• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 1

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

Kondisi sanitasi saat ini yang dapat menggambarkan kondisi dan jumlah infrastruktur sanitasi sekaligus memberikan informasi mengenai tingkat layanan/cakupan sanitasi di Kabupaten Madiun dipaparkan dalam hasil Kajian aspek non teknis dan lembar kerja area beresiko untuk hasilnya dipaparkan seperti berikut ini

Lampiran 1.1: Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah

Berdasar Undang-Undang no. 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala/ pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan Kepala/ Pimpinan SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/ barang daerah.

Salah satu indikator ekonomi yang sangat ditunggu dan selalu dipertanyakan adalah laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung data PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil bisa menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintahan dalam mewujudkan visi pembangunannya, namun perlu dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu mencerminkan kondisi yang sebenarnya tentang pembangunan suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa di suatu wilayah. Struktur PDRB suatu wilayah biasanya disajikan atas dasar harga berlaku, sedangkan pertumbuhan ekonominya biasanya dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.Gambaran tentang realisasi APBD Kab. Madiun dapat dilihat di tabel tersaji di bawah ini

(2)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 2

Tabel Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Madiun Tahun 2010 – 2014

No Realisasi Anggaran

Tahun Rata2

Pertum- buhan

2010 2011 2012 2013 2014 %

A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 831.985.796.053,66 896.044.454.137,34 1.029.699.204.065,80 0 0

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 45.034.305.944,66 57.998.223.512,34 68.545.790.750,80 0 0

a.1.1 Pajak daerah 8.005.370.142,85 12.101.942.571,65 13.965.347.161,39

a.1.2 Retribusi daerah 7.903.253.346,06 10.638.791.352,98 13.506.526.608,00

a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah

yang dipisahkan 1.954.070.176,52 2.177.653.185,42 2.511.983.939,28

a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 27.171.612.279,23 33.079.836.402,29 38.561.933.042,13

a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 575.419.421.647,00 631.131.672.108,00 761.655.518.930,00 0 0

a.2.1 Dana bagi hasil 54.405.026.647,00 54.982.751.108,00 66.621.669.930,00

a.2.2 Dana alokasi umum 476.031.395.000,00 523.027.021.000,00 645.865.489.000,00

a.2.3 Dana alokasi khusus 44.983.000.000,00 53.121.900.000,00 49.168.360.000,00

a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 211.532.068.462,00 206.914.558.517,00 199.497.894.385,00 0 0

a.3.1 Hibah - - -

a.3.2 Dana darurat - - -

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi

kepada kab. 40.909.558.168,00 44.783.128.157,00 43.433.421.385,00

a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi

khusus 123.832.130.294,00 120.950.320.360,00 127.233.851.000,00

a.3.5 Bantuan keuangan dari

provinsi/pemerintah daerah lainnya 46.790.380.000,00 41.181.110.000,00 28.830.622.000,00

B Belanja (b1 + b.2) 770.059.874.653,98 872.717.902.269,75 1.026.628.229.931,79 0 0

b.1 Belanja Tidak Langsung 561.794.877.357,98 604.637.980.762,74 689.102.158.268,00 0 0

b.1.1 Belanja pegawai 488.765.795.901,00 537.782.821.682,00 613.485.274.752,00

b.1.2 Bunga 116.557.677,48 84.000.454,24 28.206.111,00

b.1.3 Subsidi - 255.000.000,00 300.000.000,00

b.1.4 Hibah 6.657.254.500,00 5.183.717.500,00 16.604.694.100,00

(3)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 3

b.1.5 Bantuan sosial 19.934.032.568,00 18.171.386.506,00 12.484.763.892,00

b.1.6 Belanja bagi hasil 840.189.950,00 1.013.917.900,00 876.115.550,00

b.1.7 Bantuan keuangan 43.867.121.761,50 39.853.821.420,50 44.955.198.263,00

b.1.8 Belanja tidak terduga 1.613.925.000,00 2.293.315.300,00 367.905.600,00

b.2 Belanja Langsung 208.264.997.296,00 268.079.921.507,01 337.526.071.663,79 0 0

b.2.1 Belanja pegawai 19.360.806.200,00 26.841.499.784,00 23.184.856.600,00

b.2.2 Belanja barang dan jasa 90.391.527.022,00 120.517.306.876,00 125.789.705.219,79

b.2.3 Belanja modal 98.512.664.074,00 120.721.114.847,01 188.551.509.844,00

C Pembiayaan (Pembiayaan netto) 28.899.732.290,89 88.085.304.821,86 94.306.969.605,99 0,00 0,00

PenerimaanPembiayaan 36.854.494.849,35 97.473.067.380,57 113.639.301.114,45

Pengeluaran pembiayaan 7.954.762.558,46 9.387.762.558,71 19.332.331.508,46

D Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan

90.825.653.690,5 7

111.411.856.689, 45

97.377.943.740,00

Sur plus /De fisit Ang gar an

61.925.921.399,6

8

23.326.551.867,5 9

3.070.974.134,01 0,00 0,00

Sumber : Realisasi APBD tahun 2010 - 2014, diolah Keterangan : n = tahun penyusunan pemutakhiran SSK

(4)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 4

Tabel Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD kabupaten Maadiun 2010-2014 No Realisasi Anggaran

Tahun Rata2

Pertum- buhan %

2010 2011 2012 2013 2014

1 PU-BMCK 21.136.000 73.357.000 124.430.000 166.026.000 164.920.000

1.a Investasi 21.136.000 73.357.000 124.430.000 166.026.000 164.920.000

1.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - -

2 KLH 1.673.700.700 1.360.195.000 1.221.239.700 1.228.882.000 1.949.319.000

2.a Investasi 1.673.700.700 1.360.195.000 1.221.239.700 1.228.882.000 1.949.319.000

2.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - -

3 DKP 21.136.006 73.357.000 124.430.000 124.430.000 124.430.000

3.a Investasi 21.136.006 73.357.000 124.430.000 124.430.000 124.430.000

3.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - -

4 Dinkes 68.180.000 153.482.000 90.230.000 125.673.500 214.765.000

4.a Investasi 68.180.000 153.482.000 90.230.000 125.673.500 214.765.000

4.b operasional/pemeliharaan (OM)

5 Bappeda - - - - -

5.a Investasi

5.b operasional/pemeliharaan (OM)

6 Bapermas - - - - -

6.a Investasi

6.b operasional/pemeliharaan (OM)

7 Dindik - - - - -

7.a Investasi

7.b operasional/pemeliharaan (OM)

8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) 1.784.152.706 1.660.391.000 1.560.329.700 1.645.011.500 2.453.434.000 9

Pendanaan investasi sanitasi Total

(1a+2a+3a+…na) 1.784.152.706 1.660.391.000 1.560.329.700 1.645.011.500 2.453.434.000

10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) - - - - -

11 Belanja Langsung 208.264.997.296 268.079.921.507 337.526.071.664 - -

12

Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja

Langsung (8/11) 0 0 0

13

Proporsi Investasi Sanitasi - Total

Belanja Sanitasi (9/8) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

14

Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (10/8)

-

-

-

-

-

Sumber : Realisasi APBD tahun 2010 - 2014, diolah

(5)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 5

Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan Sanitasi oleh APBD kab/Kota Tahun 2010-2014 No Realisasi Anggaran

Tahun Rata2

Pertum- buhan %

2010 2011 2012 2013 2014

1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 110.452.006 300.196.000 339.090.000 416.129.500 504.115.000 1,1 Air Limbah Domestik 21.136.000 73.357.000 124.430.000 166.026.000 164.920.000 1,2 Sampah rumah tangga 21.136.006 73.357.000 124.430.000 124.430.000 124.430.000 1,3 Drainase perkotaan

1,4 PHBS 68.180.000 153.482.000 90.230.000 125.673.500 214.765.000

2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 712.552.728 782.700.000 714.690.000 711.400.000 929.380.909 2,1 DAK Sanitasi

2,2 DAK Lingkungan Hidup 712.552.728 782.700.000 714.690.000 711.400.000 929.380.909 2,3 DAK Perumahan dan Permukiman

3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi

4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi

Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)

(602.100.722) (482.504.000) (375.600.000) (295.270.500) (425.265.909) Total Belanja Langsung

% APBD murni terhadap Belanja Langsung

Sumber : APBD Tahun 2010-2014

Tabel belanja Sanitasi perkapita kab.Madiun Tahun 2010-2014

No Uraian

Tahun Rata2

Pertum- buhan %

2010 2011 2012 2013 2014

1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten

2 Jumlah Penduduk 770.440 771.204 803.006 797.942 714.122

Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) Sumber : APBD dan BPS Diolah

(6)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 6

Tabel Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per kapita Realisasi

No Uraian Tahun Rata2

Pertum- buhan %

2010 2011 2012 2013 2014

1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi

2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi 2.b Potensi retribusi

3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi 3.b Potensi retribusi

4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) 6

Proporsi Total Realisasi - Potensi Retribusi Sanitasi (4/5)

Sumber : Realisasi APBD tahun 2010-2014

Tabel Peta perekonomian Kabupaten Madiun tahun 2010-2014

No Uraian Tahun Rata2

Pertum- buhan %

2010 2011 2012 2013 2014

1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.)

2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 3 Pertumbuhan Ekonomi (%)

Sumber : Realisasi APBD tahun 2010-2014

(7)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 7

Pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan masyarakat dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek kehidupan berdasarkan norma-norma tertentu. Kabupaten Madiun, sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur, mempunyai sistem pemerintahan yang sama dengan kabupaten/kota di Jawa Timur pada umumnya. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka peran Pemerintah Daerah menjadi lebih besar karena sebagian besar kewenangan dari Pemerintah Pusat dilimpahkan ke daerah sehingga tingkat keberhasilan pembangunan di daerah sangat tergantung dari situasi dan kondisi Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu situasi dan kondisi yang kurang memadai dapat menjadi hambatan serius bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan jika tidak segera diatasi.

Pemerintahan Daerah akan berjalan baik apabila tersedia aparatur pemerintah yang memadai. Yang dimaksud dalam hal ini adalah dari segi jumlah. Jumlah desa/kelurahan di wilayah kabupaten bukanlah halangan untuk menjalankan roda pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan, apabila tenaga yang ada dioptimalkan. Berikut adalah bagan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Madiun pasca pemberlakuan PP 41 tahun 2007.

Gambar Bagan Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Madiun

Dan berikut adalah ringkasan tabel Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) langsung ataupun tidak langsung dalam

(8)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 8 pembangunan sanitasi di kabupaten Madiun seperti berikut.

Gambar Struktur SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten/Kota

Berdasarkan peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten Madiun dan kondisi actual. Instansi pemerintahan yang berwenang dalam penyelenggaraan Bidang sanitasi, yaitu kegiatan monitoring, pengaturan kebijakan, pengelolaan dan pengembangan sarana & prasarana dalam mendukung pembangunan wilayah Kabupaten Madiun baik terlibat secara langsung maupun tidak lansung yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) bidang di bidang Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga & Cipta Karya dibidang perumahan dan Penyehatan Lingkungan , Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) di Bidang Kebersihan dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) di Seksi Pemantauan dan Pemulihan, Dinas Kesehtan (Dinkes) di Bidang Pencegahan Penyakit dan Upaya Kesehatan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) di Bidang Ketahanan Masyarakat Desa Kabupaten Madiun.

Lampiran 1.2: Lembar kerja analisis Area Berisiko menggunakan Instrumen Profil Sanitasi

Print out dari semua lembar kerja (sheet) yang ada di Instrumen Profil Sanitasi. (Terlampir)

(9)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 9 Lampiran 1.3: Ringkasan Eksekutif hasil studi EHRA dan Kajian lainnya 1.3.1 Ringkasan Eksekutif Studi EHRA

Masih dalam proses Entry- analisa

(10)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 10 1.3.2 Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Sanitasi

Hasil analisa kajian penyedia layanan setiap komponen (air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan di kabuapten Madiun bersama SKPD terkait yang telah dilakukan, dipaparkan dalam tabel sebagai berikut

(11)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 11

Tabel Peran Swasta Dalam Penyedia Layanan Sanitasi

No Komponen Sanitasi

Nama Provider/Mitra

Potensial

Tahun mulai operasi/

Berkontribusi

Jenis kegiatan/

Kontribusi Terhadap Sanitasi

Volume Potensi Kerjasama

1 Air limbah

domestik Tidak ada

3

Persampahan

Kartika Sari

Mejayan 2013 Jual beli barang bekas

6000kg/bulan (sampah plastik, kertas dan logam)

 Sinergi aktivitas 3R KSM (Bank sampah) dengan menampung/ membeli sampah non organik (plastik, kertas & logam) dari tiap KSM.

 Narasumber pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah non organik agar bernilai ekonomis

Rajawali Asri

Ngampel 2013 Jual beli barang bekas

6000kg /bulan (sampah plastik, kertas dan logam)

 Sinergi aktivitas 3R KSM (Bank sampah) dengan menampung/ membeli sampah non organik (plastik, kertas & logam) dari tiap KSM.

 Narasumber pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah non organik agar bernilai ekonomis

Candimulyo 2012 Jual beli barang bekas

5600kg/bulan (sampah plastik, kertas dan logam)

 Sinergi aktivitas 3R KSM (Bank sampah) dengan menampung/ membeli sampah non organik (plastik, kertas & logam) dari tiap KSM.

 Narasumber pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah non organik agar bernilai ekonomis

Sukolila 2012 Jual beli barang bekas

5600kg/bulan (sampah plastik, kertas dan logam)

 Sinergi aktivitas 3R KSM (Bank sampah) dengan menampung/ membeli sampah non organik (plastik, kertas & logam) dari tiap KSM.

 Narasumber pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah non organik agar bernilai ekonomis

(12)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 12 No Komponen

Sanitasi

Nama Provider/Mitra

Potensial

Tahun mulai operasi/

Berkontribusi

Jenis kegiatan/

Kontribusi Terhadap Sanitasi

Volume Potensi Kerjasama

Lingkungan

guwo Milir 2011 Jual beli barang bekas

6000kg/bulan (sampah plastik, kertas dan logam)

 Sinergi aktivitas 3R KSM (Bank sampah) dengan menampung/ membeli sampah non organik (plastik, kertas & logam) dari tiap KSM.

 Narasumber pelatihan pemilahan dan pengolahan sampah non organik agar bernilai ekonomis

4 Drainase Tidak ada

Kajian peran swasta dalam penyedia layanan sanitasi menunjukkan bahwa di Kabupaten Madiun sudah ada pihak swasta yang berkontribusi dalam pembangunan sanitasi hanya di bidang persampahan saja sedangkan untuk air limbah dan drainase perkotaan belum ada. Identifikasi lebih lanjut mengenai potensi kerjasama sangat diperlukan sehingga ke depan pihak swasta dapat lebih berperan dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten.

(13)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 13 1.3.3 Ringkasan Eksekutif Kajian Kelembagaan dan Kebijakan

Dalam pembangunan prasarana bidang Sanitasi, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak Bidang Sanitasi agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan sanitasi pada pemerintahan kabupaten.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan.

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan

(14)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 14 wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah.

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014.

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.

Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar

(15)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 15 birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masingmasing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip- prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

(16)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 16 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan

Minimum.

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan

pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang sanitasi. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk

(17)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 17 menangani urusan pemerintah pada bidang sanitasi maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

Instansi pemerintahan yang berwenang dalam penyelenggaraan Bidang sanitasi, yaitu kegiatan monitoring, pengaturan kebijakan, pengelolaan dan pengembangan sarana &

prasarana dalam mendukung pembangunan wilayah Kabupaten Madiun baik terlibat secara langsung maupun tidak lansung yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga & Cipta Karya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Dinas Kesehtan (Dinkes), Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) dan Dinas Pendidikan(Dindik) Kabupaten Madiun.

Pada umumnya kewenangan dan tanggung jawab dari instansi-instansi pemerintahan tersebut dalam menjalankan dan melaksanakan program-program pembangunan daerah sudah cukup baik.

Berikut adalah tabel pemangku kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Madiun dan Tabel Daftar Peraturan Sanitasi Kabupaten Madiun

.

(18)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 18

Tabel Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Madiun

Fungsi

Pemangku Kepentingan

Air Limbah Domestik Persampahan Drainase

Pemerintah Kabupaten/

Kota (Unit SKPD pengelola)

Swasta Masyarakat

Pemerintah Kabupaten/

Kota (Unit SKPD pengelola)

Swasta Masyarakat

Pemerintah Kabupaten/

Kota (Unit SKPD pengelola)

Swasta Masyarakat

PERENCANAAN

V (PU BM- CK/Dinkes)

V (DKP)

V (PU BM-CK)

PENGADAAN SARANA

V

(PU BM-CK) V

V (DKP/ PU

BM-CK)

V V V

(PU BM-CK)

PENGELOLAAN

V DKP/KPPT/PU

BM-CK

V V

(DKP) V V V

(DKP)

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

V (KLH/DKP/

Kepala Daerah)

V KLH/DKP/

Kepala Daerah

V (KLH/DKP/

Kepala Daerah) MONITORING DAN

EVALUASI

V (KLH/Dinkes)

V (KLH/DKP)

V (KLH/DKP/

PU BM-CK)

Tabel diatas menggambarkan daftar pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik, Persampahan dan drainase sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan hasil kajian kelembagaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Madiun fungsi-fungsi pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik lebih banyak dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Ciptakarya Bidang Perumahan dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kebersihan dan Pertamann bidang Kebersihan, Dinas Kesehatan bidang Pencegahan penyakit dan upaya kesehatan dan mayarakat, untuk swasta karena memang untuk akses pembuangan limbah tinja dari sedot WC yaitu Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja/IPLT sehingga peran swasta belum ada (Kegiatan sedot wc oleh swasta belum diidentifikasi oleh dinas

(19)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 19

terkait. Sedangkan untuk Masyarakat mejalankan fungsi pengadaan sarana dan pengelolaan sarana untuk sarana individual (jamban keluarga) serta pengelolaan sarana umum seperti MCK/MCK++.

Fungsi-fungsi dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan juga masih didominasi oleh pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Cipta Karya . Pihak swasta dan masyarakat juga telah berperan dalam menjalankan fungsi Pengadaan sarana pewadahan di sumber sampah, sarana pengumpulan dari sumber ke TPS, pemilahan di TPA serta menyediakan sarana komposting dan adanya bank sampah. Sementara untuk fungsi pengelolaan pihak swasta dan masyarakat telah berperan dalam mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS, mengelola sampah di TPS, melakukan pemilahan sampah. Masyarakat juga telah melakukan penarikan retribusi sampah dan pengelolaan TPS3R.

Sedangkan untuk Drainase Seluruh fungsi dalam pembangunan dan pengelolaan drainase masih dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kabupaten Madiun melalui Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Tabel Daftar Peraturan Sanitasi Kabupaten Madiun Substansi Peraturan

Air Limbah Domestik Persampahan Drainase

Ketersediaan (Sebutkan)

Pelaksanaan Ketersediaan (Sebutkan)

Pelaksanaan Ketersediaan (Sebutkan)

Pelaksanaan

Target capaian pelayanan sanitasi Belum tersedia - Belum tersedia - Belum tersedia -

Kewajiban dan sanksi bagi pemerintahan Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan sanitasi

Belum tersedia - Peraturan Daerah

Kabupaten Madiun Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

Efektif Belum tersedia -

Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan sanitasi di hunian rumah

Perbub No.3 th 2010 Kabupaten Madiun tentang Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air

Efektif (untuk pengembang)

-

Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk

-

(20)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 20 Substansi Peraturan

Air Limbah Domestik Persampahan Drainase

Ketersediaan (Sebutkan)

Pelaksanaan Ketersediaan (Sebutkan)

Pelaksanaan Ketersediaan (Sebutkan)

Pelaksanaan menyediakan sarana pengelolaan

air limbah

Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas sosial / fasilitas umum

Belum tersedia - Belum tersedia - Belum tersedia -

Pembagian kerja Belum tersedia - Belum tersedia - Belum tersedia -

Tata cara perijinan pembuangan air limbah/sampah

Belum tersedia - Belum tersedia - Belum tersedia -

Kerjasama Pemerintah

Kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam

Belum tersedia - Belum tersedia - Belum tersedia -

Retribusi Peraturan Daerah

Kabupaten Madiun Nomor 13 tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Umum

Tidak efektif (untuk retribusi

air limbah)

Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor : 13 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan

persampahan dan kebersihan di Kabupaten Madiun

Efektif Belum tersedia -

Peraturan Daerah terkait sanitasi yang ada di Kabupaten Madiun berdasarkan hasil studi/kajian kelembagan dan kebijakan dapat disimpulkan antara lain:

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Madiun telah memiliki perda terkait air limbah domestik dan persampahan, tetapi untuk Drainase belum ada kebijakan yang mengaturnya, perda yang adapun belu menjalankan sanksi tegas/ belum semua Perda berjalan dengan efektif sehingga perlu untuk ditingkatkan. Dan untuk tarjet capaian di semua komponen belum ada perdanya.

(21)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 21 1.3.4. Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media

Kepedulian masyarakat terhadapsanitasi tidak dapat lepas dari komuniksi dimana dalam komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi (komunikan).

Dengan dilakukannya kajiani komunikasi dan pemetaan media yang merupakan salah kegiatan pokja Sanitasi Kabupaten Madiun dalam rangka melengkapi data dan informasi terkait komunikasi dan media sanitasi dari kondisi eksisting yang ada di Kabupaten Madiun,

Kajian komunikasi dan pemetaan media bertujuan :

1. Identifikasi pengalaman dan kapasitas kabupaten dalam advokasi dan

“pemasaran”sanitasi yang mencakup: pemanfaatan media, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran, dan catatan pembelajarannya

2. Identifikasi pandangan/penilaian media massa tentang sanitasi dan PPSP, serta identifikasi peluang kerjasama dengan media massa

3. Sebagai salah satu bentuk kegiatan advokasi kepada instansi terkait komunikasi dan pengambil keputusan media massa, serta masyarakat umum.

Adapun hasil dari studi ini adalah :

1. Tersusunnya Tabel Kegiatan Komunikasi, Peta Media komunikasi dan kerjasama terkait sanitasi

2. Input untuk Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota

3. Terlaksananya kegiatan advokasi kepada instansi terkait komunikasi dan pengambil keputusan

Media komunikasi di kabupaten Madiun berupa media elektronik, yaitu radio dan TV, juga ada media cetak Jawa Pos. Untuk kegiatan Kajian komunikasi dan Media sanitasi ini Pokja Kabupaten Madiun hanya melakukan analisis deskriptif terhadap data sekunder yang ada di masing-masing SKPD terkait yang pernah melakukannya. untuk hasilnya terkait Sanitasi seperti disajikan dalam tabel berikut.

(22)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 22 Tabel Kegiatan Komunikasi dalam Pembangunan Sanitasi

No. Komponen Kegiatan Tahun Dinas

Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak

Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran

1 Air limbah domestik

Praktek pemicuan

CLTS 2008-

2010

Dinas Kesehatan

Mengubah prilaku masyarakat ke prilaku higiene

Masyarakat di wilayah Kecamatan Wungu dan Kare

Lebih sehat BAB di jamban

Masyarakat bisa sadar dengan sendirinya telah mengotori lingkungan dengan BAB di sembarang tempat

2 Persampahan Belum ada kegiatan 3 Drainase Belum ada kegiatan

Tabel Media Komunikasi dan Kerjasama terkait sanitasi No

. Komponen Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci Efektivitas

1. Air Limbah Domestik

SaktiTelevisi Umum APBD Pemicuan

BAB tidak di sungai Efektif

Wijaya FM Umum APBD Perilaku tentang BABS dan

program STOP

Perubahan perilaku

tentang BABS Efektif Koran Lokal Umum APBD Praktek pemicuan CLTS Perubahan perilaku

sanitasi total

Kurang efektif

2. Persampahan

Leaflet Umum APBD Cara membuatn kompos metode

Takakura Komposting Efektif

Leaflet Umum APBD Pengenalan sampah plastik

dengan kode dan simbolnya

Mengajak Masyarakat untuk menyayangi Bumi dengan mengenal sampah plastik dengan kode dan simbolnya

Efektif

3. Drainase Leaflet Umum APBD

Masyarakat mengetahui cara membuat Lubang Resapan Biopori (Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan)

Menambah pengetahuan Masyarakat dalam Menangani genangan/banjir (pengelolaan Drainase)

Efektif

(23)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 23 Tabel pertama menunjukkan kegiatan komunikasi terkait komponen sanitasi, hanya pada komponen air limbah yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat. Kegiatan komunikasi yang dilakukan baru berupa pemicuan CLTS. Sedangkan untuk dua komponen lainnya yaitu persampahan dan drainase belum pernah ada kegiatan. Ke depan, diharapkan adanya keberagaman kegiatan komunikasi di setiap komponen.

Tabel kedua menunjukkan media komunikasi dan kerjasama terkait komponen sanitasi. Di setiap komponen sudah ada media komunikasi tersendiri. Semua media komunikasi ini didanai oleh APBD. Ke depan, diharapkan adanya pendanaan dari swasta (dalam bentuk CSR) dan/atau pendanaan dari masyarakat. Oleh karena itu, keterlibatan swasta dan masyarakat dalam kegiatan komunikasi terkait sanitasi perlu ditingkatkan. Kerja sama dengan media lokal perlu ditingkatkan.

Kegiatan komunikasi dan kerjasama dengan media perlu dilakukan secara terus menerus sehingga dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku sebagai bagian dari pembangunan sanitasi.

1.3.5 Ringkasan Eksekutif Kajian Peranserta Masyarakat

Hasil analisa kajian untuk daftar program/proyek layanan berbasis masyarakat di Kabupaten Madiun untuk pengelolaan per komponen disampaikan seperti yang tampilkan dalam tabel berikut.

(24)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 24 Tabel Daftar Program/Kegiatan dan Pengelolaan Sanitasi oleh Masyarakat

No Komponen

Nama Program/

Kegiatan

Pelaksana

/PJ Lokasi

Tahun Program/

kegiatan

**)

Penerima manfaat

***) Jumlah Sarana

Kondisi Sarana Saat Ini

****)

Pengelola

Ber- fungsi

Tidak Ber- fungsi

Lembaga Kondisi

L P

1.

Air Limbah Domestik

Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Kelurahan Krajan - Mejayan

2010

64 orang

46

orang 1 unit v -

KSM Bangun Sejahtera

Baik Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Kelurahan Pandean - Mejayan

2010

18 0rang

21

orang 2 unit v - KSM

Mawar

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Purwosari- Wonoasri

2010

16 0rang

20

orang 2 unit v - KSM

Purwosari

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Ngepeh- Saradan

2010

19 0rang

26

orang 2 unit v - KSM

Ngepeh

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Ngengor- Pilangkenceng

2010

18 0rang

25

orang 2 unit v - KSM

Harapan

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU

BMCK Desa Wayut- Jiwan 2010 12 0rang

15

orang 2 unit v - KSM Karya

Bhakti Baik Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Sambirejo- Jiwan

2010

18 0rang

24ora

ng 2 unit v - KSM

Rukum

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Tiron- Madiun 2010

18 0rang

26

orang 2 unit v - KSM Tiron Makmur

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa

Sumberbening Balerejo

2010

16 0rang

19

orang 2 unit v - KSM Karya Taruna

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Kare- Kare 2010

20 0rang

23

orang 2 unit v - KSM Wilis Lestari

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Durenan- Gemarang

2010

18 0rang

18

orang 2 unit v -

KSM Durenan Asri

Baik

(25)

Lampiran 1 Dokumen Pemutakhiran SSK Kab. Madiun tahun 2015 25 Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Sukosari- Dagangan

2010

15 0rang

29

orang 2 unit v - KSM

Mandiri

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Bacem- Kebonsari

2010

18 0rang

26

orang 2 unit v - KSM

Bacem

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Bangunsari- Dolopo

2010

22 0rang

21

orang 2 unit v -

KSM Gotong Royong

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Pagotan- Geger

2010

24 0rang

19

orang 2 unit v - KSM

Nazhifah

Baik

Sanimas:

MCK Komunal

Dinas PU BMCK

Desa Kajang- Sawahan

2010

18 0rang

20

orang 2 unit v - KSM

Berkah

Baik

Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Klithik- Wonoasri

2011 62

0rang 55

orang 1 unit v - KSM Baik

Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Tempursari- Wungu

2011 59

0rang 64

orang 1 unit v - KSM Baik

Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Dagangan- Dagangan

2011 68

0rang 60

orang 1 unit v - KSM Baik

Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Kaligenting- Mejayan

2012 68

0rang 70

orang 1 unit v - KSM

Lestari

Baik Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Nglanduk- Wungu

2012 58

0rang 40

orang 1 unit v - KSM

Tentrem

Baik Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Kedungrejo- Balerejo

2012 49

0rang 70

orang 1 unit v - KSM

Sidogawe

Baik Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Sidomulyo- Wonoasri

2012 63

0rang 71

orang 1 unit v - KSM

Flamboyan Baik Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Ngale- Pilangkenceng

2012 65

0rang 69

orang 1 unit v - KSM Baik

Sanimas:

MCK ++ Dinas PU BMCK

Desa Balerejo- Balerejo

2013

54 0rang

72

orang 1 unit v -

KSM Lancar Jaya

Baik

Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Sidomulyo- Mejayan

2013 56

0rang 75

orang 1 unit v - KSM Sehat Sejahtera

Baik Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Wonoayu- Pilangkenceng

2013 18

0rang 21

orang 1 unit v - KSM Saras Ayu

Baik Sanimas:

MCK ++

Dinas PU BMCK

Desa Sumbersari- Saradan

2013 60

0rang 70

orang 1 unit v - KSM Baik

Referensi

Dokumen terkait

MISI MENINGKATKAN FASILITAS DAN AKSEBILITAS SARANA PRASARANA DASAR/UMUM DESA I. BIDANG PEMBANGUNAN DESA.. 1). Program Peningkatan Aksebilitas Sarana Prasarana Dasar/Umum a.

Pasal 2 ayat 3 mengatur tentang kewenangan pemerintah di bidang kelautan yang meliputi: (1) penetapan kebijakan dan pengaturan eksplorasi, konservasi,