• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Chocodot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Chocodot"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sejarah Chocodot

Tama Cokelat atau lebih dikenal dengan nama produknya yaitu Chocodot, pertama kali didirikan di Yogyakarta pada tahun 2007 oleh Kiki Gumelar. Usaha Tama Cokelat Bergerak di bidang Bakery dan Chocolate ini melakukan ekspansi ke Garut pada tahun 2009 dengan tujuan untuk meningkatkan potensi kuliner Kota Garut dengan kreasi produknya (www.wirasmada.wordpress.com, 2016).

Kiki Gumelar atau akrab disapa Aa Gumelar adalah pria kelahiran Garut 17 November 1980, pada awalnya Kiki Gumelar merupakan seorang pegawai di perusahaan swasta PT Nirwana Lestari, distributor cokelat terbesar di Asia Pasifik, Ceres. Hal yang melatar belakangi terciptanya ide kreatif untuk membuat Chocodot datang ketika ibunya Kiki Gumelar datang membawa oleh-oleh khas dari Garut yaitu dodol. Pada saat itu Kiki sedang sibuk memanasi bahan cokelat, Kiki tidak terlalu tertarik untuk mencicipi oleh-oleh tersebut. Namun, secara spontan Kiki justru memasukkan beberapa potong dodol tersebut ke dalam cairan cokelat yang sedang dipanasinya. Setelah cokelat tersebut padat, Kiki pun mencicipinya. “Enak juga,” pikirnya. Peristiwa itu ternyata sangat membekas di hatinya dan kejadian tersebut akhirnya berubah menjadi sebuah langkah kecil untuk melahirkan usaha pembuatan produk makanan ringan baru di Indonesia (www.chococrazy- chococrazy.blogspot.co.id, 2016).

Lewat ide penggabungan makanan khas tradisional Dodol Garut dengan citarasa cokelat internasional, lahirlah Chocodot, Cokelat dengan isi dodol pada bulan Juli 2009 yang di launching pada 9 Agustus 2009 oleh Bpk Wakil Bupati Garut, Bpk Diky Chandra (www. garoetpisan.blogspot.co.id, 2016).

Pada masa awal perintisan usaha Chocodotnya di bulan Juli tahun 2009, Kiki Gumilar membulatkan tekadnya untuk membuat dummy Chocodot sebanyak 20 kg,

(2)

yang kemudian ditawarkan ke toko-toko di Garut. Dari toko-toko yang didatangi, hanya empat toko yang menerimanya. Kiki Gumelar mulai menjalankan usaha Chocodot-nya dengan modal awal sebesar Rp.17.000.000 yang didapat dari orang tuanya, namun modal yang dia dapat masih belum bisa mengukuhkan semangat berwirausahanya, hingga akhirnya Kiki berdiskusi dengan pamannya yang merupakan pebisnis berpengalaman sehingga Kiki menjadi semakin bersemangat karena telah menyadari potensi dan peluang yang ada dihadapannya, Kiki sadar bahwa Indonesia adalah negara produsen tanaman cokelat ketiga terbesar di dunia, namun kenyataannya hingga sampai saat itu Indonesia masih belum memiliki produk oleh - oleh cokelat yang ready to eat (www.wirasmada.wordpress.com, 2016).

Setelah memantapkan diri untuk menggeluti usaha Chocodotnya, Kiki Gumelar mencoba untuk mempromosikan dan mengenalkan produk Chocodotnya kepada khalayak umum dengan mengikuti Pameran Pangan Nusa yang diadakan oleh Kementrian Perdagangan di Jakarta. Dari kesempatan mengikuti Pameran Pangan Nusa tersebut produk Chocodot milik Kiki menjadi lebih dikenal masa, dan beruntungnya seusai acara berlangsung Kiki dengan produk Chocodotnya berhasil menerima penghargaan UKM Award 2010 dari Wakil Presiden Boediono pada acara pembukaan pameran ‘Trade Expo Indonesia dan Pangan Nusa 2010’ di Jakarta Expo Kemayoran (www.chococrazy-chococrazy.blogspot.co.id, 2016).

