• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK MANUSKRIP AL-QUR AN DESA LANGGENHARJO JUWANA PATI JAWA TENGAH. (Kajian Kodikologi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISTIK MANUSKRIP AL-QUR AN DESA LANGGENHARJO JUWANA PATI JAWA TENGAH. (Kajian Kodikologi)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MANUSKRIP AL-QUR’AN DESA LANGGENHARJO JUWANA PATI JAWA TENGAH

(Kajian Kodikologi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Atika Maulida NIM. 12530009

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

JANGAN BERSANDAR PADA ORANG LAIN

MENJADI

DIRI SENDIRI ITU

LEBIH BAIK

(6)

vi

Penulis persembahkan karya ini untuk:

Suami , Edi Prayitno

Bapak Taufiq Damisi dan Ibu Heni Mursidah

Kedua buah hatiku yang cantik, Alissa Qafisha dan Achla Kaina Seluruh civitas akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Serta para pembaca yang selalu haus akan ilmu dan mengharapkan

Keberkahan dan kemanfaatan atas ilmu-ilmunya.

(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf latin Keterangan

ا Alif tidak

dilambangkan

Tidak Dilambangkan

ة ba‟ b Be

ث ta‟ t Te

ث s|a‟ s| es (dengan titik diatas)

ج Jim j Je

ح h}a>’ h} ha (dengan titik di bawah

خ kha>’ kh ka dan ha

د Dal d De

ذ Żal ż zet (dengan titik di atas)

ر ra>’ r Er

ز Zai z Zet

ش si>n s Es

ش syi>n sy es dan ye

ص s{a>d s} es (dengan titik di

bawah)

ض d{a>d d{ de (dengan titik di

bawah)

ط t{a>’ t} te (dengan titik di bawah)

ظ z{a>’ z zet (dengan titik di

bawah)

ع ‘ayn „ koma terbalik

غ Gayn g Ge

ف fa>’ f Ef

ق qa>f q Qi

ك ka>f k Ka

ل la>m l „el

و mi>m m „em

ٌ nu>n n „en

و Waw w We

ِ ha’ h Ha

ء Hamzah „ Apostrof

ي Ya y Ye

(8)

viii

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap ةدّدعتي

ةّدع

ditulis ditulis

muta’addidah

„iddah C. Ta‟ marbutah

1. Bila dimatikan ditulis h تبه

تيسج

Ditulis Ditulis

Hibah Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya, kecuali dihendaki lafal aslinya).

Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ءبينولاا تيارك Ditulis Kara>mah al-auliya>’

2. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dhommah ditulis t.

رطفنا ةبكز Ditulis Zaka>t fit}ri

D. Vokal pendek ِ ِ ِ

Kasrah Fathah Dammah

Ditulis Ditulis Ditulis

I a u

E. Vokal Panjang Fatha + alif تيههبج

Fatha + ya‟ mati

Ditulis Ditulis Ditulis

a>

ja>hiliyyah a>

(9)

ix يعسي

Kasra + ya‟ mati ىيرك

Dammah + wawu mati ضورف

Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis

yas‟a>

i>

kari>m u>

furu>d}

F. Vokal Rangkap Fatha + ya‟ mati ىكُيب

Fatha + wawu mati لوق

Ditulis Ditulis Ditulis Ditulis

Ai

Bainakum Au

Qaulan

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof ىتَأأ

ٌدعا ىتركش ٍئن

Ditulis Ditulis Ditulis

A‟antum U‟iddat

La‟in syakartum

H. Kata sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti Huruf Qomariyah

ٌارقنا شبيقنا

Ditulis Ditulis

al-Qur‟a>n al- Qiya>s

(10)

x

b. Bila diikuti Huruf Syamsiah ditulis dengan menggandakan huruf syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf I (el)-nya.

ءبًسنا صًشنا

Ditulis Ditulis

As-Sama>

Asy-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat.

ضوفنبيوذ تُسنا مها

Ditulis Ditulis

z}awi> al-furu>d}

ahl as-sunnah

(11)

xi

(12)

xi

KATA PENGANTAR ميحلا نمحرلا الله مسب

Segala puji dan syukur selalu penulis sanjungkan kepada Allah SW atas rahmat, pertolongan, dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul KARAKTERISTIK MANUSKRIP AL-QUR’AN DESA LANGGENHARJO JUWANA PATI (Kajian Filologi). Semoga Allah swt mencurahkan kesejahteraan dan keselamatan yang melimpah kepada kekasihNya, Rasulullah Muhammad saw, kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi’in, para syuhada’, serta para penuntut ilmu yang selalu berupaya meneladani beliau dan mencari ridho Allah SWT, amiin.

Selanjutnya penulis dengan penuh kerendahan hati, dengan penuh kesadaran diri ingin mengucapkan berjuta rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara material, moral, dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ijinkan penulis untuk menyampaikan terimakasih kepada

1. Prof. K.H. Yudian Wahyudi, Ph.D, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Dr. Alim Ruswantoro selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

3. Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag. selaku Kepala Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir sekaligus sebagai pembimbing

4. Dr. Afdawaiza, M.Ag. selaku sekretaris jurusan

5. Dr. Ahmad Baidhowi selaku Dosen Penasihat Akademik

6. Kepada kedua orang tua penulis, Bapak Drs. H. Taufiq Damisi, MM. dan Ibu Hj. Heni Mursidah, S.Ag., yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, telah memotivasi, mendoakan, serta melakukan berbagai hal untuk mendukung terselesaikannya studi penulis.

7. Kepada Suami penulis, Mas Edi Prayitno, S.Th.I., M.Ag. yang telah memberikan dukungan, motivasi, serta arahan dan ilmu-ilmunya dalam menyelesaikan skripsi ini

(13)

xii

8. Bapak Muhadi dan para staf Tata Usaha lainnya, kawan-kawan seangkatan serta Seluruh pihak yang tanpa mereka sadari telah membantu penulis selama menempuh jenjang strata satu ini.\

Kepada mereka semua penulis ucapkan jazākumullahu aḥsanal jazā’ wa jazākumullahu khairan kaṡīrā.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi kajian studi al-Qur’an di almamater UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta khususnya serta memberikan manfaat bagi seluruh akademisi di manapun mereka berada. Āmīn.

