• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstruksi Hutan-Budaya: Skenario Pengelolaan Sumberdaya Alam Adaptif Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berbasis Masyarakat Adat di Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Konstruksi Hutan-Budaya: Skenario Pengelolaan Sumberdaya Alam Adaptif Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berbasis Masyarakat Adat di Papua Barat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I., 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan,. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Amsikan, Y.G., 2006. Manfaat Kearifan Ekologi terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup (Suatu Studi Etnoekologi di Kalangan Orang Biboki). Jurnal Kebudayaan, 4 (1):1-14.

Armitage, D., Berkes, F., Doubleday, N., 2007. Adaptive Co-Management:

Collaboration, Learning, and Multi-Level Governance,. University of British: Columbia Press.

Arts, B., Applestrand, M., Kleinchmit, D., Pülzt, H., Visseren-Hamakers, L., Atyi, R.E., Enters, T., McGinley, K., dan Yasmi, Y., 2010. “Discourses, Actor and Istruments in International Forest Governance” dalam: Imbracing Complexly: Meeting th Challenges of International Forest Governance, Editor: Rayner, J., Buck, A. and Katila, P. International Union of Forest Research Organitation (IUFRO): 57-74.

Awang, S.A., 1999. Forest for people: Berbasis ekosistem. Pustaka Hutan Rakyat, Yogyakarta: Bigraf Publlishing.

Awang, S.A., 2004. Dekonstruksi Sosial Forestri: Reposisi masyarakat dan keadilan lingkungan. Seri Kehutanan, Yogyakarta: Bigraf Publlishing.

Awang, S.A., 2006. Sosiologi Pengetahuan Deforestrasi. Konstruksi Sosial dan Perlawanan, Yogyakarta: Debut Press.

Awang, S.A., 2008. Deforestrasi dan Konstruksi Pengetahuan Pembangunan hutan Berbasis Masyarakat,. Jakarta: Institut Hukum Sumberdaya Alam.

Awang, S.A., Dhonawan Sepsiaji dan Bariatul Himmah, 2002. Etnoekologi Manusia di Hutan Rakyat., Yogyakarta: Sinergi Press.

Awang, S.A., Wiyono, E.B, dan Sadiyo, S., 2007. Unit Manajemen Hutan Rakyat:

Proses Konstruksi Pengetahuan Lokal. Awang (Ed). Yogyakarta: Banyumili Art Network.

Awang, SA., 1993. Pembangunan Masyarakat dan Keseriusan Mewujudkannya dalam Pengelolaan Hutan Lestari di Indonesia. Dalam Sumardi, A.

Setyarso, Y. Suranto, H. Iswantoro. (Eds.). 1993. Norma-norma Kelestarian Sosial, Ekonomi, dan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Hutan,.

Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak, 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Teluk Wondama, 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wondama.

(2)

Bappeda Prov. Papua Barat, 2012. RPJMD Provinsi Papua Barat 2011-2012.

Belcher, B.M., 2003. International Forestry Review, 5(2):161-168.

Berger, P.L., dan Luckmann, T., 1990. Pengantar: Tafsir Sosial atas Kenyataan:

Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES. Jakarta.

Beverton, R.J.H. dan Holt, S.J., 1957. On the Dynamics of Exploited Fish Populations., London: Her Majesty’s Stationery Office.

British Colombia Forest Service, 1999. An introductory guide to adaptive management; for project leaders and participants,. Canada: B.C. forest service Victoria.

Brush, S. B., 1992. “Ethnoecology, Biodiversity, and Modernization in Andean Potato Agriculture”, Ethnobiol 12(2):161–185.

Campbell, B. C., 2009. “Ethnoecology Of The Ozark Highlands”, Agricultural Encounter 48(1): 1-20.

Castro R., Ephrem, Kolawolé, Belarmain, and Glèlè., 2016. “Exploring the spatial configurations of home gardens in Benin”, Scientia Horticulturae 213:13- 23.

CIFOR, 2017. Perhutanan Sosial dan Tata Cara Permohonannya.

https://www.cifor.org/library/6589/perhutanan-sosial-dan-tata-cara- permohonannya diakses pada tanggal 31 Oktober 2017.

Davis. K., 1959. “The Mythof Fungtional Analisys as a Special in Sociology and Antrhopology”., American Sosiological Review.

De Beer, J.H. and McDermott, M. 1989. The Economic Value of Non-Timber Forest Products in South East Asia,. Netherlands: The Netherlands Committee for IUCN.

de Boo, H.L., dan Wiersum, K.F., 2011. Manajemen Adaptif Sumberdaya Hutan.

Penerjemah Dwiko B. Permadi. Yogyakarta: Datamedia.

Departeman Kehutanan (Dephut) dan Ford Foundation, 2004. Kumpulan Laporan Studi Lapang: Praktik-praktik Social Forestry. Jakarta: Departemen Kehutanan dan The Ford Foundation.

Departemen Kehutanan, 2010. Social Forestry. Menuju Restorasi Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan., Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Dharmono, 2007. “Kajian Etnobotani Tumbuhan Julakap (Centella asiatica L.) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Laksado”., Bioscientie 4 (2):71-78.

Dove. M.R. 1985. Sistem perladangan di Indonesia; Studi Kasus di Kalimantan Barat. Yogyakarta: FKT UGM.

Du Puis, M., 1996. “In the name of fature: ecology, marginality, and rural landuse planning during the new deal”. In: Du puis ang Vandergeest (eds).

(3)

Greeting the countyside: teh politics of rural and enviromental discourese.

Philadelpia: Temple UniversityPress: 99-134.

Ens, E. J., Pert, P., Clarke, P. A., Budden, M., Clubb, L., Doran, B., Wason, S., 2015. “Indigenous biocultural knowledge in ecosystem science and management : Review and insight from Australia”., Biological Conservation, 181:133-149.

FAO. 1999. FAO Forestry – Towards a harmonised definition of non-wood forest products. Unasylva 198 (50):

Fatem, S., Peday, M. H. and Yowei, R. N., 2014. “Ethno-Biological Notes On The Meyah Tribe From The Northern Part Of Manokwari, West Papua”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(1):121-127.

Fischer-Kowalski M. dan Weisz, H., 1999. “Society as hybrid between material and simbolik realms. Toward a theoritical framework of society-nature interaction”, Human Ecology 8:215-251.

Flach, M., 1966. Nutmeg Cultivation ant Its Sex-Problem.Wageningen

Foucault, M., 2007. In: Senellart, M., trans. Burchell, G. (Eds.), Security, Territory, Population: Lectures at the College De France 1977–1978.

Basingstoke: Palgrave Macmillan.

Gauda, F., 1995. Duch Culture Overseas: Colonieal Practice in the Natherland Indies 1900-1942. Amsterdam: University Press.

Geertz, C., 1983. Proses Perubahanan Ekologi di Indonesia. Diterjemahkan oleh S.Supomo., Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Geertz, C., 20033. Pengetahuan Lokal (Local knowledge: Futher Essays in interpretative antrhopology),. Yogyakarta: Merapi Rumah.

Gerhardinger, L. C., Godoy, E. A. S., & Jones, P. J. S., (2009). “Local ecological knowledge and the management of marine protected areas in Brazil.”, Ocean and Coastal Management 52(3-4):154-165.

Gibson, C.C., McKean, M.A., dan Ostrom, E., 2000. People and forest:

communities, institutions, and governance, . USA: Massachusett Instute of Technology.

Hajer, M. A. and H. Wagenaar, 2003. Deliberative Policy Analysis: Understanding Governance in the Network Society. Cambridge: Cambridge University Press.

Handoko, W., 2007. Peran Strategis Wilayah Kepulauan Gorom dalam Kontak Awal Budaya, Perkembangan Perdagangan dan Budaya Islam di Maluku.

Berita Penelitian Arkeologi (BPA) Balai Arkeologi Ambon 2 (4).

Helena, L., Côrtes, D. O., Antunes, C., Paula, A., and Di, M., 2014.

“Ethnoecology, gathering techniques and traditional management of the crab Ucides cordatus Linnaeus, 1763 in a mangrove forest”, Ocean and Coastal Management, 93:129-138.

Hilmanto, R., 2010. Etnoekologi, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Himmi, S. K., Humaedi, M. A., Astutik, S., 2014. “Ethnobiological study of the plants used in the healing practices of an indigenous people Tau Taa Wana in Central Sulawesi, Indonesia.”, Procedia Environmental Sciences 20:841–

(4)

Hobbs, R., 2009. “Woodland restoration in Scotland : Ecology, history, culture, economics, politics and change.”, Journal of Environmental Management 90: 2857–2865.

Hope, G.S., Peterson, J.A., dan Allison, I, 1976. The Equatorial Glaciers of New Guinea, Rotterdam: A.A. Balkema.

Ife J. dan Tesoriero, 2008. Community Development, Creating Community-Based Alternatives in an Age Globalisation (alternatif pengembangan masyarakat di era globalisasi). Edisi bahasa Indonesia, diterbitkan oleh Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

International Work Group for Indigenous Affair, 2017. The Indigenous World 2017. Copenhagen: IWGIA.

Iribaram, S., 2011. Satu Tungku Tiga Batu (Kerja Sama Tiga Agama Dalam Kehidupan Beragama di Fakfak), Tesis: Universitas Gajdah Mada.

Iskandar, J., Iskandar, B. S., &dan Partasasmita, R. (2016). The local knowledge of the rural people on species , role and hunting of birds: Case study in Karangwangi Village , West Java , Indonesia, 17(2):435-446.

Jiggings, J. and Rolling, N.G., 2002. Adaptive management: potential and limitations for ecological governance of forest in a conext of normative pluriformity. Procedings of seminar on “Decision-making in natural resources management with a focus on adaptive management”, . 22-24 Desember 1999. Wagingen, the Natherlands: International Agricultural Centre.

Kamma, FC., 1993. Ajaib di Mata Kita: Masalah komunikas antara Timur dan Barat dilihat dari sudut pengalaman selama seabad pekabaran Injil di Irian Jaya. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Kanel K.R., and Shrestha K., 2001. “Tropical Secondary Forests In Nepal And Their Importance To Local People”, Journal of Tropical Forest Science 13(4): 691-704.

Kaplan, D., dan Manners, A.A., 1999. Teori Budaya., Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Karafet, T.M., Hallmark, B., Cox, M.P., Sudoyo, H., Downey, S., Lansing, J.S., and Hammer, M.F., 2010. “Major East-West division underlies Y chromosome stratification across Indonesia”, Mol. Biol. Evol. 27, 1833- 1844.

Keesing Roger M., 1989. Antropologi Budaya Suatu Perspektif. Edisi kedua, Jakarta: Erlangga.

Kellert, S.R., Mehta, J.N., Ebbin, S.A., Lichtenfeld, L.L., 2000. “Community Natural Resource Management: Promise, Rhetoric, and Reality”, Society and Natural Resources, 13 (8):705-715.

Keraf, A. S., 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Buku Kompas. Jakarta.

Keraf, A.S., dan Dua, M., 2001. Ilmu pengetahuan: Sebuah tinjauan filosofis., Yogyakarta: Kanisius. Yogyakarta.

Klooster, D.J., 2002. “Toward Adaptive Community Forest Management:

Integrating Local Forest Knowledge with Scientific Forestry”, Economic Geography, 78:1:43-70.

(5)

Kluckhohn, F.R., and Strodtbeck, F. L., 1961. Variations in Value Orientations, . New York: Harper and Row.

Kobbail, A.A.R., 2011. “Natural Forest Reserves Management From Local Perspectives: A Challenge for Developing a Participatory Forest Management Model”, International Journal of Social Forestry, 4 (1): 32-62.

Koentjaraningrat, R.M., 1974. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan., Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat, R.M., 1990. Pokok-pokok Antropologi Sosial., Jakarta: PT Dian Rakyat.

Koentjaraningrat, R.M., 2009. Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi), Jakarta: Rineka Cipta.

Krebs, C.J., 1999. Ecological methodology. Second edition. California: Addison- Wesley Educational Publisher.

Laksono, P.M. 2001. Igyaser Hanjob Masyarakat Arfak dan Konsep Konservasi:

Studi Antropologi Ekologi di Pegunungan Arfak, Irian Jaya, Yogyakarta: . PSAP UGM-KEHATI-YBLBC. Yogyakarta.

Lekitoo, K., Batorinding, E., Matani, O.P., 2010. Jenis-jenis tumbuhan hutan penghasil buah potensial sebagai bahan pangan alternatif di Papua, Manokwari: Litbanghut (tidak diterbitkan).

Leksono, A.S., 2007. Ekologi, Madang: Bayumedia Publishing.

Leopold, A.C, 1949. A Sand County Almanac. New York: Oxford University Press.

Leopold, A.C., 1964. Plant Growth and Development. New York: McGraw-Hill.

Liu, J., Ouyang, Z., & Miao, H., 2010. “Environmental attitudes of stakeholders and their perceptions regarding protected area-community con fl icts: A case study in China”, Journal of Environmental Management, 91(11): 2254- 2262.

Ludwig, D., 2016. “Overlapping ontologies and Indigenous knowledge . From integration to ontological self-determination”, Studies in History and Philosophy of Science, 59, 36–45.

Mansoben, J.R., 1995. Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya., Seri 5,. Jakarta:

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Leiden University (RUL).

Marshad, D., 2011. Alfred Russel Wallace, Kiprah dan Karyanya sebagai Ilmuan Sosial., Jakarta: LIPI Press. Jakarta.

Marshall, A.J., Beehler, B.M., Kartikasar, S.N., 2007. Ekologi Papua, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia dan Conservation International.

Martin, G. J., 1998. Etnobotani: Sebuah manual pemeliharaan Manusia Tumbuhan. Edisi Bahasa Melayu Terjemahan Maryati Mohamed, Sabah.

Malaysia: Natural History Publications (Borneo) Bhd. Kinabalu.

Maryudi, A. 20016. “Arahan Tata Hubungan Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Indonesia.”, Jurnal Ilmu Kehutanan 10 (1): 57-64.

Maryudi, A., 2015. Rejim Politik Kehutanan International, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Maryudi, A., Devkota R., Schusser, C., Yufanyi, C., Salla, M., Aurenhammer, H., Rotchanaphatharawit, R., and Krott, M., 2012. “Back to basics:

(6)

Considerations in evaluating the outcomes of community forestry”, Forest Policy and Economics, 14 (1):1-5.

Medi, H., 2012. Etnoekologi perladangan dan kearifan botani lokal masyarakat dayak benuaq di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Tesis: S2 Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Minsarwati, W., 2002. Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi. Menguak Bahasa Mitos Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Pegunungan,. Yogyakarta:

Penerbit Kreasi Wacana.

Mistry, J., 2009. “Indigenous Knowledges”, International Encyclopedia of Human Geography, P 371-376J http://dx.doi.org/10.1016/B978-008044910- 4.00101-2.

Mitchell, B., 1997. Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan (ed. Indonesia),.

Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

Mueller-Dombois dand Ellenberg H.,1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology, New York: John Wiley and Sons Inc.

Muller, K., 2005. Keragaman Hayati Tanah Papua. Manokwari: Universitas Negeri Papua.

Musacchio, L.R., 2009. “The Ecology and Culture of Landscape Sustainability:

Emerging Knowledge and Innavation in Landscape Research and Practice”, Landscape Ecology, 24:989-992.

Naveh, Z., 2007. “Landscape ecology and sustainability.”, Landscape Ecology 22:1437-1440.

Nazarea, V. 1998. Cultural Memory and Biodiversity, Tucson: The University of Arizona Press.

Neass, A., 1973. “The shallow and the deep, long-range ecology movement: A summary”, Inquiry 16: 95-–100.

Nurhadi, A., Setiawan, B., dan Baiquni., 2012. “Kearifan Lingkungan Dalam Perencanaan dan Pengelolaan Hutan Wonosari Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19 (3): 226- 237.

Odum, H. T., 1992. Ekologi Sistem: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University, Bulaksumur. Yogyakarta.

Onim, J.F. 2006. “Islam dan Kristen di Tanah Papua”. Jurnal Info Media.

Bandung.

Paijman, K., 1976. New Guinea Vegetation, Canberra: National University Press.

Papua Barat, 2011. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Papua Barat.

Manokwari: Provinsi Papua Barat

Parson, T., 1951. The Social System., London: Routletge and Kegan Paul Ltd.

London.

Peets, R, and Watts, M., 2004. Liberation Ecologies: Environment, Development, Social Movements, London: Routledge.

Peluso, N.L., 1993. “Coercing Conservation: The Politics of State Resource Control”, Global Environmental Change 3:199-218.

Petocz, R 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan Irian Jaya, Jakarta: PT.

Gramedia.

(7)

Poerwanto, H., 2005. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Kebudayaan,. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Powell, J. M. 1976. Ethnobotany. In K. Paijmans (Ed.). New Guinea Vegetation:, Canberra: The Australian National University Press, pp:106-170.

Priyono S, Mohd Z.H., Azani M.A., Azmy M., 2010. “Impact of community intervention on grass stock at Gunung merapi National Park (Soutern), Java, Indonesia”, . Enviroment and life Sciences 3 (3):123-132.

Purba, J., 2002 (Ed), Pengetahuan Pemanfaatan SDA pada Masyarakat Talang Mamak Propinsi Riau. Dalam Bunga Rampai Kearifan Lingkungan.

Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

Purnomo, H., 2012. Pemodelan dan simulasi untuk pengelolaan adaptif sumberdaya alam dan lingkungan., Bogor: IPB Press.

Puspitojati T., E.Rachman dan K.L.Ginoga, 2004. Hutan Tanaman Pangan:

Realita, Konsep dan Pengembangan,. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Radcliffe-Brown, A.R., 1952. On Social Struktur. Structur and Fungtion in Primitive Society., London: Cohen & West, pp.189-201.

Ribot J.C. and Peluso N.L., 2003. “A Theory of Access”, Rural Sociology 68 (2):153-181.

Rismunandar, 1992. Budidaya dan Tata Niaga Pala. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rudito, B. dan Famiola, M., 2008. Metoda Pemetaan Sosial, Bandung: Rekayasa Sains.

Rudyansjah, T., 2011. Alam, Kebudayaan, dan Yang Ilhi. Jilid I., Depok: Titian Budaya.

Sabarnudin, M.S., 2008. Agroforestri: Strategi Penggunaan Lahan Multi Fungsi, Fleksibel tehadap Perubahan Tuntutan Pembangunan Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Agroforestri pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, 6 Maret 2008. (Tidak diterbitkan).

Sajogyo, 1975. Pengantar dalam Proses Perubahanan Ekologi di Indonesia Geertz, Clifford, 1983. Diterjemahkan oleh S. Supomo. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Sajogyo, 1982. Ekologi Pedesaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesias. CV.

Rajawali.

Sardjono dan, Mustofa A., 2004. Mozaik Sosiologi Kehutanan: Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya. Yogyakarta: Debut Press. Yogyakarta.

Sawaki, Y., 2018. Teluk Wondama: Bahasa dan Masyarakat,. Yogyakarta: Kepel Press.

Schubert, J., 2005. Political Ecology in Development Research: An Introductory Overview and Annotated Bibliography“, NCCR North-South Dialogue.

Bern: NCCR North-South.

Setiadi, E. M., Hakam, K. A., dan Effendi, R., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Ed 2, Jakarta: Kencana.

Silaya, 2002. Kearifan Masyarakat Lokal Memanfaatkan Sumberdaya Hutan dan Lingkungan di Kecamatan Taniwel Seram Barat, Tesis: Universitas Gadjah Mada.

(8)

Silvano, R. A. M., & Begossi, A., 2005. “Local knowledge on a cosmopolitan fish Ethnoecology of Pomatomus saltatrix (Pomatomidae) in Brazil and Australia”, Fisheries Research 71:43-59.

Simon, H., 1999., Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat, Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Simon, H., 2010. Hutan Rakyat di Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. hal.

165-359.

Situmorang, A.W., Nababan, A., Tarigan A.N., Kartodiharjo, H., Safitri, M., Soeprihanto P., dan Sunaryo, 2014. Indeks Tata Kelola Indonesia 2014.

Indonesia: UNDP Indonesia dan UN-REDD Global Programme.

Soekanto, S. 1984. Teori Sosiologi tentang Perubahan sosial, Surabaya: Ghalia.

Indonesia.

Soerianegara, I., dan Indrawan A., 1983. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Soetriono dan Hanafi, 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian., Yogyakarta: Andi Offset.

Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.

Remaja Posdakarya.

Spradley, J.P., 1972. Culture and Cognition: Rules Maps, and Plans,. San Francisco: Chandler.

Spradley, J.P., 2006. Metoda Etnografi (Edisi kedua), Yogyakarta: Tiara Wacana.

Stefano, M., Tommaseo-Ponzetta M., Brauer S., Sudoyo H., Marzuki S., dan Kayser M., 2007. Patterns of Y-Chromosome Diversity Intersect with the Trans-New Guinea Hypothesis. Molecular Biology and Evolution, 24(11):2546-2555.

Stevens, S., 1997. Conservation through cultural survival, Washington, D.C:

Island Press,

Steward, J., 1955. Theory of Culture Change; The Methodology of Multilinear Evolution . Urbana: University of Illinois Press. USA.

Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Bogor: IPB Press.

Sumaatmadja, N., 1981. Studi Goegrafi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.

Sunaryo dan Laxman, J., 2003. Bahan Ajar. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam SistemAgroforestri. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Southeast Asia Regional Office Bogor Indonesia.

Summer Institute of Linguistic (SIL), 2006. Bahasa-Bahasa Indonesia, Jakarta:

SIL Internasional.

Suparno, P, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:

Kanisius.

Surjadi, H. dan Raharjo, D.Y., 2004 (eds). Belajar dari Praktisi Lokal, Jakarta:

Departemen Kehutandan dan The Ford Foundation.

(9)

Tamalene, M. N., Henie, M., Al, I., and Suarsini, E., 2016. “Ethnobotany of Canarium plant species used by Tobelo Dalam (Togutil) ethnic community of Halmahera Island , Indonesia”, Biodiversitas, 17(1): 61-69.

Tamongmere, A. B., A.R. Patamasya, dan A. Sumule, 2015. Potensi Pengembangan Agribrisnis dan Agroindustri Pal di Kabupaten Fakfak.

Makalah disampaikan pada Lokakarya Internasional tentang Rempah, 29-30 Juli 2015 di Fakfak.

Taneko, S.B., 1984. Struktur dan Proses Sosial. Suatu pengantar sosiologi pembangunan, Jakarta: Rajawali Pers.

Tashakkori A., dan Taddlie C., 2010. Mixed Methodology:

Mengkombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Thijs K.W., Aertsa R, van de Moortelec P, Abend J, Musilae W, Pellikkaf P, Gulincka H, Muys B., 2015. “Landscape and Urban Planning Trees in a human-modified tropical landscape: Species and trait composition and potential ecosystem services”, Landscape and Urban Planning, 144:49- 58.

Tokede M.J., Hadi, P., Widodo, 2006. Potensi Tumbuhan dan Hewan Lokal untuk Rehabilitasi Areal Bekas Tebangan KOPERMAS dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Adat, Jakarta:CIFOR.

Ungirwalu, A., 2011. Konstruksi Kearifan Lokal Etnis Wandamen-Papua Dalam Pemanfaatan Buah Hitam (Haplolobus monticola), Tesis: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Ungirwalu, A. Awang, S.A, Maryudi, A., Suryanto P., 2016. :Pengelolaan Adaptif Buah Hitam (Haplolobus monticola Blumea) Etnis Wandamen-Papua”, Manusia dan Lingkungan, 23(2):266–275.

Ungirwalu, A. Awang, S.A, Suryanto P., Maryudi A., 2017. “The ethno-techno- conservation approach in the utilization of Black Fruit (Haplolobus sp.) by the Wandamen ethnic of Papua, Indonesia”, Biodiversitas 18(4), pp. 1336- 1343.

Universitas Papua (Unipa), 2013. Laporan Inventarisasi Potensi dan Rencana Pengembangan Pala di Kabupaten Fakfak. Kerjasama Badan Perencanaan Pengembangan Daerah Kabupaten Fakfak dan Universitas Papua Tahun 2013.

Wallace, A.R., 1869. Sejarah Nusantara (The Malay Archipelago). Penerjemah Asnawi., Yogyakarta:Indoliterasi.

Walters, C.J., 1986. Adaptive Management of Renewable Resources. Caldwell, New Jersey: Blackburn Press,

Wamea, Dicky, 2011. Mariai vs Ukiran orang Wondama Papua. kompasiana.com /2011/04/23/adolof-mariai-vs-ukiran-orang-wondama-papua-

358103.html.diakses pada tanggal 10 November 2015.

Wanggai, F., 2007. Perencanaan Hutan (Pengelolaan Hutan Berkelanjutan: Seri I), Manokwari: Univeritas Negeri Papua.

Warami, H., 2009. Bahasa Daerah dalam Ranah Otonomi Khusus Papua di Provinsi Papua Barat: Sebaran, Ancaman, dan Ancangan dalam Prosiding

(10)

Seminar Nasional Bahasa Ibu II, Program Studi S2 dan S3 Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana, 27-28 Februari 2009.

WCPA Australia and New Zealand Region, 2000. Application of IUCN Protected Area Management Categories: Draft Australian Handbook, Australia:

World Commission on Protected Areas Australia and New Zealand Region, Whittaker, R.H., 1970. Communities and Ecosystems, London: Collier-

Macmillan.

Wibowo, A., E.D. Kristianto dan F.A. Amri, 2015. Kertas Kebijakan: Penetapan Hutan Adat Menuju Pengakuan Hak Masyarakat Adat. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum Adat Djojodigoeno-FH UGM.

Wiersum, K.F., 1984. Developing strategies for social forestry: a conceptual approach, Honolulu: Working Paper Environment and Policy Institute East West Center,

William, B.K., 2011. :Adaptive management of natural resources-framework and issues”, Journal of Environmental Management. 92 (2011):1346-1353.

Young, K. I., 2007. Ethnobotany, New York: Infobase Publishing.

Yusran, 2005. Governance Brief: Mengembalikan Kejayaan Hutan Kemiri Rakyat, Jakarta: Publikasi Cifor Nomor 10, Juni 2005. CIFOR.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Oleh karena itu penelitian ini mencoba memperoleh informasi yang lebih banyak lagi tentang bagaimana adopsi lean dengan menggunakan metode JIT pada industri farmasi

Kelima, sales point , keenam, menetapkan bobot ( weight ) dari setiap atribut jasa. Dan yang terakhir adalah dengan melakukan normalisasi terhadap bobot. Bagian C :

Tetapi walaupun mereka adalah masyarakat yang kurang mampu, tetapi mereka tetap berjuang hidup dengan membuat jajan pasar sehingga jajan pasar pun tidak akan dilupakan

Selain daripada cita-cita untuk mewujudkan “port” untuk kami sendiri, kami sedar pendekatan ini akan memberikan nilai tambah kepada ekonomi setempat kerana ianya berupaya untuk

Giriş bölümünde, “Tarih İçinde Yunanlılar” konusu işle­ necektir. Yunanca’nm gelişimi ve tarihi, çağdaş Yunanlılık’ın bir öğesini oluşturan Ortodoksluk ve

(1) Apa-apa kecacatan, pengecutan atau kekurangan pada Bangunan tersebut yang menjadi ketara kepada Pembeli dalam tempoh lapan belas (18) bulan kalendar selepas tarikh

OD untuk system plts yang digunakan untuk lighting (lampu penerangan), biasanya ditetapkan 3 hari, tetapi pada system plts untuk  telekomunikasi paling tidak 7