Triwulan I - 2011
Kantor Bank Indonesia Kupang
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
KKKAAATTATAA PPPEENENNGGGAAANNNTTATAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut.
Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, May 2011 Bank Indonesia Kupang
Lukdir Gultom Pemimpin
DDDAAAFFFTTTAAARRRIIISSSIII
HALAMAN JUDUL--- 1
KATA PENGANTAR --- 2
DAFTAR ISI --- 3
RINGKASAN EKSEKUTIF --- 5
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN --- 10
1.2 SISI PENAWARAN --- 14
PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM--- 19
2.2 INFLASI KOTA KUPANG--- 21
2.3 INFLASI MAUMERE --- 23
PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM--- 25
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN --- 26
3.3 KREDIT UMKM--- 33
3.4 PERKEMBANGAN BPR--- 35
SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM--- 38
4.2 TRANSAKSI NON TUNAI --- 39
4.3 TRANSAKSI TUNAI --- 40
OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI --- 42
7.2 INFLASI --- 43
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id
Ringkasan Eksekutif
Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I-2011
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI
Kinerja ekonomi NTT secara umum melambat dibandingkan triwulan IV-2010. Pada triwulan IV-2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,22% (yoy), maka pada triwulan I-2011 hanya 4,60% (yoy). Dari total pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 4,60%, didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan, justru pada triwulan laporan mengalami kontraksi. Sementara dari sisi penggunaan, kegiatan belanja rumah tangga yang masih mendominasi angka pertumbuhan ekonomi NTT. Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini yang cenderung optimis, didukung dengan tingkat pendapatan yang terus membaik dan perbaikan ketersediaan lapangan kerja, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan diatas Rp 2 juta, menjadi salah satu pendorong aktivitas konsumsi.
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Sejalan dengan tren nasional, inflasi di NTT pada akhir triwulan I cenderung menurun dibandingkan posisi akhir tahun. Pada akhir tahun melebihi level 9%, yaitu 9,72%, sedangkan triwulan I 8,98%. Penurunan tekanan inflasi NTT, terjadi di kedua kota sample, baik Maumere dan Kupang.
Untuk Kupang terjadi penurunan sebesar 0,99% menjadi 8,98%, sedangkan Meumere turun lebih besar hingga 1,33%, sehingga inflasinya tercatat 7,15%Secara umum inflasi di NTT pada triwulan laporan, fluktuasi paling tinggi masih dialami oleh komponen bahan makanan, khususnya subkelompok perikanan dan bumbu-bumbuan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Perekonomian Provinsi NTT ikut mendorong pertumbuhan kinerja perbankan di NTT. Terlihat dari kemampuan perbankan dalam meningkatkan asetnya masih tetap terpelihara walaupun relatif melambat.
Demikian pula dengan dua indikator yang lain, yaitu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang masih meningkat diatas dua digit. Peran konsumsi dalam struktur ekonomi NTT menjadi pendorong utama peningkatan penyaluran kredit perbankan. Namun, secara perlahan diperkirakan ada upaya untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit produktif sebagai wujud nyata peran perbankan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Sampai dengan akhir Maret 2011, fungsi
intermediasi perbankan (rasio LDR) tercatat 76,14%, dengan kualitas kredit yang tetap terjaga pada level 2,34%.
Kinerja sistem pembayaran meningkat yang mencapai puncak pada triwulan laporan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Hal ini ditandai dengan kenaikan jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang sejak tahun 2010.
Oleh karena itu, upaya sosialisasi, baik kepada aparat penegak hukum, maupun kepada masyarakat agar semakin memahami bagaimana ciri-ciri keaslian uang rupiah merupakan salah satu solusi untuk menghidari kerugian masyarakat.
OUTLOOK
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kinerja perekonomian regional, juga diyakini akan terus membaik. Ekspektasi konsumen terhadap kondisi triwulan II terus menunjukan peningkatan sepanjang periode triwulan I. Hal ini menguatkan bahwa konsumsi masyarakat NTT tetap akan menjadi tulang punggung, sehingga perannya ke depan masih akan dominan. Tingkat realisasi belanja pemerintah pada tahun 2011, diindikasikan akan relatif sama dengan tahun sebelumnya, yang diperkirakan akan mulai pelaksanaan pada periode triwulan II. Peningkatan alokasi belanja infrastruktur untuk wilayah NTT, khususnya terkait perawatan dan pembuatan jalan baru, akan memberikan sentimen positif. Plafon untuk tahun 2011 meningkat hingga 50%. Bila dilihat dari sisi penawaran, pertanian tanaman pangan diperkirakan akan mengalami periode puncak masa panen.
Dari berbagai kondisi diatas kami perkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II mendatang akan berkisar 5,0% - 5,4
Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila disertai dengan kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan berdampak negative terhadap kestabilan harga. Fluktuasi harga pangan sampai dengan akhir triwulan I relatif cukup stabil dibandingkan kondisi tahun lalu, oleh karena itu apabila kondisi yang ada saat ini Oleh karena itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan 8,29% - 8,69%.
Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)
- Kupang 11.08 11.42 9.97 9.97
- Maumere 8.52 8.05 8.48 8.48
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,056 3,189 3,315 3,109
- Pertanian 1,206 1,152 1,172 1,164
- Pertambangan dan Penggalian 39 42 43 39
- Industri Pengolahan 46 46 48 44
- Listrik, gas dan air bersih 13 14 15 14
- Bangunan 187 204 209 185
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 510 557 570 533
- Pengangkutan dan komunikasi 228 240 249 234
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 112 122 132 115
- Jasa 716 812 877 780
Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.28 5.53 5.22 4.60
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 21.12 5.06 9.06 4.69
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 25.33 22.19 24.84 12.98
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 8.45 0.06 0.46 17.66
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.02 8.53 29.05 23.90
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 439.81 354.36 321.56 635.19
Outflow (miliar Rp) 631.72 751.24 1,320.27 236.96
Netflow (miliar Rp) -191.91 -396.88 -998.71 398.23
MRUK (miliar Rp) 381.00 270.03 194.05 300.01
Uang Palsu (ribu Rp) 1,100 6,420 3,920 2,930
Nominal Kliring (miliar Rp) 422.05 462.18 516.92 406.10
Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
Tw.I-11 TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH
P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR Tw.IV-10 Tw.III-10
Tw.II-10 INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 12.04 12.55 13.25 13,816.23
DPK (Rp Triliun) 9.54 9.83 10.21 10,791.10
- Tabungan (Rp Triliun) 4.56 4.73 5.65 5,102.91
- Giro (Rp Triliun) 2.79 2.83 1.96 2,916.83
- Deposito (Rp Triliun) 2.18 2.27 2.60 2,771.36
Kredit (Rp Triliun) 7.53 8.13 7.88 8,216.88
- Modal Kerja 1.88 2.09 2.17 2.15
- Konsumsi 5.29 5.68 5.32 5.67
- Investasi 0.36 0.37 0.39 0.40
LDR 78.92% 82.71% 77.16% 76.14%
NPLs 1.97% 1.86% 1.95% 2.34%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.02 2.06 2.16 2.14
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 129.95 136.87 150.66 158.50
DPK (Rp Miliar) 87.08 95.30 106.83 113.60
- Tabungan (Rp Miliar) 38.37 39.85 42.21 44.06
- Deposito (Rp Miliar) 48.71 55.45 64.42 69.54
Kredit (Rp Miliar) 103.40 116.38 119.70 124.02
- Modal Kerja 47.04 54.37 54.98 54.76
- Konsumsi 45.54 48.85 50.00 52.13
- Investasi 10.82 13.16 14.72 17.13
Kredit UMKM (Rp Miliar) 103.40 116.38 119.70 124.02
Rasio NPL Gross 4.13% 3.70% 3.90% 4.74%
LDR 118.74% 122.12% 112.05% 109.17%
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)
INDIKATOR Tw.II-10 Tw.III-10 Tw.IV-10 Tw.I-11
TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR
B B B A A A B B B I I I M M M A AK A K K R RO R O O E EK E K K O ON O N NO O O M M M I I I R R R E E E G GI G I IO O ON N N A AL A L L
Mengawali tahun 2011, kinerja ekonomi NTT secara umum melambat dibandingkan triwulan IV-2010. Laju pertumbuhan ekonomi triwulan I-2011 lebih rendah dibandingkan triwulan IV lalu. Kalau pada triwulan IV-2010 mencapai 5,22%
(yoy), maka pada triwulan I-2011 hanya 4,60% (yoy). Dari total pertumbuhan
ekonomi NTT sebesar 4,60%, didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa. Kedua sektor tersebut menyumbang 83,44% tingkat pertumbuhan ekonomi NTT, dimana masing-masing 2,46% untuk sektor jasa dan 1,38% sektor PHR. Sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan, justru pada triwulan laporan mengalami kontraksi. Sementara dari sisi penggunaan, kegiatan belanja rumah tangga yang masih mendominasi angka pertumbuhan ekonomi NTT.
Peningkatan kinerja perekonomian NTT dibandingkan tahun lalu, juga ditandai dengan volume jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Kupang yang meningkat hingga 56,37% (yoy), hingga mencapai Rp 236,96 miliar. Demikian pula volume transaksi dengan sistem kliring di Bank Indonesia yang mencapai Rp 406,10 miliar, meningkat 2,22% dibandingkan volume triwilan I 2010.
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.3 Struktur Sisi Penawaran Grafik 1.2 Struktur Sisi Permintaan
Sumber : BPS NTT diolah
Sumber : BPS NTT diolah
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
0 500 1000 500 000 2500 3000 3500 000
I II III IV I*
2010 2011
Rp miliar
1 2
4 PDRB y-o-y q-t-q
Rmh tangga, 84.20%
Swasta, 4.26%
Pemerintah, 21.23%
Investasi, 13.88%
Net ekspor, -28.55%
Pertanian; 37.5%
Pertambangan;
1.2%
Industri ; 1.6%
Bangunan ; 6.7%
PHR ; 16%
Transp &
Komunikasi ; 7%
Keu & Sewa; 3%
Jasa ; 21%
Secara struktur perekonomian, kondisi NTT relatif belum mengalami perubahan signifikan, meskipun tren pergeseran sudah mulai nampak. Dalam sepuluh tahun terakhir, struktur ekonomi NTT tetap bergantung kepada tiga sektor utama, yaitu : pertanian, PHR, dan jasa. Namun bila melihat perkembangannya, sektor
pertanian cenderung melemah.
Laju pertumbuhan sektor tersebut pada dasarnya relatif lambat dibanding kedua sektor lainnya.
Namun demikian, apabila penurunan sektor pertanian diikuti dengan peningkatan sektor industri, hal tersebut
mengindikasikan sentimen positif. Nyatanya tidak demikian yang terjadi di NTT, sektor industri masih belum menunjukan tanda-tanda peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil pertanian yang dimiliki NTT, belum diolah secara optimal, namun hanya diperdagangkan tanpa diberikan nilai tambah terlebih dahulu.
0%
25%
10
50%
75%
0%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
JASA
KEU,SEWA & JASA ANGK & KOM PHR BANGUNAN LISTRIK & AIR INDUSTRI TAMBANG PERTANIAN
Sumber : BPS NTT diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Struktur PDRB NTT
1.1 Sisi Permintaan
Konsumsi menjadi sumber utama penopang pertumbuhan ekonomi. Selain kontribusinya yang sangat dominan, perannya dalam mendukung laju pertumbuhan juga sangat signifikan (share of growth), secara khusus kegiatan belanja rumah tangga. Dari sisi investasi, walaupun belum signifikan namun tetap menunjukan perkembangan positif. Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor), peningkatan aktivitas impor terus mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan aktivitas konsumsi dan investasi.
1. Konsumsi
Secara keseluruhan laju pertumbuhan aktivitas konsumsi tumbuh positif, bahkan meningkat cukup signifikan dibandingkan akhir tahun 2010. Pada triwulan IV 2010 seluruh konsumsi tumbuh 5,25% (yoy), sedangkan pada triwulan I 2011 tumbuh hingga menjadi 7,52% (yoy). Peningkatan laju
pertumbuhan konsumsi terutama disebabkan oleh aktivitas belanja rumah tangga, yang tumbuh dari 3,29% (yoy), menjadi 6,87% (yoy).
Sedangkan konsumsi swasta nir laba dan pemerintah justru cenderung melambat, meski tetap tumbuh positif.
Grafik 1.5 PDRB Konsumsi
Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini yang cenderung optimis, didukung dengan tingkat pendapatan yang terus membaik dan perbaikan ketersediaan lapangan kerja, menjadi salah satu pendorong aktivitas konsumsi (Sumber : Survei Konsumen KBI-Kupang). Bagi masyarakat berpenghasilan diatas Rp 2 juta, selama triwulan I masih mengindikasikan tendensi positif untuk konsumen di NTT, mengingat kelompok masyarakat ini yang memiliki kemampuan daya beli yang relatif stabil.
Selain itu, tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya di level petani, selama triwulan I 2011 terjadi sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya, hal ini dikarenakan pada periode ini hampir seluruh petani tabama sedang berada pada periode musim tanam, belum ada aktivitas konsumsi yang dominan. Kemudian, pemakaian listrik rumah tangga yang terus meningkat menjadi salah satu indikasi kualitas rumah tangga NTT mengalami perbaikan.
Pembiayaan perbankan menjadi salah satu pendukung kegiatan konsumsi. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT sampai dengan akhir triwulan I-2011 mencapai Rp 5,67 triliun, tumbuh 14,67%(yoy) dan masih menjadi porsi terbesar dalam pembiayaan perbankan, yaitu 68,96%.
Grafik 1.6 Keyakinan Konsumen Grafik 1.7 Perkembangan NTP NTT
Sumber : BPS diolah
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
20%
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 0 0
I II III IV I*
2010 2011
400 450
Konsumsi y-o-y q-t-q
p miliarR
Sumber : BPS NTT diolah
0 20 40 60 80 100 120 140 160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
80 90 100 110 120 130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2010 2011
NTP
Indeks yang dibayar Indeks yang diterima
Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.9 Kredit Konsumsi
2. Investasi
Investasi pada awal tahun 2011 tumbuh relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan I 2011 investasi di NTT, baik oleh swasta maupun oleh pemerintah mengalami peningkatan sebesar 3,17% (yoy), sedangkan periode sebelumnya 2,34% (yoy).
Kegiatan investasi di NTT secara umum masih didominasi oleh peningkatan kualitas infrastruktur. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya alokasi dana APBN untuk perawatan maupun pembangunan jalan dari Dirjen Bina Marga yang mencapai 50%, menjadi Rp 679 miliar untuk tahun 2011. Selain itu, kegiatan investasi yang dominan di NTT, adalah pembangunan ruko baru yang terus mengalami peningkatan, sehingga berdampak terhadap peningkatan jumlah pelanggan listrik kategori bisnis. Kemudian untuk mendukung peningkatan aktivitas pariwisata di
NTT, sejak tahun 2010 dibangun sebuah hotel baru kerja sama antara PT Nusa Wisata Indah dengan PT Adhi Karya, Hotel dan Lounge T-More bintang tiga senilai Rp. 21 miliar dimana pada triwulan laporan, telah memasuki tahap terakhir.
