PENGARUH PENGGUNAAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH
RIYADHUSSOLIHIN
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
SRI MULYA NINGSIH TM.140763
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
i
ii
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada orang yang sangat berarti dalam hidupku. Terutama buat kedua orang tua yang tercinta ayahanda Adnan dan Ibunda Darmawati yang telah dengan sabar mengasuh dan mendidik ananda dengan dasar keislaman dan keimanan kepada Allah SWT, dari lahir hingga dewasa dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus. Untuk menunaikan cita- citanya yang mulia dan suci, agar ananda menjadi anak yang bisa berbakti kepada orang tua dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Buat bibi tercinta Asmiyati dan Kakak-kakakku Alm. Khoiroh, Ahmad Saupi Riyadi, Jannatul Ma’wa, dan Ussisa Aula, yang telah membantu dan memberi motivasi kepada penulis tanpa mereka tidak mungkin aku jadi seperti yang sekarang ini, karena atas jerih payahnya aku bisa berhasil dan terima kasih atas dukungan serta do’anya yang selalu mengiringi perjalananku.
Buat Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2014, terima kasih banyak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, apalagi memberikan masukan, serta semangat serta sarannya. semoga Allah menjaga ukhuwah kita sampai hari pembalasan.
Aamiin……
vi MOTTO
Artinya : “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6). Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain(7)”. (Al Qur’an Dan Terjemah (1990 :1073)).
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk menyempurnakan akhlak dan menjadi rahmat bagi umat manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak. Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2. Ibu Dr. Armida, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Sifuddin Jambi.
3. Ibu Dra. Umil Muhsinin, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.
Sunarto, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaian skripsi ini.
4. Segenap Bapak /Ibu Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan.
5. Validator yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Bapak/ Ibu Guru, Staf TU serta Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi penulis.
viii
ix ABSTRAK
Nama : Sri Mulya Ningsih Program Studi : Tadris Matematika
Judul : Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan
Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin
Skripsi ini membahas tentang pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi lingkaran kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain posstes only control design, sedangkan instrumen penelitiannya dilakukan dengan menggunakan tes berupa soal pilihan ganda. Subjek penelitian ini adalah kelas VIII A sebagai kelas eksperimen berjumlah 27 siswa, dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol berjumlah 26 siswa. Data hasil penelitian diperoleh skor tertinggi di kelas eksperimen 100 dan skor terendah 54, dengan rata-rata 78,92 sedangkan dikelas kontrol diperoleh skor tertinggi 87 dan skor terendah 47 dengan rata-rata 69,26. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji t diperoleh = 4,27 pada taraf signifikan antara 5% diperoleh = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,66 dengan demikian 2,00 < 4,27 > 2,66 sehingga diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
Kata Kunci : Model Reciprocal Teaching, Matematika, Hasil Belajar.
x ABSTRACT
Name : Sri Mulya Ningsih Study Program : Tadris Mathematics
Title : The Effect of Mathematics Learning Using Reciprocal Teaching Model on VIII Grade Mathematics Learning Outcomes in Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin
This thesis discusses the influence of mathematics learning by using reciprocal teaching models on students' mathematics learning outcomes in the VIII grade circle material at Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin. This research is a quantitative research using the design only control design, while the research instrument is done using a test in the form of multiple choice questions. The subjects of this study were class VIII A as an experimental class totaling 27 students, and class VIII B as a control class totaling 26 students. The research data obtained the highest score in the experimental class 100 and the lowest score 54, with an average of 78.92 while in the control class the highest score was 87 and the lowest score was 47 with an average of 69.26. Based on calculations using the t test obtained = 4.27 at a significant level between 5% obtained t table = 2.00 and a significant level of 1% t_ (table) = 2.66 thus 2.00 <4.27> 2.66 so that H_a accepted, meaning that there is a significant effect by using reciprocal teaching learning model on mathematics learning outcomes of eighth grade students in Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
Keywords: Reciprocal Teaching, Mathematics, Learning Outcomes.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
NOTA DINAS ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... v
PERSEMBAHAN ... vi
MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI,KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ... 9
1. Reciprocal teaching ... 9
2. Model pembelajaran langsung ... 13
3. Hasil belajar ... 15
4. Hubungan sebab akibat (pengaruh penerapan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa .... 17
B. Penelitian Yang Relevan ... 18
C. Kerangka Berfikir... 21
D. Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 25
B. Desain Penelitian ... 25
C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26
D. Variabel-variabel dan perlakuan penelitian ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 35
G. Hipotesis Statistik ... 39
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 40
B. Pembahasan hasil penelitian ... 56
BAB V PENUTUP A. kesimpulan ... 59
B. saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
JADWAL PENELITIAN ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
a. Tabel 1.1 hasil ulangan harian matematika siswa kelas VIII
(berdasarkan ketuntasan) ... 5
b. Tabel 3.1 Jumlah Siswa/I Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin ... 26
c. Tabel 3.2 kisi-kisi soal ... 33
d. Tabel 3.3 rubrik penilaian hasil belajar matematika ... 34
e. Tabel 4.1 sebaran data hasil belajar siswa kelas eksperimen ... 42
f. Tabel 4.2 distribusi frekuensi kelas eksperimen ... 43
g. Tabel 4.3 mean, median, modus dan standar deviasi ... 44
h. Tabel 4.4 sebaran data hasil belajar siswa di kelas kontrol... 47
i. Tabel 4.5 distribusi frekuensi kelas kontrol ... 49
j. Tabel 4.6 mean, median, modus dan standar deviasi kelas kontrol ... 49
k. Tabel 4.7 distribusi frekuensi ... 54
l. Tabel 4.8 phi koofisien korelasi ... 55
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. gambar 1.1 lembar hasil jawaban siswa kelas VIII ... 4
2. gambar 2.1 paradigma penelitian ... 17
3. gambar 2.2 arah korelasi positif ... 18
4. gambar 2.3 kerangka berfikir ... 23
5. gambar 4.1 grafik frekuensi kelas eksperimen ... 45
6. gambar 4.2 grafik frekuensi kelas kontrol ... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Pengumpulan Data ... 1
