• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU-GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 MEDAN TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU-GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 MEDAN TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE SKRIPSI"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU-GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 MEDAN TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE

SKRIPSI

Oleh :

MARSHAL DUVA SIAHAAN 140100154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU-GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 MEDAN TERHADAP DEMAM BERDARAH DENGUE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MARSHAL DUVA SIAHAAN 140100154

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru-Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan Terhadap Demam Berdarah Dengue

Nama Mahasiswa : Marshal Duva Siahaan Nomor Induk : 140100154

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pembimbing

(Dr. dr. Hj. Oke Rina, Sp.A(K)) NIP. 19740201 200501 2 001

Ketua Penguji Anggota Penguji

(dr. Hidayat, M.Biomed) (dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes) NIP. 19751220 200312 1 001 NIP. 19700819 199903 2 001

Medan, 08 Maret 2019

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) NIP: 196605241992031002

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menyertai dan mencurahkan kasih karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan skripsi yang berjudul: “Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru-Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan Terhadap Demam Berdarah Dengue”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua yang terkasih, ayahanda St. Ir. Maringan Valentin Siahaan, M.Sc dan ibunda Duma Roida TP Bolon, S.Pd, M.Pd atas cinta, kasih, pengorbanan dan doa yang tak pernah putus baik dalam kehidupan penulis maupun selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari penulisan proposal, pengambilan data, hingga penulisan hasil penelitian tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak.

Oleh karena itu, sebagai bentuk penghargaan terhadap bantuan, dorongan, dan dukungan yang telah diberikan, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran USU Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) yang telah memberikan izin penelitian.

2. Yang terhormat Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.Pd, Sp.JP(K), selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan etik penelitian.

3. Yang terhormat Dr. dr. Hj. Oke Rina, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu dalam proses bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Yang terhormat dr. Hidayat, M.Biomed selaku ketua penguji dan dr.

Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes selaku anggota penguji yang telah memberikan petunjuk dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Yang terhormat dr. Tri Faranita, M.Ked(Ped), Sp.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan.

(5)

6. Yang terkasih Ayah saya St. Ir. Maringan Valentin Siahaan, M.Sc, mama saya Duma Roida TP Bolon, S.Pd, M.Pd dan adik kandung saya Maranatha Duva Br Siahaan yang selalu memberikan perhatian dan motivasi, baik dalam kehidupan maupun dalam penyusunan skripsi ini.

7. Yang terkasih sahabat sekaligus teman hidup saya Sharon Octanelia Br Silalahi, S.I.P yang selalu memberikan penguatan serta pengharapan didalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan maupun dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat sekaligus keluarga tersayang; dr. Denny Japardi, dr. Agung Pratama, dr. Dodi Sitepu, dr. Fakhri Syahnaufal, dr. Satria Hasibuan, dr.

Haryodi Sarmana, dr. Farhan Kurnadi, dr. Devi Shilvia, dr.

Halimatussa’diyah, dr. Amira Nur Habibi. Terima kasih atas setiap waktu yang telah dilewati bersama serta dukungan dan semangat selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2014 yang telah memberi saran, kritik, dukungan, dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang membangun guna meghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Penulis juga mengharapkan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata, semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa berkenan untuk memberkati dan melindungi kita sekalian.

Medan, 08 Maret 2019 Penulis

Marshal Duva Siahaan 140100154

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstrak ... x

Abstract ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum... ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Demam Berdarah Dengue ... 4

2.1.1. Definisi Dengue... 4

2.1.2. Gejala Penularan DBD ... 6

2.1.3. Gejala Umum Penderita DBD... ... 8

2.1.3.1. Manifestasi Klinis menurut WHO ... 9

2.1.3.2. Gambaran Klinik... ... 10

2.1.4. Cara penularan DBD... ... 13

2.1.5. Faktor yang memperngaruhi kejadian DBD ... 13

2.1.5.1. Agent ... 14

2.1.5.2. Host ... 14

2.1.5.3. Environment ... 14

2.1.6. Penatalaksanaan ... 16

2.1.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD ... 16

2.2. Perilaku... 17

2.2.1. Pengetahuan ... 18

2.2.2. Sikap ... 18

2.2.3 Tindakan ... 19

2.2.4. Indikator Pengetahuan ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Jenis Penelitian ... 21

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 21

(7)

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

3.3.1. Populasi Penelitian... ... 21

3.3.2. Sampel Penelitian ... 21

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 22

3.6. Kerangka Konsep dan Defenisi Operasional... 23

3.6.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

3.6.2. Variabel dan Defenisi Operasional ... 23

3.6.3. Cara Ukur ... 23

3.6.3.1. Pengetahuan ... 23

3.6.3.2. Sikap ... 24

3.6.3.3. Tindakan ... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Hasil ... 25

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 25

4.1.2. Karakteristik Dasar Responden Penelitian ... 25

4.1.3. Pengetahuan Responden ... 25

4.1.4. Sikap Responden ... 27

4.1.5. Tindakan Responden ... 28

4.1.6. Sikap Responden ... 27

4.2. Pembahasan ... 25

4.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ... 25

4.2.2. Pengetahuan ... 29

4.2.3. Sikap ... 32

4.2.4. Tindakan ... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1. Kesimpulan ... 34

5.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 38

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian ... 23

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 23 Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan

Status Kepegawaian ... 25 Tabel 4.2. Definisi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan

Responden Mengenai DBD di Sekolah Menengah Atas

Negeri 5 Medan ... 26 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan

Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai DBD ... 26 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden

Berdasarkan Pertanyaan 1,2,3 dan 4 Pengetahuan Mengenai DBD ... 27 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Kategori Sikap

Responden Mengenai DBD di Sekolah Menengah Atas

Negeri 5 Medan ... 28 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Kategori Sikap

Responden Mengenai DBD Jawaban Tiap Pertanyaan ... 28 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Tindakan

Responden Mengenai DB ... 28 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Tindakan

Responden Mengenai DB ... 29

(10)

DAFTAR SINGKATAN

BHK : Baby Hamster Kidney DSS : Dengue Shock Syndrome HLA : Human Leukocyte Antigen WHO : World Health Organization AI : Angka Insidensi

DBD : Demam Berdarah Dengue DD : Demam Dengue

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

PSN-DBD : Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue TPA : Tempat Penampungan Air

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 39

Lampiran 2 Kuesinoer Penelitian ... 40

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Master Data Penelitian ... 44

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Calon Subjek Penelitian ... 45

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 46

(12)

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Di kota Medan sendiri penyakit DBD masih mempunyai angka insidensi (AI) yang tinggi. Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku pendidik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai DBD pada guru-guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan tahun 2018. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dengan besar sampel sebanyak 90 orang.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2019 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (83,3%) dengan sebagian besar berpendidikan S1 (61,1%). Didapatkan sikap yang paling banyak dari responden termasuk dalam kategori sedang (63,3%) dan tindakan responden terbanyak termasuk dalam kategori sedang (83,3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan guru-guru termasuk dalam kategori sedang. Diharapkan dari hasil penelitian ini pemerintah dan puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama guru-guru melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, DBD, Guru-guru

(13)

ABSTRACT

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a major problem of infectious diseases in various parts of the world. In Medan, DHF still has a high incidence rate (AI). To be able to prevent DHF, one of the factors that influence is the behavior of educators. The purpose of this study was to

determine the level of knowledge, attitudes and actions regarding dengue fever among teachers at Medan State High School 5 in 2018. This research method is quantitative with a sample size of 90 people. This research was conducted from February to April 2019 and data were collected using a questionnaire. The results of this study indicate that the majority of respondents have a moderate level of knowledge (83.3%) with most of them have an undergraduate degree (61.1%). The attitudes obtained the most from respondents are in the medium category (63.3%) and the actions of the most respondents are included in the moderate category (83.3%). The conclusion of this study is that the level of knowledge, attitudes and actions of teachers is included in the medium category. It is hoped that from the results of this study, the government and health centers can increase public knowledge, especially teachers, through counseling with more effective methods.

Keywords: Knowledge, Attitudes, Actions, DHF, Teachers

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit menular yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang ke seseorang lainnya melalui perantara ataupun tidak, salah satunya penyakit yang bisa menularkan melalui perantara yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus ataupun plasmodium melalui perantara nyamuk yaitu penyakit malaria dan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue).

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan sering menimbulkan wabah (Depkes RI, 1995). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan bahkan makin merajalela dengan pemanasan global.

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.

WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta penduduk dunia /terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal (WHO, 2008).

Penyakit demam berdarah penyebarannya sangat luas hampir di semua daerah tropis diseluruh dunia. Di Indonesia sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan

(15)

penyakit ini masih cukup tinggi terutama di Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2011 Kota Medan menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak mencapai 21 persen dari jumlah nasional. Jumlahnya mencapai 28.373 dari total 137.469 kasus DBD di Indonesia pada 2008. Sedangkan selama periode januari-februari 2019 mengalami penurunan sebanyak 4.290.

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus yang hidup bertahan di alam (arthropod-borne viral) melalui kontak biologis, yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, penyakit ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan (Djunaedi, 2006).

Cara penularan penyakit DBD terjadi secara propagatif yaitu virus dengue berkembang biak dalam tubuh nyamuk Aedes (Gandahusada, dkk, 2000). Jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan berkembang biak dalam tubuh orang itu selama 4-7 hari sehingga dapat sebagai sumber penularan.

