hal ini menjadi kewajiban guru terutama wali kelas untuk mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam kegiatan belajar secara kelompok.

d) Media pendidikan; yakni menyangkut alat-alat pelajaran di sekolah, kenyataan menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah siswa yang masuk sekolah, maka mutlak diperlukan alat-alat yang membantu lancarnya proses belajar siswa.

e) Keadaan gedung; bahwa keadaan gedung yang kurang memenuhi syarat dapat menghambat dalam proses belajar, misalnya ruangan yang gelap, lingkungan sekolah yang terlalu gaduh serta suasana kelas yang sempit dengan jumlah siswa yang banyak, kesemuanya ini merupakan faktor penghambat dalam kegiatan belajar.

f) Disiplin sekolah; yakni menyangkut penerapan disiplin yang ketat terhadap tuntutan siswa, dan juga tidak adanya peraturan di suatu sekolah akan menjadi penghambat dalam proses belajar siswa.

g) Metode belajar; bahwa dalam kegiatan belajar banyak siswa menggunakan cara belajar yang keliru, yakni bila telah mendekati ujian cenderung forsir untuk belajar tanpa memperhitungkan disiplin

(36)

20

waktu akibatnya mereka jatuh sakit. Kartono (1984: 67) mengklasifikasikan kriteria metode belajar yang kurang tepat seperti berikut.

(1) pembagian waktu belajar yang kurang baik;

(2) cara belajar yang salah, misalnya menghafal tanpa pengertian;

(3) pembagian atau penggunaan waktu istirahat yang kurang efektif.

h) Pekerjaan rumah; bahwa anak yang terlalu banyak diberi tugas rumah menyita waktu dan tenaga yang diperlukan untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan lain.

3) Faktor lingkungan masyarakat; yang tergolong dalam kategori lingkungan masyarakat yang dapat menghambat kemajuan belajar dan mengerjakan belajar sebagai berikut.

a) Media massa; dalam kondisi-kondisi tertentu faktor media massa, seperti: bioskop, radio, TV, video casette, novel, dan berbagai jenis majalah dan sebagainya dapat menghambat dalam proses belajar, dan dalam situasi lain juga dapat menunjang kegiatan belajar.

b) Teman bergaul; bahwa dalam kehidupan siswa sehari-hari tidak terlepas adanya pengaruh-pengaruh baik ataupun kurang baik dari lingkungan masyarakat. Kartono (1984: 67) menyatakan bahwa “teman bergaul yang kurang baik dapat membawa akibat anak itu juga menjadi tidak baik”.

(37)

21

c) Kegiatan dalam masyarakat; bahwa dengan keterlibatan siswa dalam berbagai jenis kegiatan di lingkungan masyarakat, seperti aktif berorganisasi, mengikuti berbagai jenis olah raga secara berlebihan dapat melelahkan badan dan akibatnya dapat menghambat kegiatan belajar siswa.

d) Cara hidup lingkungan; bahwa corak kehidupan tetangga dekat mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan belajar siswa, dan dapat menghambat atau menunjang kegiatan belajar siswa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar itu karena:

(1). Sebab-sebab individu, artinya tidak ada dua orang yang mengalami kesulitan belajar itu sama persis penyebabnya walaupun jenis kesulitannya sama.

(2). Sebab-sebab yang kompleks, artinya seorang mengalami kesulitan belajar karena sebabnya bermacam-macam.

5. Diagnosis Kesulitan Belajar

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi atau (mengenali segala gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya ini disebut diagnosis kesulitan belajar yang bertujuan untuk menetapkan jenis kesulitan belajar siswa.

(38)

22

Wardani (dalam Syah, 2003: 185) menjelaskan langkah-langkah diagnostik yang ditempuh guru pembimbing sebagai berikut:

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.

b. Mewawancarai orang tua siswa ketika mengikuti pelajaran.

c. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang mengalami kesulitan belajar.

d. Memberi diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakekat kesulitan belajar yang dialami siswa.

e. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

6. Langkah Mengatasi Kesulitan Belajar

Sukardi mengemukakan langkah-langkah guru BK dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut.

a. Langkah Analisis

Hal ini merupakan langkah untuk menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian masalah tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

b. Langkah Sintesis

Hal ini merupakan langkah untuk membuat suatu rangkuman data sehingga tampak dengan jelas masalah-masalah siswa yang berhubungan dengan masalah belajar.