2. Instrumen Test Sebelum Uji Validitas ... 2
3. Instrumen Test Setelah Uji Validitas ... 6
4. Tabel Data Penolong Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal Tes ... 9
5. Uji Homogenitas Populasi ... 10
6. Uji Validitas Soal ... 19
7. Tabel Hasil Uji Validitas ... 21
8. Uji Reliabel Test ... 22
9. Uji Tingkat Kesukaran Tes ... 23
10. Uji Pembeda Soal ... 24
11. Uji Homogenitas Soal ... 25
12. Uji Normalitas Data ... 30 13. Tabel Nilai Koofisien Rho Dari Spearman ...
14. RPP ...
15. kartu konsultasi ...
16. Daftar Riwayat Hidup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Peranan matematika sangatlah penting dalam menunjang kemajuan pendidikan di Indonesia. Hal ini dirasakan bahwa matematika secara langsung dapat membantu kemajuan ilmu dan teknologi, begitu pentingnya peranan matematika sehingga perlu diberi perhatian yang lebih besar terhadap pembelajaran matematika di sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas bahkan di Perguruan Tinggi sekalipun.
Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan belajar yang menekankan hubungan sistematik antara berbagai komponen didalam pengajaran. Hubungan sistematik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam pembelajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk satu kesatuan.
Komponen pembelajaran diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai tenaga pengajar sangat dituntut agar mampu menggunakan dan menempatkan model pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Tidak satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan model pembelajaran. Fungsi model pembelajaran itu adalah sebagai alat perangsang yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, sehingga hasil belajar pun akan lebih baik karena materi pembelajaran sangat abstrak.
Pada mata pelajaran matematika misalnya yang sangat berperan penting membantu mata pelajaran lain seperti : ekonomi, fisika, kimia, dan lainnya.
Penguasaan matematika yang baik akan menjadi dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran lainnya. Menyadari akan pentingnya matematika maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan hasil pendidikan
matematika, jika pendidikan matematika meningkat maka hasil belajar siswa akan meningkat juga. salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang pengajar adalah dengan memperhatikan model pembelajaran yang digunakan, karena dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Semakin bagus nilai hasil belajar matematika siswa, maka semakin tinggi pula keberhasilan dalam proses pembelajaran matematika.
Proses pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya pembelajaran matematika cenderung monoton dan tidak menarik. Proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru, siswa pada umumnya cenderung pasif hanya menerima saja informasi-informasi yang diberikan guru, siswa lebih banyak mendengar, menulis apa yang di informasikan guru dan latihan mengerjakan soal. Dampak yang timbul dari pembelajaran seperti ini akan dirasakan langsung oleh siswa sehingga siswa bosan dan pembelajaran tidak menarik, bahkan dari hasil pengamatan, siswa memperlihatkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat, dan kurang siap dalam mengikuti pembelajaran matematika. Dampak lanjutan dari proses pembelajaran seperti ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Slameto (2010) mengemukakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Adapun proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antar peserta didik dengan guru. Hasil belajar yang maksimal dapat juga diperoleh lewat interaksi antar peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan tetapi juga
keterampilan. Dalam proses belajar tidak hanya fokus pada menghafal tetapi juga mengamati, melakukan dan berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya.
Setelah proses belajar mengajar berakhir, selanjutnya dilakukan beberapa rangkaian tes untuk menguji hasil belajar. Menurut Agus Suprijono (2009 : 5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk pengetahuan baru dan evaluation (menilai).
Menurut Nasrun Harahap, Hasil belajar dapat dikriteriakan menurut tingkat penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Misalnya dalam proses belajar mengajar siswa menguasai materi 80%-100% dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa sangat tinggi. Apabila hanya 75%-80% dapat dikatakan hasil belajar siswa sedang. Jika 55%-75% dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa rendah. Dan jika 31%-54% maka dapat dikatakan hasil belajar siswa sangat rendah.
Disisi lain, dalam pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihi Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Sarolangun, realita yang dapat dilihat melalui observasi awal yang peneliti dapatkan melalui kunjungan ke Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Sarolangun dari tanggal 10 oktober 2017-14 oktober 2017 ditemui dampak dari pelaksanaan pembelajaran matematika berupa hasil belajar matematika siswa
mengalami ketimpangan, dimana siswa memperoleh hasil belajar yang rendah.
Model yang digunakan dalam pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa lebih pasif selama dalam proses pembelajaran.
Kondisi seperti ini terjadi dikarenakan siswa pada saat pembelajaran berlangsung masih banyak yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing yang tidak berhubungan dengan pembelajaran sehingga siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit dimengerti. Ditemukan guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional yang membuat guru sebagai pusat pembelajaran. Sehingga ketika dilakukan evaluasi, banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.