Dalam waktu satu minggu setelah digigit nyamuk tersebut, orang tersebut akan dapat menderita penyakit demam berdarah dengue. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit DBD, dan belum ada obat obatan khusus untuk pengobatannya. Dengan demikian pengendalian DBD tergantung pada pengendalian nyamuk Aedes (Depkes RI, 2005).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian, dapat dirumuskan suatu masalah dalam penulisan penelitian ini, yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru-Guru Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

3 2

(16)

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

1.3.2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan guru-guru tentang tanda atau gejala Demam Berdarah Dengue (DBD).

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru-guru tentang penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Untuk mengetahui kategori sikap guru-guru tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).

3. Diketahuinya Tindakan guru-guru Tentang Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD).

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Dapat memberikan pengalaman pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas nantinya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan guru-guru tentang DBD.

3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan refrensi bagi penelitian selanjutnya oleh peneliti lain.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEMAM BERDARAH DENGUE 2.1.1. Definisi dengue

Dengue adalah penyakit virus mosquito borne yang persebarannya paling cepat. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi penyakit meningkat tiga puluh kali dan menyebar secara geografis ke negara yang sebelumnya belum terjangkit.

Menurut data WHO 1955-2007, didapatkan lima puluh juta infeksi Dengue setiap tahunnya dan terdapat 2,5 miliar orang yang hidup di negara endemis. Penyakit ini ditemukan pada daerah tropis dan sub tropis, terutama pada daerah perkotaan dan area semi-urban (WHO, 2009).

Dari 2,5 miliar populasi masyarakat di negara endemis, sekitar 1,8 miliar tinggal di daerah Asia Tenggara dan Pasifik barat. Di daerah Asia Tenggara, Dengue telah menjadi masalah kesehatan publik di Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang diketahui daerah beriklim tropis dan memiliki lokasi di zona equatorial, tempat dimana Aedes Aegypti menyebar secara merata baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. DBD telah menjadi penyakit berpotensi tinggi menjadi penyebab kematian pada anak. Di Indonesia Dengue pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia.

Dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, jumlah penyebaran dan daerah persebarannya pun meningkat, dan hingga sekarang sudah menyebar luas ke seluruh daerah di Indonesia. Menurut data Depkes RI, sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan penyebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota menjadi 32 dan 382 kabupaten/kota pada tahun 2016. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, dari 58 kasus pada tahun 1968 menjadi 158.912 kasus pada tahun

(18)

2009. Dengue di Indonesia memiliki siklus epidemik setiap sembilan hingga sepuluh tahunan.

Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, diluar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Menurut Mc Michael, perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, kelembaban suhu, arah udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap perkembangan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes, malaria dan lainnya.

Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.

Kasus DBD perkelompok umur dari tahun 1993-2009 terjadi pergeseran. Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur <15 tahun, di tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar kasus DBD cenderung pada kelompok umur ≥15 tahun. Dan bila dilihat distribusi kasus dilihat berdasarkan jenis kelamin pada tehun 2008, presentase laki-laki dan perempuan hampir sama. Jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki adalah 10.463 orang dan perempuan berjumlah 8.991 orang.

Hal ini menggambarkan bahwa risiko tinggi terkena DBD untuk laki-laki dan perempuan hampir sama, tidak tergantung jenis kelamin. Berikut ini persentase kasus DBD berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008.

Berdasarkan angka insidensi (AI) suatu daerah dapat dikategorikan termasuk dalam risiko tinggi, sedang dan rendah.Dikatakan risiko tinggi bila AI > 55 per 100.000 penduduk, risiko sedang bila AI 20-55 per 100.000 penduduk dan risiko rendah bila AI < 20 per 100.000 penduduk. Angka Insidensi tertinggi dicapai di provinsi yang umumnya berada di pulau Jawa dan Bali, namun angka kematian tertinggi umumnya berasal dari provinsi yang berada di luar pulau Jawa dan Bali.

5

(19)

Menurut data Dinas Kesehatan, selama periode 2011-2016, provinsi Sumatera Utara sebenarnya merupakan daerah yang dimasukkan dalam kategori risiko sedang pada tahun 2013. Namun sebelumnya pada tahun 2011 Sumatera Utara masuk kedalam kategori risiko tinggi.

2.1.2. Gejala penularan DBD

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropad-borne virus atau virus yang disebabkan oleh arthropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flavivirade. Flavivirus ini berukuran diameter 40 nanometer, dapat berkembang biak dengan baikpada berbagai macam kultur jaringan. Baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya BHK (Baby Hamster Kidney) maupun sel-sel arthropoda misalnya sel Aedes albopictus.

Ada empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3, dan 4. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indonesia. Di daerah endemik DBD, seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang bersamaan.

Epidemiologi dengue disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu virus, manusia, nyamuk. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan/urban) maupun Aedes Albopictus (di daerah pedesaan/rural). Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur- telurnya.

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-7 hari dan orang tersebutakan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.

6

(20)

Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat diantaranya:

1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat berkembangbiak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah.