Selain produk Chocodotnya yang menjadi produk unggulan Tama Chocolate, Kiki juga terus menggiatkan kreativitasnya dan membangun inovasi sehingga terciptalah produk kreatif lainnya seperti brodol alias brownies isi dodol, gagel atau Garut geulis cokelat yaitu cokelat dengan isi cream aneka buah yang dikemas dengan besek tradisional yang sangat unik, van java cokelat yang memberikan sensasi cokelat rasa rempah-rempah khas Jawa Barat (rasa jahe, cabai, bandrek, bajigur, beras cikor, sekuteng, dan kacang), ada pula Rangicok yaitu paduan antara kerupuk Rangginang yang dicelup cokelat, serta tak ketinggalan pula cokelat Dogar (cokelat domba garut) yang menggabungkan kreasi cokelat dengan produk inovasi abon daging dan abon ikan (www.cokelatgarut.com, 2016).

(3)

Tak hanya melakukan penambahan lini produk (Brodol, Gage, dll), kini Kiki pun telah banyak menciptakan variasi rasa dan bentuk untuk produk utamanya Chocodot kini telah memiliki 30 varian, misalnya cokelat rasa cabai, brownies, dan pizza isi dodol. Kemasannyapun bermacam-macam, dari bakul bambu, sangkar burung, kertas alumunium, hingga dalam boneka domba Garut. Dalam bungkus cokelat batangan dipasang gambar dan informasi obyek wisata Garut (www.wirasmada.wordpress.com, 2016).

Sejak diluncurkannya Chocodot pertama kali di tahun 2009 hingga kini produk Chocodot sudah meraih beberapa penghargaan dan publisitas baik dari lingkup nasional maupun internasional, salah satu penghargaan yang dianugerahkan kepada Chocodot adalah sebagai Best Product Niche dalam Tutto Food Milano World Food Exhibition di Italia, pameran dua tahunan yang dilkuti produsen makanan dari 65 negara. Product Niche adalah penghargaan untuk produk yang melestarikan tradisi, inovatif, dan tentu saja laku di pasar. Sekarang dalam setiap kemasan Chocodot ada tambahan logo Tutto Food (www.garoetpisan.blogspot.co.id, 2016). Berikut adalah beberapa penghargaan lain yang diraih Chocodot (www.tamacoklat.com, 2016):

 GARUT AWARD 2010 Kategori Inovasi Buah Tangan Kota Garut

 Terbaik II Pemuda Pelopor Pencipta Lapangan Kerja - Perdesaan EXPO Dinas

 Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat

 Terbaik II Stand Halal EXPO Jawa Barat

 Juara I dan II Lomba Buah Tangan Bahan Lokal Sleman Jogjakarta

 Pangan Award Nasional 2010 kategori Inovasi Produk dan Bahan Baku

 Wirausaha Muda Kreatif 2010 dari Menpora dan BPPT

Selain penghargaan atas prestasinya, Chocodotpun telah mendapatkan liputan dari berbagai media yang sudah dikenal umum, seperti:

 Tabloid SAJI, Rubrik Actual - Agustus 2009

 Harian Tribune JABAR, Kuliner - September 2009

(4)

 Pastry and Bakery Magazine, Chocolite - February 2010

 Berita Kuliner MNC Group - Oktober 2009

 Halo Halo Radio Rugeri Garut - Februari 2010

 Redaksi Pagi Akhir Pekan Trans7 - Mei 2010

 Laptop Si Unyil Trans7 - Mei 2010

 Bosan Jadi Pegawai TRANSTV - Juni 2010

Produk dodol sejatinya adalah produk oleh – oleh tradisional yang sudah jarang disenangi oleh generasi muda sekarang, oleh karena itu perlu adanya ide segar yang dapat meningkatkan kembali kesenangan terhadap produk dodol ini, maka hadirlah Chocodot yaitu kreasi baru dari dodol dengan lapisan cokelat yang disenangi generasi muda saat ini. Chocodot diharapkan bisa memperkenalkan dodol kepada anak - anak dan remaja serta menjaga kuliner tradisonal tersebut agar tetap exist dan berkembang.

