KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP HASIL
BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA
PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS IV
SD NEGERI KEPUTRAN A YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Viannytha Dwi Mayasari
NIM: 101134100
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP HASIL
BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA
PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS IV
SD NEGERI KEPUTRAN A YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Viannytha Dwi Mayasari
NIM: 101134100
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan
rahmat dan kasih yang melimpah serta menjaga dan menyertaiku dalam
segala hal.
2. Kedua orangtua, Bapak Isnu Kandarta dan Ibu Tri Sakti Nurani yang telah
memberikan segala kasih sayangnya untukku dan mendorongku dalam
menggapai cita-cita.
3. Kakakku Maria Ratih Puspitasari dan Stevanus Oki Rudi Susanto yang
selalu memberi dukungan dan semangat bagi kuliahku.
4. Semua teman-teman PGSD angkatan 2010 yang telah berbagi cerita
selama kuliah.
v
MOTTO
Jika mereka mampu menjadi lebih baik,
mengapa saya tidak?
Semangat manusia tidak bisa dilumpuhkan,
jika anda masih bisa bernafas,
maka anda masih bisa mempunyai impian.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah
Yogyakarta, 2 Juni 2014
Penulis,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Viannytha Dwi Mayasari
Nomor Mahasiswa : 101134100
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP HASIL BELAJAR
DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN
PECAHAN DI KELAS IV SD NEGERI KEPUTRAN A YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 2 Juni 2014
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS IV SD NEGERI KEPUTRAN A YOGYAKARTA
Viannytha Dwi Mayasari Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pendekatan PMRI terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa pada pembelajaran materi penjumlahan pecahan kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan tahun lalu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Keputran A Yogyakarta, bulan Januari 2014-Februari 2014. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 62 siswa yaitu 31 siswa kelas IV.2 dan 31 siswa kelas IV.3. Variabel yang digunakan adalah variabel independen yaitu pendekatan PMRI dan variabel dependen yaitu keaktifan dan hasil belajar.
Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI dilihat dari munculnya kelima karakteristik PMRI. Hasil pengamatan 4 pertemuan diperoleh rata-rata 36,25 yang termasuk kriteria sangat terlaksana. Keefektifan PMRI berdasarkan hasil belajar menunjukkan pendekatan PMRI berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD SD Negeri Keputran A Yogyakarta. Hal itu ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) ≤ 0,05 yaitu 0,000, maka pendekatan PMRI berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar. Hasil posttest menunjukkan t test > t hitung yaitu 4,109>1,671 maka rata-rata skor
posttest kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 8,02. Hasil belajar berdasarkan KKM menujukkan terdapat 80,64% siswa tuntas KKM di kelas eksperimen dan 61,29% siswa tuntas KKM di kelas kontrol. Keefektifan PMRI terhadap keaktifan ditinjau dari pengamatan keaktifan menunjukkan bahwa di kelas eksperimen terdapat 21,77% siswa sangat aktif dan 50% siswa aktif sedangkaan di kelas kontrol terdapat 14,51% siswa sangat aktif dan 40,32% siswa aktif. Keaktifan siswa diperkuat dengan hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa terdapat 54,83% siswa sangat aktif dan 45,16% siswa aktif sedangkan kelas kontrol terdapat 19,35% siswa sangat aktif dan 80,64% siswa aktif.
ix ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF PMRI APPROACH TOWARDS STUDENTS’
RESULT AND PARTICIPATION IN LEARNING THE FRACTION ADDITION IN GRADE IV SD NEGERI KEPUTRAN A YOGYAKARTA
Viannytha Dwi Mayasari Sanata Dharma University
2010
This research is intended to discover the effectiveness of PMRI approach towards students’ result and participation in learning the fraction addition in Grade IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta.
This research is the follow up of the research which was conducted last year. This research was conducted in SD Negeri Keputran A Yogyakarta in January-February 2014. This research is a quasi-experimental research. The sample of this research was 62 students; those were 31 students of IV.2 and 31 students of IV.3. The variable used was independent variable; it was PMRI
approach, and the dependent variable; those were the students’ participation and their result.
The learning process of PMRI approach was seen from five characteristics of PMRI. The result of 4 times observation acquired 36,25 averages which was included the criteria. The effectiveness of PMRI in students’ result showed that PMRI approach influenced IV grade of SD Negeri Keputran A Yogyakarta
significantly. It was shown by the price of sig. (2-tailed) ≤ 0,05 that was 0,000, so that PMRI approach influenced significantly towards the result. The result of posttest showed t test > calculate t, which was 4,109 >1,671 so the posttest score average of experiment class was higher; 8,20. The result showed that 80,64% students could complete KKM in experiment class and 61,29% students could complete KKM in control class. The effectiveness of PMRI towards students’
participation was seen through observation in experimental class. It showed that 21,77% students were very active and 50% students were active in the experimental class. Where as in the control class, 14,51% students were very
active and 40,32% students were active. Students’ participation was also seen in
the questionnaires result. Those showed that 54.83% students were very active and 45,16% were active in experimental class. In the control class, 19,35% students were very active and 80,64% students were active.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesainan skripsi yang
berjudul “Keefektifan Pendekatan PMRI terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan Pecahan di Kelas IV SD Negeri Keputran
A Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Catur Rismiati., S.Pd., M.A., Ed.D., selaku wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, tenaga, pikiran dan waktu
untuk membimbing penulis dalammenyelesaikan skripsi.
5. Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bantuan ide, saran, kritik, semangat, tenaga, pikiran dan waktu
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Marsono, S.Pd., selaku kepala SD Negeri Keputran A Yogyakarta yang telah
memberikan ijin penelitian di kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta.
7. Wahono, S.Pd., selaku guru kelas IV.3 SD Negeri Keputran A Yogyakarta
yang telah memberikan waktu, tenaga, bantuan, ijin penelitian di kelas IV.3
SD Negeri Keputran A Yogyakarta.
8. Muryanti, S.Pd., selaku guru kelas IV.2 SD Negeri Keputran A Yogyakarta
yang telah memberikan waktu, tenaga, bantuan,ijin penelitian di kelas IV.2
xi
9. Siswa kelas IV.3 dan kelas IV.2 SD Negeri Keputran A Yogyakarta atas
kerjasamanya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
10.Bapak Isnu Kandarta, Ibu Tri Sakti Nurani kedua orang tuaku tercinta yang
tidak pernah berhenti memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih
sayang sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
11.Kakakku tersayang Maria Ratih Puspitasari dan Stevanus Oki Rudi Susanto
yang setia memberikan doa, dukungan dan semangat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
12.Dwi Ari Setya Wibawa yang telah memberikan waktu, tenaga, semangat,
dukungan dan doa selama penulisan skripsi ini.
13.Sahabat-sahabat terbaikku Yenny, Danik, Tira, Christ yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama penulisan skripsi.
14.Teman-teman seperjuangan payung PMRI (Ayu, Tina, Esti, Wulan, Hananta,
Meyta, Rizki) yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan
penelitian.
15.Teman-teman kost (Vita, Ira, Stevi, Tanti) yang memberikan semangat
sehingga terselesaikan skripsi ini.
16.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis, yang telah
membantu, memberikan doa, semangat, dukungan dan inspirasi hingga
skripsi ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 2 Juni 2014
Penulis,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR DIAGRAM ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 9
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ... 9
b. Keefektifan ... 10
c. Hasil Belajar ... 11
d. Keaktifan ... 12
e. Pendekatan PMRI ... 13
f. Pecahan ... 16
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 18
2.2 Kerangka Berpikir ... 22
2.3 Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel ... 24
3.4 Variabel Penelitian ... 26
3.5 Data Penelitian ... 26
3.6 Instrumen Penelitian ... 27
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 32
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.9 Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 40
xiv
4.1.1 Deskripsi Pembelajaran PMRI di Kelas Eksperimen ... 40
4.1.2 Deskripsi Pembelajaran PMRI di Kontrol ... 56
4.1.3 Data Hasil Belajar ... 57
4.1.4 Data Hasil Keaktifan ... 62
4.2 Analisis Data …...64
4.2.1 Analisis Keterlaksanaan PMRI ... 64
4.2.2 Analisis Data Hasil Belajar ... 69
4.2.3 Analisis Data Hasil Keaktifan ... 79
4.3 Pembahasan ... 84
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1 Kesimpulan ... 90
5.2 Saran ... 92
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pretest dan Posttest ... 27
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 28
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keaktifan . ... 29
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keterlaksanaan . ... 30
Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes. ... 32
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas ... 32
Tabel 3.7 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 33
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 33
Tabel 3.9 . Kualifikasi Keterlaksanaan ... 35
Tabel 3.10 Kualifikasi Keaktifan Berdasarkan Kuesioner ... 38
Tabel 3.11Kualifikasi Keaktifan Berdasarkan Pengamatan ... 39
Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan Berdasarkan Pengamatan ... 56
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen ... 58
Tabel 4.3 . Data Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen ... 59
Tabel 4.4. Data Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol ... 60
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol ... 61
Tabel 4.6 Data Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Pengamatan ... 62
Tabel 4.7 Data Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Kuesioner ... 63
Tabel 4.8 Analisis Data Keterlaksanaan Berdasarkan Pengamatan ... 69
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar ... 70
xvi
Tabel 4.11 Perbandingan Rata-rata Pretest ... 73
Tabel 4.12 Uji Perbedaan Rata-rata Pretest dan Posttest ... 74
Tabel 4.13 Perbandingan Rata-rata Posttest ... 75
Tabel 4.14 Hasil Uji One-Tailed ... 76
Tabel 4.15 Analisis Data Hasil Belajar Berdasarkan KKM Kelas Eksperimen ... 77
Tabel 4.15 Analisis Data Hasil Belajar Berdasarkan KKM Kelas Kontrol .. 78
Tabel 4.16 Analisis Data Pengamatan Keaktifan Kelas Eksperimen ... 80
Tabel 4.18 Persentase Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen ... 81
Tabel 4.19 Analisis Data Pengamatan Keaktifan Kelas Kontrol ... 82
Tabel 4.20 Persentase Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 83
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 21
Gambar 3.1 Non-Equivalen Control Group Design ... 23
Gambar 4.1 Kegiatan Siswa Menggunakan Roti Tawar ... 43
Gambar 4.2 Kegiatan Siswa Menggunakan Tahu ... 43
Gambar 4.3 Kegitan Siswa Berdiskusi Pola Penjumlahan Pecahan Penyebut Sama ... 45
Gambar 4.4 Siswa Mencari Teman Sekelompoknya ... 47
Gambar 4.5 Siswa Bersama Guru Demonstrasi Terang Bulan ... 48
Gambar 4.6 Media Papan Pecahan dan Papan Terang Bulan ... 48
Gambar 4.7 Siswa Berdiskusi Bersama Kelompok ... 49
Gambar 4.8 Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 50
Gambar 4.9 Siswa Berebut Menjawab Kuis Cepat Tepat ... 51
Gambar 4.10 Siswa Mengerjakan Soal Secara Berkelompok ... 52
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Hasil Belajar Berdasarkan KKM ... 80
Diagram 4.2 Keaktifan Siswa Berdasarkan Kuesioner Kelas Eksperimen .. 84
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... [1]
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... [9]
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... [20]
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... [32]
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... [43]
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas kontrol 1 ... [54]
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas kontrol 2 ... [57]
Lampiran 8 Materi Ajar ... [60]
Lampiran 9 Bahan Ajar ... [65]
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 ... [80]
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 ... [84]
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3 ... [88]
Lampiran 13 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 4 ... [92]
Lampiran 14 Soal Evaluasi Pertemuan 1 ... [94]
Lampiran 15 Soal Evaluasi Pertemuan 2 ... [96]
Lampiran 16 Soal Evaluasi Pertemuan 3 ... [98]
Lampiran 17 Soal Evaluasi Pertemuan 4 ... [99]
Lampiran 18 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 1 ... [101]
Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 2 ... [102]
Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 3 ... [103]
Lampiran 21 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Pertemuan 4 ... [104]
Lampiran 22 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran ... [106]
xx
Lampiran 24 Lembar Observasi Keaktifan... [111]
Lampiran 25 Hasil Pekerjaan LKS Pertemuan 1 ... [113]
Lampiran 26 Hasil Pekerjaan LKS Pertemuan 2 ... [121]
Lampiran 27 Hasil Pekerjaan LKS Pertemuan 3 ... [129]
Lampiran 28 Hasil Pekerjaan LKS Pertemuan 4 ... [135]
Lampiran 29 Hasil Pekerjaan Soal Evaluasi Pertemuan 1 ... [140]
Lampiran 30 Hasil Pekerjaan Soal Evaluasi Pertemuan 2 ... [144]
Lampiran 31 Hasil Pekerjaan Soal Evaluasi Pertemuan 3 ... [146]
Lampiran 32 Hasil Pekerjaan Pretest Kelas Eksperimen ... [148]
Lampiran 33 Hasil Pekerjaan Pretest Kelas Kontrol ... [152]
Lampiran 34 Hasil Pekerjaan Posttest Kelas Eksperimen ... [156]
Lampiran 35 Hasil Pekerjaan Posttest Kelas Kontrol ... [160]
Lampiran 36 Hasil Validasi Ahli Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran .. [164]
Lampiran 37 Hasil Validasi Ahli Lembar Kuesioner Keaktifan ... [168]
Lampiran 38 Hasil Validasi Ahli Lembar Observasi Keaktifan ... [172]
Lampiran 39 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... [176]
Lampiran 40 Hasil Pengisian Kuesioner Siswa Kelas Eksperimen... [183]
Lampiran 41 Hasil Pengisian Kuesioner Siswa Kelas Kontrol ... [189]
Lampiran 42 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen ... [195]
Lampiran 43 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... [219]
Lampiran 44 Transkripsi Pertemuan 1 ... [231]
Lampiran 45 Transkripsi Pertemuan 2 ... [236]
Lampiran 46 Transkripsi Pertemuan 3 ... [241]
xxi
Lampiran 48 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... [250]
Lampiran 49 Hasil Uji Normalitas ... [252]
Lampiran 50 Hasil Uji Homogenitas ... [253]
Lampiran 51 Hasil Uji Pretest ... [254] Lampiran 52 Hasil Uji Perbedaan Pretest dan Posttest ... [255] Lampiran 53 Hasil Uji Perbedaan Posttest-Posttest ... [256] Lampiran 54 Foto Kegiatan Pembelajaran ... [257]
Lampiran 55 Surat Ijin Penelitian ... [258]
Lampiran 56 Surat Keterangan Sudah Penelitian ... [259]
1 BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan lima hal, yaitu latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional
yang digunakan dalam penelitian ini. kelima hal tersebut dipaparkan dalam
subbab-subbab berikut ini.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan
manusia. Pendidikan mampu mewujudkan manusia menjadi pribadi yang utuh
serta menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan secara
menyeluruh baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Pendidikan di
Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang tingkat pertama dalam Program
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, sehingga sangat berpengaruh pada jenjang
selanjutnya.
Pembelajaran yang diterapkan di SD memberikan kontribusi dalam
pencapaian mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan SD berpengaruh
pada pembentukan pribadi siswa dalam hal sikap, kecerdasan, dan kepribadian
anak. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dasar anak diberikan pendidikan
matematika agar anak dapat berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
Menurut Wijaya (2011:7) salah satu tujuan pendidikan matematika yaitu
untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Matematika menjadi salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan cukup besar
untuk kehidupan sehari-hari dan dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Selain itu, matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang selalu ada di
setiap jenjang pendidikan dari mulai SD sampai SMA. Hal ini karena dasar
Matematika sangat penting untuk pembentukan logika seseorang.
Hadi (2005) mengatakan matematika biasanya dipandang sebagai ilmu
yang sulit dipahami sehingga mayoritas pelajar menganggap mata pelajaran
matematika sebagai momok atau ketakutan sehingga siswa tidak termotivasi
untuk belajar matematika. Ketakutan siswa dapat mengakibatkan hasil belajar
matematika cenderung rendah. Padahal matematika sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari karena melibatkan logika dan perhitungan.
Pembelajaran matematika pada jenjang SD lebih difokuskan dalam
pemecahan masalah (BSNP, 2006). Kemampuan memecahkan masalah dapat
meningkat bila mengembangkan keterampilan memahami masalah, membuat
model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Soal-soal semacam itu dalam pelajaran matematika di SD disebut sebagai Soal-soal cerita.
Soal cerita sangat penting ditekankan pada pembelajaran matematika karena erat
hubungannya bagi kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD meliputi tiga
aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Pada
aspek bilangan terdapat materi mengenai pecahan. Materi pecahan pada jenjang
semester ganjil, genap, di kelas IV semester genap, di kelas V semester genap,
dan diulang kembali di kelas VI.
Menurut Budiyono (2008), pokok bahasan operasi hitung pecahan
dianggap lebih sulit dibandingkan dengan operasi hitung pada bilangan lainnya
seperti bilangan asli, bilangan cacah, dan bilangan bulat. Operasi hitung pecahan
juga memiliki cakupan yang cukup luas seperti pecahan desimal dan pecahan
biasa yang terdiri dari pecahan campuran yang melibatkan bagian bulat dan juga
pecah. Penyebab kesulitan ini dapat berasal dari diri siswa itu sendiri atau dari
luar siswa, misalnya cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran
yang dilaksanakan. Saat ini masih banyak guru menggunakan cara mengajar
tradisional seperti metode ceramah yang membuat siswa kurang aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SD Negeri Keputran A
Yogyakarta pada tanggal 10 Januari 2014, suasana sekolah cukup kondusif untuk
dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran, guru
lebih sering memberikan pertanyaan tipe isian sehingga siswa bingung ketika
menjumpai soal cerita. Guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya sehingga banyak siswa yang kurang paham tetapi tidak bertanya. Hal ini
dapat mengakibatkan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Selain pengamatan, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru.
Banyak guru mengeluhkan kurangnya media yang dapat digunakan khususnya
pada pelajaran IPS dan matematika. Khusus pada guru kelas IV.3, guru ingin
menciptakan inovasi baru pada pembelajaran matematika supaya siswa mudah
dengan pengamatan metode pembelajaran pecahan di SD lain yang menjadi
peringkat pertama Ujian Nasional. Metode tersebut kemudian diterapkan di SD
Negeri Keputran A Yogyakarta, namun hasil belajar siswa kurang maksimal
ketika mengerjakan tipe soal cerita.
Salah satu pendekatan yang terdapat di Indonesia dalam pembelajaran
matematika yang berorientasi pada pemecahan masalah sehari-hari yaitu
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang mengadaptasi teori pendidikan matematika yang dikembangkan
di Belanda tahun 1970 yaitu Realistic Mathematics Education (RME). Penggunaan pendekatan pembelajaran ini diharapkan dapat mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, memperoleh sesuatu, serta mengukur sejauh mana
pemahaman siswa akan sesuatu.
Menurut Supinah (2008:7) pendekatan PMRI sebagai pendekatan
pembelajaran matematika yang dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat
dengan siswa dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai
manusiawi PMRI memandang matematika sebagai kegiatan manusia dan
sekaligus sebagai alat, hal ini berarti perlu menempatkan kedua pandangan ini
pada tempat yang sesuai perkembangan jiwa peserta didik. Penerapan PMRI
pada pelajaran matematika dinilai lebih tepat untuk dijalankan dalam proses
pembelajaran. Sesuai dengan pandangan matematika sebagai kegiatan manusia,
maka PMRI diupayakan semaksimal mungkin agar siswa aktif membangun
sendiri pengetahuannya sedangkan peran guru sebagai fasilitator. Selain aktif
Hadi (2005) menyebutkan bahwa PMRI sejalan dengan teori belajar yang
berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL). Namun baik konstruktivisme maupun pembelajaran kontekstual mewakili teori belajar secara umum, sedangkan PMRI
suatu pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika. Dalam
pendekatan PMRI pada awal pembelajaran guru menyajikan masalah kontekstual
atau realistik karena siswa akan termotivasi untuk mempelajarai matematika
karena masalah berkaitan dengan dunia nyata (real) yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari atau dapat dibayangkan oleh siswa.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti memilih untuk melakukan penelitian
tentang pembelajaran yang menerapkan pendekatan PMRI. Penelitian ini
merupakan lanjutan dari penelitian tahun lalu yang dilakukan oleh Nofi Rumianti
yang berjudul “Implementasi Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan
Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD Negeri Daratan Minggir
Sleman”. Pada penelitian ini melihat keefektifan pembelajaran matematika
melalui penggunaan pendekatan PMRI di SD Negeri Keputran A Yogyakarta.
Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan
Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa pada
Pembelajaran Penjumlahan Pecahan di Kelas IV SD Negeri Keputran A
Yogyakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran penjumlahan pecahan
menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta?;
2. Apakah penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) efektif dalam pembelajaran penjumlahan pecahan kelas
IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran penjumlahan pecahan
menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) di kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta;
2. Mengetahui keefektifan penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) dalam pembelajaran penjumlahan pecahan
kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian tersebut dapat menambah wawasan tentang salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat membentuk keutuhan
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti sendiri, telah memberikan pengetahuan baru dalam hal
mengefektifkan pembelajaran terutama pembelajaran Matematika
materi penjumlahan pecahan.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi alternatif guru untuk
menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) sehingga pembelajaran semakin efektif.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak
sekolah untuk menciptakan pembelajaran inovatif dalam proses
pembelajaran.
d. Bagi Progran Studi, hasil penelitian ini dapat menambahkan referensi
untuk perpustakaan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma sebagai contoh Penelitian Kuasi
Eksperimen, terutama bagi yang masih mengalami kesulitan
melakukan Penelitian Kuasi Eksperimen dan belum berani untuk
memulainya, sedangkan bagi yang sudah biasa melakukan dapat
dijadikan sebagai bahan pembanding.
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk membatasi istilah-istilah yang akan
digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Definisi operasional yang
digunakan sebagai berikut:
a. Keefektifan adalah kegiatan belajar yang diusahakan sedemikian rupa baik
dari penataan ruang kelas (fisik) sampai metode yang digunakan (non
b. Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
c. Keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif untuk mencari,
memperoleh, dan mengolah belajarnya sendiri.
d. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pendekatan
yang dirancang khusus untuk pembelajaran matematika yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari dan budaya di Indonesia.
e. Pecahan adalah bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan
a dan b merupakan bilangan bulat, bilangan b tidak sama dengan nol, dan
9 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian landasan teori ini dibahas beberapa hal terkait dengan
teori-teori dalam peneltitian. Landasan teori-teori ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Komalasari (2011:54) mendefinisikan pendekatan pembelajaran
merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang
sifatnya masih sangat umum. Proses pembelajaran mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pernyataaan tersebut diperkuat dengan pernyataan menurut Danim (2008) bahwa
pendekatan pembelajaran adalah sebagai sudut pandang kita terhadap pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pemilihan
pendekatan dalam pembelajaran merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Galo dalam Siregar dan Nara (2011:75) menjelaskan pendekatan pembelajaran
yaitu suatu cara pandang dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan
lingkungannya. Jadi, pendekatan pembelajaran yaitu strategi terhadap proses
b. Keefektifan
Triatna (dalam Supardi, 2013:2) mendefinisikan efektivitas adalah ukuran
yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu)
telah dicapai.
Keefektifan pembelajaran adalah hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan
proses belajar mengajar (Sardiman dalam Trianto, 2009:20). Suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama
keefektifan pengajaran, yaitu:
1. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.
2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa.
3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan
4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, (Soemosasmito
dalam Trianto, 2009:20).
Mengajar yang efektif berarti guru dan siswa melakukan kegiatan-kegiatan
yang tepat dan mencapai tujuan mengajar. Kegiatan guru dan kegiatan siswa
harus direncanakan dan dilaksanakan secara efektif mencakup:
1. Guru dan siswa peka pada bahan ajar, kebutuhan siswa, serta tujuan yang
hendak dicapai.
2. Penggunaan metode mengajar dan teknik mengajar guru secara tepat.
3. Penggunaan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui hasil yang dicapai
Jadi, keefektifan pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang
diusahakan sedemikian rupa baik dari penataan ruang kelas (fisik) sampai
metode yang digunakan (non fisik) untuk mencapai tujuan belajar.
c. Hasil Belajar
Masidjo (2010: 40) mendefinisikan hasil belajar adalah skor atau nilai
yang menunjukkan prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil belajar
yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa dan fakor lain di antaranya
situasi belajar yang diciptakan guru. Hasil belajar dapat diukur dengan tes atau
evaluasi. Evaluasi merupakan suatu kegiatan memperbandingkan hasil
pengukuran sifat suatu objek dengan acuan yang relevan sedemikian rupa
sehingga diperoleh suatu kualitas yang bersifat kuantitatif, menggunakan
simbol berupa angka atau huruf.
Winkel (2009: 45) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Rangkaian
proses belajar dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan
informal, formal, dan nonformal. Belajar menurut Gora dan Sunarto (2010:
15) adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
penguasaan kompetensi baru secara permanen sebagai hasil dari pengalaman
individu iu sendiri dalam berineraksi dengan lingkungannya. Daryanto dan
Rahardjo (2012: 16) mengemukakan belajar adalah proses melihat,
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menunjuk pada
definisi-definisi belajar di atas yang dimaksud belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif menetap dari usaha seseorang yang berinteraksi
dengan lingkungannya Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lain. Jadi, hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
d. Keaktifan Siswa
Chaer (2011:260) menjelaskan keaktifan adalah kata yang memiliki kata
dasar aktif dan memiliki awalan ke- dan akhiran –an. Imbuhan ke-an dapat memiliki makna hal atau keadaan. Keadaan yang dimaksud yaitu keterlibatan
secara aktif.
Uno (2011:10) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang aktif adalah
siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif dalam pembelajaran sedangkan
peran guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau
sebagai fasilitator dalam belajar. Jika proses pembelajaran aktif maka siswa akan
saling berdialog secara interaktif antara siswa dan siswa, siswa dengan guru atau
siswa dengan sumber yang lainnya. Yamin (2007:77) mengungkapakan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat
yang dimiliknya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan
permasalaha-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Yamin (2007:77) juga menyebutkan ada 6 aspek terjadinya keaktifan
siswa. Aspek pertama adalah partisipasi siswa dalam menerapkan tujuan
belajar. Partispasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang
berbentuk interaksi antar siswa merupakan aspek yang ketiga. Aspek yang
keempat yaitu kekompakan kelas sebagai kelompok belajar. Aspek kelima
adalah kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan untuk
berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.
Aspek yang keenam adalah pemberian waktu untuk menanggulangi masalah
pribadi siswa. Jadi, keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif
untuk mencari, memperoleh, dan mengolah belajarnya sendiri.
e. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Menurut Hadi (2005:7) pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia) merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang
diprakarsai oleh seorang profesor matematika dari ITB (Institut Teknik Bandung).
Pendekatan PMRI ini mengadaptasi pendekatan pembelajaran matematika di
Belanda yang dikembangkan di Institut Freudenthal sejak tahun 1971 yang diberi
nama RME (Realistic Mathematic Education) atau PMR (Pendidikan Matematika Realistik).
Hadi (2005:36) menyebutkan pendekatan PMR sejalan dengan teori
belajar konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual. Selain itu pendekatan
PMRI mengajarkan matematika yang dapat dibayangkan dan disenangi oleh
siswa. Suryanto (2010:37) menyatakan bahwa Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia adalah pendidikan matematika sebagai adaptasi dari RME yang
diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat
Realistik, permasalahan realistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun
konsep matematika atau sumber dalam pembelajaran (a source for learning).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah pendekatan yang dirancang
khusus untuk pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari dan budaya di Indonesia.
Pendekatan PMRI memiliki beberapa prinsip yang merupakan dasar
teoritis PMRI yaitu:
1. Guided re-invention (Penemuan Kembali Secara Terbimbing)
Suryanto (2010:42) menyebutkan bahwa penggunaan masalah yang
kontekstual yang realistis yang mengandung topik matematis, siswa diberi
kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep
matematis.
2. Progressive Mathematization (Matematisasi Progresif)
Wijaya (2011:32) menyatakan matematisasi diartikan sebagai proses
mematematikakan suatu konteks, yaitu proses menerjemahkan suatu konteks
menjadi konsep matematika. Menurut Suryanto (2010:42) dikatakan progresif
karena terdiri atas dua langkah yang berurutan, yaitu matematisasi horisontal
(berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada matematika
formal) dan matematisasi vertikal (dari matematika formal ke matematika formal
yang lebih luas).
Suryanto (2010:42) menyatakan bahwa prisip ini menekankan fenomena
pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah
kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa.
4. Self-developed Model (Membangun Sendiri Model).
Terdapat 2 model dalam pendekatan PMRI, yaitu model of dan model for.
Suryanto (2010:43) menyatakan Model of masih dapat disebut dengan
matematika informal. Model for adalah model yang sudah sangat erat dengan
matematika formal.
Pendekatan PMRI memiliki lima karakteristik PMRI (de Lange dalam
Zulkardi, 2005: 14), yaitu:
1. The use of context (penggunaan masalah kontekstual)
Masalah kontekstual berfungsi untuk memanfaatkan realitas sebagai sumber
aplikasi matematika. Selain itu juga untuk melatih kemampuan siswa khususnya
dalam menerapkan matematika pada situasi nyata. Bentuk konteks tidak harus
berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan
alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan dapat dibayangkan
oleh siswa.
2. The use of models (penggunaan berbagai model)
Istilah model berkaitan dengan model matematika yang merupakan jembatan
bagi siswa jembatan bagi siswa dari situasi informal ke formal. Model dapat
berupa model yang menggambarkan situasi konteks maupun model yang
dikembangkan siswa uang mengarah pada pencarian solusi secara sistematis.
Menggunakan kontribusi siswa dimana siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan strategi-strategi informal dalam menyelesaikan masalah yang
dapat mengarahkan mereka pada pengkontribusian prosedur pemecahan, dengan
bimbingan guru diharapkan siswa bisa menemukan. Hasil konstruksi siswa akan
digunakan sebagai landasan pengembangan konsep matematika.
4. Interactivity (interaktivitas)
Interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan
perangkat pembelajaran juga harus ada dalam pembelajaran. Bentuk-bentuk
interaksi misalnya diskusi, penjelasan, persetujuan, pertanyaan, dan sebagainya
digunakan untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari
bentuk-bentuk pengetahuan matematika informal yang ditentukan sendiri oleh siswa.
5. Intertwining (keterkaitan)
Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu
topik (unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang lebih bermakna.
f. Pecahan
Heruman (2007:43) menyebutkan pecahan adalah suatu bilangan
rasional yang menyatakan bagian dari suatu benda yang utuh. Bagian dalam
gambar merupakan bagian yang ditandai dengan arsiran. Bagian yang diarsir
merupakan pembilang dan yang utuh merupakan penyebut. Pecahan
merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk
dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol
menggunakan obyek-obyek nyata. Peraga dapat berupa daerah-daerah bangun
datar beraturan misalnya persegi, persegi panjang, atau lingkaran yang akan
sangat membantu dalam memperagakan konsep pecahan.
Marsigit (2009:34) menjelaskan pecahan adalah bilangan yang
dinyatakan dalam bentuk , dengan a dan b adalah bilangan bulat, bilangan b
≠ 0, dan bilangan b bukan faktor dari bilangan a. Bilangan a disebut
pembilang dan bilangan b disebut penyebut. Bilangan b tidak sama dengan 0
karena bilangan b merupakan unit dasar keutuhan, jika 0 berarti tidak ada unit
lengkap yang dapat digunakan untuk membandingkan bagian-bagian lain.
Jadi pecahan merupakan bilangan rasional yang dapat ditulis dalam
bentuk
dengan a dan b merupakan bilangan bulat, bilangan b tidak sama dengan
nol, dan bilangan b bukan faktor bilangan a.
Operasi penjumlahan pecahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan
berpenyebut berbeda. Berikut penjelasan kedua penjumlahan tersebut.
a. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama
Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan
(Sukayati, 2003:20)
Contoh: 1
4 + 2 4 =
3 4
b. Penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda
Penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama dapat diselesaikan dengan cara
yang senilai), kemudian menjumlahkan pecahan baru seperti pada
penjumlahan pecahan berpenyebut sama (Sukaryati, 2003:12).
Contoh: 1
4 + 1 2 =
3 4
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama yaitu penelitian yang ditulis oleh Kartika (2011)
dengan judul Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan
Penalaran Operasional Konkret Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Sekolah Dasar Negeri I Semarapura Kangin. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian eksperimen semu. Hasil dari penelitian ini adalah prestasi
belajar matematika siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran
matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran konvensional.
Penelitian kedua yaitu penelitian yang ditulis oleh Mardha (2012)
dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan
yang Mencakup Interaktivitas dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV SD
Kanisius Kintelasn I Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan pengembangan perangkat pembelajaran penjumlahan
pecahan yang mencakup interaktivitas dengan pendekatan PMRI di kelas IV
SD Kanisius Kintelan I. Penelitian ini mengembangkan hasil produk berupa
perangkat pembelajaran seperti silabus, Rencana Perencanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan ajar, serta evaluasi yang
menggunakan pendekatan PMRI. Produk yang telah dirancang kemudian
diujicobakan pada siswa yang berjumlah 29 siswa dengan mencerminkan
point, pemodelan, interaktivitas, intertwining, dan kontribusi siswa untuk
mengetahui interaktivitas pembelajaran di kelas. Melalui produk yang telah
dirancang dan diujicobakan menunjukkan bahwa terdapat interaktivitas antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Penelitian ketiga yaitu jurnal yang ditulis oleh Kusumaningtyas (2012)
dengan judul Penerapan PMRI terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Berbantuan Alat Peraga Materi Pecahan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hasil tes belajar peserta didik aspek kemampuan
peemecahan masalah dengan pembelajaran PMRI berbantuan alat peraga pada
materi pecahan mencapai KKM individu sebesar 60 dan KKM klasikal
sebesar 75%, selain itu untuk mengetahui rata-rata hasil belajar peserta didik
aspek kemampuan pemecahan masalah dengan pembelajaran PMRI
berbantuan alat peraga pada materi pecahan lebih tinggi daripada
pembelajaran ekspositori. Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa hasil tes
belajar peserta didik pada aspek pemecahan masalah mencapai KKM dan
rata-rata dari hasil belajar aspek kemampuan pemecahan masalah peserta didik
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar yang
berupa kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol karena keaktifan peserta
didik pada kelas eksperimen lebih tinggi, dan juga peserta didik dapat bertukar
pendapat satu sama lain dalam proses diskusi.
Penelitian keempat yaitu penelitian yang ditulis oleh Latrisariasih
(2012), Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan
Kontekstual Pada Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Kanisius Sorowajan
mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD
Kanisius Sorowajan mengenai materi pecahan menggunakan pendekatan
kontekstual tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai dengan peningkatan
rata-rata keaktifan siswa, peningkatan nilai rata-rata-rata-rata, dan presentase siswa yang
mencapai KKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal siswa
rata-rata keaktifan siswa 6,28. Setelah dilakukan tindakan menggunakan
pendekatan kontekstual siklus I rata-rata keaktifan siswa menjadi 9,28 yang
menunjukkan kriteria cukup. Siklus II rata-rata keaktifan menjadi 12,87 sangat
kriteria sangat tinggi. Hasil mengenai prestasi belajar nilai awal rata-rata
adalah 57,82 dan presentasi siswa mencapai KKM 57,14%. Siklus I terlihat
adanya peningkatan menjadi 68,59 dan presentasi 76,48%. Pada siklus II
meningkat menjadi 74,19 dan presentase 88,24%. Berdasarkan hasil tersebut
dapat dilihat bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan Latrisariasih (2012), Peningkatan
Keaktifan dan Prestasi Belajar
Menggunakan Pendekatan
Kontekstual Pada Materi
Kusumaningtyas (2012),
Penerapan PMRI Terhadap
Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
Berbantuan Alat Peraga Mardha, (2012), Pengembangan
Perangkat Pembelajaran
Penjumlahan Pecahan yang
Mencakup Interaktivitas dengan
Pendekatan PMRI Kartika, (2011). Pengaruh Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik
dan Penalaran Operasional Konkret
Terhadap Prestasi Belajar
Matematika
yang akan diteliti:
Keefektifan Pendekatan PMRI terhadap
Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa
2.2 Kerangka Berpikir
Pendekatan pembelajaran menjadi faktor yang berpengaruh dalam
proses pembelajaran karena pendekatan pembelajaran berkaitan dengan
pandangan seorang guru untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan
belajarnya sehingga tujuan suatu pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat mampu membuat
pembelajaran efektif terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa .
Pendekatan PMRI dapat dijadikan alternatif bagi guru sebagai
pendekatan inovatif yang menyajikan situasi pembelajaran menggunakan
benda-benda nyata yang biasanya ditemui oleh siswa dan menggunakan
masalah kontekstual. Siswa dituntut untuk menemukan sendiri jawaban dari
permasalahan yang didapatkannya, sehingga siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran baik aktivitas individu maupun kelompok. Peran guru sebagai
fasilitator harus mampu menjelaskan materi penjumlahan pecahan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari atau pemecahan masalah.
Pendekatan PMRI lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, maka
capaian hasil belajar dan keaktifan pada kelas eksperimen akan lebih tinggi
daripada kelas kontrol.
2.3Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis untuk
penelitian ini yaitu “Penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) efektif terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa dalam
23 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan tentang metode penelitian ini yang terdiri
dari jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, data penelitian, instrument penelitian, uji validitas dan
reliabilitas instrument, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis quasi eksperimental tipe
non-equivalen control group design (Sugiyono 2010:114-116). Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk membandingkan skor pretest
dan skor posttest untuk melihat perubahan yang terjadi setelah menerapkan suatu pendekatan baru. Berikut ini gambar non-equivalen control group design.
O1 X O2
O3 O4
Gambar 3.1 : non-equivalen control group design (Sugiyono, 2012: 79) Keterangan : O1= hasil pretest kelas eksperimen
O2= hasil posttest kelas eksperimen O3= hasil pretest kelas kontrol O4= hasil posttest kelas kontrol
X = perlakuan atau treatment penggunaan pendekatan PMRI Peneliti memilih jenis penelitian kuasi eksperimen karena penelitian ini
menggunakan desain penelitian dengan dua kelas dan pemilihan kelas eksperimen
dan kelas kontrol tidak secara random. Kedua kelas tersebut kemudian diberi
serta untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dengan kata lain pretest digunakan untuk mengetahui titik tolak atau titik pijak dari kedua kelas tersebut sama atau berbeda. Kemudian kelas
pertama (kelas IV.3) diberi perlakukan atau treatment yaitu dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam
pembelajaran. Kelas kedua (kelas IV.2) tidak diberi perlakuan dengan
menggunakan pendektan PMRI. Setelah diberikan perlakuan dilakukan posttest
pada masing-masing kelas. Posttest untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau
treatment yang telah dilakukan pada kelas eksperimen. Sugiyono, 2010:112 mengatakan jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
3.2 Waktu dan tempat penelitian
3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014 pada bulan Januari-Maret 2014
3.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Keputran A Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Patehan Kidul No.8, Patehan, Kraton, Yogyakarta.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 117) yang dimaksud populasi adalah
dan karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah yakni siswa
kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta yang berjumlah 90 siswa. Terdiri
dari 3 kelas yaitu kelas IV.1 berjumlah 28 siswa, IV.II 31 siswa, dan IV.III
berjumlah 31 siswa.
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sampel yang dipilih oleh
peneliti adalah sampel purposif. Sampling purposif, yaitu teknik sampling
yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2000:
128).
Peneliti menentukan sampel dengan cara mengundi kelas yang akan
dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengundian dilakukan dengan
membuat undian menggunakan lintingan kertas yang bertuliskan kelas IV.1,
IV.2, IV.3. Undian pertama yang diambil dijadikan kelas eksperimen dan
undian kedua yang diambil dijadikan kelas kontrol. Undian pertama yang
diambil yaitu kelas IV.3 dan undian kedua yaitu kelas IV.2, berarti kelas IV.3
sebagai kelas eksperimen yang mewakili populasi mendapatkan perlakuan
pendekatan PMRI sedangkan kelas IV.2 mewakili populasi yang tidak
mendapatkan perlakuan pendekatan PMRI.
Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilaksanakan oleh guru mitra. Guru mitra yaitu wali kelas dari masing-masing
mengenal karakteristik siswa yang akan diteliti dan peneliti menjalankan
fungsi sebagai pengamat.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 60-61), variabel penelitian adalah atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan variabel dependen.
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pendekatan
PMRI. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah hasil belajar
dan keaktifan matematika materi penjumlahan pecahan.
3.5 Data penelitian
Data penelitian ini data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
yaitu data keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari pengamatan , data
hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest, dan data keaktifan diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner.
Data kualitatif diperoleh dari hasil analisis keterlaksanaan
pembelajaran berupa transkripsi video proses pembelajaran di kelas
eksperimen. Transkripsi video melalui tahapan reduksi data yaitu
penggolongan, pemilihan atau membuang yang tidak perlu sehingga dapat
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
instrumen data kuantitatif dan instrumen data kualitatif. Berikut penjelasan
dari masing-masing instrumen.
3.6.1 Instrumen data kuantitatif
1. Lembar Pretest dan Posttest
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa lembar pretest dan posttest.
Instrumen penilaian yang digunakan adalah soal pretest dan soal posttest. Peneliti menggunakan soal evaluasi yang digunakan pada penelitian tahun
lalu. Lembar tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran halaman 97. Berikut
kisi-kisi pretest dan posttest.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pretest dan Posttest.
No Indikator Nomor
1, 2a 2 Taraf kesukaran: 1.Mudah: no soal
c. Mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika
1,2 2
d. Menjumlahkan da pecahan 3,4,5 3
2. Afektif
b. Mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika dengan menghargai pendapat teman.
c. Menunjukkan sikap tanggung jawab ketika bekarja
3. Psikomotor
b. Menulis jawaban soal evaluasi dengan tulisan yang rapi
Jumlah soal evaluasi 5
2. Lembar Kuesioner Keaktifan
Keaktifan dalam penelitian ini dilihat melalui kuesioner pada siswa
kelas IV.2 dan kelas IV.3. Menurut Supratiknya (2012), kuesioner dilihat dari
segi isi informasi dibedakan menjadi 2 macam yaitu kuesioner yang bertujuan
mengungkap fakta dan kuesioner yang bertujuan mengungkap pendapat atau
jenis-jenis tanggapan pribadi lainnya, seperti pikiran, penelaran, tanggapan
perasaan dan sikap. Penelitian ini memilih jenis kuesioner tertutup untuk
menjaring informasi berupa fakta. Jawaban yang berisi kemungkinan fakta
yang diharapkan itu bisa sudah disediakan atau disajikan sehingga siswa
memilih dengan cara memberi tanda centang pada salah satu jawaban yang
sesuai dengan keadaan dirinya. Lembar kuesioner keaktifan dapat dilihat pada
lampiran halaman 106. Berikut ini kisi-kisi kuesioner.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner
Aspek Indikator
Siswa mendengarkan ketika guru sedang
menjelaskan materi 2
Siswa menulis atau mencatat hal-hal penting selama proses belajar 3 Siswa menyelesaikan setiap tugas yang
ditentukan
Siswa melakukan kerjasama atau diskusi tentang sesuatu dengan siswa lain dalam kelompok
5
Siswa melakukan kegiatan belajar sendiri 6 7 Siswa memecahkan masalah yang
dihadapi selama kegiatan belajar 8 Siswa memanfaatkan sumber belajar
yang ada secara optimal dalam belajar 9 Siswa memperhatikan presentasi hasil
kerja kelompok 10
Siswa ikut serta mengambil keputusan
dalam berdiskusi 11
Siswa memberikan kontribusi cara penyelesaian masalah yang berbeda-beda 12 Siswa mencari sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran 13 Siswa berpartisipasi memberikan informasi atau pendapat dalam kegiatan diskusi
Siswa mengajukan pertanyaan kepada
guru atau siswa lain 15 16
Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan guru atau siswa lainnya 17 18 Siswa menanggapi pendapat dari siswa
lain
19 20
3. Lembar pengamatan keaktifan
Pengamatan keaktifan ini digunakan untuk mengetahui tingkat
keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Lembar pengamtan
keaktifan dapat dilihat pada lampiran halaman 109. Berikut ini kisi-sisi lembar
pengamatan keaktifan.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Keaktifan
Aspek Indikator
Siswa membaca sumber belajar yang tersedia Siswa menulis atau mencatat hal-hal penting selama proses belajar
Siswa melakukan kerjasama atau diskusi tentang sesuatu dengan siswa lain dalam kelompok Siswa melakukan kegiatan belajar sendiri
selama kegiatan belajar
Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada secara optimal dalam belajar
Siswa memperhatikan presentasi hasil kerja kelompok
Siswa ikut serta mengambil keputusan dalam berdiskusi
Siswa memberikan kontribusi cara penyelesaian masalah yang berbeda-beda
Siswa berpartisipasi memberikan informasi atau pendapat dalam kegiatan diskusi
Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru atau siswa lainnya
Siswa menanggapi pendapat dari siswa lain Siswa membantu teman yang mengalami kesulitan dalam belajar
4. Lembar pengamatan keterlaksanaan
Lembar pengamatan keterlaksanaan digunakan oleh peneliti untuk
mengamati setiap proses pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI.
Keterlaksanaan pembelajaran ini dilihat dari kemunculan karakteristik PMRI
dalam proses pembelajaran. Lembar pengamatan keterlaksanaan dapat dilihat
pada lampiran halaman 104. Berikut kisi-kisi lembar pengamatan
keterlaksanaan.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Keterlaksanaan
Kegiatan
Guru menyajikan masalah kontekstual atau soal cerita secara lisan atau tertulis. (Penggunaan Konteks)
1
PMRI 4
Guru membangkitkan motivasi belajar siswa dengan kegiatan yang menarik. (Interaktifitas)
2
Inti PMRI 2
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan penyelesaian-penyelesaian masalah yang berbeda-beda. (Penggunaan Model)
3
Keterangan :
3.6.2 Instrumen data kualitatif
Transkripsi video diperoleh dari dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu rekaman video proses pembelajaran dan diperkuat dengan
foto kegiatan selama proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
menggunakan model-model yang dikembangkan oleh siswa untuk membangun suatu prosedur penyelesaian. (Penggunaan Model)
PMRI 4
Guru member kebebasan kepada siswa untuk saling berdiskusi berkaitan dengan materi yang diajarkan. (Interaktivitas)
4
PMRI 3
Guru member kebebasan kepada siswa
untuk menemukan cara
menyelesaikansoal yang diberikan. (Pemanfaatan Konstruksi Siswa)
5
PMRI 4
Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk menggunakan model-model yang dibangun oleh siswa untuk masalah kontekstual yang diberikan. (Interaktivitas)
6
PMRI 4
Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk saling bertanya jawab. (Interaktivitas)
7
PMRI 5
Guru mengaitkan konsep matematika satu dengan konsep matematika lain berdasarkan dengan topik yang diajarkan. (Keterkaitan)
8
PMRI 5
Guru mengaitkan konsep matematika dengan konsep dari mata pelajaran lain berdasarkan dengan topik yang diajarkan. (Keterkaitan)
9
Akhir
PMRI 3
Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (Pemanfaatan Konstruksi Siswa)
10
PMRI 5 Guru melakukan refleksi dan penguatan.
3.7 Uji validitas dan reliabilitas instrumen
Masidjo (2006:242) berpendapat validitas adalah taraf di mana suatu
tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan
untuk mengetahui kualitas instrumennya. Macam validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi dan validitas isi.
Pengujian validitas instrumen pretest dan posttest dilakukan kepada siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta dengan jumlah 36 siswa. Rubrik
penskoran sebagai berikut:
Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes
No. Kriteria Skor
1. Menjawab dengan cara yang lengkap dan jawaban benar 4 2. Menjawab dengan cara yang lengkap tetapi jawaban salah 3 3. Menjawab dengan cara yang kurang lengkap dan jawaban benar 2 4. Menjawab dengan cara yang kurang lengkap dan jawaban salah 1
Hasil uji soal diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas, sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Soal
No. Nomor soal Pearson correlation Sig. (2-tailed) Keterangan
1. 1 0.594** 0.000 Valid
2. 2a 0.329* 0.050 Valid
3. 2b 0.729** 0.000 Valid
4. 2c 0.724** 0.000 Valid
5. 3 0.388* 0.019 Valid
6. 4 0.768** 0.000 Valid
7. 5 0.731** 0.000 Valid
Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa hasil Pearson correlation pada tujuh soal menunjukkan bahwa nilai masing-masing diatas 0,329 dan sig.(2-tailed)≤
0,05 serta harga Sig.(2-tailed) pada soal nomor 1, 2b, 2c, 4 dan 5 adalah 0,000, sedangkan pada nomor 2a yaitu 0,050 dan nomor 3 yaitu 0,019. Maka
Uji reliabilitas dengan internal consistency, yaitu dengan dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian data dianalisis
dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrument menggunakan teknik
Alpha Cronbach. Kriteria untuk menentukan reliabilitasnya adalah jika harga
Alpha Cronbach >0,60 suatu variabel disebut reliabel (Nunnaly, dalam Ghozali, 2009) Berikut tabel kriteria koefisien reliabilitas untuk melihat hasil
perhitungan reliabilitas instrument (Masidjo, 1995:209) :
Tabel 3.7 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien reliabilitas Kualifikasi
± 0,91 - ± 1,00 Sangat Tinggi
± 0,71 - ±0,90 Tinggi
± 0,41 - ± 0,70 Cukup
± 0,21 - ± 0,40 Rendah
± 0 - ± 0,20 Sangat Rendah
Hasil perhitungan reliabilitas dengan SPSS 20 menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Soal
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.744 .729 7
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh hasil Cronbach’s Alpha sebesar
0,744 dengan kualifikasi tinggi.
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif
dan data kualitatif. Berikut penjelasan tentang teknik pengumpulan data dalam