• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN OPERASI HITUNG PADA PECAHAN DENGAN ANIMASI PROGRAM POWER POINT. Oleh: T. Wakiman. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN PEMAHAMAN OPERASI HITUNG PADA PECAHAN DENGAN ANIMASI PROGRAM POWER POINT. Oleh: T. Wakiman. Abstract"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

169

MENINGKATKAN PEMAHAMAN OPERASI HITUNG PADA PECAHAN DENGAN ANIMASI PROGRAM POWER POINT

Oleh:

T. Wakiman

Abstract

This research aims to increase the understanding of the operation concept on fractions by demonstration using animation with power point program.

This research is a classroom action research with students in S.6B class year 2006 Elementary School Teacher Education. The class has 41 students. Research data emerged as score of the understanding of the operation on fractions were collected by test. Pretest held before circle 1 and post-test are conducted at the end of circle. Qualitative data are collected by observation. Observation data and score test are used as reflection matter for establishing the next circle. Research data were analyzed by descriptive analysis technique that was computed the minimum, the maximum, the mean score, and the standard deviation.

The result of the research shows that the animation by power point program can increase the understanding of the operation concept on fractions. That was shown by the mean score. The mean score of pre-test was 9.8 (23.33%), of the post-test at circle 1 was 18.94 and of the post-test at circle 2 was 28.64 (68.19%).

The operation on fractions consists of addition, subtraction, multiplication and division. The observation showed that the use of animation by power point program can increase the students’ attention, seriousness and enthusiasm in learning.

Key words: the operation concept on fractions, animation by power point program

PENDAHULUAN

Hasil penelitian Kristina Wijayanti dan Endang Listyani (1994:vi) menyimpulkan bahwa kemampuan memahami konsep, mengklasifikasi dan memahami prinsip dari mahasiswa PGSD Reguler dan mahasiswa PGSD Penyetaraan Tatap Muka masih tergolong rendah, jauh dari harapan (di bawah 50%).

Hasil penelitian Balitbang Depdikbud untuk bidang matematika yang dilakukan terhadap 216 guru SD di enam propinsi (DKI Jakarta, Jatim, Jateng,

(2)

170

Sumut, Sumsel, dan NTB), menunjukkan bahwa penguasaan materi matematika guru SD di bawah 75 persen, berarti di bawah persyaratan minimum untuk mengajar. Dari 75 soal yang diberikan, guru rata-rata hanya dapat menjawab 43 soal, atau sekitar 57 persen (Kompas, 17 Januari 1996).

Hasil penelitian Wakiman dan Suyatinah (1997: 38) menyimpulkan bahwa mahasiswa PGSD Reguler (Prajabatan) angkatan 1995 memiliki pemahaman yang rendah tentang penggunaan alat peraga dalam pengajaran pecahan.

Persentase mahasiswa PGSD yang memiliki pemahaman rendah tersebut berkisar dari 58,82% sampai 94,12% untuk konsep pecahan dan keempat operasi hitung pada pecahan.

Hasil penelitian Wakiman (2001:20) menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD Prajabatan angkatan 2000 memiliki kemampuan dengan kategori sedang dalam melakukan pengerjaan hitung utama (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) pada bilangan pecah. Persentase mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi hanya 44,3%. Ada berbagai kesalahan yang dijumpai pada pekerjaan mereka, yaitu; (a) kesalahan akibat kurang teliti, (b) kesalahan menerapkan teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, (c) kesalahan mencari pecahan senilai, (d) kesalahan menjabarkan bilangan, (e) kesalahan menerapkan sifat aljabar pada pengurangan, (f) kesalahan menyederhanakan pecahan.

Hasil-hasil penelitian sebagaimana diuraikan di atas menunjukkan bahwa para guru dan calon guru Sekolah Dasar (SD) pada umumnya belum memenuhi syarat utama dan pertama sebagai guru yaitu menguasai bahan ajar yang akan diajarkan. Calon-calon guru seperti itu harus dipersiapkan dengan ekstra keras agar nantinya berhasil dalam pembelajaran matematika.

Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa PGSD akan konsep operasi hitung pada pecahan. Apabila tujuan tersebut tercapai, diharapkan pada gilirannya keterampilan murid-murid SD dalam hal itu juga meningkat.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh sesama dosen pengampu mata kuliah yang sama apabila mereka menghadapi permasalahan yang sejenis. Bagi

(3)

171

ilmu pengetahuan, khususnya pendidikan matematika, hasil penelitian dapat memperkuat teori tentang perlunya peragaan dalam menanamkan suatu konsep matematika yang bersifat abstrak.

Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemahaman tentang Operasi Hitung pada Pecahan adalah bisa meragakan secara tertulis operasi hitung itu dengan menggunakan daerah satuan. Sedangkan bantuan komputer program Power Point maksudnya adalah bahwa penjelasan tentang operasi hitung itu disajikan dengan animasi menggunakan komputer program Power Point.

Pengerjaan hitung utama pada pecahan yang dipelajari di SD ada empat macam yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Secara prinsip, dua besaran atau ukuran dapat dijumlahkan atau dikurangkan bila satuannya sama. Demikian pula pada pecahan dikenal pecahan satuan yang dapat dipandang sebagai satuan untuk pecahan.

Menurut Hirdjan (1977: 11-12), pecahan-pecahan yang pembilangnya 1 (satu) disebut pecahan satuan, misalnya

7 1 ,

9 1,

475

1 . Dengan demikian

7

2 dapat dipandang sebagai 2 satuan di mana satuannya adalah

7

1 (sepertujuh) atau

7 2

sama dengan 2 sepertujuhan;

5

3 sama dengan 3 seperlimaan, dan seterusnya.

Penjumlahan pecahan, misalnya

4 1 +

4

2, berarti 1 seperempatan ditambah 2 seperempatan akan sama dengan 3 seperempatan atau

4

3. Jadi

4 1 +

4 2 =

4 3. Proses seperti itu lebih mudah diterima (masuk di akal) sebab sesuai dengan kenyataan keseharian. Fakta keseharian menunjukkan bahwa 1 kursi ditambah 2 kursi sama dengan 3 kursi. Dalam hal itu satuannya adalah kursi. Tetapi 1 kursi ditambah 2 meja sama dengan ... (bukan 3 kursi dan bukan 3 meja). Persoalan terakhir itu tidak dapat dijawab sebab satuannya berbeda.

Implikasi dari konsep bahwa dua pecahan dapat dijumlahkan (juga dikurangkan) bila memiliki satuan yang sama adalah dua pecahan dapat dijumlahkan (juga dikurangkan) bila penyebutnya sama. Apabila penyebutnya berbeda maka harus disamakan lebih dahulu.

(4)

172

Dari konsep penjumlahan dan pengurangan tersebut lahirlah teknik menjumlahkan dan mengurangkan dua pecahan, yaitu jumlah dua pecahan (yang penyebutnya sama) diperoleh dengan cara menjumlahkan pembilangnya sedangkan penyebut (satuan)nya tetap. Sebagai contoh:

5 2 +

5 3 =

5 3 2

= 5 5. Bila kedua pecahan yang dijumlahkan penyebutnya berbeda maka kedua penyebut itu harus disamakan lebih dahulu (dicari pecahan lain yang ekuivalen dengannya). Sejalan dengan itu untuk pengurangan pada pecahan.

Konsep perkalian pada pecahan adalah sebagai berikut. Sebagai contoh, 3 1

x 4

1 artinya adalah 3 1 dari

4

1 . Oleh karena itu perlu diragakan lebih dahulu 4 1. Bila

menyatakan 1 (satu) maka yaitu bagian yang diarsir, meragakan

4

1 yaitu satu dari empat bagian yang sama.

3 1 dari

4

1 berarti peragaan itu disekat dengan sekat mendatar menjadi tiga bagian yang sama. Gambarnya adalah

Pada gambar itu, 3 1 x

4

1 ditunjukkan oleh daerah-bagian yang diarsir silang (x).

Padahal bagian yang berarsir silang meragakan pecahan 12

1 . Oleh karena itu 3 1 x

4 1 =

12 1 .

Dari konsep perkalian pecahan tersebut lahirlah teknik melakukan perkalian pada pecahan. Pada

3 1 x

4 1 =

12

1 , ternyata pembilang 1 pada 12

1

dapat diperoleh dengan cara mengalikan pembilang 1 pada 3

1 dengan pembilang

1 pada 4

1; penyebut 12 pada 12

1 dapat diperoleh dengan cara mengalikan

penyebut 3 pada 3

1 dengan penyebut 4 pada 4

1 . Oleh karena itulah teknik

4 1 .

(5)

173

mengalikan dua pecahan adalah mengalikan pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut.

Peragaan konsep pembagian pada pecahan didasarkan pada peragaan konsep pembagian pada bilangan cacah dengan pendekatan/situasi pengukuran (Muchtar A. Karim dkk., 1996/1997: 162). Penerapan situasi pengukuran itu pada 2

2 1 :

4 3 =

… dicontohkan Wakiman (1999: 49) sebagai berikut:

1 (kelompok) 1 (kelompok) 1 (kelompok) 3

1 (kelompok)

Apabila setiap daerah persegi yang besar meragakan bilangan 1 maka gambar peragaan baris yang atas meragakan 2

2

1 . Karena pembaginya 4

3 maka peragaan

22

1 itu dikelom-pokkan menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok berisi

4

3 . Ternyata didapat 3 3

1 kelompok. Jadi 2 2 1 :

4 3 = 3

3 1.

Dari contoh 2 2 1 :

4 3 = 3

3 1 atau

2 5 :

4 3 =

3

10 itu, ternyata untuk

mendapatkan hasil 3

10 itu dapat dilakukan dengan cara perkalian yaitu 2 5 x

3 4.

3

4 adalah kebalikan dari 4

3. Jika dihitung, 2 5 x

3 4 =

6 20 =

3

10. Ternyata 2 5 :

4 3 =

3 10 dan

2 5 x

3 4 =

3

10. Jadi 2 5 :

4 3 =

2 5 x

3

4 . Dari situlah lahir teknik pembagian pada pecahan yaitu bahwa suatu pecahan dibagi dengan pecahan

(6)

174

yang lain hasilnya sama dengan pecahan pertama kali kebalikan pecahan kedua.

Hal itu dapat dibuktikan secara matematis.

Meragakan secara benar operasi hitung pada pecahan secara langsung (tanpa bantuan produk teknologi) sudah cukup jelas tetapi mungkin kurang menarik bagi mahasiswa. Penggunaan produk teknologi di samping lebih menarik bagi mahasiswa, juga berarti menghargai penemu produk tersebut.

Program Power Point yang dipadu dengan LCD merupakan produk teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk meragakan operasi hitung pada pecahan sebaik peragaan secara langsung. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya fasilitas Add Effect yang terdiri dari Entrance, Emphasis, Exit, dan Motion Paths.

Dengan adanya empat macam fasilitas tersebut maka peragaan secara virtual bisa ditangkap seolah-olah nyata.

Fasilitas Entrance dapat digunakan pada waktu meragakan penjumlahan pada pecahan. Pecahan tertambah dapat ditampilkan pada suatu saat, sedangkan pecahan penambah pada saat berikutnya secara bertahap. Dengan demikian menjadi jelas mana tertambah dan mana penambah. Sebagai contoh,

8 3 +

8 2 = …

Pada saat pertama, ditampilkan peragaan 8

3, pada saat berikutnya 8

2 , dan proses tersebut dapat diamati dengan jelas.

Untuk menanamkan konsep pengurangan pada pecahan, digunakan fasilitas Entrance dan Exit. Fasilitas Entrance digunakan untuk menampilkan pecahan terkurang (yang dikurangi) sedangkan fasilitas Exit untuk menampilkan pecahan pengurang ketika meninggalkan peragaan.

Untuk memahami konsep perkalian pada pecahan, digunakan fasilitas Entrance secara bertahap. Pada tahap pertama, fasilitas Entrance digunakan untuk menampilkan pecahan terkali. Pada tahap berikutnya, fasilitas yang sama digunakan untuk menyekat-sekat peragaan pecahan terkali menjadi beberapa bagian yang sama sesuai dengan penyebut pecahan pengali. Pada tahap terakhir, fasilitas Entrance juga digunakan untuk menandai beberapa bagian sesuai dengan pecahan pengali.