(39)

23 c. Langkah Diagnosis

Suatu langkah proses mengenali berbagai macam masalah sampai menentukan masalah atau kesulitan siswa yang berhubungan dengan masalah belajar siswa itu sendiri.

d. Langkah Prognosis

Langkah atau usaha untuk memilih beberapa alternatif tindakan yang dapat membantu siswa untuk mengurangi hingga menuntaskan masalah atau kesulitan belajar siswa.

e. Langkah Treatment

Adapun langkah-langkah treatment yang dimaksud antara lain.

1). Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya, serta permasalahannya).

2). Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, serta pengendaliannya/pemecahannya.

3). Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang).

4). Pemahaman tentanga adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan, dan berbagai konsekuensinya.

5). Pemahaman sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penganggulangannya (termasuk UN, UASBN dan UNBK )

(40)

24

6). Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.

f. Langkah Follow Up (tindak lanjut)

Pada langkah ini semua proses yang sudah dilalui akan di followup/ditindak lanjuti sebagaimana hasil akhir pada langkah (treatment/penyembuhan). Atau sebaliknya akan diulangi karena tidak berhasil mulai dari proses awal karena tidak sesuai dengan yang diharapkan/

tidak tepat sasaran.

B. Upaya Pemberian Layanan Bimbingan

1. Pengertian Pemberian Layanan Bimbingan

Sukardi (2003: 31) mengartikan pemberian layanan bimbingan sebagai bentuk pertemuan tertentu yang diselenggarakan yang dihadiri oleh para siswa dan/atau orang tua siswa disesuaikan dengan jenis dan sifat materi yang diorientasikan. George dan Cristiani (dalam Latipun, 2003: 34) mengemukakan pemberian layanan bimbingan adalah pemberian layanan berupa bantuan secara profesional yang merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam (inner resources) agar tumbuh ke dalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna. Sesuai dengan pendapat di atas dapat dirumuskan pemberian layanan bimbingan adalah suatu daya atau upaya yang diberikan guru, khususnya guru BK kepada siswa atau anak didik yang mengalami masalah

(41)

25

belajar, pribadi, sosial, karir dan sebagainya, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masalah serta pemecahannya.

2. Jenis-jenis Layanan Bimbingan

Prayitno dkk (1995:40), menyatakan pemberian bantuan bimbingan dalam bentuk layanan sebagai berikut:

Layanan bimbingan di sekolah dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk layanan yaitu: (1) Layanan Orientasi; (2) Layanan Penempatan/Penyaluran; (3) Layanan Konseling Perorangan; (4) Layanan Konseling Kelompok; (5) Layanan Informasi; (6) Layanan Pembelajaran;

(7) Layanan Bimbingan Kelompok. Ketujuh layanan tersebut merupakan bagian dari pola umum bimbingan, dan karena meliputi 17 (tujuh belas) unit pemahaman komponen besar dan kecil, maka pola itu disebut pola 17 (Prayitno, dkk, 1995: 40).

C. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Untuk mengetahui pengertian bimbingan kelompok, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli. Prayitno (1995: 61) menjelaskan bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok. Sukardi menyebutkan bimbingan kelompok (group guidance), ialah suatu teknik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok murid dengan tujuan membantu seseorang atau sekelompok murid yang mengahadapi masalah-masalah belajarnya dengan

(42)

26

menempatkan dirinya di dalam suatu kehidupan/kegiatan kelompok yang sesuai.

Prayitno (2001: 87-89) menyatakan layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sebagai individu sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. Winkel (1989: 128) menegaskan;

“secara garis besarnya bimbingan kelompok kelas (group guidance class) biasanya dilaksanakan di sekolah pada jam tertentu (yang sudah ditentukan dalam jadwal) ahli bimbingan masuk kelas dan memberikan pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk dalam silabus pelajaran yang lain (misalnya cara-cara belajar yang baik, cara memilih jurusan/fakultas, cara-cara bergaul, pendewasaan diri, hubungan dengan orang tua)”.

