• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PADA KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGAWASAN PADA KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PADA KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN

Oleh :

DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN MEDAN, 26 November 2010

(2)

Konservasi untuk Perikanan Berkelanjutan

POTENSI

• Wilayah

• SD Hayati

• SD Non Hayati

• Jasa Lingkungan

• Sosial - Kultural

PELUANG

Mega-biodiversity

Competitive Advantage

Backward and forward linkage

Renewable resources

•Investasi-efisiensi tinggi

Locally based-global orientation

TANTANGAN : HARMONISASI

• Kelestarian Lingkungan

• Ekonomi

KONSERVASI SUMBERDAYA

IKAN, KP3K

MASALAH

• Kemiskinan

• SDM

• Pencemaran

• Tangkap Lebih

• Destructive fishing

• Illegal fishing

• Over fishing

• Rawan bencana

• Konservasi Ekosistem

• Konservasi Jenis dan Genetik

• Pembinaan dan Penguatan SDM

• Penguatan Kebijakan, Peraturan dan Pedoman

• Kerjasama (Lokal, Regional, Internasional) GOAL

• Sustainable Fisheries

• Sustainable Prosperity for Communities

(3)

Target Direktorat KTNL 2010-2014:

Terkelolanya secara berkelanjutan kawasan

konservasi 15,5 Juta hektar dan 15 biota perairan yang dilindungi

MISI KKP: MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN

(4)

ASPEK REGULASI TERKAIT KONSERVASI

 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

 UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

 UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan  UU no 45/2009

 PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan

 Permen KP no. Per.17/Men/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

 Permen KP No. 20/MEN/2008 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya

 Permen KP No. Per.02/Men/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan

 Permen KP No. Per.03/Men/2010 tentang Tata Cara Penetapan Perlindungan Jenis Ikan

 Permen KP No. Per.04/Men/2010 tentang Pemanfataan Jenis dan Genetika Ikan

(5)

Konservasi Sumberdaya ikan

“Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan” (PP 60 thn 2007)

Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

“Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya” (UU 27 thn 2007)

PENGERTIAN KONSERVASI

(6)

• Konservasi Kawasan

• Konservasi Jenis Ikan

KEGIATAN

KONSERVASI SDI

Meliputi :

(7)

TIPE-TIPE KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

UNDANG-UNDANG 31 TAHUN 2004 BESERTA TURUNANNYA

UNDANG-UNDANG 27 TAHUN 2007 BESERTA TURUNANNYA

1. TAMAN NASIONAL PERAIRAN 2. TAMAN WISATA PERAIRAN 3. SUAKA ALAM PERAIRAN 4. SUAKA PERIKANAN

1. KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL , terdiri dari:

- Suaka Pesisir; Suaka Pulau Kecil; Taman Pesisir; dan Taman Pulau Kecil

2. KAWASAN KONSERVASI MARITIM, terdiri dari:

- Daerah Perlindungan Adat Maritim; dan Daerah Perlindungan Budaya Maritim.

3. KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN 4. SEMPADAN PANTAI

*) KKP dan SEMPADAN PANTAI diatur dengan PERMEN tersendiri.

TIPE EKOSISTEM PENTING YANG DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI:

laut, padang lamun, terumbu karang, mangrove (bakau), estuari, pantai, rawa, sungai, danau, waduk, embung, dan, ekosistem perairan buatan.

(8)

TAHAPAN PENETAPAN

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN/KKP (DAERAH)

INISIATIFPERENCANAANOPERASIONAL

- KRITERIA SELEKSI KKP - ANALISIS DATA

- SURVEI POTENSI - Pelaksana :

- Konsultan, Perg.Tinggi,

SURAT KEPUTUSAN Bupati / Walikota / Gubernur (DAERAH) Nasional o Menteri

-Mencakup : Batas Luar Kawasan (ditunjukkan dalam PETA –

Lapiran SK)

- Penetapan Batas / Zonasi - Kelembagaan

- Site Plan, design enginering dll - Infrastruktur

Menteri

Workshop, Sosialisasi dan

Fasilitasi Pemantapan

USULAN INISIATIF CALON KKP

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN POTENSI CALON KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN

PENUNJUKAN KAWASAN KONSERVASI

(PENCADANGAN)

MANAJEMEN PLAN (RENCANA PENGELOLAAN)

PENETAPAN

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

Workshop, Sosialisasi dan Fasilitasi Pemantapan Workshop, Sosialisasi dan Fasilitasi Pemantapan