Realita ini dapat dilihat dari lembaran jawaban siswa, berikut ini :
Gambar 1.1 lembar hasil jawaban siswa kelas VIII
Pada gambar 1.1 terihat bahwa siswa belum mampu memahami soal sehingga siswa tidak mampu menjawab soal yang dimaksud secara benar.
Gambar diatas merupakan salah satu contoh jawaban siswa yang
menggambarkan rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VIII di MTs Riyadhussolihin. Di samping itu masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah. Oleh karena itu banyak nilai matematika siswa yang kurang memuaskan yang dapat diihat dari nilai ulangan yang terdapat pada tabel di bawah ini, nilai hasil ulangan masih banyak di bawah rata-rata.
Tabel 1.1 hasil ulangan harian matematika siswa kelas VIII (berdasarkan ketuntasan)
Kelas Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas VIII A 68,92 % 31,08 % VIII B 69,97 % 30,03 %
(sumber : guru matematika MTs Riyadhussolihin)
Dari Tabel 1.1 di atas terlihat ketimpangan yang terjadi dalam hasil belajar matematika siswa. Untuk itu Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, perlu penerapan suatu model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa menurut peneliti adalah model reciprocal teaching.
Model Reciprocal Teaching (Pendekatan Pengajaran Terbalik) merupakan suatu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar. dengan pengajaran terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan- keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu system scaffolding. Secara bertahap dan berangsur-angsur guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran yang lebih banyak kepada siswa dalam kelompok. Hal ini tentunya dapat menambah kemampuan siswa dalam berpikir untuk belajar matematika dan akibatnya hasil belajar akan meningkat.
Model pembelajaran reciprocal teaching menurut Al-Hafizh memiliki beberapa kelebihan yakni melatih kemampuan siswa belajar mandiri sehingga siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan, melatih siswa untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada pihak lain dengan demikian penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih siswa tampil di depan umum, orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah dengan demikian kemampuan bernalar siswa juga semakin berkembang, dan mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Asri Julian Supriyani menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan penggunaan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Mts Negeri Lubuklinggau.
Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti ingin menguji kebenaran teori tentang pembelajaran reciprocal teaching dengan membuktikan melalui eksperimen yang dilakukan pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Sarolangun”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan siswa tidak diajak untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika sehingga siswa menjadi jenuh yang mengakibatkan cara belajar siswa menjadi tidak efektif.
2. Hasil belajar matematika siswa masih banyak yang kurang tuntas dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti serta menghindari keluasan penelitian dan agar tidak menyimpang dari ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini penulis membatasi hanya menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching pada pembelajaran Matematika sub pokok Lingkaran di kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin
2. Skor hasil belajar matematika siswa penulis dapatkan dari hasil tes pada siswa setelah siswa diajarkan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching pada mata pelajaran matematika dalam ranah kognitif
3. Seluruh siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin yang menjadi populasi penelitian ini karena berdasarkan penelitian awal dan uji homogenitas hanya kelas VIII yang berdistribusi homogen
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar matematika siswa, untuk lebih terarah maka penelitian ini dilakukan melalui sub rumusan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar skor hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan Model Reciprocal Teaching di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin ?
2. Seberapa besar skor hasil belajar matematika siswa yang menggunakan Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin ?
3. Seberapa besar perbedaan skor hasil belajar kelas eksperimen dan skor hasil belajar kelas kontrol ?
4. Seberapa besar pengaruh penggunaan model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar matematika siswa ?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Ingin membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching (X) dengan hasil belajar matematika siswa (Y).
b. Ingin menjawab pertanyaan seberapa besar skor penggunaan model Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar matematika siswa (apakah pengaruhnya sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah).
c. Untuk mendapat kepastian bahwa antara penggunaan model pembelajaran Reciprocal Teaching dan hasil belajar matematika siswa terdapat pengaruh yang signifikan.
2. kegunaan Penelitian a. bagi siswa
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam memecahkan soal-soal pada mata pelajaran matematika dalam hal perhitungan.
b. Bagi guru
Untuk mempermudah guru matematika dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa di MTs Riyadhussolihin Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Sarolangun dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.
16 BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian dalam bidang pendidikan, sebagai mana mestinya penelitian yang memerlukan landasan dalam berpikir dan menganalisa sebagai upaya untuk menyusun kerangka teori. Penulis menggunakan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam skripsi ini, sehingga nantinya dalam pembahasan akan mudah dipahami serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
1. Reciprocal Teaching
Abad 21 teori pembelajaran mengalami pergeseran paradigma yang selama ini lembaga sekolah mengarah tujuan pembelajaran pada teori perilaku. Kemudian seiring dengan perkembangan pengetahuan, seni, dan teknologi para pakar pembelajar menyadari bahwa proses pembelajaran yang dilakukan adalah menciptakan peserta didik belajar mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar menjadi dirinya sendiri (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama-sama (learning to life).
Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan peserta didik mampu menyajikannya di depan kelas sehingga diharapkan, tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan peserta didik dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. (Reski Awaliyah, 2015 hal. 6)
Aprita (2009) mengatakan Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran menggunakan paham konstruktivisme. Prinsip konstruktivisme adalah suatu prinsip dalam pengajaran yang mengharuskan siswa belajar dengan cara membangun pengetahuannya. (Rovi Afriana, 2017 hal. 431)
Murniati (2014) mengatakan Model pembelajaran Reciprocal Teaching merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara murid
berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik-baiknya. Model pembelajaran Reciprocal Teacing merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid agar lebih aktif.