Grafik 1.10 Perkembangan Investasi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT diolah
Sumber : PLN wil NTT diolah
Grafik 1.11 Pelanggan Listrik Sektor Bisinis 0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
4,400.00 4,600.00 4,800.00 5,000.00 5,200.00 5,400.00 5,600.00 5,800.00
I II III IV I
Konsumsi y‐o‐y konsumsi
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
ribu kwh
260000 255000 Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
250000 245000 240000 235000 230000 225000 220000 215000 210000
Sumber : KBI Kupang
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0 100 200 300 400 500
I II III IV I*
2010 2011
Rp miliar
Investasi y-o-y q-t-q
18000 18200 18400 18600 18800 19000 19200 19400 19600
0 000 4000 6000 8000 10000 12000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
ribu kwh
Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
2
Pertumbuhan kinerja investasi di triwulan I, juga ditandai dengan pola konsumsi semen di wilayah NTT.
Dari sisi pembiayaan, perkembangan kredit investasi setiap tahun tetap mengalami ekspansi, meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan total kredit yang disalurkan. Pada akhir triwulan I 2011, outstanding kredit investasi tumbuh 33,84% (yoy), atau
menjadi Rp 395,74 miliar dari Rp 295,69 miliar. Faktor keterbatasan infrastruktur maupun aspek kepastian hukum diperkirakan rentan dapat menjadi penghambat laju investasi, khususnya investasi swasta.
Grafik 1.12 Kredit Investasi
3. Net Ekspor
Kinerja ekspor-impor NTT masih diwarnai dengan angka defisit yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan, angka defisit ekspor- impor NTT yang tercermin dari struktur PDRB mencapai Rp 814,53 miliar.
Jumlah tersebut tumbuh 10,95% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang hanya Rp 734,12
miliar. Secara umum hal tersebut terjadi karena pengaruh peningkatan konsumsi masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi, sementara itu disisi lain kinerja sektor tradeable yang masih bersifat tradisional mengakibatkan produktivitas daerah ini relatif rendah dan kurang kompetitif. Selama beberapa tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ekspor PDRB NTT selalu lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan impor. Ketimpangan kinerja ekspor dan impor di NTT tercermin dari kinerja di pelabuhan yang lebih diwarnai kegiatan unloading (bongkar muatan).
Khusus untuk ekspor luar negeri NTT sebagian besar ditujukan ke negara di Asia, dengan tujuan Cina. Komoditi yang dominan adalah
Sumber : BPS NTT diolah
Grafik 1.13 PDRB Ekspor - Impor
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
‐ 50.00 100.00 50.00 200.00 50.00 300.00 350.00 400.00 450.00
I II III IV I
Investasi y‐o‐y investasi
1 2
Sumber : KBI Kupang
(1,200.00) (1,100.00) (1,000.00) (900.00) (800.00) (700.00) (600.00) (500.00)
-300 100 500 900 1300 1700 2100 00
I II III IV I*
2010 2011
Rp miliar
Impor Ekspor Net Ekspor (axis kanan)
25
komoditi bahan galian (marmer, mangan). Volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan I-2011 mencapai 12,98 ribu ton.
Dari total jumlah tersebut, 7,97 ribu ton ditujukan ke Cina, sedangkan sekitar 4,28 ribu ton dikirim ke negara tetangga Timor Leste. Secara total volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan I mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 24,84 ribu ton.
Grafik 1.14 Negara Tujuan Ekspor
EUROPE AUSTRALIA ASIA
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, kontribusi sektor pertanian relatif masih dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan laporan. Selama triwulan laporan, ketiga sektor tersebut menyumbang 79,69% angka pertumbuhan PDRB Rp 3,11 triliun (harga konstan). Atau dengan kata lain, dari angka pertumbuhan 4,60%(yoy), ketiga sektor diatas memberikan kontribusi 70,77%, setara dengan 3,26%.
1. Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan I mengalami kontraksi. jika dibandingkan dengan triwulan I pada 2010, maka terjadi penurunan sebesar 1,47%. Menurunnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan diakibatkan oleh melemahnya produktivitas subsektor tanaman pangan.
Kontraksi pada subsektor tanaman pangan mencapai 4,80%(yoy) selama triwulan laporan. Faktor cuaca, khususnya curah hujan yang bergeser mengakibatkan pola musim panen yang ada selama ini terganggu. Diperkirakan dampaknya akan mengakibatkan pergeseran puncak musim panen menjadi pada periode triwulan II.
Grafik 1.15 Perkembangan Pertanian
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
1100 1150 1200 1250
I II III IV I*
2010 2011
Rp miliar
PDRB y-o-y
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011
AMERICA AFRICA
Sumber : EDW -DSM
Penurunan kinerja subsektor tanaman pangan hampir terjadi pada seluruh komoditi. Penurunan produksi paling signifikan terjadi pada komoditi ubi jalar yang mencapai 64,48%, akibat berkurangnya volume luas panen sebesar 64,76%. Demikan pula yang terjadi pada komoditi ubi kayu dan kacang tanah, dimana produksi pada subround I masing-masing mengalami kontraksi 13,01% dan 8,36%. Sedangkan untuk padi dan jagung, produksi pada subround pertama diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun dari sisi luas panen dan produktivitas lahan cenderung menurun. Sementara untuk perkembangan produksi kedelai relatif positif, baik dari produksi, luas lahan, dan produktvitas lahan.
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga meningkat. Pada tahun triwulan laporan, sektor PHR tumbuh hingga 8,34%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 7,22%.
Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat yang disebabkan oleh
karena kondisi ekspektasi keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian yang cenderung optimis pada awal tahun 2011. Hal tersebut mempengaruhi tingakt keyakinan konsumen untuk melakukan kegiatan konsumsi selama
Tabel 1.1 Aram Padi dan Palawija NTT
Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Beda LP Beda H/H Beda P
Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) % % %
Padi 77 279 27.73 214 258 77 177 32.69 252 289 4.96 -0.03 4.92
Jagung 205,846 27.78 571,840 26,810 27.32 73,245 -2.50 4.12 1.50
Kacang tanah 10 369 12.60 13 065 4 234 11.29 4 780 -8.65 0.33 -8.36 Ubi Kayu 10,656 101.10 107,732 29,958 102.00 305,572 -14.50 1.74 -13.01
Kacang hijau 6,551 8.78 5,752 6,369 8.67 5,522 2.30 -1.41 0.81
Kedelai 1 263 11.49 1 451 642 9.03 580 19.80 3.66 24.13
Ubi jalar 1,553 83.80 13,014 6,651 82.72 55,017 -64.76 0.81 -64.48
Pertumbuhan Jan-Apr (2010-2011)
Januari - April Mei - Agustus Komoditi
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Grafik 1.20 Perkembangan Arus Bongkar
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000
0 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
Mar‐10 Apr‐10 May‐10 Jun‐10 Jul‐10 Aug‐10 Sep‐10 Oct‐10 Nov‐10 Dec‐10 Jan‐11 Feb‐11 Mar‐11 (ton)
peti kemas (box) kapal barang (ton)
1,000 2,000
(box)
Sumber : Pelindo Kupang
triwulan I, dimana sejak bulan Januari sampai Maret terus meningkat. Hal tersebut tentu didukung oleh tingakat penghasil akibat membaiknya penyerapan tenaga kerja menurut pandangan konsumen.
Selain itu, dukungan pembiayaan konsumtif oleh perbankan juga tetap menunjukan peningkatan. Demikian pula untuk kredit sektor perdagangan yang tumbuh 30,76% (yoy) sampai dengan Maret 2011, sehingga menjadi Rp 1,46 triliun. Berbagai kondisi diatas memberikan sentimen positif terhadap aktivitas perdagangan. Meningkatnya volume perdaganan di NTT, juga ditunjukan dengan peningkatan volume barang impor di pelabuhan. Dengan porsi konsumsi yang sangat dominan dalam perekonomian NTT, maka dapat dipastikan bahwa sebagian besar barang yang masuk ke NTT bukan merupakan barang modal untuk kegiatan usaha produktif, namun merupakan barang- barang konsumtif.
3. Jasa-jasa dan sektor lainnya
Kinerja sektor jasa masih ditopang oleh jasa pemerintahan.
Pada triwulan laporan kegiatan jasa pemerintahan tumbuh hingga level 13,13% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 8,18%(yoy). Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan sektor jasa secara
keseluruhan menjadi 10,34%(yoy), meningkat 1,89% dari triwulan IV 2010.
Peningkatan nilai belanja pemerintah melalui APBD ataupun DAU menjadi stimulus kegiatan sektor ini.
Selain tiga sektor utama, peranan sektor ekonomi lainnya cenderung mengalami peningkatan, kecuali sektor pertambangan dan sektor keuangan. Lambatnya pertumbuhan aktibitas sektor pertambangan pada awal tahun 2011, diperkirakan akibat kendala faktor cuaca (curah hujan tinggi), sehingga menghambat aktivitas penambangan batu-batuan. Hujan yang berkepanjangan selama triwulan I, juga mempengaruhi kelancaran jalur
Grafik 1.21 PDRB Sektor Jasa
12%
Sumber : BPS NTT diolah 0
100 0 300 400 500 600 700 800 900 00
I II III IV I*
2010 2011
m
20 10
Rpiliar
PDRB y-o-y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
transportasi darat, sehingga juga ikut menghambat kelancaran kegiatan sektor pertambangan.
Kinerja sektor keuangan sangat bergantung pada lembaga perbankan. Intermediasi perbankan pada akhir triwulan I relatif mengalami penurunan dibandingkan posisi akhir tahun 2010. Laju pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat relatif mengalami peningkatan dari 11,94%
menjadi 16,91%, sedangkan ekspansi pembiayaan justru melambat dari 18,25% menjadi 18,10%, meskipun tetap tumbuh positif.
Tabel 1.2 Kinerja Perbankan NTT indikator
utama I II III IV I
Aset (miliar) 11,836.32 12,228.45 12,520.21 13,252.33 13,816.23
y-o-y aset 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73%
Kredit (miliar) 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88
y-o-y kredit 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10%
DPK (miliar) 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10
y-o-y DPK 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91%
LDR 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14%
NPL 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34%
2010 2011
Sumber : KBI Kupang
Tabel 1.3 PDRB Sisi Penawaran
Penawaran 2011 yoy
(miliar) I II III IV I* tw I
Pertanian 1,182 1,206 1,152 1,172 1,164 -1.47%
Pertambangan 36 39 42 43 39 6.08%
Industri Pengolahan 43 46 46 48 44 1.74%
Listrik,Gas dan Air 12 13 14 15 14 13.65%
Bangunan (konstruksi) 178 187 204 209 185 4.10%
Perdagangan & Hotel 492 510 557 570 533 8.34%
Transportasi & Komunikasi 217 228 240 249 234 8.00%
Keuangan dan Persewaan 105 112 122 132 115 10.22%
Jasa-jasa 707 716 812 877 780 10.34%
PDRB 2,972 3,056 3,189 3,315 3,109 4.60%
2010
Tabel 1.4 PDRB Sisi Permintaan
Permintaan 2011 yoy
(miliar) I II III IV I* tw I
Konsumsi 3,158 3,318 3,494 3,699 3,382 7.08%
Investasi 396 420 442 455 409 3.17%
Ekspor 818.44 882.91 983.10 1,022.06 819.94 0.18%
Impor 1,553 1,811 2,075 2,092 1,634 5.28%
PDRB 2,972 3,056 3,189 3,315 3,109 4.60%
2010
B B B A A A B B B I I I I I I P P P E ER E R RK K K E EM E M MB B BA A AN N N G GA G A AN N N I IN I N N F F F L L L A AS A S S I I I
Searah dengan pergerakan Indeks
2.1 Kondisi Umum
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Harga Konsumen (IHK) di tingkat nasional, pada triwulan I- 2011 inflasi di provinsi NTT lebih rendah dibandingkan kondisi akhir tahun 2010. Inflasi tahunan nasional pada akhir triwulan I, turun 0,31%
menjadi 6,65%, sedangkan untuk provinsi NTT, penurunannya relatif
besar, yaitu 1,04%, sehingga pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 8,98%, setelah pada akhir tahun melebihi level 9%, yaitu 9,72%. Penurunan tekanan inflasi NTT, terjadi di kedua kota sample, baik Maumere dan Kupang. Untuk Kupang terjadi penurunan sebesar 0,99% menjadi 8,98%, sedangkan Meumere turun lebih besar hingga 1,33%, sehingga inflasinya tercatat 7,15%. Apabila dibandingkan dengan tahun lalu pada posisi yang sama kondisi tahun 2011 relatif tidak berbeda jauh. Pada triwulan I-2010 inflasi tahunan NTT sebesar 8,70%, dengan Kupang 9,03% dan Maumere 7,02%. Dengan kondisi diatas secara keseluruhan selama triwulan laporan (q-t-q), di NTT telah terjadi pergerakan IHK sebesar 2,09%, dimana relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yang selama triwulan I mengalami pergerakan 3,06%.
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12 14
%
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy ntt mtm ntt
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi di NTT
I II III IV I
Sumber : BPS diolah year on year
NTT 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68%
Kupang 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98%
Maumere 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15%
month to month
NTT -0.15% 0.52% 0.39% 0.93% 0.21%
Kupang -0.16% 0.45% 0.20% 0.91% 0.14%
Maumere -0.09% 0.89% 1.38% 1.09% 0.57%
ear to date
NTT 3.06% 5.42% 8.65% 9.72% 2.09%
Kupang 3.25% 5.56% 8.81% 9.97% 2.32%
Maumere 2.11% 4.68% 7.84% 8.48% 0.86%
Inflasi 2010 2011
y
Inflasi NTT masih diatas inflasi secara nasional. Secara umum, tingkat inflasi Kupang dan Maumere termasuk kota di Indonesia dengan persistensi yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari tingkat inflasi NTT yang cenderung selalu berada diatas nasional. Pada triwulan laporan, pergerakan IHK tahunan secara keseluruhan, dari 66
kota di Indonesia (nasional), tercatat hanya sebesar 6,65%. Kemudian selama triwulan I, IHK nasional hanya bergerak naik 0,70%. Hal tersebut tentunya berbeda signifikan dengan NTT. Kondisi geografis yang dikelilingi oleh laut, ketergantungan pada kelancaran jalur pelayaran akan sangat menentukan, terutama pada periode awal tahun seperti pada triwulan I. Kemudian, hampir seluruh barang kebutuhan konsumsi masyarakat NTT berasal dari provinsi lain, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Oleh karena tingkat ketergantungan kepada daerah-daerah tersebut cukup tinggi, menyebabkan kedua kota di NTT rentan terhadap fluktuasi harga.
Gejolak harga di daerah pemasok akan memberi second round effect yang lebih besar kepada NTT. Selain itu, load factor transportasi dari dan menuju NTT relatif tidak seimbang, sehingga biaya operasional perusahaan pelayaran untuk daerah ini relatif lebih tinggi. Pada triwulan laporan, gejolak harga dari sisi suplai diperkirakan masih menjadi penyebab dominan. Secara umum inflasi di NTT pada triwulan laporan, fluktuasi paling tinggi masih dialami oleh komponen bahan makanan, dimana mencapai 4,05% jika dibandingkan dengan Desember 2010. Namun kondisi tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu, dimana mencapai 6,65%.
Komoditi bahan makanan yang mengalami tekanan relatif dominan adalah subkelompok perikanan dan bumbu-bumbuan. Untuk harga komoditi perikanan sejak Januari sampai dengan Maret masih terus menunjukan peningkatan. Sedangkan untuk subkelompok bumbu-bumbuan, kenaikannya cenderung menurun, bahkan mengalami deflasi pada bulan Maret.
Kenaikan harga perikanan terjadi karena kondisi cuaca yang selama triwulan I
Sumber : BPS diolah 0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%
21%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy kupang yoy maumere yoy nasional
Grafik 2.2 Inflasi NTT dan Nasional
menghambat nelayan untuk berlayar, bahkan diakhir bulan Maret kondisi tersebut belum menunjukan tanda-tanda perubahan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dampak kenaikan harga ikan, tentu mempengaruhi harga berbagai produk turunannya, seperti ikan yang diawetkan.
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok
I II III IV I
UMUM 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68%
BAHAN MAKANAN 19.72% 20.58% 20.75% 16.86% 14.01%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.95% 9.89% 8.71% 8.79% 7.74%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -0.90% 0.70% 3.09% 3.39% 5.06%
SANDANG 6.33% 8.10% 7.93% 5.63% 4.88%
KESEHATAN 3.17% 2.97% 4.92% 5.96% 6.32%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5.49% 4.47% 4.70% 4.22% 3.49%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 14.99% 11.32% 10.60% 7.69%
2011 Komoditi 2010
Sumber : BPS diolah
2.2 Inflasi Kota Kupang
Tekanan harga secara umum di Kupang memasuki awal tahun 2011 relatif mengalami penurunan dibandingkan akhir tahun 2010. hal tersebut terlihat dari kondisi tingkat perubahan IHK secara tahunan pada kedua periode tersebut. Pada posisi Desember 2010 mencapai 9,97%, sedangkan posisi triwulan I-2011 turun
menjadi 8,98%. Secara umum, penurunan tekanan harga terjadi hampir di seluruh kelompok barang, kecuali pada kesehatan, dan perumahan yang kondisinya justru meningkat. Penurunan paling dominan terjadi pada kelompok bahan makanan, dari 16,96% menjadi 14,69%, serta kelompok transportasi, dari 12,78% menjadi 8,83%.
Grafik 2.3 Inflasi NTT dan Nasional
‐2%
1%
4%
7%
10%
Khusus selama triwulan I, terjadi perubahan IHK sebesar 2,32%
(q-t-q) bila dibandingkan dengan posisi Desember. Tekanan inflasi paling tinggi dirasakan oleh Kupang pada bulan Januari, dengan 1,41%, kemudian terus menurun pada bulan Februari dan Maret, masing-masing menjadi 0,76%
dan 0,14%. Hal tersebut terjadi karena situasi pelayaran pada bulan Januari relatif yang paling buruk, dibandingkan dua bulan selanjutnya. Bahkan tidak jarang pada bulan Januari, kegiatan bongkar muat di pelabuhan terhenti total
13%
16%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy kupang mtm kupang
Sumber : BPS diolah
karena cuaca yang tidak mendukung. Apabila proses bongkar muat tetap dipaksakan, maka dampaknya dapat merusak fasilitas pelabuhan.
Kelompok bahan makanan, mengalami kenaikan IHK paling tinggi diantara seluruh kelompok barang yang lain. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga pada subkelompok komoditi perikanan, beserta produk turunannya dan kelompok bumbu-bumbuan. Kenaikan harga ikan selama triwulan I, dipengaruhi oleh faktor cuaca yang menghambat nelayan untuk beroperasi. Akibatnya pasokan untuk kebutuhan konsumsi, mengalami kekurangan. Kalaupun nelayan tetap berlayar, hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya operasional yang dibutuhkan untuk beroperasi.
Dampak kenaikan harga ikan tentunya mengakibatkan seluruh harga produk turunan dari ikan juga ikut bergerak naik. Selain itu, barang-barang komoditi yang merupakan substitusi untuk ikan laut, juga sedikit bergerak naik, seperti ayam. Selain harga ikan, harga bumbu-bumbuan juga relatif masih bergejolak, khususnya pada awal triwulan. Namun kemudian berangsur-angsur turun pada bulan berikutnya. Harga komoditi bumbu yang mengalami kenaikan, adalah cabe, karena dampak lanjutan kenaikan harga pada bulan Desember lalu.
Kenaikan harga ikan dan cabe pengaruhi inflasi volatile food.
Sebagai kelompok dengan pengaruh yang dominan, dan bobot share yang besar, maka pergerakan komoditi volatile food secara otomatis akan sangat menentukan tingkat inflasi di Kupang. Tekanan inflasi volatile food paling tinggi terjadi pada bulan Januari, dimana terjadi peningkatan 5,56% bila dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut juga tercermin bila dilihat dari tingkat inflasi
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2010
inflasi yoy administered price volatile food core inflation
‐3%
0%
3%
6%
9%
12%
15%
18%
21%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2010
inlfasi yoy inflasi barang inflasi jasa
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Kupang
kelompok barang yang sangat dominan dibandingkan kelompok jasa pada bulan Januari dibandingkan bulan sebelumnya hingga 4,02%.
I II III IV I
UMUM 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98%
BAHAN MAKANAN 20.76% 21.06% 21.87% 16.96% 14.69%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.07% 10.04% 8.37% 8.62% 7.19%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -1.43% 0.54% 3.42% 3.73% 5.27%
SANDANG 7.31% 8.93% 8.66% 5.84% 4.87%
KESEHATAN 3.55% 3.50% 5.67% 6.78% 7.28%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.21% 4.98% 4.87% 4.50% 3.88%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 9.79% 18.47% 13.77% 12.78% 8.83%
KOMODITI 2010 2011
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok
Sumber : BPS diolah
2.3 Inflasi Maumere
Tekanan harga secara umum di Maumere memasuki awal tahun 2011 relatif mengalami penurunan dibandingkan akhir tahun 2010.
Perubahan IHK secara tahunan antara kedua periode dimaksud mengalami penurunan. Pada posisi Desember 2010 mencapai 8,48%, sedangkan
posisi triwulan I-2011 turun menjadi 7,15%. Secara umum, penurunan tekanan harga terjadi hampir di seluruh kelompok barang, kecuali pada sandang, transportasi, dan makanan jadi yang kondisinya justru meningkat. Penurunan paling dominan terjadi pada kelompok bahan makanan, dari 16,30% menjadi 10,13%.
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011
yoy maumere mtm maumere
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Maumere
Khusus selama triwulan I, terjadi perubahan IHK sebesar 0,86%
(q-t-q) bila dibandingkan dengan posisi Desember. Tekanan inflasi paling tinggi dirasakan oleh Maumere pada bulan Januari, dengan 0,88%, kemudian di bulan Februari justru mengalami deflasi 0,59%. Sedangkan pada bulan Maret kembali mengalami inflasi sebesar 0,57%. Sama halnya dengan kondisi Kupang, pada bulan Januari jalur transportasi menuju NTT, hampir seluruhnya mengalami gangguan
Berbeda dengan Kupang, di Maumere justru kelompok bahan makanan mengalami deflasi paling tinggi selama triwulan I. Hal ini
disebabkan oleh tingginya deflasi pada subkelompok buah-buahan, yang mencapai 12,37%, dibandingkan triwulan lalu (qtq). Pengaruh paling besar disumbangkan oleh penurunan harga pisang yang selama bulan Februari mencapai 11,54% (mtm). Bahkan IHK beras di Maumere pada bulan Februari mengalami deflasi 1,40%. Selain beras dan pisang, IHK daging juga mengalami penurunan, baik daging ayam, sapi, maupun babi.
Penurunan harga buah, beras dan daging pengaruhi inflasi volatile food. Sebagai kelompok dengan pengaruh yang dominan, dan bobot share yang besar, maka pergerakan komoditi volatile food secara otomatis akan sangat menentukan tingkat inflasi di Maumere.
Penurunan tekanan inflasi volatile food
secara otomatis mempengaruhi inflasi secara keseluruhan. Perubahan IHK komoditi volatile food secara tahunan, turun signifikan jika melihat kondisi Desember 2010, yaitu dari 14,80% menjadi 6,19% pada bulan Januari.
Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Maumere
‐5%
0%
5%
% 15%
%
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2010
inflasi umum core inflation
10 20
25 volatile food inflation administered inflation
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Maumere
I II III IV I
UMUM 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15%
BAHAN M KANAN 14.15% 18.01% 15.01% 16.30% 10.13%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.24% 9.10% 10.65% 9.74% 10.82%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.84% 1.46% 1.42% 1.66% 4.04%
SANDANG 1.16% 3.73% 4.09% 4.51% 4.95%
KESEHATAN 1.17% 0.19% 0.96% 1.58% 1.27%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.80% 1.83% 3.79% 2.69% 1.42%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.64% -2.14% -1.54% -0.61% 1.32%
2010 2011
A
KOMODITI
Sumber : BPS diolah