Yogyakarta, 22 Mei 2019 Penulis,

Atika Maulida NIM. 12530009

(14)

xiii ABSTRAK

Berdasarkan hasil penelusuran Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI melalui timnya ditemukan sekitar 241 manuskrip al-Qur’an dari berbagai wilayah di Nusantara.

Selain manuskrip manuksrip-manuskrip tersebut tentu masih sangat banyak lagi manuskrip-manuskrip al-Qur’an yang masih menjadi koleksi milik pribadi yang belum pernah dijamah oleh para pengkaji naskah kuno, salah satunya adalah Manuskrip al-Qur’an Desa Langgenharjo Juwana Pati. Masing-masing manuskrip tersebut tentunya memiliki karakter dan metode penyalinannya masing-masing.

Dari sini penulis ingin mengungkap bagaimana karakteristik penyalinan manuskrip al-Qur’an Desa Langgenharjo Juwana Pati tersebut.

Penelitian terhadap manuskrip al-Qur’an Desa Langgenharjo Juwana Pati ditempuh dengan menggunakan metode pedekatan kodikologi atau kajian seputar naskah, baik aspek historis, bahan baku, deskripsi fisik, hingga teknis-teknis penyalinannya.

Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Manuskrip al-Qur’an Desa Langgenharjo Juwana Pati ini masuk pada kategori mushaf abad ke-18.

Karakter paling mencolok dari manuskrip ini adalah banyaknya scholia berupa catatan qira>’a>t menurut beberapa Imam yang berbeda. Dari hasil analisis terhadap model ini diperkirakan manuskrip ini memiliki keterkatan atau terpengaruh oleh mushaf-mushaf dari Riau atau bisa juga dari Trengganu, Malaysia. Selain karakter tersebut ditemukan berbagai karakter lain, seperti pola iluminasi dan penggunaan warna hijau daun dan emas yang paling dominan. Rasm yang digunakan dalam manuskrip ini dapat dikatakan rasm usmani, qira>’ah yang dipakai adalah qira>’ah Hafs dari Imam ‘Ashim, akan tetapi terdapat catatan-catatan qira>’ah menurut Imam lain yang diletakkan di pinggir halaman sebagai scholia. Scholia-scholia yang terdapat dalam manuskrip ini ternyata tidak secara keseluruhan berbicara mengenai qira>’ah, tetapi ada kalanya menyebutkan makna dari lafal-lafal ayat tertentu, kaidah waqaf dan keterangan bentuk rasm berdasar imam-imam tertentu.

Kata kunci : manuskrip, filologi, mushaf, qira>’a>t,

(15)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii

KATA PENGANTAR ... xi

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4

D. Telaah Pustaka ... 5

E. Kerangka Teori ... 9

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II : SEJARAH DAN DESKRIPSI FISIK MANUSKRIP AL-QUR’AN PATI ... 15

A. Lokasi Penemuan Manuskrip ... 15

1. Wilayah Desa Langgen Harjo …… ... 15

2. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat ………… ... 16

B. Asal-usul Manuskrip ... 21

1. Penemu Manuskrip dan Kondisi Manuskrip ... 21

2. Pemilik dan Fungsi Manuskrip ... 23

3. Perkiraan Usia dan Daerah Asal Manuskrip . ... 25

BAB III : KARAKTERISTIK MANUSKIRIP AL-QUR’AN PATI ... . 46

(16)

xv

A. Teknik dan Sistematika Penyusunan Manuskrip... 46

1. Judul manuskrip . ... 46

2. Ukuran manuskrip . ... 47

3. Jilidan . ... 50

4. Jumlah baris tiap halaman dan teknis perwajahan halaman . ... 50

B. Karakteristik Teks Manuskrip ... 52

1. Penggunaan rasm dalam penulisan ayat ... 52

2. Tanda Baca (syakl dan harakah, tanda tajwid serta tanda waqaf) ... 54

3. Khat ... 57

4. Qira>’ah ... 59

C. Karakteristik Visual Manuskrip ... 61

1. Kepala surat dan penomoran ayat ... 61

2. Keterangan juz, ruku’, dan simbol lain ... 63

BAB IV : PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran-saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 82

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2003-2005 Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI melalui timnya mendata sekitar 241 mushaf kuno dari berbagai wilayah di Nusantara seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Ternate.1 Kemudian pada tahun 2011-2014 tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an mendata sekitar 422 mushaf kuno dari beberapa wilayah di Nusantara, mulai dari Aceh hingga Ambon.2 Bahkan sejak satu dasawarsa terakhir telah terbit sejumlah kajian tentang mushaf-mushaf kuno Nusantara, baik oleh peneliti dalam maupun luar negeri.3

Apa yang telah dilakukan tim Puslitbang, tim Lajnah, dan sejumlah peneliti tersebut menunjukkan bahwa Nusantara menjadi tempat yang sangat potensial tentang khazanah manuskrip (mushaf) Al-Qur‟an. Meskipun secara historis-

1 Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar (ed.), Mushaf-mushaf Kuno Indonesia (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2005), hlm. v.

2 Tim Penyusun, Laporan Penelitian Mushaf Kuno Lajnah (Jakarta: LPMQ, 2014) hlm.

2-4.

3 Misalnya tulisan tulisan Asep Saefullah, “Kesucian dalam Keindahan: Seni Mushaf Al- Qur‟an dari Pulau Sumbawa” (Lektur Keagamaan Vol. 3, No. 2, 2005, hlm. 234-260) dan “Ragam Hiasan Mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur‟an dan Museum Istiqlal Jakarta” (Lektur Keagamaan Vol. 5, No. 1, 2007, hlm. 39-62); tulisan Annabel Teh Gallop, “The Bone Qur‟an from South Sulawesi” (Margaret S. Grases and Benoit Junod (ed.), Treasures of the Aga Khan Museum: Arts of the Book and Calligraphy, Istanbul: Aga Khan Trust for Culture and Sakip Sabanci University

& Museum, 2010, hlm.162-173.) dan “The Art of The Qur‟an in Java” (Suhuf Vol. 5, No. 2, 2012, hlm. 215-229); dan lain sebagainya.

(18)

2

geografis Indonesia (Nusantara) bukan merupakan tempat pewahyuan Al-Qur‟an.4 Pertanyaannya, kenapa bisa demikian?