Gani (1987:51) memaparkan bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan untuk membantu individu/siswa melalui pendekatan dan situasi kelompok. Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam bimbingan kelompok konselor/guru pembimbing dituntut lebih berfungsi sebagai pendidik dari pada sebagai pengajar, terutama dalam mengembangkan pribadi dan

(43)

27

pergaulan sosialnya. Kegiatan layanan bimbingan kelompok diharapkan bukan saja sekedar mendapat pengetahuan, melainkan mengusahakan perubahan dalam sikap mereka dan dalam cara bergaul.

2. Proses Bimbingan Kelompok

Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses bimbingan kelompok berlangsung. Latipun (2003: 156) menegaskan:

“Jumlah anggota kelompok dalam bimbingan kelompok berkisar 4-14 orang. Jumlah anggota kurang dari 4 orang tidak efektif karena dinamika kelompok menjadi kurang hidup. Sebaliknya jika jumlah kliennya lebih dari 14 orang adalah terlalu besar untuk bimbingan kelompok karena terlalu berat dalam mengelola kelompok”.

Sukardi (2003: 53-54) mengemukakan, ada 4 manfaat penting dari layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.

a. Dengan pemberian layanan bimbingan kelompok siswa diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. Pendapat mereka boleh jadi bermacam- macam, ada yang positif dan ada yang negatif. Semua pendapat itu, melalui dinamika kelompok diluruskan (bagi pendapat-pendapat yang salah/negatif) disingkronisasikan dan dimantapkan sehingga para siswa memiliki pemahaman yang tepat dan obyektif.

b. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan di dalam kelompok. “Sikap positif” di sini dimaksudkan: menolak hal-hal yang salah/buruk/negatif dan menyokong hal-hal yang benar/baik/positif.

c. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan terhadap yang buruk dan sokongan terhadapyang baik” itu.

d. Melaksanakan kegaitan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana mereka programkan semula.

(44)

28 3. Dinamika Kelompok

a. Pengertian Dinamika Kelompok

Arti kata dinamika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:

234) adalah penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan sebagainya (mengandung dinamika). Prayitno (2001: 90-91) menegaskan dinamika kelompok adalah kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok. Kelompok yang baik ialah apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, kerja sama yang lancar dan mantap, serta adanya saling mempercayai di antara anggota-anggotanya.

b. Peranan Dinamika Kelompok

Dalam bimbingan kelompok peranan dinamika kelompok itu tidaklah kurang dibandingkan dengan peranannya dalam konseling kelompok. Kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Dinamika kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

Sukardi (2003: 52-53) menyebutkan untuk terselenggaranya layanan bimbingan kelompok, terlebih dahulu perlu dibentuk kelompok-kelompok siswa. Ada dua jenis kelompok, yaitu kelompok tetap dan kelompok tidak tetap atau insidental. Kelompok tetap melakukan kegiatannya secara berkala, sesuai dengan penjadwalan yang sudah diatur oleh guru

(45)

29

pembimbing, sedangkan kelompok tidak tetap terbentuk secara insidental dan melakukan kegiatannya atas dasar kesempatan yang ditawarkan oleh guru pembimbing ataupun atas dasar permintaan siswa-siswa sendiri yang menginginkan untuk membahas permasalahan tertentu melalui dinamika kelompok.

4. Kandungan Unsur-unsur Bimbingan Kelompok

Prayitno (1999: 42) menegaskan, sebagai kegiatan kelompok, bimbingan kelompok dan konseling kelompok secara penuh mengandung empat unsur utama kehidupan kelompok, yaitu tujuan kelompok, anggota kelompok, pemimpin kelompok, dan aturan kelompok. Tujuan bersama yang ingin dicapai oleh kelompok itu ialah pengembangan pribadi semua peserta dan peralihan-peralihan lainnya melalui perubahan dan pendalaman topik umum.

