• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan di desa Ciruluk, dusun Ciruluk, kecamatan Kalijati Kabupaten Subang, yang berada pada ketinggian tempat 105 meter dpl. Suhu rata-rata 27o C. Percobaan dilakukan dari bulan Desember 2020 sampai dengan bulan Februari 2021.

3.2 Bahan dan Alat Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari : Benih kacang koro pedang ( Canavalia ensiformis L.), Inokulum Rhyzobium japonicum, pupuk NPK Mutiara 15:15:15, tanah topsoil, fungisida berbahan aktif Propined 70% dan zinc, insektisida berbahan aktif deltametrin 25 g/l.

Alat yang digunakan adalah cangkul, gunting stek, roll meter, kertas label, papan plang percobaan, ember, selang, timbangan, alat tulis, hand sprayer mini dan gelas ukur.

3.3 Metode Percobaan

Percobaan di laksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Sederhana yang terdiri dari satu faktor perlakuan inokulum Rhyzobium yang terdiri dari enam perlakuan dan empat kali ulangan.

(2)

Tabel 2. Takaran Ryzobium japonicum.

Lahan percobaan dibagi ke dalam empat blok/ulangan dan tiap ulangan terdiri dari enam perlakuan. Jumlah kelompok adalah (6x4) menjadi 24 kelompok perlakuan, populasi tanaman/plot terdiri dari 4 sampel tanaman, Sehingga total tanaman dalam plot percobaan 96 tanaman.

No Perlakuan Takaran Dosis Ryzobium japonicum (g/kg) Benih

1 A 1

2 B 2

3 C 3

4 D 4

5 E 5

6 F 6

Ket *) : A : 1 g/kg Benih B : 2 g/kg Benih C : 3 g/kg Benih D : 4 g/kg Benih E : 5 g/kg Benih F : 6 g/kg Benih

(3)

3.4 Rancangan Analisis

Penelitian yang diajukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diuji, dilakukan analisis varians (uji F) dan dilanjutkan dengan uji Duncan masing-masing pada taraf (5%) dengan model linier yang dikemukakan oleh Gasverz (1991). sebagai berikut :

Yij = µ + ti + βj + εij

Keterangan :

Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

Ti = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh blok ke-j

ε

ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

perlakuan ke i dan ke j

berdasarkan model linier diatas disusun dalam sidik ragam sebagai berikut : Tabel 3. Daftar Sidik Ragam.

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

Nilai F Hitung

Nilai F Tabel 5%

Kelompok K-1 JKK KTK KTK/KTG

Perlakuan P-1 JKP KTP KTP/KTG

Galat (k-1) (p-1) JKG KTG

Sumber : Gasverz (1991).

(4)

Rumusnya adalah sebagai berikut :

FK (Faktor Koreksi) =𝑦….2

𝑝.𝑘

JKT (Jumlah Kuadrat Total) =Σijyij2

-

FK

JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan) =Σi𝑌𝑖2

𝑘

-

FK

JKK (Jumlah Kuadrat Kelompok) = Σi

𝑌𝑗2

𝑃

-

FK

JKG (Jumlah Kuadrat Galat) = JKT-JKK-JKP KTP (Kuadrat Tengah Perlakuan) = JKP/p-1 KTK (Kuadrat Tengah Kelompok) = JKK/k-1 KTG (Kuadrat Tengah Galat) = JKG(p-1)(k-1) Kriteria hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jika Fhitung>Ftabel maka perlakuan mempengaruhi hasil penelitian (tolak Ho,Terima H1).

2. Jika Fhitung<Ftabel maka perlakuan tidak memberikan pengaruh bagi hasil penelitian (Terima Ho, tolak H1).

LSR (ɑ,dbG,p) = SSR (ɑ,dbG,p) x S𝑋̅

Untuk mencari S𝑋̅ dihitung dengan cara sebagai berikut : S𝑋̅= √𝐾𝑇𝐺

𝑟

Keterangan :

LSR : Least signifikansi Range SSR : Studenttized signifikansi Range S𝑋̅ : Galat Baku rata-rata

ɑ : Taraf Nyata

P : Jarak Antar Perlakuan dbG : Derajat Bebas Galat KTG : Kuadrat Tengah Galat

(5)

3.5 Pelaksanaan Percobaan

Percobaan dilakukan melalui beberapa tahap antara : 3.5.1 Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah topsoil, arang sekam dan pupuk kandang yang sudah tercampur merata, dengan komposisi 2:1:1 serta dimasukan ke dalam wadah polybag yang berukuran 35 x 40 cm dengan berat media 5 kg/polybag.

3.5.2 Persiapan Benih Pada Polybag

Benih kacang koro pedang yang digunakan adalah benih lokal yang diperoleh dari Gapoktan Indramayu. Benih kacang koro pedang diberi perlakuan Ryzobium japonicum sesuai perlakuan, perlakuan Ryzobium dilakukan pada saat sebelum tanam

dengan cara dicampurkan dengan benih kacang koro. Benih kacang koro yang digunakan harus memiliki syarat syarat antara lain : benih bermutu baik, tidak memiliki penyakit, sudah tua,serta benih jauh dari hama. benih tersebut dipindahkan ke wadah yang lembab agar segera berkecambah dan memiliki presentase hidup yang lebih tinggi.

3.5.3 Penanaman

Benih kacang koro pedang yang telah diberikan perlakuan sudah berkecambah langsung ditanam pada media yang berada dalam polybag dengan kedalaman 2 cm, masing-masing lubang tanam diberi sekitar dua kecambah benih kacang koro pedang.

(6)

3.5.4 Pemeliharaan Tanaman 1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari menggunakan alat penyiram (gembor).

Tanaman kacang koro pedang disiram sampai dengan kondisi tanah dalam keadaan kapasitas lapang.

2. Penyiangan

Pengendalian gulma disekitar area percobaan dilakukan secara fisik dengan cara dicabut langsung dan menggunakan cangkul. Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali. Gulma yang tumbuh diarea percobaan yaitu : rumput teki (Cyperus rotundus), putri malu (Mimosa pudica) dan Bandotan (Ageratum conyzoides).

3. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan setelah tanaman umur 30 HST dengan jarak interval pembumbunan 10 hari sekali dengan cara menggemburkan media pada polybag hingga akar tertutup dengan media. Pembumbunan bertujuan untuk memperbaiki daerah perakaran dan kemudahan akar dalam menyerap unsur hara. Pembumbunan dilakukan sebanyak 6 kali dari bulan januari sampai bulan februari.

4. Pemupukan

Pemupukan tanaman kacang koro pedang menggunakan pupuk majemuk NPK Mutiara (16-16-16) dengan dosis 200 kg/ha (Fahruddin dan Lisdiana, 2000).

Pemberian pupuk diberikan secara ditabur rata dipermukaan media tanam. Setelah ditaburi pupuk segera diari untuk menghindari terjadi kekeringan tanaman akibat reaksi pupuk. Pupuk diberikan setelah tanaman disiram, hal ini bertujuan untuk menghindari

(7)

terjadinya kekeringan tanaman akibat penggunaan pupuk. Pupuk susulan diberikan pada saat tanaman berumur 15 HST dan 30 HST dengan takaran 0,05 g/polybag.

5. Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang menyerang tanaman kacang koro pedang yaitu : a. Ulat grayak (Prodenia litura)

Serangan ulat grayak (Prodenia litura) dapat ditandai dengan kerusakan pada bagian epidermis daun. Ulat grayak aktif pada malam hari, sehingga daun yang terserang terlihat berwarna putih dari jauh. Ulat grayak juga menyerang polong muda ulat grayak menyerang secara mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.

Gejala yang ditimbulkan yaitu kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol dan penyebarannya cepat. Pengendalian dengan cara penyemprotan dengan menggunakan insektisida bila mencapai ambang kendali (12,5%) disemprot pada sore hari (saat ulat menyerang tanaman) menggunakan insektisida yang berbahan aktif Deltametrin 25 g/L dengan dosis 2 ml/liter.

b. Belalang kukus hijau (Atractomorpha crenulata)

Belalang kukus hijau menyerang tanaman kacang koro pada fase pertumbuhan dan hasil, dengan gejala serangan daun kacang koro pedang menjadi sobek dan berlubang-lubang, pengendalian dilakukan dengan cara kimiawi yaitu menggunakan insektisida berbahan aktif Deltametrin 25 g/L dengan dosis 2 ml/liter. Penyemprotan dilakukan pada saat stadium nimfa kecil

(8)

dan imago pada saat sore hari. Penyemprotan diulangi dengan interval 14 hari sekali.

Penyakit yang menyerang tanaman kacang koro pedang a. Antraknosa

Antraknosa adalah cendawan Colletotrichum dermatium G. pathogen ini menyerang tanaman kacang koro pada fase pertumbuhan. Gejala penyakit dapat terlihat pada daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam dengan bercak coklat kehitaman. Pengendalian secara kimiawi disemprot fungisida antracol 70 WP dengan dosis 1-2 g/liter.

3.5.5 Panen

Kacang koro dipanen setelah usia tanam memasuki bulan ke 3 setelah penanaman. Kriteria kacang koro siap panen memiliki ciri-ciri buah sudah berwarna coklat tua, dan kering di pohon. Pemanenan kacang koro dilakukan dengan cara dipotong menggunakan gunting panen.

3.6 Pengamatan

Pengamatan terdiri dari pengamatan utama dan pengamatan penunjang.

Pengamatan utama adalah pengataman yang datanya tidak di analisis secara statistik dan digunakan untuk menjawab hipotesis, sedangkan pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak dianalisis secara statistik dan digunakan untuk mendukung pengamatan utama.

(9)

3.6.1 Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang datanya tidak dianalisis secara statistik. Pengamatan penunjang meliputi hasil analisis tanah, curah hujan selama 10 tahun terakhir, waktu berbunga (pada saat awal berbunga berkisar 5% dan pada saat berbunga serempak berkisar 80%-90%), dan organisme pengganggu tanaman.

3.6.2 Pengamatan Utama 1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari leher akar sampai ujung tanaman tertinggi pada umur 15, 30 dan 45 Hari Setelah Tanam (HST).

2. Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun diamati adalah daun yang telah terbuka sempurna, pengamatan dilakukan pada umur 30 dan 45 HST, perhitungan jumlah daun dilakukan secara manual.

3. Jumlah Polong Per Tanaman Isi dan Hampa (buah)

Jumlah polong isi dan hampa dihitung pada waktu panen dengan cara manual pada setiap 1 plot yang terdiri dari 2 sampel tanaman. Pengamatan dilakukan setelah panen.

4. Bobot Berangkas Kering Tanaman (pupus + akar)

Bobot berangkas kering tanaman per tanaman (akar + batang dan rantin + daun) dikeringkan dalam oven sampai kering mutlak pada suhu 85°C penimbangan dilakukan setelah panen.

(10)

5. Jumlah Bintil Akar yang Efektif

Jumlah bintil akar yang efektif dihitung pada umur tanaman 90 HST dengan cara manual pada setiap plot terdiri dari 2 sampel tanaman.

6. Bobot 100 Butir Biji Kering

Bobot per 100 butir setelah dikeringkan di bawah sinar matahari yang diambil dari sampel setiap petak percobaan dengan kadar air 14%. Penimbangan dilakukan setelah panen.

7. Hasil Bobot Biji Kering Per Petak Perlakuan

Bobot biji kering per petak perlakuan adalah rata-rata bobot biji yang telah dikeringkan yang diambil dari setiap petak percobaan dengan kadar air 14%.

Penimbangan dilakukan setelah panen.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya faktor non-ekonomi yang berpengaruh paling besar terhadap peningkatan permintaan perumahan di kota Watampone adalah variabel jumlah anggota keluarga,

Pada pengujian kandungan total fenol tidak berkorelasi positif dengan aktifitas antioksidan yang terdapat dalam ekstrak rumput laut Caulerpa racemosa. Hal

Pada hasil uji Chi Square antara tekanan panas dengan tekanan darah dapat diketahui nilai p = 0,001 dimana p &lt; 0,05 artinya ada hubungan tekanan panas dengan

Dari kesimpulan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keberhasilan inseminasi buatan antara sapi Bali dara dengan sapi Bali yang pernah beranak, ditinjau dari

Perbaikan telah dilakukan pada kerusakan komponen utama tungku dan alat timbang dengan penggantian dan pemasangan komponen pemanas dan termokopel, sedang untuk

Seperti anting Runi pada periode sebelumnya, desainnya kali ini menghadirkan kesan klasik moderen yang sederhana, kendati pada sampel kedua menggunakan desain yang lebih

Teknik analisis data menggunakan studi kasus dimana dalam proses analisis data dilakukan secara mendalam dan lebih spesifik terhadap permasalahan yang ada, yaitu

Hasil ini berbeda dengan penelitian dari Alim (2009) yang tidak menemukan adanya indikasi income decreasing earning management di tahun 2008 melalui manipulasi aktivitas nyata