Khazanah manuskrip (mushaf) Al-Qur‟an negeri ini tidak lepas dari dakwah Islam di Nusantara oleh kalangan Gujarat, Persia maupun Arab,5 yang menempuh jalan kultural,6 sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Ketika Islam sudah mendapat ruang dari masyarakat, keberadaan atau kepemilikan sebuah mushaf di tengah masyarakat menjadi satu kebutuhan penting, mengingat ia menjadi sebuah pedoman hidup yang sangat perlu dipelajari di samping karena membaca Al- Qur‟an pun merupakan salah satu dari rangkaian ibadah. Kondisi inilah yang secara langsung atau tidak melatar belakangi aktivitas penyalinan Al-Qur‟an di negeri ini.

Berdasarkan catatan sejarah disebutkan bahwa penyalinan Al-Qur‟an di Nusantara sudah dilakukan sejak akhir abad ke-13, yakni ketika muncul kerajaan Islam pertama di ujung Laut Sumatera, Samudra Pasai.7 Adapun prosesnya masih

4 Semua literatur sejarah Al-Qur‟an menyebutkan bahwa pewahyuan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad yang berlangsung sekitar 23 tahun terjadi di dua kota utama Hijaz, yakni Mekkah dan Madinah. Dua kota inilah kemudian menjadi penamaan kategori ayat-ayat Al-Qur‟an dalam wacana „ulūmul-Qur‟ān dan Tafsir, yakni Makkiyyah dan Madaniyyah. Lihat Muḥammad Ṭāhir „Abd Qadīr, Tārīkh al-Qur‟ān (Kairo: Muṣṭafā al-Bābī al-Ḥalabī, 1953), hlm. 9-13.

5 Gujarat, Persia, dan Arab merupakan tiga wilayah yang menjadi perdebatan asal-usul Islam di Nusantara. Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan mana yang lebih dulu tiba di Nusantara membawa dan menyebarkan Islam. Lepas dari perdebatan tersebut, ketiganya memiliki pengaruh dalam perkembangan Islam di Nusantara. Untuk mengetahui tentang teori-teori tersebut, lihat misalnya, T.W. Arnold, The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith (Lahore: SA Muhammad Asraf, 1968), hlm. 368-372.

6 Dakwah Islam di Nusantara telah mengalami dua proses sekaligus—meminjam distingsi Fadlou Shahedina yang juga dipakai oleh Islah Gusmian—yaitu: (1) proses adopsi elemen-elemen kultur lain, dalam hal ini kultur Nusantara, dan (2) pada saat yang sama terjadi proses seleksi atau adaptasi kultur luar tersebut dengan nilai-nilai kultur internal, sehingga Islam (di) Indonesia tidaklah persis dengan Islam di Semenanjung Arabia. Lihat Islah Gusmian, “Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca” dalam Tsaqafah Vol. 6, No. 1, 2010, hlm. 2.

7 Meski manuskrip Al-Qur‟an tertua yang diketahui hingga saat ini berasal dari abad ke- 16. Lihat Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar (ed.), Mushaf-mushaf Kuno..., hlm. vii.

(19)

3

dilakukan secara manual-tradisional melalui tulisan tangan. Media yang digunakan pun masih terbilang sederhana. Proses penyalinan secara manual- tradisional ini berlangsung di berbagai wilayah hingga akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 dan menghasilkan banyak manuskrip Al-Qur‟an dengan karaktersitik yang beragam. Warisan masa lampau tersebut beberapa di antaranya tersimpan di perpustakaan, museum, pesantren, ahli waris, dan kolektor.8

Setiap manuskrip Al-Qur‟an Nusantara memiliki karakteristik masing- masing. Karakteristik tersebut bisa berupa aspek media yang digunakan, teknik penyusunan, aspek visual (ornamen iluminasi), aspek teks seperti rasm, khaṭṭ, tanda baca, qirā‟ah, dan lain sebagainya. Merujuk pada kajian Akbar dan Gusmian, karakteristik manuskrip sangat berkaitan erat dengan karakter lokasi di mana sebuah manuskrip diproduksi, yang melibatkan proses dialog dan keterpengaruhan.9 Bahkan melalui penelaahan karakteristik akan memunculkan spekulasi dan interpretasi tentang penulis/penyalinnya, motif dan orientasi penulisan/penyalinannya, serta konteks sosio-historis, sosio-kultur, sosio-politik, bahkan konteks sosial-keagamaan yang melingkupinya.10

Salah satu manuskrip Al-Qur‟an Nusantara yang belum terdata oleh Puslitbang, Lajnah dan para peneliti mushaf adalah manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati. Nama manuskrip diambil berdasar wilayah tempat manuskrip tersebut ditemukan pertama kali, yakni Desa Langgenharjo Kecamatan

8 Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar (ed.), Mushaf-mushaf Kuno..., hlm. viii-ix.

9 Ali Akbar, “Naskah Qur‟an Nusantara: Kajian Kaligrafi”, Disertasi Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sastra Universitas Indonesia Depok Jakarta, 2016, hlm. 9-14; Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan Al-Qur‟an Pegon Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta” dalam Suhuf Vol. 5, No. 1, 2012, hlm. 51-75.

10 Mustopa, “Mushaf Kuno Lombok Telaah Aspek Penulisan dan Teks” dalam Suhuf Vol.

10, No. 1, 2017, hlm. 1-24.

(20)

4

Juwana Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah. Sejauh ini, di wilayah Desa terebut belum ditemukan manuskrip Al-Qur‟an yang lain.

Manuskrip ini ditemukan di mushala milik KH. Masykur (alm.) oleh Taufiq Damisi pada tahun 1977. Secara tampilan fisik, manuskrip ini disalin secara manual-tradisional, baik teks ayat, kepala surat maupun ornamen iluminasinya, dengan menggunakan kertas khusus dari Eropa berukuran 32 x 20 cm. Manuskrip Al-Qur‟an ini memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan mushaf-mushaf kuno Jawa yang telah ditemukan dan dikaji. Salah satunya adalah terdapat keterangan (catatan) tentang varian riwayat qirā‟ah yang ditulis di samping teks ayat. Sehingga terkesan bahwa manuskrip tersebut ditulis untuk pembelajaran tentang ragam qirā‟ah Al-Qur‟an. Di samping itu, karakter tulisan huruf-huruf ayatnya menggunakan khaṭṭ Naskhi yang begitu indah dan rapi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini akan membahas karakteristik manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati.

Jika dituangkan dalam bentuk pertanyaan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati ditinjau dari sudut pandang kodikologi?

B. Rumusan Masalah

(21)

5

Berdasaran rumusan masalah yang telah ditentukan, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan kontribusi keilmuan dalam studi Al-Qur‟an, terutama studi manuskrip Al-Qur‟an.

2. Menambah data tentang sejarah dan tradisi penyalinan Al-Qur‟an di Indonesia, khususnya di Pati Jawa Tengah.

3. Menjadi model penelitian akademik tentang kodikologi l-Qur‟an.

Studi tentang manuskrip Al-Qur‟an atau mushaf kuno Nusantara sudah banyak dilakukan. Kajiannya pun cukup beragam, mulai dari aspek kodikologis, teks, hingga tanda-tanda yang lazim dalam mushaf kuno. Misalnya kajian yang dilakukan tim Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI terhadap 241 naskah mushaf kuno dari beberapa wilayah di Indonesia selama rentang waktu tiga tahun (2003-2005).

Aspek-aspek yang dikaji meliputi: (1) aspek historis, yakni asal-usul mushaf dan pemiliknya, tempat dan tahun penulisan, pemrakarsa (sponsor), tempat C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Telaah Pustaka

(22)

6

penyimpanan, dan kaitannya dengan mushaf/manuskrip lain; (2) aspek teks, yaitu penggunaan rasm dan tanda baca meliputi harakat, tanda tajwid dan waqaf; (3) aspek qirā‟āt; dan (4) aspek visual meliputi kaligrafi/khat, simbol-simbol dan ornamen-iluminasi. Hasil kajian antologi ini kemudian dibukukan, yakni Mushaf- mushaf Kuno di Indonesia yang diedit oleh Fadhal AR Bafadhal & Rosehan Anwar.11 Selanjutnya kajian yang dilakukan tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur‟an. Kajian tersebut dilakukan selama empat tahun (2011-2014) di beberapa wilayah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Ambon. Terdapat sekitar 422 mushaf kuno yang dikaji.12 Sayangnya, dua kajian tersebut tidak memasukkan manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati sebagai objek kajiannya.

Bahkan sejak satu dasawarsa terakhir telah terbit sejumlah tulisan tentang kajian mushaf Nusantara. Misalnya tulisan Asep Saefullah, “Kesucian dalam Keindahan: Seni Mushaf Al-Qur‟an dari Pulau Sumbawa”13 dan “Ragam Hiasan Mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur‟an dan Museum Istiqlal Jakarta”.14 Kedua tulisan Saefullah lebih banyak menyoroti aspek ornamen-iluminasi yang membingkai teks mushaf, meski terdapat pembahasan singkat mengenai aspek penggunaan rasm dan qirā‟āt-nya. Kemudian tulisan Ali Akbar, “Tradisi Mushaf Al-Qur‟an di Lombok”15, “Manuskrip Al-Qur‟an dari Sulawesi Barat Kajian Beberapa Aspek Kodikologis”,16 dan disertasinya, “Naskah Al-Qur‟an Nusantara:

11 Fadhal AR Bafahdal & Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno..., hlm. v-xv.

12 Tim Penyusun, Laporan Penelitian Mushaf..., hlm. 2-3.

13 Lihat jurnal Lektur Keagamaan Vol. 3, No. 2, 2005, hlm. 234-260.

14 Lihat jurnal Lektur Keagamaan Vol. 5, No. 1, 2007, hlm. 39-62.

15 Lihat Katalog yang diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dalam rangka pameran „Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan TafsirAl-Qur‟an di Indoneisa‟ pada acara Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats di Lombok pada 18- 24 Juli 2011.

16 Lihat jurnal Suhuf Vol. 7, No. 1, 2014, hlm. 101-123.

(23)

7

kajian Kaligrafi”.17 Kedua tulisan Akbar lebih banyak membahas aspek kodikologis, karakteristik tulisan dan ornamen-iluminasi mushaf. Adapun disertasinya lebih banyak menyoroti aspek kaligrafi mushaf-mushaf Nusantara.

Selanjutnya tulisan Munawiroh, “Mushaf Kuno di Provinsi Sulawesi Tenggara”.18 Tulisan ini lebih menyoroti aspek kodikologis dan visual mushaf. Kemudian tulisan Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya Lokal”.19 Tulisan Lestari ini lebih menyoroti perkembangan metode penyalinan mushaf di Indonesia, meski terdapat ulasan singkat mengenai aspek teks dan visual dari beberapa mushaf kuno Nusantara. Selanjutnya tulisan Annabel Teh Gallop, “The Bone Qur‟an from South Sulawesi”,20 dan “The Art of The Qur‟an in Java”.21 Kedua tulisan Gallop lebih banyak membahas aspek seni, baik khaṭṭ maupun ornamen-iluminasi pada mushaf. Kemudian tulisan Syaifuddin dan Muhammad Musaddad, “Beberapa Karakteristik Mushaf Al-Qur‟an Kuno Situs Girigajah Gresik”.22 Tulisan ini lebih menyoroti aspek kodikologis, teks dan visual mushaf. Selanjutnya terdapat tulisan antologi yang mengkaji mushaf Keraton Yogyakarta, Kanjeng Kyai Al-Qur‟an. Kumpulan tulisan tersebut kemudian dibukukan dan diterbitkan oleh YKII-UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2004, diedit oleh M. Jandra dan Tashadi. Di antara kontributornya adalah Hamim Ilyas yang menulis “Kanjeng Kyai Al-Qur‟an, Mushaf Kraton, Qiraah dan Faham

17 Disertasi Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sastra Universitas Indonesia Depok Jakarta, 2016.

18 Lihat jurnal Lektur Keagamaan Vol. 5, No. 1, 2007, hlm. 19-38.

19 Lihat jurnal At-Tibyan Vol. 1, No. 1, 2016, hlm. 173-198.

20 Lihat Margaret S. Grases and Benoit Junod (ed.), Treasures of the Aga Khan Museum: Arts of the Book and Calligraphy (Istanbul: Aga Khan Trust for Culture and Sakip Sabanci University &

Museum, 2010), hlm.162-173.

21 Lihat jurnal Suhuf Vol. 5, No. 2, 2012, hlm. 215-229.

22 Lihat jurnal Suhuf Vol. 8, No. 1, 2015, hlm. 1-22.

(24)

8

Agama”,23 dan Moh. Damami Zein yang menulis “Kanjeng Kyai Al-Qur‟an, Deskripsi Naskah dan Relevansinya dengan Kehidupan Dewasa Ini”.24

Selain itu, terdapat kajian mushaf kuno dari aspek rasm dan tanda bacanya seperti tulisan Mustopa, “Beberapa Aspek Penggunaan Rasm dan Tanda Tajwid pada Mushaf Kuno Lingga”.25 Tulisan ini mengkaji enam mushaf, namun hanya lima mushaf yang dibandingkan penggunaan rasm-nya. Perbandingan rasm tersebut hanya dilihat pada empat lafal, yaitu al-lail, yā ayyuhā, al-ṣalāh dan bi‟sa. Selanjutnya tulisan Jonni Syatri, “Mushaf Al-Qur‟an Kuno di Priangan:

Kajian Rasm, Tanda Ayat, dan Tanda Waqaf”,26 dan “Telaah Qira‟at dan Rasm pada Mushaf Al-Qur‟an Kuno Bonjol dan Payakumbuh”.27 Tulisan pertama Syatri mengkaji 18 mushaf dari tiga wilayah: Bandung, Sumedang dan Garut. Namun hanya 17 mushaf yang dibandingkan penggunaan rasm-nya. Sampel yang dibandingan adalah surat al-Mu‟minūn [23]: 1-12. Sedangkan tulisan kedua Syatri mengkaji 5 mushaf. Aspek penggunaan rasm yang dibandingkan adalah (1) penerapan kaidah al-ḥażf dengan sampel lafal al-„ālamīn, wa aṭī‟ūn, yuḥyī dan al- lail; dan (2) penerapan kaidah al-badl dengan sampel lafal al-ṣalāh, al-zakāh, al- ḥayāh dan raḥmah. Kemudian tesis Edi Prayitno, “Inkonsistensi Rasm dalam Manuskrip Mushaf Pleret Bantul D.I. Yogyakarta”.28 Tesis Prayitno tersebut meski secara objek formal berbicara tentang inkonsistensi rasm, namun gambaran

23 Lihat, M. Jandra & Tashadi (ed.), “Kanjeng Kyai”Al-Qur‟an, Pusaka Keraton Yogyakarta (Yogyakarta: YKII-UIN Sunan Kalijaga, 2004), hlm. 77-86.

24 M. Jandra & Tashadi (ed.), “Kanjeng Kyai”Al-Qur‟an..., hlm. 43-66.

25 Lihat jurnal Suhuf Vol. 8, No. 2, 2015, hlm. 283-302.

26 Lihat jurnal Suhuf Vol. 6, No. 2, 2013, hlm. 295-320.

27 Lihat jurnal Suhuf Vol. 8, No. 2, 2015, hlm. 325-348.

28 Edi Prayitno, “Inkonsistensi Rasm dalam Manuskrip Mushaf Pleret Bantul D.I. Yogyakarta”, Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.

(25)

9

kodikologis mushaf Pleret juga dibahas, mulai dari asal-usul, karakter iluminasi, khaṭṭ, qirā‟ah, tanda baca berupa ḥarakat, tajwid dan waqf, hingga beberapa kesalahan penulisan ayat (corrupt).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki kesamaan tema dan bahasan dengan beberapa tulisan yang telah dikemukakan, yakni seputar manuskrip Al-Qur‟an. Hanya saja, yang membedakan adalah objek material kajian, yaitu manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati . Selain itu, penelitian ini tidak hanya mengkaji manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati dari kerangka kodikologi saja, melainkan juga konteks makna dan fungsi teks dalam ruang sosiologisnya.

Studi manuskrip umumnya tidak lepas dari kerangka analisis filologi.

Langkah-lengkah kerja penelitian filologi menurut Oman antara lain: (1) Penentuan teks (2) Inventarisasi naskah (3) Deskripsi naskah (4) Perbandingan naskah dan teks (5) Suntingan teks (6) Terjemahan teks (7) Analisis isi.29 Dari ketujuh langkah tersebut dibutuhkan dua aspek keilmuan, yakni kodikologi dan tekstologi.

Ranah kodikologi adalah sebagai metode pendeskripsian naskah. Menurut Alphonse Dain sebagaimana dikutip Mulyadi meliputi sejarah naskah, sejarah koleksi naskah, penelitian mengenai tempat-tempat naskah yang sebenarnya, masalah penyusunan katalog, penyusunan daftar katalog, perdagangan naskah,

29 Oman Fathurrahman, Filologi Indonesia: Teori dan Metode (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 69-96.

E. Kerangka Teori

(26)

10

dan penggunaan naskah-naskah tersebut.30 Adapun bagian-bagian yang biasanya dipaparkan dalam kodikologi ketika digabungkan dalam bagian filologi adalah bahan naskah, tarikh/penanggalan, tempat penulisan, sejarah naskah, fungsi naskah, perkiraan penulis naskah, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan sang peneliti.31 Sedangkan tekstologi mempelajari seluk-beluk teks yang membahas seputar penjelmaan dan penurunan teks, penafsiran, dan pemahamannya. Menurut Siti Baroroh, ada sepuluh prinsip dasar dalam teori tekstologi, yaitu:

1) Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya.

Salah satu dia antara penerapannya yang praktis adalah edisi ilmiah teks yang bersangkutan.

2) Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya.

3) Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.

4) Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya.

5) Secara metodis, perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah teks (perubahan ideologi, artistik, fisikologi, dan lain-lain) harus didahulukan daripada perubahan mekanis. Misalnya, kekeliruan tidak sadar oleh seorang penyalin.

6) Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada penelitian teks).

7) Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks (dalam naskah antara lain kolofon) harus diikutsertakan dalam penelitian.

30 Sri Wulan Rujiyati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia: Lembar Sastra Edisi Khusus No.24 (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994), hlm. 2.

31 Siti Baroroh Baried dkk., Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994), hlm. 56.

(27)

11

8) Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monumen sastra lain.

9) Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan skriptoria-skriptoria (sanggar penulisan/penyalinan: biara, madrasah) tertentu harus diteliti secara menyeluruh.

10) Rekonstruksi suatu teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah-naskah secara faktual.32

Al-Qur‟an selain sebagai sebuah naskah, dianggap sebagai sebuah kitab suci yang teksnya sudah baku, tidak dapat bahkan tidak akan mungkin diubah. Hal ini karena pewahyuan Al-Qur‟an dianggap tauqīfy33. Aspek-aspek ke- tauqīfy-an Al-Qur‟an antara lain susunan ayat ke dalam satu surat dan cara membacanya34. Oleh karena itu, dalam penelitian terhadap manuskrip yang berupa Al-Qur‟an (bukan karya tafsir atau tarjamah), sang peneliti cenderung tidak perlu melakukan suntingan teks, terjemahan, atau pun transliterasi. Dengan demikian, dalam penelitian terhadap manuskrip Al-Qur‟an hal yang dibutuhkan adalah kajian kodikologi. Namun demikian, karena di dalampenelitian ini juga dibutuhkan pengkajian seputar teks35, maka tentu tekstologi juga tidak dapat ditinggalkan.

Aspek-aspek kodikologis dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data sejarah seputar manuskrip Al-Qur‟an yang diteliti serta mendeskripsikan bentuk

32 Siti Baroroh Baried dkk., Pengantar Teori Filologi..., hlm. 57.

33Tauqīfy artinya sudah ditentukan dari Allah swt, Nabi Muhammad hanya menerima.

34 Selain dua hal tersebut, ada perbedaan ulama‟ tentang aspek yang lain, yakni seputar rasm (tata cara penulisannya) serta susunan urutan surat Al-Qur‟an.

35 Kajian teks dalam penelitian ini hanyalah seputar pengamatan terhadap karakter huruf/aksaran atau secara spesifik dapat dikatakan khaṭ, rasm yang digunakan, tanda waqaf, tanda tajwid, dan tanda baca yang digunakan.

(28)

12

fisik dan teknis penyusunan naskahnya. Sedangkan aspek tekstologi digunakan untung mengetahui teknis-teknis penyalinanya.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi manuskrip yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan objek material berupa manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo, Pati, Jawa Tengah. Adapun objek formalnya adalah tentang karakteristik manusrkip tersebut dalam ditinjau dari aspek kodikologis.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder.

Sumber data primernya adalah manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati. Sedangkan sumber data sekundernya berupa hasil-hasil kajian yang serupa dan memiliki keterkaitan dengan tema penelitian, baik berupa buku, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian sebuah lembaga, artikel jurnal, dan lain sebagainya. Selain itu, keterangan (informasi) dari beberapa subjek yang berkaitan langsung dengan manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati seperti penemu, pemilik dan orang-orang yang mengetahui seputar manuskrip tersebut juga menjadi data pelengkap penelitian.

3. Teknik Perolehan dan Pengumpulan Data

Ada dua cara yang ditempuh dalam memperoleh dan pengumpulan data pada penelitian ini. Pertama, dokumentasi, yaitu pengumpulan bukti-bukti dan keterangan terkait tema penelitian yang bersumber dari objek material, F. Metode Penelitian

(29)

13

manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati . Bukti-bukti dan keterangan tersebut diperoleh dengan cara mengamati objek secara seksama, kemudian dicatat dan difoto. Kedua, wawancara dengan beberapa subjek yang terkait dengan manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati yang meliputi penemu, pemilik, penulis/penyalin dan orang-orang yang memiliki hubungan dengan manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati . 4. Teknik Pengolahan Data

Ada tiga cara yang ditempuh dalam mengolah data-data penelitian.

Pertama, menyunting data-data yang tidak terkait langsung dengan tema penelitian. Kedua, menganalisis data-data yang terkumpul sesuai dengan kerangka dan fokus penelitian. Ketiga, menginterpretasikan data sesuai dengan kerangka penelitian.

5. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan filologis yang secara teoretis mencakup kodikologi dan tekstologi. Pendekatan ini digunakan untuk memotret gambaran kesejarahan dan karakteristik manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati .

Penelitian ini disusun dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagaimana yang diwajibkan secara normatif dalam penulisan karya ilmiah.

Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan yang hendak diteliti.

G. Sistematika Pembahasan

(30)

14

Kemudian dibuat rumusan masalahnya supaya pokok persoalan yang hendak dibahas itu fokus, jelas, terarah dan tidak meluas. Lalu disertakan pula tujuan dan kegunaan penelitian. Selain itu, terdapat telaah pustaka terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan tema dan bahasan penelitian, supaya dapat diketahui posisi dan kontribusi penelitian yang hendak/sedang dilakukan. Kemudian disertakan pula kerangka teori untuk membangun sekaligus menguatkan hipotesis penelitian yang hendak/sedang dilakukan. Selanjutnya adalah uraian teknis-prosedural tentang metode penelitian mulai dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik olah data, hingga metode penarikan kesimpulan.

Bab kedua berisikan pembahasan tentang tinjauan historis Manuskrip Al- Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati . Dalam poin ini pembahasan mencakup data historis lokasi penemuan manuskrip hingga pada analisis seluk-beluk manuskrip itu sendiri. Bab ketiga merupakan isi dari penelitian yang membahas beberapa karakteriskik Manuskrip Al-Qur‟an Desa Langgenharjo Juwana Pati baik dari karakteristik dalam hal teknis penyalinan hingga karakteristik seputar teks (isi manuskrip). Bab keempat merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

(31)

69 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Manuskrip al-Qur’an Pati yang diteliti ini merupakan sebuah cerminan salah satu budaya Islam Indonesia terkait penyalinan al-Qur’an. Dari hasil penelitian dapat dipahami bahwa di Indonesia pada waktu itu sudah mengenal metode penyalinan mushaf dengan menyebutkan ragam qira>’a>t. informasi lain yang dapat diketahui adalah bahwa masa lalu di Indonesia telah memiliki ahli kaligrafi (khat}t}a>t) yang dapat menyalin al-Qur’an secara sempurna dari segi penulisan berdasarkan kaidah khat} yang ada.

Penelitian terhadap Manuskrip al-Qur’an Pati ini secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari aspek historis, Manuskrip al-Qur’an Pati ini diperkirakan memiliki keterkaitan dengan Manukrip al-Qur’an Trengganu, atau bisa jadi memiliki keterkaitan dengan mushaf-mushaf dari Riau yang juga terdapat Manuskrip al-Qur’an dengan model catatan qira’a>t pada scholia. Hal tersebut juga didasarkan pada penggunaan bahasa Arab secara keseluruhan dan menggunakan khat} yang begitu smpurna, sesuai dengan kaidah yang disepakati oleh para khat}t}a>t. Adapun mengenai penyalin dan lokasi penyalinan secara sepesifik penulis belum dapat memastikannya.

(32)

70

Jika melihat pada watermark yang tertera dalam kertas, ia termasuk mushaf periode abad ke-17-18. Dengan demikian usia manuskripnya sekitar 3 abad.

2. Dari pengamatan terhadap karakteristik Manuskrip al-Qur’an Pati ini, dari aspek teknis ternyata terdapat kemiripan dengan beberapa manuskrip al- Qur’an nusantara. Secara teknis penulis belum menemukan khas yang paling mencolok dan membedakan dengan manuskrip-manuskrip al-Qur’an lain.

3. Melihat pada karakteristik teks, disimpulkan bahwa mayoritas hampir 99,9

% dari penulisan teks menggunakan rasm usmani. Hal ini dapat dibuktikan dengan mencermati kaidah haz\f yang biasanya dalam penulisan muhaf dengan rasm imla’i paling menonjol. Seperti penulisan kata , هيملاعلا, اهيأ اي نودلاخ , هيملاظ , باتك dan lain-lain dalam Manuskrip al-Qur’an Pati ini semuanya ditulis dengan membuang alif

4. Tanda baca yang terdapat Manuskrip al-Qur’an Pati ini adalah h}arakat fath}ah, kasrah, z}ammah, tasydid, fathatain, dan zammatain.

5. Tanda tajwid yang ditemukan dalam manuskrip ini adalah tanda mad ja>iz munfas\il dan mad wa>jib muttas\il. Mad wa>jib muttas\il menggunakan warna hitam dan mad ja>iz munfas\il menggunakan tinta merah

6. Dalam manuskrip ini juga terdapat tanda sifir mustadir, yakni bulatan kecil yang diletakkan di atas huruf sebagai tanda bahwa huruf tersebut tidak boleh dibaca panjang atau huruf tersebut dianggap tidak ada

(33)

71

7. Tanda-tanda waqaf dalam Manuskrip al-Qur’an Pati ini diketahui memiliki jumlah yang sangat banyak di antaranya adalah Huruf hamzah dan t}a’.

Huruf s}ad, Huruf nun, Huruf jim (ج), Huruf qaf dan fa’ disambung (فق), dan Huruf mim )م(

8. Manuskrip al-Qur’an Pati ini khat yang dipergunakan adalah naskhi yang hampir sempurna penulisannya, sesuai dengan kaidah. Selain khat} naskhi yang dipergunakan dalam ayat al-Qur’an, dalam Manuskrip al-Qur’an Pati ini juga mempergunakan khat} s\ulus\ untuk menuliskan juz dan lafal basmalah serta awal ayat pada surat al-kahfi yang tertera dalam iluminasi.

9. Secara garis besar, manuskrip al-Qur’an ini ditulis dengan Qira>’ah H}afs dari Imam ‘As}im. Akan tetapi manuskrip al-Qur’an ini tidak hanya mencakup satu qira’ah saja, melainkan di dalamnya terdapat catatan-catatan qira’ah menurut para ulama’ imam qira’ah. Catatan-catatan tersebut dibubuhkan pada pinggir halaman dan selalu diberikan huruf sebagai kode dari imam qira’ahnya. Kode-kode imam qira’ah yang ada dalam manuskrip ini tampaknya menyalin metode rumus Syatibiyyah, yakni rumus yang diciptakan oleh Imam al-Syatiby

10. Kepala surah dan penulisan basmalah dibuat sederhana, hanya dibedakan dengan tinta warna merah untuk nama surat dan keterangannya dengan dibingkai menggunakan dua garis memanjang di bagian atas dan bawah tulisan.

11. Manuskrip al-Qur’an Pati memiliki tanda juz yang selalu berbeda satu sama lain. Yang konsisten dalam pembubuhan tanda juz hanyalah penggunaan

(34)

72

khat s\ulus\ untuk menyebutkan bilangan juz nya. Ornamen yang dipergunakan selalu berbeda dari awal sampai akhir.

12. Tanda ruku’ dalam Manuskrip al-Qur’an Pati ini menggunakan tanda huruf

‘ain (ع) berwarna merah yang berada dalam lingkaran emas dan hitam.

Adapun tanda tiga perempat juz pada manuskrip ini sama dengan tanda ruku’ yang menggunakan lingkaran emas dan hitam. Perbedaannya ada pada penggunaan tulisan berbunyi s\alas\ah arba’. Demikian juga pada tanda rubu’dan nisf.

13. Tanda terakhir yang ditemukan pada Manuskrip al-Qur’an Pati ini adalah tanda ayat sajdah yang berbentuk sangan sederhana, yakni dengan menggunakan tulisan berbunyi sajdah berwarna merah.

B. Saran-saran

Setelah melakukan penelitian yang cukup panjang, ternyata di sini penulis masih sangat memiliki keterbatasan dalam beberapa hal terkait penelusuran historis maupunkarakteristik yang paling spesifik dari Manuskrip al-Qur’an Pati ini. Untuk itu di sini penulis memiliki beberapa saran kepada para pembaca yang diharapkan dapat mengembangkan penelitian terkait manuskrip ini pada masa yang akan datang.

1. Perlu adanya pengkajian lebih detail dan komprehensif mengenai corak pewarnaan yang dipergunakan dalam manuskrip untuk mengetahui khas kedaerahannya sehingga dapat memperkirakan lokasi penyalinannya paling tidak mendekati kebenarannya

(35)

73

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik dari berbagai manuskrip mushaf berdasar periodisasi, berdasar teknis-teknis penyalinan dengan melibatkan berbagai sumber manuskrip mushaf dari berbagai daerah sehingga dapat ditemukan adanya karakter atau pola yang sering dipergunakan penyalin mushaf pada masa lalu sehingga dapat diketahui lebih spesifik mengenai seluk-beluk sebuah manuskrip mushaf.