Para anggota kelompok ialah peserta kelompok masing-masing yang melibatkan diri dalam kegiatan itu. Pemimpin kelompok ialah orang yang bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan masing-masing kelompok itu, dalam hal ini guru pembimbing. Aturan kelompok ialah berbagai ketentuan yang hendaknya dijalankan dan dipatuhi oleh semua anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Aturan ini didasarkan pada dan merupakan penjabaran berbagai hal yang akan mempengaruhi kehidupan kelompok, antara lain asas-asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan, dan kenormatifan.

(46)

30

Winkel (1991: 11) mengemukakan dalam konseling kelompok dan bimbingan kelompok ada dua unsur atau aspek pokok, yakni aspek proses dan aspek tatap muka. Aspek proses dalam bimbingan kelompok memiliki ciri khas seperti klien mengandung kelompok sebagai kelompok yang menarik, merasa diterima oleh kelompoknya, merasa aman sehingga mudah membuka diri terhadap masalah-masalah yang dialami. Sedangkan aspek pertemuan tatap muka karena yang berhadapan muka adalah sejumlah orang yang bergabung dalam kelompok yang saling memberikan bantuan bantuan psikologis.

5. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Kelompok

Winkel (1989: 130-135) menguraikan beberapa bentuk layanan bimbingan kelompok yang dapat membantu pemecahan masalah dalam kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut.

a. Pelajaran Bimbingan

Secara garis besar kelas bimbingan kelompok (group guidance class) biasanya dilaksanakan di sekolah sebagai berikut, pada jam tertentu ahli bimbingan masuk kelas dan memberikan pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk dalam silabus pelajaran yang lain (misalnya cara-cara belajar yang baik, cara memilih jurusan/fakultas, cara-cara bergaul, pendewasaan diri, hubungan dengan orang tua).

(47)

31 b. Karyawisata

Dengan karyawisata siswa dapat mengenal langsung dari dekat situasi atau obyek-obyek yang menarik perhatiannya, dalam hubungannya dengan pelajarannya di sekolah. Dengan karyawisata siswa-siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, kerjasama, dan tanggung jawab.

c. Diskusi Kelompok

Siswa-siswa yang telah bergabung dalam kelompok-kelompok kecil mendiskusikan bersama berbagai permasalahan termasuk di dalamnya masalah belajar. Masalah-masalah yang mungkin dapat didiskusikan dalam diskusi kelompok misalnya: masalah-masalah pergaulan dengan orang tua, kesukaran dalam belajar, kesiapan memasuki perguruan tinggi, masalah pengisian waktu luang, masalah-masalah hubungan persahabatan, masalah penyelesaian pekerjaan rumah, masalah-masalah OSIS, dan lain-lain.

Dalam bimbingan kelompok masalah pribadi setiap anggota dibicarakan melalui dinamika kelompok. Semua anggota (yang pada dasarnya adalah teman sebaya) ikut secara langsung dan aktif membicarakan masalah kawannya dengan tujuan agar anggota kelompok yang bermasalah itu terbantu dan masalahnya tertuntaskan.

Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi. Prayitno (1995:

(48)

32

12) mengemukakan bahwa dalam kegiatan diskusi kelompok (baik layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok) seluruh anggota kelompok perlu menampilkan hal-hal berikut ini.

1) Membina keakraban dalam kelompok.

2) Melibatkan diri secara penuh dalam kelompok.

3) Bersama-sama mencapai tujuan kelompok.

4) Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok.

5) Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

6) Berkomunikasi secara bebas dan terbuka.

7) Membantu anggota lain dalam kelompok.

8) Memberikan kesempatan anggota lain dalam kelompok.

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.

d. Home Room

Home room merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan (kelas) sebagai kegiatan bimbingan belajar dalam usaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap siswa- siswa. Dalam kegiatan ini, ahli bimbingan/konselor sekolah dan siswa dapat lebih dekat, seperti dalam suasana di rumah.

e. Sosiodrama

Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada siswa-siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari di masyarakat. Maka dari itu sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial. Merujuk pada pendapat Prayitno, tentang kegiatan diskusi kelompok penulis mengambil kesimpulan bahwa kegiatan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok dalam

(49)

33

layanan bimbingan kelompok, teknik diskusi kelompok efektif dalam membantu mengentaskan kesulitan belajar siswa.