(9)

Luas Kawasan Konservasi Perairan Laut di Indonesia

No Kawasan Konservasi Jumlah Kawasan Luas (Ha)

A Inisiasi Kemhut 32 4.694.947,55

Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30

Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00

Suaka Margasatwa Laut 5 5.678,25

Cagar Alam Laut 6 154.480,00

B Inisiasi KKP dan Pemda 54 9.082.727,31

Taman Nasional Perairan (TNP Laut Sawu) 1 3.521.130,01 Suaka Alam Perairan (limpahan Dephut) 3 445.630,00 Taman Wisata Perairan (limpahan Dephut) 5 278.354,00 Kawasan Konservasi Perairan Daerah 45 4.837.613,30

Jumlah Total 76 13.777.674,86

Keterangan

Selain itu ada beberapa upaya Konservasi Kawasan Perairan yang diinisiasi oleh DKP melalui : a. Program COFISH berupa Suaka Perikanan sebanyak 3 kawasan seluas 453.23 Ha

b. Program CRMP dan COFISH berupa DPL dan DPM sebanyak 25 kawasan seluas 2.085,90 Ha

(10)

ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

Zona Inti, diperuntukan :

a.perlindungan mutlak habitat & populasi ikan, serta alur migrasi biota laut;

b.perlindungan ekosistem pesisir yg unik dan/atau rentan thd perubahan;

c.perlindungan situs budaya tradisional;

d.penelitian; dan/atau e.pendidikan

Zona Perikanan Berkelanjutan, diperuntukan :

a.perlindungan habitat dan populasi ikan;

b.penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan;

c.budidaya ramah lingkungan;

d.pariwisata dan rekreasi;

e.penelitian dan pengembangan; dan/atau f.pendidikan.

Zona Pemanfaatan, diperuntukan :

a. perlindungan habitat dan populasi ikan;

b. pariwisata dan rekreasi;

c. penelitian dan pengembangan; dan/atau

d. pendidikan. Zona Lainnya, diperuntukan :

zona tertentu antara lain zona rehabilitasi

PP 60/2007 tentang KSDI

(11)

PENGATURAN KONSERVASI PADA UU 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PPK

Pasal 29

a. Zona inti;

b. Zona pemanfaatan terbatas; dan

c. Zona lain sesuai dengan peruntukkan kawasan.

(12)

ZONASI KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIl

Zona Inti, diperuntukan :

a.perlindungan mutlak habitat & populasi ikan, serta alur migrasi biota laut;

b.perlindungan ekosistem pesisir yg unik dan/atau rentan thd perubahan;

c.perlindungan situs budaya/adat tradisional;

d.penelitian; dan/atau e.pendidikan

Zona Pemanfaatan Terbatas, diperuntukan :

a.perlindungan habitat dan populasi ikan;

b.pariwisata dan rekreasi;

c.penelitian dan pengembangan; dan/atau d.pendidikan.

Zona Lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan;

Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu.

PERMEN 17/2008

(13)

KEGIATAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

PERIZINAN

1. Izin penelitian dan Pengembangan pada KKP 2. Izin Pendidikan pada KKP

3. Izin Usaha Pembudidayaan Ikan pada KKP 4. Izin Kegiatan Wisata Alam Perairan

5. Izin Pengusahaan Wisata Alam Perairan 6. Izin penangkapan di zona perikanan

berkelanjutan dalam kawasan konservasi perairan

(14)

Pemanfaatan KKP untuk Penangkapan Ikan

(Pasal 31 PP 60 Tahun 2007)

• Dilakukan di zona perikanan berkelanjutan.

• Wajib memiliki izin. Diberikan oleh Menteri, gubernur,

bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai kewenangannya.

• Dalam memberikan izin penangkapan ikan antara lain mempertimbangkan:

– daya dukung dan kondisi lingkungan sumber daya ikan;

– metoda penangkapan ikan; dan – jenis alat penangkapan ikan.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin

penangkapan ikan di zona perikanan berkelanjutan dalam kawasan konservasi perairan diatur dengan peraturan Menteri.

(15)

Pemanfaatan KKP untuk Pembudidayaan Ikan

(Pasal 32 PP 60 Tahun 2007)

• Dilakukan di zona perikanan berkelanjutan.

• Wajib memiliki izin. Diberikan oleh Menteri, gubernur,

bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai kewenangannya.

• Dalam memberikan izin pembudidayaan ikan pada kawasan konservasi perairan, antara lain, mempertimbangkan:

– jenis ikan yang dibudidayakan;

– jenis pakan;

– teknologi;

– jumlah unit usaha budidaya; dan

– daya dukung dan kondisi lingkungan sumber daya ikan.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin

pembudidayaan ikan di zona perikanan berkelanjutan dalam kawasan konservasi perairan diatur dengan peraturan Menteri.

(16)

Pemanfaatan KKP untuk Pariwisata Alam Perairan

(Pasal 33 PP 60 Tahun 2007)

• Dapat dilakukan di zona pemanfaatan dan/atau zona perikanan berkelanjutan.

– kegiatan wisata alam perairan; dan/atau – pengusahaan pariwisata alam perairan.

• wajib memiliki izin, diberikan oleh Menteri, gubernur,

bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin

pariwisata alam perairan di zona pemanfaatan dan/atau

zona perikanan berkelanjutan dalam kawasan konservasi

perairan diatur dengan peraturan Menteri.

(17)

Pemanfaatan KKP untuk Penelitian dan Pendidikan

(Pasal 34 PP 60 Tahun 2007)

• Dapat dilakukan di zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, maupun zona lainnya.

• wajib memiliki izin. Diberikan oleh Menteri, gubernur,

bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya.

• Orang asing dan/atau badan hukum asing yang akan melakukan kegiatan penelitian dalam kawasan konservasi perairan dapat

diberikan izin setelah memenuhi persyaratan perizinan penelitian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin

penelitian dan pendidikan dalam kawasan konservasi perairan diatur dengan Peraturan Menteri.

(18)

menebang mangrove di Kawasan konservasi untuk kegiatan

industri, pemukiman, dan/atau kegiatan lain

menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem

mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau Zona budidaya yang tidak

memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil

LARANGAN

Pasal 35 UU 27/2007

(19)

• Melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan

dan/atau merugikan Masyarakat

• Melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial dan/atau budaya

menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya;

• Melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila

secara teknis dan/atau ekologis dan/atau sosial dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran

lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya

• Melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau merugikan Masyarakat sekitarnya.

LARANGAN (Pasal 35 UU 27/07)

(20)

KEGIATAN PENGAWASAN

PPNS

Pengawasan dilakukan melalui kegiatan penjagaan dan/atau patroli oleh pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang menangani bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil

PENJAGAAN PATROLI

PERMEN 17/2008

(21)

MELANGGAR PASAL 35 UU 27/07

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

SANKSI PIDANA (Pasal 73 UU 27/07)

(22)

KONSERVASI JENIS IKAN

Ikan adalah segala jenis

organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada dilingkungan perairan

Penggolongan Jenis Ikan terdiri atas :

• Jenis Ikan yang dilindungi

Dilindungi Peraturan Perundang-undangan Nasional (PP 7/1999)

 Dilindungi Hukum/Konvensi internasional yang dirativikasi

(CITES)

• Jenis Ikan yang tidak dilindungi

Tidak dilindungi Peraturan Perundang-undangan Nasional

 Dilindungi Hukum/Konvensi internasional yang dirativikasi (CITES)

(23)

JENIS IKAN YANG DILINDUNGI

Status Jenis Ikan yang dilindungi ditetapkan oleh Menteri Tatacara status perlindungan jenis ikan diatur dengan Peraturan Menteri No 3 Tahun 2010

Spesies Keterangan

Scleropages formosus (Arwana Super Red) Appendix I & PP No 7 Tahun 1999 Scleropages jardinii (Arwana Irian) PP No 7 Tahun 1999

HippocampusSpp. (Kuda Laut) (9 spesies) Appendix II & IUCN (9 spesies) Karang Hasil Transplantasi

Cheilinus undulatus(Napoleon Wrasse) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999 Latimeria menadoensis (Coelacanth) Appendix I & PP No 7 Tahun 1999

Famili Dolphiniidae Appendix I & PP No 7 Tahun 1999

Orchaela brevirostris(Pesut Mahakam) Pristis microdon(Hiu Gergaji) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Rincodon typus (Hiu paus) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Pristis Spp. (Pari sentani) Appendix I & PP No 7 Tahun 1999 Charcharodon carcharias (Basking shark) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999 Penyu (6 Spesies Famili Dermochelidae dan Cheloniidae) Appendix I & PP No 7 Tahun 1999 Famili Balaenopteridae (3spesies) :