Menurut Ann Brown pada model Reciprocal Teaching, siswa diajarkan empat strategi pemahaman mandiri yaitu merangkum, mengajukan pertanyaan dan penyelesaianya, mengklarifikasi atau menjelaskan serta memprediksi bahan ajar. Rincian dari empat strategi pemahaman mandiri tersebut sebagai berikut :
1) Merangkum ( summarizing). Pada strategi pemahaman ini siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan membuat ikhtisar tentang informasi-informasi penting dari suatu bahan ajar yang telah dibaca. Bahan ajar tersebut dapat diringkas oleh siswa dalam bentuk kalimat-kalimat maupun paragraf-paragraf yang dibuat sendiri.
2) Mengajukan pertanyaan (question generating). Pada strategi pemahaman ini siswa memikirkan pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari apa yang dibaca dan meyakinkan dapat menjawab pertanyaan tersebut.
3) Mengklarifikasi (clarfying). Pada strategi pemahaman ini siswa mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari bagian bacaan dan selanjutnya memeriksa apakah kita berhasil membuatnya masuk akal.
4) Memprediksi (predicting). Strategi pemahaman ini terjadi ketika para siswa memprediksi (menduga) apa yang akan mungkin dibahas oleh penulis pada bagian tulisan selanjutnya. ( Noorliani, 2013 : 36)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Reciprocal Teaching merupakan strategi dalam pembelajaran yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika. Adapun penerapan dalam pembelajaran matematika yaitu :
1) Klarifikasi
Setelah bahan teks bacaan diberikan, ini dapat berupa teks mengenai konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada contoh ini, misalnya teks mengenai lingkaran, sesuai dengan topiknya pada tahap ini. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familiar. Maka dibuat pertanyaan apakah mereka mengerti arti kata
atau konsep baru dalam teks.contoh : “apa yang dimaksud dengan jari- jari?”
2) Prediksi
Pada tahap ini pembaca diajar untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya, jelas diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan terjadi koneksi antara konsep yang dipelajarinya dengan yang sudah dimilikinya.
Misalnya konsep lingkaran dengan konsep garis sudut. Contoh pertanyaannya “menurutmu apakah lingkaran memiliki sudut?”
3) Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauh mana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan- pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Dari uraian tersebut jelas pada tahapan ini siswa bertanya pada dirinya sendiri untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan konsep yang diajarkan oleh guru, jadi guru mengajarkan siswa untuk bertanya pada dirinya sendiri : “apakah saya sudah memahami definisi lingkaran ?”
4) Membuat rangkuman
Untuk tahap ini tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana adalah meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari proses pembelajaran yang berlangsung beserta hasilnya menggunakan bahasa sendiri
langkah-langkah model pembelajaran Reciprocal Teaching : 1) Guru menjelaskan konsep matematika yang sesuai dengan topik
yang diajarkan yakni lingkaran
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan
3) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun soal latihan sesuai materi yang diajarkan dan menyelesaikan
4) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat dan menyelesaikan latihan
5) Beberapa siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan siswa lain menanggapinya
6) Guru memandu diskusi siswa
7) Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi atau menjelaskan kembali titik teka materi yang telah diberikan sebagai pengetahuan yang telah diperoleh
8) Guru meminta siswa memprediksi soal yang lebih sulit dari soal yang telah diberikan sebelumnya dan beberapa diantara siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan soal yang telah dibuatnya sedangkan siswa lain memberi tanggapan
9) Guru bersama siswa merangkum hasil pembahasan
10) Guru memberi evaluasi seperti penugasan untuk dikerjakan dirumah. (http://www.referensimakalah.com/2013/03/pengertian- reciprocal-teaching-model.html)
Model pembelajaran reciprocal teaching menurut Al-Hafizh (2103) memiliki beberapa kelebihan yakni melatih kemampuan siswa belajar mandiri sehingga siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan, melatih siswa untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada pihak lain dengan demikian penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih siswa tampil di depan umum, orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah dengan demikian kemampuan bernalar siswa juga semakin berkembang, dan mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Sementara beberapa kekurangan model pembelajaran reciprocal teaching yaitu
menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga hal ini menjadikan sebagian siswa tidak percaya diri untuk dapat tampil atau menunjukkan kemampuannya didepan teman-teman mereka, dan memungkinkan hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teaching ini.
Dengan demikian, siswa yang kurang percaya diri merasa kesulitan dalam menerima pelajaran. ( Noorliani, 2013 hal. 37)
2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. (Depddiknas, 2010 : 24). Menurut Killen dalam Depdiknas (2010 : 23) pembelajaran langsung atau direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa secara langsung, misalnya melalui ceramah, demosntrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.
Karakteristik model pembelajaran langsung (direct instruction) menurut Depdiknas (2010 : 24), model pembelajaran langsung dapat diidentifikasi beberapa karakteristik, yaitu :
a. Transformasi dan keterampilan secara langsung.
b. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu c. Materi pembelajaran yang telah terstruktur d. Lingkungan belajar yang telah terstruktur e. Distruktur oleh guru
Sintaks dalam model pembelajaran Direct Instruction menurut Joyce dan Weil (2013) :
Fase 1 : orientasi pembelajaran
Menyatakan tujuan pembelajaran.
Fase 2 : penyajian materi
Menjelaskan konsep dan keterampilan baru.
Menyajikan demosntrasi atau contoh.
Identifikasi langkah-langkah keterampilan atau diskusi tentang konsep.
Mengecek pemahaman peserta didi Fase 3 : latihan terstruktur
Guru memandu peserta didik melalaui contoh latihan.
Peserta didik mengerjakan latihan secara berkelompok.
Guru memberikan umpan balik.
Fase 4 : membimbing pelatihan
Peserta didik mengikuti latihan dengan bimbingan guru.
Guru menilai kemampuan peserta didik.
Fase 5 : latihan mandiri
Peserta didik melakukan latihan tanpa bantuan guru Guru melakukan evaluasi
Adapun kelebihan pembelajaran langsung menurut Depdiknas (Sudrajat, 2010) yaitu :
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b. Bagi siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
c. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
Berdasarkan karakteristik diatas dapat disintesikan bahwa model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah model pembelajaran yang berpusat (teacher center) ataupun guru yang mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada peserta didik menyampaikan materi sedangkan siswa hanya tercipta suasana belajar yang kondusif.
3. Hasil Belajar a. Pengertian belajar
Slameto (2010) mengemukakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Adapun proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antar peserta didik dengan guru. Hasil belajar yang maksimal dapat juga diperoleh lewat interaksi antar peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan tetapi juga keterampilan. Dalam proses belajar tidak hanya fokus pada menghafal tetapi juga mengamati, melakukan dan berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
Jadi yang dimaksud dengan belajar matematika adalah belajar untuk memahami dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep, prinsip, dan fakta matematika dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengertian hasil belajar
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentis atau terpisah, melainkan komprehensif. (Agus Suprijono, 2009, hal.7)
Sudjana (2005) mengemukakan “Hasil belajar hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar, tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakupi bidang kognitif, afektif, psikomotorik”. (dalam Asri Julian Supriyani, 2017 hal. 4).
Hasil belajar pada dasarnya terjadi proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang kurang baik menjadi lebih baik, dari tidak terampil menjadi terampil pada peserta didik. (supardi, 2015, hlm. 2).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar disini adalah suatu hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang berupa angka- angka. Sedangkan Keberhasilan belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri individu yang belajar.
c. Pengertian hasil belajar matematika
Hasil belajar matematika merupakan kemampuan yang dicapai siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika. Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar matematika digunakan tes sebagai alat ukurnya. (Reski Awaliyah, 2015 hal. 65).
Sedangkan menurut penulis, hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah meneriman pengalaman belajar matematika. Pengalaman tersebut berupa pengetahuan, pengertian, pemahaman, serta simbol-simbol. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dari dalam rangka tudi mencapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotorik untuk pembahasan masing-masing dijelaskan sebagai berikut : a) Ranah Kognitif
Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi tingkatan antara lain :
1) Mengingat.
2) Mengerti.
3) Memakai.
4) Menganalisis.
5) Menilai.
6) Mencipta.
b) Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hinga paling kompleks.
1) Tingkat menerima.
2) Tingkat menanggapi.
3) Tingkat menghargai.
4) Tingkat mengorganisasikan 5) Tingkat menghayati.
c) Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara / teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
1) Gerakan seluruh tubuh.
2) Gerakan yang terkordinasi.
3) Komunikasi nonverbal. (Martinis Yamin, 2008, hal.46)
Berdasarkan penjelasan dari Teori Taksonomi Bloom hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga ranah ini yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
4. Hubungan Sebab Akibat (Pengaruh Penerapan Model Reciprocal Teaching (X) Terhadap Hasil Belajar Siswa Matematika Siswa (Y) Hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal. Hubungan kasual merupakan bentuk hubungan yang sifatnya sebab akibat. Artinya timbulnya variabel Y disebabkan oleh penerapan variabel X. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma sederhana, yaitu paradigma penelitian yang terdiri satu variabel independen dan despenden. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.
(Sugiyono, 2013, hal. 42).
Gambar 2.1 Paradigma Sederhana Keterangan :
X r Y
X : Penerapan metode pemberian tugas (resitasi).
r : Hubungan sebab akibat (Pengaruh) penerapan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar matematika siswa.
Y : Hasil belajar matematika siswa
Arah hubungan sebab akibat dimaksud sebagaimana, disebut Korelasi Positif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi, berjalan paralel;
artinya bahwa hubungan antar dua variabel (atau lebih) itu menunjukkan arah yang sama. Jadi, apabila variabel X mengalami kenaikan atau pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada variabel Y; atau sebaliknya: penurunan atau pengurangan pada variabel X akan diikuti pula dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y. ( Anas Sudijono, 2015 hal.180).
Korelasi Positif
atau
Var Var Var Var X Y X Y
Gambar 2.2 Arah Korelasi Positif Keterangan :
Var X : Pengaruh penerapan model reciprocal teaching
Var Y : Hasil belajar matematika siswa. ( Anas Sudijono, 2015 hal. 181) B. Penelitian yang relevan
Studi tentang penelitian dengan menggunakan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar matematika siswa telah dibahas oleh kalangan dengan berbagai latar belakang masalah yang berbeda. Sejauh pengamatan dan penelaah yang penulis lakukan terdapat Jurnal Penelitian yang mempunyai tema relevan, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Reski Awaliyah dan Ridwan Idris dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar dengan judul
“pengaruh penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Balang-balang kecamatan Bontomarunnu Kabupaten Gowa”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII A sebagai kelas eksperiman dan siswa/i kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan jenis penelitian quasi experimental design. Penelitian ini menunjukkan model reciprocal teacing memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Balang-balang Kecamatan Bontomarunnu Kabupate Gowa. hasil analisis data posstest siswa yang lebih tinggi dibandingkan hasil pretest. hasil pretest kelas kontrol dan pretest kelas eksperimen siswa kelas VIII MTsN Balang-Balang sebelum diajarkan dengan menggunakan Model Reciprocal Teaching masing-masing diperoleh nilai rata-rata 37,5 (rendah) dan 41,72 (sedang). Untuk hasil posttest kelas kontrol dan posttest kelas eksperimen siswa kelas VIII MTsN Balang- Balang setelah diajarkan dengan menggunakan Model Reciprocal Teaching masing-masing diperoleh nilai rata-rata 79,84 (tinggi) dan 90,47 (sangat tinggi).
Persamaan dan perbedaan antara penelitian dengan penelitian Resky awaliya adalah sebagai berikut :
a. Persamaannya dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan model reciprocal teaching
b. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah resky awaliyah menggunakan metode penelitian Quasi Experimental Design sedangkan penulis menggunakan metode penelitian posstest only control design dengan subyek penelitian siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Balang-balang Kecamatan Bontomarunnu Kabupaten Gowa, sedangkan yang diteliti oleh peneliti subyeknya yaitu kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
2. penelitian yang dilakukan oleh Septiana Sri Wisudawati dan Pradnyo Wijayanti Dari Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Langsung Dengan Strategi Reciprocal Teaching Pada Materi Lingkaran Di Kelas VIII. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII-B tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 25 siswa. Hasil analisis data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa : (1) pengelolaan pembelajaran termasuk dalam kriteria sangat baik dengan skor rata-rata sebesar 3,73; (2) aktivitas siswa selama proses pembelajaran tergolong sangat aktif dengan jumlah persentase rata-rata seluruh aktivitas siswa selain berperilaku tidak relevan sebesar 96,6%; (3) hasil belajar siswa mencapai ketuntasan 84%; (4) respons siswa dengan jawaban positif mencapai 81,60%.
Persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Noorliani adalah sebagai berikut :
a. Persamaannya dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan reciprocal teaching.
b. perbedaan dengan peneliti adalah Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan one-shot-case study subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII-B tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 25 siswa. sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain posstes only control design, dengan subyeknya yaitu kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Julian Supriyani, dari Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Tingggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Lubuklinggau dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Mts Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan metode True Eksperimen Design. Populasinya
seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018, yang terdiri dari 335 siswa dan sebagai sampel kelas eksperimen kelas VIII.2, dan sebagai kelas kontrol kelas VIII.3. hasil analisis uji-t dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (3,15 >
1,67).
Persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Noorliani adalah sebagai berikut :
a. Persamaannya dengan peneliti adalah sama-sama menggunakan model reciprocal teaching.
b. Perbedaaan dengan penelitian ini yaitu pada Penelitian Asri Julian Supriyani menggunakan metode True Eksperimen Design, dengan subyek kelas VIII MTs Negeri Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain posstes only control design, dengan ubyeknya yaitu kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
C. Kerangka Pikir
Bahan kajian lingkaran merupakan bahan kajian yang terdapat dalam pembelajaran matematika. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap titik tertentu. Titik tertentu dinamakan pusat dan jarak tertentu dinamakan jari-jari lingkaran tersebut.
Materi ini cukup sukar dan banyak siswa yang masih sulit memahaminya.
Sifatnya pun cenderung hafalan dan pemahaman berdasarkan materi yang abstrak, sedangkan materi yang abstrak cenderung sulit dipahami siswa karena obyeknya tidak dapat dilihat langsung. Selain menghafal, siswa juga dituntut untuk dapat menjelaskan, menganalisis dan mengkomunikasikan pemahamannya tentang lingkaran. Dengan begitu diharapkan penguasaan konsep siswa dapat tercapai yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk mewujudkan hasil belajar siswa yng baik diperlukan penerapan model pembelajaran yang berbeda yang dapat menciptakan proses pembelajaran efektif. Karena apabila siswa dapat belajar secara efektif dan bermakna dengan rekonstruksi pemahaman maka diharapkan hasil belajarnya dapat meningkat. Selain model pembelajaran yang berbeda, peran semua pihak yang terkait juga dibutuhkan, seperti guru yang komunikatif dalam memberikan bimbingan, arahan dan penjelasan materi serta siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model belajar yang menarik , interaktif dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model reciprocal teaching. Model pembelajaran ini menuntut keaktifan dan semangat belajar siswa, sedangkan guru lebih berperan menjadi fasilitator bagi siswa. Penerapan model reciprocal teaching merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan sistem pembelajaran teacher centered menjadi student centered.
Interaksi siswa dalam diskusi juga penting, misalnya siswa diharapkan dapat menerangkan dan menjelaskan kembali tentang lingkaran sesuai dengan tingkat pemahamannya kepada siswa lain sehingga siswa yang lain itu dapat memahaminya pula, disini terjadi proses interaksi antar siswa untuk menggali pemahaman.