6. Upaya Mengatasi Masalah-masalah Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Jumhur & Muh. Surya (1995: 32) menyatakan masalah-masalah siswa

yang diselesaikan dengan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.

a. Masalah Pengajaran atau Belajar

Dalam hubungan ini individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran. Misalnya cara membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, menyusun dan belajar berkelompok.

Romine (dalam Hamalik, 2004: 197-198) mengemukakan beberapa hal yang penting bagi guru BK ataupun guru kelas untuk memberikan layanan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut.

1) membuat catatan yang teliti tentang diri siswa untuk melengkapi catatan-catatan sekolah agar segera diperoleh gambaran yang lebih baik tentang individu siswa.

2) mengobservasi dan mempelajari siswa, menggunakan dokumen sekolah dalam usaha yang jujur dan beralasan untuk memahami mereka sebagai manusia yang belajar, membantu perkembangan kesehatan jasmani, dan sebagainya.

3) kerjasama dengan guru-guru lain untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang para siswa mengenai tantangan, minat, kebutuhan, dan masalah yang mereka hadapi.

(50)

34

4) mempelajari minat dan kebutuhan-kebutuhan siswa dan mempertimbangkannya dalam pelajaran dan dalam berbagai kegiatan.

5) bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memahami dan bekerja sama dengan para siswa.

6) memikirkan kemungkinan-kemungkinan dalam rangka penggunaan group guidance atau pendekatan-pendekatan dalam pelajaran.

7) menyesuaikan diri sendiri, bahan pelajaran, kegiatan, dan prosedur kelas dengan minat dan kebutuhan para siswa.

b. Masalah Pendidikan

Masalah yang berkaitan dengan pendidikan seperti menyesuaikan diri dengan pelajaran baru, kegiatan lingkungan sekolah, guru-guru, dan tata tertib sekolah.

c. Masalah Pekerjaan

Masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, misalnya memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan minat dan bakatnya.

d. Penggunaan Waktu Senggang

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penggunaan waktu senggang seperti bagaimana membuat pembagian waktu, mengisi waktu, merencanakan suatu kegiatan waktu luang.

(51)

35 e. Masalah-masalah Sosial

Masalah-masalah siswa yang berhubungan dengan masalah sosial seperti kesulitan dalam persahabatan, mencari teman, merasa tersaingi dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok.

f. Masalah-masalah Pribadi

Masalah-masalah pribadi seperti individu merasa kurang berhasil dalam menyesuaikan diri dengan hal-hal dalam dirinya sendiri misalnya konflik yang berlarut-larut.

7. Manfaat Bimbingan Kelompok

Prayitno (2003: 53-54) mengemukakan manfaat dan pentingnya bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.

a. Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. Pendapat mereka itu boleh jadi bermacam- macam, ada yang positif dan ada juga yang negatif. Semua pendapat itu, melalui dinamika kelompok bagi pendapat-pendapat siswa yang salah/negatif diluruskan, disingkronisasikan dan dimantapkan sehingga para siswa memiliki pemahaman yang obyektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan itu. Pemahaman yang obyektif, tepat dan luas itu dapat diharapkan.

b. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan didalam

(52)

36

kelompok. “Sikap positif” di sini dimaksudkan: menolak hal-hal yang salah/buruk/negatif dan menyokong hal-hal yang benar/baik/positif. Sikap positif ini lebih jauh diharapkan dapat merangsang para siswa untuk berbuat.

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana mereka programkan semula.

Latipun (2003: 156) mengemukakan bahwa jumlah anggota kelompok dalam bimbingan kelompok berkisar antara 4-14 orang. Jumlah anggota kurang dari 4 orang tidak efektif karena dinamika kelompok menjadi kurang hidup. Sebaliknya jika jumlah kliennya lebih dari 14 orang adalah terlalu besar untuk bimbingan karena terlalu berat dalam mengelola kelompok.

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan jenis dan desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian diskripsi kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian ini tidak berupaya untuk membuktikan suatu hipotesis tertentu atau penelitian tidak menguji suatu hipotesis. Tetapi lebih mencoba untuk mendeskripsikan kondisi senyatanya yang terjadi di lapangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Purworejo Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada awal tahun pelajaran, yaitu tepatnya bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016.

