• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PEKERJA DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN (PELITA VI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PEKERJA DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN (PELITA VI)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PEKERJA DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG

TAHUN 1994 -1999 (PELITA VI) Sri Widayati, Erwansyah Lubis, RS. Tedjasari,

Ruminta Ginting, L. Kwin Pujiastuti, Elfida

Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif, BATAN

ABSTRAK

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PEKERJA DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 1994-1999 (PELITA VI). Pemantauan dosis radiasi eksterna dan interna terhadap pekerja radiasi di PPTN Serpong selama tahun 1994-1999 telah dilakukan secara rutin. Pemantauan dosis radiasi eksterna dilakukan dengan menggunakan badge TLD dan pemantauan dosis radiasi intern a dilakukan secara in-vitro dengan menganalisis urin, sedangkan secara in-vivo dilakukan dengan mencacah langsung pekerja dengan sistem pencacah tubuh Whole Body Counter (WBC). Hasil pemantauan dosis eksterna menunjukkan bahwa Dosis Ekivalen Kulit (DEK) yang diterima pekerja radiasi PPTN Serpong selama tahun 1994-1999 dalam rentang 0,11 mSv -174,30 mSv, sedangkan Dosis Ekivalen Seluruh Tubuh (DEST) dalam rentang 0,05 mSv- 33,38 mSv. DEK rerata per/tahun sebesar 2,06 mSv dan DEST rerata per/tahun sebesar 1,03 mSv. Hasil analisis dosis radiasi interna menunjukkan bahwa Dosis Terikat Organ (DTO) dalam rentang 0 -57,08 mSv dan Dosis Terikat Efektif (DTE) dalam rentang 0 -4,53 mSv. DTO rerata per/tahun sebesar 2,62 mSv dan DTE rerata per/tahun sebesar 0,18 mSv.Distribusi penerimaan dosis menunjukkan bahwa 98,42

% dan 99,75 % pekerja menerima DEK dan DEST pads interval dosis 0 -12 mSv, 96,4 % dan 100 % pekerja menerima DTO dan DTE pad a interval dosis 0-12 mSv.Dosis kolektif yang diterima oleh seluruh pekerja radiasi PPTN Serpong adalah 0,669 Man Sv, nilai ini memberikan probabilitas terjadinya kanker fatal sebesar 5,65 x 10.12.Hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja radiasi dalam kegiatan nuklir BATAN di Serpong berlangsung secara aman sesuai dengan ketentuan yang direkomendasikan.

ABSTRACT

EVALUATION OF WORKERS' RADIATION SAFETY AT NUCLEAR RESEARCH CENTER SERPONG IN 1994-1999 (PELITA VI). Monitoring of external and internal radiation dose of radiation worker at Nuclear Research Center in Selpong during 1994-1999 has been done routinely. External radiation dose monitoring was carried out using TLD badge and internal radiation dose monitoring using in-vitro method by urine analysis and in-vivo method by counting the workers with Whole Body Counter. The results of external dose indicated that skin dose equivalent (DEK) received by workers during 1994-1999 were in the range of 0.11 mSv -174.30 mSv and the whole body dose equivalent (DES7) were 0.05 mSv -33.38 mSv. Annual average of DEK was 2.06 mSv and DEST was 1.03 mSv.

Results of internal radiation dose monitoring indicated that Committed Dose (DTO) were in the range of 0 -57.08 mSv and Committed Effective Dose (DTE) were 0 -4.53 mSv. Annual average of DTO was 2.62 mSv and DTE was 0.18 mSv. Distribution of receiving dose indicated that 98.42% and 99.75 % of workers recived DEK and DEST in the dose range 0 -12 mSv and 96.4 % and 100 % of workers received DTO and DTE in the dose range of 0 -12 mSv. Collective dose received by a/l PPTN SelpOng radiation workers was 0.669 Man Sv, which give a probability for fatal cancer of 5.65 x 10-12. This evaluation results indicated that nuclear activities in BATAN Selpong is carried out safely, in accordance with thr recommended regulations.

seluruh pekerja radiasi di PPTN Serpong.

Tujuan dilakukan pemantauan ini adalah selain sebagai sarana pembuktian bahwa pekerja radiasi menerima dosis radiasi di bawah Nilai Batas Dosis (NBD) yang diperkenankan juga agar efek radiasi ditekan serendah mung kin dengan memperhatikan aspek sosial dan ekonomi[11.

Pekerja radiasi yang mendapat layanan pemantauan dosis radiasi eksterna berasal dari pusat-pusat/instalasi yang ada di kawasan Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (PPTN- BAT AN) Serpong yaitu: Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (P2TRR), Pusat Pengembangan Teknologi

Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang (P2TBDU), Pusat Pengembangan

Perangkat Nuklir (P2PN), Pusat PENDAHULUAN

Kegiatan di Instalasi nuklir melibatkan pemakaian bahan/zat radioaktit atau sumber radiasi, akibat dari kegiatan ini dapat menimbulkan terpancarnya berbagai jenis radiasi antara lain radiasi alta, beta I gama, sinar X dan netron. Radiasi ini dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja, masyarakat maupun lingkungan apabila tidak dikelola berdasarkan ketentuan keselamatan kerja radiasi.

Berdasarkan ketentuan keselamatan radiasi terhadap pekerja baik yang telah ditetapkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BAT AN) maupun International Comission on Radiological Protection (ICRP) maka telah dilakukan pemantauan dosis radiasi baik pemantauan dosis radiasi eksterna maupun radiasi interna terhadap

(2)

mengalami perkembangan, perkembangan

ini dapat dilihat pad a Tabel 2. BATAN BATAN dalam hal NBD masih mengacu pada rekomendasi ICRP tahun 1977.

Dalam hal hubungan antara efek penerimaan dosis radiasi terhadap kemungkinan terjadinya kanker fatal pada seseorang dapat dilihat pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M.C. Thorne dan J. Vennart dari UK Medical Research Council. Mereka perpendaRat bahwa pada

populasi yang berjumlah 106 orang (Iaki-laki dan perempuan) jika menerima dosis masing-masing sebesar 1 mSv atau dengan dosis total sebesar 1000 Man Sv, kemungkinan ada 13 pekerja yang akan menerima kanker fatal[4].

TEORI

Dosimeter personil yang digunakan untuk pemantauan dosis radiasi pekerja di PPTN BAT AN Serpong adalah dosimeter termoluminesen (TLD) dari jenis TLD 100, TLD 600 dan TLD -700. Dosis radiasi yang diterima TLD disimpan dalam tingkat-tingkat energi metastabil dan akan diperoleh kembali dalam bentuk foton apabila TLD tersebut diberi energi panas. Pemberian energi panas pada TLD tadi dilakukan dengan membaca TLD dengan alat baca TLD yang disebut TLD reader. Oleh TLD reader, foton yang diemisi oleh TLD akibat adanya pemberian energi panas tadi, akan diubah ke dalam bentuk satuan muatan listrik.

Pengembangan Radioisotop dan

Radiofarmaka (P2RR), Pusat

Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR). Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan (P3IB), Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir (P2TKN), Pusat Manajemen dan Bina Industri (PMBI), Divisi Elemen Bakar Nuklir (DEBN) dan Divisi Produksi Radio Isotop (DPRI). Jumlah pekerja radiasi yang dipantau selama PELIT A VI rata-rata 650 pekerja/tahun.

Pekerja radiasi yang mendapat layanan pemantauan dosis radiasi interna berasal dari pusat:P2PLR, P2TBDU, P2TRR,P2RR, DEBN dan DPRI. Jumlah pekerja radiasi yang dipantau rata-rata 250 pekerja/tahun.

Jumlah pekerja radiasi PPTN- BAT AN Serpong yang mendapatkan layanan pemantauan dosis selama PelitaVI dapat dilihat pada Tabel1.

Radiasi disamping mempunyai manfaat yang besar bagi kesejahteraan umat manusia juga mempunyai potensi bahaya jika tidak dikelola dengan benar. Untuk itu

harus ada perangkat peraturan yang dapat digunakan sebagai pegangan dan juga harus ada standar Nilai Batas Dosis (NBD) agar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir dapat dilaksanakan dengan aman[2,3]. Organisasi yang menangani masalah proteksi radiasi adalah ICRP dibentuk pada tahun 1928.

Rekomendasi yang dibuat oleh ICRP mengenai NBD dari tahun ke tahun

Tabel1. Jumlah oekericI yang dipantau selama tahun 1994 -1999

Eksterna (orang) Interna (orang)

I

628 153

654 231

651 228

660 293

656 224

Tabel 2. Perkemban untuk dosis selurlJJn tubuh

No Dosis Tahun Keteranaan

(3)

Jumlah muatan listrik (Coulomb) yang terjadi

akan sebanding dengan besarnya dosis

yang diterima TLD!5]. Dengan mengetahui besarnya muatan listrik dari hasil pembacaan TLD akan mengetahui besarnya dosis radiasi yang diterima TLD (pekerja) dengan bantuan faktor kalibrasi. Secara matematis besarnya dosis radiasi yang diterima TLD da~at dihitung melalui persamaan berikur6, :

H Ij

BMT NBD

q(t)

R{t)

E(t) f1 0: {(BxECC) -(BoxECCo)}xRCF-1 (1)

0

B

A

t

Oasis radiasi interna yang diterima pekerja, mSv

masukan radionuklida j ke dalam tubuh, Bq

Batas Masukan Tahunan

radionuklida j, Bq

Nilai Batas Oasis, mSv

Jumlah aktivitas radionuklida yang terdeteksi dalam tubuh

Fungsi retensi radionuklida di dalam tubuh

Fungsi ekskresi radionuklida

Fraksi radionuklida yang masuk ke dalam cairan tubuh

Konstanta peluruhan radionuklida, hari-1

Rentang waktu antara masuknya radionuklida (intake) dengan saat pencacahan langsung dilakukan, hari

80

ECC ECCo

TATA KERJA RCF

Dosis yang diterima pekerja, mSv Bacaan TLD pekerja dari TLD reader, nC

Bacaan TLD blanko dari TLD reader, nC

Koefisien koreksi elemen TLD pekerja

Koefisien koreksi elemen TLD blanko

Faktor kalibrasi TLD reader.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pemantauan dosis radiasi pekerja adalah badge TLD, TLD reader model 6600 buatan Harshaw dan Whole Body Counter Accuscan II buatan Canberra yang dilengkapi dengan detektor HpGe dan perangkat lunak Abacos untuk menganalisis jenis dan jumlah radionuklida pemancar y yang terdeposit di dalam tubuh maupun organ tubuh.

Penentuan kontaminasi radionuklida dalam tubuh dilakukan melalui pengukuran langsung dan tak langsung .Pengukuran langsung dilakukan dengan mengukur seluruh tubuhl organ tubuh dengan alat cacah yang dilengkapi detektor yang cukup peka yaitu HPGe sedangkan pengukuran tak langsung dilakukan dengan menganalisis contoh urin melalui metoda ekstraksi. Pad a prinsipnya, pemantauan

langsung terhadap pekerja ini sarna dengan gama spektrometer, yaitu mengukur semua radionuklida pemancar gama yang terdapat di dalam maupun di permukaan tubuh seseorang. Secara matematis besarnya dosis radiasi internal dari pengukuran langsung terhadap pekerja ini dapat dihitung melalui persamaan (2), (3) dan (4) di bawah ini[8,9] :

(2)

Metoda

Semua TLD yang akan dipakai terlebih dahulu diannealing (dipanaskan) pada temperatur 3000 C selama sekitar 13,3 detik [6]. Setiap pekerja diberi 2 buah badge TLD seri A dan seri B. Periode pemakaian badge TLD adalah tiga bulan, jadi setiap tiga bulan pemakaian, TLD tersebut dibaca dan dievaluasi.

Alat cacah (WBC) yang digunakan untuk mencacah langsung pekerja adalah model berdiri. Lama pencacahan berlangsung sekitar 10- 15 menit. Periode pemantauan dilakukan setiap 3 bulan atau 6 bulan atau 1 tahun bergantung dari potensi bahaya radiasi interna yang diterima pekerja. Untuk analisis urin, contoh urin yang diperlukan minimal 200 cc, kemudian dianalisis dengan metode ekstraksi serta dicacah dengan alat cacah all3[10].

Ij: q(t)x{R(t}xf1}-1xexp(ARt)

(3) atau

Ij: q(t)x{E(t)xf1}-1xexp(ARt)

(4)

(4)

diterima oleh pekerja dari P2RR (PPR).

Dosis maksimum (DEK) sebesar 174,30 mSv atau 34,86 % dari NBD, dosis inipun diterima oleh pekerja dari P2RR.

Dosis maksimum (DEST) yang diterima pekerja pad a tahun 1997/1998 sebesar 15,86 mSv atau sebesar 31,72 % dari NBD, dosis ini diterima oleh pekerja dari DPRI.

Pada tahun 1998/1999 penerimaan dosis maksimum diterima oleh pekerja dari Divisi Produksi Radioisotop (DPRI) , dosis tersebut (DEST) sebesar 31,38 mSv atau sebesar 62,76% dari NBD yang diperkenankan .Penerimaan dosis sebesar 62,76 % dari NBD harus menjadi perhatian yang serius bagi Pusat terkait maupun pekerja yang terkait, karena bagaimanapun sebaiknya penerimaan dosis harus diusahakan serendah mungkin. Secara umum dosis radiasi yang diterima pekerja di DPRI jika dibandingkan dengan penerimaan dosis oleh pekerja lainnya relatif lebih tinggi, hal ini mungkin karena beban pekerjaan yang mengandung resiko radiasi di DPRI jauh lebih besar dibandingkan dengan pusat

lain.

Oasis radiasi eksterna yang dipantau berupa Oasis Ekivalen Kulit (OEK) dan Oasis Ekivalen Seluruh Tubuh (OEST), sedangkan dasis radiasi interna yang dipantau berupa Oasis Terikat Organ (OTO) dan Oasis Terikat Efektif (OTE)

Oasis yang diterima pekerja dari hasil pemantauan selalu dicatat di dalam kartu riwayat dasis yang dimiliki aleh setiap pekerja. Oasis ini disimpan minimal selama 30 tahun setelah pekerja terkait berhenti bekerja di medan radiasi. Selain itu dasis radiasi yang diterima pekerja selalu dilaparkan secara periadik kepada Pusat dimana pekerja bekerja, Sub Bagian Medis PMBI dan ke Badan Pengawas Tenaga Atam (BPT A) yang sekarang menjadi

BAPETEN.

Hasil pemantauan dosis radiasi secara in-vivo (WBC) dapat dilihat pada Tabel 4.

Dosis Terikat Efektif (DTE) maksimum selama tahun 1994-1999 sebesar 4,53 mSv atau 9,06 % dari NBD, dosis ini diterima oleh pekerja dari Pusat Produksi Radioisotop.

Hasil pemantauan dosis radiasi secara in- vitro (analisis urin) dapat dilihat pada Tabel 5. Selama Pelita VI hanya tahun 1994/1995 dan 1995/1996 dapat dilakukan pemantauan dosis radiasi interna secara in-vitro, setelah tahun 1996 kegiatan ini belum dapat dilanjutkan lagi karena alat cacah a/j3 mengalami kerusakan. Hasil pemantauan dosis interna (in-Vitro) adalah sebagai pelengkap pemantauan dosis interna (in- vivo). Hasil pemantauan dosis interna (in- vitro) lebih kecil dibanding hasil pemantauan dosis interna (in-vivo), sehingga walaupun hanya dilakukan selama 2 tahun saja sudah cukup. Dosis maksimum dari hasil pemantauan ini sebesar 0,64 mSv atau sebesar 1,28 % dari NBD yang diperkenankan, dosis ini diterima oleh pekerja dari Pusat Elemen Bakar Nuklir (PTBDU).

Penerimaan DEK dan DEST rerata per/tahun pemantauan selama tahun pemantauan 1994-1999 sebesar 2,12 mSv dan 1,09 mSv atau 0,42 % dan 2,18 % dari NBD yang diperkenankan, sedangkan HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemantauan dosis radiasi eksterna dan interna selama tahun 1994-1999 dapat dilihat pad a Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.

Pada Tabel 3 merangkum informasi dosis radiasi ekterna (DEK dan DEST) minimum, rerata dan maksimum per/tahun yang diterima pekerja radiasi. Tabel 4 dapat dilihat besarnya dosis radiasi interna secara in-vivo (DTO dan DTE) minimum, rerata dan maksimum. Tabel 5 merupakan hasil pemantauan dosis radiasi interna secara in- vitro (DTE) yang dilakukan pada tahun 1994-1996.

Hasil pemantauan dosis radiasi eksterna selama Pelita VI yang dirangkum pada Tabel 3 menunjukkan bahwa DEK rerata yang diterima pekerja dari tahun 1994 sId 1999 sebesar 1,67 mSv, 1,64 mSv, 2,14 mSv, 2,29 mSv dan 2,57 mSv atau berkisar antara 0,33 % sId 0,46 % dari NBD yang diperkenankan. DEST rerata yang diterima pekerja dari tahun 1994 sId 1999 sebesar 1,04 mSv, 0,77 mSv, 0,68 mSv, 1,32 mSv dan 1,32 mSv atau berkisar antara 1,54 % sId 2,64 % dari NBD yang diperkenankan.

Dosis maksimum (DEST) yang diterima pekerja pad a tahun 1994/1995 sebesar 7,84 mSv atau 15,68% dari NBD, dosis ini diterima oleh pekerja dari P2TRR (PRSG).

Dosis maksimum (DEST) yang diterima pekerja pada tahun 1995/1996 sebesar 19,80 mSv atau 39,6% dari NBD , dosis ini diterima oleh pekerja dari P2TRR.

Dosis maksimum (DEST) yang diterima oleh pekerja pada tahun 1996/1997 sebesar 18,80 mSv atau 37,6% dari NBD, dosis ini

(5)

sebesar 0,52% dan 0,36 % dari NBD yang diperkenankan. Penerimaan dosis di atas masih sangat jauh dibandingkan dengan Nilai Batas Dosis yang diperkenankan. Dari hasil pemantauan dosis radiasi baik ekterna maupun interna selama tahun 1994-1999 dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan pekerja terhadap bahaya radiasi di kawasan BAT AN Serpong selama Pel ita VI masih tetap terjamin.

penerimaan DTO dan DTE rerata per/tahun selama 1994-1999 sebesar 2,62 mSv dan 0,18 mSv atau 0,52 % dan 0,36 % dari NBD

yangdiperkenankan.

Penerimaan dosis radiasi interna jika dibandingkan dengan penerimaan dosis radiasi eksterna relatif lebih rendah, hal ini terjadi karena resiko terjadinya kontaminasi interna dalam kegiatan atau penanganan bahan dan sumber radioaktif dilakukan dalam Hot-cell.

Distribusi penerimaan dosis radiasi ekterna dan interna dari tahun 1994 sId 1999 ditunjukkan pad a Gambar 1 dan

Gambar 2. Pada Gambar 1 menunjukkan

bahwa 98,42 % dan 99,75 % pekerja menerima DEK dan DEST pada interval dosis 0 -12 mSv dan 1,52 % pekerja menerima DEK tersebar pad a interval dosis 12,1 -180 mSv serta 0,25 % pekerja menerima DEST tersebar pada interval dosis 12,1 -80 mSv.

Pad a Gambar 2 menunjukkan bahwa 96,4 % pekerja menerima DTO pad a interval dosis 0 -12 mSv dan 3,6 % pekerja menerima DTO tersebar pad a interval dosis 12,1 -142 mSv, sedangkan semua pekerja (100 %) menerima DTE pada interval dosis 0 -12 mSv.

Menurut MARTIN ALAN et al [4J bahwa pad a populasi sebesar 106 orang yang menerima dosis masing-masing sebesar 1 mSv atau dengan dosis total sebesar 1000Man Sv, probabilitas terjadinya kasus kanker fatal sebesar 13 kasus. Untuk kondisi di PPTN Serpong dengan jumlah pekerja sebesar 650 orang dengan penerimaan dosis rerata 1,03 mSv atau dengan dosis kolektif sebesar 0,669 Man Sv, probabilitas terjadinya kasus kanker fatal pad a populasi tersebut adalah 5,653 x 10.12. Artinya bahwa sangat kecil sekali bahkan mungkin dapat diabaikan peluang terjadinya kasus kanker fatal pada pekerja radiasi di PPTN Serpong akibat penerimaan dosis radiasi selama periode tahun 1994-1999.

KESIMPULAN

Oasis radiasi eksterna OEK dan OEST rerata pertahun yang diterima pekerja selama tahun pemantauan 1994-1999 sebesar 2,06 mSv dan 1,03 mSv atau 0,4 % dan 2,06% dari NBO yang diperkenankan.

Oasis radiasi interna OTO dan OTE rerata yang diterima pekerja selama tahun 1994- 1999 sebesar 2,62 mSv dan 0,18 mSv atau

DAFTARPUSTAKA

1. BATAN., Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, Jakarta (1989).

2. ICRP PUBLICATION 30., Limits for Intakes of Radionuclides by Workers, Pergamon Press, Oxford (1978).

3. ICRP PUBLICATION 26.,

Recommendations of The International Commission on Radiological Protection,Pergamon Press, 1982.

4. MARTIN ALAN et al., An Introduction to Radiation Protection, Chapman and Hall, London (1982).

5. MC KINLAY A.F., Thermoluminescence Dosimetry, National Radiological Protection, Harwell (1981).

6. HARSHAW., TLD Radiation Evaluation And Management System for Use With TLD-6600 reader, Solon Technologies,

USA (1991).

7. JONES. R., Chalk River TLD Services, Course on Technical and Management Aspects of Thermoluminescence Dosimetry Service, Ispra-ltaly (1985).

8. ICRP PUBLICATION 2., Report of Committee lion Permissible Dose for Internal Radiation, Pergamon Press, Oxford (1969).

9. ICRP PUBLICATION 2., Report of Committee lion Permissible Dose for Internal Radiation, Pergamon Press, Oxford (1969).

10. G.H. Kramer., The Gross cx. and p Screening Procedure, Dosimetric Research Branch Technical Document DR TD-86, CRNL-Canada, 1986.

11. SEIICHI MIZUHSITA., Internal Exposure Monitoring Program in JAERI, Lecture at PTPLR-BATAN ,Serpong, September (1992).

12. ICRP PUBLICATION 60.,

Recommendations of The International on Radiological Protection, Annals of the ICRP Vol. 21 No 1-3, Pergamon Press, Oxford (1991).

Referensi

Dokumen terkait

dipasarkan adalah sosis siap saji dalam kemasan dengan merk SO NICE dan SOZZIS, dan chicken nugget dengan merk SO GOOD, Pada tahun 2010 Divisi Produk Konsumen menyumbangkan

Bahan dengan berat jenis yang tinggi merupakan pengalir yang baik, sebaliknya apabila berat jenis semakin rendah, kandungan udara dalam rongga semakin besar maka semakin rendah

Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan interaksi caring pada mahasiswa tingkat I,II dan III PSIK FK UNDIP.. Penelitian ini

Pertama-tama peneliti ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

Tujuan pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat suatu perangkat lunak yang mampu mengorganisir data citra dalam beragam citra dan jumlah yang besar dari hasil pengenalan objek

Pembangunan Kawasan Perdesaan serta Peningkatan Sumbangan Pertanian bagi Peningkatan Kualitas Hidup Penduduk Perdesaan. Editor

Ungkapan metaforis pada data (10) ditunjukkan oleh penanda linguistik panggupay ‘ajakan' di dalam bahasa Sunda berasa dari kata dasar gupay lambaian tangan

Jika pola erupsi insisif rahang atas asimetrik, persistensi gigi insisif sulung rahang atas, rotasi insisif sentral atau erupsi ektopik insisif permanen maksila ditemukan