• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4, Nomor 2, Oktober 2015 ISSN 2301-6981

JMSL Volume 4

Nomor 2

Halaman 593 - 699

Banda Aceh Oktober 2015

ISSN 2301-6981 Diterbitkan oleh:

Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL) Pascasarjana Unsyiah dan

Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Komda Aceh

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

Journal of Land Resources

Management

(2)
(3)

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN Journal of Land Resources Management

ISSN 2301-6981

Volume 4, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 593-699

DAFTAR ISI

Dinamika Fhosfat dan Sifat Kimia Ultisol Akibat Kompos TITHONIA (Tithonia diversifolia) dan Pupuk Kandang

Edi Rizal, Sufardi, Muyassir

593-598

Analisis Perubahan Tutupan Lahan dan Tekanan Penduduk pada Kawasan Hutan Lindung Daerah Tangkapan Air (catchment area) Danau Laut Tawar

Abdul Kholiq, Hairul Basri, Sugianto

599-607

Potensi Produksi Hijauan Pakan Pada Lahan Penggunaan Eksisting Untuk Menunjang Program Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Aceh Besar

Mira Delima, Abubakar Karim, M. Yunus

608-615

Kualitas Air Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kawasan Sub Das Krueng Tripa Kabupaten Nagan Raya

Munira, Muyassir, M. Rusli Alibasyah

616-622

Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa l.) Pada Sawah Tadah Hujan

Zulfahmi, Helmi, dan Bakhtiar

663-668

Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan Lahan di Dataran Tinggi Gayo

Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, dan Indra

669-679

Penggunaan Bakteri Pseudomonas fluorescens dan Pupuk Kandang Dalam Bioremediasi Inceptisol Tercemar Hidrokarbon

Junaidi, Muyassir, dan Syafruddin

680-686

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Hortikultura Dalam Penerapan Konservasi Lahan di Desa Mandiri Pangan Kabupaten Aceh Tengah

Zainab, Indra, dan M. Rusli Alibasyah

687-697

Petunjuk Bagi Penulis Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan (JMSL) 698-699

Dicetak oleh Percetakan Universitas Syiah Kuala Press Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

(4)

EVALUASI TINGKAT DEGRADASI LAHAN AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DATARAN TINGGI GAYO

Evaluation of Land Degradation Levels Caused by Landuse Change at Gayo Highlands Yulia Dewi Fazlina1), Abubakar Karim2), Indra3)

1) Prodi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Unsyiah, Banda Aceh

2&3) Fakultas Pertanian Unsyiah, Jln Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Darussalam Banda Aceh 23111,

Email: qalia_fazline@yahoo.co.id

Naskah diterima 1 Oktober 2013, disetujui, 19 April 2015

Abstract : This research aimed to determine the level of land degradation that occured due to the changes in land use and to determine the level of land degradation that occurred in areas with the same in land use and different in soil type, climate and rainfall. The descriptive method was used in this experiment by field surveys and analysis of data and information obtained in the field as well as the soil analysis in laboratory. The data were analyzed by (1) criteria scoring to determine the relationship between land use change and land degradation level, (2) comparing degradation level in all locations that have differences in soil types, climates types and slope classes. The transect I (Permata sub district, Bener Meriah district) had land cover of forest, reed and tobacco were medium degraded, while coffee plantations and shrubs were lowly degraded. This transect had climate C type (somewhat wet), Andisol type and 26-40% slopes. The transect II (Pantan Cuaca sub district, Gayo Lues district) had land cover of annuals garden, shrubs and coffee plantations, were medium degraded, while in reed was highly degraded. This transect had climate B type (wet), Cambisol soil type and 9-15% and >40% slopes. The transect III (Dabun Gelang sub district, Gayo Lues district), had land cover of forest, shrubs and open land were medium degraded, while in pine forest was highly degraded. This transect had climate B type (wet), red-yellow Podzolic soil types and slopes of 9-15% and >40%.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat degradasi lahan yang terjadi akibat perubahan penggunaan lahan serta mengetahui tingkat degradasi lahan yang terjadi pada wilayah yang memiliki jenis tanah, iklim dan curah hujan yang berbeda namun mengalami perubahan penggunaan lahan yang Sama. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui survei lapangan serta analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh di lapangan juga hasil analisis tanah yang diperoleh di laboratorium.

Pengolahan data, dilakukan dengan cara: (1) menggunakan kriteria skoring untuk mengetahui hubungan antara perubahan penggunaan lahan dengan tingkat degradasi lahan yang terjadi, (2) membandingkan tingkat degradasi lahan yang terjadi pada semua lokasi penelitian yang memiliki jenis tanah, tipe iklim dan kelas lereng yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan, pada transek I (Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah), tutupan lahan berupa hutan, ilalang, dan kebun tembakau mengalami degradasi sedang, sedangkan kebun kopi dan semak mengalami degradasi ringan. Transek I memiliki tipe iklim C (agak basah) dengan jenis tanah Andosol dan lereng 26-40%. Pada transek II (Kecamatan Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues), tutupan lahan berupa kebun tanaman semusim, semak dan kebun kopi mengalami degradasi sedang sedangkan ilalang mengalami degradasi berat. Transek II memiliki tipe iklim B (basah) dengan jenis tanah Cambisol dan lereng 9-15% dan >40%. Pada transek III (Kecamatan Dabun Gelang, Kabupaten Gayo Lues), tutupan lahan berupa hutan semak dan tanah terbuka mengalami degradasi sedang, sedangkan hutan pinus mengalami degradasi berat. Transek III memiliki tipe iklim B (basah) dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning dan lereng 9-15% dan >40%.

Kata kunci: Degradasi lahan, perubahan penggunaan lahan, dataran tinggil Gayo

PENDAHULUAN

Degradasi lahan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lahan. Penurunan kualitas lahan ini dapat berpengaruh terhadap kerusakan

di permukaan bumi. Saat lahan mengalami degradasi, lahan tidak akan mampu berfungsi sesuai kapasitasnya sebagai pendukung terhadap pertumbuhan tanaman, pencegah terjadinya erosi serta pencegah terjadinya hal-

(5)

670 Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, & Indra. Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan ...

hal negatif terhadap sumberdaya air dan udara.

Degradasi lahan umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu degradasi yang terjadi karena faktor alam serta akibat campur tangan manusia. Terjadinya degradasi lahan akibat campur tangan manusia berupa kegiatan pengeksploitasian sumberdaya alam yang berlebihan. Dimana proses eksploitasi ini tidak sejalan dengan proses pembaharuan terhadap sumberdaya alam tersebut.

Tiga proses penyebab terjadinya degradasi lahan berupa (1) degradasi fisik seperti memburuknya struktur tanah, kompaksi, aliran banjir berlebih serta erosi, (2) degradasi kimia berupa terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur-unsur lainnya dan (3) degradasi biologi, yang berhubungan dengan penurunan kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan ikut menurunnya keragaman spesies fauna (Lal, 2000 dalam Andriani, 2009).

Kecamatan Permata merupakan satu diantara kecamatan yang ada dalam wilayah administrasi Kabupaten Bener Meriah.

Kecamatan Permata dalam angka (BPS, 2010a) menjelaskan luas Kecamatan Permata mencapai 193,50 km2. Selain Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah, yang menjadi tempat penelitian adalah Kecamatan Pantan Cuaca serta Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues. Kecamatan Pantan Cuaca memiliki luas wilayah 176,23 km2 (BPS, 2011a), sedangkan Kecamatan Dabun Gelang memiliki luas wilayah 327,63 km2 (BPS, 2011b).

Pengambilan tiga lokasi yang berbeda dikarenakan perbedaan jenis tanah, iklim dan intensitas curah hujan serta intensifnya pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat di tempat tersebut. Dimana faktor- faktor ini yang akan berpengaruh terhadap tingkat degradasi lahan yang terjadi.

Degradasi lahan salah satu penyebabnya adalah akibat dari perubahan penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai perubahan dari satu penggunaan lahan menjadi penggunaan lahan lainnya, dimana perubahan ini dapat bersifat sementara maupun permanen. Akibat dari perubahan penggunaan lahan ini, banyak lahan-lahan yang pemanfaatannya tidak sesuai. Selain itu, pada peristiwa perubahan penggunaan lahan ini, banyak lahan yang dimanfaatkan sebagai ladang berpindah. Pada saat ditinggalkan, lahan dalam keadaan tanpa penutup tanah (cover crop). Kondisi seperti ini dapat menyebabkan terjadinya erosi karena air hujan yang turun

akan mendispersikan tanah serta laju aliran permukaan menjadi tinggi.

Kegiatan perubahan penggunaan lahan yang dominan terjadi di kedua Kabupaten tersebut adalah pada pembukaan areal perkebunan kopi rakyat. Data BPS (2010b) menunjukkan luas areal lahan kopi di Kabupaten Bener Meriah pada tahun 2008 seluas 39.489 ha bertambah menjadi 39.532 ha pada tahun 2009. Kondisi yang sama juga terjadi pada Kabupaten Gayo Lues, pada tahun 2008 luas areal kebun kopi 3.628 ha dan pada tahun 2009 menjadi 3.938 ha.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat degradasi lahan yang terjadi akibat perubahan penggunaan lahan yang dinilai dari perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah dan mengetahui tingkat degradasi lahan yang terjadi pada jenis tanah, tipe iklim, kelas lereng dan curah hujan yang berbeda namun mengalami perubahan penggunaan lahan yang sama atau sebaliknya.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Permata (Desa Linung) Kabupaten Bener Meriah, Kecamatan Pantan Cuaca (Desa Kenyaran) dan Kecamatan Dabun Gelang (Desa Sangir) Kabupaten Gayo Lues. Analisis peta dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Fakultas Pertanian Unsyiah.

Untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman, analisis sifat fisika tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Lingkungan, serta untuk analisis sifat biologi tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas pertanian Unsyiah. Penelitian dilakukan mulai Februari sampai dengan Juni 2012.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa bor tanah, ring sampel, pisau, cangkul, kantong plastic, GPS, kamera digital, alat tulis serta alat-alat yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan berupa peta administrasi Kabupaten Bener Meriah dan Gayo Lues, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta lereng untuk masing-masing kecamatan yang menjadi lokasi penelitian, serta bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan analisis tanah di Laboratorium.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui survey lapangan serta melakukan analisis terhadap data dan informasi

(6)

di lapangan juga hasil analisis tanah di laboratorium. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahapan persiapan berupa pengurusan perijinan serta studi kepustakaan, kemudian melakukan penentuan jalur transek dengan menggunakan transek toposekuen. Dimana dalam satu transek dibagi lagi kedalam beberapa subtransek, pembagian subtransek berdasarkan atas segmen lereng pada masing- masing penggunaan lahan, subtransek ini yang menjadi patokan dalam pengambilan sampel tanah pada masing-masing penggunaan lahan.

Pengambilan sampel tanah diambil pada setiap segmen transek pada masing-masing penggunaan lahan, untuk dilakukan perbandingan tingkat perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta tingkat degradasi yang terjadi antara yang terdapat pada lahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan dengan yang terdapat pada hutan yang masih alami. Analisis tanah di laboratorium meliputi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Untuk sifat kimia meliputi pH, C-Organik, N-Total, P- Tersedia, kation-kation basa, KTK, dan KB.

Untuk sifat biologi meliputi total mikroorganisme dan respirasi tanah, sedangkan untuk sifat fisika meliputi porositas, stabilitas agregat, permeabilitas, bulk density, pendistribusian pori dan tekstur 3 fraksi.

Pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara alih fungsi lahan dengan tingkat degradasi lahan yang terjadi di daerah penelitian, digunakan kriteria skoring (bobot) berdasarkan hasil analisis dari laboratorium untuk sifat kimia, biologi dan fisika tanah yang kemudian dibandingkan dengan kriteria penilaian data analisis tanah PUSLITTANAK (1995) untuk sifat kimia, kriteria Biological Fertility Index Based on Biochemical Parameters (Pompili L. and Benedetti, 2006) untuk sifat biologi, sedangkan untuk sifat fisika tanah dibandingkan dengan kriteria kemampuan lahan FAO (1976). Hasil penjumlahan semua bobot pada semua sifat kimia, biologi dan fisika tanah, dijadikan patokan untuk menentukan tingkat degradasi lahan, dimana dikatakan memiliki tingkat degradasi berat bila memiliki nilai bobot ≤ 55, degradasi sedang bila memiliki nilai bobot 56-64 dan degradasi ringan bila memiliki nilai bobot ≥ 65.Sedangkan untuk mengetahui degradasi lahan pada semua lokasi penelitian yang memiliki jenis tanah, tipe iklim dan kelas lereng yang berbeda, dilakukan perbandingan tingkat degradasi lahan yang terjadi.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Permata (Desa Linung) Kabupaten Bener Meriah, Kecamatan Pantan Cuaca (Desa Kenyaran) dan Kecamatan Dabun Gelang (Desa Sangir) Kabupaten Gayo Lues. Analisis peta dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Fakultas Pertanian Unsyiah.

Untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman, analisis sifat fisika tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Lingkungan, serta untuk analisis sifat biologi tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas pertanian Unsyiah. Penelitian dilakukan mulai Februari sampai dengan Juni 2012.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa bor tanah, ring sampel, pisau, cangkul, kantong plastic, GPS, kamera digital, alat tulis serta alat-alat yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan berupa peta administrasi Kabupaten Bener Meriah dan Gayo Lues, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta lereng untuk masing-masing kecamatan yang menjadi lokasi penelitian, serta bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan analisis tanah di Laboratorium.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui survey lapangan serta melakukan analisis terhadap data dan informasi di lapangan juga hasil analisis tanah di laboratorium. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahapan persiapan berupa pengurusan perijinan serta studi kepustakaan, kemudian melakukan penentuan jalur transek dengan menggunakan transek toposekuen. Dimana dalam satu transek dibagi lagi kedalam beberapa subtransek, pembagian subtransek berdasarkan atas segmen lereng pada masing- masing penggunaan lahan, subtransek ini yang menjadi patokan dalam pengambilan sampel tanah pada masing-masing penggunaan lahan.

Pengambilan sampel tanah diambil pada setiap segmen transek pada masing-masing penggunaan lahan, untuk dilakukan perbandingan tingkat perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta tingkat degradasi yang terjadi antara yang terdapat pada lahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan dengan yang terdapat pada hutan yang masih alami. Analisis tanah di laboratorium meliputi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Untuk sifat kimia meliputi pH, C-Organik, N-Total, P-

(7)

672 Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, & Indra. Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan ...

Tersedia, kation-kation basa, KTK, dan KB.

Untuk sifat biologi meliputi total mikroorganisme dan respirasi tanah, sedangkan untuk sifat fisika meliputi porositas, stabilitas agregat, permeabilitas, bulk density, pendistribusian pori dan tekstur 3 fraksi.

Pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara alih fungsi lahan dengan tingkat degradasi lahan yang terjadi di daerah penelitian, digunakan kriteria skoring (bobot) berdasarkan hasil analisis dari laboratorium untuk sifat kimia, biologi dan fisika tanah yang kemudian dibandingkan dengan kriteria penilaian data analisis tanah PUSLITTANAK (1995) untuk sifat kimia, kriteria Biological Fertility Index Based on Biochemical Parameters (Pompili L. and Benedetti, 2006) untuk sifat biologi, sedangkan untuk sifat fisika tanah dibandingkan dengan kriteria kemampuan lahan FAO (1976). Hasil penjumlahan semua bobot pada semua sifat kimia, biologi dan fisika tanah, dijadikan patokan untuk menentukan tingkat degradasi lahan, dimana dikatakan memiliki tingkat degradasi berat bila memiliki nilai bobot ≤ 55, degradasi sedang bila memiliki nilai bobot 56-64 dan degradasi ringan bila memiliki nilai bobot ≥ 65.Sedangkan untuk mengetahui degradasi lahan pada semua lokasi penelitian yang memiliki jenis tanah, tipe iklim dan kelas lereng yang berbeda, dilakukan perbandingan tingkat degradasi lahan yang terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Tapak Pengamatan

Tutupan lahan di ke tiga lokasi penelitian hampir sama yaitu hutan, semak, ilalang dan kebun. Perubahan penggunaan lahan terjadi akibat pembukaan lahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat untuk usaha budidaya kopi maupun untuk budidaya tanaman semusim.

Pada budidaya tanaman semusim, lahan hanya dimanfaatkan selama beberapa musim tanam saja, kemudian lahan tersebut ditinggalkan dan dibiarkan terlantar, sehingga lahan tersebut ditumbuhi oleh semak maupun ilalang. Dalam pembukaan lahan hutan, masyarakat menggunakan cara pembakaran, sehingga lahan berada dalam kondisi tanpa penutup, yang menyebabkan mudah terjadinya erosi. Dimana hal tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya degradasi lahan. Secara rinci deskripsi lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan peta jenis tanah, setiap transek memiliki jenis tanah yang berbeda, dimana pada transek I jenis tanah Andosol, transek II Kambisol dan transek III Podsolik Merah Kuning dengan kelerengan pada setiap transek 9 sampai - >40%. Untuk tipe iklim, berdasarkan klasifikasi Schmith-Ferguson (Lakitan, 1994) Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah termasuk ke dalam tipe iklim agak basah (C) dengan rata-rata curah hujan 1.662,5 mm tahun-

1. Kecamatan Pantan Cuaca dan Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues termasuk ke dalam tipe iklim basah (B) dengan rata-rata curah hujan 2.004 mm tahun-1.

Analisis Degradasi Lahan

Analisis degradasi lahan untuk transek I, II dan transek III dilakukan dengan cara pembobotan berdasarkan hasil analisis dari laboratorium untuk sifat kimia, biologi dan fisika tanah yang kemudian dibandingkan dengan kriteria penilaian data analisis tanah PUSLITTANAK (1995) untuk sifat kimia, kriteria Biological Fertility Index Based on Biochemical Parameters (Pompili L. and Benedetti, 2006) untuk sifat biologi, sedangkan untuk sifat fisika tanah dibandingkan dengan kriteria kemampuan lahan FAO (1976).

Hasil penjumlahan semua bobot sifat fisika, biologi dan kimia tanah dijadikan patokan untuk menentukan tingkat degradasi lahan, dimana tingkat (1) degradasi berat bila memiliki nilai bobot ≤ 55, (2) degradasi sedang bila memiliki nilai bobot 56-64, dan (3) degradasi ringan bila memiliki nilai bobot ≥ 65.

Transek I (Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah)

Berdasarkan total nilai skoring tingkat degradasi lahan, maka diperoleh tingkat degradasi lahan pada transek I berupa degradasi ringan pada tutupan lahan berupa kebun kopi serta semak, mengalami degradasi sedang pada hutan, ilalang dan kebun tembakau. Secara rinci tingkat degradasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tutupan lahan berupa hutan memiliki nilai bobot keseluruhan sebesar 61 atau termasuk ke dalam kriteria degradasi sedang. Tutupan lahan berupa ilalang memiliki nilai bobot keseluruhan sebesar 63 sedangkan kebun tembakau memiliki nilai bobot keseluruhan sebesar 62, kedua tutupan lahan ini termasuk ke dalam kriteria sedang.

(8)

Tabel 1. Deskripsi lokasi penelitian evaluasi tingkat degradasi lahan akibat perubahan penggunaan lahan di dataran tinggi Gayo

Lokasi (Transek)

Penggunaan lahan/Penutu pan lahan

Lereng (%) Deskripsi

Desa Linung Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah

Hutan Ilalang

Semak Kebun Tembakau Kebun Kopi

26-40 26-40

26-40 26-40

26-40

Hutan alami, tidak pernah ada campur tangan manusia di dalamnya

Lahan bekas areal hutan yang sudah dibuka dan diusahakan yang kemudian ditinggalkan dalam jangka waktu yang sudah lama.

Lahan yang sudah pernah diusahakan, namun kemudian ditinggalkan sehingga ditumbuhi vegetasi baru.

Lahan yang sudah di buka dan sudah usahakan untuk areal perkebunan tembakau dan dilakukan pemupukan yang intensif.

Lahan yang sudah diusahakan untuk perkebunan kopi secara terus menerus

Desa Kenyaran Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues

Ilalang

Semak Kebun Kopi Kebun tanaman semusim (cabai)

>40

9-15 9-15 9-15

Lahan bekas areal hutan yang sudah dibuka dan diusahakan yang kemudian ditinggalkan dalam jangka waktu yang sudah lama.

Lahan yang sudah pernah diusahakan, namun kemudian ditinggalkan sehingga ditumbuhi vegetasi baru.

Lahan yang diusahakan untuk perkebunan kopi secara terus menerus.

Lahan yang diusahakan untuk tanaman semusim berupa tanaman cabai, telah dilakukan pemupukan yang intensif.

Desa Sangir Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues

Hutan Pinus Semak Tanah Terbuka

>40

>40 9-15 9-15

Hutan alami yang tidak ada campur tangan manusia.

Hutan homogen yang terdiri dari satu jenis tanaman yaitu tanaman pinus.

Lahan yang sudah pernah diusahakan, namun kemudian ditinggalkan sehingga ditumbuhi vegetasi baru.

Lahan yang sudah dibersihkan dengan cara dibakar namun belum diusahakan kembali.

Ketiga tutupan lahan ini, termasuk kedalam kriteria sedang, namun untuk masing-masing komponen penilaian baik sifat kimia dan fisika tanah memiliki nilai yang berbeda, kecuali untuk sifat biologi tanah dan curah hujan yang memiliki nilai bobot yang sama. Tutupan lahan berupa kebun kopi dan semak termasuk ke dalam kelas degradasi ringan dengan total nilai keseluruhan untuk masing-masing tutupan lahan sebesar 68. Kebun kopi mengalami degradasi ringan karena berada pada posisi paling bawah dari transek ini dimana saat terjadi aliran permukaan, bahan organik akan terangkut dan tertimbun pada tutupan lahan yang paling bawah.

Perbandingan parameter yang memberikan nilai bobot yang berbeda antara hutan dengan kebun kopi yaitu pada K-dd, Na-dd, P-tersedia, N-total, porositas, permeabilitas, bulk density dan indeks stabilitas agregat. Sedangkan perbandingan parameter yang berbeda antara hutan dan semak yaitu C-organik, K-dd, Na-dd,

N-total, tekstur, permeabilitas, bulk density serta pori air tersedia. Penetuan tingkat degradasi lahan dengan pemberian nilai bobot, menyebabkan perbedaan tingkat degradasi lahan pada masing-masing tutupan lahan.

Walaupun hutan memiliki keadaan ekosistem yang seimbang serta memiliki siklus hara tertutup, namun tidak tertutup kemungkinan pada lahan hutan pun dapat terjadi degradasi akibat faktor erosi, longsor maupun kebakaran hutan.

Transek II (Kecamatan Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues)

Berdasarkan nilai skoring diperoleh tingkat degradasi lahan pada transek II pada tutupan lahan berupa ilalang mengalami tingkat degradasi berat serta degradasi sedang terjadi pada tutupan lahan berupa semak, kebun tanaman semusim dan kebun kopi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

(9)

674 Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, & Indra. Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan ...

. Tabel 2. Nilai skoring tingkat degradasi lahan pada transek I Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah

Parameter Hutan Ilalang Semak Kebun Tembakau Kebun Kopi

Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Sifat Kimia

- pH H2O - C-org - K-dd - Mg-dd - Ca-dd - Na-dd - P-tersedia - N-total - KTK - KB

M T S ST

S R SR

S T T

5,00 4,27 0,59 9,10 7,80 0,32 0,813

0,49 28,0 63,62

2 4 3 5 3 4 1 3 4 4

33 M ST S T R S SR

T S S

5,20 5,31 0,44 5,20 3,70 0,72 0,735

0,56 24,8 40,58

2 5 3 4 2 3 1 4 3 3

30 M ST T ST

S T SR

T T T

5,46 6,14 0,81 10,00

9,40 0,89 1,018

0,61 31,2 67,62

2 5 4 5 3 2 1 4 4 4

34

AM T T ST

R ST SR S T ST

5,67 4,36 0,97 15,00

2,70 1,83 0,249

0,41 27,2 75,38

3 4 4 5 2 1 1 3 4 5

32 M T T ST

S S R T T T

5,14 4,82 1,00 8,30 7,40 0,76 5,896

0,51 29,2 59,79

2 4 4 5 3 3 2 4 4 4

35

Sifat Fisika - Tekstur - Permeabilitas - Lereng - BD - ISA - Porositas - PDC - PDL - PAT

l Ce AC R ASt

Po ST S S

S 15,28 26-40 0,88

58 63 35 11 14

5 1 2 1 3 2 1 5 3

23 ld ACe

AC T ASt

Po ST S T

S 10,28 26-40

1,04 59 62 33 12 17

5 3 2 3 3 2 1 5 4

28 ld ACe

AC S ASt

Po ST S T

S 9,28 26-40

1,00 53 60 31 15 16

5 3 2 3 3 2 1 5 4

28 l ACe

AC T ASt

Po ST T S

S 9,66 26-40

1,06 60 65 32 18 14

5 3 2 3 3 2 1 3 3

25 l ACe

AC ST St Ba ST S S

S 9,66 26-40

1,72 68 53 28 12 14

5 3 2 1 4 4 1 5 3

28

Sifat Biologi

- Respirasi tanah - 2,67 1 1 - 1,62 1 1 - 6,68 2 2 - 2,14 1 1 - 1,86 1 1

Iklim

- Curah hujan - 1.662,5 4 4 - 1.662,5 4 4 - 1.662,5 4 4 - 1.662,5 4 4 - 1.662,5 4 4

Total Akhir 61 63 68 62 68

Kriteria Degradasi Sedang Degradasi Sedang Degradasi Ringan Degradasi Sedang Degradasi Ringan

Ket:

BD = Bulk Density KTK = Kapasitas Tukar Kation M = Masam ld = Lempung Berdebu

ISA = Indeks Stabilitas Agregat KB = Kejenuhan Basa AM = Agak Masam Po = Porous

PDC = Pori Draenase Cepat PAT = Pori Air Tersedia R = Rendah ASt = Agak Stabil

PDL = Pori Draenase Lambat S = Sedang AC = Agak Curam T = Tinggi

ACe = Agak Cepat Ba = Baik St = Stabil

Ce = Cepat l = Lempung ST = Sangat Tinggi

(10)

Tabel 3. Nilai skoring tingkat degradasi lahan pada transek II Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues

Parameter Ilalang Semak Kebun Kopi Kebun Tanaman Semusim

Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Sifat Kimia

- pH H2O - C-org - K-dd - Mg-dd - Ca-dd - Na-dd - P-tersedia - N-total - KTK - KB

M R S T R ST SR R S T

4,74 1,31 0,31 5,20 2,70 1,93 0,359

0,18 18,0 56,36

2 2 3 4 2 1 1 2 3 4

24 M

S ST ST S S SR

S T T

5,20 2,24 1,07 8,90 7,20 0,48 0,750 0,34 26,0 67,88

2 3 5 5 3 3 1 3 4 4

33

AM S ST ST S R SR

S S ST

5,72 2,40 1,49 13,70 10,40 0,24 1,570

0,30 22,0 117,42

3 3 5 5 3 4 1 3 3 5

35

M R T T S S SR

S T S

5,10 1,10 0,68 6,70 6,20 0,79 0,811 0,24 27,6 52,05

2 2 4 4 3 3 1 3 4 3

29

Sifat Fisika - Tekstur - Permeabilitas - Lereng - BD - ISA - Porositas - PDC - PDL - PAT

li AL AC T KSt

Ba ST R S

H 1,18

>40 1,28 44 52 30 8 13

3 3 2 3 2 4 1 3 3

24 llid

Ce Bg S ASt

Po ST T T

AH 15,28 9-15 0,96 55 62 32 13 18

1 1 4 3 3 2 1 3 4

22

ld AL Bg T KSt KBa ST

R S

S 0,88 9-15 1,20 48 47 22 7 13

5 3 4 3 2 3 1 3 3

27

llid ACe

Bg S ASt

Po ST S T

AH 7,82 9-15 1,04 56 62 30 15 16

1 3 4 3 3 2 1 5 4

26

Sifat Biologi

- Total Respirasi - 0,9 1 1 - 1,86 1 1 - 1,11 1 1 - 0,63 1 1

Iklim

- Curah hujan - 2.004 3 3 - 2.004 3 3 - 2.004 3 3 - 2.004 3 3

Total Akhir 52 59 66 59

Kriteria Degradasi Berat Degradasi Sedang Degradasi Ringan Degradasi Sedang

Ket :

BD = Bulk Density KTK = Kapasitas Tukar Kation S = Sedang AH = Agak Halus

ISA = Indeks Stabilitas Agregat KB = Kejenuhan Basa KBa = Kurang Baik R = Rendah

PDC = Pori Draenase Cepat PAT = Pori Air Tersedia T = Tinggi Ce = Cepat

PDL = Pori Draenase Lambat AC = Agak Curam Bg = Bergelombang Ba = Baik

M = Masam ST = Sangat Tinggi KSt = Kurang Stabil H = Halus li = Liat

AM = Agak Masam AL = Agak Lambat ASt = Agak Stabil ld = Lempung Berdebu

SR = Sangat Rendah Ace = Agak Cepat Po = Porous llid = Lempung Liat Berdebu

(11)

676 Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, & Indra. Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan ...

Tabel 4. Nilai skoring tingkat degradasi lahan pada transek III Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues

Parameter Hutan Hutan Pinus Semak Tanah Terbuka

Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Harkat Kriteria Bobot Total Sifat Kimia

- pH H2O - C-org - K-dd - Mg-dd - Ca-dd - Na-dd - P-tersedia - N-total - KTK - KB

M ST T T R S SR

T T S

5,00 6,19 0,73 6,40 3,10 0,60 1,273

0,58 28,8 37,61

2 5 4 4 2 3 1 4 4 3

32

M R S T R ST SR R R ST

4,75 2,17 0,50 6,60 5,60 2,03 1,676

0,19 13,2 111,57

2 2 3 4 2 1 1 2 2 5

24 M ST T T R ST SR S S S

5,13 5,52 0,77 6,40 3,36 1,16 0,187 0,39 24,4 47,92

2 5 4 4 3 1 1 3 3 3

29

M ST ST T R ST SR T ST

R

5,17 8,49 1,02 4,60 3,40 1,83 0,420

0,57 43,6 24,88

2 5 5 4 3 1 1 4 5 2

32

Sifat Fisika - Tekstur - Permeabilitas - Lereng - BD - ISA - Porositas - PDC - PDL - PAT

lli S AC

T St Ba ST S R

AH 2,46

>40 1,22 67 55 34 11 10

1 5 2 3 4 4 1 5 2

27

lli S AC

T ASt

Ba ST S S

AH 5,42

>40 1,18 60 55 31 12 14

1 5 2 3 3 4 1 5 3

27 ld S Bg

T KSt

Ba ST R S

S 2,44 9-15 1,20 48 52 25 9 12

5 5 4 3 2 4 1 3 3

30 l Ce Bg R ASt

Po ST T T

S 17,64

9-15 0,92 58 64 30 16 17

5 1 4 1 3 2 1 3 4

24

Sifat Biologi

- Total Respirasi - 1,47 1 1 - 0,9 1 1 - 2,38 1 1 - 1,61 1 1

Iklim

- Curah hujan - 2.004 3 3 - 2.004 3 3 - 2.004 3 3 - 2.004 3 3

Total Akhir 63 55 63 60

Kriteria Degradasi Sedang Degradasi Berat Degradasi Sedang Degradasi Sedang

Ket :

BD = Bulk Density KTK = Kapasitas Tukar Kation

ISA = Indeks Stabilitas Agregat KB = Kejenuhan Basa PDC = Pori Draenase Cepat PAT = Pori Air Tersedia PDL = Pori Draenase Lambat

M = Masam Ce = Cepat ld = Lempung Berdebu ST = Sangat Tinggi

SR = Sangat Rendah AC = Agak Curam lli = Lempung Berliat St = Stabil

R = Rendah Bg = Bergelombang l = Lempung Po = Porous

S = Sedang KSt = Kurang Stabil Ba = Baik

T = Tinggi ASt = Agak Stabil

(12)

Pada transek II, tutupan lahan yang mengalami degradasi berat terjadi pada ilalang, dengan nilai bobot keseluruhan 52. Hal ini mungkin dikarenakan sebelumnya lahan tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, namun karena telah menurun produktivitasnya ditinggalkan dan ditumbuhi ilalang.

Tutupan lahan berupa semak dan kebun tanaman semusim termasuk kedalam kelas degradasi sedang, dengan nilai bobot keseluruhan 59. Untuk kebun kopi, termasuk ke dalam degradasi ringan dengan total bobot nilai keseluruhan 66. Meskipun memiliki tingkat degradasi lahan yang sama, namun untuk beberapa parameter yang diberi nilai bobot memiliki nilai yang berbeda pada tutupan lahan berupa semak dan kebun tanaman semusim. C- organik, K-dd dan Mg-dd pada kebun tanaman semusim memiliki nilai lebih rendah dari pada semak dan kebun kopi. KTK, tekstur dan indeks stabilitas agregat pada kebun kopi memiliki nilai yang lebih rendah. Tutupan lahan semak memiliki nilai bobot untuk permeabilitas yang lebih rendah dari pada kebun kopi dan kebun tanaman semusim, sedangkan nilai bobot untuk pori drainase lambat pada kebun tanaman semusim memiliki nilai bobot yang lebih tinggi.

Transek III (Kecamatan Dabun Gelang, Kabupaten Gayo Lues)

Berdasarkan nilai bobot, diperoleh tingkat degradasi lahan pada transek III, pada tutupan lahan berupa hutan mengalami tingkat degradasi ringan, sedangkan degradasi sedang terjadi pada tutupan lahan berupa pinus, semak dan tanah terbuka. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tutupan lahan berupa hutan mengalami tingkat degradasi ringan dengan total nilai keseluruhan 67. Hutan mengalami degradasi ringan mungkin dikarenakan hutan masih bersifat alami serta memiliki vegetasi yang rapat, dimana hal tersebut dapat meminimalkan terjadinya degradasi.

Degradasi sedang terjadi pada tutupan lahan berupa hutan pinus, semak dan tanah terbuka.

Dengan total nilai keseluruhan untuk pinus 59, semak 61 dan tanah terbuka 58. Walaupun sama-sama mengalami degradasi sedang, namun nilai untuk masing-masing komponen sifat-sifat tanah memiliki nilai yang berbeda.

Perbandingan parameter yang memiliki nilai bobot yang berbeda antara tutupan lahan hutan dengan tanah terbuka yaitu pada nilai bobot untuk K-dd, Na-dd, KTK. KB, tekstur,

permeabilitas, lereng, bulk density, indeks stabilitas agregat, porositas, pori drainase lambat dan pori air tersedia. Perbedaan nilai bobot menyebabkan perbedaan tingkat degradasi lahan antara hutan dengan tanah terbuka. Tanah terbuka termasuk ke dalam kategori degradasi sedang mungkin karena baru saja dibuka oleh masyarakat dengan cara dibakar. Dimana abu dari proses pembakaran lahan ini dapat meningkatkan kation-kation basa, sehingga memberikan nilai yang baik pada nilai pembobotan, yang menyebabkan tanah terbuka termasuk ke dalam degradasi sedang.

Perbandingan Tingkat Degradasi Lahan Perbandingan tingkat degradasi lahan yang terjadi di lokasi penelitian dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5. Tolak ukur yang digunakan adalah perbandingan dari jenis tanah, rata-rata curah hujan, kelas lereng dan tipe iklim. Selain itu juga dilakukan perbandingan terhadap tutupan lahan yang sama yang terdapat pada transek yang berbeda, seperti hutan (transek I dan transek III), ilalang (transek I dan transek II), semak (transek I, transek II dan transek III), serta kebun kopi (transek I dan transek II).

Transek I, dengan jenis tanah Andosol dan kelas lereng 26-40%, degradasi yang terjadi terdiri dari degradasi ringan dan sedang. Hal ini dimungkin karena curah hujan yang tidak terlalu tinggi, dimana rata-rata curah hujan per tahun 1.662,5 mm/tahun. Transek II, memiliki jenis tanah Kambisol dan rata-rata curah hujan 2.004mm/tahun. Degradasi lahan yang terjadi terdiri dari degradasi sedang dan berat.

Degradasi berat terjadi pada tutupan lahan yang memiliki kelas lereng >40%.

Transek III, memiliki jenis tanah podsolik merah kuning. Kelas degradasi lahan yang terjadi terdiri dari degradasi ringan dan sedang.

Dengan rata-rata curah hujan per tahun 2.004 mm, dan memiliki tingkat kelerengan antara 9- 15% dan >40%. Untuk perbandingan tingkat degradasi lahan pada transek yang dijadikan lokasi penelitian dengan tutupan lahan yang sama didapati, hutan pada transek I dan pada transek III mengalami degradasi sedang, dengan nilai 61 pada transek I dan 63 untuk transek III.

Tutupan lahan hutan pada kedua transek tersebut memiliki jenis tanah, curah hujan, lereng dan tipe iklim yang berbeda Tabel 5.

Perbandingan tingkat degradasi lahan pada lokasi penelitian.

(13)

678 Yulia Dewi Fazlina, Abubakar Karim, & Indra. Evaluasi Tingkat Degradasi Lahan Akibat Perubahan Penggunaan ...

Tabel 5. Perbandingan tingkat degradasi lahan pada lokasi penelitian

Komponen yang diamati Perbandingan nilai pada masing-masing transek

I II III

Jenis tanah Andosol Kambisol Podsolik Merah

Kuning Rata-rata curah hujan

1.662,5 mm/tahun 2.004 mm/tahun 2.004 mm/tahun Kelas lereng (%)

26-40 9-15

>40

9-15

>40

Tipe iklim C (agak basah) B (basah) B (basah)

Hutan 61 (Sedang) - 63 (Sedang)

Ilalang 63 (Sedang) 52 (Berat) -

Semak 68 (Ringan) 59 (Sedang) 63 (Sedang)

Kebun tembakau 62 (Sedang) - -

Kebun kopi 68 (Ringan) 66 (Sedang) -

Kebun tanaman semusim

- 59 (Sedang) -

Hutan pinus - - 55 (Berat)

Tanah terbuka - - 60 (Sedang)

Perbedaan nilai bobot pada tutupan lahan berupa hutan pada kedua transek tersebut, untuk nilai kimia terdapat pada C-organik, K-dd, Mg- dd, Ca-dd, Na-dd, N-total dan KB. Pada sifat fisika, perbedaan nilai bobot terdapat pada tekstur, permeabilitas, BD, indeks stabilitas agregat, porositas dan pori air tersedia.

Perbedaan nilai bobot ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan degradasi lahan walaupun memiliki tutupan lahan yang sama. Pada tutupan lahan berupa ilalang, perbandingan degradasi lahan dilakukan pada transek I dan II.

Dimana transek I termasuk ke dalam degradasi sedang (63), pada transek II degradasi berat (52). Tutupan lahan berupa ilalang pada transek II dengan lereng >40%, sedangkan pada transek I terdapat pada lereng 26-40 %. Perbedaan kelas lereng dan rata-rata curah hujan, tipe iklim serta jenis tanah memungkinkan terjadinya perbedaan tingkat degradasi lahan pada tutupan lahan tersebut.

Perbedaan nilai bobot antara transek I dan transek II pada tutupan lahan ilalang terdapat pada, C-organik, Na-dd, N-total, KB, tekstur, permeabilitas, indeks stabilitas agregat, porositas, pori drainase lambat dan pori air tersedia.

Tutupan lahan berupa semak, terdapat pada ketiga transek yang menjadi lokasi penelitian.

Perbandingan tingkat degradasi lahan pada tutupan lahan berupa semak, pada transek I termasuk ke dalam degradasi ringan, sedangkan pada transek II dan transek III termasuk dalam

Degradasi sedang. Kriteria nilai bobot yang sama pada ketiga transek dengan tutupan lahan berupa ilalang terdapat untuk pH, P-tersedia dan pori drainase cepat. Jenis tanah pada semua transek berbeda, pada transek I berupa Andosol, Kambisol pada transek II dan podsolik merah kuning pada transek III. Sedangkan untuk curah hujan, kelas lereng dan tipe iklim, transek II dan transek III memiliki kelas yang sama.

Untuk perbandingan tutupan lahan berupa kebun kopi, dapat dibandingkan pada transek I dan transek II, pada transek I termasuk ke dalam degradasi ringan, sedangkan pada transek II termasuk kedalam degradasi sedang. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan lereng, jenis tanah, curah hujan, tipe iklim dan letak di dalam masing-masing transek, yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat degradasi lahan walaupun tutupan lahannya sama-sama kebun kopi. Berdasarkan kriteria nilai bobot, kebun kopi pada transek I memiliki delapan kriteria yang memiliki nilai yang lebih baik dari pada transek II, yaitu C-organik, P-tersedia, N-total, KTK, indeks stabilitas agregat, porositas, serta pori drainase lambat dan curah hujan. Selain perbedaan dalam jenis tanah, curah hujan, tipe iklim dan lereng, terdapat beberapa perbedaan nilai bobot antara kebun kopi pada transek I dengan transek II, seperti pH, C-organik, K-dd, Na-dd, P-tersedia, N-total, KTK, KB, permeabilitas, BD, indeks stabilitas agregat, porositas dan pori drainase lambat.

(14)

SIMPULAN

Perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah akibat dari perubahan penutup lahan, telah menyebabkan terjadinya degradasi lahan di lokasi penelitian, baik degradasi dengan kategori ringan, sedang maupun berat, serta perbedaan jenis tanah, kelas lereng, rata-rata curah hujan serta tipe iklim memberikan pengaruh terhadap degradasi lahan yang berbeda, walaupun memiliki tutupan lahan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, E. 2009. Degradasi tanah. Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Universitas Bengkulu.

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04 /12/degradasi-tanah/. 23 Maret 2011.

Badan Pusat Statistik. 2010a. Permata Dalam Angka 2010. Bener Meriah.

Badan Pusat Statistik. 2010b. Aceh Dalam Angka 2010. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik. 2011a. Pantan Cuaca Dalam Angka 2011. Gayo Lues.

Badan Pusat Statistik. 2011b. Dabun Gelang Dalam Angka 2011. Gayo Lues.

Benedetti, A. 2007. Microbial method for assessing soil quality : case study Italy.

Departement Nitrogen Nutrition and Microbiology of soil. Experimental Institute for Plant Nutrition, Roma.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007.

Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi.

Rajawali Press. Jakarta.

Sufardi dan J. Ali. 2002. Penuntun Praktikum Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Referensi

Dokumen terkait

Pada variabel pendapatan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap intensi muzakki, yang artinya pendapatan yang

ABSTRAK : - Dalam rangka efektivitas pelaksanaan pemberlakuan dan pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kawat Baja Beton Pratekan untuk

Karena perencanaan pembelajaran merupakan acuan guru untuk kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif; dan (2) untuk penelitian lanjutan,

Aspek kerja hukum teori Llewellyn mendukung dasar paham realisme Amerika yang menilai penerapan aturan hukum kepada fakta situasi yang datang sebelumnya untuk

produktivitasnya.Untuk dapat membuat produk atau jasa yang memiliki mutu dan kualitas yang baik, perusahaan bergantung pada kemampuan manajemen dalam melaksanakan

Hopefully, This paper could help the readers to expand their knowledge about Calculus especially about Derivative.. Tondano, 14 th

Individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dari masyarakat sekitar akan mengalami mobilitas sosial vertikal.. Masyarakat akan memberikan kedudukan tertentu di

Hubungan GKM terhadap Perbaikan Kualitas Pada Penelitian ini Gugus Kendali Mutu (GKM) atau QCC merupakan salah satu langkah yang baik untuk melakukan suatu perbaikan