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 11 siswa kelas VII SMP Negeri 6 Purworejo dan seorang guru BK di sekolah tersebut. Dari ke 11 siswa tersebut digali data

(54)

38

tentang kesulitan belajar yang mereka alami, sedangkan dari guru BK diperoleh data tentang upaya-upaya guru guru BK dalam mengatasi kesulitan belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok yang dia terapkan.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi pada data data yang sudah ada, baik siswa maupun guru BK.. Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan ke 11 siswa. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar dan upaya-upaya guru BK dalam mengatasi kesulitan belajar siswa melalui bimbingan kelompok.

Pengamatan dilakukan terhadap konselor dan siswa untuk memantau proses dan dampak penanganan masalah kesulitan belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok yang ditempuh guru BK. Kemudian hasil pengamatan digunakan sekaligus sebagai upaya memvalidasi data wawancara.

E. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian diskripsi kualitatif ini dilakukan langsung dengan memberikan blank form filling kepada 11 siswa mengenai masalah kesulitan belajar yang paling sering ia alami dan melakukan pengamatan terhadap guru BK yang sedang melaksanakan bimbingan kelompok dalam rangka mengatasi kesulitan belajar siswa.Dokumentasi diambil dari data-data yang sudah dimiliki oleh guru bk dan terjamin kebenarannya karena telah melalui assesment sebelumnya. Semua yang dilakukan guru terhadap siswa diamati dan dicatat

(55)

39

secara bertahap, kemudian dituangkan dalam tulisan dalam bentuk penelitian diskripsi kualitatif.

F. Tehnik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran guru BK dalam menyelesaikan permasalahan siswa melalui bimbingan kelompok. Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan berdasarkan kepada jenis data yang diperoleh selama di lapangan. Untuk jenis data yang diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara dilakukan dengan mengacu kepada pedoman observasi dan pedoman wawancara yang akan dikembangkan. Proses ananlisis data dari hasil observasi dan wawancara ini dilakukan secara terus-menerus selama proses penelitian berlangsung.

(56)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang diungkap berdasarkan wawancara dengan subjek penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

Berikut ini dipaparkan deskripsi permasalahan subjek dari hasil wawancara kepada 11 siswa. Masalah-masalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa umumnya memiliki hubungan sebab akibat, yakni masalah yang diungkapkan merupakan akibat dari masalah yang lainnya.

1. Kesulitan-kesulitan Belajar yang Teridentifikasi pada 11 Siswa Hasil wawancara dengan responden disajikan pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1.

Kesulitan-kesulitan Belajar 11 Siswa yang Teridentifikasi dari Hasil Wawancara

Siswa Masalah Kesulitan Belajar yang Dialami

Responden 01 Masalah pokok yang dialami adalah faktor malas dalam belajar sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal ini disebabkan siswa kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Ia juga tidak memiliki motivasi dalam belajar.

Responden 02 Kesulitan utama yang dialami adalah kurangnya konsentrasi dalam belajar, termasuk sulit mengingat materi pelajaran, dan berdampak pada nilai belajar yang kurang memuaskan, hal ini menyebabkan siswa malas membaca. Sehingga siswa tersebut kurang percaya diri.

(57)

41

Responden 03 Mengungkapkan tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif. Belajar menjadi kurang konsentrasi, termasuk dari orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajarnya yang menyebabkan siswa kurang berminat serta tidak mengetahui cara-cara atau keterampilan khsusus untuk memanfaatkan waktu senggang yang ada

Responden 04 Masalah utamanya adalah kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Kurangnya perhatian dari orang tua dalam mendukung kegiatan belajar yang berakibat tidak bebas dalam menggunakan waktu senggang dengan sebaik-baiknya. Kurang optimalnya waktu yang ada membuat siswa cenderung malas belajar.

Responden 05 Kurangnya konsentrasi dalam belajar mengakibatkan siswa malas untuk belajar. Hal ini disebabkan karena orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajarnya, akibatnya siswa rendah diri atau kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat. Rendahnya kepercayaan diri membuat siswa tidak menyukai mata pelajaran tertentu (Matematika, Bhs Inggris).

Responden 06 Menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar, diakibatkan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang baik/efektif. Hal ini membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar yang akhirnya membuat siswa malas untuk belajar. Kurang motivasi tersebut membuat siswa kurang berminat dan tidak mengetahui cara/keterampilan untuk memanfaatkan waktu senggang serta kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat.

(58)

42

Responden 07 Kesulitan belajar yang utama dialami adalah mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu sehingga kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Sukar membedakan yang dianggap baik dan buruk menyebabkan siswa kurang suka membaca mata pelajaran. Faktor kemalasan dalam belajar menyebabkan ia sering mengganggu teman sewaktu pelajaran berlangsung.

Responden 08 Suka melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu pelajaran berlangsung, misalnya membuat coretan-coretan dalam buku, ini diakibatkan tidak tahu bagaimana belajar yang baik (efektif). Sering malas dalam belajar membuat siswa khawatir pekerjaan rumah (PR) banyak salah. Hal ini ditunjukkan mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu salah satunya diakibatkan guru kurang bersahabat

Responden 09 Sering malas belajar, menyebabkan siswa malas untuk mengerjakan tugas dari guru di sekolah. Hal ini disebabkan siswa kurang percaya diri sehingga kurang konsentrasi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut berdampak pada kurang berminat dan tidak mengetahui cara/keterampilan khusus untuk memanfaatkan waktu senggang yang ada.

Responden 10 Suka melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu pelajaran berlangsung, misalnya membuat coretan-coretan dalam buku, ini diakibatkan tidak tahu bagaimana belajar yang baik (efektif). Sering malas dalam belajar membuat siswa khawatir pekerjaan rumah (PR) banyak salah. Hal ini ditunjukkan mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu salah satunya diakibatkan karena kurang percaya diri.

Responden 11 Yakni mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu

(59)

43

sehingga kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Sukar membedakan yang dianggap baik dan buruk menyebabkan siswa kurang suka membaca mata pelajaran. Faktor kemalasan dalam belajar menyebabkan ia sering mengganggu teman sewaktu pelajaran berlangsung.

Dari data tersaji, secara umum tampak bahwa kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa teridentifikasi sebagai berikut:

a. malas dalam belajar,

b. tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru

c. kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran d. tidak memiliki motivasi dalam belajar

e. kurangnya konsentrasi dalam belajar f. sulit mengingat materi pelajaran g. nilai belajar yang kurang memuaskan h. malas membaca

i. kurang percaya diri.

j. tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif k. orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajar l. kurang berminat

m. tidak mengetahui cara-cara untuk memanfaatkan waktu senggang n. tidak bebas dalam menggunakan waktu senggang

o. kurang optimalnya waktu yang ada

p. kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data pada penelitian Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Lapangan Futsal Zuper menggunakan teori Grounded, Menurut Nazir (1988: 88) grounded research adalah suatu

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital, debt to total equity ratio (DER), dan world airline awards (WAA) terhadap return on asset (ROA).. Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi faktor- faktor efek tetap yang perlu dipertimbangkan dan kurva produksi susu yang dipakai sebagai kovariat untuk evaluasi genetik

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penerapan desain sistem pembelajaran ASSURE untuk meningkatkanhasil belajar memukul bola dalam permainan kasti

Pengoperasian alat tangkap huhate target utamanya ikan cakalang. Huhate adalah jenis alat tangkap yang terdiri dari joran, tali pancing, dan mata pancing yang tidak

merupakan penanaman modal perusahaan dalam bentuk asset jangka pendek atau dalam bentuk aktiva lancar perusahaan yaitu aktiva-aktiva yang dalam jangka waktu paling lama satu

Sumbangan Amalan Ibadat Harian terhadap Regulasi Kendiri Dapatan daripada analisis regresi berganda amalan ibadat harian terhadap domain regulasi kendiri pula, didapati ibadat

CPI yang panjangnya kurang lebih 2 (dua) Meter secara bergantian dengan menggunakan las LPG dengan cara memotong dua bagian besi tiang pipa dari pangkal yang