1 Balaenoptera musculus (paus biru) 2 Balaenoptera physalus(finback-whale) 3 Megaptera novaeangliae(Paus Bongkok)

Appendix I & PP No 7 Tahun 1999 Famili Cetacea (semua spesies family cetacean) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Dugong dugon (Dugong) Appendix I & PP No 7 Tahun 1999

(24)

Kura-kura :

1. Carettochelys insculpta(kura-kura irian/moncong babi) 2. Orlitia Borneensis(kura-kura gading)

3. Chelodina mccordi(kura-kura rote leher ular) 4. Notochelys platynota(kura-kura rote leher ular) 5. Malayemys subtrijuga(kura-kura rote leher ular)

Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Famili Ziphiidae (semua spesies family Ziphiidae) Appendix I & PP No 7 Tahun 1999 Labi-labi :

1. Batagur baska(Tuntong) 2. Chitra indica(Labi-labi besar)

3. Amyda cartilagenea(Labi-labi, Asiatic softshell)

Appendix I ( Batagur baska), Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Reptilia (Buaya)

1. Crocodylus novaguineae(buaya air tawar irian) 2. Crocodylus porosus(buaya muara)

3. Crocodylus siamensis(buaya siam)

4. Tomistoma schlegelii(senyulong, buaya sapit)

Appendix I & PP No 7 Tahun 1999

Anthipates Spp. (Semua jenis coral hitam) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Sceractinia spp. (karang batu) Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Bivalvia

1. Nautilus pompillius (Nautilus berongga) 2. Tachipleus gigas (ketam tapak kuda) 3. Hippopus hippopus(kima tapak kuda) 4. Hippopus porcellanus(kima cina) 5. Tridacna crocea (kima kunia) 6. Tridacna derasa(kima selatan) 7. Tridacna gigas(kima raksasa) 8. Tridacna maxima ( kima kecil)

9. Tridacna squamosa(kima sisik, kima seruling)

Appendix II & PP No 7 Tahun 1999

Molusca

1. Charonia tritonis(triton trompet) 2. Cassis cornuta(kepala kambing) 3. Trochus niloticus(susu bunder)

4. Turbo marmoratus(batu laga, siput hijau)

Appendix II (Turbo marmoratus dan Trochus niloticus) & PP No 7 Tahun 1999

Homaloptera Gymnogaster (Selusur maninjau) PP No 7 Tahun 1999

Notopterus Spp. (Belida jawa) PP No 7 Tahun 1999

Chitala lopis (belida) PP No 7 Tahun 1999

Puntius microps (wader goa) PP No 7 Tahun 1999

JENIS IKAN YANG DILINDUNGI

(25)

CITES (Convention on Internasional Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)

Perdagangan internasional TSL (Tumbuhan Satwa Liar) berkontribusi besar terhadap punahnya

berbagai jenis TSL sehingga perlu dikendalikan

CITES

Kesepakatan antar negara/pemerintah (legally binding) tentang perdagangan internasional TSL, diadopsi pada pertemuan di Washington DC, USA tanggal 3 Maret 1973 (dihadiri oleh 80 negara) dan berlaku mengikat (enter into force) sejak Juli 1975.

(26)

26

Ketentuan Pokok CiTES

Perdagangan internasional dilaksanakan melalui sistem permit yang dikeluarkan oleh CITES

management authority

Appendiks I dilarang diperdagangkan, sementara Appendiks II dan III dapat diperdagangkan tetapi dengan kontrol yang ketat

Representative parties to CITES bertemu secara

reguler (2-3 tahun sekali) dalam Conference of The Parties/COP untuk melakukan review pelaksanaan CITES, prosedur dan amandemen Appendiks CITES

Operasional pelaksanaan CITES dikoordinasikan oleh Sekretariat CITES yang bernaung di bawah UNEP

(27)

27

Appendiks I CiTES

Dugong Penyu

Arwana Super red

Ikan Raja Laut

(28)

Appendiks II CiTES

Labi-Labi

Napoleon

Kuda Laut Karang

(29)

PEMANFAATAN JENIS DAN GENETIK IKAN

Kegiatan :

a) Litbang

b) Pengembangbiakan c) PERDAGANGAN

d) Aquaria

e) Pertukaran

f) Pemeliharaan untuk kesenangan

Tata Cara Pemanfaatan Jenis dan Genetik Ikan diatur dalam Permen No. 04 Tahun 2010

DILINDUNGI TIDAK

DILINDUNGI

Pemanfaatan a - e dpt dilakukan pengambilan dari alam.

Pemanfaatan f hanya dpt dilakukan hasil pengembangbiakan

(30)

KEGIATAN PENGENDALIAN KONSERVASI JENIS IKAN

PENGENDALIAN

1. Pemeriksaan kesesuaian dokumen perizinan 2. Pemeriksaan barang dipintu keluar/masuk

peredaran

KUOTA PERIZINAN

 Izin Ambil

 SAI

 BAP Rekomendasi LIPI

(31)

Jenis Perizinan

• Pemanfaatan jenis ikan wajib

izin dari Menteri.

• Jenis :

a. Surat izin penelitian dan pengembangan;

b. Surat izin pengembangbiakan;

c. Surat izin perdagangan;

d. Surat izin aquaria;

e. Surat izin pertukaran;

f. Surat izin pemeliharaan untuk kesenangan; dan g. Surat izin pengambilan ikan dari alam.

(32)

KEGIATAN PENGAWASAN

LOKASI KEGIATAN PENGAWASAN

 Dilakukan oleh pengawas perikanan dan dapat mengikutsertakan masyarakat

 Monitoring pelaksanaan kegiatan pengambilan/pengembangbiakan jenis ikan

 Pengecekan kesesuaian dokumen perizinan dengan realisasi, yang meliputi jenis, jumlah, Lokasi pengambilan dll

 Patroli bersama

 Lokasi pengambilan ikan dari alam

 Lokasi pengembangbiakan

 Lokasi Pemeliharaan

 Lokasi mata rantai peredaran ikan

(33)

Menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau

bahan lain yang merusak Ekosistem terumbu karang;

Menambang terumbu karang yang menimbulkan

kerusakan Ekosistem terumbu karang;

Menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang

merusak Ekosistem terumbu karang;

Mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi;

LARANGAN

Pasal 35 UU 27/2007

(34)

Penambangan terumbu karang adalah pengambilan terumbu karang dengan sengaja untuk digunakan sebagai bahan bangunan, ornamen aquarium, kerajinan tangan, bunga karang, industri dan

kepentingan lainnya sehingga tutupan karang hidupnya kurang dari 50% (lima puluh persen) pada kawasan yang diambil.

Menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan Ekosistem

terumbu karang;

Penambangan Terumbu Karang

(35)

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib

mematuhi ketentuan mengenai:

 Ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap;

 Suaka perikanan;

 Jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan,

dimasukkan, dah dikeluarkan ke dan dari wilayah Republik Indonesia

 Jenis ikan yang dilindungi.

Setiap orang yang melanggar ketentuan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua

ratus lima puluhjuta rupiah)

SANKSI PIDANA (Pasal 100 UU 31/04)

(36)

SANKSI ADMINISTRATIF (PERMEN 04/10)

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi

pidana.

Sanksi administratif dapat berupa:

peringatan tertulis;

pembekuan izin;

pencabutan izin; dan/atau

denda.

Sanksi administratif dijatuhkan oleh pemberi izin pemanfaatan sesuai dengan kewenangannya.

Denda administratif tersebut huruf d merupakan

penerimaan negara bukan pajak yang disetorkan ke kas negara.

Pasal 41

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode Simple Additive Weighting (SAW) dalam membuat aplikasi sistem pengambilan keputusan penentuan siswa- siswi bermasalah pada SMK Negeri 1 Cikarang Pusat telah berhasil

Pada gambar 3 memperlihatkan bahwa dianta ra k om oditi pe rk ebunan y ang diperda gangkan di pa sar nagari, terutama dilakukan oleh generasi pertama dan kedua

Pada penentuan pengaruh decocta daun lidah buaya dengan dosis 2,5 ml pada hewan coba kelompok II terhadap penurunan kadar rata-rata glukosa darah menunjukkan bahwa tidak ada

Penelitian Sebelumnya yang judul “Aplikasi AHP sebagai model sistem pendukung keputusan pemilihan tempat kuliah di Bangka Belitung” seminar nasional Aplikasi

Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk untuk kerja atau menerapkan metode  pengendalian kubus (gerobak dengan

Setiap penghasilan yang diterima atau diperoleh atas kegiatan usaha yang dilakukan dapat diklasifikasikan sebagai objek pajak dan pihak otoritas negara mana yang

Dari pencitraan melaui reality TV PM, cerita yang dinarasikan telah mentranskodekan tema kemiskinan melalui bangunan struktur narasi, dimana bangunan tersebut menarasikan