Macam-macam tempat penampungan air :

a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti:

drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan lain-lain.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:

tempat minuman burung, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas dan lain-lain

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain (Depkes RI, 1992).

2. Kesenangan nyamuk menggigit

Nyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Berbeda dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.

3. Kesenangan nyamuk istirahat

Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila berada 7

(21)

di tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapa menetas lebih cepat (Depkes RI, 2005).

Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapat pada bejana-bejana di dalam rumah maupun di luar rumah. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :

a. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih.

b. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah.

c. Jarak terbang ± 100 m dan nyamuk betina bersifat multiple biters.

d. Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.

2.1.3. Gejala umum penderita DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyerang anak usia sekolah maupun orang dewasa, ditandai dengan gejala awal yaitu :

a. Demam mendadak serta timbulnya tanda dan gejala klinis yang tidak khas.

b. Terdapat kecenderungan terjadinya shock yang berakibat kematian.

Hemostatis yang abnormal dan kebocoran plasma adalah merupakan perubahan patofisiologis yang paling mencolok disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan temuan yang selalu ada.

Gejala umum Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi sebagai berikut : a. Demam Tinggi.

b. Fenomena pendarahan Hepatomegali.

c. Sering disertai kegagalan sirkulasi atau trombositopenia ringan atau sedang yang disertai hemokonsentrasi.

Perubahan patofisiologis utama menentukan derajat penyakit DBD. DBD biasanya diawali dengan meningkatnya suhu tubuh secara mendadak disertai dengan memerahnya kulit muka dan gejala klinik tidak khas lainnya seperti :

a. Tidak nafsu makan.

b. Muntah.

c. Nyeri kepala.

d. Nyeri otot dan persendian.

8

(22)

Keluhan-keluhan beberapa pasien DBD antara lain : a. Nyeri tenggorok dan pada pemeriksaan faring.

b. Rasa tidak enak di daerah epigastrum.

c. Nyeri tekan pada lengkung iga kanan.

d. Rasa nyeri perut yang menyeluruh.

e. Suhu badan tinggi mencapai 40º Celsius berlangsung selama 2-7 hari, dan kemudian menjadi normal atau subnormal dan dapat disertai kejang demam.

2.1.3.1. Manifestasi klinis menurut WHO

Kasus DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis yaitu:

a. Demam tinggi.

b. Perdarahan terutama perdarahan kulit.

c. Hepatomegali.

d. Kegagalan peredaran darah.

Pada tahun 1975 WHO menyusun patokan dalam diagnosis klinis pada penderita DBD yaitu :

1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan termasuk setidak-tidaknya uji Tourniquet positif dan salah satu bentuk lain seperti petekie, purpuria, ekinosis, epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.

3. Pembesaran hati.

4. Tanpa atau disertai renjatan.

5. Trombositopenia.

6. Hemokonsentrasi yang dapat ditafsikan dengan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalessen.

9

(23)

2.1.3.2. Gambaran klinik 1. Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue kedalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.

2. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menjadi suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang, dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.

3. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi pada kulit. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain (misalnya campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (tifus abdominalis) dan lain-lain (Depkes RI, 2001).

Selain itu bentuk perdarahan lainnya dapat berupa keluarnya darah dari hidung (epistakis), perdarahan saluran cerna seperti muntah darah (Sadikin, 2002).

4. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba meskipun pada anak kekurangan gizi, hatipun sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatoegali dan hati teraba kenyal,harus di perhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.

5. Renjatan (syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta sianosis disekitar mulut.

Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

10

(24)

Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.

Manifestasi renjatan pada anak terdiri atas :

a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan, dan hidung

b. Kuku menjadi biru, kegagalan sirkulasi insufien yang menyebabkan peninggian aktifitas simpatikus secara refleks.

c. Apati, sopor, dan koma akibat kegagalan sirkulasi serebral.

d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang

e. Tekanan sistolik pada anak turun menjadi 80 mmHg atau kurang.

f. Ologuria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri renalis.

6. Pembesaran Hati

Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan berat penyakit.

Nyeri tekan sering kali di temukan tanpa disertai ikterus. Hati pada anak berusia 4 tahun dan atau lebih dengan gizi baik biasanya tidak dapat diraba. Kewaspadaan perlu ditingkatkan pada anak yang hatinya semula tidak dapat diraba pada saat masuk rumah sakit dan selama perawatan hatinya menjadi lebih dan kenyal, karena keadaan ini menunjuk ke arah erjadinya renjatan. Pembasaran hati dilaporkan ditemukan sekitar 64,4%

pada bagian anak di rumah sakit. Menurut WHO (1997) yang memberi pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit.

7. Klinis Berat Penyakit

1. Demam mendadak tinggi.

2. Derajat I : demam dengan uji bendung +.

3. Perdarahan (termasuk uji bendung +).

4. Derajat II, derajat I + perdarahan spontan seperti petekie, epitaksis, hematemesis, dan lain-lain.

5. Derajat III: nadi cepat dan lemah, tekanan darah tak terukur.

11

(25)

6. Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba.