Chocodot sudah banyak digemari oleh banyak konsumennya yang tersebar di tanah air, banyaknya penggunjung atau wisatawan dari luar kota Garut yang datang untuk membeli Chocodot bahkan Chocodot seakan menjadi magnet tersediri bagi wisatawan untuk berwisata ke Garut (www.ramadhan.antaranews.com, 2016).

Banyak konsumen yang berpendapat bahwa Chocodot memiliki keunikan rasa dan kemasan produk yang menarik, hal ini menjadi bukti bahwa Chocodot memiliki kekuatan tersendiri yang tidak semua perusahaan miliki. Prestasi yang diraih serta publisitas yang sudah menyebar begitu luas, juga faktor produk yang menarik menjadikan penulis yakin untuk meneliti lebih lanjut mengenai produk dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan Tama Cokelat dengan produk hebatnya Chocodot, dan memperhitungkan besarnya pengaruh bauran produk serta bauran promosi yang dimiliki terhadap keputusan pembelian konsumen.

(5)

GAMBAR 1.1

Logo PT. Tama Cokelat dan Chocodot Sumber: Dokumen Perusahaan, 2016

1.1.2. Visi dan Misi PT. Tama Cokelat Visi:

Menjadikan Chocodot sebagai brand image cokelat Indonesia dan buah tangan nomor 1 Indonesia.

Misi:

1. Mencokelatkan Indonesia dengan membuka cabang, outlet-outlet di seluruh Indonesia.

2. Mengenalkan budaya-budaya daerah di Indonesia melalui kemasan, penamaan produk, bahan baku dan setting background pada outlet-outlet cokelat.

3. Memberikan nuansa baru dalam konteks buah tangan / souvenir / oleh-oleh / gift.

(6)

GAMBAR 1.2 Struktur Organisasi PT. Tama Cokelat Sumber: Dokumen Perusahaan, 2016 1.1.3. Struktur Organisasi PT. Tama Cokelat

(7)

1.1.4. Lokasi Perusahaan

Kantor pusat PT. Tama Cokelat berlokasi di Jalan Otto Iskandar Dinata No.322, Tarogong Kaler, Garut. (0262) 2248740.

1.2. Latar Belakang Masalah

Kreativitas adalah merupakan salah satu sifat Tuhan YME yang diturunkan kepada manusia agar manusia dapat menghasilkan sesuatu yang berfaidah atau bermanfaat bagi dirinya sendiri juga sesamanya. Kreativitas pun diciptakan agar manusia dapat terus memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk menembus batasan dan meraih masa depan yang lebih baik (a better life). Kreativitas dalam konteks pembahasan kali ini adalah berupa aspek ide baru yang dapat memberikan nilai tambah pada sebuah makanan dan minuman. Kreativitas ini dapat tertuang melalui kreasi resep, kreasi cara pengolahan, dan kreasi cara penyajian. Proses Kreativitas tidak harus selalu menghasilkan sesuatu yang 100% baru, namun bisa berupa pengembangan dari sesuatu yang sudah ada sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan lebih menarik di pasar.

Dalam dunia ekonomi, kreativitas pun sangat penting dan dibutuhkan untuk menjaga roda perputaran agar terus bergerak. Menurut Toffler (Media Ekuitas Produk Indonesia KINA, 2011) dalam teorinya telah melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat adalah gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif. Kehadiran gelombang ekonomi kreatif kini sudah menjadi kenyataan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, industri kreatif telah banyak dikembangkan di muka bumi ini. Bahkan,ekonomi kreatif yang dipresentasikan melalui industri kreatif yang bermodalkan ide-ide kreatif, talenta dan keterampilan serta ide-ide terbarukan, telah menjadi penopang perekonomian suatu negara.

Kontribusi positif dari keberadaan industri kreatif terhadap posisi perekonomian nasional juga telah dirasakan Indonesia. Data Kementerian

(8)

Perdagangan menunjukkan kontribusi ekonomi kreatif jika ditinjau dari sisi ekspor, rata-rata kontribusinya pada periode 2002-2008 mencapai 9,2 %. Bahkan, kontribusinya terus meningkat dari tahun ke tahun, seperti pada tahun 2008 kontribusi terhadap PDB sebesar 7,28% akan tetapi di tahun 2009 meningkat menjadi 7,6 % (Media Ekuitas Produk Indonesia KINA, 2011). Mengingat begitu besarnya kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, pemerintah telah mengambil sejumlah kebijakan untuk mengembangkan industri kreatif di dalam negeri.

Industri kreatif disebut-sebut sebagai solusi dari kejenuhan ekonomi, hal tersebut cukup terbukti dengan adanya data perkembangannya diatas. Masyarakat menyambut baik terhadap segala produk yang unik atau produk Industri kreatif.

Menanggapi situasi yang mendukung tersebut (masyarakat yang terbuka, dukungan pemerintah, dan peluang pasar yang terbuka), banyak kalangan pebisnis dan pemain baru mencoba meraih peluang dengan ikut terjun dalam industri kreatif ini dengan menciptaka produk baru atau merubah (modificate) sesuatu yang lama menjadi produk berkesan baru. Menurut teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong (2012 : 350) yang menyebutkan bahwa suatu produk akan dikenal oleh konsumen apabila produk tersebut memiliki keunikan dan dapat dibedakan dengan produk lainnya, penjual harus bisa menghadapi diferensiasi bentuk, fitur, kualitas kerja, kesesuaian mutu, daya tahan, kehandalan, perbaikan dan gaya. Produk baru atau hasil olah modifikasi akan terus konsumen temukan seiring waktu berlalu, tidak terkecuali bagi konsumen produk dodol Garut.

Garut sudah lama dikenal sebagai salah satu kota penghasil dodol trebaik, semua orang yang mengenal kota Garut pasti memiliki persepsi khusus tentang Garut yang lekat dengan makanan khasnya yaitu dodol Garut. Dodol Garut yang sudah dikenal banyak orang memiliki rasa standar, kini telah hadir dengan ide baru yang kreatif dan bentuk inovatif yang membuat publik tertarik. PT. Tama Cokelat adalah nama perusahaan yang membawa citra dodol yang standar dan terkesan old school atau kuno menjadi sesuatu yang fresh, karena PT. Tama Cokelat telah membuat inovasi baru yaitu dodol dengan balutan cokelat yang manis dan disukai

(9)

kalangan muda, produknya ini diberi nama Chocodot. PT.Tama Cokelat dengan produk Chocodotnya ini berhasil membuat fenomena, dimana banyak orang penasaran dan mencari-cari produk Chocodot ini. Chocodot adalah coklat isi dodol yang belakangan ini menjadi buah bibir di kalangan pecinta kuliner Tanah Air.

Betapa tidak, coklat di tangan Kiki Gumelar sang maestro coklat dari Garut, menjadi sesuatu yang berbeda, dengan rasa yang unik, serta bentuk dan kemasan yang kreatif (www.kompas.com, 2016). Oleh karena fenomena menarik mengenai Chocodot serta fakta perkembangan industri kreatif yang sangat bagus di negeri ini maka kali ini penulis tertarik untuk meneliti Chocodot sebagai objek penelitian dalam riset ini.

Menurut penuturan dari manajer Chocodot, Bapak Yosep, beliau mengatakan bahwa Chocodot memiliki 62 varian produk Chocodot dan terdapat 360 sub varian (hasil wawancara, 12 April 2016). Jumlah varian yang banyak tersebut menandakan bahwa Chocodot aktif dalam membuat inovasi terhadap produknya, dan inovasi yang dilakukan oleh PT. Tama Cokelat terhadap produk Chocodotnya adalah demi membuat diferensiasi produk dengan pesaing. Menurut Kotler (2010 : 163) berpendapat bahwa, “perusahaan berusaha membuat produk atau tawaran yang berbeda atau lebih baik yang akan menyebabkan pasar sasaran menyukainya dan bahkan bersedia membayar dengan harga tinggi”.

Teori Kotler tersebut memang relevan dengan tujuan awal Chocodot dalam menciptakan banyak varian produk, yaitu untuk menghasilkan diferensiasi dan keunggulan produk yang menguntungkan, namun bila diamati kembali dari tahun berdirinya Chocodot yaitu 2009 dan tahun sekarang adalah 2016, terhitung baru tujuh tahun lamanya Chocodot berdiri, dan sudah terdapat 360 varian produk Chocodot yang ditawarkan ke pasar. Jumlah varian yang banyak tersebut memang bertujuan untuk menghasilkan pilihan bagi konsumennya, namun harus menjadi pertimbangan kembali apabila varian produk yang banyak tersebut dikhawatirkan menimbulkan kebingungan bagi konsumen untuk memilih produk Chocodot yang diinginkan, belum lagi tuntutan pasar terhadap produsen untuk terus menghasilkan produk yang baru, sehingga PT. Tama Cokelat akan dituntut untuk menghasilkan

(10)

produk baru dan menambah daftar varian yang telah banyak itu. Dalam data penjualan yang penulis dapat dari perusahaan (data sekunder), berikut data yang menunjukkan ragam produk Chocodot beserta penjualannya selama kurun periode lima tahun.

TABEL 1.1

Data Penjualan Chocodot 2011 – 2015 No Nama Produk dan Jumlah

Varian

Penjualan

2011 2012 2013 2014 2015 1. Chocodot Chokor ( 2 ) 3.569 5.672 8.111 10.720 13.742 2. Chocodot Fruity ( 6 ) 12.789 20.424 27.328 36.665 47.396 3. Chocodot Mini Fruity ( 6 ) 8.699 12.845 14.925 21.707 27.864 4. Chocodot Bar ( 5 ) 10.655 14.692 17.837 23.487 28.627 5. Chocodot Nutz ( 3 ) 6.477 8.805 11.075 16.069 19.997 6. Chocodot Sugar Free ( 2 ) 3.885 5.865 7.474 11.591 14.907 7. Chocodot Update ( 11 ) 29.698 40.639 48.905 58.453 77.149 8. Chocodot Van Java ( 6 ) 11.119 13.666 16.722 19.162 24.193 9. Chocodot Sensasi Mutiara ( 4 ) 21.601 27.148 33.026 40.178 51.045 10. Chocodot Ceumumu ( 3 ) 6.765 8.955 11.927 15.422 19.912 11. Chocodot Cigarrete ( 2 ) 5.702 7.014 10.455 11.709 16.365 12. Chocodot Coffechoc ( 5 ) 10.830 14.175 18.299 21.481 27.967 13. Chocodot Etnik ( 5 ) 11.966 15.694 19.670 24.075 30.729 14. Chocodot Gift ( 8 ) 21.618 31.250 41.727 51.533 65.246 15. Chocodot Word ( 3 ) 4.798 7.503 9.049 10.914 15.605 16. Chocodot Cipanas ( 4 ) 7.995 11.037 13.905 17.539 23.525 17. Chocodot Gunung ( 7 ) 16.201 23.252 37.192 46.892 61.189 18 Chocodot Gage ( 7 ) 15.947 18.183 23.518 27.941 36.642

Total Penjual

210.314

286.81 9

371.14 5

465.53 8

602.10 0 Sumber: Data Diolah Penulis, 2016

(11)

Data diatas memperlihatkan banyaknya ragam produk Chocodot beserta jumlah variannya, terlihat bahwa dari lima tahun terakhir Chocodot masih konsisten dengan ragam dan varian produk yang sama dan belum menambahkan varian atau ragam produk baru, artinya varian yang banyak tersebut sudah diciptakan Chocodot dari periode pertama ketika launching di 2009 sampai 2010. Keputusan Chocodot dalam menciptakan banyak varian sekaligus dimasa Introduction (2009 – 2010) dirasa kurang pas karena menurut Hasan (2013 : 444) seharusnya hal yang di gencarkan ketika ditahap perkenalan adalah promosi, kemudian ditahap selanjutnya yaitu growth barulah perusahaan dinilai tepat bila membuka distribusi baru dan melakukan ekspansi produk.

Dari data produk yang didapat, penulispun dapat menyimpulkan bahwa inti dari banyaknya varian Chocodot ini adalah pengembangan dari tiga jenis cokelat yaitu white, dark, dan milk yang hanya divariasikan dan dibedakan satu sama lain dengan pengemasan dan penambahan rasa yang berbeda. Penulis mengkhawatirkan tentang banyaknya varian produk ditahap awal Chocodot berdiri hanya akan membuat euforia sesaat dimana penjualan dan nama Chocodot melambung pada masa awal saja, dan perlahan fenomena seperti ini akan meredup dengan cepat seiring dengan proses evaluasi dan perilaku pasca pembelian konsumen.

Penulispun beranggapan bahwa varian yang banyak dari awal perkembangan Chocodot, akan membuat Chocodot merugi dimasa depan karena diketahui bahwa produk inti Chocodot hanya variasi tiga jenis coklat, artinya produk Chocodot akan memiliki kemiripan satu sama lain, hal ini tentu buruk karena dikhawatirkan varian yang mirip – mirip tersebut dapat saling membunuh atau men-subtitute (menggantikan) varian sejenisnya, sehingga hanya tinggal beberapa varian saja yang akan diminati konsumen dan sisanya tidak akan dicari atau dibeli konsumen.

Oleh sebab itu penulis menjadi tertarik untuk meneliti lebih dalam atau mencari tahu apakah jumlah jenis, ragam, dan produk yang diciptakan Chocodot tersebut memang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen atau tidak, dan menguji apakah varian tersebut berimplikasi positif terhadap penjualan sehingga salah satu caranya Chocodot harus menambahkan variannya lagi atau

(12)

justru berimplikasi negatif dan membuat konsumen mudah jenuh atau bahkan bingung dalam memilih dan memutuskan membeli, sehingga penulis merumuskan bauran produk sebagai variabel X1 yang akan diteliti.

Dalam wawancara yang penulis lakukan terhadap manajer PT. Tama Cokelat, bapak Yosep (wawancara dengan manajer Chocodot, 12 April 2016), beliau menuturkan besarnya market share yang dikuasi oleh Chocodot sebagai produk olahan cokelat yang ada di kabupaten Garut, dan penulis menyajikan datanya dalam bentuk pie chart sebagai berikut,

GAMBAR 1.3

Market Share Produk Olahan Cokelat di Garut Sumber: Data Diolah Penulis, 2016

Data diatas mengartikan bahwa Chocodot memiliki market share tertinggi dengan angka 82 %, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya Choco.Dol dan Dapur Cokelat yang masing – masing market share-nya adalah 17%

(Choco.Dol) dan 1% (Dapur Cokelat). Dari perbandingan market share tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa posisi persaingan pasar bagi Chocodot berada diposisi teratas sebagai market leader produk dodol berlapis cokelat di Garut.

Chocodot 82%

Choco.Dol 17%

Dapur Cokelat 1%

MARKET SHARE

(13)

Selanjutnya peneliti mengolah kembali data penjualan yang didapat menjadi data persentase pertumbuhan sebagaimana berikut,

GAMBAR 1.4

Persentase Pertumbuhan Penjualan Chocodot Tahun 2011-2015 Sumber: Data Diolah, 2016

Dari data penjualan tabel 1.1 menunjukan bahwa penjualan Chocodot terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, namun bila diamati kembali dari data persentase pertumbuahan penjualan, ternyata persentase pertumbuhan penjualan Chocodot mengalami kemunduran ditahun 2011 sampai 2014 dan mulai naik kembali ditahun 2015. Dari fakta persentase pertumbuhan penjualan yang menurun tersebut muncul anggapan bahwa kinerja dan promosi yang dilakukan oleh Chocodot sempat menurun ditahun 2011 sampai 2014, padahal apabila dilihat dari data market share yang dimilikinya, Chocodot unggul telak dibandingkan kompetitornya. Kemunduran persentase pertumbuhan penjualan ini dapat mengidentifikasikan bahwa promosi yang dilakukan oleh Chocodot belum maksimal dan perlu ditingkatan. Menurut Sudarmo (Sunyoto, 2015 : 158) mendefinisikan promosi sebagai, “kegiatan yang ditujukan untuk memengaruhi

26

22

20

22

0 5 10 15 20 25 30

2011 - 2012 2012 - 2013 2013 - 2014 2014 - 2015

PERSENTASE PERTUMBUHAN

PERIODE TAHUN

Pertumbuhan Penjualan (%)

(14)

konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang, lalu membeli produk tersebut.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi yang baik akan menghasilkan citra baik dan menghasilkan keuntungan finansial bagi perusahaan. Promosi dinilai sebagai cara terbaik bagi Chocodot untuk meningkatkan persentase pertumbuhan penjualannya yang sempat menurun, hal ini sejalan dengan pendapat Hasan (2013 : 429) yang menyatakan tujuan promosi yaitu untuk memaksimalkan keuntungan, memaksimalkan pangsa pasar, memaksimalkan penjualan, meningkatkan citra merek dan sebagainya.

Menurut penuturan dari manajer Chocodot, Bapak Yosep, beliau mengatakan bahwa upaya promosi yang dilakukan oleh Chocodot adalah advertising, branding, personal selling, public relations, dan exibition atau pameran dagang (hasil wawancara, 12 April 2016). Bentuk advertising yang sudah dilakukan oleh Chocodot adalah iklan melaui radio dan televisi lokal (hasil wawancara, 12 April 2016), padahal diketahui bahwa target penjualan Chocodot bukan hanya konsumen lokal atau warga Garut saja, karena berdasarkan observasi penulis serta temuan artikel ternyata banyak konsumen luar daerah atau wisatawan yang merupakan konsumen Chocodot. Seharusnya manajamen dapat melihat situasi ini dan meningkatkan frekuensi dan jangkauan iklan sehingga lebih banyak konsumen yang terpaparkan informasi Chocodot ini. Menurut Alam ( 2013 : 183 ) berpendapat bahwa, “salah satu daya tarik yang ditimbulkan oleh advertising yaitu appeal yang memberikan rasa kebanggaan bila menggunakan produk yang bersangkutan.”

Bentuk personal selling yang digiatkan Chocodot adalah melakukan penawaran langsung kepada konsumen di event khusus dan car free day (hasil wawancara, 12 April 2016). Menurut Alma ( 2013 : 185 ) berpendapat bahwa personal selling adalah satu-satunya cara dari sales promotion yang mampu menggugah hati pembeli dengan segera, dan pada tempat dan waktu itu juga diharapkan konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli. Upaya personal selling yang digiatkan oleh Chocodot memang akan menghasilkan dampak positif

(15)

bagi perusahaan apabila dilakukan dengan benar, namun upaya persnonal selling Chocodot ini bisa jadi kurang efektif dan kurang maksimal apabila hanya dilakukan pada saat event khusus saja. Manajemen seharus dapat membuat scheduling yang jelas sehingga program personal selling akan terus berjalan tanpa ada hambatan.

Kegiatan exibition merupakan bagian dari sales promotion yang dilakukan oleh Chocodot. Menurut penuturan manajer Chocodot menjelaskan bahwa exibition dilakukan dengan tujuan promosi untuk memperkenalkan produk atau menarik perhatian konsumen (hasil wawancara, 12 April 2016). Menurut Alma ( 2013 : 188 ) salah satu tujuan digunakan sales promotion ialah menarik para pembeli baru, meningkatkan daya pembelian ulang, dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Seharusnya kegiatan sales promotion tidak hanya berorientasi untuk memperkenalkan produk kepada konsumen baru saja, akan tetapi mampu mengupayakan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan yang sudah ada.

Penulis menilai Chocodot masih kurang mengupayakan promosi untuk meningkatkan penjualan dan keputusan pembelian konsumennya, Chocodot pun dinilai belum mampu memaksimalkan potensinya dalam memasarkan produk secara direct marketing melaui media online, karena berdasarkan observasi penulis terhadap website resmi, sosial media, dan media promosi lainnya yang kurang menarik dan terkesan minim perhatian. Masalah keputusan pembelian dan penurunan pertumbuhan penjualan Chocodot yang diprediksi akibat dari kelemahan manajerial dalam mengelola bauran produk dan bauran promosi, membuat penulis ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara bauran produk dan bauran promosi terhadap keputusan pembelian konsumen atau tidak, menguji seberapa besar pengaruh variabel bauran produk terhadap keputusan pembelian, seberapa besar pengaruh bauran promosi terhadap keputusan pembelian.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda yang menguji bauran produk sebagai X1 dan bauran promosi sebagai X2 terhadap keputusan pembelian (Y), dan judul penelitian ini adalah,

“Analisis Pengaruh Bauran Produk dan Bauran Promosi terhadap Keputusan Pembelian Chocodot (Studi kasus terhadap Mahasiswa/i Telkom University)”.

(16)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan penuturan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah untuk Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagi berikut :

1. Bagaimana pengaruh bauran produk (product mix) terhadap keputusan pembelian Chocodot ?

2. Bagaimana pengaruh bauran promosi (promotion mix) terhadap keputusan pembelian Chocodot ?

3. Bagaimana pengaruh bauran produk dan bauran promosi secara bersama terhadap keputusan pembelian konsumen ?

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh bauran produk (product mix) terhadap keputusan pembelian Chocodot

2. Untuk mengetahui pengaruh bauran promosi (promotion mix) terhadap keputusan pembelian

3. Untuk mengetahui pengaruh bauran produk dan bauran promosi secara bersama terhadap keputusan pembelian konsumen.

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti dan memiliki faidah secara teoritis maupun secara praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengembangan literatur ilmu pengetahuan, khususnya dibidang Manajemen Pemasaran. Serta dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lainnya dalam mengkaji, mengembangkan, dan meneliti ilmu manajemen pemasaran khususnya terkait bauran promosi dan bauran produk.

(17)

2. Kegunaan Praktis

Dengan penelitian yang penulis lakukan, diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat membantu perusahaan PT. Tama Cokelat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bauran promosi dan bauran produk Chocodotnya terhadap keputusan pembelian konsumen dan mengembangkan atau menyusun kembali strategi bauran promosi dan bauran pemasarannya tersebut.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

Sistematika penulisan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan penjelasan secara umum, ringkas,

dan padat yang membahas mengenai objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjuan Pustaka, bab ini mengemukakan hasil kajian kepustakaan terkait dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyususnan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. Bab ini terdiri dari sub bab rangkuman teori dan kerangka pemikiran.

3. Bab III Metode Penelitian, bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisa data. Bab ini meliputi uraian tentang jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji Validitas dan Reliabilitas, serta teknik analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menguraikan secara kronologis dan sistematis sesuai degan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Bab ini terdiri dari uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasannya.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran yang diberikan kepada perusahaan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Gambar

GAMBAR 1.2 Struktur Organisasi PT. Tama Cokelat Sumber: Dokumen Perusahaan, 20161.1.3

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar