• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-81536/PP/M.IVB/16/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-81536/PP/M.IVB/16/2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-81536/PP/M.IVB/16/2017

Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2010

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengekta yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilaisebesar Rp308.912.853,00 yang tidak disetujui Pemohon Banding:

Menurut Terbanding : bahwa alasan Terbanding melakukan koreksi Penyerahan yang PPN nya pungut sendiri sebesar Rp308.912.853,00 adalah bahwa terdapat perbedaan Dasar Pengenaan Pajak dengan Pemohon Banding. Dimana berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-05/PJ.53/2003, Dasar Pengenaan Pajak atas Penyerahan Jasa Tenaga Kerja Outsourcing adalah sebesar seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha jasa;

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak dapat digolongkan menjadi perusahaan outsourcing karena pada kenyataannya, Pemohon Banding tidak pernah mengadakan kegiatan perekrutan, pendidikan, pelatihan, pemagangan, dan/atau penempatan tenaga kerja, yang kegiatannya dilakukan dalam satu kesatuan dengan penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja sebagaimana dilakukan oleh perusahaan outsourcing;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Majelis : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi yang dilakukan Terbanding atas Penyerahan yang PPN nya harus dipungut sendiri sebesar Rp308.912.853,00;

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar Rp308.912.853,00 dengan alasan ada perbedaan perhitungan Dasar Pengenaan Pajak dengan Pemohon Banding;

bahwa menurut Terbanding berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-05/PJ.53/2003, Dasar Pengenaan Pajak atas Penyerahan Jasa Tenaga Kerja Outsourcing adalah sebesar seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha jasa;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding atas penyerahan yang PPN- nya harus dipungut sendiri dengan alasan:

- bahwa biaya sebesar Rp324.358.453,00 adalah merupakan biaya upah tenaga kerja sebesar Rp308.912.853,00 dan jasa tenaga kerja sebesar Rp15.445.600,00;

- bahwa upah tenaga kerja sebesar Rp308.912.853,00 dibayarkan kepada karyawan dimana hasil pekerjaan mereka bertanggung jawab secara langsung kepada pihak ketiga (pemberi kerja) yang sesuai Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 4A ayat (3) huruf k beserta penjelasannya yang menyatakan bahwa jasa tenaga kerja merupakan jenis jasa yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai;

- bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.53/2003 tanggal 13 Januari 2003 tidak dapat digunakan, berhubung Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 telah mengalami perubahan ketiga dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Pengaturan mengenai Kriteria Jasa Tenaga Kerja, baru diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 83/PMK.03/2012 tanggal 6 Juni 2012 yang berlaku sejak 1 Juli 2012;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding atau yang mewakili Pemohon Banding sesuai ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak tidak hadir, namun keterangan/penjelasan Pemohon Banding disampaikan melalui Pos/titipan;

bahwa berdasarkan keterangan dalam berkas sengketa dan penjelasan para pihak, diperoleh fakta sebagai berikut:

1. Pemohon Banding adalah perusahan yang bergerak di bidang industri Weaving (pertenunan), akan tetapi pada tahun 2010 perusahaan sudah tidak ada kegiatan industri pertenunan lagi karena sudah tidak sanggup lagi membiayai operasionalnya;

2. Bahwa Pemohon Banding meyewakan Tanah dan Bangunan Pabrik serta mesin peralatan didalamnya berupa 50 unit mesin tenun merk Hanjin 63 dan 8 unit mesin Palet, selain itu Pemohon Banding juga mewajibkan kepada pihak penyewa untuk mempekerjakan kembali seluruh karyawan Pemohon Banding;

3. Bahwa menurut Terbanding, berdasarkan dokumen Perjanjian Sewa Menyewa antara Pemohon Banding dengan PT. AAA, tanpa nomor tanggal 23 Oktober 2007 diketahui bahwa PT. AAA menerima seluruh karyawan Pemohon Banding untuk dipekerjakan kembali pada PT. AAA, dengan ketentuan bahwa seluruh karyawan dimaksud tetap menjadi karyawan Pemohon Banding, sedangkan upah yang dibayarkan setiap bulannya oleh Pemohon Banding akan diberikan penggantian oleh PT. AAA ditambah jasa pengurusan tenaga kerja sebesar 5% dari total upah yang dibayarkan;

4. Bahwa Pemohon Banding melakukan pembayaran gaji kepada karyawan yang bekerja kepada PT. AAA;

bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Undang-Undang PPN dan PPn BM), mengatur:

Pasal 1 angka 17

“Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang”;

Pasal 1 angka 19

“Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak”;

Pasal 4A ayat (3) huruf k

“Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut: jasa tenaga kerja”;

bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, diatur:

Pasal 5 huruf j

“Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah: Jasa di bidang tenaga kerja”;

Pasal 14

“Jenis jasa di bidang tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j meliputi:

a) Jasa tenaga kerja;

b) Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

c) Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja”;

bahwa dalam Surat Edaran Nomor SE-05/PJ.53/2003 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Jasa Di Bidang Tenaga Kerja, disebutkan:

(1) Sesuai Dengan Ketentuan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 Tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, Penyerahan Jasa Di Bidang Tenaga Kerja Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Meliputi:

a) Jasa tenaga kerja adalah jasa yang diserahkan oleh tenaga kerja kepada pengguna jasa tenaga kerja dengan menerima imbalan dalam bentuk gaji, upah, honorarium, tunjangan dan sejenisnya. Tenaga kerja tersebut bertanggung jawab langsung kepada pengguna jasa tenaga kerja atas jasa tenaga kerja yang diserahkannya;

b) Jasa penyediaan tenaga kerja adalah jasa yang diserahkan oleh Pengusaha kepada pengguna jasa tenaga kerja, di mana Pengusaha dimaksud semata-mata hanya menyerahkan jasa penyediaan tenaga kerja. Penyediaan jasa tenaga kerja dimaksud tidak terkait dengan pemberian Jasa Kena Pajak lainnya, seperti jasa tehnik, manajemen, konsultasi, pengurusan perusahaan, bongkar muat dan lain-lain;

Dengan demikian, jasa penyediaan tenaga kerja yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai merupakan penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja yang dilakukan oleh Pengusaha di mana:

- Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan sejenisnya kepada tenaga kerja; atau

- Tenaga kerja dimaksud termasuk dalam struktur kepegawaian pengguna jasa tenaga kerja;

c) Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja;

(2) Atas penyerahan jasa di bidang tenaga kerja selain yang disebutkan pada butir 1 dikenakan Pajak Pertambahan Nilai termasuk outsourcing. Outsourcing adalah kegiatan memberikan jasa dalam suatu bidang usaha, kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemberi jasa dengan disertai keterlibatan langsung tenaga kerja tersebut dalam pelaksanaannya. Sehingga outsourcing merupakan penyerahan Jasa Kena Pajak yang tidak termasuk penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja;

(3) Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan sebagaimana dimaksud pada butir 2 adalah sebesar seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha jasa;

bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b, dinyatakan:

“Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4062), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”;

bahwa dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 a quo, dinyatakan:

“Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan”;

bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 a quo, diundangkan pada tanggal 4 Januari 2012;

bahwa berdasarkan fakta dan peraturan perpajakan di atas, Majelis berpendapat bahwa penetapan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN atas penyerahan yang PPN-nya harus dipungut, sudah benar dan sudah sesuai dengan peraturan perpajakan di atas, dengan pertimbangan:

- bahwa PT. AAA menerima seluruh karyawan Pemohon Banding untuk dipekerjakan kembali pada PT. AAA, dengan ketentuan bahwa seluruh karyawan dimaksud tetap menjadi karyawan Pemohon Banding, sedangkan upah yang dibayarkan setiap bulannya oleh Pemohon banding akan diberikan penggantian oleh PT. AAA ditambah jasa pengurusan tenaga kerja sebesar 5% dari total upah yang dibayarkan;

- bahwa Pemohon Banding melakukan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan sejenisnya kepada karyawan yang bekerja pada PT. AAA;

- bahwa status karyawan, masih merupakan karyawan Pemohon Banding dan dalam perjanjian tidak disebutkan kepada siapa karyawan tersebut bertanggung jawab;

- bahwa Majelis sependapat dengan Terbanding, bahwa sekalipun Pemohon Banding bukan perusahaan outsourching namun dalam hal ini Pemohon Banding berfungsi melakukan fungsi penyerahan jasa di bidang tenaga kerja (outsourcing) yang atas penyerahan jasa tersebut dikenakan PPN;

- bahwa Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan jasa di bidang tenaga kerja termasuk outsourcing sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.53/2003 tanggal 13 Januari 2003 a quo, adalah sebesar seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha Jasa;

- bahwa ketentuan yang menjadi dasar Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ.53/2003 tanggal 13 Januari 2003, adalah Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 yang masih berlaku sampai dengan tanggal 3 Januari 2012, sehingga masih relevan untuk diterapkan pada tahun 2010;

bahwa berdasarkan pendapat Majelis di atas, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas DPP PPN untuk penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar Rp308.912.853,00 tetap dipertahankan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menimbang : bahwa terhadap sengketa banding ini, Hakim Seno SB Hendra berbeda pendapat (dissenting opinions) mengenai hasil pemeriksaan, dengan pertimbangan sebagai berikut :

- bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas Penyerahan yang PPNnya harus dipungut sendiri sebesar Rp.308.912.853,00;

- bahwa pembayaran yang diterima oleh Pemohon Banding dari PT AAA sehubungan dengan penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja masa Januari 2010 adalah sebagai berikut :

- Biaya upah tenaga kerja sebesar

Rp.308.912.853,- - Jasa penyediaan tenaga kerja

sebesar

Rp 15.445.600,- - Total sebesar Rp.324.358.453,-

- bahwa yang masih menjadi sengketa antara Terbanding dan Pemohon Banding adalah : - Menurut Terbanding : PPN dikenakan atas seluruh pembayaran, yaitu sebesar

Rp.324.358.453,-

- Menurut Pemohon Banding : PPN dikenakan atas jasanya saja yaitu sebesar Rp.15.445.600,-

- bahwa jasa penyediaan tenaga kerja sebesar Rp.15.445.600,- ditagihkan secara terpisah dan telah dikenakan PPN sesuai faktur pajak nomor 010.000-10.00000001;

- bahwa sesuai Pasal 4A ayat (3) huruf k Undang Undang nomor 8 Tahun 1983 sdtd UU 42 Tahun 2009 disebutkan bahwa Jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah Jasa tertentu dalam huruf k. Jasa Tenaga kerja;

- bahwa sesuai Penjelasan Pasal 4A ayat (3) huruf k Undang nomor 8 Tahun 1983 sdtd UU 42 Tahun 2009, disebutkan bahwa Jasa Tenaga kerja meliputi :

1. Jasa Tenaga kerja

2. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenagakerja tersebut dan 3. Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

- Bahwa menurut Pemohon Banding, atas penyerahan jasa penyediaan tenaga kerja yang telah dilakukan oleh Pemohon Banding telah dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT AAA sebagai Pengguna Jasa atau Pemberi hasil;

- bahwa sesuai Pasal 3 perjanjian antara Pemohon Banding dan PT AAA disebutkan bahwa pihak kedua(PT AAA) menerima seluruh karyawan pihak pertama untuk dipekerjakan kembali pada pihak kedua, dengan ketentuan bahwa seluruh karyawan tersebut tetap menjadi karyawan pihak pertama, sedangkan upah yang dibayarkan tiap bulannya oleh pihak pertama akan diberikan penggantian oleh pihak kedua ditambah jasa pengurusan tenaga kerja sebesar 5% dari total upah yang dibayarkan ;

- bahwa menurut Pemohon Banding dalam penjelasan tertulis, nomor: 1/wrtx/I/2017 tanggal 15 Januari 2017, Pemohon Banding sebagai yang menyewakan tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari seluruh karyawan yang dipekerjakan kembali kepada pihak kedua ;

- bahwa untuk pembayaran gaji dan upah karyawan dilakukan oleh Pemohon banding dengan mengajukan permohonan dana terlebih dahulu kepada PT AAA pada akhir Desember 2009 sebesar Rp.450.000.000,00 setelah dana tersebut diterima, maka Pemohon Banding melakukan pembayaran kepada seluruh karyawan. Kekurangan dana diperhitungkan dari kelebihan dana bulan sebelumnya;

- Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mengingat :

- Jumlah yang diterima oleh Pemohon Banding dapat dipisahkan antara pembayaran gaji karyawan dan jasa yang diterima Pemohon Banding.

- Pemohon Banding sebagai yang menyewakan tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari seluruh karyawan yang dipekerjakan kembali kepada pihak kedua;

- Sesuai Penjelasan Pasal 4A ayat (3) huruf k Undang nomor 8 Tahun 1983 sdtd UU 42 Tahun 2009, disebutkan bahwa jasa tenaga kerja tidak terutang PPN sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut;

maka Hakim Seno SB Hendra berpendapat bahwa PPN hanya dikenakan atas Jasanya saja, dengan demikian koreksi Terbanding atas DPP PPN untuk penyerahan yang PPN- nya harus dipungut sendiri sebesar Rp.308.912.853,- tidak dapat dipertahankan;

bahwa Pasal 79 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan :

(1) Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putusan Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin oleh Hakim Ketua dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan diambil dengan suara terbanyak.

(2) Apabila Majelis di dalam mengambil putusan dengan cara musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat Hakim Anggota yang tidak sepakat dengan putusan tersebut dinyatakan dalam putusan Pengadilan Pajak.”

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang : bahwa berdasarkan fakta-fakta dan pertimbangan diatas, Majelis berkesimpulan untuk menolak banding Pemohon Banding;

Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundangundangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

Memutuskan : Menolak banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor:

KEP-1/WPJ.10/2016 tanggal 4 Januari 2016, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari 2010 Nomor:

00031/207/10/502/14 tanggal 9 Oktober 2014, atas nama XXX;

Demikian diputus di Yogyakarta pada hari Kamis tanggal 19 Januari 2017 berdasarkan Suara Terbanyak Majelis IVB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis sebagai berikut : ABC, S.E, M.Si --- sebagai Hakim

Ketua,

Drs. DEF, M.M --- sebagai Hakim Anggota,

GHI, S.IP, M.M --- sebagai Hakim Anggota,

yang dibantu oleh JKL,Ak. --- sebagai Panitera Pengganti,

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis tanggal 2 Maret 2017 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Pemohon Banding serta dihadiri oleh Terbanding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam surat uraian bandingnya, Terbanding dengan tegas menyatakan bahwa: :Atas dasar tersebut terbanding menghitung penyusutan Ayam Produktif dengan dasar hukum Pasal 11

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, meneliti dan mempelajari lebih lanjut atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.36702/PP/M.I/16/2012 tanggal

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.34005/PP/M.XIII/15/2011 tanggal 4 Oktober 2011,

bahwa sesuai bukti P-3, diketahui dalam Pasal 2 Pemohon Banding sebagai pihak pertama mengalihkan hak-hak pertambangan kepada pihak kedua (PT Citra Harita

PIHAK PERTAMA pada tahun 2015 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.43793/PP/M.III/16/2013 tanggal 07 Maret 2013, maka

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi objek dalam gugatan ini adalah Keputusan Tergugat Nomor : KEP-05008/NKEB/WPJ.07/2016 tanggal 18 Agustus 2016 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak

bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.40/PMK.03/2010 tentang tatacara perhitungan, pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN atas pemanfaatan barang kena pajak tidak