7. Syok : nadi kecil dan cepat.

8. Gejala Klinik Lain

Nyeri epigastrum, mual, batuk, Atropapil, muntah-muntah, diare, maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.

9. Diagnosa Laboratoris

a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000/mmHg.

b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih.

10. Derajat Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) a. Derajat I (Ringan)

1. Bila Demam mendadak 2-7 hari yang disertai gejala klinis tidak khas

2. Satu-satunya gejala perdarahan yang paling ringan adalah hasil uji tourniquet yang positif.

b. Derajat II (Sedang)

Gejala yang timbul pada DBD derajat I di tambah perdarahan spontan biasanya dalam bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lainnya. Epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.

Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin.

c. Derajat III (Berat)

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan: denyut, nadi yang cepat dan lemah. Menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta kondisi pasien menjadi gelisah.

d. Derajat IV (Berat Sekali)

Syok DSS (Dengue Shock Syndrome) berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah yang tidak terukur.

12

(26)

2.1.4. Cara penularan DBD

Virus dengue ditransmisikan dari manusia ke manusia oleh gigitan nyamuk.

Manusia adalah hospes definitif dari virus tersebut. Ditemukan juga bahwa di daerah hutan Malaysia dan Afrika, monyet menjadi hospes utama dari virus ini. Aedes aegypti adalah vektor nyamuk yang paling efisien dalam menyebarkan virus dengue karena kebiasaan hidupnya. Nyamuk betina mencari menggigit manusia di siang hari.

Setelah menggigit manusia yang terjangkit virus dengue, Aedes aegypti dapat menularkan dengue secara segera setelah menggigit manusia yang sudah terinfeksi atau setelah menunggu waktu inkubasi (8-10 hari) sehingga virus telah bertambah banyak di kelenjar ludah nyamuk. Sekali terinfeksi, selama daur hidup nyamuk (30-45 hari) dapat tetap menginfeksi manusia. Nyamuk Aedes lain yang memiliki kemampuan menularkan dengue adalah Aedes albopitecus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris.

Masing-masing spesies punya distribusi geografik yang berbeda dan spesies- spesies tersebut kurang efisien dalam menyebarkan dengue dibanding dengan Aedes aegypti.

Menurut WHO ada tiga siklus penyebaran virus Dengue :

1) Siklus Enzootik : siklus penularan yang terjadi antara monyet-Aedes- monyet yang dilaporkan terjadi di Asia Selatan dan Afrika. Virus tidak bersifat patogenik bagi monyet . Keempat serotip dari dengue mampu menulari monyet.

2) Siklus Epizotik : virus dengue menyilang ke primata dari kondisi epidemik manusia. Perpindahan tersebut dijembatani oleh vektor.

3) Siklus Epidemik : siklus epidemik terjadi antara manusia-Aedes aegypti- manusia. Kontinuitas siklus ini bergantung pada tinggi titer virus pada manusia yang memberikan kemampuan meneruskan transmisi ke nyamuk.

2.1.5. Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD

Menurut segitiga epidemiologi, suatu penyakit termasuk DBD dapat timbul akibat pengaruh dari 3 faktor berikut :

13

(27)

2.1.5.1. Agent

Agent merupakan penyebab infeksi, dalam penyakit DBD disebabkan oleh virus. Sedangkan vektornya merupakan nyamuk Aedes. Virus Aedes mampu bermultiplikasi pada kelenjar ludah dari nyamuk Aedes Aegypti. Maka pengontrolan terhadap virus dengue dapat dilakukan dengan pengontrolan vektornya yakni nyamuk Aedes. Jumlah kepadatan vektor Aedes dalam suatu daerah dapat menjadi patokan potensial penyebaran DBD.

2.1.5.2. Host

Terjadinya penyakit DBD pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada host itu sendiri.

Kerentanan terhadap penyakit DBD dipengaruhi oleh imunitas dan genetik.

1. Imunitas

Status imunitas dari host merupakan komponen penting yang menentukan perkembangan penyakit DBD. Ditemukan kejadian DBD meningkat pada kasus:

a. Anak yang pernah terinfeksi dengue

Fase akut dari dengue mampu menghasilkan imunitas homotypic jangka lama. Selain itu, dalam beberapa penelitian menyebutkan dapat terjadi imunitas yang bersifat cross reactive heterotypic. Namun jika antibodi dari imunitas cross reactive heterotypic tersebut memudar dan gagal menetralkan virus Dengue dalam infeksi sekunder. Antibodi tersebut menjadi mampu memacu pathogenesis penyakit sehingga dapat terjadi demam berdarah dengue.

b. Bayi dengan maternal dengue antibody yang minim.

Pasif IgG dengue antibody dari ibu jika dimiliki oleh bayi dibawah umur 1 tahun dalam taraf dibawah level penetralisir virus, memiliki kapabilitas meningkatkan replikasi virus sehingga dapat terjadi demam berdarah dengue pada infeksi primer.

14

(28)

2. Genetik

Sebuah penelitian oleh J.F.P Wagenaar, dkk, telah membuktikan keterlibatan beberapa HLA (Human Leukocyte Antigen) dan polimorfisme genetik umum dapat mempengaruhi kerentanan terhadap DBD.

Keberagaman tersebut mampu memberikan kerentanan atau ketahanan kepada host terhadap virus dengue. Berikut ini sifat yang diberikan oleh gen HLA tertentu :

a. Ketahanan terhadap virus :

HLA alel class 1 : A29, A33, B13, B14, B44, B 52, B62, B76, B77.

b. Kerentanan terhadap virus :

a) HLA alel class 1 : A1, A2, A24, B blank, B46, B51.

b) HLA alel class 2.

c) Fc gamma-reseptor.

d) Vitamin D reseptor.

2.1.5.3. Environment

Pengaruh dari lingkungan yang mendukung berkembangnya virus ataupun vektor dari penyakit DBD antara lain :

1. Geografis dan Iklim

Dengue utamanya ditemukan di daerah tropis. Karena Vektornya yaitu nyamuk Aedes membutuhkan iklim yang hangat. Ketinggian juga merupakan faktor penting dalam distribusi nyamuk Aedes. Di Asia Tenggara ketinggian 1000-1500 meter di atas permukaan laut merupakan batas penyebaran nyamuk Aedes.

2. Faktor lingkungan lain

Kebersihan lingkungan, kondisi tempat penampungan air, dan kondisi tempat pembuangan sampah menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan nyamuk Aedes. Kondisi tersebut dapat dihindari dengan perilaku pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dalam lingkungan sekolah, hendaknya dapat dilakukan oleh setiap guru-guru sekolah.

15

(29)

2.1.6. Penatalaksanaan

Setiap pasien yang diduga menderita Demam Dengue (DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) sebaiknya dirawat terpisah dengan pasien penyakit lain, yakni padakamar yang bebas nyamuk (diberi kelambu) (Hendarwanto, 2001).

Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (Depkes RI, 2001).

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan sekolah jika ada salah satu atau lebih siswa/i ataupun guru diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti susu, teh, atau oralit.

Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan juga obat penurun panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat (Depkes RI, 1995)

2.1.7. Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD

Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas, sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya maka harus dilaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 1995).

PSN-DBD bisa dilaksanakan melalui penggunaan insktisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes Aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai sekarang ini. Cara penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk, yaitu temephos (abate). Cara penggunaan abate ialah dengan menebarkan pasir abate (sand granules) ke dalam sarang-sarang nyamuk Aedes aegypti.

16

(30)

Adapun cara PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida disebut 3M, yakni langkah pertama adalah menguras TPA minimal seminggu sekali karena pekmbangan telur untuk menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Langkah kedua adalah menutup rapat TPA, dan langkah terakhir dari 3M yakni membersihkan halaman rumah dari barang-barang yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti bersarang atau bertelur (Hendarwanto, 2001).

2.2. PERILAKU

Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat mempengaruhi perilaku, yaitu faktor genetik (keturunan) dan faktor lingkungan. Faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Faktor Lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons).

Ia membedakan bahwa ada dua respon yakni : 1. Respondent response

Respondent response ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan- rangsangan tertentu. Respon-respon yang timbul umumnya relatif tetap.

2. Operant response

Operan response ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme.

Perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan makanan serta lingkungan.

17

(31)

Menurut Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakitnya.

c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3 domain namun tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas yakni pengetahuan, sikap dan tindakan.

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

Pengetahuan tahu kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

2.2.2. Sikap

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahuli sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

b. Kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu konsep.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap terdiridari beberapa tingkatan, antara lain:

a. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.

18

(32)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Mengahrgai (valuing)

Mengajak oranglain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya.

Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.2.3. Tindakan

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yakni:

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan meilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided rensponse)

Dapat Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

19

(33)

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

d. Adopsi

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.2.4. Indikator pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:

a. Pengethauan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda -tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba dsb, pentingnya istirahat cukup, relaksasi dsb.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan (Notoadmojo, 2003).

20

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan etik, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan dan berasal dari teori yang telah dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban beserta skornya.

3.2. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan, Jalan Pelajar no. 17, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai April 2019.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru sekolah menegah atas negeri 5 medan sebanyak 90 orang.

3.3.2. Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling dimana setiap unit populasi menjadi sampel.

n = N Keterangan :

N = Jumlah Populasi n = Jumlah sampel

Maka jumlah sampel adalah sebanyak 90 orang.

(35)

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi dan responden yang dapat diperoleh dari Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

Terlebih dahulu kuisioner telah dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuisioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid).

Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner tersebut. Adapun metode korelasi yang biasa dipakai adalah metode korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat menggunakan SPSS untuk mengujinya. Untuk itu item-item pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas, didapati 7 pertanyaan yang valid untuk pengetahuan dan 5 pertanyaan yang valid untuk sikap.

3.5. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama adalah editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua adalah coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah ketika mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga adalah entry yaitu memasukkan data dari kuisioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 12.0, tahap keempat adalah cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan. Untuk mendeskripsikan data demografi, perilaku guru-guru mengenai pencegahan penyakit DBD dilakukan perhitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

22

(36)

3.6. KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.6.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.6.2. Variabel dan defenisi operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, tindakan dan sumber informasi mengenai DBD di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

Tabel 3.1. Definisi Operasional No. Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui responden

mengenai DBD

Kuisioner

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

2. Sikap

Tanggapan atau reaksi responden

mengenai DBD

Kuisioner

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

3. Tindakan

Segala sesuatu yang telah dilakukan

responden mengenai DBD

Kuisioner

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

Ordinal

3.6.3. Cara ukur 3.6.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 7 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, dan jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

DBD

23

(37)

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut :

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >7).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7).

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <4).

3.6.3.2. Sikap

Sikap responden diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah responden diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut.

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu

<2.

3.6.3.3. Tindakan

Tindakan responden diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah responden diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut :

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu

<2.

24

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan guru-guru tentang penyakit DBD di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan, dimana penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Februari-April 2019. Penelitian ini diikuti 90 orang guru- guru yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang tertuang di kuesioner.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan guru-guru tentang penyakit DBD, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden yang berada di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

4.1. HASIL

4.1.1. Gambaran umum daerah penelitian

Ditinjau dari geografisnya Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan berada di belakang stadion Teladan, tepatnya di Jalan Pelajar no. 17 Medan.

4.1.2. Karakteristik dasar responden penelitian

Mayoritas responden mempunyai pendidikan terakhir dijenjang S1 yaitu 55 orang (61,1%). Status Kepegawaian terbanyak dari subjek penelitian ini adalah PNS yaitu sebanyak 69 orang (76,7%).

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan Status Kepegawaian.

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Pendidikan Terakhir

S1 55 61,1

S2 25 38,9

Status Kepegawaian

PNS 69 76,7

Honorer 21 23,3

Total 90 100

(39)

4.1.3. Pengetahuan responden

Dari tabel 4.2 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai DBD dapat dilihat hanya 5 orang (5,6%) yang pengetahuannya dikategorikan baik dan sebagian besar responden yakni sebanyak 75 orang (83,3%) termasuk ke dalam kategori sedang.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai DBD di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 5 5,6

Sedang 75 83,3

Kurang 10 11,1

Total 90 100

Dari tabel 4.3, dapat dilihat bahwa sebanyak 80 responden (88,9%) telah mengetahui bahwa gejala DBD salah satunya adalah nyeri otot dan bintik-bintik merah dan sebanyak 73 responden (81,1%) mengetahui bahwa orang yang terkena DBD sebaiknya dipasangi kelambu agar nyamuk tidak menggigit orang tersebut dan meyebarkannya ke orang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya pengetahuan guru-guru mengenai penyebab DBD yakni hanya 13 orang (14,4%) yang menjawab virus dan mengetahui pembesaran hati sebagai gejala DBD yaitu (17,2%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai DBD

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah n (%) n (%)

1. Menngetahui penyebab DBD 13 14,4 77 85,6

2. Mengetahui ciri demam DBD 31 34,4 59 65,6

3. Mengetahui cara penvegahan DBD 31 34,4 59 65,6 4. Mengetahui penanganan awal pasien tersangka

DBD selama di rumah

33 36,7 57 63,3 5. Mengetahui bahwa penyakit DBD dan DD

adalah penyakit yang berbeda dari hal gejala dan prognosa

71 78,9 19 21,1

6. Mengetahui bahwa orang yang terkena DBD perlu dipasang kelambu

73 81,1 17 18,9 7. Mengenal gejala DBD

 Demam dan sakit kepal 58 64,4 32 35,6

 Nyeri otot dan bintik-bintik merah 80 88,9 10 11,1

 Perdarahan (mimisan/ perdarahan gusi/ BAB berdarah)

39 43,3 51 56,7

 Pembesaran hati 16 17,2 74 82,2

26

(40)

Pada tabel 4.4 dijabarkan jawaban responden pada pertanyaan pengetahuan nomor 1, 2 , 3 dan 4. Didapati hanya 13 orang (14,4%) yang bisa menjawab virus sebagai penyebab DBD dan 74 orang (82,2%) menjawab DBD disebabkan oleh nyamuk. Sebanyak 37 (41,1%) orang menjawab suhu tinggi yang terus menerus merupakan ciri demam pada DBD dan 31 (34,4%) orang menjawab ciri demam pada DBD adalah mendadak tinggi. Sebagai tatalaksana awal pasien tersangka DBD selama di rumah, ada 33 orang (36,7%) yang menjawab mengkompres dan memberi obat penurun demam dan 53 orang (58,9%) memilih memberikan jus jambu biji merah.