(7)

175 Sebagai contoh, perkalian pecahan

3 2 x

5

4. Dengan menggunakan fasilitas

Entrance, pada tahap pertama ditampilkan pecahan terkali yaitu 5

4 . Pada tahap

berikutnya, peragaan 5

4 tersebut disekat-sekat menjadi 3 bagian yang sama (3

adalah penyebut dari 3

2). Pada tahap terakhir, ditandai 3

2 dari peragaan 5 4

tersebut.

Untuk memahami konsep pembagian pada pecahan, digunakan fasilitas Entrance dan Motion Paths. Fasilitas Entrance digunakan untuk menampilkan peragaan pecahan terbagi (yang dibagi) sedangkan Motion Paths untuk membuat kelompok-kelompok yang sama besar, masing-masing sebesar pecahan pembagi.

Sebagai contoh, 2 :

43 = … Untuk meragakannya, terlebih dahulu 2 diubah menjadi

4

8 , yaitu pecahan yang penyebutnya sama dengan penyebut pecahan pembagi yakni 4. Dengan menggunakan fasilitas Entrance ditampilkan peragaan pecahan terbagi yakni

4

8 . Kemudian dengan menggunakan fasilitas Motion Paths dibuat kelompok-kelompok yang sama besar (kecuali sisanya). Setiap kelompok tersebut besarnya

4 3 .

Fasilitas Emphasis, sesuai dengan namanya, digunakan bila ada bagian- bagian dari peragaan yang perlu ditekankan. Terdapat banyak pilihan cara untuk menekankan bagian-bagian yang dimaksud, misalnya Change Font, Change Font Size, Change Font Style, Grow/Shrink, Spin, dan sebagainya.

Menurut teori psikologi, khususnya teori belajar, dinyatakan bahwa seseorang harus berbuat dulu (psiko-motorik), baru timbul pemahaman (kognitif), akhirnya timbul sikap (afektif) (Sarlito Wirawan Sarwono, 2005). Oleh karena itu pemahaman akan konsep operasi hitung pada pecahan memerlukan peragaan (psiko-motorik) sebelumnya.

Bruner (Muchtar A. Karim, 1996/1997: 25-26) mengemukakan tiga tahap sajian benda yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Enactive berkaitan dengan benda-benda konkret dalam belajar. Iconic menunjuk pada sajian yang berupa

(8)

176

gambar atau grafik. Symbolic berarti menggunakan kata-kata atau simbol. Dari ketiga tahap sajian itu tahap enactive ditempatkan pada urutan pertama. Hal itu dapat diartikan bahwa peragaan (sajian dengan benda-benda konkret) sebaiknya dilakukan pada tahap pertama.

Brownell (Muchtar A. Karim, 1996/1997: 19) dalam teori belajarnya mendukung penggunaan benda-benda konkret untuk dimanipulasikan sehingga anak-anak dapat memahami makna dari konsep dan keterampilan baru yang mereka pelajari. Hal itu berarti pemahaman suatu konsep didasari peragaan, dalam hal ini penggunaan benda-benda konkret untuk dimanipulasikan.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman suatu konsep, termasuk konsep operasi hitung pada pecahan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, harus didasari peragaan yang oleh Sarlito Wirawan Sarwono disebut psiko-motorik, oleh Bruner disebut tahap enactive, dan oleh Brownell disebut penggunaan benda-benda konkret untuk dimanipulasikan.

Hipotesis penelitian tindakan ini dirumuskan sebagai berikut. Jika disajikan peragaan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada pecahan dengan bantuan komputer program Power Point maka pemahaman mahasiswa terhadap konsep operasi-operasi itu akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Di antara sembilan kelas S1 PGSD angkatan tahun 2006, dipilihlah kelas S.6B sebagai setting penelitian dengan pertimbangan bahwa kelas itu menghadapi masalah seperti diungkapkan pada pendahuluan yaitu hasil pretes menunjukkan skor maksimum 19 dari skor maksimum ideal 42 dan skor rerata 9,8.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 1994: 25). Setiap siklus dari model penelitian tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan yang diobservasi, dan refleksi.

Tahap persiapan penelitian tindakan ini adalah pemberian tes awal tentang materi yang akan diteliti. Tes awal berupa perangkat tes yang terdiri dari

(9)

177

10 butir soal. Tes awal dirancang dalam bentuk uraian sebab sebagian besar soal meminta responden untuk membuat gambar peragaan. Adapun sebaran butir tes dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Sebaran Butir Tes Pemahaman Operasi Hitung pada Pecahan

No.

Urut Aspek dari Pecahan Butir

No. Keterangan

1. Makna/arti pecahan 1 Bentuk soal uraian

2. Peragaan suatu pecahan 2

3. Peragaan pecahan senilai 3 4. Peragaan membandingkan dua

pecahan

4 5. Peragaan penjumlahan pada pecahan 5 6. Penjumlahan dua pecahan yang

penyebutnya berbeda

6 7. Peragaan pengurangan pada pecahan 7 8. Peragaan perkalian pecahan dengan

pecahan

8 dan 9 9. Peragaan pembagian oleh suatu

pecahan

10

Berdasarkan skor hasil pretes, peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep operasi hitung pada pecahan oleh mahasiswa S1 PGSD kelas S.6B perlu ditingkatkan.

Pada siklus I tindakan yang dilakukan adalah peragaan materi dengan disertai contoh yang disajikan dengan bantuan LCD dan animasi dengan program power point. Materi-materi yang disajikan secara animasi adalah (1) arti pecahan sebagai bagian dari suatu keseluruhan, (2) dua pecahan senilai, (3) membandingkan dua pecahan, (4) penjumlahan pada pecahan, (5) pengurangan pada pecahan, (6) perkalian pecahan dengan pecahan, dan (7) pembagian oleh suatu pecahan.

(10)

178

Khusus untuk perkalian dua pecahan disajikan dua contoh sebab secara konseptual,

3 2 x

4

3 tidak sama dengan 4 3 x

3

2 . Ketika seseorang mengatakan

bahwa 3 2 x

4 3 =

4 3 x

3

2 , maka yang dimaksudkannya sama adalah hasilkalinya.

Berikut adalah contoh sajian animasi dengan program Power Point konsep perkalian pada pecahan, misalnya

3 2 x

4

3. Mula-mula ditampilkan sehelai kertas yang meragakan bilangan 1 sebagai berikut.

Untuk meragakan pecahan 4

3 maka sehelai kertas itu disekat menjadi empat bagian yang sama sebagai berikut.

Kemudian tiga bagian di antaranya diarsir sehingga menjadi

Tiga bagian yang diarsir itu meragakan pecahan 4 3.

Dengan animasi program Power Point arsiran pada tiga bagian itu dapat ditampilkan berturutan satu demi satu. Karena pengalinya

3

2 yang penyebutnya 3

maka peragaan 4

3 itu disekat dengan sekat mendatar menjadi 3 bagian yang sama sebagai berikut.

Dengan animasi Power Point, penyekat mendatar itu dapat ditampilkan berurutan.

Selanjutnya, dua dari tiga bagian yang sama itu diarsir silang untuk menunjukkan

3

2 dari peraga 4

3 itu sebagai berikut.

Dengan animasi Power Point, pengarsiran silang itu dapat dilakukan berurutan, misalnya mulai dari baris persegi yang atas. Bagian yang berarsir silang adalah

3 2

(11)

179 dari

4 3 atau

3 2 x

4

3. Padahal bagian yang berarsir silang meragakan pecahan 12

6 .

Jadi 3 2 x

4 3 =

12 6 .

Pelaksanaan tindakan diamati oleh pengamat yang merupakan anggota tim peneliti dengan menggunakan Lembar Observasi.

Siklus I diakhiri dengan tes untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan pemahaman akan materi yang dimaksud jika dibandingkan dengan hasil pretes.

Skor rerata pada akhir siklus I mencapai 18,94 dari skor maksimum ideal 42 atau 45,09%. Hasil pengamatan terhadap mahasiswa menunjukkan bahwa antusiasme dan perhatian mahasiswa tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan siklus II untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman mereka akan materi yang dimaksud.

Tindakan pada siklus II mirip dengan tindakan pada siklus I. Bedanya adalah pada siklus II, tindakan itu ditambah dengan perbuatan oleh subjek penelitian yaitu mereka melakukan peragaan sebagaimana yang mereka lihat pada tayangan LCD. Untuk kegiatan peragaan itu mereka menggunakan lembar-lembar kertas.

Kegiatan peragaan oleh subjek penelitian itu didasari oleh pepatah kuno Cina (Confucius, 551 – 479 BC ) yang dalam bahasa Inggris berbunyi: I hear and I forget, I see anda I know dan I do and I understand.

Pada siklus I, mereka hanya mendengar penjelasan peneliti dan melihat tayangan lewat LCD. Walaupun demikian pemahaman mereka telah meningkat.

Dengan melakukan perbuatan peragaan terhadap apa yang mereka dengar dan lihat, diharapkan pemahaman mereka akan materi yang dimaksud lebih meningkat lagi.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II juga diamati oleh teman peneliti dengan menggunakan Lembar Observasi.

Siklus II juga diakhiri dengan tes. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan pemahaman terhadap materi yang dimaksud.

Penelitian ini menjaring dua macam data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang berupa skor pemahaman konsep operasi hitung

(12)

180

pada pecahan diperoleh melalui tes sedangkan data kualitatif yang berupa perhatian, tanggapan dan sikap mahasiswa diperoleh melalui observasi. Besar atau kecilnya skor suatu butir soal ditentukan oleh banyak atau sedikitnya langkah esensial yang diperlukan untuk sampai kepada jawaban soal itu. Oleh karena itu skor butir-butir soal dapat sama dan dapat pula berbeda. Jumlah skor maksimum ideal 42.

Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu dengan mencari skor minimum, skor maksimum, skor rerata dan simpangan bakunya. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pada siklus I dan II adalah sebagai berikut.

1. Kesungguhan mahasiswa mengikuti pembelajaran berada pada kategori tinggi (siklus I) dan sangat tinggi (siklus II).

2. Keberanian mahasiswa mengajukan pertanyaan atau pendapat berada pada kategori tinggi. Namun pada siklus I ada tambahan catatan yang menyatakan bahwa banyak pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

3. Perhatian mahasiswa terhadap penjelasan dosen berada pada kategori sangat tinggi.

4. Antusiasme mahasiswa dalam menanggapi tugas yang diberikan dosen berada pada kategori tinggi (siklus I) dan sangat tinggi (siklus II).

5. Ketekunan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan berada pada kategori tinggi.

(13)

181

Skor hasil tes baik pretes, tes siklus I maupun tes siklus II disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis Data Pretes, Tes Siklus I, dan Tes Siklus II

No .

Stat.Desk.

Pretes Siklus I

SPSP

Siklus II

SPSS Ket.

Skor Persen Skor Persen Skor Persen

1. Skor Min. 1 2,38 10,5 25 22,62 20 47,62 22,62

2. Skor Maks. 19 45,24 30 71,43 26,19 38 90,48 19,05 3. Skor Rert 9,8 23,33 18,94 45,09 21,76 28,64 68,19 23,10

4. Simp-Bak 3,25 4,19 4,24

Ket. SPSP = Selisih Persentase Siklus I dengan Pretes SPSS = Selisih Persentase Siklus II dengan Siklus I

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana tampak pada tabel 2 di atas, dapat dikemukakan temuan-temuan berikut. Pertama, dilihat dari skor terendah faktual tampak bahwa skor terendah faktual selalu mengalami peningkatan. Skor terendah faktual pada pretes adalah 1, pada siklus I 10,5, dan pada siklus II 20.

Dengan kata lain pemahaman subjek penelitian mengalami peningkatan.

Kedua, dilihat dari skor tertinggi faktual tampak bahwa skor tertinggi faktual selalu mengalami peningkatan. Skor tertinggi faktual pada pretes 19, pada siklus I 30, dan pada siklus II 38. Dengan kata lain pemahaman subjek penelitian mengalami peningkatan.

Ketiga, dilihat dari skor rerata tampak bahwa skor rerata selalu mengalami peningkatan. Skor rerata pada pretes 9,8, pada siklus I 18,94, dan pada siklus II 28,64. Dengan kata lain pemahaman subjek penelitian mengalami peningkatan.

Temuan tersebut sesuai dengan teori Confusius yang telah dikemukakan yang menyatakan bahwa “I hear and I forget; I see and I know; dan I do and I understand”. Skor siklus I yang meningkat dibandingkan dengan skor pretes, diperoleh setelah subjek penelitian hear dan see. Mendengar dan melihat sajian peragaan lewat LCD. Skor siklus II yang meningkat dibandingkan dengan skor siklus I, diperoleh setelah subjek penelitian do selain hear dan see. Yang dilakukan adalah menirukan peragaan yang disajikan lewat LCD.

(14)

182 KESIMPULAN

Penelitian ini sampai pada suatu kesimpulan bahwa penggunaan komputer program Power Point dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung pada pecahan para mahasiswa kelas S.6B PGSD UNY angkatan tahun 2006.

Dengan mendengar dan melihat sajian lewat LCD dan animasi Power Point pemahaman mereka dapat meningkat sebesar 21,76%. Dengan mendengar, melihat, dan membuat peragaan berdasarkan sajian lewat LCD dan animasi Power Point pemahaman mereka dapat meningkat lagi sebesar 23,1%. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa penggunaan komputer program Power Point meningkatkan subjek penelitian dalam hal kesungguhan mengikuti pembelajaran, keberanian mengajukan pertanyaan atau pendapat, perhatian terhadap penjelasan dosen, antusiasme dalam menanggapi tugas yang diberikan, dan ketekunan dalam melaksanakan kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hirdjan (Ed.). (1977). Matematika II untuk Kelas II SPG. Jakarta: Depdikbud.

Kompas. (1996). “Diusulkan, Guru Matematika dan IPA di SD”. Kompas, 17 Januari hlm. 9.

Kristina Wijayanti dan Endang Listyani. (1994). Penguasaan Konsep Matematika Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar. Penelitian. FPMIPA IKIP Yogyakarta.

Muchtar A. Karim dkk. (1996/1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta:

Depdikbud.

Sarlito Wirawan Sarwono. (2005). Bangsa Tak Berakhlak. Kompas, 8 Oktober hlm. 6.

Suwarsih Madya. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

(15)

183

Wakiman, T. dan Suyatinah. (1997). Pemahaman tentang Penggunaan Alat Peraga dalam Pengajaran Pecahan Mahasiswa PGSD IKIP Yogyakarta.

Penelitian. FIP IKIP Yogyakarta.

Wakiman, T. (1999). Perbedaan Pemahaman Penggunaan Alat Peraga dalam Pengajaran Pecahan antara Mahasiswa PGSD Angkatan 1995 dan Angkatan 1996. Penelitian. FIP IKIP Yogyakarta.

Wakiman, T. (2001). Kemampuan Melakukan Pengerjaan Hitung Utama dan Campuran pada Bilangan Pecah Mahasiswa PGSD FIP UNY. Penelitian.

FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Sebaran Butir Tes Pemahaman Operasi Hitung pada Pecahan
Tabel 2. Hasil Analisis Data Pretes, Tes Siklus I, dan Tes Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mean Nilai Pretest dan Post Test Kelas Eksperimen……….

Penelitian ini di laksanakan di Desa Bandar Khalifa, Desa Kolam, dan Desa Bandar Setia di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang di mulai

[r]

Variabel yang diteliti adalah sistem pemeliharaan intensif, sistem pemeliharaan semi-intensif, sistem pemeliharaan ekstensif, bentuk perkandangan berlantai tanah, dan

C Variasi Kue Berbahan Baku Ketela Mulai Digemari Di Jogja (edisi kemarin

Kamus khususnya jamur merang masih sangat potensial untuk dikembangkan // Selain dari keuntungan yang berlipat ganda / kini masyarakat mulai menyukai masakan jamur dan membuat

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa good corporate governance dan struktur kepemilikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting