• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVtrRSIT'AS U DAYANA I]PT PF,RPIISTAKAAN.!rq!r 016r) ror?r r:fr L!r6rr7r,[].i6!idi;.rl +he*.,",..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVtrRSIT'AS U DAYANA I]PT PF,RPIISTAKAAN.!rq!r 016r) ror?r r:fr L!r6rr7r,[].i6!idi;.rl +he*.,",.."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVtrRSIT'AS U

DAYANA

I]PT PF,RPIISTAKAAN

!rq!r

016r)

ror?r

r:fr

L!r6rr7r,[]

.i6!idi;.rl +he*.,", ..

(2)

k{so({ ! rr$ir !h\ui irFrjLdd

dihuh

'

rq riuNff ur

(r1u)

f':l&

(3)

LAPORAN PENELITIAN

EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PENGAMBENGAN DI DESA PENGAMBENGAN KECAMATAN NEGARA

KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI TAHUN 2017

Oleh:

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

PUSAT STUDI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

(4)

Kegiatan Perikanan di Pengambengan telah dimulai sejak dibangunnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada tahun 1976/1977.

Secara bertahap telah dibangun fasilitas beberapa fasilitas pada tahun 2000 sampai tahun 2003 antara lain : Break Water, Jetty, Jalan, dan Tempat Pelelangan Ikan. Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan di PPI Pengambengan, Gubernur Bali melalui surat Nomor 523.2/0211/Prod/DKP tanggal 28 Pebruari 2005 mengusulkan peningkatan status PPI menjadi Pelabuhan Perikanan.Selanjutnya berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. B/2712/M.PAN/12/2005 tanggal 30 Desember 2005 dilakukan peningkatan kelas, dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pengambengan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pengambengan. Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. B.2672/M.PAN/9/2009 tanggal 11 September 2009, dilakukan peningkatan status kelas dan diresmikan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, PPN Pengambengan mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. Tujuan dari pelayanan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan pada khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya.Oleh karena itu, semua kegiatan yang dilaksanakan perlu dievaluasi sesuai dengan kaidah peraturan di bidang lingkungan hidup agar dapat memenuhi peraturan lingkungan hidup yang ada.

Penelitian tentang evaluasi lingkungan hidup di PPN Pengambengan dilaksanakan dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai amanah peraturan dibidang lingkungan hidup. Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanakan penelitian ini, semoga hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di sekitar PPN Pengambengan dan memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat.

Pengambengan, 14 Nopember 2017 Peneliti,

(5)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang I-1

1.2.Batas Wilayah Penelitian I-4

BAB II METODE PENELITIAN

2.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data II-1

2.2. Metode Perkiraan Dampak Penting II-13

2.3. Metode Evaluasi Dampak Penting II-16

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian III-1

3.2. Pembahasan Dampak Lingkungan III-67

3.3. Kajian Evaluasi Dampak III-78

3.4. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan III-79 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan IV-1

4.2. Saran IV-13

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Kabupaten Jembrana Provinsi Bali Tahun 2017 Oleh: Ketut Gede Dharma Putra

Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Bali Email. [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang evaluasi lingkungan hidup di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN ) Pengambengan Bali pada tahun 2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan PPN Pengambengan telah berjalan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang RI No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Beberapa dampak yang timbul dari kegiatan di PPN Pengambengan diantaranya peningkatan kesempatan kerja, perubahan kualitas udara, penurunan kualitas air, timbulnya limbah dan sampah, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, terganggunya biota perairan, dan timbulnya sedimentasi. Disarankan agar manajemen pengelola PPN Pengambengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup secara rutin dan melaporkan hasilnya secara berkala setiap 6(enam) bulan kepada instansi teknis terkait sesuai jenis dan karakteristik dampak yang timbul dengan koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Arahan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan hasil evaluasi lingkungan hidup yang dilaksanakan pada tahun 2017 ini.

Kata Kunci: evaluasi lingkungan hidup, pelabuhan perikanan

(7)

I - 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan Bali yang merupakan salah satu wilayah perairan Indonesia di bagian tengah dengan luas perairan ± 9.500 km2 memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar. Berdasarkan data yang tersedia, dari tiga wilayah Perairan Bali (Perairan Bali Utara, Timur dan Barat) potensi yang dimilikinya adalah ± 67.355 ton/tahun dengan jenis ikan kakap, layang, tongkol, cakalang, cucut, lemuru, ikan karang dan lain-lain. Adapun dari ketiga wilayah tersebut yang memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar adalah wilayah Bali Barat dengan potensi ± 44.947 ton/tahun atau ± 67% dari seluruh potensi yang ada. Potensi perikanan laut di wilayah Bali Barat, pada umumnya dapat dilihat perkembangannya melalui aktivitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang terletak di Desa Pengambengan Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.

Kegiatan Perikanan di Pengambengan telah dimulai sejak dibangunnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pada tahun 1976/1977. Secara bertahap fasilitas di PPI dikembangkan oleh Fisheries Infastructure Sector Project.

Program penambahan fasilitas diawali dengan kegiatan studi kelayakan melalui Roger Consulting Marine Gmbh pada tahun 1988. Berdasarkan hasil studi tersebut, dilakukan pembangunan beberapa fasilitas pada tahun 2000 sampai tahun 2003 antara lain : Break Water, Jetty, Jalan, dan Tempat Pelelangan Ikan.

Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan di PPI Pengambengan, Gubernur Bali melalui surat Nomor 523.2/0211/Prod/DKP tanggal 28 Pebruari 2005 mengusulkan peningkatan status PPI menjadi Pelabuhan Perikanan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan pertimbangan agar pengelolaannya menjadi lebih terarah dalam rangka menuju pelabuhan perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain itu, operasional pelabuhan perikanan akan memerlukan jumlah personil dan biaya operasional yang cukup besar, padahal kemampuan keuangan daerah terbatas untuk membiayai operasional dan pemeliharaan pelabuhan.

Selanjutnya berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. B/2712/M.PAN/12/2005 tanggal 30 Desember 2005 dilakukan peningkatan kelas, dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pengambengan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pengambengan.

Berdasarkan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

B.2672/M.PAN/9/2009 tanggal 11 September 2009, dilakukan peningkatan

(8)

status kelas dan diresmikan menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan.

PPN Pengambengan terletak pada posisi 080 23’ 46” Lintang Selatan dan 1140 34’ 47” Bujur Timur. Berjarak + 9 Km dari Kota Negara dan + 105 Km dari Kota Denpasar, menghadap ke Wilayah Pemanfaatan Perairan (WPP) 573 Samudera Hindia dan Selat Bali.

PPN Pengambengan didukung oleh industri pengolahan ikan yang ada di komplek maupun yang ada di luar komplek pelabuhan; yaitu industri pengalengan ikan dan penepungan ikan berjumlah 14 unit (diluar komplek pelabuhan), serta 1 unit industri di dalam komplek pelabuhan yaitu PT.

Cilacap Samudra Fishing Industry yang kegiatannya berbentuk pengolahan ikan, pabrik es, cold storage dan galangan kapal.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, PPN Pengambengan mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. Tujuan dari pelayanan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan pada khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya.

Komitmen pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan perikanan tangkap sangat besar. Hal ini ditunjukan dengan berbagai dukungan terhadap kegiatan di PPN Pengambengan. Khusus untuk kegiatan pengembangan PPN Pengambengan Tahun 2017 mencakup pengembangan fasilitas/prasarana pendukung pelabuhan, penambahan breakwater, dan pengerukan kolam pelabuhan serta kegiatan peningkatan mutu pelayanan terhadap operasional kapal nelayan.

Berdasarkan peraturan di bidang lingkungan hidup yakni Undang- Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya diganti dengan Undang-Undang RI No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 22 menyatakan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Maka pada tahun 2009, PPN Pengambengan menyusun dokumen Amdal. Penyusunan Amdal pada tahun 2009 tersebut dilaksanakan untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan pengembangan PPN Pengambengan. Namun penyusunan Amdal belum mendapatkan pengesahan dari Komisi Amdal yang berwenang sehingga belum diterbitkannya Izin Lingkungan.

(9)

I - 3

Selanjutnya, melalui Surat Nomor B-/4134/MENLH/KP/12/2013 tanggal 27 Desember 2013 tentang Arahan Pelaksanaan Pasal 121 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, semua kegiatan yang berdampak penting bagi lingkungan perlu dilengkapi dengan dokumen lingkungan hidup. Diuraikan pula dalam peraturan tersebut, bahwa pengendalian lingkungan hidup merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 ayat (1) huruf j dan pasal 14 ayat (1) huruf j Undang – undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Pasal 63 ayat (1) Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan aturan tersebut, maka PPN Pengambengan melakukan beberapa pertemuan dan konsultasi dengan instansi teknis terkait kewajiban melaksanakan kajian lingkungan. Melalui Surat Perintah Tugas Nomor 3873/PPN.Pgb/KP.440/IX/2015 tanggal 16 September 2015 perihal Koordinasi Dokumen Lingkungan Hidup di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali, diarahkan agar PPN Pengambengan dapat menyiapkan dokumen lingkungan sesuai deskripsi kegiatan yang akan dilaksanakan.

Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Penyusunan Dokumen Lingkungan PPN Pengambengan tertanggal 12 Mei 2017 telah disepakati bahwa PPN Pengambengan Jembrana perlu menyusun Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH). Penyusunan DELH tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.102/

MENLHK/ SETJEN/KUM.1/ 12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. Untuk hal tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Satker Direktorat Pelabuhan Perikanan Tahun 2017 Nomor 159/KPA.3/TU.110/V/2017 tentang tim penyusun dokumen lingkungan hidup (DELH) di PPN Pengambengan Bali.

Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.734/PTKL-PDLUK/2015 Tanggal 24 Juli 2015 menguraikan bahwa kewenangan penilaian dokumen lingkungan untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah laut dari garis pantai sampai dengan 12 mil ke arah laut lepas dan/atau perairan kepulauan merupakan kewenangan Komisi Amdal Provinsi. Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, maka proses pembahasan DELH PPN Pengambengan dilaksanakan oleh Komisi Amdal Provinsi Bali.

(10)

1.2 Batas Wilayah Penelitian a.Batas Wilayah Penelitian

Batas wilayah penelitian yaitu ruang dimana seluruh komponen kegiatan akan dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasional, dan pasca-operasional. Batas tapak proyek adalah kawasan PPN Pengambengan yang terletak di Desa Pengambengan Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.

b. Batas Ekologis

Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologis yang dipergunakan didalam studi ini meliputi areal yang mencakup wilayah daratan dan pesisir pantai di PPN Pengambengan Jembrana.

c. Batas sosial

Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi social yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana kegiatan. Batas wilayah sosial meliputi wilayah-wilayah pemukiman masyarakat di Desa Pengambengan dan Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.

d.Batas administratif

Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan yang wilayahnya tercakup dalam batas proyek, ekologis dan sosial. Wilayah administratif yang dibahas dalam studi ini adalah wilayah administrasi Desa Pengambengan dan Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.

(11)

I - 5

Gambar 1.1. Peta Wilayah Penelitian

(12)

Gambar 1.2. Peta Batas Administratif

(13)

I - 7

Gambar 1.3. Peta Batas Sosial

(14)

Gambar 1.4. Peta Batas Ekologis

(15)

II - 1

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data.

Prinsip yang akan digunakan dalam studi analisis mengenai dampak lingkungan hidup pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN ) Pengambengan adalah mengikuti Lampiran 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

2.1.1. Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan untuk kebutuhan analisis adalah data rencana kegiatan dan rona awal lingkungan hidup. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder di lokasi PPN Pengambengan dan komponen lingkungan yang potensial terkena dampak penting hipotetik.

1).Pengumpulan Data Rencana Kegiatan

Data rencana kegiatan yang dikumpulkan adalah dokumen studi kelayakan, konsep desain dan desain rinci. Data rencana kegiatan yang dikumpulkan mencakup tujuan dan manfaat kegiatan, lokasi kegiatan, data teknis, jadual pembanguna, peta dan gambar teknis disain kegiatan, dokumentasi kondisi lokasi dan data lainnya yang terkait.

2).Pengumpulan data komponen lingkungan hidup yang potensial terkena dampak penting hipotetik

Komponen lingkungan hidup yang akan dikumpulkan datanya adalah yang terkait dengan dampak penting hipotetik yaitu komponen lingkungan biotic (geo fisik kimia,) komponen lingkungan biotic ( flora dan fauna) dan komponen lingkungan sosial (sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat).

Pengumpulan data komponen lingkungan hidup bersumber dari data primer (survey, wawancara, pengukuran, observasi, kuesioner) dan data sekunder (laporan dan literatur) dari instansi terkait yang relevan yang berada di lokasi kegiatan serta instansi terkait lainnya.

Pengumpulan data primer dengan cara pengukuran atau pengambilan cuplikan (sampel) dilakukan dengan cara :

(16)

b) menentukan metode pengumpulan data,

c) menentukan lokasi pengukuran atau pengambilan cuplikan (sampel) yang dianggap dapat mewakili kondisi lingkungan yang potensial terkena dampak yang disajikan pada peta.

d) melaksanakan pengukuran di lokasi yang dianggap dapat mewakili daerah sebaran dampak.

Metoda pengumpulan dan analisis data komponen lingkungan hidup berdasarkan dampak penting hipotetik serta keterkaitannya dengan dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut:

1) Komponen Lingkungan abiotik ( geo fisik kimia) - Iklim ( iklim mikro,kualitas udara,kebisingan,getaran)

- Fisiografi (Tofografi,Stabilitas Tanah,bentuk Lahan,Geologi Tata Lingkungan)

- Hidrologi ( Fisik Air Permukaan,Debit

Aliran,Sedimentasi,Erosi,Kuantitas dan Kualitas Air) - Hidrooceanografi(Batimetri,Pasang Surut,Pola

Arus,Sedimen,Kualitas Air,Morfologi Pantai)

- Ruang, Lahan dan Tanah (Tata Guna Lahan,Pengembangan Kawasan,Potensi Konflik Kepemilikan,Estetika Bentang Alam) 2) Komponen Lingkungan Biotik (biologi)

- Flora ( Vegetasi Alami,Ekosistem yang dilindungi,Kelimpahan) - Fauna (Kelimpahan,Penyebaran,Ekosistem yang Dilindungi) 3) Komponen Lingkungan Sosial

- Demografi(Struktur Penduduk,kepadatan dan Mobilitas penduduk)

- Sosial ekonomi( pendapatan,kesempatan Berusaha) - Sosial budaya(Kebudayaan,Proses Sosial,Warisan

Budaya,Pelapisan Sosial,Kekuasaan dan Kewenangan,Sikap dan Persepsi,Kawasan/tempat Suci)

- Pertahanan,Keamanan (Potensi Konflik, keamanan dan Ketertiban)

- Kesehatan masyarakat (Kualitas Sanitasi Lingkungan,Penyebaran Penyakit,Status Gizi)

(17)

II - 3 - Transportasi (Kepadatan dan Kemacetan, Kecelakaan lalu

Lintas,Sarana dan Prasarana Jalan)

2.1.2. Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Lingkungan Abiotik 1). Iklim

Telaahan komponen iklim terutama pada kelayakan kenyamanan lingkungan sebagai dampak dari proyek, yaitu peningkatan suhu dan kelembaban. Untuk menggambarkan keadaan iklim wilayah areal proyek digunakan data pengamatan iklim. Data iklim yang akan diteliti terdiri dari data iklim makro dan data iklim mikro. Semua data iklim yang merupakan data sekunder diperoleh dari Balai Meteorologi & Geofisika Wilayah III stasiun Klimatologi Ngurah Rai Tuban. Pendekatan ini diambil, karena Pesanggaran dengan jarak ± 10 km masih dalam cakupan wilayah dari stasiun ini.

Pengamatan terhadap iklim mikro yang meliputi suhu udara dan kelembaban nisbi udara (RH) dan indeks kenyamanan (THI) dilakukan di areal proyek dan sekitarnya.

Tabel 2.1 Metode Pengumpulan Data Iklim

No PARAMETER SATUAN METODE SUMBER DATA

1 Temperatur Udara oC Pembacaan Langsung Data Sekunder BMG

2 Kelembaban % Analisis Rata-Rata Data Sekunder

BMG

3 Kecepatan Angin Knot Pembacaan Langsung Data Sekunder BMG

4 Arah Angin Derajat (o) Pembacaan Langsung Data Sekunder BMG

Untuk penilaian kualitas lingkungan komponen iklim mikro digunakan kriteria kualitas lingkungan komponen iklim mikro menurut LW. Canter &

L.G.HiII. 1981 dalam Hand Book of Variables for Environmental Impact Assessment, seperti disajikan pada tabel dibawah ini.

(18)

Tabel 2.2. Kriteria Kualitas Lingkungan Komponen Iklim Mikro a. Suhu Udara

No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala

1.

2.

3.

4.

5.

Suhu lebih dari 35 oC atau kurang dari 10o C Suhu udara antara 32 – 34 oC atau 10 – 14 o C Suhu udara antara 29 – 31 o C atau 15 – 18 o C Suhu udara antara 26 – 28 o C atau 19 – 21 o C Suhu udara antara 22 – 25 o C

Buruk Kurang Sedang Cukup

Baik

1 2 3 4 5

b. Kecepatan angin rata-rata ( km/jam)

No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala

1.

2.

3.

4.

5.

Angin keras, pohon condong sampai roboh (diatas 41) Angin cukup keras, pucuk pohon bergoyang kuat (31-40) Angin agak keras, pucuk pohon bergoyang (21-30) Lemah, tidak terasa,tapi dilihat gerakan daun (11-20) Angin sangat lemah,tidak terasa (dibawah 10)

Buruk Kurang Sedang Cukup

Baik

1 2 3 4 5 c. Curah hujan (Type Ferguson)

No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala

1.

2.

3.

4.

5.

D – E C - D B - C A - B A

Buruk Kurang Sedang Cukup

Baik

1 2 3 4 5

d. Lama penyinaran (rata-rata setahun)

No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala

1.

2.

3.

4.

5.

Terlihat 2 jam atau kurang Terlihat 3 – 5 jam sehari Terlihat 6 – 8 jam sehari Terlihat 9 – 10 jam sehari Terlihat lebih dari 10 jam sehari

Buruk Kurang Sedang Cukup

Baik

1 2 3 4 5 e. Kelembaban (%)

No. Kriteria Lingkungan Kualitas Skala

1.

2.

3.

4.

5.

Dibawah 40

41 – 50 atau 90 - 100 51 – 60 atau 80 - 89 61 – 69 atau 71 - 79 Lebih dari 79

Buruk Kurang Sedang Cukup

Baik

1 2 3 4 5 Sumber : Hand Book of Variables for Environmental Impact Assessment, L.W Canter & L.G. Hill, 1981.

(19)

II - 5 2). Kualitas Udara

Data kualitas udara didapatkan melalui pengukuran langsung, pengambilan cuplikan (sampel) dan analisis laboratorium terhadap kualitas udara ambien di lokasi sekitar tapak proyek. Lokasi pengamatan atau pengukuran kualitas udara dilakukan pada daerah yang berpotensi terkena dampak dan dianggap mewakili di wilayah sekitar rencana kegiatan. Data kualitas udara dianalisis dengan metoda dari Environmental Protection Agency (EPA) dan SNI serta ASTM. Hasilnya dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Gubernur Bali No 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup Provinsi Bali dan peraturan lainnya.

Data tersebut dipergunakan sebagai data awal kondisi lingkungan saat studi dan dapat diketahui perubahannya pada tahap konstruksi dan pasca konstruksi kegiatan peningkatan.

3). Kebisingan

Data kebisingan dikumpulkan dengan cara mengukur tingkat kebisingan dengan alat noise level meter di lokasi yang berpotensi terkena dampak kegiatan di lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran dan pengamatan kualitas udara. Data kebisingan analisisnya mengacu pada dan Keputusan Menteri Lingkungan Negara Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2016.

Tingkat kebisingan akan dibandingkan sesuai dengan lokasi peruntukkannya yaitu pelabuhan.Metode pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan disajikan pada Tabel 2.3.

(20)

No Paramater Uji Satuan BM Metode Uji 1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 900 SNI 19-7119,7-2005 2. Carbon monoksida (CO) µg/Nm3 30.000 NDIR 3. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 400 SNI 19-7119.2-2005 4. Oksidan (O3) µg/Nm3 235 Chemiluminescent

5. Debu (TSP) µg/Nm3 230 Gravimetri

6. Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 2 Ekstraktif Pengabuan (AAS)

7. Kebisinqan 3) dB (A) 65 Sound Level Metri Sumber : Baku Mutu *) PP 41Tahun 1999

4). Fisiografi

Data fisiografi yang dikumpulkan terutama topografi yang meliputi ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), kemiringan lereng (slope), bentang alam dan daerah aliran sungai. Data tersebut diperoleh untuk tapak kegiatan dilakukan penelaahan topografi/situasi pada sekala peta rinci (1 : 50.000), ditunjang dengan interpretasi peta rupa bumi sekala 1: 50.000 dari Bakosurtanal dan data lainnya yang relevan seperti foto udara.

Data geologi tata lingkungan dapat dilakukan dengan mencari data terkait. Penelitian geologi tata lingkungan yang dilakukan adalah dengan metoda interpretasi peta geologi maupun dengan penelitian langsung di lapangan dan analisis laboratorium terhadap contoh tanah dan air tanah, serta ditunjang dengan studi pustaka. Lokasi proyek ini termasuk ke dalam lembar peta dasar topografi skala 1:25.000, seri rupa bumi yang dibuat Bakosurtanal.

Analisis Kebencanaan Geologi ini adalah untuk mengetahui kemungkinan akan terjadinya bahaya lingkungan karena adanya proses geodinamika yang berasal dari dalam (energi endogenik) dan dari luar bumi (energi eksogenik). Analisis geodinamika dan bencana alam geologi ini berdasarkan data dan informasi serta hasil observasi lapangan meliputi analisis gempa bumi, analisis gerakan tanah dan analisis erosi.

4).Hidrologi

Data mengenai aspek hidrologi yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi debit aliran, kualitas air, fisik air

(21)

II - 7 berdekatan dengan rencana kegiatan . Data aspek hidrologi mencakup pola drainase, kondisi, fungsi drainase, pola aliran berdasarkan data sekunder yang ada yaitu dari studi hidrologi pada saat desain, sedangkan kualitas air berdasarkan hasil pengukuran langsung dan analisis laboratorium. Data erosi ditinjau dari pengamatan visual terhadap singkapan lahan terbuka dan kandungan sedimen. Data curah hujan yang merupakan data sekunder diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat.

Dalam rangka mengetahui kualitas air yang ada di lokasi kegiatan dan sekitarnya maka perlu dilakukan pengamatan /pengukuran kualitas perairan tersebut. Hal ini perlu diketahui terkait dengan status mutu kualitas air sebelum dilakukan kegiatan dan membandingkannya dengan peruntukannya sebagai aktivitas pelabuhan. Metoda analisis yang digunakan adalah dari Standard Methods for Water and Waste Water Analysis APHA edisi 1983 dan SNI – 1991 - 2004. Penentuan lokasi sampling didasarkan pada sumber kegiatan yang menimbulkan dampak pada lingkungan di sekitarnya. Analisis data kualitas air laut dilakukan mengacu kepada KepMen LH No. 51/2004 dan KepMen LH No. 179/2004 , Per Gub Bali No 8 Tahun 2007. Analisis terhadap kualitas air laut dilakukan secara tabulasi dan deskriptif dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap sampel dengan baku mutu air laut yang berlaku.

Tabel 2.4 Parameter Kualitas Air

No. Parameter Satuan Metode

Analisis Baku Mutu

1 Warna Pt.Co 30

2 Bau - Organoleptik Tidak berbau

3 Kekeruhana Ntu SNI 06.6989.27.05 5l 4 Padatan tersuspensi totalb Mg/l SNI 06.6989.27.05 20

5 Suhuc oC SNI 06.6989.23.05 Alami3(c)

6 Benda Terapung/Sampah - Manual Nihil1(4) 7 Lapisan minyak5 - SNI 06.2502.1991 Nihil1(5)

8 pHd - SNI 06.6989.11.04 7-8.5 (d)

9 Salinitase o/oo SNI M-39-1990-03 Alami3(c) 10 Surfaktan (detergen) mg/l SNI 19.2476.91 0.001 11 Cadmium (Cd) mg/l SNI 06.6989.37.05 0,002 12 Tembaga (Cu) mg/l SNI 06.2517.91 0,050 13 Timbal (Pb) mg/l SNI 06.6989.45.05 0,005

14 DO mg/l SNI 06.6989.14.O4 -

15 BOD mg/l SNI M-69-1990-03 -

16 COD mg/l SNI M-70-1990-03 -

Keterangan : Baku mutu berdasarkan LH No. 51/2004 Lampiran II dan KepMen LH No. 179/2004, Pergub Bali 8/2007

(22)

5). Hidrooceanografi

Data mengenai pola hidrodinamika kelautan seperti pasang surut, arus dan gelombang/ombak, morfologi pantai, abrasi, dan akresi serta pola sedimentasi diambil dari pengamanatan di lapangan serta data-data survey yang ada di instansi teknis terkait .

6).Tata Ruang

Pengkajian aspek tata ruang wilayah sekitar proyek akan dilakukan baik pada lingkup tapak proyek maupun lingkungan di sekitar lokasi proyek. Selain data sekunder, maka data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan di lapangan.

Tabel 2.5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tata Ruang

No

Aspek Tata Ruang Yang Dikaji

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Lokasi Pengumpulan Data Analisis Data

Mikro Studi pustaka dan pengamatan lapangan

Identifikasi

penggunaan lahan

Di dalam tapak proyek 1. Rencana Tapak

Makro

1. Tata Guna Lahan

Studi pustaka dan pengamatan lapangan

Identifikasi penggunaan lahan

Di sekitar lokasi proyek

2. Pemukiman dan Fasilitas Umum

Studi pustaka dan pengamatan lapangan

Identifikasi kondisi kawasan dan fasilitas umum

Di sekitar lokasi proyek

3. Kegiatan di sekitar tapak proyek

Pengamatan lapangan

Identifikasi jenis kegiatan

Di sekitar lokasi proyek

(23)

II - 9 2.1.3. Pengumpulan dan Analisis Data Komponen Lingkungan Biotik Pengumpulan dan analisis data komponen lingkungan biotik meliputi data flora dan fauna seperti uraian berikut:

1).Flora

Parameter yang diamati adalah tipe vegetasi, keberadaan jenis, status keberadaan jenis dan manfaat. Data keberadaan jenis dikumpulkan dengan cara inventarisasi jenis yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis flora yang berada di sekitar lokasi kegiatan melalui pengamatan langsung.

Kemudian disajikan dalam deskripsi/uraian berisi keberadaan jenis dan status keberadaannya.

Data flora dianalsis dengan cara interpretasi data yang terkumpul berupa daftar keberadaan jenis dan status keberadaan flora baik yang tergolong langka, endemik, dilindungi maupun mempunyai nilai ekonomi penting untuk menentukan tingkat kepentingan dampaknya.

2).Fauna

Parameter yang diamati adalah keberadaan jenis ,status keberadaan jenis dan manfaat. Keberadaan jenis dan staus keberadaanya dikumpulkan dengan cara inventarisasi langsung di lokasi kegiatan dan data sekunder serta wawancara. Data yang terkumpul disajikan dalam deskripsi/uraian berisi mengenai keberadaan jenis dan status keberadaannya. Data fauna diananlisis dengan cara interpretasi data yang berupa daftar keberadaan jenis dan status keberadaan fauna baik yang tergolong langka, endemik, dilindungi maupun mempunyai nilai ekonomi penting untuk menentukan tingkat kepentingan dampaknya.

3).Biota Perairan

Parameter yang diteliti untuk plankton dan benthos adalah spesies, jumlah taxa, kelimpahan individu, keanekaragaman dan keseragaman individu. Sementara untuk nekton hanya spesies saja. Biota perairan yang diamati meliputi jenis plankton dan benthos, untuk plankton dilakukan dengan penyaringan sampel air dengan plankton net dan benthos dengan cara mengambil sampel lumpur pada lokasi yang sama dengan pengambilan sampel kualitas air. Terhadap sampel biota perairan selanjutnya dianalisis di laboratorium lingkungan, dalam analisis ini untuk mengidentifikasi spesies, jumlah taxa, kelimpahan individu, keanekaragaman dan keseragaman individu. Data untuk nekton (jenis ikan) melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk setempat untuk mengetahui jenis ikan yang ada

(24)

a. Plankton dan Benthos

Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air menggunakan plankton net 25 dan volume air yang disaring sebanyak 100 liter. Sampel plankton yang tersaring ditempatkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan formalin 4% yang bertujuan untuk menghindari berbagai kerusakan bentuk plankton, yang selanjutnya diawetkan di dalam cooling box, kemudian dianalisis di laboratorium. Sampel benthos diambil dengan mengeruk lumpur yang berada di dasar sungai dengan menggunakan sekop atau Eickmen grab. Sampel lumpur yang didapat ditempatkan dalam kantong plastik dan diawetkan dengan formalin 4% yang selanjutnya ditempatkan dalam cooling box untuk kemudian dianalisis di laboratorium.

b.Nekton

Data nekton (jenis ikan) dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk setempat, yaitu dengan menginventarisasi untuk mengetahui jenis ikan yang ada di wilayah studi yang memiliki nilai ekonomi ataupun jenis yang khas pada daerah tersebut.

Analisis data untuk biota perairan dari jenis plankton dan benthos berdasarkan pada pengambilan sampel di lapangan yang akan dianalisis di laboratorium untuk mengetahui spesies dan jumlah pada masing-masing spisies yang terdapat pada sampel tersebut dan kemudian memperhitungkan jumlah taxa, kelimpahan individu, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman jenis dengan perhitungan.

2.1.4 Pengumpulan dan Analisa Data Komponen Lingkungan Sosial 1). Komponen Sosekbud

a).Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data sosekbud dilakukan dengan berbagai metode, antara lain studi kepustakaan, studi lapangan, pengamatan (observasi), wawancara bebas dan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, dan penyebaran daftar pertanyaan. Data kuesioner didapat dari sampel yang besarnya ditetapkan sebesar N= 100 responden, secara stratified random sampling (±

20 % dari kepala keluarga di wilayah studi). Sedangkan data sekunder akan dikumpulkan dari data yang telah dihimpun dalam monografi desa/kelurahan.

(25)

II - 11 (1).Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan adalah data kualitatif maupun kuantitatif.

Data kualitatif adalah data yang dinyatakan berbentuk kalimat, pernyataan, atau uraian. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, maupun konversi dari data kualitatif menjadi angka. Sumber data berasal dari data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari wawancara mendalam terhadap informan kunci dan informan lainnya yang dianggap mengetahui pengembangan Pelabuhan Benoa di wilayah studi, dokumen resmi pemerintah, dan hasil observasi langsung di lokasi penelitian.

Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur, jurnal, data statistik, dan referensi-referensi lainnya yang relevan dengan kajian ini.

(2). Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan secara stratified random sampling, dengan memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai terhadap rencana pengembangan Pelabuhan Benoa. Informan berasal dari tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan para pakar yang dianggap relevan dengan tujuan studi ini. Jumlah informan diambil berdasarkan kebutuhan penelitian, yang dapat berkembang jumlahnya sesuai kebutuhan. Kriteria pemilihan informan didasarkan pada pengetahuannya tentang kondisi fisik dan sosial wilayah studi yang dapat dilihat dari faktor umur, lama tinggal, pendidikan, pekerjaan serta ketokohan yang bersangkutan di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka akan dapat digali informasi terhadap permasalahan yang diteliti.

Kronologi penentuan informan diawali dengan pendalaman kondisi wilayah studi. Selanjutnya, setelah dilakukan wawancara mendalam tentang tujuan studi, beberapa orang informan ditetapkan lagi sesuai dengan aspek- aspek yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

(3). Instrumen Penelitian (a). Pedoman wawancara.

Pedoman wawancara, adalah daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan data penelitian. Instrumen ini, terdiri atas sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan sebagai dasar untuk melakukan wawancara, sehingga proses wawancara dapat berjalan efektif. Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab antara peneliti dengan subyek penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan secara lisan data, keterangan, pandangan, dan pendirian subyek yang diwawancarai. Melalui pedoman wawancara

(26)

(b).Pedoman observasi

Pedoman observasi adalah panduan yang dipersiapkan untuk melakukan pengamatan di lapangan. Instrumen ini terdiri atas, peralatan perekam, kamera, video kamera, denah, peta, dan peralatan lainnya yang dapat membantu pengamatan di lapangan. Kegunaan pedoman observasi adalah membantu peneliti dalam melaksanakan pengamatan lapangan secara cepat, aman, efisien, dan memadai.

2). Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini mempergunakan teknik triangulasi yakni suatu prosedur studi yang mempergunakan lebih dari satu metode secara independen sehingga dapat diperoleh data yang diperlukan oleh peneliti secara efisien sesuai tujuan studi. Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya dengan wawancara mendalam, observasi, serta penelusuran dokumen dan pustaka yang relevan. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam studi Amdal ini meliputi:

(a).Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara bertujuan memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan. Informasi atau data yang diperoleh dari informan yang diposisikan sebagai informan kunci, akan sangat menentukan siapa yang layak menjadi informan berikutnya, sehingga dalam melakukan wawancara diupayakan dengan cara terbuka, sistematis, dan dalam situasi yang menyenangkan..

Dalam studi ini, jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak berencana berdasarkan pedoman wawancara yang dipersiapkan. Namun dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan alur informasi yang disampaikan oleh informan dengan tidak menyimpang dari tujuan studi Amdal.

(b). Observasi.

Observasi atau pengamatan merupakan cara untuk mengamati fakta- fakta dan perilaku masyarakat di wilayah studi. Observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi rencana kegiatan, selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan dengan panca indera dan kemampuan yang ada pada dirinya terhadap obyek studi. Hasil pengamatan lapangan direkam melalui peralatan perekam gambar.

(27)

II - 13 (c). Studi dokumen

Pengumpulan data melalui studi dokumen dimaksudkan untuk mendapatkan data yang disimpan oleh lembaga/institusi yang berkaitan dengan tujuan studi Amdal ini. Dokumen yang yang dipergunakan meliputi laporan kegiatan studi sejenis, keputusan pemerintah, peraturan perundangan, dan dokumen lainnya yang relevan.

b).Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data primer dan sekunder dilakukan metode deskriptif analitik, dengan memanfaatkan data kuantitatif dan kualitatif yang ada. Data sosek- sosbud tersebut meliputi :

 Demografi/kependudukan, meliputi struktur penduduk, jumlah dan pertumbuhan penduduk

 Sosial ekonomi, meliputi pola mata pencaharian, peluang bekerja dan berusaha, tingkat dan kegiatan perekonomian

 Sosial Budaya, meliputi pranata dan proses sosial, sistem nilai, persepsi masyarakat dan kamtibmas.

2.2. Metode Prakiraan Dampak Penting

Metode prakirakan dampak penting dilakukan untuk mengetahui besaran dampak dan tingkat penting dampak akibat komponen kegiatan terhadap komponen lingkungan digunakan metode sebagai berikut:

2.2.1.Metode Matematis

Metode matematis digunakan untuk memprakirakan dampak dari parameter-parameter yang sifatnya dapat diukur dengan menggunakan model matematika atau statistik. Metode ini digunakan untuk memprakirakan penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas air.

1).Penurunan Kualitas Udara

Untuk memperkirakan besaran dampak rencana kegiatan terhadap kualitas udara digunakan model matematis untuk mengetahui besarnya kontribusi polutan yang diemisikan dari sumber-sumber pencemar terhadap kualitas udara serta pola sebaran dari polutan tersebut. Untuk menghitung besarnya laju emisi dari suatu kegiatan digunakan rumus sebagai berikut :

Laju Emisi = Faktor Emisi x Tingkat Emisi Pencemar dari Kegiatan Spesifik

(28)

Sebaran dari tingkat kebisingan dapat diprediksi dengan anggapan ada sumber kebisingan pada sumber garis, formula (Raw & Wootten, 1980) yang digunakan adalah:

dimana :

Lp 1 = tingkat kebisingan pada jarak r1 Lp 2 = tingkat kebisingan pada jarak r2 r1 = jarak 1 dari sumber kebisingan r2 = jarak 2 dari sumber kebisingan

Rumus diatas digunakan untuk mengetahui prakiraan dampak penyebaran kebisingan baik pada kegiatan tahap konstruksi dengan beroperasinya alat berat, genset dan kegiatan konstruksi lainnya maupun pada tahap operasi. Penyebaran kebisingan ini selanjutnya di analisis besar dampaknya dengan menggunakan baku mutu kebisingan mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MenLH) Nomor 48/MenLH/11/1996, Per Gub Bali No 16 Tahun 2016.

3).Penurunan Kualitas Air

Untuk mengetahui besar dampak buangan air limbah dari kegiatan pada badan air permukaan di sekitar tapak proyek di gunakan rumus beban cemaran diatas. Konsentrasi air saluran terhitung selanjutnya di bandingkan dengan Baku Mutu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2.2.2.Metode Analogi

Pendekatan analogi ini dilakukan dengan mempelajari dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada areal tertentu di tempat yang sama atau di tempat lain yang kondisi lingkungannya identik dengan kondisi lingkungan wilayah studi, dengan cara

1

log 2

10 1

2 r

Lp r

Lp

(29)

II - 15 analogi untuk memprakirakan dampak pada studi Amdal ini. Pendekatan analogi ini digunakan untuk memprakirakan dampak penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, getaran, kualitas air limbah, dan sosekbud serta kesmas. Untuk memprediksi penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, dan kualitas air limbah dari kegiatan base camp yang terjadi pada tahap konstruksi digunakan hasil pemantauan lingkungan hidup (data sekunder) yang dilakukan oleh kegiatan sejenis di tempat lain.

2.2.3.Metode Professionnal Judgement

Melalui penilaian para ahli, dilakukan prakiraan dampak akan ditetapkan berdasarkan penilaian para pakar (ahli). Metode ini diterapkan bila data dan informasi yang diperoleh di lapangan sangat terbatas serta kurang dipahaminya gejala yang diperkirakan akan terjadi, terutama dampak-dampak yang terkait sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat.

Prakiraan dampak penting dilakukan dengan mengacu pada Kriteria Dampak Penting yang ditentukan melalui kriteria :

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak (population number of impact). Jika manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati usaha atau kegiatan di wilayah studi maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong penting.

2. Luas wilayah persebaran dampak (Area of impact distribution). Jika rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong penting.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung (Impact duration and impact intensity). Jika rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak, yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong penting.

4. Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak (number of impact environment component). Jika rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang

(30)

5. Sifat kumulatif dampak (Cummulative characteristic). Jika dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus-menerus sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan social yang menerimanya atau jika beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya atau jika dampak lingkungan yang menerimannya atau jika dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling memperkuat (sinergis), maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong penting.

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak (reversibility or irreversibility of the impact). Jika perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia, maka dampak dari usaha atau kegiatan tersebut tergolong penting.

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Prakiraan dampak penting ini dilakukan dengan mempertimbangkan:

1. Kemampuan lingkungan (dari rona lingkungan) dalam menetralisir/

meredam dampak

2. Kemungkinan adanya netralisasi atau akumulasi antara dampak yang satu dengan dampak lainnya dengan cara diskusi di antara anggota tim studi Amdal.

Untuk mempermudah pemberian nilai penting dampak, maka penilaian pentingnya dampak di berikan dengan simbol (+) untuk dampak positif dan (- ) untuk dampak negatif dengan notasi (TP) untuk dampak tidak penting dan (P) untuk dampak penting.

2.3.Metode Evaluasi Dampak Penting

Metode evaluasi dampak penting dilakukan dengan mengevaluasi terhadap dampak penting yang diperkirakan terjadi, yaitu dievaluasi masing- masing keterkaitannya secara utuh dan menyeluruh (holistik) dengan mempertimbangkan sifat-sifat dari setiap dampak penting tersebut, seperti sebab akibat (kausatif), sinergis dan antagonis, lamanya dampak berlangsung dan intensitasnya. Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah metode matrik modifikasi Leopold dan metode bagan alir dampak.

(31)

II - 17 2.3.1.Telaahan Terhadap Dampak Penting

Telaahan secara holistik (telaahan secara totalitas) atas berbagai komponen lingkungan yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar.

2.3.2.Telaahan sebagai Dasar Pengelolaan

Telaahan sebagai dasar pengelolaan dalam studi Amdal ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana kegiatan dan rona lingkungan hidup dengan dampak positif atau negatif yang mungkin timbul.

b. Ciri dampak penting, apakah berlangsung lama atau sementara, terdapat hubungan timbal balik antara dampak satu dengan lainnya.

c. Kelompok masyarakat yang terkena dampak negatif dan yang dapat memanfaatkan dampak positif.

d. Persebaran dampak apakah secara lokal, regional atau internasional bahkan melewati batas negara Republik Indonesia.

(32)
(33)

III - 1

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian

3.1.1. Lokasi, Koordinat Geografi Tapak

Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan secara geografis terletak pada posisi (08o23’46” Lintang Selatan dan 140o34’47” Bujur Timur) terletak di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Batas kawasan PPN Pengambengan yang luasnya

± 48,1 ha ini adalah sebagai berikut

a. Sebelah Utara : Kab Buleleng;

b. Sebelah Timur : Kec Melaya Kab Jembrana;

c. Sebelah Barat : Kec. Mendoyo Kab Jembrana;

d. Sebelah Selatan : Selat Bali.

Lokasi PPN Pengambengan berjarak 9 km dari Kota Negara dan 105 km dari Kota Denpasar, menghadap ke Samudera Hindia dan Selat Bali.

3.1.2. Peruntukan Lahan Berdasarkan RTRW

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun 2012-2032, lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan sudah ditetapkan sebagai kawasan peruntukan perikanan.

Hal tersebut dikuatkan lagi dari Surat Keterangan Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Jembrana Nomor 650/480/TR-PUPRPKP/2017 tertanggal 9 Mei 2017.

Lokasi PPN Pengambengan telah sesuai peruntukannya sebagai Kawasan Pelabuhan Perikanan. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 pada Pasal 74 tentang Kawasan Perikanan.

(34)

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Jembrana

Lokasi PPN Pengambengan

(35)

III - 3 Gambar 3.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana

(36)

3.1.3. Akses dan Jalan Disekitarnya

Lokasi PPN Pengambengan Jembrana dapat dicapai melalui jalan yang kondisinya sudah baik dan beraspal dari Kota Negara sekitar 9 km. Akses jalan menuju kantor PPN Pengambengan harus melewati pos jaga yang memeriksa pengunjung yang masuk melalui darat. Jalan di areal PPN Pengambengan sudah disiapkan untuk akses pengguna pelabuhan. Total panjang jalan lingkungan adalah 5.435 m2 yang kondisinya cukup baik.

3.1.4 Luas Tapak

Luas tapak di PPN Pengambengan secara keseluruhan adalah 48,1 ha yang terbagi atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.

Tapak terdiri dari areal di daratan dan areal di perairan.

3.1.5. Penggunaan Tapak Saat Ini.

Tapak lokasi PPN Pengambengan saat ini digunakan untuk berbagai aktivitas dan bangunan. Di areal fasilitas pokok terdiri dari areal pelabuhan yang terbagi pada kondisi daratan, breakwater, dan kolam labuh. Penggunaan tapak sebagai dermaga, kolam pelabuhan (alur pelayaran), jalan lingkungan, drainase serta dermaga.

Gambar 3.3 Areal Daratan PPN Pengambengan

(37)

III - 5 Gambar 3.4 Areal Kolam Pelabuhan

Gambar 3.5 Breakwater (kanan dan Kiri)

Gambar 3.6 Dermaga Utama dan Dermaga Lainnya

(38)

Fasilitas Fungsional terdiri atas Gedung TPI, Kantor Pelabuhan, Kantor Bina Mutu, Tower Pompa Air, Instalasi Listrik, Bangsal Perbaikan, Bengkel, Ice Storage, SPBN. Fasilitas Pendukung terdiri atas Balai Pertemuan Nelayan, Gedung TPI Lama, Gapura, WC umum, Pagar Keliling, Rumah Dinas, Tempat Ibadah dan Areal Parkir. Detail penggunaan tapak dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Gambar 3.7 Kantor Pelabuhan dan Kantor Bina Mutu

Gambar 3.8 Tower Air dan Slipway Kapal

(39)

III - 7 Gambar 3.9 Balai Pertemuan Nelayan dan WC Umum

Gambar 3.10 Mess Operator

Gambar 3.11 Tempat Ibadah (Pura dan Mushola)

(40)

Tabel 3.1. Sarana Prasarana di PPN Pengambengan

No Jenis Fasilitas Volume Kondisi

I. Fasilitas Pokok 1 Areal pelabuhan

(Lahan)

48,1 ha 9,1 ha daratan

4 ha Breakwater 35 ha kolam labuh

2 Dermaga 167 m

70 m

Sisi luar baik Sisi dalam baik

3 Breakwater 743 m

884 m

Sisi kanan Sisi kiri 4 Kolam pelabuhan

(alur pelayaran)

20 ha Kedalaman sisi dermaga (-0,8 m) LWL plus (+0,5 m) perlu pengerukan

5 Jalan lingkungan 5.435 m2 Cukup Baik

6 Drainase 1.082 m2 Cukup Baik

7 Dermaga trap 2 X 70 m

(masing-masing 2 sisi)

Cukup Baik

8 Dinding Penahan Tanah 374 m’ Rusak dan difungsikan oleh nelayan sebagai tambat-labuh.

II. Fasilitas Fungsional

8 Gedung TPI 320 m2 Baik

9 Kantor Pelabuhan 240 m2 Baik

10 Kantor Mina Mutu 150 m2 Baik

11 Tower dan Pompa Air 6 DAN 18 m2 Baik

12 Instalasi Listrik dan penerangan

1 UNIT Baik

13 Bangsal perbaikan dan Jaring 400 m2 Baik

14 Bengkel 110 m2 Tidak memungkinkan

15 Ice Storage 30 m2 Baik

16 SPBN 20 Ton/Hari Baik

III. Fasilitas Penunjang

17 Balai pertemuan nelayan 250 m2 Baik

18 Gedung TPI Lama 400 m2 Baik

19 Gapura 2 Buah Baik

20 WC Umum 27 m2 Baik

21 Pagar Keliling 265 m Baik

22 Rumah dinas 100 m2

60 m2 36 m2

Baik

23 Tempat ibadah 1 Unit Baik

24 Areal parkir 2.040 m2 Baik

Sumber: Laporan tahunan PPN Pengambengan,2017

3.1.6. Penggunaan Tapak Sebelumnya.

Penggunaan tapak sebelum dibangunnya PPN Pengambengan adalah kawasan tegalan yang terletak di pinggir pantai. Pantainya merupakan lokasi pendaratan perahu nelayan.

(41)

III - 9 3.1.7 Rona Lingkungan Hidup

A. Komponen Lingkungan Geofisik-kimia 1). Iklim

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Dan Geofisika, Balai Besar Wilayah III, Stasiun Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana, Bali) selama 10 tahun terakhir (Tahun 1999 – 2009). Data iklim tersebut terdiri atas: kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, dan data angin. Sedangkan data suhu udara rata- rata yang tersedia hanya data harian pada periode Bulan Agustus – Desember 2008 dan Bulan Januari – April 2009.

a. Suhu Udara Rata-Rata

Suhu udara rata – rata selama periode Bulan Agustus – Desember 2015 dan Bulan Januari – April 2016, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.12 menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata tertinggi pada Bulan Januari (27.22 oC) dan terendah terjadi pada Bulan Agustus (25.30 oC).

Gambar 3.12. Grafik Suhu Udara Rata-Rata (oC) Selama Periode Tahun 2015 – 2016 24.00

24.50 25.00 25.50 26.00 26.50 27.00 27.50

1 2 3 4 5 6 7 8 9

S U H U U D A R A

(42)

b. Kelembaban Udara Rata-Rata

Kelembaban udara rata-rata selama periode tahun 2006 – 2016 menunjukkan bahwa kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Maret dan April (masing-masing 85.1 %) dan terendah terjadi pada bulan September dan Oktober (masing-masing 81.6 %).

c.Curah Hujan dan Hari Hujan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Sedangkan hari hujan adalah periode sehari semalam dengan CH  0.5 mm.

Berdasarkan data curah hujan dan lama hari hujan selama periode tahun 2006-2016 yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana, Bali) pada posisi 08o 20’ 24” LS – 114o 36’ 59” BT menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari (306.1 mm) dan terendah terjadi pada bulan Agustus dan (30.7 mm). Sedangkan hari hujan maksimum terjadi pada Bulan Desember (22.1 hari) dan terendah terjadi pada Bulan Agustus (5.9 hari).

Berdasarkan gambar tersebut juga menunjukkan bahwa tren curah hujan pada musim barat (Desember – Februari) yang tinggi, kemudian pada musim peralihan I (Maret – Mei) menurun dan pada musim timur (Juni – Agustus) sangat rendah, kemudian pada musim peralihan I (September – Nopember) kembali naik lagi.

d.Arah dan Kecepatan Angin

Data arah dan kecepatan angin maksimum bulanan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Negara (Kabupaten Jembrana, Bali) selama 10 tahun terakhir yakni Bulan Januari Tahun 2006 – Bulan April 2016 pada ketinggian alat 23.65 m di atas permukaan laut untuk daerah cakupan Kabupaten Jembrana. Data angin diperlukan untuk memprediksi gelombang laut dalam. Data tersebut cukup representatif untuk memprediksi gelombang dan pengaruhnya terhadap pembangkitan arus dan transpor sedimen menyusur pantai di perairan Pengambengan.

Berdasarkan data angin tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan frekuensi dan persentase kecepatan angin sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2, sedangkan Gambar 3.15 adalah windrose berdasarkan data dalam Tabel 3.3.

Berdasarkan gambar dan tabel tersebut, diperoleh arah angin maksimum

(43)

III - 11 Untuk perubahan arah dan kecepatan angin maksimum pada tiap musimnya selama Tahun 1999 – 2009, sebagaimana disajikan pada Tabel (3.4 – 3.6) dan Gambar (3.16 – 3.19) didapatkan bahwa untuk daerah Jembrana dan sekitarnya, pada musim barat (Desember – Februari) arah angin sebagian besar berasal dari selatan dan barat (masing-masing 34.38%), untuk kecepatannya sebagian besar berkisar pada interval 5.4 – 7.9 m/s dan 7.9 – 10.7 m/s (masing-masing 34.38%).

Pada musim peralihan I (Maret – Mei), arah angin sudah berubah arah dengan arah dominan dari selatan (50%), dengan kecepatan dominan naik pada interval 7.9 – 10.7 m/s (43.75%). Sedangkan musim timur (Juni – Agustus) kecepatan angin sudah berubah yakni dari arah tenggara (43.33%), dengan kecepatan masih dominan pada interval 7.9 – 10.7 (73.33%). Pada musim peralihan II (September – Nopember) arah angin kembali berubah (lebih bervariasi) dari arah selatan (40%) dan tenggara (36.67%), dengan kecepatan dominan kembali menurun pada interval 5.4 – 7.9 m/s dan 7.9 – 10.7 m/s (masing- masing 46.67%).

Tabel 3.2. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Selama Tahun 2006 – 2016

Wind Direction

0 – 5.4

m/s 5.4 – 7.9

m/s 7.9 – 10.7 m/s 10.7 – 13.8

m/s ≥ 13.8

m/s Total

Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %

N - - 2 1.61 4 3.23 1 0.81 - - 7 5.65

NE - - 1 0.81 - - - - - - 1 0.81

E 1 0.81 2 1.61 6 4.84 2 1.61 1 0.81 12 9.68

SE 1 0.81 12 9.68 16 12.90 - - 1 0.81 30 24.19

S 2 1.61 16 12.90 21 16.94 3 2.42 1 0.81 43 34.68

SW - - 3 2.42 2 1.61 - - - - 5 4.03

W 3 2.42 6 4.84 12 9.68 1 0.81 2 1.61 24 19.35

NW - - 1 0.81 - - 1 0.806 - - 2 1.61

Total 7 5.65 43 34.68 61 49.19 8 6.45 5 4.03 124 100

Sumber: PPN Pengambengan,2016

Gambar

Gambar 1.1.  Peta Wilayah Penelitian
Gambar 1.4. Peta Batas Ekologis
Tabel 2.5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tata Ruang
Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Jembrana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anak anak yang sebelumnya sudah memperlihatkan koordinasi tubuh yang baikakan trlihat seperti anak yang lambat dan sering terlihat seperti akan tersandung oleh

pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan pelaksanaan urusan Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Konsumsi dan Keamanan Pangan, Pertanian dan Peternakan

5231009 Belanja Modal Pengadaan Papan Tulis Elektronik 5231010 Belanja Modal Pengadaan Papan Visual Elektronik 5231011 Belanja Modal Pengadaan Tabung Pemadam Kebakaran 5231012

b) penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubhaanya; c) kepala cabang perusahaan yang

Sistem data logger yang dirancang berfungsi untuk memproses dan menyimpan tegangan, arus, arah angin, kecepatan angin, kecepatan poros dengan pengolah data menggunakan Arduino

Pada penelitian jurnal Monica Amelia dengan judul Efek Antelmintik Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Ascaris suum Betina secara In Vitro tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, terdapat perbedaan tingkat kreativitas guru dalam proses

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di Panti Werdha yaitu faktor pengalaman hidup dan faktor dukungan sosial sangat berpengaruh satu