(36)

74

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. “Manuskrip Al-Qur‟an dari Sulawesi Barat Kajian Beberapa Aspek Kodikologi” Suhuf Vol. 7. No. 1. 2014.

_________. “Naskah Qur‟an Nusantara: Kajian Kaligrafi” Disertasi Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sastra Universitas Indoensia Depok Jakarta 2016.

_________. “Tradisi Mushaf Al-Qur‟an di Lombok” Katalog yang diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dalam rangka pameran „Perkembangan Mushaf, Terjemahan dan Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia‟ pada acara Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats di Lombok pada 18-24 Juli 2011.

Bafadhal, Fadhal AR dan Rosehan Anwar (ed.). Mushaf-mushaf Kuno Indonesia.

Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI. 2005.

Baried, Siti Baroroh dkk.. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. 1994.

Disertasi Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sastra Universitas Indonesia Depok Jakarta, 2016.

Eriyanto. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

2001.

(37)

75

Fathoni, Ahmad. Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an: Metode Maisūra.

Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ. 2016.

Gallop, Annabel T. “The Art of The Qur‟an in Java” Suhuf Vol. 5. No. 2. 2012.

Grases, Margaret S. and Benoit Junod (ed.). Treasures of the Aga Khan Museum: Arts of the Book and Calligraphy. Istanbul: Aga Khan Trust for Culture and Sakip Sabanci University & Museum. 2010.

Gusmian, Islah. “Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca” Tsaqafah Vol. 6. No. 1. 2010.

Idham, “Tinggalan-tinggalan Islam di Majene Sulawesi Barat” Al-Qalam Vol. 19.

No. 1. 2016.

Jandra, M. & Tashadi (ed.). “Kanjeng Kyai”Al-Qur’an, Pusaka Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: YKII-UIN Sunan Kalijaga. 2004.

Lestari, Lenni. “Mushaf Al-Qur‟an Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya Lokal” At-Tibyan Vol. 1. No. 1. 2016.

Mulyadi, Sri Wulan Rujiyati. Kodikologi Melayu di Indonesia: Lembar Sastra Edisi Khusus No.24. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1994.

Mustopa, “Beberapa Aspek Penggunaan Rasm dan Tanda Tajwid pada Mushaf Kuno Lingga” Suhuf Vol. 8. No. 2. 2015.

__________, “Mushaf Kuno Lombok Telaah Aspek Penulisan dan Teks” Suhuf Vol. 10. No. 1. 2017.

(38)

76

Prayitno, Edi. “Inkonsistensi Rasm dalam Manuskrip Mushaf Pleret Bantul D.I.

Yogyakarta” Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2017.

Qadīr, Muḥammad Ṭāhir „Abd. Tārīkh al-Qur’ān. Kairo: Muṣṭafā al-Bābī al- Ḥalabī. 1953.

Saefullah, Asep. “Ragam Hiasan Mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur‟an dan Museum Istiqlal Jakarta” Lektur Keagamaan Vol. 5. No. 1. 2007.

Syaifuddin dan Muhammad Musaddad, “Beberapa Karakteristik Mushaf al- Qur‟an Kuno Situs Girigajah Gresik” Suhuf Vol. 8. No. 1. 2015.

Syantri, Jonni. “Mushaf al-Qur‟an Kuno di Museum Institut PTIQ Jakarta: Kajian Beberapa Aspek Kodikologi terhadap Empat Naskah” Suhuf Vol. 7. No. 2.

2014.

_________. “Mushaf al-Qur‟an Kuno di Priangan: Kajian Rasm, Tanda Ayat, dan Tanda Waqaf” Suhuf Vol. 6. No. 2. 2013.

_________. “Telaah Qira‟at dan Rasm pada Mushaf al-Qur‟an Kuno Bonjol dan Payakumbuh” Suhuf Vol. 8. No. 2. 2015.

Tim Penyusun. Laporan Penelitian Mushaf Kuno Lajnah. Jakarta: LPMQ. 2014.

(39)

77 Lampiran

Musholla Darussalam, lokasi penemuan manuskrip

Penulis bersama Narasumber, Bapak Saluri, Putra Kiai Masykur

(40)

78

Makam K.H Soleh Munawwar

(41)

79

Makam Kiai Masykur

(42)

80

Penulis bersama Cucu dan Putri K.H Soleh Munawwar

(43)

81

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Diri :

Nama : ATIKA MAULIDA

TTL : Sleman, 26 September 1992

Alamat : Krapyak Kulon, Rt 08, Panggungharjo, Sewon, Bantul

Email : atikamaulida@yahoo.com

No Hp : 085643344129

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Njageran tahun 1999 2. KMI PM Darussalam Gontor Putri 1 tahun 2005 3. MA Ali maksum tahun 2009

Data Keluarga :

Ayah : Drs.H.Taufiq Damisi,MM

Ibu : Hj.Henny Mursidah,S.Ag

Suami : Edi Prayitno, S.Th.I., M.Ag.

Anak : Alissa Qafisha

Achla Kaina

Riwayat Pekerjaan :

1. Wiraswasta Hata Fashion: 2012-sekarang

Referensi

Dokumen terkait

1. Kesatuan merupakan prinsip yang utama di mana unsur-unsur seni rupa saling menun+ang satu sama lain dalam mementuk k$mp$sisi yang agus dan serasi. !ntuk

Teori Produksi :  ­  Untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi)  ­  Dan, output (hasil poduksi)  Teori produksi diharapkan : 

Budidaya ayam ras khususnya ayam pedaging (broiler), mengalami pasang surut pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya fluktuasi harga yang

tor yang penting dalam penerapan UU KIP pada Badan Publik Daerah di Badan Publik khususnya di Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, per- nyataan ini

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Induksi Kalus Akasia ( Acacia mangium ) Dengan

Teknik Ornamen pada industri keramik rumahan dinoyo Kota Malang Dalam Proses dekorasi pada benda-benda keramik di Industri Keramik Rumahan Dinoyo Kota Malang, Menggunakan

Salah satu tempat dikota Pekanbaru yang marak dengan anak jalanan yaitu kawasan simpang 4 pasar pagi Arengka yang merupakan kawasan padat jalur lalu lintas di

Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran dapat dimodifikasi secara lentur oleh guru, hal ini lebih memberikan ruang kreatifitas yang tidak terbatas pada