T abel 4.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan 1, 2, 3 dan 4 Pengetahuan Mengenai DBD

Item Pertanyaan Frekuensi (n) Persentasi (%)

Penyebab DBD

Virus 13 14,4

Bakteri 3 3,3

Nyamuk 74 82,2

Ciri demam pada DBD

Mendadak tinggi (awalnya sehat-sehat saja) 31 34,4

Suhu tinggi terus menerus 37 41,1

Suhu naik pada sore hari disertai keringat malam

22 24,4

Cara mencegah terkena DBD

Pemberian vaksin 23 25,6

Mandi dengan air bersih 7 7,8

Membunuh nyamuk penular DBD 60 66,7

Penanganan awal pasien tersangka DBD selama di rumah

Memberi antibiotik dan jamu 4 4,4

Mengkompres dan memberi obat penurun panas

33 36,7

Memberikan jus jambu biji merah 53 58,9

4.1.4. Sikap responden

Hasil penelitian menunjukkan responden yang mempunyai sikap sedang dalam penelitian ini sebanyak 57 orang (63,3%) dan hanya 14 orang (15,6%) yang mempunyai sikap kurang.

27

(41)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kategori Sikap Responden Mengenai DBD di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan

Sikap Frekuensi (n) Persentasi (%)

Baik 19 21,1

Sedang 57 63,3

Kurang 14 15,6

Total 90 100

Sebanyak 72 orang (80%) bersikap tidak setuju akan menguras bak mandi jika sudah kotor saja dan begitu responden tidak setuju dengan pernyataan selama bak mandi bersih, tidak menguras bak mandi sebanyak 67 orang (74,4%).

Sedangkan sebanyak 70 orang (77,8%) bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan dan 55 orang(61,1%) bersikap hanya menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai DBD Berdasarkan Jawaban Tiap Pernyataan.

No Item Pernyataan Sikap yang Diharapkan

Sesuai Tidak Sesuai

n (%) n (%)

1. Saya akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan lingkungan saya.

20 22,2 70 77,8

2. Saya akan menguras bak mandi jika sudah kotor saja.

72 80 18 20

3. Saya hanya akan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah.

35 38,9 55 61,1

4. Selama bak mandi saya bersih, saya tidak menguras bak mandi.

67 74,4 23 24,6 5. Saya masih menyimpan botol-botol

bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat.

44 48,9 46 51,1

4.1.5. Tindakan responden

Dari 5 pertanyaan untuk mengukur tindakan responden tentang DBD, didapat 75 orang (83,3%) dikategorikan tindakannya sedang dan 5 orang (5,6%) yang tindakannya termasuk kategori baik.

28

(42)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Tindakan Responden Mengenai DBD.

Tindakan Frekuensi (n) Persentasi (%)

Baik 5 5,6

Sedang 75 83,3

Kurang 10 11,1

Total 90 100

Tindakan responden yang mayoritas dikategorikan sedang, diketahui melakukan pemberian air minum yang sebanyak-banyaknya jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD sebanyak 81 orang (90%) dan telah memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD sebanyak 78 orang (86,7%). Namun hanya ada 65 orang (72,2%) yang melakukan pengkompresan jika ada salah satu anggota yang diduga terkena DBD dan masih ada 18 orang (20%) yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk sekurang-kurangnya seminggu sekali.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Mengenai DBD.

No Item Pertanyaan Tindakan

Benar Salah

n (%) n (%)

1. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk sekurang-kurangnya seminggu sekali

72 80 18 20

2. Melakukan pengkompresan jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD

65 72,2 25 27,8 3. Melakukan pemberian air minum sebanyak-

banyaknya jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD

81 90 9 10

4. Memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD

78 86,7 12 13,3

5. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air 75 83,3 15 16,7 28 29

Gambar

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pelatihan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa Di SDN Wirogunan I

Penelitian ini menggunakan metode analitik cross sectional untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan tindakan pencegahan penyakit demam

Sebanyak 90,4% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang DBD dan pencegahannya, 98,6% responden memiliki sikap positif terhadap pencegahan DBD.. Sebanyak

Hasil penelitian tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dapat

dengan melibatkan masyarakat sebagai responden guna mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan periaku masyarakat terhadap kejadian DBD di Kabupaten Banjar

Tingkat Pengetahuan, Sikap, Tindakan (Perilaku) Masyarakat Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kalimantan Selatan.. Achmadi, Umar Fahmi,

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan observasi lingkungan dengan perilaku pencegahan DBD, namun ada hubungan yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) OLEH KEPALA KELUARGA di SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR