• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang terjadi saat ini, mendorong individu untuk bersaing dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang menunjukkan adanya persaingan antar individu yaitu bidang pendidikan. Seiring dengan kemajuan zaman, dalam bidang pendidikan peserta didik tidak saja dituntut untuk bisa lulus, akan tetapi juga dituntut untuk memiliki prestasi yang baik. Berbagai usaha harus dilakukan oleh peserta didik untuk mampu meraih prestasi yang terbaik, sehingga peserta didik dapat menghadapi persaingan yang terjadi.

Peserta didik perlu memiliki dorongan untuk melakukan suatu tindakan yang mengarah pada pencapaian prestasi yang baik. Dorongan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai prestasi yang baik disebut motivasi berprestasi.

McClelland (Apsari,dkk, 2014: 12) mendefinisikan motivasi berprestasi merupakan usaha dalam mencapai hasil terbaik yang menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan yang digunakan yaitu prestasi terbaik yang pernah dicapai dan prestasi terbaik yang dicapai orang lain. Adanya standar keunggulan memberikan dorongan kepada individu untuk mencapai prestasi yang melampaui standar keunggulan yang telah ditetapkannya. Definisi tersebut dapat diartikan, individu akan terdorong untuk melakukan tindakan agar mampu memperoleh hasil yang lebih baik dari standar keunggulan yang ditetapkannya.

Pendapat lain yaitu menurut Purwanto (Narni, 2015: 30) motivasi berprestasi didefinisikan sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin demi mencapai keberhasilan dan keunggulan sebagai hasil dari usaha sendiri. Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, pengertian motivasi berprestasi yaitu dorongan yang terdapat dalam diri individu yang mampu mengarahkan untuk melakukan suatu tindakan sebagai bentuk usaha diri sendiri dengan sebaik mungkin guna mencapai tujuan yaitu mampu mencapai

(2)

hasil terbaik dan melampaui standar keunggulan yang ditentukan. Keunggulan yang dicapai oleh peserta didik ditunjukkan melalui keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang diberikan, keberhasilan meningkatkan prestasi yang telah diperoleh sebelumnya, dan keberhasilan dalam mencapai prestasi yang lebih tinggi dari prestasi yang diperoleh peserta didik yang lain.

Motivasi yang ada dalam diri individu memiliki beberapa fungsi, secara umum Eysenck (Djali, 2012: 104) menjelaskan motivasi memiliki fungsi yaitu mengontrol tingkah laku, sehingga individu mampu menjelaskan alasan dalam melakukan suatu pekerjaan dan mampu menjelaskan alasan menyenangi atau kurang menyenangi suatu objek tertentu. Sejalan dengan pendapat Sardiman (2011: 85) mengenai fungsi motivasi berprestasi, fungsinya adalah sebagai sesuatu yang menggerakan atau yang mendorong untuk melepaskan kemampuan, untuk mengarahkan perbuatan agar mengarah pada pencapaian tujuan, melakukan penyeleksian terhadap tindakan yang dilakukan agar mampu mencapai tujuan.

Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh peserta didik dapat memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar serta kehidupan di masa yang akan datang.

Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian Blank (Singh, 2011: 56) yang memperoleh hasil yaitu peserta didik yang motivasi berprestasinya tinggi cenderung lebih tinggi peningkatan prestasi akademiknya dan lebih rendah tingkat putus sekolah. Sejalan dengan pendapat tersebut Mc Clelland (Wiyono, 2015: 37) menyatakan “individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sangat mungkin tertarik dan mampu melakukan bisnis dengan baik, berani mengambil resiko moderat dalam bisnis, mempertanggungjawabkan semua tindakan yang dilakukan, memperhatikan umpan balik dalam hal biaya dan keuntungan, dan menemukan cara-cara baru atau inovatif untuk membuat produk baru atau memberikan layanan baru.” Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan selalu meningkatkan pencapaian prestasi akademiknya dan akan selalu berusaha untuk tidak mengalami putus sekolah, karena prestasi yang telah diperoleh akan berguna ketika peserta didik telah memasuki dunia kerja.

(3)

Individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah digambarkan oleh Stoltz (Zarkasyi, 2006: 5) dengan istilah quitter. Istilah quitter merupakan gambaran bagi orang yang berhenti ditengah jalan sebelum mampu mencapai suatu tujuan. Karakteristik yang disampaikan oleh Stoltz mengenai quitter adalah (1) menolak untuk melakukan kegiatan yang sulit, (2) gaya hidup yang datar, (3) melakukan kegiatan tidak penuh semangat, (4) cenderung menghindari tantangan yang berat, (5) menghindari adanya perubahan, (6) sering menggunakan kata-kata yang membatasi, seperti: tidak mau, Mustahil, tidak mungkin, dsb, (7) tidak memiliki keyakinan pada masa depan.

Peserta didik yang menunjukkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah jika dibiarkan akan mempengaruhi hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar yang diperoleh rendah dan akan mempengaruhi keberhasilannya di masa depan. Hal ini disebabkan karena hasil belajar peserta didik selalu berkaitan dengan motivasi berprestasi. Motif adalah pendorong dan penggerak manusia untuk bertindak dan berbuat sesuatu. Jadi, adanya dorongan dalam diri peserta didik akan mampu mengarahkan peserta didik melakukan perbuatan yang dapat menunjang dirinya untuk memperoleh prestasinya dalam belajar. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian Novita Chaerani (2011) yang memperoleh hasil yaitu adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa SMP Global Islamic School Jakarta. Penelitian lain yang dilakukan oleh Luhitadati (2017) juga menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara motivasi beprestasi dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 25 Januari 2018 dengan guru BK SMP Negeri 1 Selogiri yaitu ibu Widi Astuty, S.Pd., memperoleh hasil yaitu sebagian besar peserta didik ingin memperoleh prestasi yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan melalui tindakan seperti membaca buku, memperhatikan ketika guru mengerjakan tugas dengan baik, membuat kelompok belajar, aktif dalam seleksi lomba. Namun apabila di lihat secara keseluruhan, tidak semua peserta didik menunjukkan karakteristik sebagai peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Hal ini terlihat dari masih banyak dijumpai peserta didik

(4)

yang ingin memperoleh nilai bagus, bisa mengerjakan ujian dan tugas dengan baik, serta bisa masuk SMA yang diinginkan, akan tetapi usaha belajar yang dilakukan tidak mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa peserta didik yang memiliki kebiasaan belajar yang tidak teratur, menjalani proses belajar dengan tidak serius, mudah menyerah ketika mengerjakan tugas yang sulit, merasa biasa saja ketika teman memperoleh prestasi yang baik. Kondisi rendahnya motivasi berprestasi yang dimiliki peserta didik, mempengaruhi kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik tidak memiliki usaha untuk menguasai sebuah kompetensi yang seharusnya dapat peserta didik kuasai dalam suatu proses pembelajaran. Kondisi tersebut memunculkan suatu praktik tindakan kecurangan dalam ujian.

Ibu Widi Astuty, S.Pd., selaku guru BK menjelaskan bahwa peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah yaitu peserta didik yang rata-rata nilainya di bawah rata-rata nilai gabungan dari seluruh kelas VIII. Rata-rata nilai gabungan dari seluruh kelas VIII yaitu 81. Jumlah peserta didik yang memperoleh rata-rata nilai di bawah rata-rata nilai gabungan dari seluruh kelas VIII yaitu 36 peserta didik. Peserta didik yang rata-rata nilainya di bawah 81 menunjukkan karakteristik sebagai individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.

Karakteristik yang ditunjukkan yaitu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung terdapat peserta didik yang bermain di luar kelas karena jam pelajaran kosong, berbicara sendiri ketika guru menjelaskan pelajaran, diam saja ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, mengerjakan tugas semaunya sendiri, mengerjakan PR di sekolah dan hanya menyontek pekerjaan teman, saat ujian mencontek teman.

Karakteristik peserta didik yang diuraikan oleh ibu Widi Astuty, S.Pd., bertentangan dengan yang diungkap oleh Johson dan Scwitzgebel&Kalb (Djaali, 2012: 27). Karakteristik tersebut adalah: (a) mengerjakan tugas dengan baik dan mampu bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakan, (b) menyukai tugas yang menantang meskipun mengandung resiko kegagalan, (c) berusaha mencari umpan balik atas tugas yang dikerjakan untuk mengetahui hasil yang telah diperoleh, (d) mengerjakan tugas secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain dan

(5)

melakukan tindakan untuk lebih baik dari orang lain, (e) membatasi pemenuhan keinginan yang kurang penting untuk melakukan program yang telah dirancang demi keberhasilan masa depan, (f) tujuan yang ingin dicapai bukan dalam bentuk uang, status atau keuntungan yang lainnya melainkan prestasi yang baik atas tugas yang telah dilakukan.

Berdasarkan wawancara dengan ibu Widi Astuty, S.Pd pada tanggal 25 Januari 2018, bantuan yang diberikan oleh guru BK untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik yaitu melalui bimbingan klasikal dan layanan konseling individual. Layanan tersebut dilaksanakan dengan tujuan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk mampu memahami pentingnya memiliki motivasi berprestasi. Sekolah berharap dengan layanan yang telah diberikan, peserta didik mampu meningkatkan motivasi berprestasinya dan mampu terhindar dari kegagalan dalam meraih prestasi belajarnya. Selain itu, setiap akhir semester guru BK melakukan pemanggilan orangtua siswa saat penerimaan raport untuk membahas perkembangan proses belajar peserta didik selama di sekolah, dalam kesempatan itu pihak sekolah juga melakukan kerjasama dengan orangtua untuk mengawasi proses belajar peserta didik selama di luar lingkungan sekolah. Usaha lain yang dilakukan oleh sekolah yaitu dengan memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi di kelas.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dirasa belum efektif karena masih terdapat peserta didik yang menunjukkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik adalah dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik self regulated learning.

Menurut Pintrich (Azmi, 2016: 401) definisi “self regulated learning adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, pebelajar menetapkan tujuan belajar mereka dan kemudian memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka, yang dipandu oleh tujuan-tujuan mereka dan segi kontekstual terhadap lingkungannya.”

Self regulated learning tepat untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nugroho (Surawan, dkk., 2015)

(6)

yang menjelaskan bahwa teknik self regulated learning memberikan kontribusi yang positif pada peserta didik, yaitu (1) motivasi diri mampu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik, (2) peserta didik mengkreasikan lingkungan belajar sesuai dengan keinginannya sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran, (3) peserta didik secara mandiri mampu memilih dan menentukan aktivitas belajar yang dibutuhkannya. Selain itu, pendapat Wijayanta (2013: 5) menyatakan salah satu kelebihan dari teknik self regulated learning bagi peserta didik yaitu peserta didik memiliki kemampuan untuk mengatur kegiatan belajar, mengontrol perilaku dan mengetahui tujuan, arah serta sumber-sumber yang menunjang untuk kegiatan belajarnya.

Teknik self regulated learning diterapkan untuk dapat menjadikan peserta didik mampu merencanakan kegiatan belajar, mampu memantau dan meng- evaluasi hasil pencapaian target belajar yang telah ditetapkan, mampu me- refleksikan kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan kegiatan belajar, dan mampu mandiri dalam proses belajar tanpa selalu tergantung pada orang lain.

Melalui konseling kelompok dengan teknik self regulated learning, peserta didik dapat meningkatkan motivasi berprestasinya dengan menerapkan langkah-langkah yang terdapat dalam teknik self regulated learning.

Penggunaan teknik self regulated learning dalam penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan konseling kelompok. Prayitno (2009: 311) menyatakan konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. Terdapat dinamika interaksi sosial yang terjadi antara anggota kelompok sehingga masalah yang dialami oleh anggota kelompok dapat dientaskan melalui interaksi yang ada. Anggota dari layanan konseling kelompok adalah peserta didik yang menunjukkan karakteristik sebagai individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Keefektifan Teknik Self Regulated Learning untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Ajaran 2018/2019”.

(7)

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan sebagai berikut :

1. Rata-rata nilai gabungan dari seluruh kelas VIII yaitu 81. Peserta didik yang rata-rata nilainya di bawah 81 menunjukkan karakteristik sebagai individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Jumlah peserta didik yang memperoleh rata-rata nilai di bawah rata-rata nilai gabungan dari seluruh kelas VIII yaitu 36 peserta didik.

2. Masih banyak dijumpai peserta didik yang ingin memperoleh nilai bagus, bisa mengerjakan ujian dan tugas dengan baik, serta bisa masuk SMA yang diinginkan, akan tetapi usaha belajar yang dilakukan tidak mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Masih banyak peserta didik yang memiliki kebiasaan belajar yang tidak teratur, menjalani proses belajar dengan tidak serius, mudah menyerah ketika mengerjakan tugas yang sulit, merasa biasa saja ketika teman memperoleh prestasi yang baik.

3. Upaya yang telah dilakukan sekolah untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada peserta didik yaitu dengan memberikan layanan klasikal, layanan konseling individual, pemanggilan orangtua siswa saat penerimaan raport untuk membahas perkembangan proses belajar peserta didik selama di sekolah, kerjasama dengan orangtua untuk mengawasi proses belajar peserta didik selama di luar lingkungan sekolah dan memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi di kelas masih belum bisa menjadikan motivasi berprestasi peserta didik meningkat.

4. Peserta didik kurang antusias dalam melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang dilaksanakan oleh sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Agar perhatian lebih terarah dan masalah dapat dirumuskan secara lebih spesifik, maka diperlukan pembatasan masalah. Subjek penelitian ini adalah peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi yang masih rendah di kelas VIII SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Ajaran 2018/2019. Objek penelitian ini adalah

(8)

penggunaan teknik self regulated learning untuk meningkatkan motivasi ber- prestasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah teknik self regulated learning efektif untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Ajaran 2018/2019?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini, adalah untuk menguji keefektifan teknik self regulated learning untuk me- ningkatkan motivasi berprestasi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Ajaran 2018/2019.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian dapat mena- mbah pengetahuan dan wawasan serta dapat memperkaya keilmuan bimbingan dan konseling terutama yang berkaitan dengan penggunaan teknik self regu- lated learning untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini dapat membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasi secara efektif.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Memberikan masukan kepada guru bimbingan dan konseling tentang penerapan teknik self regulated learning untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik.

(9)

c. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pene- liti selanjutnya untuk diterapkan dengan subyek yang lebih luas.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian adalah sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis assesmen

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Iklan Baris Iklan Baris Mobil Dijual CHRYSLER DAIHATSU CHRYSLER NEON Th 2001 / 2002 Komplit Terawat Khusus Pengemar 50Jt Pas Tj.. Pe- rum Pdk Maharta

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Kegiatan ini mencakup proses penentuan calon petani dan calon lokasi (CP/CL); koordinasi dengan pemerintah daerah dan provinsi; penentuan dan sebaran 60%

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Di dalam persyaratan administrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi Yudisial ini, pendaftaran Calon Hakim ad hoc HI harus melampirkan data pendukung

1) Hasil penelitian yang berjudul “Pola Pendidikan Karakter di SMP IT PAPB Pedurungan Semarang” ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang positif bagi mahasiswa