Secara keseluruhan, tugas-tugas dalam model pembelajaran reciprocal teaching dibuat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, contohnya seperti siswa disuruh memahami materi lingkaran, lalu siswa menjelaskan pemahamannya dari materi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawaban yang berkaitan dengan materi tersebut. Jadi model pembelajaran reciprocal teaching secara tidak langsung mendukung pembelajaran siswa dan melatih siswa agar hasil belajar meningkat.
Berdasarkan uraian diatas dapat diduga bahwa jika guru menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dalam
pembelajaran matematika khususnya pada konsep lingkaran maka hasil belajar siswa dapat meningkat.
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Proses Pembelajaran
Identifikasi Masalah :
1. Hasil belajar matematika siswa masih banyak yang kurang tuntas dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan
siswa tidak diajak untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika sehingga siswa menjadi jenuh yang mengakibatkan cara belajar siswa menjadi tidak efektif.
Kelas Eksperimen Menggunakan model Reciprocal Teaching
( )
Kelas Kontrol Menggunakan Model pembelajaran
langsung (( )
Tes (O4) Tes (O2)
Hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model Reciprocal Teaching lebih baik dari pada yang
menerapkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) atau Y1 > Y2
Analisis hasil belajar matematika tinggi
Analisis hasil belajar matematika rendah
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teorotis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiono, 2016, hal, 64).
Berdasarkan pengertian diatas dan merujuk dari kerangka fikir, maka hipotesis penelitian ini adalah peneliti menduga bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model Reciprocal Teaching lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) yang diterapkan di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin desa jernih kecamatan air hitam sarolangun dengan kata lain Y1 > Y2.
32 BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin.
Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin ini terletak di kompleks perkantoran padang lalang (Exs.Arena MTQ) Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Adapun mengenai waktu penelitiannya akan dilaksanakan terhitung 28 Agustus 2018 sampai dengan 11 September 2018 pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posstes- only control design yaitu dengan membagi kelompok penelitian menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang menggunakan model reciprocal teaching dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol yang menggunakan konvensional.
Menurut Sugiono (2013 : 76) rancangan posstest-only control designnya berbentuk sebagai berikut :
R X R
Keterangan :
R : kelompok eksperimen
X : perlakuan menggunakan model reciprocal teaching
Pembelajaran yang menggunakan model reciprocal teaching Pembelajaran yang menggunakan metode cerama
C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono,2006 : 55).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin, ini karena hanya kelas VIII yang memenuhi untuk menjadi subjek penelitian yaitu berdistribusi homogen.
Tabel 3.1 : jumlah siswa/i kelas VIII Madrasasah Tsanawiyah Riyadhussolihin
No Kelas Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 VIII A 13 13 27
2 VIII B 14 13 26
Jumlah 27 26 53
2. sampel
Sampel adalah anggota populasi yang mendapat kesempatan yang sama untuk mewakili populasi sebagai objek penelitian.(Riduwan, 2006 hal. 7) sampel harus representive artinya segala karakeristik populasi harus tercermin dalam sampel yang diambil. Dalam penelitian ini dibutuhkan sampel yang terdiri dari dua kelompok, kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diajarkan dengan model reciprocal teaching sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang diajarkan dengan model pembelajaran ceramah.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dimana pengambilannya secara acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota kelompok populasi.
Simple random sampling dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2016, hal .82).
Sampel random ini dilakukan dengan cara mengundi semua siswa yang memiliki hasil belajar yang rendahdipilih secara acak sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, setiap nama yang keluar itulah yang menjadi sampel.
D. Variabel – Variabel dan Perlakuan Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016 , hal, 38).
Macam-macam variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi : 1) Variabel Independen, variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering di sebut sebagai Variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2) Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016, hal. 39).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat terindentifikasi bahwa penelitian ini mengandung dua variabel, yaitu :
1) Variabel bebas ( X ) yakni model reciprocal teaching yang merupakan perlakuan pada siswa kelas VIII pada pokok lingkaran. Pelaksanaan di kelas disesuaikan dengan tahap-tahap penggunaan model reciprocal teaching. Model reciprocal teaching di terapkan sebanyak dua kali pertemuan hingga pokok lingkaran selesai.
2) Variabel terikat ( Y ) yakni hasil belajar matematika siswa adalah hasil belajar maetematika yang dicapai siswa setelah diberi perlakuan. Hasil
belajar yang dimaksud adalah penguasaaan siswa terhadap materi pokok bahasan lingkaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena soasial maupun alam (Sugiyono, 2013, hal. 102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.
Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat yang lain digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.(Anas,2006:57).
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi tes yang dilakukan berupa tes formatif, yaitu tes yang dilakukan setelah proses kegiatan belajar mengajar. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk objektif (pilihan ganda). Tes yang diberikan yaitu berupa soal-soal pada pelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan lingkaran.
Sebelum digunakan pada kelas sampel tes tersebut terlebih dahulu diuji cobakan. Dari hasil uji coba tersebut dilakukan analisis berupa validitas, reliabilitas soal, indek kesukaran, atau proporsi (P) dan daya pembeda.
1) Validitas soal
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang diukur kevalidan soal yang diukur dalam penelitian ini adalah kevalidan dari segi validitas isi. (Anas Sudijono,2006:164).
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisaan, penelusuran, dan pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Penyusunan hasil tes soal belajar sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Penyusunan tes hasil belajar dikonsultasikan dengan guru bidang studi matematika di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin .
Soal tes hasil belajar dalam penelitian ini yang diberikan berupa soal objektif, sehingga dalam perhitungan validitas soal dapat dilakukan dengan menggunakan rumus kolerasi point biserial, yakni :
√
Keterangan :
= mean ( nilai rata-rata hitungan) skor yang dicapai peserta tes yang menjawab betul, yang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan .
= mean skor total
= standar deviasi dari skor total
P = proporsi testee yang menjawab benar terhadap butir item yang sedang diuji validitasnya.(Anas Sudijono,2006:185)
Selanjutnya nilai diinterpretasikan pada “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari nilai df-nya, dengan ketentuan df = N-2.
Dengan demikian diperoleh pada taraf signifikan 5% dan pada taraf signifikan 1%. Berdasarkan nilai tersebut, diketahui validitas tidaknya soal apabila .
2) Reliabilitas Soal
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik.(Arikunti,2006:154).
Uji reliabilitas yang digunakan adalah formula sperman-brown.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik dengan rumus yaitu :
=
Dimana :
= reliabilitas tes secara keseluruhan
= koefisien product moment antara separuh (1/2) tes (belahan) dengan separuh(1/2) dari tes (belahan II) dari tes tersebut.
1 & 2 = bilangan constant
Untuk mengetahui besarnya atau
atau dapat digunakan rumus sebagai berikut :
atau
atau = ( )( )
√* ( ) + * ( ) +
Dimana :
N = jumlah subjek(sampel atau testee)
X = skor-skor hasil tes pada separuh belahan pertama Y = skor-skor hasil tes pada separuh belahan kedua
Pemberian interprestasi terhadap koefisien reliabilitas tes ( ) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut :
1. Apabila sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable)
2. Apabila lebih kecil daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabiliatas yang tinggi (un-reliable)
3) Indeks kesukaran atau proporsi (p)
Untuk menghitung taraf kesukaran (difficult level) soal dari suatu tes digunakan rumus sebagai berikut :
P =
Keterangan :
P = indeks taraf kesukaran yang dicari
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa (suharsimi arikunto,2006:210)
Untuk ketentuan yang sering diikuti indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah sedang - Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah mudah 4) Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu hal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai atau tidak pandai (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya bedanya) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00 (Suharsimi Arikunto,2006:211).
D = - = - Dimana :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
= banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda :
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 : baik (good) D : 0,70 – 1,00 : bagus (excellent).
1) Hasil belajar matematika a) Definisi Konseptual
hasil belajar adalah suatu hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang berupa angka-angka.
b) Definisi operasional
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini diperoleh melalui tes tertulis pada pertemuan ketiga setelah materi lingkaran selesai dipelajari.
Pada pertemuan ini siswa diberi waktu 80 menit untuk menyelesaikan soal tes hasil belajar matematika terkait materi lingkaran. Siswa tidak diperkenankan berdiskusi dan membuka buku yang berkaitan dengan matematika saat menyelesaikan tes. Skor hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dalam menjawab semua instrument sesuai dengan indikator yang telah diberikan oleh guru.
2) Penerapan model reciprocal teaching 1) Definisi konseptual
Reciprocal Teaching merupakan strategi dalam pembelajaran yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika
2) Definisi operasional
Adapun penerapan dalam pembelajaran matematika yaitu : a. Klarifikasi
b. Prediksi c. Bertanya
d. Membuat rangkuman
langkah-langkah model pembelajaran Reciprocal Teaching :
11) Guru menjelaskan konsep matematika yang sesuai dengan topik yang diajarkan yakni lingkaran
12) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan
13) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun soal latihan sesuai materi yang diajarkan dan menyelesaikan
14) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat dan menyelesaikan latihan
15) Beberapa siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan siswa lain menanggapinya
16) Guru memandu diskusi siswa
17) Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi atau menjelaskan kembali titik teka materi yang telah diberikan sebagai pengetahuan yang telah diperoleh
18) Guru meminta siswa memprediksi soal yang lebih sulit dari soal yang telah diberikan sebelumnya dan beberapa diantara siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan soal yang telah dibuatnya sedangkan siswa lain memberi tanggapan
19) Guru bersama siswa merangkum hasil pembahasan. Guru memberi evaluasi seperti penugasan untuk dikerjakan dirumah.
3) Kisi-kisi instrumen
Tabel 3.2 : kisi-kisi soal Kompetensi
Dasar Indikator No. Item Soal Jumlah
Menentuka n unsur dan bagian lingkaran
Menghitun
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan unsur-unsur lingkaran
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan bagian-bagian lingkaran
Menentukan nilai phi
1, 3,
4,5
2
2
2
1
g keliling dan luas lingkaran
Menghitung keliling dan luas lingkaran
6, 7, 8, 9, 10,11,12,13,14 ,15,16,17,18,1 9,20
15
Jumlah 20
Tabel 3.3
Rubrik Penilaian Hasil Belajar Matematika Soal No Klasifikasi Skor
1 Mudah 3
2 Mudah 3
3 Mudah 3
4 Mudah 3
5 Mudah 3
6 Sedang 5
7 Sedang 5
8 sedang 5
9 Sedang 5
10 Sedang 5
11 Sedang 5
12 Sedang 5
13 Sedang 5
14 Sedang 5
15 Sedang 5
16 Sulit 7
17 Sulit 7
18 Sulit 7
19 Sulit 7
20 sulit 7